Вы находитесь на странице: 1из 132

Pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah

Di Koromatantu Kec. Petasia Kabupaten Morowali Utara

Dipersiapkan untuk / Prepared for :

Jalan Bumi Nangka No.03, Kolonodale (94671), Telp. (0465)

Dipersiapkan oleh / Prepared by :

PKMK-UNTAD
Surat Pernyataan

SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Ir. Tri Indijono, MT.


Nip. / Pangkat : 19580830 198603 1 013 / Pembina Tk I IV/b
Jabatan : Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Perhubungan Daerah
Kabupaten Morowali Utara
Nama Pemrakarsa : Dinas Pekerjaan Umum dan Perhubungan Daerah
Kabupaten Morowali Utara
Alamat Kantor : Jl. Bumi Nangka No.03, Kolonodale-Morowali Utara
(94671), Telp. (0465) ......................
Adalah Penanggung Jawab atas pelaksanaan Pengelolaan dan Pemantauan
Lingkungan Hidup dari Usaha dan/atau Kegiatan :
Nama Usaha/Kegiatan : Pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA)
Kabupaten Morowali Utara Seluas 5,00 Ha
Lokasi Kegiatan : Di Desa Koromatantu, Kecamatan Petasia Kabupaten Morowali
Utara, Sulawesi Tengah.
Selanjutnya bertindak selaku penanggung jawab atas kegiatan Pembangunan Tempat
Pemrosesan Akhir Sampah (TPA) Kabupaten Morowali Utara dan Fasilitas
Penunjangnya Seluas 5,00 Ha, dengan ini menyatakan bahwa :
1. Kami berjanji dan bersedia melaksanakan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan
Pemantauan Lingkungan Hidup atas kegiatan Pembangunan Tempat Pemrosesan
Akhir Sampah (TPA) Morowali Utara Seluas 5,00 Ha Di Desa Koromatantu
Kecamatan Petasia Kabupaten Morowali Utara, sebagaimana yang tercantum dalam
dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan
(UKL-UPL) dan bersedia secara berkala setiap 6 (enam) bulan sekali melaporkan
hasilnya kepada instansi terkait;
2. Kami bersedia dipantau atas perubahan lingkungan yang dapat timbul akibat dari
kegiatan kami oleh pihak yang memiliki Surat Tugas dari pejabat yang berwenang
menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku;
3. Dalam melaksanakan pengelolaan lingkungan hidup, apabila tidak sesuai dengan
yang tercantum dalam dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya
Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL), maka kami bersedia menanggung semua
kerugian serta resiko yang ditimbulkan oleh pencemaran atau kerusakan lingkungan
yang terjadi;

Desember 2014
Dinas Pekerjaan Umum & Perhubungan Daerah
Kabupaten Morowali Utara
Kepala,

Materai 6000

Ir. Tri Indijono, MT.


19580830 198603 1 013
Pembina Tk I, IV/b

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha i


Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah
Kata Pengantar

KATA PENGANTAR

Sesuai dengan kebijaksanaan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 16


Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup (khusus
Dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup/UKL dan Upaya Pemantauan
Lingkungan Hidup/UPL, tercantum dalam Lampiran IV) bahwa rencana usaha atau
kegiatan yang tidak ada dampak pentingnya dan atau secara teknologi sudah dapat
dikelola dampak pentingnya wajib dilengkapi dengan dokumen Upaya Pengelolaan
Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL).

Untuk memenuhi kebijaksanaan pemerintah tersebut, Pemerintah Daerah Kabupaten


Morowali Utara melalui Dinas Pekerjaan Umum dan Perhubungan selaku Pemrakarsa
Kegiatan, melaksanakan penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup UKL-UPL Rencana
Kegiatan Pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah Seluas 5,00 Ha
yang berlokasi di Desa Koromatantu, Kecamatan Petasia, Kabupaten Morowali Utara,
Provinsi Sulawesi Tengah.

Kami mengucapkan terima kasih atas saran dan arahan yang telah diberikan Dinas
Pekerjaan Umum dan Perhubungan Daerah serta Bidang/Seksi Pencegahan
Pengendalian Dampak Lingkungan, Bappeda Kabupaten Morowali Utara, sehingga
penyusunan UKL dan UPL ini dapat memenuhi persyaratan dan ketentuan perundangan
serta sesuai dengan harapan kita bersama.

Terima kasih pula kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu hingga
tersusunnya dokumen UKL dan UPL ini.

Desember 2014
Dinas Pekerjaan Umum & Perhubungan Daerah
Kabupaten Morowali Utara
Kepala,

Ir. Tri Indijono, MT.


19580830 198603 1 013
Pembina Tk I, IV/b

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha ii


Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah
Daftar Isi

DAFTAR ISI

Surat Pernyataan i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
Daftar Tabel iv
Daftar Gambar vi

BAB 1. Pendahuluan I-1


1.1 Identitas Pemrakarsa dan Penyusun UKL - UPL I-1
1.2 Latar Belakang I-2
1.3 Maksud dan Tujuan Studi UKL-UPL 1-6
1.4 Manfaat Penyusunan Dokumen UKL dan UPL 1-7
1.5 Dasar Hukum 1-8
BAB 2. Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan II-1
2.1 Nama Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan II-1
2.2 Lokasi Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan II-2
2.3 Skala Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan II-10
2.4 Garis Besar Komponen Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan II-13
BAB 3. Uraian Komponen Lingkungan III-1
3.1 Komponen GeoFisik Kimia III-1
3.2 Komponen Biologi III-22
3.3 Komponen Sosial Ekonomi dan Budaya III-28
3.4 Komponen Kesehatan Masyarakat III-36
BAB 4. Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan, Upaya Pengelolaan dan IV-1
Pemantauan Lingkungan Hidup
4.1 Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan IV-1
4.2 Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya IV-4
Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)
4.2.1 Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) IV-4
4.2.2 Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) IV-13

Daftar Pustaka DP-1


Lampiran-Lampiran LL-1

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha iii


Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah
Daftar Tabel

DAFTAR TABEL

Nomor Teks Hal


Tabel 1.1 Daftar Tim Penyusun UKL UPL Pembangunan TPA Sampah Di I-2
Desa Koromatantu Kec. Petasia Kab. Morowali Utara
Tabel 1.2 Landasan Hukum & Peraturan Perundangan yang Terkait I-8
Tabel 2.1 Perkiraan Jumlah Tenaga Kerja untuk Konstruksi II-17
Tabel 2.2 Kebutuhan Air Tahap Konstruksi dan Limbah Cair yang Dihasilkan II-18
Tabel 2.3 Perhitungan Timbulan Limbah Padat Tahap Konstruksi II-18
Tabel 2.4 Daftar Peralatan Konstruksi TPA Sampah Koromatantu II-20
Tabel 2.5 Bahan Material Yang Dibutuhkan dan Ritase Pengangkutannya II-20
Tabel 2.6 Parameter dan Jenis Lapisan Tanah Dasar II-22
Tabel 2.7 Karakteristik Utama Leachate II-26
Tabel 2.8 Kriteria Perencanaan Kolam Pengolah Leachate II-28
Tabel 2.9 Efisiensi Penyisihan BOD Masing-Masing Bangunan Pengolahan II-32
Tabel 2.10 Bangunan Penunjang Operasional II-36
Tabel 2.11 Proyeksi Timbunan Sampah Kabupaten Morowali Utara II-37
Tabel 2.12 Perhitungan Produksi Maksimum Bulldozer II-38
Tabel 2.13 Perhitungan Produksi Maksimum Compactor II-40
Tabel 2.14 Perhitungan Produksi Maksimum Excavator II-41
Tabel 2.15 Kebutuhan Tanah Penutup II-43
Tabel 2.16 Rincian Kebutuhan Air TPA II-46
Tabel 3.1 Curah Hujan dan Hari Hujan Tompira Tahun 2013 III-3
Tabel 3.2 Hasil Pengukuran Kualitas Udara dan Kebisingan di Lokasi Studi III-11
Tabel 3.3 Hasil pengukuran getaran pada rencana Pembangunan TPA III-13
Sampah Di Desa Koromatantu Kec. Petasia
Tabel 3.4 Hasil Analisis Kualitas Air Bersih di Lokasi Rencana Pembangunan III-15
TPA Sampah Di Desa Koromatantu Kec. Petasia
Tabel 3.5 Hasil Analisis Tanah Lokasi Rencana Pembangunan TPA Sampah III-20
Di Desa Koromatantu Kec. Petasia Morowali Utara
Tabel 3.6 Prediksi Laju Erosi di Lokasi Kegiatan III-21
Tabel 3.7 Jenis Vegetasi Tingkat Pohon di Sekitar Lokasi Kegiatan III-23
Tabel 3.8 Jenis Tanaman Budidaya yang terdapat di sekitar lokasi kegiatan III-23
Tabel 3.9 Jenis Tanaman non Budidaya (Gulma) Yang terdapat di Sekitar III-24
Lokasi Kegiatan

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha iv


Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah
Daftar Tabel

Tabel 3.10 Jenis Burung yang Terdapat di Sekitar Lokasi Rencana Proyek III-25
Tabel 3.11 Jenis-jenis Hewan Domestik di Sekitar Lokasi Rencana Proyek III-25
Tabel 3.12 Jenis-jenis Mamalia, Reptilia dan Amphibia yang Terdapat di Sekitar III-25
Lokasi Kegiatan TPA Koromatantu
Tabel 3.13 Kemelimpahan dan Indeks Keanekaragaman Zooplankton dan III-26
Fitoplankton
Tabel 3.14 Kemelimpahan dan Keanekaragaman Benthos di Sekitar Lokasi III-27
Kegiatan
Tabel 3.15 Luas Wilayah, Jumlah dan Kepadatan Penduduk di Wilayah Studi III-29
Tahun 2012
Tabel 3.16 Laju Pertumbuhan Penduduk di Wilayah Studi Periode 2011 - 2012 III-30
Tabel 3.17 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Rasio Beban III-30
Tanggungan di Wilayah Studi
Tabel 3.18 10 Jenis Penyakit Terbesar di Wilayah Kerja Puskesmas Kolonodale III-37
Tahun 2013
Tabel 3.19 Fasilitas Kesehatan di wilayah Kecamatan Petasia Tahun 2013 III-38
Tabel 3.20 Persentase Rata-rata Kebiasaan Responden dalam Buang Air III-39
Besar (BAB)
Tabel 3.21 Rata-rata Jarak Tandon Tinja dengan Sumur Keluarga III-40
Tabel 4.1 Prakiraan Dampak Lingkungan Yang Akan Terjadi IV-2
Tabel 4.2 Matriks Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) Pembangunan IV-7
TPA Sampah Koromatantu & Fasilitas Penunjangnya
Tabel 4.3 Matriks Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) Pembangunan IV-15
TPA Sampah Koromatantu & Fasilitas Penunjangnya

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha v


Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah
Daftar Gambar

DAFTAR GAMBAR

Gambar Teks Hal


Gambar 2.1 Peta Tata Batas Kawasan Hutan Kabupaten Morowali Utara, II-3
Provinsi Sulawesi Tengah (tahun 2013)
Gambar 2.1b Kondisi jalan di bagian utara calon lokasi TPA II-6
Gambar 2.2 Kondisi calon lokasi TPA dari batas terluar bagian utara & barat II-6
Gambar 2.3 Kondisi Jalan raya Kolonodale - Trans Sulawesi, penghubung II-6
calon lokasi TPA dengan Pusat Kota
Gambar 2.4 Peta Orientasi Lokasi Rencana Pembangunan TPA Sampah di II-8
Kecamatan Petasia
Gambar 2.5 Peta Situasi/Lokasi Pembangunan TPA Sampah di Kec. Petasia II-9
Gambar 2.6 Peta Lokasi dan Layout Rencana Pembangunan TPA Sampah II-10
Berdasar Penggunaan Lahan di Sekitar Lokasi Studi
Gambar 2.7 Desain Site Plan/Layout Rencana Pembangunan TPA Sampah II-12
Gambar 2.8 Foto kondisi terakhir di lokasi rencana kegiatan II-14
Gambar 2.9 Struktur Organisasi Kerja Tahap Konstruksi II-17
Gambar 2.10 Neraca Kebutuhan Air Pada Tahap Konstruksi II-18
Gambar 2.11 Pengelolaan Sampah Tahap Konstruksi II-19
Gambar 2.12 Kondisi Jalan Menuju Lokasi TPA Koromatantu II-19
Gambar 2.13 Gambar Kerja Potongan Sel Sampah II-21
Gambar 2.14 Typikal Saluran Drainase II-25
Gambar 2.15 Skematik Instalasi Pengolahan Leachate II-33
Gambar 3.1 Peta Sebaran Curah Hujan Tahunan di Wilayah Studi (Desa III-2
Koromatantu dan Sekitarnya Ch 2400-2600 mm)
Gambar 3.2 Peta Agroklimat Wilayah Studi dan Sekitarnya III-3
Gambar 3.3 Posisi Geologi daerah Rencana Pembangunan TPA Sampah III-7
dengan luas Areal 5,00 Ha Di Desa Koromatantu Kecamatan
Petasia Kab. Morowali Utara
Gambar 3.4 Peta Formasi Geologi Lokasi TPA Sampah Di Desa Koromatantu III-9
Kec. Petasia Kab. Morowali Utara yang didominasi oleh Formasi
Matano (Kml) dan Alluvium dan Endapan Pantai (Qal)
Gambar 3.5 Peta Seismik Indonesia III-10
Gambar 3.6 Profil Tanah di Lokasi Studi III-19
Gambar 3.7 Tanggapan masyarakat terhadap pembangunan TPA Koromatantu III-35
Gambar 3.8 10 Jenis Penyakit Terbesar di Wilayah Studi (Tahun 2013) III-38
Gambar 4.1 Peta Pengelolaan Pemantauan Lingkungan Hidup IV-23

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha vi


Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah
Pendahuluan

PENDAHULUAN

1.1. Identitas Pemrakarsa Dan Penyusun UKL - UPL

A. Identitas Pemrakarsa

a. Nama Pemrakarsa : Dinas Pekerjaan Umum dan Perhubungan


Daerah Kabupaten Morowali Utara
b. Alamat Pemrakarsa : Jl. Bumi Nangka No.03, Kolonodale-Morowali
Utara (94671), Telp. (0465) ..............................
c. Penanggung jawab : Ir. Tri Indijono, MT.
d. Nip. / Pangkat : 19580830 198603 1 013 / Pembina Tk I IV/b
e. Jabatan : Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan
Perhubungan Daerah Kabupaten Morowali
Utara.

B. Identitas Penyusun
a. Nama Lembaga : Pusat Kajian Pengembangan Masyarakat dan
Kawasan Universitas Tadulako (PKMK
UNTAD)
b. Penanggung Jawab : Dr. Ir. Muhd. Nur Sangadji, DEA
c. Jabatan : Ketua PKMK UNTAD.
d. Alamat : Kampus Bumi Tadulako, Kel. Tondo
(94118) Palu, Sulawesi Tengah
e. Nomor Telepon/Fax : (0451) 486158.
f. E-mail : pkmk_untad@yahoo.co.id

C. Tim Penyusun

Penyusun dokumen Upaya Pengelolaan lingkungan (UPL) dan Upaya


Pemantauan Lingkungan (UKL) rencana Pembangunan Tempat Pemrosesan
Akhir Sampah (TPA) Morowali Utara seluas 5,00 Ha di Desa Koromatantu
Kecamatan Petasia, dilaksanakan oleh tim penyusun yang terdiri dari 4 (empat)
jenis keahlian, sesuai dengan kebutuhan dan persyaratan yang berlaku. Adapun
tim penyusun studi UKL UPL adalah sebagai berikut :

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha I-1


Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah
Pendahuluan

Tabel 1.1. Daftar Tim Penyusun UKL UPL Rencana Pembangunan Tempat
Pemrosesan Akhir Sampah (TPA) Morowali Utara Seluas 5,00 Ha Di
Desa Koromatantu Kecamatan Petasia Kabupaten Morowali Utara.
No. Nama Kedudukan Dalam Tim Keahlian dan Sertifikasi
1 Ir. Abd. Wahid, M.Si Ketua Tim Studi Pengelolaan SDA - Lingk,
(merangkap Tim Biologi) Amdal A Plus dan ERA
2 Jusman, S.Si., M.Si Ahli Kimia Lingkungan /
Analisis Kualitas Air
Tim Fisik-Kimia
3 Sandi Prasetyo, ST. Ahli Teknik Lingkungan
M.Si (Amdal A)
Ahli Kesehatan
4 Sardiana Junus, SKM Tim Sosekbud-Kesmas
Masyarakat (Kesmas)

1.2. Latar Belakang

Pembangunan pada dasarnya adalah usaha untuk meningkatkan taraf kehidupan


masyarakat dengan jalan memanfaatkan dan mengelola sumber daya alam yang
dimiliki, namun disisi lain, pembangunan ini juga dapat menimbulkan dampak
negative bagi lingkungan yang berakibat terjadinya perubahan lingkungan
biofisika, lingkungan social ekonomi dan lingkungan budaya.

Dalam rangka melaksanakan pembangunan yang berwawasan lingkungan


sebagai upaya sadar dan berencana dalam mengelola sumberdaya alam secara
bijaksana dalam pembangunan yang berkesinambungan guna meningkatkan mutu
hidup, maka perlu dijaga antara aktivitas berbagai usaha dan atau kegiatan
dengan komponen lingkungan sekitarnya. Perlu disadari makin meningkatnya
usaha atau kegiatan pembangunan pada berbagai bidang di Kabupaten Morowali
Utara akan memberikan konsekuensi logis timbulnya dampak dan perubahan
terhadap lingkungan, oleh karena itu Pemerintah Kabupaten Morowali Utara
berusaha selalu mengedepankan masalah lingkungan di segala kegiatan
pembangunannya.

Pertumbuhan penduduk dan perkembangan zaman mengakibatkan timbulnya


sampah yang apabila tidak tertangani dengan baik akan menimbulkan berbagai
pencemaran lingkungan dan kesehatan. Saat ini pengelolaan persampahan
menghadapi banyak tekanan terutama akibat semakin besarnya timbulan sampah
yang dihasilkan masyarakat baik produsen maupun konsumen. Hal ini menjadi
semakin berat dengan masih dimilikinya paradigma lama pengelolaan yang
mengandalkan kegiatan pengumpulan, pengangkutan, dan pembuangan; yang

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha I-2


Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah
Pendahuluan

kesemuanya membutuhkan anggaran yang semakin besar dari waktu ke waktu;


yang bila tidak tersedia akan menimbulkan banyak masalah operasional seperti
sampah yang tidak terangkut, fasilitas yang tidak memenuhi syarat, cara
pengoperasian fasilitas yang tidak mengikuti ketentuan teknis. Pada akhirnya
berbagai masalah tersebut akan bermuara pada rendahnya kuantitas dan kualitas
pelayanan dan tidak diindahkannya perlindungan lingkungan dalam pengelolaan;
yang bila tidak segera dilakukan perbaikan akan berdampak buruk terhadap
kepercayaan dan kerjasama masyarakat yang sangat diperlukan untuk menunjang
pelayanan publik yang mensejahterakan masyarakat. Kabupaten Morowali Utara
sebagai kabupaten baru memiliki permasalahan pengelolaan sampah, yaitu belum
memadainya fasilitas penanganan sampah. UU No.7/2004 tentang Sumber Daya
Air dan PP No.16/2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
mensyaratkan ketentuan perlindungan air baku melalui penyediaan prasarana dan
sarana persampahan controlled landfill (kota kecil) dan sanitary landfill (kota
besar). UU 18/2008 menyebutkan, tidak diperkenankan lagi praktik TPA open
dumping.

Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) merupakan tempat dimana sampah mencapai


tahap terakhir dalam pengelolaannya sejak mulai timbul di sumber, pengumpulan,
pemindahan/pengangkutan, pengolahan dan pembuangan. TPA merupakan
tempat dimana sampah diisolasi secara aman agar tidak menimbulkan gangguan
terhadap lingkungan sekitarnya. Karenanya diperlukan penyediaan fasilitas dan
perlakuan yang benar agar keamanan tersebut dapat dicapai dengan baik. Selama
ini masih banyak persepsi keliru tentang TPA yang lebih sering dianggap hanya
merupakan tempat pembuangan sampah. Hal ini menyebabkan banyak
Pemerintah Daerah masih merasa sayang untuk mengalokasikan pendanaan bagi
penyediaan fasilitas di TPA yang dirasakan kurang prioritas dibanding
pembangunan sektor lainnya. Di TPA, sampah mengalami proses penguraian
secara alamiah dengan jangka waktu yang panjang. Beberapa jenis sampah dapat
terurai secara cepat, sementara yang lain lebih lambat; bahkan ada bebrapa jenis
sampah dapat terurai secara cepat, sementara yang lain lebih lambat; bahkan ada
beberapa jenis sampah yang tidak berubah sampai puluhan tahun; misalnya
plastik. Hal ini memberikan gambaran bahwa setelah TPA selesai digunakan pun
masih ada proses yang berlangsung dan menghasilkan beberapa zat yang dapt
mengganggu lingkungan. Karenanya masih diperlukan pengawasan terhadap TPA
yang telah ditutup. Karena latar belakang inilah, diperlukan suatu perencanaan

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha I-3


Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah
Pendahuluan

aspek teknis dan manajemen persampahan yang memadai melalui penyusunan


Masterplan TPA Persampahan Kabupaten Morowali Utara yang diikuti dengan
kajian lingkungan dalam bentuk studi Upaya Pengelolaan lingkungan (UPL) dan
Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL) rencana Pembangunan Tempat
Pemrosesan Akhir Sampah (TPA) Morowali Utara seluas 5,00 Ha yang terletak di
Desa Koromatantu Kecamatan Petasia.

Pemerintah Kabupaten Morowali Utara khususnya Dinas Pekerjaan Umum dan


Perhubungan Daerah terus melakukan pembenahan, diantaranya pelaksanaan
program pengembangan wilayah strategis dan cepat tumbuh pada kegiatan
pengembangan khususnya penyediaan prasarana dasar yang salah satunya
adalah rencana pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah, maka
Pemerintah Kabupaten Morowali Utara pada tahun anggaran 2014 akan
melakukan kegiatan Studi Lingkungan Penyusunan UKL-UPL TPA Sampah
sebagai salah satu komitmen Pemerintah Daerah untuk melaksanakan seluruh
program pembangunan atas dasar konsep pembangunan berkesinambungan
yang berwawasan lingkungan.

Rencana Pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA) Sampah di


Kabupaten Morowali Utara pada areal seluas 5,00 Ha yang terletak di Desa
Koromatantu Kecamatan Petasia dalam pelaksanaannya umumnya menggunakan
Metode Controlled Landfill. Metode ini merupakan peningkatan dari open dumping
dimana secara periodik sampah yang telah tertimbun ditutup dengan lapisan tanah
untuk mengurangi potensi gangguan lingkungan yang ditimbulkan. Controlled
landfill merupakan sarana pengurugan sampah yang bersifat antara sebelum
mampu melaksanakan operasi sanitary landill, dimana sampah yang telah diurug
dan dipadatkan di area pengurugan dilakukan penutupan dengan tanah penutup
paling tidak setiap 7 hari. Dalam operasionalnya juga dilakukan perataan dan
pemadatan sampah untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan lahan dan
kestabilan permukaan TPA. Pengurugan sampah pada Controlled landfill : sampah
disebar dan dipadatkan lapis per-lapis sampai ketebalan sekitar 4,50 m yang
terdiri dari lapisan-lapisan sampah setebal sekitar 0,5 m yang digilas dengan steel
wheel compactor atau dozer paling tidak sebanyak 3 sampai 5 gilasan, sehingga
menjadi sel-sel sampah. Setelah terbentuk ketinggian tersebut, timbunan
kemudian ditutup dengan tanah penutup antara setebal minimum 20 cm. Tinggi
tinggi lapisan setinggi sekitar 5 m disebut sebagi 1 lift. Di Indonesia, metode
controll landfill dianjurkan untuk diterapkan di kota sedang dan kecil. Untuk dapat

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha I-4


Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah
Pendahuluan

melaksanakan metode ini diperlukan penyediaan beberapa fasilitas, diantaranya :


a) Saluran drainase untuk mengendalikan aliran air hujan, b) Saluran pengumpul
leachate dan kolam penampungan, c) Pos pengendalian operasional, d) Fasilitas
pengendalian gas metan, e) Alat berat.

Rencana Pembangunan TPA Sampah Kolonodale diharapkan tidak hanya


memenuhi sarana kehidupan saja, melainkan harus dapat menciptakan
keseimbangan dengan kelestarian lingkungan hidup di Kabupaten Morowali Utara.
Studi ini akan menelaah seluruh tahapan rencana usaha dan/atau kegiatan baik
pada tahap pra konstruksi, konstruksi, operasi dan pasca-operasi. Pada tahap
pasca-operasi hendaknya tetap mengantisipasi rencana peruntukan lahan sesuai
dengan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Morowali
Utara. Pembangunan TPA Sampah serta operasionalisasinya diperkirakan akan
menimbulkan dampak terhadap lingkungan baik positif maupun negative.
Menyadari adanya pengaruh kegiatan ini terhadap lingkungan hidup, dan sesuai
amanat Undang-Undang No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (UU-PPLH); Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun
2012 tentang Izin Lingkungan; Per Men LH No. 05 Tahun 2012 Tentang Jenis
Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL); Per Men LH No. 16 tahun 2012 Tentang
Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup (khusus Dokumen Upaya
Pengelolaan Lingkungan Hidup/UKL dan Upaya Pemantauan Lingkungan
Hidup/UPL, tercantum dalam Lampiran IV); serta Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum Nomor 10/PRT/M/2008 Tentang Penetapan Jenis Usaha dan/atau
Kegiatan Bidang Pekerjaan Umum yang Wajib Dilengkapi dengan Dokumen UKL
dan UPL, maka Dinas Pekerjaan Umum dan Perhubungan Daerah Kabupaten
Morowali Utara dalam upaya untuk mengembangkan konsep pembangunan yang
berwawasan lingkungan dan bekelanjutan diwajibkan untuk menyusun dokumen
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan
Hidup (UPL), guna memenuhi persyaratan dalam rangka melaksanakan
pembangunan TPA Sampah yang layak serta berwawasan lingkungan.

Kewajiban Penyusunan Dokumen UPL dan UKL oleh pemrakarsa Kegiatan


Pembangunan TPA Sampah Kolonodale pada areal seluas 5,00 Ha dengan
kapasitas total sampah < 10.000 ton, didasarkan atas Peraturan Meteri Pekerjaan
Umum Nomor 10/PRT/M/2008 yang memuat kriteria jenis kegiatan Bidang
Pekerjaan Umum yang Wajib Dilengkapi dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha I-5


Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah
Pendahuluan

Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL). Dari kriteria yang
ada, kategori dampak yang ditimbulkan oleh pembangunan TPA tidak termasuk
dalam kategori kegiatan yang mempunyai dampak penting terutama terhadap
penurunan daya dukung dan daya tampung lingkungan, sehingga kegiatan
Pembangunan TPA Sampah tersebut di atas hanya diwajibkan menyusun Studi
UPL dan UKL bukan Studi AMDAL. Penyusunan dokumen UPL dan UKL rencana
Kegiatan pembangunan TPA Sampah dilakukan berdasarkan Per Men LH No. 16
tahun 2012 Tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup (khusus
Dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup/UKL dan Upaya Pemantauan
Lingkungan Hidup/UPL, tercantum dalam Lampiran IV). Dokumen ini diharapkan
agar dapat mengkaji dampak yang ditimbulkan serta menghasilkan produk berupa
langkah demi langkah penanganan dampak lingkungan sehingga dapat
mengurangi dampak negative dan mengoptimalkan/mengembangkan dampak
positif yang timbul.

1.3. Maksud dan Tujuan Studi UKL-UPL

Maksud dari Penyusunan Dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan


Upaya pemantauan Lingkungan (UPL) Pembangunan TPA Sampah Kolonodale
seluas 5,00 Ha di Desa Koromatantu Kecamatan Petasia, adalah untuk
terciptanya pembangunan yang berwawasan lingkungan serta pembangunan
sarana pelayanan yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat sekaligus tetap
memperhatikan keseimbangan dan kelestarian lingkungannya.

Tujuan Penyusunan Dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya


pemantauan Lingkungan (UPL) Pembangunan TPA Sampah Kolonodale adalah :

a. Menunjukkan tingkat kepedulian pihak pemrakarsa dalam upaya menjalankan


pembangunan yang berwawasan lingkungan.
b. Memberikan informasi kepada masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi
kegiatan dan pihak terkait tentang rencana kegiatan pembangunan TPA
Sampah yang bersifat spesifik untuk kegiatan-kegiatan yang dapat
menimbulkan dampak terhadap lingkungan, sehingga masyarakat dapat
memberikan masukan, saran dan tanggapan atas rencana kegiatan tersebut.
c. Sebagai dasar dan informasi bagi Pemerintah dan masyarakat tentang UKL-
UPL. Masyarakat berhak mengetahui setiap rencana usaha dan/atau kegiatan

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha I-6


Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah
Pendahuluan

yang wajib UKL-UPL. Pemrakarsa bersama-sama Bapedalda wajib


memberitahukan kepada masyarakat setiap rencana usaha dan/atau kegiatan
yang akan diterbitkan rekomendasi UKL-UPL.
d. Mengetahui kualitas/rona lingkungan di lokasi rencana pembangunan dan
sekitarnya.
e. Sebagai instrumen pengikat bagi pemrakarsa untuk melaksanakan pengelolaan
dan pemantauan lingkungan.
f. Mengkaji dan memperkirakan dampak lingkungan serta mengevaluasi dampak
terhadap lingkungan hidup dari rencana kegiatan pada tahap pra konstruksi,
konstruksi, operasi, dan pasca operasi terhadap komponen lingkungan hidup
serta mengidentifikasi dampak yang muncul akibat kegiatan pembangunan
drainase.
g. Menyusun rencana pencegahan, penanggulangan dan pengendalian dampak
negatif serta mengoptimalkan dan meningkatkan dampak positif akibat rencana
usaha/kegiatan pembangunan.
h. Menyusun Upaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup yang
dituangkan dalam bentuk Dokumen UKL dan UPL.

1.4. Manfaat Penyusunan Dokumen UKL dan UPL

Manfaat dan kegunaan dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan


Upaya pemantauan Lingkungan (UPL) Pembangunan TPA Sampah Kolonodale
seluas 5,00 Ha di Desa Koromatantu Kecamatan Petasia, adalah:

a. Digunakan sebagai pedoman pemrakarsa dalam melaksanakan pengelolaan


dan pemantauan lingkungan hidup dari kegiatan proyek pembangunan TPA
Sampah baik pada tahap pra konstruksi hingga pasca operasi.
b. Mengembangkan citra positif, khususnya pemerintah daerah dalam rangka
upayaikut serta menjaga kelestarian lingkungan hidup
c. sebagai pedoman instansi terkait dalam rangka melakukan pengawasan dan
pembinaan proyek pembangunan TPA Sampah yang berkaitan dengan
pengelolaan lingkungan dan pemantauan liingkungan.
d. menghindarkan sedini mungkin kerusakan sumber daya yang ada di sekitar
lokasi kegiatan serta persepsi masyarakat akibat adanya kegiatan
pembangunan TPA Sampah Kolonodale.
e. sebagai bahan masukan yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan.

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha I-7


Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah
Pendahuluan

f. Sebagai acuan dan sumber informasi bagi intansi sektoral yang terkait dalam
pelaksanaan pembinaan, pengawasan, pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup yang dilaksanakan oleh pemrakarsa.
g. Sebagai instrumen pengikat bagi pihak pemrakarsa untuk melaksanakan Upaya
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup dalam kegiatan
pembangunan.
h. Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan ijin melakukan usaha dan/atau
kegiatan yang bersangkutan bagi usaha dan/atau kegiatan yang wajib
dilengkapi dengan dokumen UKL dan UPL.

1.5. Dasar Hukum

Rencana kegiatan Pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA)


Seluas 5,00 Ha di Desa Koromatantu Kecamatan Petasia Kabupaten Morowali
Utara Provinsi Sulawesi Tengah tersebut mengacu kepada beberapa Undang-
Undang dan Peraturan Pemerintah sesuai arahan pembangunan yang
berwawasan lingkungan dan sekaligus menjadi acuan dalam melakukan
penyusunan UKL UPL sebagai berikut:

Tabel 1.2. Landasan Hukum dan Peraturan Perundang-Undangan Yang Terkait


Undang-Undang Republik
A. Tentang Justifikasi
Indonesia
1 Undang-Undang No. 5 Tahun Peraturan Dasar Pokok- Terkait dengan Pengadaan Lahan
1960. Pokok Agraria
2 Undang-Undang No. 5 Tahun Konservasi SDA Hayati Keberadaan Berbagai Ekosistem Alam
1990 dan Ekosistemnya di Sekitar Rencana Kegiatan
3 Undang-Undang No. 14 Tahun Lalulintas dan Angkutan Penggunaan Jalan Provinsi Dan Jalan-
1992 Jalan Jalan Umum Untuk Kegiatan Proyek
4 Undang-Undang No. 23 Tahun Kesehatan Pemeliharaan Kesehatan Pekerja dan
1992 Masy. Sekitar Rencana Kegiatan
5 Undang-Undang No. 5 Tahun Pengesahan Konvensi Upaya Pengelolaan Keanekaragaman
1994 Internasional Mengenai Hayati yang Ada di Beberapa Bagian
KEHATI Lokasi Proyek
6 Undang-Undang No. 2 Tahun Jaminan Sosial Tenaga Terkait dengan masalah jaminan sosial
1997. Kerja. ketenagakerjaan.
7 Undang-Undang No. 41 Tahun Kehutanan Terkait dengan Keberadaan Lahan
1999 Yang Akan digunakan Oleh Proyek
yang Dikuasasi Oleh Departemen
Kehutanan dan Perkebunan
8 Undang-Undang No. 20 Tahun Ketenagakerjaan Tatacara dan Pengaturan Rekrutmen
2002 dan Hak Serta Kewajiban Pemrakarsa
Terhadap Tenaga Kerja
9 Undang-Undang No. 7 Tahun Sumber Daya Air Terkait dengan Pengelolaan kualitas
2004 air.
10 Undang-Undang No. 33 Tahun Perimbangan Keuangan Pengaturan Kewajiban Pemrakarsa
2004 Antara Pemerintah Pusat Untuk Membayar Pajak Untuk Daerah
dan Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat
11 Undang-Undang No. 34 Tahun Jalan Pengaturan tentang pembuatan/
2004 peningkatan jalan Negara/Provinsi dan
jalan umum.

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha I-8


Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah
Pendahuluan

12 Undang-Undang No. 12 Tahun Pemerintahan Daerah Hubungan Pemrakarsa dengan


2006 Kewenangan Pemerintah Daerah
Sebagai Daerah Otonom
13 Undang-Undang No. 26 Tahun Penataan Ruang Kesesuaian Lokasi Rencana Kegiatan
2007 Dengan Tata Ruang
14 Undang-Undang No. 18 Tahun Pengelolaan Sampah Prosedur Pengelolaan Sampah,
2008 Kepastian Hukum, tugas, Kewenangan
& Tanggungjawab Pemda.
15 Undang-Undang No. 32 Tahun Perlindungan dan Pentingnya kegiatan UKL UPL
2009 Pengelolaan Lingkungan Pembangunan Tempat Pemrosesan
Hidup (PPLH) Akhir Sampah (TPA) Morowali Utara
16 Undang-Undang No. 1 Tahun Perumahan dan Kawasan Terkait Tempat Pemrosesan Akhir
2011 Permukiman Sampah (TPA) dengan lokasi sekitar
Perumahan & Kawasan Permukiman

Peraturan Pemerintah
B. Tentang Justifikasi
Republik Indonesia
1 PP No. 35 Tahun 1991 Sungai Pengaturan secara umum tentang
pemanfaatan sungai/danau untuk
kepentingan Irigasi dll.
2 PP No. 41 Tahun 1993 Angkutan Jalan Terkait dengan Pengaturan Dan
Pengawasan Roda Angkutan Darat
yang Digunakan Dalam Proyek
3 PP No. 43 Tahun 1993 Prasarana dan Lalulintas Pengaturan & Pengawasan Prasarana
Jalan dan Lalulintas Kendaraan Darat yang
Digunakan Dalam Proyek
4 PP No. 18 Tahun 1999 jo PP No. Pengelolaan Limbah Terkait Dengan Pengaturan Dan
85 Thun 1999 Bahan Berbahaya dan Pengawasan Limbah B3 Yang
Beracun Dihasilkan Oleh Rencana Kegiatan
5 PP No. 41 Tahun 1999 Pengendalian Pengaturan dan Pengendalian
Pencemaran Udara Pencemaran Udara yang Mungkin
Ditimbulkan Oleh Rencana Kegiatan
6 PP No. 150 Tahun 2000 Pengendalian Kerusakan Pengaturan dan Pengendalian
Tanah Untuk Produksi Kerusakan Tanah Yang Ditimbulkan
Biomassa Oleh Proyek Untuk Produksi Biomasa
7 PP No. 74 Tahun 2001 Pengelolaan Bahan Terkait dengan Pengaturan,
Berbahaya dan Beracun Penanganan dan Pengawasan Limbah
(B3) B3 Yang Dihasilkan Oleh Rencana
Kegiatan.
8 PP No. 82 Tahun 2001 Pengelolaan Kualitas Air Pengaturan dan Pengelolaan Kualitas
dan Pengendalian Air dan Pengendalian Pencemaran Air
Pencemaran Air oleh Rencana Kegiatan, Terutama
Pada Tahap Operasional.
9 PP No. 16 Tahun 2004 Penatagunaan Tanah Pengaturan dan Pengawasan
Pengadaan Tanah Bagi Pemrakarsa
Untuk Kepentingan Umum.
10 PP No. 34 Tahun 2004 Pemanfaatan Jasa Pengaturan & pemanfaatan SDA untuk
Lingkungan kepentingan jasa lingkungan
11 PP No. 38 Tahun 2007 Pembagian Urusan Antara Urusan Pemerintah Propinsi dengan
Pem. Pusat dgn Pem. dan Pemerintah Kab/Kota.
Provinsi dan Pemerintah
Kab/Kota.
12 PP No. 26 Tahun 2008 Rencana Tata Ruang Kesesuaian Lokasi Rencana Kegiatan
Wilayah Nasional dengan Tata Ruang
13 PP No. 27 Tahun 2012 Izin Lingkungan Terkait dengan Arti Penting
Pelaksanaan Studi UKL-UPL
14 PP No. 81 Tahun 2012 Pengelolaan Sampah Prosedur Penanganan Sampah
Rumah Tangga Dan Domestik atau Sejenisnya yang
Sampah Sejenis Sampah Ramah Lingkungan
Rumah Tangga
Keputusan Presiden
C. Tentang Justifikasi
Republik Indonesia
1 Keppres No. 43 Tahun 1991 Konservasi Energi Upaya-Upaya Konservasi Energi Yang
Akan Dilaksanakan Oleh Pemrakarsa
Dalam Operasionalisasi Proyek.

