Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Amiloidosis adalah istilah umum yang digunakan untuk berbagai jenis protein yang secara
mengakibatkan berbagai macam gejala klinis. amiloid menunjukkan suatu formasi lembaran
berlipat-lipat yang bersilangan sehingga protein ini sangat tahan terhadap degradasi enzimatik
sehingga mudah tertimbun di dalam jaring-an. Selain fibril protein tersebut, suatu glikoprotein
semua endapan amiloid. Serangan pada ginjal yang berat menimbulkan proteinuria berat
(sindrom nefrotik) sering kali merupakan penyebab utama munculnya gejala dalam amiloidosis
sistemik reaktif. Perjalan lanjut penyakit ginjal dapat menyebabkan gagal ginjal yang
Pada anjing penimbunan amiloid terutama pada glomeruli, sedangkan pada kucing terutama pada
medulla. Penimbunan amiloid ini bisa terjadi karena proses penyakit supuratif, nekrotik atau
neoplastic, tetapi juga dapat terjadi tanpa abnormalitas tersebut. Penimbunan amiloid
perivaskular akan menyempitkan lumen pembuluh darah, mengurangi perfusi dan menyebabkan
GEJALA KLINIS
Tanda klinis dari amiloidosis tergantung pada stadium penyakit, pada stadium awal hanya
terdapat proteinuria ( albuminuria ) yang ditemukan pada urinalisis. Pada keadaan yang
lanjutbisa terjadi sindrom nefrotik atau kegagalan ginjal. Pada keadaan ini hepar dan lien dapat
membesar, ginjal dapat membesar, normal atau mengecil tergantung stadium penyakit. Pada
amiloidosis sering terjadi trombosis pada pembuluh darah di paru - paru, lien, ginjal, koroner,
mesenteric, iliaca dan brachialis( dapat menyebabkan dispnu yang tiba - tiba, kematian
PATOGENESA
Patogenesis dari penyakit amiloidosis ini melibatkan suatu kompleks yang saling
mempengaruhi dan terkait satu sama lain antara biokimiawi, genetik, lingkungan dan faktor-
faktor biologis lain yang menyokong suatu tahapan terjadinya penyakit ini mulai dari
terbentuknya deposit dari amiloid sampai terjadinya disfungsi organ. Namun, masih banyak
pertanyaan yang ditujukan pada para ahli dalam menyamakan persepsi bagaimana mekanisme
secara detail terjadinya penyakit amiloidosis ini. Terdapat tiga hal yang krusial dan proses yang
saling tumpang tindih pada penyakit amiloidosis ini: bagaimana prekrusor protein-protein
tersebut berubah bentuk dari struktur alaminya dan membentuk fibril-fibril amiloid, faktor
faktor apa yang mempengaruhi dan bagaimana deposit fibril tersebut membuat kerusakan sel dan
Berdasarkan mekanisme dasar terbentuknya, protein amiloid dapat dibagi menjadi empat
kategori: (1) protein dengan kecenderungan intrinsik membentuk fluktuasi yang lebih lanjut dan
meningkat seiring bertambahnya usia, contohnya: Transthyretin; (2) protein yang mana
meskipun rentan dalam mengalami denaturasi partial dan agregrasi sendiri, normalnya tidak
membentuk deposit amiloid karena kadar konsentrasi serum yang rendah, tetapi jika kadar
konsentrasi serum yang tinggi secara persisten, dapat membentuk deposit, contohnya: 2-
microglobulin; (3) protein yang mana dalam konversi membentuk fibril akibat adanya mutasi.