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha I-9


Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah
Pendahuluan

2 Keppres No. 22 Tahun 1993 Penyakit Yang Timbul Terkait dengan Kesehatan Tenaga
Karena Hubungan Kerja Kerja
3 Perpres No. 65 Tahun 2006 Pengadaan Tanah Bagi Pengaturan dan Pengawasan
Pelaksanaan Pengadaan Tanah Bagi Pemrakarsa
Pembangunan Untuk Yang Terkait Untuk Kepentingan
Kepentingan Umum Umum.
Keputusan/Peraturan
D. Tentang Justifikasi
Menteri
1 Kep.Men.Neg Kependudukan dan Pedoman Penetapan Baku Terkait dengan Batas Baku Mutu
Lingkungan Hidup No. 02/MEN Mutu Lingkungan Lingkungan Untuk Berbagai Parameter
KLH/I/ 1988 Lingkungan Yang Harus Diacu Oleh
Pemrakarsa
2 Kep.Men Keh. No.837/kpts- Larangan Penebangan Terkait dengan Larangan Penebangan
II/1990 Pohon Di 100 M Kiri Pohon Pada Rencana Usaha Di
Kanan Sungai Dan 200 M Kawasan Sungai dan Mata Air.
dari Radius Mata Air
3 Kep. MPE No. 06P/0746/ M.PE/ Pemeriksaan Adanya Kewajiban untuk Melakukan
1991 Keselamatan Kerja Untuk Pemeriksaan Keselamatan Kerja Untuk
Instalasi, Peralatan, dan Instalasi, Peralatan dan Teknis Secara
Teknis Rutin.
4 Kep.Men Hub No. KM 69/ 1993 Penyelenggaraan Pedoman Yang Harus Diikuti Oleh
Angkutan Barang di Jalan Pemrakarsa Dalam Penyelenggaraan
Angkutan Barang di Jalan
5 Kep.Men PU No. 63/PRT/ 1993 Batas Badan Sungai, Terkait dengan Pengaturan dan
Peruntukan Sungai, Pengawasan Penggunaan Badan dan
Daerah Pengawasan Air Sungai Yang Digunakan Oleh
Sungai dan Bekas Sungai Pemrakarsa
6 Kep.Men LH No. 13/ Baku Mutu Emisi Sumber Baku Mutu Emisi Sumber Tidak
MENLH/1995 Tidak Bergerak Bergerak Ini Akan Diacu Dalam Setiap
Operasi Alat Non Mobil Yang
Mengeluarkan Emisi
7 Kep. MNLH No. Kep-48/ MENLH/ Baku Tingkat Kebisingan Baku Mutu Tingkat Kebisingan Ini
11/1996 Akan Diacu Dalam Setiap Operasi Alat
Yang Mengeluarkan Kebisingan
8 Kep. MNLH No. Kep-50/ MENLH/ Kebauan Baku Mutu Kebauan Ini Akan Diacu
11/1996 dalam Setiap Operasi Kegiatan Yang
Menimbulkan Kebauan.
9 Kep.Men kesehatan No. Persyaratan Kesehatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
262/Menkes/SK/II/ 1998 Lingkungan Kerja bagi karyawan dan masy. Sekitar.
10 Kep.Men.Kes. No.876/Men. Pedoman Analisis Pedoman Untuk Mengkaji Aspek
Kes/SK/VII/2001 Dampak Kesehatan Kesehatan Masyarakat Dalam Amdal
Lingkungan
11 PerMen PU No. 10/PRT/M/2008. Jenis Usaha dan/atau Menetapkan jenis rencana usaha
Keg. Bidang PU yang dan/atau kegiatan yang wajib
Wajib Dilengkapi dengan dilengkapi dengan Dokumen UKL-UPL
Dokumen UKL-UPL. Bidang Pekerjaan Umum.
12 Permen LH. No. 21 Tahun 2008 Baku Mutu Emisi Sumber Standar Baku Mutu Lingk. Sumber
Tidak Bergerak Bagi emisi Mesin operasional Pembangunan
Usaha dan/atau Kegiatan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah
Pembangkit Tenaga (TPA) Morowali Utara
Listrik Termal
13 PerMenDagri No.33 Tahun 2010 Pedoman Pengelolaan Pedoman Pengelolaan, Peran
Sampah Masyarakat, Pengawasan &
Pembinaan Persampahan
14 PerMenKes No. Persyaratan Kualitas Air Syarat-Syarat Pengawasan Kualitas
492/MENKES/PER/IV/2010 Minum Air Untuk Minum Bagi Kesehatan
Pekerja & Masyarakat
15 PerMenKes No. Tata Laksana Prosedur Standar Pengawasan Kualitas
736/MENKES/PER/IV/2010 Pengawasan Kualitas Air Air Minum terhadap Cemaran
Minum Lingkungan.
16 Per Men LH No. 05 Tahun 2012 Jenis Rencana Usaha dan Menetapkan jenis rencana usaha
atau Kegiatan yg Wajib dan/atau kegiatan yang wajib
Memiliki AMDAL dilengkapi dengan AMDAL

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha I - 10


Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah
Pendahuluan

15 Permen LH No 16 Tahun 2012 Pedoman Penyusunan Petunjuk teknis penyusunan dokumen


Dokumen Lingkungan lingkungan (AMDAL, UKL- UPL &
Hidup (AMDAL, UKL- UPL SPPL).
& SPPL)
16 Permen LH No 17 Tahun 2012 Pedoman Keterlibatan Pedoman Ini Diacu Dalam Pelaksanaan
Masyarakat Dalam Proses Kegiatan Sosialisasi Dan Konsultasi
Analisis Dampak Lingk. Masyarakat Dalam Proses
Hidup & Izin Lingkungan AMDAL/UKL/UPL.
17 PerMen PU No. 03/PRT/M/2013. Penyelenggaraan Prosedur Penyelenggaraan Prasarana
Prasarana & Sarana & Sarana Persampahan Domestik atau
Persampahan Dalam Sejenisnya yang Ramah Lingkungan
Penanganan Sampah RT
& Sampah Sejenis
Sampah Rumah Tangga

Keputusan/Peraturan
E Tentang Justifikasi
Kepala BPN, Bapedal dll
1 Kep.Ka. Bapedal No. 205 Tahun Pedoman Teknis dengan Teknis Pengendalian
1996 Pengendalian Pencemaran Udara Yang Disebabkan
Pencemaran Udara Oleh Rencana Kegiatan.
Sumber Tidak Bergerak
2 Kep.Ka. Bapedal No.Kep 105 Panduan Pemantauan Dengan Pengelolaan dan Pemantauan
Tahun 1997 Pelaksanaan Renc. Lingkungan Yang Dilakukan Oleh
Pengelolaan Lingk. dan Pemrakarsa
Renc. Pemantauan Lingk.
3 Kep.Ka BAPEDAL No. Panduan Kajian Aspek Pedoman Ini Akan Diacu Dan Untuk
124/12/1997 Kesehatan Masyarakat Pertimbangan Dalam Proses
Dalam Penyusunan Penyusunan Dokumen Amdal/UKL-UPL
Amdal/UKL UPL
4 Per.Meneg Agraria/Kepala BPN Tentang Penyelesaian Terkait dengan Keberadaan Hak
No. 5 Tahun 1999 Masalah Hak Ulayat Ulayat Yang Ada Dalam Kawasan
Masyarakat Hukum Adat Rencana Pembangunan Jalan.
Keputusan Gubernur Dan
F Tentang Justifikasi
Peraturan Daerah
1 Perda Propinsi Dati I Sulawesi Pengelolaan dan Terkait dengan Pengelolaan dan
Tengah No. 4 Tahun 1985. Pelestarian Lingkungan Pelestarian Lingkungan Hidup.
Hidup Di Sul-Teng
2 Perda Provinsi Daerah Tingkat I Sempadan Sungai Terkait dengan Pengelolaan dan
Sulawesi Tengah No 11 Tahun Pemanfaatan Sempadan Sungai.
1996.
3 Keputusan Gubernur Sulawesi Tentang Baku Mutu Batas baku mutu lingkungan untuk
Tengah No. Lingkungan di Provinsi berbagai parameter lingkungan yang
Kep.188.44/1443/RO.BLH/1990 Sulawesi Tengah harus diacu oleh pemrakarsa.
4 Keputusan Gubernur Kepala Dati Baku Mutu Air dan Udara Terkait dengan Baku Mutu Air Dan
I Sul-Teng No. 465 Tahun 1995. Di Sulawesi Tengah. Udara.
5 Perda Propinsi Sulawesi Tengah Rencana Tata Ruang Tata Ruang Wilayah Prop Sulteng
No. 2 Tahun 2004. Wilayah Prop Sul Teng. Untuk Perencanaan & Pemanfaatan
Ruang.
6 Perda Provinsi Sulawesi Tengah Irigasi Terkait dengan Pengelolaan dan
No 02 Tahun 2009 Pemanfaatan Irigasi Pengairan.
7 Perda Kab. Morowali Utara No. .. Rencana Tata Ruang Tata Ruang Wilayah Kab. Morowali
tahun 2014 Wilayah Kabupaten Utara Untuk Perencanaan &
Morowali Utara (RTRWK) Pemanfaatan Ruang.
tahun 2014 - 2034

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha I - 11


Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah
Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan

RENCANA USAHA DAN ATAU KEGIATAN

2.1. Nama Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan

Pemerintah Kabupaten Morowali Utara khususnya Dinas Pekerjaan Umum dan


Perhubungan Daerah Kabupaten Morowali Utara akan merencanakan
membangun tempat/sarana untuk pengelolaan dan penanganan sampah sejak
mulai timbul di sumber, pengumpulan, pemindahan/pengangkutan, pengolahan
dan pembuangan daerah Morowali Utara, dengan nama kegiatan :

Pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah pada areal seluas


5,00 Ha yang terletak di Desa Koromatantu Kecamatan Petasia Kabupaten
Morowali Utara, Provinsi Sulawesi Tengah

Pembangunan TPA Sampah Kolonodale dibangun dengan menggunakan Metode


Controlled Landfill. Metode ini merupakan peningkatan dari open dumping dimana
secara periodik sampah yang telah tertimbun ditutup dengan lapisan tanah untuk
mengurangi potensi gangguan lingkungan yang ditimbulkan. Controlled landfill
merupakan sarana pengurugan sampah yang bersifat antara sebelum mampu
melaksanakan operasi sanitary landill, dimana sampah yang telah diurug dan
dipadatkan di area pengurugan dilakukan penutupan dengan tanah penutup paling
tidak setiap 7 (tujuh) hari. Dalam operasionalnya juga dilakukan perataan dan
pemadatan sampah untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan lahan dan
kestabilan permukaan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA).
Metode lahan urug terkendali (controlled landfill) yaitu metode pengurugan di areal
pengurugan sampah, dengan cara dipadatkan dan ditutup dengan tanah penutup
sekurang-kurangnya setiap 7 (tujuh) hari. Controlled landfill merupakan salah satu
system pengolahan sampah yang ramah lingkungan.

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


II - 1
Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah
Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan

2.2. Lokasi Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan


2.2.1 Kesesuaian Lokasi Rencana Usaha dengan Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Morowali Utara

Rencana Kegiatan Pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah yang


terletak di Desa Koromatantu Kecamatan Petasia Kabupaten Morowali Utara,
Provinsi Sulawesi Tengah, dengan luas areal yang direncanakan 5,00 Ha;
sudah termasuk untuk pembangunan berbagai fasilitas penunjangnya.

Didasarkan pada Peta Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan menjadi Bukan


Kawasan Hutan, Perubahan Fungsi Kawasan Hutan dan Penunjukan Bukan
Kawasan Hutan menjadi Kawasan Hutan (SK. 635/Menhut-II/2013), serta Peta
Tata Batas Kawasan Hutan Kabupaten Morowali Utara Provinsi Sulawesi Tengah
Tahun 2010, menunjukan keseluruhan lokasi Rencana Pembangunan Tempat
Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Perhubungan
Daerah Kabupaten Morowali Utara berada pada kawasan Areal Penggunaan Lain
(APL) sehingga termasuk dalam kawasan budidaya. Detil status kawasan hutan
dalam lokasi Rencana Pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah,
disajikan pada Gambar 2.1.

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


II - 2
Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah
Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan

Gambar 2.1. Peta Tata Batas Kawasan Hutan Kabupaten Morowali Utara, Provinsi Sulawesi Tengah (tahun 2013)

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


II - 3
Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah
Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan

Sedangkan berdasarkan Dokumen Percepatan Penyusunan Rencana Tata Ruang


Wilayah (RTRW) Kabupaten Morowali Utara Tahun 2014 2034 (Proses
Finalisasi Penyusunan), menunjukkan bahwa tidak terdapat kawasan lindung (non
budidaya) dalam lokasi Rencana Pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)
Sampah tersebut, dan merupakan wilayah pencadangan untuk pengembangan
sarana dan prasarana pembangunan Kabupaten Morowali Utara. Sehingga
keseluruhan areal rencana Pembangunan Anjungan Wisata tersebut yang dikelola
dalam Dokumen UKL-UPL oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Perhubungan Daerah
Kabupaten Morowali Utara terletak pada kawasan budidaya (non kawasan lindung)
yang diperuntukkan untuk pengembangan sarana dan prasarana pembangunan,
sehingga rencana kegiatan Pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)
Sampah seluas 5,00 Ha yang terletak di Desa Koromatantu Kecamatan Petasia
Kabupaten Morowali Utara, telah sesuai dengan Peruntukan Wilayah
berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Morowali Utara.

2.2.2 Tata letak Lokasi dan Batas Lahan Untuk Rencana Kegiatan

Lokasi rencana Pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah Seluas


5,00 Ha secara administratif terletak di Desa Koromatantu Kecamatan Petasia,
Kabupaten Morowali Utara, Provinsi Sulawesi Tengah, dengan posisi geografis
berada pada koordinat 121o 19 57,7 BT s/d 121o 20 10,3BT dan 02o 01 41,4 LS
s/d 02o 01 48,2 LS.

Rencana usaha dan/atau kegiatan Pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)


Sampah dengan luas area 5,00 Ha, direncanakan dalam pelaksanaannya
menggunakan Metode Controlled Landfill. Metode lahan urug terkendali (controlled
landfill) yaitu metode pengurugan di areal pengurugan sampah, dengan cara
dipadatkan dan ditutup dengan tanah penutup sekurang-kurangnya setiap 7 (tujuh)
hari. Controlled landfill merupakan salah satu system pengolahan sampah yang
ramah lingkungan.

Metode ini merupakan peningkatan dari open dumping dimana secara periodik
sampah yang telah tertimbun ditutup dengan lapisan tanah untuk mengurangi
potensi gangguan lingkungan yang ditimbulkan. Controlled landfill merupakan
sarana pengurugan sampah yang bersifat antara sebelum mampu melaksanakan
operasi sanitary landill, dimana sampah yang telah diurug dan dipadatkan di area
pengurugan dilakukan penutupan dengan tanah penutup paling tidak setiap 7 hari.

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


II - 4
Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah
Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan

Dalam operasionalnya juga dilakukan perataan dan pemadatan sampah untuk


meningkatkan efisiensi pemanfaatan lahan dan kestabilan permukaan TPA.
Pengurugan sampah pada Controlled landfill : sampah disebar dan dipadatkan
lapis per-lapis sampai ketebalan sekitar 4,50 m yang terdiri dari lapisan-lapisan
sampah setebal sekitar 0,5 m yang digilas dengan steel wheel compactor atau
dozer paling tidak sebanyak 3 sampai 5 gilasan, sehingga menjadi sel-sel sampah.
Setelah terbentuk ketinggian tersebut, timbunan kemudian ditutup dengan tanah
penutup antara setebal minimum 20 cm. Tinggi tinggi lapisan setinggi sekitar 5 m
disebut sebagi 1 lift. Di Indonesia, metode controll landfill dianjurkan untuk
diterapkan di kota sedang dan kecil. Untuk dapat melaksanakan metode ini
diperlukan penyediaan beberapa fasilitas, diantaranya : a) Saluran drainase untuk
mengendalikan aliran air hujan, b) Saluran pengumpul leachate dan kolam
penampungan, c) Pos pengendalian operasional, d) Fasilitas pengendalian gas
metan, e) Alat berat.

Wilayah administrasi Desa Koromatantu Kecamatan Petasia yang menjadi lokasi


rencana usaha dan/atau kegiatan Pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)
Sampah, terletak di bagian Selatan Kota Kolonodale (ibukota Kabupaten Morowali
Utara) yang merupakan kawasan lembah berbukit sedang dengan beda elevasi
yang terletak antara 42,53 meter sampai dengan 108,89 meter dari permukaan
laut, lokasi berupa lahan milik warga yang tidak produktif.

Area calon lokasi Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah ini dibatasi sisi
sebelah barat merupakan area pertambangan dengan kegiatan operasi
pertambangan berjarak lebih dari 1 km dari batas terluar calon lokasi TPA. Di
sebelah barat lokasi, terdapat pemukiman dengan jarak lebih dari 2 km dari batas
terluar pengukuran topografi. Batas calon lokasi TPA bagian timur memanjang
hingga ke bagian tenggara adalah perkebunan kelapa sawit milik warga. Adapun
akses calon lokasi TPA dari pusat kota Kecamatan Petasia akan menggunakan
jalan raya Kolonodale - Trans Sulawesi.

Dari hasil survey lapangan pada areal lokasi TPA Sampah, dapat diambil
kesimpulan daerah pengembangan dapat diperluas ke arah timur dari lokasi area
perluasan.

Elevasi lahan
Berdasarkan referensi elevasi muka air laut selanjutnya elevasi lahan sekitar
proyek berkisar +42,53 meter sampai dengan +108,89 meter.

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


II - 5
Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah
Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan

Tata guna lahan


Pada saat ini lahan TPA sampah merupakan lahan milik beberapa orang warga
masyarakat, dengan luas eksisting 4,99 Ha timur lokasi.

Gambar 2.1b.
Kondisi jalan di bagian utara
calon lokasi TPA

Gambar 2.2. Kondisi calon lokasi TPA dilihat dari batas terluar bagian utara dan barat

Gambar 2.3.
Kondisi Jalan raya Kolonodale -
Trans Sulawesi, penghubung calon
lokasi TPA dengan Pusat Kota

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


II - 6
Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah
Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan

Calon lokasi TPA Kabupaten Morowali Utara terletak pada Mendala Geologi
Sulawesi Timur (Eastern Sulawesi Terrain). Kondisi hidrogeologi calon lokasi TPA
Kabupaten Morowali Utara tergolong dalam jenis Kompleks ultramafik, merupakan
bagian dari jalur Onolit Sulawesi, terdiri atas harzburgit, lezolit, werlit, websterit,
dunit, piroksenit, dan serpentinit. Satuan ini diduga telah mengalami beberapa kali
pengalihtempatan, sejak Kapur sampai Miosen Tengah. Adapun dari peta hidrologi
di bawah, dapat diketahui bahwa di area calon lokasi TPA Kabupaten Morowali
Utara tidak ditemukan adanya mata air. Selain itu lapisan tanah merupakan batuan
terobosan yang terdiri dari batuan ultrabasa dan basa. Jenis batuan ini umumnya
kedap air.

Secara rinci, informasi Lokasi Rencana Pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir


(TPA) Sampah oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan melalui Dinas Pekerjaan
Umum dan Perhubungan Daerah Kabupaten Morowali Utara, dapat dilihat pada
Peta Situasi Lokasi Kegiatan yang disajikan pada peta Orientasi dan Layout pada
Gambar 2.4, dan Gambar 2.5.

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


II - 7
Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah
Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan

Gambar 2.4. Peta Orientasi Lokasi Rencana Pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah di Kecamatan Petasia.

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


II - 8
Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah
Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan

Gambar 2.5. Peta Situasi/Lokasi Studi Rencana Pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah di Kecamatan Petasia

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


II - 9
Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah
Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan

Gambar 2.6. Peta Lokasi dan Layout Rencana Pembangunan Tempat Pemrosesan
Akhir (TPA) Sampah Berdasarkan Penggunaan Lahan di Sekitar Lokasi Studi.

2.3. Skala Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan

Pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah dibangun pada areal


seluas 5,00 Ha untuk masa layanan 20 tahun, yang terletak di Desa Koromatantu
Kecamatan Petasia, Kabupaten Morowali Utara. Dalam pelaksanaannya
direncanakan menggunakan Metode Controlled Landfill. Metode lahan urug
terkendali (controlled landfill) yaitu metode pengurugan di areal pengurugan
sampah, dengan cara dipadatkan dan ditutup dengan tanah penutup sekurang-
kurangnya setiap 7 (tujuh) hari. Controlled landfill merupakan salah satu system
pengolahan sampah yang ramah lingkungan.

Metode ini merupakan peningkatan dari open dumping dimana secara periodik
sampah yang telah tertimbun ditutup dengan lapisan tanah untuk mengurangi
potensi gangguan lingkungan yang ditimbulkan. Controlled landfill merupakan
sarana pengurugan sampah yang bersifat antara sebelum mampu melaksanakan

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


II - 10
Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah
Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan

operasi sanitary landill, dimana sampah yang telah diurug dan dipadatkan di area
pengurugan dilakukan penutupan dengan tanah penutup paling tidak setiap 7 hari.
Dalam operasionalnya juga dilakukan perataan dan pemadatan sampah untuk
meningkatkan efisiensi pemanfaatan lahan dan kestabilan permukaan TPA.
Pengurugan sampah pada Controlled landfill : sampah disebar dan dipadatkan
lapis per-lapis sampai ketebalan sekitar 4,50 m yang terdiri dari lapisan-lapisan
sampah setebal sekitar 0,5 m yang digilas dengan steel wheel compactor atau
dozer paling tidak sebanyak 3 sampai 5 gilasan, sehingga menjadi sel-sel sampah.
Setelah terbentuk ketinggian tersebut, timbunan kemudian ditutup dengan tanah
penutup antara setebal minimum 20 cm. Tinggi tinggi lapisan setinggi sekitar 5 m
disebut sebagi 1 lift. Di Indonesia, metode controll landfill dianjurkan untuk
diterapkan di kota sedang dan kecil. Untuk dapat melaksanakan metode ini
diperlukan penyediaan beberapa fasilitas, diantaranya : a) Saluran drainase untuk
mengendalikan aliran air hujan, b) Saluran pengumpul leachate dan kolam
penampungan, c) Pos pengendalian operasional, d) Fasilitas pengendalian gas
metan, e) Alat berat.

Berdasarkan hasil studi, diperkiraan kebutuhan fasilitas penanganan sampah di


Kabupaten Morowali Utara meliputi; Pewadahan direncanakan menggunakan
wadah sampah 240 L, Pengumpulan direncanakan menggunakan motor sampah
kapasitas 1,5 m3 yang akan mengumpulkan sampah ke TPS kontainer maupun
bak, dan Pengangkutan sampah direncanakan menggunakan dumptruck dan
armroll truck kapasitas 6 m3.

Kondisi lahan cenderung menurun ke arah timur desain pembagian kawasan


dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi topografi berdasarkan garis kontur
pada peta topografi agar pekerjaan cut and fill dapat dilakukan dengan lebih
optimal. Pembagian kawasan ini mengacu pada penempatan bangunan-bangunan
yang diperlukan dalam kawasan TPA Kabupaten Morowali Utara ini serta rencana
tata letak site TPA. Dari pertimbangan kondisi topografi, dapat dibuat desain layout
tata bangunan TPA sebagai berikut.

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


II - 11
Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah
Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan

Gambar 2.7. Desain Site Plant / Layout TPA Sampah Kabupaten Morowali Utara

Berdasarkan perencanaan Pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)


Sampah oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Perhubungan Daerah Kabupaten
Morowali Utara (lihat Gambar 2.7. Site Plant), secara umum rincian pembangunan
tersebut terdiri dari :

1) Bangunan Blok Landfill; 2 Unit (Landfill 1 0,718 Ha; Landfill 2 0,565 Ha)
2) Bangunan Kolam penanganan Lindi TPA Sampah, terdiri dari 4 unit pengolahan
yaitu kolam anaerobik/stabilisasi, kolam fakultatif, kolam maturasi, dan
hayati/wetland.
3) Bangunan Tanggul Landfill dan Box Kontrol Lindi; 1 Unit.
4) Jalan masuk ke lokasi TPA Sampah sepanjang 195 meter (starting dari jalan
raya Trans Sulawesi)
5) Bangunan lain meliputi; Jembatan Timbang, kantor TPA, Pos Jaga, Mess
Karyawan, Bengkel/Garasi, Tempat Cuci Truk; masing-masing 1 Unit.

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


II - 12
Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah
Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan

Sedangkan sarana dan prasarana lain yang akan dibangun adalah terdiri dari :
1) Pintu gerbang, dan pagar keliling
2) Sumur pantau/monitoring, dan Menara air
3) Stock file tanah penutup, dan Greenbelt
4) Instalasi luar, Daya, Penerangan Listrik dan Genset
5) Pemasangan Pipa lindi dan Pipa gas metan.

2.4. Garis Besar Komponen Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan

Kegiatan Pembangunan TPA Sampah Koromatantu merupakan salah satu upaya


Pemerintah Kabupaten Utara dalam hal mengatasi sampah. Pada sub-bab ini akan
dijelaskan garis besar komponen rencana kegiatan TPA dengan besaran berdasarkan
rencana kegiatan dari Dinas Pekerjaan Umum dan Perhubungan Daerah Kabupaten
Morowali Utara Provinsi Sulawesi Tengah, yang dibagi menjadi 4 tahapan utama yaitu
Tahap Pra Konstruksi, Tahap Konstruksi, Tahap Operasi, dan Tahap Pasca Operasi.
Uraian masing-masing tahapan adalah sebagai berikut:

2.4.1. Tahap Pra Konstruksi

Pekerjaan tahap prakonstruksi adalah kegiatan yang terdiri dari; koordinasi, sosialisasi
publik, pembebasan lahan dan pemagaran tapak kegiatan. Uraian kegiatan pada tahap
pra-konstruksi tersebut adalah sebagai berikut:

1. Koordinasi
Penentuan lokasi rencana lokasi TPA Sampah Kabupaten Morowali Utara di Desa
Koromatantu berdasarkan masterplan perencanaan TPA Kabupaten Morowali Utara
tahun 2014 yang dilengkapi dengan DED maupun desain operasional TPA
Kabupaten Morowali Utara. Saat ini lahan rencana lokasi TPA Sampah di
Koromatantu kondisinya merupakan lahan semak belukar dan tidak/belum ada
kegiatan pemanfaatan lahan. Area calon lokasi Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)
Sampah ini dibatasi sisi sebelah barat merupakan area pertambangan dengan
kegiatan operasi pertambangan berjarak 1 km dari batas terluar calon lokasi TPA. Di
sebelah barat lokasi, terdapat pemukiman dengan jarak 2 km dari batas terluar
pengukuran topografi. Batas calon lokasi TPA bagian timur memanjang hingga ke
bagian tenggara adalah perkebunan kelapa sawit milik warga. Adapun akses calon
lokasi TPA dari pusat kota Kecamatan Petasia akan menggunakan jalan raya
Kolonodale -Trans Sulawesi.

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


II - 13
Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah
Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan

Oleh karena itu Pemerintah Daerah Kabupaten Morowali Utara merencanakan


pembangunan TPA Sampah di lokasi tersebut dengan sistem composting dan
controlled landfill/sanitary landfill sebagaimana amanat dalam Undang-Undang No.
18 Tahun 2008, tentang Pengelolaan Sampah. Kepemilikan lahan saat ini sebagian
besar masih milik masyarakat sekitar, karena proses pembebasan lahan oleh Pemda
Kabupaten Morowali masih berlangsung, termasuk koordinasi dengan pihak-pihak
terkait untuk status Hak Pakai dari Badan Pertanahan Nasional RI, dengan luas lahan
sebesar 5,00 Ha.
Selain koordinasi pengadaan lahan, dalam kegiatan koordinasi ini juga dilakukan
kegiatan survei pendahuluan berupa observasi (pengamatan awal) di lokasi tapak
proyek dan sekitarnya. Kegiatan survey dan pemetaan yang dilakukan pada tahap
Pra-Konstruksi dilakukan untuk kondisi eksisting lahan dan keberadaan masyarakat
terdekat dari lokasi TPA Sampah di Desa Koromatantu pada khususnya sebagai
objek dari pengoperasian TPA di lokasi tersebut. Pemetaan dilakukan untuk melihat
pembagian zonasi dalam Pembangunan TPA yang sesuai dengan rencana
pembagian layanan tersebut. Berikut ini adalah foto kondisi situasi terakhir di lokasi
rencana kegiatan pembangunan TPA Sampah Koromatantu.

Gambar 2.8. Foto kondisi terakhir di lokasi rencana kegiatan

2. Sosialisasi Rencana Kegiatan

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


II - 14
Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah
Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan

Kegiatan sosialisasi rencana kegiatan Pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir


(TPA) Sampah merupakan salah satu bagian pelaksanaan studi analisis mengenai
dampak lingkungan hidup dalam bentuk studi UKL - UPL. Kegiatan ini dilaksanakan
dengan maksud memberikan informasi dan pemahaman kepada masyarakat
mengenai keberadaan, jadwal, tahapan, serta hal lain yang berkaitan dengan
dampak-dampak yang ditimbulkan akibat rencana usaha dan/atau kegiatan.
Kegiatan sosialisasi dimaksudkan untuk menghindari adanya sikap kontra-produktif
dari masyarakat, terutama masyarakat di sekitar lokasi rencana usaha. Bentuk
sosialisasi yang diterapkan adalah dengan pengumuman di media massa,
pemasangan papan pengumuman rencana usaha di sekitar lokasi proyek, dan
pertemuan langsung dengan masyarakat di sekitar areal usaha. Untuk pelaksanaan
sosialisasi berupa pertemuan secara langsung dengan masyarakat di sekitar lokasi
proyek berkoordinasi dengan instansi terkait dari tingkat kecamatan dan desa, serta
melibatkan tokoh masyarakat dan pemuka adat.

3. Pembebasan lahan

Status lahan pada lokasi rencana Pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)
Sampah di Desa Koromatantu Kecamatan Petasia Kabupaten Morowali Utara
sebagian besar masih milik masyarakat sekitar, karena proses pembebasan lahan
oleh Pemda Kabupaten Morowali masih berlangsung, termasuk koordinasi dengan
pihak-pihak terkait untuk status Hak Pakai dari Badan Pertanahan Nasional RI,
dengan luas lahan sebesar 5,00 Ha.
Pada saat studi UKL/UPL dilakukan, di sekitar lokasi rencana proyek tersebut
kondisinya merupakan lahan semak belukar yang tidak produktif dan tidak/belum ada
kegiatan pemanfaatan lahan di sekitarnya. Prosedur pembebasan lahan dimulai
dengan melakukan inventarisasi kepemilikan tanah masyarakat yang dibuktikan
dengan adanya surat kepemilikan tanah yang sah ataupun surat penetapan
penguasaan tanah dari instansi yang berwenang, ataupun berdasarkan keterangan
tertulis dari aparat tingkat RT/RW/kelurahan dan saksi-saksi tokoh masyarakat
setempat. Tahap selanjutnya dilakukan pengukuran lapangan bersama-sama dengan
pemilik tanah, aparat dari instansi terkait tingkat desa, kelurahan, kecamatan,
kabupaten, dan juga melibatkan saksi-saksi dari RT, RW, dan tokoh masyarakat yang
ada. Kesepakatan yang dicapai pada proses inventarisasi dan pengukuran lapangan
selanjutnya dituangkan dalam berita acara, dan digunakan sebagai dasar
pelaksanaan pembayaran ganti rugi dengan harga yang telah disepakati. Pelepasan

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


II - 15
Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah
Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan

hak dan penerimaan ganti rugi tanah tersebut nantinya harus disaksikan oleh
anggota-anggota panitia pengadaan tanah Kabupaten Morowali Utara.
Pelepasan hak dan penerimaan ganti rugi tanah tersebut di atas, disertai dengan
ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
1) Bahwa bidang tanah ini bebas dari pembebanan hak tanggungan serta
tanggungan-tanggungan lainnya.
2) Bahwa apabila dikemudian hari terdapat gugatan-gugatan mengenai bidang
tanah tersebut, demikian pula berupa tagihan-tagihan yang berupa tunggakan
pajak sampai dengan tanggal berita acara tersebut, menjadi tanggung jawab
sepenuhnya dari pihak yang melepaskan hak dan penerimaan ganti rugi.
3) Bahwa hak atas bidang tanah tersebut dilepaskan haknya dengan maksud untuk
dipergunakan menjadi lokasi Pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)
Sampah.

Pada tahap kegiatan pengadaan lahan ini diprakirakan akan muncul dampak berupa
terjadinya perubahan fungsi lahan, perubahan jenis/sumber mata pencaharian
penduduk sekitar, perubahan pola kepemilikan lahan penduduk. Pengadaan lahan
yang dimiliki oleh masyarakat dilakukan dengan cara ganti rugi, maka hal tersebut
akan meningkatkan pendapatan/penghasilan masyarakat setempat. Peningkatan
pendapatan dari para pemilik lahan ini akan dapat menimbulkan persepsi positif bagi
para pemiliknya, namun sebaliknya apabila dalam kegiatan pengadaan lahan
tersebut tidak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pemilik lahan, akan
berpotensi memunculkan konflik sosial di masyarakat yang pada akhirnya akan dapat
menyebabkan munculnya persepsi negatif masyarakat terhadap rencana kegiatan.

4. Pembangunan base camp dan pemagaran tapak kegiatan


Base camp diperlukan untuk operasional tenaga kerja dan juga berfungsi sebagai
gudang peralatan selama konstruksi. Pembangunan base camp berada dekat tapak
kegiatan TPA Sampah di Desa Koromatantu. Untuk pengamanan dan tidak
terganggunya aktifitas masyarakat dilakukan pemagaran pada tapak proyek
pembangunan TPA Sampah tersebut. Pemagaran dilakukan bersifat sementara
dengan menggunakan seng sebagai dinding pagar.

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


II - 16
Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah
Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan

2.4.2. Tahap Konstruksi

1. Perekrutan dan Mobilisasi Tenaga Kerja


Pada tahap konstruksi proses recruitment tenaga kerja dikelola oleh kontraktor yang
dipilih berdasarkan hasil tender oleh Dinas Tata Kota, Kebersihan dan Pertamanan
Kabupaten Tanjabtim. Waktu recruitment tenaga kerja ini dilakukan secara bertahap
sesuai dengan kebutuhan kegiatan konstruksi di setiap tahapnya. Jumlah tenaga
kerja maksimal yang dibutuhkan untuk mendukung pelaksanaan konstruksi TPA
Sampah Koromatantu ini diperkirakan sebanyak 80 orang, dengan rincian
kebutuahnnya sebagaimana tercantum pada tabel berikut.

Tabel 2.1. Perkiraan Jumlah Tenaga Kerja untuk Konstruksi


No. Tenaga Kerja yang Dibutuhkan Kualifikasi Jumlah (orang)
1. Project Manager S1 1
2. Site Engineer S1 2
3. Mandor SMA 3
4. Operator alat berat SMA 4
5. Supir Dump Truck SMA 8
6. Supir proyek SMA 3
7. Tukang batu dan penggali tanah SD 30
8. Tukang Las, Kayu, dan Listrik SMA 12
9. Tenaga Bagian Logistik SMA 5
10. Tenaga Bagian Administrasi D3 3
11. Tenaga Bagian Gudang SMA 3
12. Tenaga Bagian Bengkel SMA 3
13. Office Boy SD 3
Total 80
Sumber : Master Plant & DED TPA Sampah Koromatantu (2014)

Diperkirakan 90% kesempatan kerja dapat diisi oleh calon tenaga kerja dengan
tingkat pendidikan SLTA ke bawah. Rekruitmen tenaga kerja akan diprioritaskan
untuk tenaga kerja dari daerah sekitar TPA Sampah Koromatantu yang memenuhi
kualifikasi.