Pada protein tertentu, mutasi mengakibatkan terjadinya pemecahan proteolitik yang melepaskan
suatu fragmen polipeptida yang memiliki kecenderungan tinggi membentuk agregasi fibrilar; (4)
protein yang mana akibat adanya baik mutasi dan peningkatan konsentrasi serum, keduanya
membentuk deposit amiloid, seperti pada light chain immunoglobulin pada amiloidosis AL.10-11
Suatu keseimbangan yang tepat antara sintesis protein, maturasi dan degradasi sangat
penting untuk kelangsungan hidup suatu sel. Folding dari protein pada sel merupakan proses
sentral yang sangat rentan terjadi kesalahan, mulai dari proses transkripsi sampai sekresi. Proses
ini benar-benar diregulasi dengan ketat secara molekular dan memerlukan konsumsi energi yang
cukup tinggi. Protein yang tidak mencapai folding yang sempurna akan dihancurkan. Namun,
protein-protein amiloidogenik dapat lolos dari proses degradasi ini. Sebagai tambahan dari
protein amiloidogenik yang utama, amiloid mengandung suatu unsur pokok di dalamnya yang
disebut komponen serum amiloid P (SAP). Serum amiloid P ini adalah suatu glikoprotein dengan
reseptor pengikat yang khusus dalam pembentukan amiloid, lokasinya pada permukaan B dari
bentuk pentameric (pentraxin) dari protein. Serum amiloid P ini melindungi fibril-fibril amiloid
Selain adanya SAP, pada setiap deposit amiloid juga terdapat glycosaminoglycans
(GAGs), terutama Heparan Sulphate Proteoglycans (HSPG) yang diduga mempunyai peranan
yang sangat penting dalam proses pembentukan dan stabilisasi deposit amiloid.13 Heparan
sulphate mempunyai peran aktif dalam pembentukan amiloid dan peranan pasif dalam akumulasi
deposit amiloid.14 Salah satu hipotesis mengungkapkan peranan dari proteoglycans dalam
membentuk stuktur-struktur bertingkat yang memfasilitasi adhesi dan orientasi dari beberapa
jaringan. Kandungan dari oligomer tersebut (deposit amiloid dalam jumlah besar) dapat merusak
arsitektur dari jaringan dan menyebabkan disfungsi organ. Namun mekanisme toksisitas
langsung saja belum cukup menjelaskan penyebab kerusakan jaringan pada penyakit amiloidosis.
Pada penelitian lain dijelaskan bahwa deposit fibril-fibril amiloid berinteraksi dengan reseptor
lokal seperti Receptor for Advanced Glycation End-products (RAGE), dan akan memicu respon
inflamasi dan juga menginduksi pembentukan Reactive Oxygen Species (ROS) yang akan
menginduksi terjadinya stress oksidatif, sehingga akhirnya menyebabkan kerusakan jaringan dan
disfungsi organ.
DIAGNOSA
Bagaimanapun jenis gambaran klinisnya, amiloidosis dapat jelas ataupun tidak jelas pada
pemeriksaan mikroskopis. Sering kali endapan amiloid dalam jumlah yang kecil tidak dikenali
sampai permukaan dari pemotongan organ tersebut diwarnai dengan iodium dan asam sulfat
Jika amiloid terakumulasi dalam jumlah besar, secara makroskopik akan terlihat organ
sering kali membesar dan jaringan tampak berwarna abu-abu pucat, konsistensi kenyal
Secara histologis, pengendapan amiloid selalu dimulai di antara sel, yang sering kali
berdekatan dengan membrana basalis. Karena terakumulasi, amiloid akan mengganggu sel yang
kemudian akan mengitari dan merusak sel. Pada bentuk amiloid yang disertai imunosit, lokalisasi
pewarnaannya. Teknik pewarnaan yang paling umum digunakan adalah zat warna merah-Kongo,
yang menghasilkan warna merah muda atau merah pada endapan amiloid di bawah pencahayaan
biasa. DI bawah pencahayaan yang terpolarisasi, amiloid yang diwarnai dengan merah-Kongo
menunjukkan suatu yang disebutpembiasan ganda hijau apel. Reaksi ini diberikan oleh semua
tanda - tanda klinis meliputi proteinuria persisten dengan proses supuratif kronis, kerusakan
jaringan, neoplasia, pembesaran lien dan hepar, tetapi perlu dikonfirmasi dengan biopsi.Terapi
sulit karena etiologi yang kurang jelas. Pada umumnya hanya dilakukan terapi terhadap factor
primer ( proses supuratif/neoplastic ) dan terapi symptomatic dan suportif terhadap kegagalan
ginjal, namun ini hanya dapat memperpanjang umur hewan karena penyakit bersifat progresif.
Kumar, V. et al. Robbins Basic Pathology, 8th ed, Saunders Elsevier, Philadelphia, 2007, p 166-
171.
Chandrasoma, P., Taylor, C.R. Ringkasan Patologi Anatomi (Concise Pathology), Edisi 2, EGC,
Kisilevsky, R. Amyloidosis, In: Rubin, E., Farber, J.L. Pathology, Second Edition, J.B.
Thomson, A.D., Cotton, R.E. Catatan Kuliah Patologi (Lecture Notes on Pathology), EGC,