Gambar 2.9. Struktur Organisasi Kerja Tahap Konstruksi

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


II - 17
Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah
Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan

Kebutuhan air pada tahap konstruksi diperkirakan sebanyak 4,3 m3/hari, yang akan
disuplai dari sumber mata air atau sumur dangkal yang disimpan di water tank
dengan kapasitas 5 m3. Berikut adalah perhitungan kebutuhan air tahap konstruksi :

Tabel 2.2. Kebutuhan Air Tahap Konstruksi dan Limbah Cair yang Dihasilkan
Jumlah
Jumlah Jumlah
No Sumber Pekerja Standar Keterangan
(l/hari) (m3/hari)
(Orang)
a b c D e=cxd f = e/1000
A Air Bersih
100
Domestik
6 l/orang/ 600 0,6 Tinggal di lokasi
Pekerja
hari *
50 Kebutuhan pekerja konstruksi
Domestik
74 l/orang/ 3700 3,7 selama ada di lokasi (jam kerja
Pekerja
hari ** konstruksi)
Asumsi kebutuhan konstruksi
Kegiatan
- - 1000** 1 (campuran adukan semen
Konstruksi
pasir, siram jalan, dll)
TOTAL Kebutuhan Air Bersih 5300 l/hari 5,3 m3/hari
80% x 5300 = 80% x 5,3 =
TOTAL Air Limbah Yang Dihasilkan
4240 l/hari 4,3 m3/hari
Keterangan :
(*) : Perencanaan dan Pemeliharaan Sistem Plumbing.Soufyan M Noer Bambang dan Taeko Moriumura
(**) : analogi dengan kegiatan sejenis (Pembangunan TPA Sampah Morowali Utara, 2014)

Adapun neraca kebutuhan air adalah sebagai berikut :


Akan dilakukan
Sumur Domestik Septic Tank penyedotan ketika
Dangkal 4,3 m3/hari 4,3 m3/hari akan penuh oleh
4,3 m3/hari Pihak Ketiga yang
telah mendapat
Saluran Izin
Konstruksi
1 m3/hari Drainase
1 m3/hari

Gambar 2.10. Neraca Kebutuhan Air Pada Tahap Konstruksi

Tabel 2.3. Perhitungan Timbulan Limbah Padat Tahap Konstruksi


Jumlah
Jumlah Jumlah
No Sumber Pekerja Standar
(l/hari) (m3/hari)
(Orang)
a b C D e=cxd f = e/1000
Pekerja 80 2,5 l/orang/hari* 200 l/hari 0,2 m3/hari
1.
Konstruksi Batu kali, Pasir, Split, semen, cat, cat minyak, dan besi **
Keterangan :
(*) : Sesuai Laporan Akhir Pekerjaan penyusunan Bahan Pedoman Teknis Pengelolaan Persampahan Oleh
Pusat Penelitian Sains dan Teknologi LP UI & Dirjen Cipta Karya PU tahun 1989
(**) : analogi dengan kegiatan sejenis (Pembangunan TPA Sampah Morowali Utara, 2014)

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


II - 18
Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah
Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan

Pengelolaan limbah padat domestik pekerja dilakukan dengan cara mengumpulkan


limbah padat di TPS eksisting yang ada di area lokasi kegiatan, kemudian diangkut
ke lokasi TPA yang sudah bisa digunakan. Limbah padat yang dihasilkan
diprakirakan adalah 0,2 m3/hari terdiri dari sampah domestik dan sisa konstruksi yang
dihasilkan antara lain batu kali, pasir, split, semen, cat, cat minyak, dan besi.
Pengelolaan limbah padat adalah sebagai berikut :

Gambar 2.11. Pengelolaan Sampah Tahap Konstruksi

2. Mobilisasi Peralatan Kerja (alat-alat berat) dan Material


Mobilisasi peralatan berat dan material untuk keperluan konstruksi akan dilakukan
melalui jalur Jalan Raya Kolonodale -Trans Sulawesi dan masuk ke lokasi TPA
melalui pertigaan jalan raya baru jalur Koromatantu Korololama/Bunta dengan
kondisi jalan yang masih perkerasan sirtu seperti dapat dilihat pada Gambar 2.12.

Gambar 2.12. Kondisi Jalan Menuju Lokasi TPA Koromatantu

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


II - 19
Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah
Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan

Jenis peralatan konstruksi yang akan dimobilisasi untuk pelaksanaan Kegiatan


konstruksi TPA meliputi alat penggalian tanah, mobilisasi bahan bangunan,
pemadatan tanah, pengaduk semen cor, penerangan, dan tidak menutup
kemungkinan akan ada kegiatan pemasangan tiang pancang jika dibutuhkan dan
lain-lain sebagaimana tabel berikut;

Tabel 2.4. Daftar Peralatan Konstruksi TPA Sampah Koromatantu

No Jenis alat Jumlah (unit) Kapasitas/unit Kegunaan

1 Excavator 3 50100 m3/jam Penggalian tanah


2 Dump Truck 4 70 m3/hari Pengangkutan material
3
3 Stampler 2 1.500 m /hari Pemadatan tanah
4 Molen 1 70 m3/hari Adukan beton skala kecil
5 Genset 2 200 KVA Penerangan dan molen
Sumber : Master Plant & DED TPA Sampah Koromatantu (2014)

Adapun bahan material yang akan dimobilisasi untuk kegiatan konstruksi meliputi :

Tabel 2.5. Bahan Material Yang Dibutuhkan dan Ritase Pengangkutannya


Kebutuhan
Ritase/hari Dikerjakan
No Material Jumlah Satuan Pengangkut
(truck) (truck/hari) (Hari)
1 Semen 500 sak 10 5 2
2 Pasir 250 m3 32 8 4
3 Batu Kali 90 m3 12 6 2
4 Bata Merah 2.000 buah 5 5 1
5 Besi 100 Kg 1 1 1
6 Paralon 10 cm 667.086 meter 20 5 4
7 Paralon 2,5 cm 420 meter 8 4 2
8 Kaso 10 m3 2 2 1
9 Seng 20 m2 2 2 1
10 Tripleks 12 m2 2 2 1
11 Ubin 20 lusin 1 1 1
12 Cat 500 Kg 1 1 1
13 Drain Pre Cast 500 meter 5 3 2
Sumber : Master Plant & DED TPA Sampah Koromatantu (2014)

Untuk mengurangi masalah kebisingan dan debu yang ditimbulkan oleh kegiatan
transportasi peralatan dan bahan bangunan, maka laju kendaraan pengangkut
dijalankan dengan kecepatan rendah. Selain itu untuk mengurangi kadar debu yang
beterbangan di udara, maka akan dilakukan penyiraman di jalan sekitar. Alat-alat
berat dan bahan material ini didatangkan dari ibukota Kabupaten Morowali Utara
yaitu dari Kolonodale atau dari dari ibukota Morowali induk (Bungku).

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


II - 20
Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah
Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan

3. Persiapan Lahan
Kondisi lokasi TPA Sampah di Koromatantu merupakan lahan semak belukar yang
tidak produktif dan tidak/belum ada kegiatan pemanfaatan lahan di sekitarnya, yang
merupakan kawasan lembah berbukit sedang dengan beda elevasi yang terletak
antara 42,53 meter sampai dengan 108,89 meter dari permukaan laut, lokasi berupa
lahan milik warga yang tidak produktif.

Rencana Pembangunan TPA Sampah Kolonodale dibangun dengan menggunakan


Metode Controlled Landfill. Metode lahan urug terkendali (controlled landfill) yaitu
metode pengurugan di areal pengurugan sampah, dengan cara dipadatkan dan
ditutup dengan tanah penutup sekurang-kurangnya setiap 7 (tujuh) hari. Controlled
landfill merupakan salah satu system pengolahan sampah yang ramah lingkungan.
Untuk memberikan gambaran awal bentuk site TPA Sampah Kab. Morowali Utara,
sesuai arahan DED berikut ini diuraikan potongan lahan memanjang dan melintang
seperti dijelaskan pada Gambar berikut.

Gambar 2.13. Gambar Kerja Potongan Sel Sampah

Mempertimbangkan arahan site plan pada Gambar di atas maka pembentukan


elevasi site TPA Kab. Morowali Utara direncanakan sebagai berikut :

a. Potongan Memanjang (Section A-A), Dengan mengambil titik awal titik 1 (h = 13


m.dpl), pembentukan lahan direncanakan sebagai berikut :
Ratakan tanah dan padatkan lapis demi lapis, sehingga mencapai ketinggian 16
m.dpl untuk jalan operasi truk sampah.
Dari titik 4 sampai dengan 5 sepanjang 82,8 m dengan menggali sedalam 2,5 m
pada titik antara 4-5, sehingga diperoleh elevasi dasar lahan sebesar 13 m.dpl.
Pembentukan lahan ini ditujukan untuk membuat lahan penimbunan sampah.

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


II - 21
Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah
Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan

Pembentukan lahan ditujukan untuk jalan operasi truk sampah. Pada titik ini
harus dilakukan penimbunan dan pemadatan tanah sebesar 2 meter (titik awal
14.0 m.dpl), sehingga diperoleh ketingian dasar jalan operasi sebesar 16.00
m.dpl.

b. Potongan Memanjang (Section B-B), Dengan mengambil titik awal titik 2 (h =


82.80 m.dpl), pembentukan lahan direncanakan sebagai berikut :
Timbun tanah sebesar 1.5 meter dan gali tanah sedalam 2.5 meter, sehingga
diperoleh ketinggian dasar rencana untuk jalan operasi sebesar 16,00 .dpl
Gali lahan sedalam 2.5 meter, dan bentuk menjadi bentuk trapesium sampai
dengan ketinggian dasar lahan timbun zona 1.

Lapisan dasar lahan TPA Sampah Koromatantu Kab. Morowali Utara, direncanakan
terdiri dari 5 (Lima) lapisan, yaitu :

9 Lapisan Galar kayu, yang di Pasang Menggunakan Kayu diameter 10 cm


9 Lapisan Tanah Dasar, yang dipadatkan dari 50 cm menjadi 25 cm
9 Lapisan Geomembran, di pasang menutupi keseluruhan land fill
9 Lapisan Geotextile protextion
9 Lapisan kerikil

Penggunaan Clay / Lapisan Tanah Dasar ditunjukkan pada Tabel dibawah ini

Tabel 2.6. Parameter dan Jenis Lapisan Tanah Dasar

No. Parameter Tanah dasar

Tergantung pemadatan, artinya semakin padat


1. Permeabilitas
semakin baik
2. Ketebalan 50 cm (dua lapisan)
3. Daya tahan terhadap zat kimia Cukup sampai buruk
4. Pemadatan Perlu
5. Daya tahan terhadap api Baik
6. Pengadaan Terbatas
7. Biaya material Murah
Mudah hingga sulit, tergantung lokasi sumber
8. Transportasi
dan jaraknya
9. Instalasi Sulit, perlu banyak peralatan
Sumber :Malendu Bagchi, (1994), Design, Construction and Monitoring Landfills,

4. Pembangunan Fasilitas Umum


Pembangunan fasilitas umum di TPA sangat diperlukan agar pekerjaan proyek dapat
berjalan sesuai dengan rencana yang didesign dalam master plant dan DDE TPA
Sampah Morowali Utara. Fasilitas umum yang akan dibangun antara lain:

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


II - 22
Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah
Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan

a. Rencana Jaringan jalan


Jaringan jalan yang direncanakan dalam lahan TPA Kab. Morowali Utara, ditujukan
untuk :
9 Menjadi sarana lalu lintas angkutan truk pengangkut sampah dan alat-alat berat
lain yang beroperasi dalam lahan TPA (bulldozer, excavator dan compactor)
9 Memperlancar kegiatan pembongkaran sampah (tipping activity).
9 Pencegahan masuknya aliran permukaan dari luar lahan efektif maupun dari
dalam lahan.
9 Memperindah area landfill

Rancangan jalan operasional dalam TPA Kab. Morowali Utara , terbagi menjadi :
9 Jalan penghubung (akses)
9 Jalan operasi
9 Jalan kerja

Jalan Penghubung

Jalan penghubung merupakan jalan utama pada lokasi TPA yang berfungsi
menghubungkan jalan umum dan jalan operasi. Jalan ini akan menampung arus
kendaraan pengangkut sampah yang masuk dan keluar dari TPA. Jalan penghubung
direncanakan dengan kriteria perencanaan sebagai berikut :
a) Kecepatan kendaraan = 30 km/jam
b) Lebar jalan = Tahap I : 12 m
c) Bahu jalan (kiri dan kanan jalan) selebar 1 meter dengan konstruksi pasangan
batu belah, dengan ketebalan lapisan bawah pondasi = 15 cm & lapisan atas
pondasi = 7 cm
d) Kemiringan =< 2%
e) Slope tanggul jalan 1 : 1.5 dengan ketinggian 0,5-4,0 meter
f) Beban kendaraan minimum 30 ton
g) Lapisan perkerasan terdiri dari :
Lapisan permukaan (surface course) adalah beton tebal 22 cm
Lapisan atas adalah lantai kerja tebal 5 cm
Lapisan bawah adalah sirtu (pasir batu) tebal 15 cm
Lapisan tanah dasar dipadatkan sampai ketebalan 20 cm
Jalan Operasi

Jalan operasi merupakan tempat beroperasinya kendaraan pengangkut sampah yang


masuk dan ke luar dari area penimbunan sampah. Jalan ini dilengkapi dengan cul de
sac, yang berfungsi untuk berputar arah untuk menghindari kemacetan dan lahan

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


II - 23
Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah
Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan

curah yang berfungsi sebagai tempat truk pengangkut sampah menuangkan sampah
dalam lahan timbun. Jalan operasi direncanakan dengan kriteria sebagai berikut :

a) Kecepatan kendaraan = 20 km/jam


b) Jumlah jalur = 1 jalur
c) Lebar perkerasan =6m
d) Kuat beban minimum = 30 ton
e) Kantong persilangan selebar = 10 meter
f) Lapisan perkerasan terdiri dari = 2 Lapis
Jalan Kerja

Jalan Kerja adalah jalan yang digunakan alat-alat berat menuju sel sampah yang
ditentukan dalam lahan penimbunan. Jalan ini bersifat sementara karena pada
akhirnya akan ditimbun dengan sampah. Jalan Kerja direncanakan dengan kriteria
sebagai berikut :

a) Kecepatan kendaraan = 10 km/jam


b) Panjang jalan kerja maksimum = 300 meter
c) Lebar badan jalan = Tahap I : 6 m
d) Lapisan Jalan = Lapisan pondasi bawah (sub
base) adalah lapisan tanah dipadatkan dengan ketebalan 20 cm

b. Drainase
Saluran drainase diperlukan untuk mencegah agar air hujan yang jatuh di luar area
TPA tidak melimpas ke dalam area TPA. Demikian halnya saluran drainase juga
dibutuhkan untuk menampung dan mengalirkan air hujan yang jatuh dan melimpas di
atas permukaan timbunan sampah ke luar dari area TPA ke badan air terdekat.
Dengan demikian saluran drainase TPA bangunan agar dapat menampung air hujan
yang mengalir di permukaan tanah dan dengan segera mengeluarkan dari wilayah
TPA. Kapasitas saluran drainase disesuaikan dengan tingginya curah hujan, luas
area yang dilayani dan koefisien pengaliran. Fungsi drainase di TPA selain untuk
mencegah tergenangnya area timbulan sampah juga untuk mengurangi timbulan lindi.
Tipe penampang saluran drainase sebagaimana gambar berikut ;

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


II - 24
Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah
Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan

Gambar 2.14. Typikal Saluran Drainase

c. Tanggul dan Pagar TPA


Tanggul dan pagar TPA selain berfungsi sebagai batas dan keamanan TPA, juga
berfungsi sebagai pengendali air limpasan agar tidak keluar area dan sebagai green
barrier. Tanggul TPA dibuat dari timbunan tanah setinggi 2 meter dan lebar 2,5
meter, di sekeliling TPA yang di atasnya ditanami tanaman pagar hidup dari jenis
pohon yang rimbun dan cepat tumbuh, seperti pohon angsana dan bambu jepang.

5. Pembangunan Fasilitas Perlindungan Lingkungan


Salah satu tujuan dilakukannya rehabilitasi dan pengembangan TPA Sampah
Koromatantu adalah untuk meminimalisasi pencemaran lingkungan akibat kegiatan di
TPA. Fasilitas perlindungan lingkungan yang akan dibangun di TPA adalah :

a. Fasilitas Pengolahan Leachate


a.1. Rencana Pengolahan Leachate
Perbaikan kualitas leachate melalui instalasi pengolahan leachate, ditujukan untuk:
9 Menurunkan konsentrasi konstituen leachate agar memenuhi baku mutu yang
berlaku
9 Untuk mencegah terjadinya polusi badan air penerima, sehingga tidak
mengganggu kehidupan air dan peruntukan badan air penerima.
9 Untuk mengurangi atau mencegah terjadinya penyakit yang disebabkan oleh
zat-zat toksik atau pathogen dalam leachate.

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


II - 25
Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah
Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan

Dalam merencanakan bangunan pengolahan leachate, dilakukan pendekatan


terhadap karakteristik leachate. Secara teoritikal berdasarkan hasil penelitian (DR.
Enri Damanhuri), leachate mempunyai karakter yang khas, yaitu :

a) Leachate dari TPA yang muda (umur < 2 tahun) bersifat asam, berkandungan
organik yang tinggi, mempunyai ion-ion terlarut yang tinggi serta rasio
BOD/COD relatif tinggi
b) Leachate dari TPA yang sudah tua (umur > 10 tahun) sudah mendekati netral,
mempunyai kandungan karbon organik dan mineral menurun serta rasio
BOD/COD relatif menurun.
Secara teori, beberapa karakteristik utama leachate diuraikan pada Tabel berikut.
Tabel 2.7. Karakteristik Utama Leachate
Landfill
No. Parameter
Umur < 2 tahun Umur > 10 tahun
1. BOD5 (ppm) 2.000 30.000 100 200
2. TOC (ppm) 1.500 20.000 80 160
3. COD (ppm) 3.000 45.000 100 500
4. Total suspended solids (ppm) 200 2.000 100 400
5. Organic Nitrogen (ppm) 10 600 80 120
6. Ammonia Nitrogen (ppm) 10 800 20 40
7. Nitrite (ppm) 5 40 5 10
8. Total Phosporus (ppm) 1 70 5 10
9. Alkalinity as CaCO3 (ppm) 1.000 10.000 200 1000
10. pH 4.5 7.5 6.6 7.5
11. Total Kesadahan (ppm CaCO3) 300 10.000 200 500
12. Kalsium (ppm) 200 3.000 100 400
13. Magnesium (ppm) 50 150 50 200
14. Potasium (ppm) 200 2.000 50 500
15. Sodium (ppm) 200 2.000 100 200
16. Chlorida (ppm) 100 3.000 100 4000
17. Sulfat (ppm) 100 1.500 200 550
18. Total Besi (ppm) 50 600 20 200
Sumber : E.D. McBean, F.A. Rovers, G.J. Farquher, (1995), Solid Waste Landfill Engineering and Design

Berdasarkan hal tersebut, untuk kebutuhan perencanaan ini diambil asumsi


kualitas leachate dengan umur landfill < 2 (dua) tahun. Kualitas leachate (minimum)
sesuai dengan Tabel 2.7, sebelum diolah adalah sebagai berikut :
a) BOD (Biochemical Oxygen Demand) : 2.000 mg/l
b) COD (Chemical Oxygen Demand) : 3.000 mg/l
c) pH : 4.5 7.5
d) SS (Suspended Solids) : 200 mg/l
e) TOC (Total Organic Carbon) : 1.500 mg/l

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


II - 26
Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah
Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan

Effluent dari Instalasi Pengolahan Leachate direncanakan dibuang ke Badan Air


Penerima berupa parit yang menuju Sungai terdekat.

a.2. Pertimbangan Pemilihan Lokasi Instalasi Pengolahan Leachate


Pertimbangan-pertimbangan yang dilakukan di dalam usaha memilih dan
menentukan lokasi penempatan bangunan pengolahan leachate didasarkan pada
kriteria-kriteria seperti diuraikan dibawah ini.
a) Kondisi Topografi
b) Bangunan pengolahan leachate, direncanakan ditempatkan pada lokasi elevasi
terendah, sehingga pengaliran leachate melalui pipa pengumpul dapat
dilakukan secara gravitasi.
c) Rencana badan air Penerima
d) Direncanakan lokasi bangunan pengolahan leachate dekat dengan badan air
penerima yang direncanakan akan menerima buangan air.
e) Kedekatan dengan Sumber Leachate
f)Lokasi bangunan pengolahan leachate diupayakan dekat dengan sumber
leachate (lahan TPA), sehingga dapat meminimalkan masalah-masalah yang
akan timbul.

a.3. Rencana Pipa Pengumpul Leachate


Pipa pengumpul direncanakan untuk mengumpulkan dan mengalirkan leachate
yang terjadi ke bangunan pengolahan leachate. Pipa yang digunakan
direncanakan jenis PVC baik yang berlubang dan tidak berlubang. Pipa berlubang
(perforated pipe) dipasang di dalam lahan pembuangan sampah, sementara pipa
tidak berlubang (non perforated pipe) dipasang di luar lahan pembuangan sampah
yang digunakan untuk mengalirkan leachate ke bangunan pengolahan leachate.
Pemasangan pipa leachate disesuaikan dengan kemiringan dasar lahan, yaitu :
a) Kemiringan minimum 1.0 % yang digunakan untuk pipa lateral leachate
b) Kemiringan minimum 2.0 % yang digunakan untuk pipa manifold leachate

Untuk menghindari kemungkinan-kemungkinan kerusakan yang dapat terjadi


terutama adanya operasi alat-alat berat, pipa leachate akan dipasang di dalam
dengan konstruksi penutup beton bertulang.

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


II - 27
Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah
Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan

a.4. Instalasi Pengolahan Leachate


Instalasi pengolahan leachate yang akan diterapkan di TPA Kab. Morowali Utara
adalah sistem pengolahan biologis yang merupakan alternatif pengolahan terbaik
dan layak dari segi teknis dan ekonomis.
Untuk itu direncanakan pengolahan yang akan digunakan terdiri dari 3 (tiga) fase,
yaitu :
a. Fase I : Pengolahan melalui proses an-aerobic
b. Fase II : Pengolahan melalui proses fakultatif
c. Fase III : Pengolahan melalui proses maturasi
Pemilihan pengolahan tersebut di atas didasarkan pada pertimbangan sebagai
berikut :
a. Murah dan mudah untuk operasi dan pemeliharaannya
b. Topografi lokasi TPA memungkinkan untuk dibuat sistem tersebut tanpa
memerlukan sistem pengomposan
c. Teknologi yang diterapkan mudah dipahami

Kriteria desain yang digunakan dalam merencanakan pengolahan leachate ini


ditunjukan sebagai berikut :
Tabel 2.8. Kriteria Perencanaan Kolam Pengolah Leachate
Jenis Pengolahan Kedalaman Waktu Detensi
No.
Leachate bak (m) (hari)
1. An-aerobic 2,5 3,6 25
2. Fakultatif 1,0 2,5 7 10
3. Maturasi 0,75 1,5 7 - 10
Sumber : Syed. R. Qasim, Walter Chiang, (1994),
Sanitary Landfill Leachate Generation, Control and Treatment

An-aerobic System

Pengolahan sistem anaerobic digunakan untuk mengolah zat organik yang


memiliki COD/BOD tinggi. Partikel-partikel organik berukuran besar mengendap ke
dasar kolam kemudian diuraikan oleh mikroorganism melalui proses anaerobic.
Keberhasilan proses penguraian dalam sistem anaerobic ini sangat tergantung
pada aktivitas bakteri acid forming bacteria dan methagonic bacteria. Untuk itu pH
Kolam harus dijaga di atas 6 dengan membubuhkan kapur tohor. Lumpur yang
terkumpul di dasar kolam harus dibesihkan minimal 3 tahun sekali.
Berdasarkan hasil analisa dari nilai BOD yang ada, diperkirakan BOD Maksimum
yang akan dihasilkan oleh TPA adalah 2.000 mg/l, sehingga dimensi kolam

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


II - 28
Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah
Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan

anaerobic adalah (Metcalf & eddy). Jika waktu tinggal kolam an aerobic
direncanakan selama 3 hari dan design kolam dengan kedalaman (H) = 2,5 m,
maka dengan Q = 31,104 m3/hari, dimensi kolam adalah :

Q x td
A=
H

31,104 x 3
A= = 37 ,32 m 2
2,5

Jika P : L = 3 : 1 dan A = PxL


maka A = 3L xL
37,32 m2 = 3 L2
L = 3,5 m
P = 3 x 3,5 m atau sama dengan 10,5 m
Dimensi Kolam An Aerobic =
a. Panjang Kolam = 10,5 m
b. Lebar Kolam = 3,5 m
D c. Kedalaman Kolam = 2,5 m
L
P
Facultatif System

Proses biokomia yang berlangsung dalam


Sinar Matahari
kolam fakultatif merupakan perpaduan
Ganggang
antara proses aerobic dengan proses Sel Baru

anaerobic. Proses aerobic berlangsung


dibagian atas kolam dan proses anaerobic Oksigen CO2, NH4+, PO4-3

berlangsung didasar kolam. Secara garis


besar proses biokimia yang berlangsung Bakteri

dapat digambarkan sebagai berikut : Zat Organik Sel Baru

Dalam proses anaerobic, bakteri memanfaatkan oksigen dari dua sumber, yaitu
dari hasil transfer oksigen antara air dan udara serta dari oksigen yang dihasilkan
oleh ganggang. Mineral yang dihasilkan oleh bakteri dimanfaatkan oleh ganggang
untuk pertumbuhannya dan oksigen yang dihasilkan oleh ganggang dimanfaatkan
oleh bakteri untuk proses mineralisasi, sehingga ada proses timbal balik yang
menguntungkan.

Untuk desain kolam fakultatif, waktu detensi yang direncanakan adalah 7 hari
dengan kedalaman standar sebesar 2,5 meter.

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


II - 29
Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah
Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan

Q x td
A=
H

31,104 x 7
A= = 87 ,09 m 2
2,5

Jika P : L = 3 : 1 dan A = PxL


maka A = 3L xL
87,09 m2 = 3 L2
L = 5,4 m ( direncanakan 5,5 m)
P = 3 x 5,4 m atau sama dengan16 m
Dimensi Kolam Fakultatif :

a. Panjang Kolam = 16 m
b. Lebar Kolam = 5,5 m
D
L
c. Kedalaman Kolam = 2,50 m
P

Maturation System

Kolam maturasi pada umumnya digunakan sebagai pengolahan lanjut dari pengolahan
kolam fakultatif yang berfungsi untuk menghilangkan bakteri pathogen. Kedalaman
kolam maturasi antara 0,75 1,5 meter, dimana untuk perencanaan ini diambil 1,5
meter. Waktu detensi standar dari kolam maturasi sebesar 7-10 hari, dimana untuk
perencanaan ini diambil 7 hari.

Berdasarkan asumsi di atas, dimensi kolam maturasi dihitung sebagai berikut.

Q x td
A=
H

31,104 x 7
A= = 145 ,15 m 2
1,5

Jika P : L = 3 : 1 dan A = PxL


maka A = 3L xL
145,15 m2 = 3 L2
L = 6,95 m (direncanakan 7 m)
P = 20,8 m atau sama dengan 21 m

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


II - 30
Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah
Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan

Dimensi Kolam Maturasi =

a. Panjang Kolam = 21 m
b. Lebar Kolam = 7 m
D
L
c. Kedalaman Kolam = 1,5 m
P

Bak Polishing

Untuk menstabilkan proses pengolahan yang direncanakan, untuk membantu lebih


menstabilkan hasil dari proses-proses terdahulu sebelum dibuang ke kolam uji hayati,
Bak Polishing dibuat untuk menyempurnakan proses pengolahan dari keseluruhan
sistem.

Waktu detensi (td) untuk Bak Polishing direncanakan = 2 hari (172.800 detik),
sehingga Kapasitas kolam (C) dihitung dengan rumus :
C = Q x td
= 0,31 l/det x 172.800 detik
= 53568 L
= 53,568 m3

Jika kedalaman Bak Polishing direncanakan 5 meter, maka Luas Bak adalah :

53,568 m3
A bak = 21,43 m 2
2,5 m
Bak Polisihing direncanakan berbentuk empat persegi panjang dengan P sama
dengan L, sehingga panjang dan lebar bak adalah

= 21, 43 m 2
= 4,6 m 5,00 m
Kualitas leachate yang dibuang kedalam badan air penerima harus memenuhi syarat
baku mutu yang ditetapkan. Jika dihitung efesiensi penyisihan BOD dengan rumus :
So
Se =
1+ K 25 x td
Dimana :
So : BOD influent (mg/L)
K25 : konstanta reaksi pada suhu 25 C (Metcalf & Eddy)
Td : Waktu detensi (hari)
Se : BOD effluent (mg/L)

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


II - 31
Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah
Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan

Dengan 4 (empat) jenis pengolahan standar yang ditetapkan, leachate yang keluar dari
instalasi pengolahan untuk masing-masing bangunan pengolahan ditunjukkan pada
Tabel 2.9.

Tabel 2.9. Efisiensi Penyisihan BOD Masing-Masing Bangunan Pengolahan


Baku
Efisiensi
Jenis So K25 td Se Mutu Keterangan
penyisihan
(BOD)
Belum
Anaerobic 2000 0.23 3 1183.432 59.17% 150 memenuhi
baku mutu
Belum
Fakultatif 1183.432 0.23 7 453.4222 38.31% 150 memenuhi
baku mutu
Belum
Maturasi 453.4222 0.23 7 173.725 38.31% 150 memenuhi
baku mutu
Sudah
Polishing 173.725 0.23 2 118.9897 68.49% 150 memenuhi
baku mutu
Sumber : Hasil Perhitungan DED TPA Morowali Utara, 2014

Kolam Uji Hayati (Kolam Kontrol)

Pada bagian akhir proses pengolahan leachate, dibuat kolam uji hayati yang
direncanakan dibagi menjadi 2 (dua) kompartemen, dimana 1 kompartemen
diperuntukan untuk uji kualitas leachate dengan penanaman ikan didalamnya dan 1
kompartemen untuk out let akhir sebelum dibuang ke Badan Air Penerima.

Waktu detensi (td) untuk Kolam uji hayati direncanakan = 12 jam (43.200 detik),
sehingga Kapasitas kolam (C) dihitung dengan rumus :
C = Q x td
= 0,31 L/det x 43.200 detik
= 13.392 L
= 13,392 m3

Jika kedalaman kolam uji direncanakan 3 meter, maka luas kolam adalah

13,392 m3
A kolam = 5,4m m 2
2,5 m
Lebar kolam direncanakan 2 meter, maka panjang kolam adalah

5,4 m 2
=
2m
= 2,7 m
3 meter

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


II - 32
Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah
Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan

Skematik pengolahan leachate dan lay out lokasi pengolahan ditunjukkan pada
Gambar 2.15.

Dari TPA
Q = 0,68 l/det

Kolam An- Kolam


aerobic Fakultatif
1. Td = 3 hari 1. Td = 7 hari
2. P = 15 m 2. P = 22,5 m Kolam
3. L = 5m 3. L = 7,5 m Maturasi
4. H = 2,5 m 4. H = 2,5 m
1. Td = 7 hari
2. P = 30 m
3. L = 10 m Bak Polishing
4. H = 1,5 m
1. Td = 2 hari
2. P = 5m
3. L = 5 m
BADAN 4. H = 5m
AIR
Sungai Kolam Uji
Citanduy Hayati
1. Td = 12 jam
2. P = 4m
3. L = 2,5 m
4. H= 3m

Gambar 2.15. Skematik Instalasi Pengolahan Leachate

b. Fasilitas Pengelolaan Gas


Secara teoritis, pengolahan leachate akan merupakan penguraian materi organik
dalam keadaan an-aerobik yang menghasilkan gas bio, terutama dalam bentuk
methan, Karbondioksida dan gas-gas lain dalam proporsi yang kecil seperti Hidrogen
Sulfida dan Nitrogen. Hal ini terjadi karena sebagian besar proses dekomposisi yang
terjadi akan berlangsung dalam proses an-aerobik. Bila gas-gas ini tidak dikendalikan,
dapat menimbulkan efek yang berbahaya seperti :

a) Gangguan terhadap tanaman di lokasi land fill atau sekitarnya, karena mengurangi
oksigen pada zona akar, meningkatkan suhu tanah, efek toxic pada fisiologi
tanaman.
b) Methane pada konsentrasi 5% - 15% volume udara mudah terbakar/meledak, juga
merupakan kontributor dalam pemanasan global.
c) Bau, walaupun methane dan karbondioksida tidak berbau tetapi gas-gas yang lain
seperti H2S Mercaptane dan Gas organik menimbulkan bau.
d) Karbondioksida dapat meningkatkan kesadahan air.

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


II - 33
Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah
Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan

Untuk itu perlu diadakan celah ventilasi yang terdiri dari ventilasi vertikal dari pipa
PVC 4 yang dilubang-lubangi dan dipasang di atas tanah penutup dengan jarak
antara pipa 50 100 meter. Pipa berlubang tersebut diselimuti dengan kerikil 5-15 cm
untuk mencegah tersumbatnya lubang tersebut dan dipasang pada box (junction)
pipa induk penyalur leachate Disamping itu terdapat sistem pengumpul gas bio yang
horisontal atau miring, yaitu :

a) Vertikal, yang naik sesuai dengan kenaikan timbunan artinya bila lahan mencapai
bukit akhir, maka ventilasi dibuat dengan menyambung ventilasi yang sudah ada
sebelunya, akhirnya pada bukit akhir dibuat pipa ventilasi tegak dan berada 1 (satu)
meter di atas muka bukit.
b) Horisontal, yang menyatu dengan penutup harian.
c) Miring, yang direncanakan mengikuti kemiringan dinding lahan.

Sistem pengendalian gas vertikal akan dihubungkan dengan sistem pengumpulan


leachate agar leachate yang terkumpul dapat disalurkan. Satu pipa pengendalian
gas dapat melayani sampai daerah pada radius 20 meter disekitarnya, yang dipasang
dengan ketentuan sebagai berikut :

a) Media kerikil 5 10 cm dengan ketebalan sekitar 40 cm yang dapat dicetak


dengan bantuan bronjong/anyaman bambu.
b) pipa berlubang = 100 cm (4).
c) Radius pengaruh sumuran = 25 40 cm.

c. Fasilitas Kawasan Penyangga TPA


Kawasan penyangga berfungsi sebagai penahan gangguan yang diakibatkan oleh
kegiatan dan aktivitas sekitar TPA, yang dibuat melingkari tapak dengan lebar 10 - 20
meter. Pada kawasan penyangga ini, akan ditanam pohon-pohon baru atau
mempertahankan pohon lama, yang berfungsi untuk menahan kemungkinan erosi
dan longsoran.

a. Green Barrier
Selain penanaman tanaman pagar berupa angsana dan bambu jepang, kegiatan
penghijauan juga akan dilakukan di sekitar/sekeliling area TPA serta areal-area yang
telah dilakukan penutupan dengan tanah. Kegiatan ini dilakukan untuk mengurangi
penyebaran bau sampah ke lingkungan sekitar serta meningkatkan estetika
lingkungan di sekitar TPA. Tanaman penghijauan ini akan berfungsi sebagai buffer
zone/green barrier TPA terhadap lingkungan permukiman sekitar TPA. Penanaman

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


II - 34
Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah
Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan

pohon tersebut juga sekaligus digunakan untuk ujicoba pemanfaatan kompos hasil
produksi TPA.
Adapun jenis tanaman penghijauan yang akan dibudidayakan selain angsana dipilih
dari jenis yang memiliki kemampuan menyerap polusi udara dan menetralisir bau
tidak sedap (mengeluarkan bau wangi), antara lain :

Tanaman yang mempunyai kemampuan tinggi menyerap debu dari udara:


mahoni, bisbul, tanjung, kenari, meranti merah, kiara payung, kayu hitam.
Tanaman yang baik menghasilkan bau wangi: kemuning, kenanga, melati,
sedap malam, dan mawar.
Tanaman yang baik untuk penghalang angin: bambu jepang. Bambu jepang
perlu ditanam rapat mengikuti keliling pagar, sehingga dapat mengurangi
kecepatan angin dari luar masuk ke dalam area TPA dan sebaliknya
mengurangi kecepatan angin dari dalam area TPA keluar ke kawasan sekitar.
Pada area yang sudah ditutup tanah selain akan ditanami jenis tanaman
tahunan/tanaman keras tersebut, di bawahnya juga akan ditanami rumput-
rumputan dan sereh wangi. Berbagai penelitian tentang kualitas lingkungan,
melaporkan bahwa sereh wangi dapat menyerap zat-zat pencemar, seperti
logam berat. Demikian halnya tanaman melati air juga menunjukkan
kemampuan yang baik untuk menyerap zat pencemar di dalam tanah. Untuk
itu penanaman sereh wangi dan melati air terutama pada area yang telah
ditutup tanah dan di tebing-tebing sekitar kolam pengendapan lindi akan sangat
membantu menurunkan kadar zat pencemar di dalam tanah dan air tanah.
b. Sumur Uji
Sumur uji diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya pencemaran terhadap air tanah
yang disebabkan oleh adanya rembesan lindi dari dasar TPA (dasar TPA tidak kedap,
kebocoran geomembran, keretakan lapisan tanah liat). Sumur uji akan dibuat pada
setiap zona pembuangan sampah dan lingkungan sekitar TPA.

6. Pembangunan Fasilitas Pendukung


Fasilitas pendukung: sarana air bersih; tempat pencucian kendaraan, kantor, pos
keamanan seperti yang ditampilkan pada tabel berikut.

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


II - 35
Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah
Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan

Tabel 2.10. Bangunan Penunjang Operasional


Jenis
No. Perletakan / fungsi Dimensi Keterangan
Bangunan

1. Pos Satpam Terletak diantara pintu masuk dan


Luas bangunan 9 m2 Dibangun 2 (dua) unit
penjaga TPA pintu keluar

2. Rumah Petugas Terlindung dari lalu lintas truk Luas rumah penjaga 36
1 unit
TPA sampah dan bau sampah m2

3. Terlindung dari lalu lintas truk


Kantor TPA Luas 52,5 m2 1 unit
sampah dan bau sampah

4. Garasi Untuk menyimpan alat-alat berat Luas 220 m2 1 (satu) unit

5. Untuk penyimpanan generator


Ruang Genset Luas minimal 86,25 m2 1 unit
cadangan listrik
Untuk penyimpanan suku cadang
6. Gudang alat-alat berat dan berbagai Luas 48 m2 1 unit
kebutuhan lain
Dilengkapi dengan alat
7. Tempat cuci Berbentuk bangunan cuci mobil
Luas minimal 200 m2 semprot air dan
mobil biasa
bangunan tunggu
Dibuat berbentuk
1. Antisipasi antrian truk menunggu memanjang menuju
8 Pelataran parkir Luas pelataran parkir 50
penuangan sampah tempat lokasi untuk
Truk m x 50 m
2. Parkir truk di malam hari memudahkan
pergerakan
1. Kapasitas bebas
9. Bangunan Untuk mencatat timbulan sampah Pencatatan digital
minimum 30 ton
timbangan yang masuk indikator dengan printer
2. Ketelitian 5 kg
1. Digunakan untuk pencucian Dibuat sumur pompa
10. Penyediaan air kendaraan operasional, dalam, minimal 150 m
-
bersih 2. Kebutuhan sehari-hari dengan menara dan
3. Penyiraman taman reservoir 20 m3
Sumber : DED TPA Kab. Morowali Utara, 2014

2.4.3. Tahap Operasional

Pada tahap operasi kegiatan yang akan dilakukan mencakup pengangkutan sampah,
mobilisasi alat berat, penimbunan dan pemadatan sampah, penutupan tanah, ventilasi
gas, pengumpulan dan pengolahan lindi dan pengolahan sampah menjadi kompos.

1. Pengangkutan sampah
Kegiatan operasional pengangkutan sampah harus memperhatikan jumlah volume
sampah dan kendaraan pengangkut sampah. Volume sampah harian yang dapat
ditampung dalam lahan TPA dapat dilihat pada Tabel 2.14. Proyeksi Timbunan Sampah
Kabupaten Morowali Utara berikut ini. Tabel berikut ini merupakan proyeksi timbulan
sampah untuk mengetahui besar timbulan sampah yang akan ditangani dalam 20 tahun
kedepan.

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


II - 36
Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah
Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan

Tabel 2.11. Proyeksi Timbunan Sampah Kabupaten Morowali Utara

Sumber : Madter Plant & DED TPA Kab. Morowali Utara, 2014

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


II - 37
Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah
Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan

Kegiatan pengangkutan sampah akan dilakukan setiap hari antara pukul 06.00 s/d 15.00
WIB. Jumlah truk yang akan beroperasi akan disesuaikan jumlah timbulan sampah. Jika
kapasitas pengangkutan 6 m3/truk dan tiap truk dapat mengangkut 2 rit/hari, maka
sesuai prediksi timbulan sampah dimasa mendatang jumlah truk yang dibutuhkan
adalah 10-13 truk. Penggunaan truk yang layak jalan dalam kondisi yang baik
merupakan jantung dari kegiatan pengelolaan sampah. Penggunaan terpal penutup
pada dump truk merupakan langkah pencegahan sampah tercecer di jalan serta
mengurangi timbulnya bau bagi pengguna jalan lainnya. Sedangkan manajemen sel
dalam TPA Kab. Morowali Utara ini direncanakan sebagai berikut :
a. Kendaraan kendaraan pengangkut akan diarahkan ke jalur penurunan sampah
(tipping area), dimana lokasi penurunan sampah (tipping place) direncanakan sesuai
dengan arah kemajuan penimbunan sampah.
b. Sampah yang diangkut, dibongkar di titik jalur penurunan sampah, dipindahkan ke
lokasi penimbunan dan disebarkan. Kemudian sampah tersebut ditutup dengan
lapisan tanah penutup (soil cover) setiap 1,5 meter.

2. Mobilisasi Alat Berat Operasional Landfill


Alat-alat berat yang direncanakan dipergunakan dalam proses operasional TPA Kab.
Morowali Utara adalah :

a. Bulldozer
b. Compactor
c. Excavator

Kebutuhan Bulldozer
Bulldozer berfungsi untuk mendorong dan meratakan sampah yang dituangkan truk dari
lahan curah ke lahan timbun, untuk kemudian disimpan dalam area sel yang sudah
ditentukan. Jumlah kebutuhan bulldozer dihitung berdasarkan perbandingan produksi
maksimum per hari bulldozer dengan volume sampah harian yang masuk. Produksi
maksimum per hari bulldozer sesuai spesifikasi teknis.

Tabel 2.12. Perhitungan Produksi Maksimum Bulldozer


Jenis Alat Berat
No. Uraian Bulldozer Type JCB
190/1110
1. Maksimum produksi - m3/jam 160
2. Jarak tempuh efisien meter 50
Faktor Koreksi
1. Operator 0,75
2. Material 1,2
3. Slot Dozing 1,2

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


II - 38
Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah
Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan

Jenis Alat Berat


No. Uraian Bulldozer Type JCB
190/1110
4. Side by side dozing 1,15
5. Kondisi 0,8
6. Efisiensi kerja 0,84
7. Efisiensi mesin 0,9
8. Kemiringan 1
9. Density Standar (Kg/m3) 1.370
A. Sampah
1. Density Sampah (Kg/m3) 300
2. Berat Koreksi = density standar/density sampah 4,57
3. Faktor Koreksi 3,43
4. Produksi (m3/jam) = maksimum produksi x faktor koreksi 548,85
5. Jumlah kerja per hari (jam) 8
6. Produksi maksimum per hari = produksi x jumlah jam kerja (m3/hari) 4.390,79
B. Tanah Penutup
1. Density tanah penutup (Kg/m3) 1480
2. Berat Koreksi = density standar/density tanah penutup 0,93
3. Faktor Koreksi 0,70
4. Produksi (m3/jam) = maksimum produksi x faktor koreksi 111,25
5. Jumlah kerja untuk penutupan per hari (jam) 1,50
6. Produksi maksimum per hari = produksi x jumlah jam kerja (m3/hari) 166,88
Sumber : Spesifikasi Teknis Alat Berat

Contoh perhitungan :
a. Jika volume sampah harian yang dapat ditampung di TPA Kab. Morowali Utara (Vn),
adalah 219,52 m3. (volume sampah pada akhir perencanaan tahun 2022)
b. Produksi maksimum per hari bulldozer untuk sampah (Pbms), adalah 4.390,79 m3.
Maka bulldozer yang dibutuhkan adalah

Vn 219,52 m3
= = 0,05 1
Pbms 4.390,79 m3

Berdasarkan perhitungan, pada akhir tahun rencana,


jumlah bulldozer direncanakan adalah 1 (satu) buah, yang
dirancang untuk sampah 1 unit dan tanah penutup 1 unit.

Kebutuhan Compactor
Compactor berfungsi untuk meratakan sampah dan memadatan tanah penutup antara
dan penutup akhir, dengan produksi maksimum per hari compactor sesuai spesifikasi
teknis, ditunjukkan pada Tabel 2.13.

Contoh perhitungan :
a. Jika volume sampah harian yang dapat ditampung di TPA Kab. Morowali Utara (Vn),
adalah 219,52 m3.
b. Produksi maksimum per hari compactor untuk sampah (Pcms), adalah 9.557 m3.
c. Jika volume tanah penutup harian yang dibutuhkan (So), adalah 20,04 m3.
d. Produksi maksimum per hari compactor untuk tanah penutup (Pcmt), adalah 972 m3.

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


II - 39
Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah
Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan

Maka compactor yang dibutuhkan untuk sampah adalah Vn 219,52 m 3 dan


= = 0,02
Pcms 9.557 m 3
3
untuk tanah penutup adalah S o = 16,296 m = 0,0172
3
Pcmt 972 m

Berdasarkan perhitungan, pada akhir rencana,


jumlah compactor yang direncanakan adalah 2 (dua)
buah, yang dirancang untuk sampah 1 unit dan tanah
penutup 1 unit.

Tabel 2.13. Perhitungan Produksi Maksimum Compactor


Jenis Alat Berat
No. Uraian Compactor
Type SV 900
A. Sampah
1. Waktu efisiensi kerja (menit/jam) - E (50 menit/jam/60 menit/jam) x 100% 83,33%
2. w = 2 x lebar roda (meter) 2,1
3. Kecepatan rata-rata (v) - km/jam 12
4. Tebal kepadatan (L) mm 400
5. Jumlah gilasan - kali 3
6. Perbandingan m3 padat terhadap lepas = 400 : 750 0,53
7. Faktor koreksi 0,8
8. Efisiensi Mesin 100%
9. Produksi/jam = E x W x v x L x faktor koreksi x S / R (m3/jam) 1.194,67
10. Jumlah jam kerja alat per hari (jam/hari) 8
11. Maksimum produksi (m3/hari) = Q x jumlah jam kerja/hari 9.557
B. Tanah Penutup
1. Bucket Capacity (a) - m3/jam 0,85
2. Bucket Fill Faktor (fb) 0,81
3. Volume per cycle (vc) = (a) x (fb) - m3 0,6885
4. Efisiensi mesin (em) 100%
5. Efisiensi kerja (Ek) 83%
6. Faktor koreksi 0,8
7. Tebal kepadatan (L) mm 150
8. Jumlah gilasan - kali 4,00
9. Produksi/jam = E x W x v x L x faktor koreksi x S / R (m3/jam) 432,02
10. Jumlah jam kerja alat per hari (jam/hari) 1,5
11. Produksi Padat (m3/hari) = Q x jumlah jam kerja/hari 648,03
12. Maksimum produksi (m3/hari) = Q x jumlah jam kerja/hari 972
Sumber : Spesifikasi Teknis Alat Berat

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


II - 40
Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah
Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan

Kebutuhan Excavator
Excavator digunakan untuk menaikkan dan meninggikan sampah dan membawa tanah
penutup dengan sekopnya dari satu tempat ke tempat lain. produksi maksimum per hari
excavator ditunjukkan pada Tabel 2.14.

Tabel 2.14. Perhitungan Produksi Maksimum Excavator


Jenis Alat Berat
No. Uraian Excavator Type
JCB 3 CX
A. Tanah Penutup
1. Bucket Capacity (a) - m3/jam 0,5
2. Bucket Fill Faktor (fb) 0,9
3. Volume per cycle (vc) = (a) x (fb) - m3 0,45
4. Efisiensi mesin (em) 90%
5. Efisiensi kerja (Ek) 83%
Cycle time
1. Waktu muat (detik) 2,5
2. Waktu manuver muat (detik) 4,5
3. Waktu buang (detik) 3,5
4. Waktu manuver kosong (detik) 4,5
5. Jumlah (detik) 15
6. Jumlah (menit) 0,25
7. Jumlah cycle/jam (60/jumlah cycle time) 240
8. Produksi/jam = jumlah cycle/jam x Ek x Em x vc (m3/jam) 80,676
9. Jumlah jam kerja alat per hari (jam/hari) 7
10. Maksimum produksi (m3/hari) = Q x jumlah jam kerja/hari 565
B. Sampah
1. Bucket Capacity (a) - m3/jam 0,5
2. Bucket Fill Faktor (fb) 0,8
3. Volume per cycle (vc) = (a) x (fb) - m3 0,4
4. Efisiensi mesin (em) 90%
5. Efisiensi kerja (Ek) 83%
Cycle time
1. Waktu muat (detik) 4
2. Waktu manuver muat (detik) 4,5
3. Waktu buang (detik) 1,5
4. Waktu manuver kosong (detik) 3,5
5. Jumlah (detik) 13,5
6. Jumlah (menit) 0,23
7. Jumlah cycle/jam (60/jumlah cycle time) 266,67
8. Produksi/jam = jumlah cycle/jam x Ek x Em x vc (m3/jam) 79,68
9. Jumlah jam kerja alat per hari (jam/hari) 7
10. Maksimum produksi (m3/hari) = Q x jumlah jam kerja/hari 558
Sumber : Spesifikasi Teknis Alat Berat

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


II - 41
Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah
Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan

Contoh perhitungan :
a) Jika volume sampah harian yang dapat ditampung di TPA Kab. Morowali Utara (Vn),
adalah 219,52 m3.
b) Produksi maksimum per hari excavator untuk sampah (Pems), adalah 558 m3.
c) Jika volume tanah penutup harian yang dibutuhkan (So), adalah 20,04 m3.
d) Produksi maksimum per hari excavator untuk tanah penutup (Pemt), adalah 565 m3.
3
Maka excavator yang dibutuhkan untuk sampah adalah V n = 219 ,52 m = 0,398
3
Pcms 558 m
3
dan untuk tanah penutup adalah S o = 16,296 m = 0,029
3
Pcmt 565 m

Berdasarkan perhitungan, pada akhir tahun


rencana, jumlah excavator yang direncanakan
untuk sampah dan tanah penutup adalah 2 buah,
yang dirancang untuk sampah 1 unit dan tanah
penutup 1 unit.

3. Penimbunan dan Pemadatan Sampah


Kegiatan penimbunan dan pemadatan sampah akan menerapkan sel yang terdiri dari
sel-sel sampah. Timbunan sampah (sel sampah) yang terbentuk setiap hari disebut sel
harian. Setiap timbunan sampah yang telah dipadatkan mencapai luas tertentu dan
ketinggian 1,5 meter, maka akan dilapisi tanah penutup antara setebal 20 30 cm
(setelah pemadatan) dan penutup akhir setebal 100 cm. Penutupan tanah ini dilakukan
setiap hari pada akhir kerja. Dalam operasi penimbunan sampah, kriteria-kriteria
pembentukan sel akan dijadikan panduan operasi penimbunan sampah. Dengan kriteria-
kriteria ini, diharapkan bentuk-bentuk bukit timbunan akhir yang telah ditentukan akan
lebih mudah dicapai. Kriteria-kriteria tersebut adalah sebagai berikut :
a. Pembentukan sel dimulai dari lapisan paling bawah, arah pembentukan dari bawah
ke atas.
b. Sel harus memiliki satu bidang tumpu, dimana bidang tumpu ini dapat merupakan
lereng dari sel yang lain atau lereng dari lahan kerja, sehingga tidak ada satu sel
pun yang terpisah dari sel lainnya.
c. Lereng kemiringan sel direncanakan 45
d. Tebal sel harian sebesar 0,8 m 5,0 m

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


II - 42
Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah
Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan

4. Penutupan Tanah
Penutupan tanah harian harus dilakukan guna mengurangi bahaya kebakaran, infiltrasi
air hujan, bau, terbangnya sampah yang ringan, gas, berkembangnya binatang pengerat
dan vektor, dan memperbaiki penampilan (estetika) TPA. Tanah penutup yang harus
disediakan untuk sistem Sanitary Landfill, akan diupayakan dari tanah hasil proses
penggalian setiap zona. Tanah penutup diperlukan pada waktu selesainya kegiatan
pemadatan sampah harian yang disebut tanah penutup harian, serta pada saat lahan
selesai dipergunakan yaitu disebut tanah penutup akhir. Tanah penutup untuk operasi
penimbunan sel sampah di TPA Kab. Morowali Utara direncanakan dari tanah yang
mempunyai sifat kedap air. Perhitungan tanah penutup diperhitungkan atas dimensi sel,
yaitu :
a. Ketebalan tanah penutup antar sel (hi) = 0,2 meter
b. Tebal sel sampah (hw) = 1,50 meter
c. Lebar sel sampah (lw) = 5 meter (skenario 2)
d. Panjang sel sampah (ps) = 6,7 meter

Kebutuhan tanah penutup harian dan rekapitulasi sampai akhir umur lahan TPA Kab.
Morowali Utara, ditunjukkan pada Tabel berikut.

Tabel 2.15. Kebutuhan Tanah Penutup

lebar Tebal Tanah Panjang Volume Tanah Volume Tanah


hw sin Lapisan Penutup Penutup Sebelum
sel (lw) antar Sel (hi) Sel (ps) Terkompaksi Terkompaksi
m m M m m3 m3
1.50 0.70710 5 0.20 6,7 11,45 9,54

Tanah penutup ini akan dipergunakan untuk proses pembentukan lahan (untuk lahan
uyang memerlukan peimbunan dan pemadatan), dan sisanya disimpan sementara pada
lahan yang direncanakan di lokasi buffer zona (zona pelindung) Secara rinci standar
penutupan tanah dilakukan sebagai berikut :

a) Kemiringan dan kondisi tanah penutup harian harus dikontrol setiap hari untuk
menjamin peran dan fungsinya, bilamana perlu dilakukan penambahan dan perbaikan
pada lapisan ini;
b) Dalam panduan pengoperasian harus dicantumkan (1) sumber tanah penutup serta
jenis dan klasifikasi yang perlu ada (2) pengaturan kemiringan (slope) area pengurugan
mininal 450 untuk memperbanyak run-off dan mengurangi erosi akibat air limpasan,
serta mengurangi infiltrasi, (4) prosedur untuk mempertahankan integrasi bahan
penutup;

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


II - 43
Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah
Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan

c) Penutup harian sedapat mungkin diaplikasikan setiap hari, namun bila tidak mungkin,
dilakukan paling tidak setiap minggu;
d) Ketebalan tanah penutup minimum adalah 15 cm;
e) Bila sel harian tidak akan dilanjutkan untuk jangka waktu lebih dari 1 bulan, maka
dibutuhkan penutup antara setebal 30 cm dengan pemadatan;
f) Penutup akhir diaplikasikan pada setiap area pengurugan yang tidak akan
digunakan lagi lebih dari 1 tahun. Ketebalan tanah penutup final ini paling tidak 60 cm;
g) Pada area yang telah dilaksanakan penutupan final sebaiknya ditanami pohon yang
sesuai.

Jenis tanah yang akan digunakan adalah jenis tanah yang tidak kedap, yakni tanah
laterit. Tanah penutup akan diambil di sekitar lokasi. Guna mengurangi kebutuhan tanah
urug yang harus didatangkan dari luar lokasi, maka tanah penutup juga akan
menggunakan kompos curah yang dihasilkan dari TPA Kabupaten Morowali Utara di
Koromatantu sendiri.

5. Perawatan Ventilasi Gas


Pipa ventilasi gas berupa pipa berlubang atau bambu berlubang yang dilindungi oleh
kerikil dan casing yang dipasang secara bertahap sesuai dengan ketinggian lapisan
timbunan sampah.

6. Pengumpulan dan Pengolahan Lindi


Pengolahan lindi dikondisikan untuk mengoptimalkan proses pengolahan baik melalui
proses anaerob, aerob, fakultatif, maturasi dan resirkulasi lindi, sehingga dicapai efluen
yang memenuhi standar baku mutu.

7. Pembuatan Kompos
Kegiatan pengolahan sampah organik menjadi kompos di TPA Kabupaten Morowali
Utara di Koromatantu merupakan salah satu bagian dari strategi pengurangan sampah
di Kabupaten Morowali Utara. Selain bertujuan memanfaatkan sampah menjadi pupuk,
kegiatan ini juga bertujuan untuk memperpanjang umur teknis TPA dan memberdayakan
masyarakat di sekitar TPA. Kegiatan pengolahan sampah organik yang akan
dilaksanakan di TPA Kabupaten Morowali Utara di Koromatantu terbagi ke dalam dua
bagian, yaitu:
a) Pengolahan sampah organik dari pasar yang relatif bersih dari pengotor dengan
mekanisasi (mesin pencacah sampah) dan menghasilkan kompos yang disebut
kompos murni. Cairan/leachate yang dihasilkan dari proses pengomposan
dimanfaatkan menjadi pupuk cair.

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


II - 44
Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah
Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan

b) Pengolahan sampah pasar yang tercampur pengotor dengan sistem penumpukan di


lahan terbuka. Setelah melalui proses pengayakan akan dihasilkan kompos yang
disebut kompos curah.

Kompos murni dapat dimanfaatkan untuk segala jenis tanaman termasuk tanaman
konsumsi. Sedangkan kompos curah disarankan hanya digunakan untuk tanaman hias
dan tanaman keras, karena ada resiko tercemar oleh B3 (Bahan Beracun dan
Berbahaya). Kompos murni hasil pengomposan di TPA Kabupaten Morowali Utara di
Koromatantu adalah sampah sisa sayuran dan buah-buahan dari Pasar. Dalam rangka
mendukung rencana pengelolaan TPA Kabupaten Morowali Utara di Koromatantu yang
mengarah kepada sistem controlled landfill, maka kapasitas pengolahan kompos akan
terus ditingkatkan.

8. Pembinaan Pemulung
Suka atau tidak suka kehadiran pemulung di lokasi TPA Kabupaten Morowali Utara di
Koromatantu sesungguhnya akan ikut andil dalam proses pengelolaan sampah
Kabupaten Morowali Utara. Kegiatan mandiri yang dilakukan para pemulung ini akan
membantu proses pengelolaan sampah, mulai dari pemilahan, pengumpulan kembali,
dan pengangkutan ke luar TPA. Sampah berupa plastik, potongan besi, dan lain-lain
yang masih bisa didaur ulang dikumpulkan dan dijual kepada pengumpul. Sehingga
pada dasarnya melalui jasa pemulung ini pengurangan sampah telah terjadi.

Bagi pemerintah (Dinas Tata Kota, Kebersihan, dan Pertamanan Kabupaten Morowali
Utara) selaku penanggungjawab pengelolaan TPA, yang terpenting adalah memberikan
arahan, pembinaan, dan fasilitasi yang cukup agar para pemulung dapat bekerja secara
optimal dan sejalan dengan program pengelolaan sampah di TPA Kabupaten Morowali
Utara di Koromatantu. Pemulung harus dipandang sebagai karyawan yang perlu
memperoleh hak-hak pengembangan diri dan keselamatan kerja. Oleh karena itu
pengelola TPA Kabupaten Morowali Utara di Koromatantu perlu memberikan pelatihan
dan peralatan yang dibutuhkan. Pemberian seragam berupa rompi, topi, masker, dan
sepatu boot mungkin dapat dilakukan guna meningkatkan harga diri, karena merasa
diakui, dan meningkatkan keselamatan kerja yang pada gilirannya akan memotivasi
kinerja para pemulung di TPA ini. Guna membantu proses pencucian plastik yang
selama ini dilakukan di rumah-rumah penduduk, maka Pengelolan TPA Kabupaten
Morowali Utara di Koromatantu berencana untuk mengadakan fasilitas pencucian plastik,
menggunakan air bekas pencucian truk.

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


II - 45
Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah
Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan

9. Penggunaan Energi
Energi listrik yang digunakan untuk menunjang operasional TPA Kabupaten Morowali
Utara di Koromatantu berasal dari PLN Ranting Kolonodale dengan daya 500 KVA.
Sebagai cadangan akan digunakan genset dengan daya 500 KVA. Untuk itu sebagai
cadangan bahan bakar minyak akan diadakan stok BBM solar sebanyak 100 liter/hari.

10. Penggunaan Air


Sumber air bersih akan diperoleh dari sumur pompa dalam minimal 150 m dengan
menara dan reservoir 20 m3. Pendistribusian air ke bagian-bagian layanan akan
dilakukan dengan menggunakan pipa. Secara kebutuhan air rinci dan neraca kebutuhan
air untuk operasional TPA Kabupaten Morowali Utara di Koromatantu adalah sebagai
berikut ;
Tabel 2.16. Rincian Kebutuhan Air TPA
Kebutuhan
Uraian Asumsi Jumlah Satuan
Air (liter/hari)
Domestik Kantor dan Rumah Jaga 100 l/o/h 15 orang 1500
Proses Kompos 500 l/h - 500
Pencucian Truck 500 l/t/h 13 truck 6500
Pencucian Plastik 2000 l/h - 2000
Penghijauan 0.5 l/m2/h 10000 m2 5000
MCK Umum 50 l/o/h 50 orang 2500
TOTAL 18000
TOTAL (m3/hari) 18

2.4.4. Tahap Pasca Operasi

Setelah TPA Sampah di Koromatantu penuh, maka akan dilakukan reklamasi lahan
sesuai persyaratan teknis tanah penutup akhir TPA. Pada tahap selanjutnya TPA dapat
dimanfaatkan sesuai dengan lansekap akhir diselaraskan dengan peruntukkan lahan di
sekitar TPA pada RTRW Kabupaten Morowali. Kegiatan pasca operasi TPA antara lain
meliputi kegiatan :
Inspeksi rutin
Kegiatan revegetasi dan pemeliharaan lapisan penutup
Penanaman dan pemeliharaan tanaman di TPA
Pemeliharaan dan kontrol leachate dan gas
Pembersihan dan pemeliharaan saluran-saluran drainase
Pemantauan penurunan lapisan dan stabilitas lereng
Pemantauan kualitas lingkungan.

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


II - 46
Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah
Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan

1. Reklamasi Lahan
Untuk menghindari terjadinya dampak negatif, karena proses dekomposisi sampah
menjadi lindi dan gas berlangsung dalam waktu yang sangat lama 30 tahun, maka lahan
bekas TPA Koromatantu direkomendasikan untuk lahan terbuka hijau atau sesuai
dengan rencana tata guna lahannya. Apabila lahan bekas TPA akan digunakan sebagai
daerah perumahan atau bangunan lain, maka perlu memperhitungkan faktor keamanan
bangunan secara maksimal. Reklamasi lahan bekas TPA Morowali Utara di
Koromatantu disesuaikan dengan rencana peruntukannya terutama yang berkaitan
dengan konstruksi tanah penutup akhir. Untuk lahan terbuka hijau, ketebalan tanah
penutup yang dipersyaratkan adalah 1 m (tergantung jenis tanaman yang akan ditanam),
ditambah lapisan top soil.

2. Pemantauan Kualitas Lindi dan Udara/Gas


Monitoring kualitas lingkungan pasca operasi TPA di Koromatantu diperlukan untuk
mengetahui ada tidaknya pencemaran karena kebocoran dasar TPA, jaringan
pengumpul lindi, proses pengolahan lindi yang tidak memadai maupun kebocoran pipa
ventilasi gas. Fasilitas yang diperlukan untuk monitoring ini adalah sumur uji dan pipa
ventilasi gas. Parameter kunci yang diperlukan antara lain meliputi :

Kualitas air, meliputi antara lain BOD/COD, Chlorida, sulfat.


Kualitas udara, meliputi debu, COx, NOx, H2S, gas metan (CH4)
Kepadatan lalat

Periode pemantauan sebaiknya dilakukan secara berkala terutama untuk parameter


kunci, sedangkan untuk parameter yang lebih lengkap dapat dilakukan setahun 1-2 kali
yang dilakukan pada musim kemarau dan hujan.

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


II - 47
Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah
Uraian Komponen Lingkungan

URAIAN KOMPONEN LINGKUNGAN


Berdasarkan hasil telaahan yang berkaitan dengan komponen kegiatan yang
berpotensi menimbulkan dampak dan jenis dampak potensial yang ditimbulkannya, maka
berikut ini adalah komponen lingkungan yang relevan untuk ditelaah dalam studi UKL dan
UPL Rencana Pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah dengan luas areal
5,00 Ha terletak di Desa Koromatantu Kecamatan Petasia Kabupaten Morowali Utara,
Sulawesi Tengah. Adapun komponen-komponen lingkungan yang ditelaah meliputi :

1. Komponen geo-fisik-kimia yang meliputi iklim dan kualitas udara ambien,


kebisingan; fisiografi dan geologi, hidrologi dan kualitas air, bentang alam
(landscap), lahan, tanah dan erosi.
2. Komponen biologi meliputi biota teresterial dan biota perairan.
3. Komponen sosial meliputi kependudukan, sosial-ekonomi, dan sosial-budaya,
4. Komponen kesehatan masyarakat meliputi sanitasi lingkungan dan tingkat
kesehatan masyarakat.

3.1. KOMPONEN GEOFISIK KIMIA

3.1.1. Iklim

Iklim merupakan faktor yang penting bagi kehidupan manusia, hewan maupun
tumbuhan yang hidup dipermukaan bumi. Sampai saat ini, iklim merupakan salah satu
faktor yang belum bisa diatur dengan kemampuan teknologi manusia. Oleh karena itu,
dalam melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan iklim, hal yang dapat dilakukan
hanya menyesuaikan kegiatan tersebut dengan kondisi iklim yang ada untuk mencapai
tujuan yang diharapkan secara optimal.

Kondisi iklim secara umum dapat ditinjau dari beberapa indikator. Hasil pengumpulan
data studi ini diperoleh indikator iklim antara lain:

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah III - 1
Uraian Komponen Lingkungan

a. Curah Hujan
Curah hujan daerah penyelidikan cukup tinggi dengan hari hujan antara 14 hari
26 hari per bulan atau rata-rata 17 hari. Hujan paling banyak terjadi pada bulan
April sampai Agustus, Desember sampai Januari dengan curah hujan mencapai
334 mm 376 mm per bulan.

Sedangkan berdasarkan peta sebaran curah hujan (Gambar 3.1) yang dihimpun
dari data curah hujan selama 10 tahun (tahun 2002-2012) oleh BPDAS Palu-Poso
Tahun 2012, menunjukan daerah sekitar lokasi rencana Pembangunan Tempat
Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah di Koromatantu Kecamatan Petasia curah
hujan tahunan berkisar 2400-2600 mm.

Gambar 3.1. Peta Sebaran Curah Hujan Tahunan di Wilayah Studi (Desa Koromatantu
dan Sekitarnya Ch 2400-2600 mm)

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah III - 2
Uraian Komponen Lingkungan

Tabel 3.1. Curah Hujan dan Hari Hujan Tompira Tahun 2013
Bulan Curah Huj an Hari Hujan
Januari 292 15
Februari 372.5 14
Mar et 233.5 14
April 506 17
M e i 190 14
J u n i 548 16
J u l i 439 19
Agustus 474 25
Sept em ber 231 13
Oktober 300 15
Nop em ber 285 14
Des em ber 315 16
Rata rata 348,833 16

Gambar 3.2. Peta Agroklimat


Wilayah Studi & Sekitarnya

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah III - 3
Uraian Komponen Lingkungan

b. Tipe Iklim
Berdasarkan klasifikasi type iklim Schmidt & Ferguson (1951), sebagian
besar kawasan yang berada di Kecamatan Petasia Kabupaten Morowali Utara
bertipe iklim B (daerah iklim basah) khusus pada daerah-daerah yang berbatasan
dengan wilayah DAS sekitar kawasan hutan dengan tutupan hutannya yang agak
rapat, dan sebagian juga di dominasi oleh tipe iklim A (daerah iklim sangat
basah). Untuk kawasan lokasi rencana Pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir
(TPA) Sampah memiliki Tipe iklim B dengan jumlah rata-rata jumlah bulan basah
9-11 bulan, bulan kering 2-3 bulan dan nisbah Q (%) adalah kisaran 14,3 33,3%,
atau termasuk wilayah/daerah iklim basah (Gambar 3.2).

c. Suhu Udara
Suhu udara terendah 20,4C dan suhu udara maksimum 30,1C dengan rata-rata
26,8C. Kelembaban nisbih berkisar antara 73% 90%. Rata-rata penyinaran
matahari mencapai 66,67%.

d. Kelembaban Udara
Kelembaban udara selama tahun 2013 rata-rata berkisar antara 72-89%.
Sedangkan jika dibandingkan kelembaban udara tahun 2010 rata-rata berkisar
antara 81-89%.

3.1.2. Fisiografi dan Geologi

Fisiografi dan topografi merupakan salah satu faktor fisik yang sangat erat kaitannya
dengan proses-proses alami yang terjadi di suatu daerah. Sub komponen fisiografi dan
geologi yang diperkirakan terkena dampak pada lokasi UKL-UPL Rencana
Pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah dengan luas areal 5,00 Ha
terletak Di Desa Koromatantu Kecamatan Petasia Kabupaten Morowali Utara, meliputi
sub komponen lingkungan: topografi, bentuk lahan (morfologi), tektonika dan struktur
geologi, litologi dan stratigrafi. Uraian singkat dari sub komponen ini adalah:

1. Topografi

Secara umum lokasi untuk rencana Pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir


(TPA) Sampah Kabupaten Morowali Utara di Koromatantu memiliki topografi yang
di dominasi kelompok bentuk wilayah yang landai (luasan 35%) dengan
kemiringan lahan antara 8 <15%, dan agak curam (luasan 55%) dengan

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah III - 4
Uraian Komponen Lingkungan

kemiringan lahan antara 15 <25%, sedangkan sebagian kecil merupakan


kelompok bentuk wilayah yang curam (luasan 10-15%) dengan kemiringan lahan
antara 25 - <40%.

2. Morfologi

Kondisi topografi ini sangat besar peranannya dalam kegiatan Rencana


Pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah dengan luas areal 5,00
Ha Di Desa Koromatantu Kecamatan Petasia Kabupaten Morowali Utara, terutama
yang berkaitan dengan proses erosi. Semakin terjal dan terbuka suatu lereng maka
semakin besar pula laju aliran permukaan dan erosi yang akan terjadi. Sebaliknya
semakin landai dan tertutup vegetasi suatu lereng maka semakin kecil laju aliran
permukaan dan erosi yang akan terjadi. Dengan demikian pembukaan lahan untuk
Pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah di suatu daerah
menentukan tingkat erosi dan laju aliran permukaan.

Berdasarkan analisis peta system lahan dan survei lapangan, bentuk morfologi di
lokasi Rencana Pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah dengan
luas areal 5,00 Ha terletak Di Desa Koromatantu Kecamatan Petasia Kabupaten
Morowali Utara bentuk morfologi ini merupakan Satuan Morfologi Perbukitan dan
Dataran.

a. Morfologi Dataran
Satuan morfologi ini menempati sebagian areal rencana lokasi proyek. Satuan
morfologi ini memiliki persen kelerengan berkisar antara 5 10%, stadia erosi
pada daerah ini umumnya berstadia dewasa dicirikan oleh aliran sungai dan
struktur batuan yang telah terombak, dengan intensitas pelapukan yang cukup
tinggi, umumnya disusun oleh Kompleks Pompangeo, Formasi Morowali Utara,
Batugamping Malih, Endapan Alluvial Danau berupa kerikil, pasir dan lumpur.
Umumnya tanahnya berupa pasir, kerikil, lumpur, batugamping koral, sisa
tumbuhan dan hasil endapan sungai. Daerah ini di manfaatkan oleh masyarakat
sekitar lokasi sebagai areal perladangan/pertanian, tempat pemukiman dan
pemanenan hasil hutan (seperti merotan, dll).

Satuan dataran ini menempati daerah antara perbukitan bergelombang, disusun


oleh litologi lempung dan serpih, tersebar di sebelah selatan dan barat lokasi
penyelidikan. Pola aliran trellis mendominasi satuan morfologi ini, oleh penduduk

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah III - 5
Uraian Komponen Lingkungan

biasanya dijadikan lahan produksi pertanian, berupa perkebunan dan


persawahan.

b. Morfologi Perbukitan

Satuan ini ditandai dengan kenampakan berupa perbukitan menggelombang


dengan lembah-lembah yang sempit dan curam. Satuan ini memiliki persen
kemiringan lereng berkisar antara 10 34%. Satuan ini disusun oleh batupasir,
batulempung dan batugamping. Pada saat ini proses geomorfik yang terjadi
adalah erosi dan pelapukan. Tahapan geomorfik pada satuan ini adalah tahap
geomorfik menjelang dewasa, yang dicirikan oleh lembah sungai yang berbentuk
U dan kerapatan sungai yang kurang intensif, serta bentukan perbukitan yang
miring-agak terjal.

3. Tektonika dan Struktur Geologi

Berdasarkan peta geologi lembar Poso, Sulawesi 1:250.000 (Simandjuntak, 1997)


dan Peta Geologi lembar Ujung Pandang 1: 1.000.000 (Rab Sukamto, 1975) secara
regional daerah Morowali Utara terdapat 3 (tiga) mendala geologi yang memiliki ciri
batuan dan sejarah pencenangan yang berbeda; yaitu (1) Mendala Sulawesi Barat
di bagian barat, (2) Mendala Sulawesi Timur di bagian tengah dan timur, serta (3)
Mendala Banggai-Sula di bagian paling Timur.

Sejarah tektonik yang menyatukan ketiga mendala tersebut dapat diuraikan mulai
jaman kapur, yaitu saat Mendala Sulawesi Timur bergerak ke barat mengikuti
gerakan penunjaman landai ke arah barat di bagian timur Mendala Sulawesi Barat.
Penunjaman ini menyebabkan terbentuknya bancuh tektonik dan sekis glokofan.
Fase tektonik berikutnya pada oligosen, yaitu saat benua mikro Banggai-Sula
bergerak ke barat seiring terjadinya sesar besar mendatar (Sesar Sorong),
sementara penunjaman dibagian timur Mendala Sulawesi Barat masih berlanjut.

Pada Miosen Tengah ketiga mendala geologi tersebut menyatu dengan kontak
tektonik, dan sebagian batuan dari bagian timur Mendala Sulawesi mencuat ke atas
Mendala Banggai-Sula. Pada akhirnya Miosen Tengah sampai Pliosen terjadi
pengendapan sedimen molasa secara tak selaras di atas ketiga mendala tersebut,
serta terjadi batuan terobosan granit di Mendala Sulawesi Barat. Pada Plio-
Plistosen seluruh daerah tersebut mengalami pencenanggaan serta penerobosan
oleh granit yang sebelumnya hanya terjadi di Mendala Sulawesi Barat. Setelah itu

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah III - 6
Uraian Komponen Lingkungan

diikuti pengangkatan diseluruh daerah hingga menghasilkan kenampakan bentang


alam seperti sekarang.

Daerah Morowali Utara merupakan jalur Ofiolit Sulawesi Timur atau Metamorfik Belt
(Simandjuntak, 1986). Wilayah ini sangat di pengaruhi oleh struktur aktif berupa
patahan geser Sula berarah timur-barat dan patahan geser Palu-Koro yang berarah
relatif utara selatan.

Gambar 3.3. Posisi Geologi daerah Rencana Pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir
(TPA) Sampah dengan luas areal 5,00 Ha Di Desa Koromatantu
Kecamatan Petasia Kabupaten Morowali Utara.

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah III - 7
Uraian Komponen Lingkungan

4. Litologi dan Stratigrafi

Lokasi Rencana Pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah dengan


luas areal 5,00 Ha di Desa Koromatantu Kecamatan Petasia Kabupaten Morowali
Utara, dominan terdiri dari batuan dengan Formasi Matano (Kml), sedangkan
formasi batuan di wilayah sekitarnya adalah Formasi Alluvium dan Endapan Pantai
(Qal), dan Formasi Formasi/Kompleks Ultramafik (MTosu), kemudian secara tidak
selaras di bagian bawahnya di endapkan batuan formasi Batugamping Malih
(MTmm) dan di bagian bawah formasi ini di endapkan secara tidak selaras pula
Skiss (S).

Beberapa kelompok batuan berada di wilayah studi dan sekitarnya antara lain:
a. Formasi Matano (Kml) terdiri dari kelompok batuan: batugamping hablur dan
kalsikulit, napal dan serpih dengan sisipan rijang dan batusabak. Ditandai
dengan penciri Batugamping mengandung fosil Heterohelix sp, dan rijangnya
mengandung radiolarian, Berumur dari akhir masa Jura sampai akhir masa
Kapur, fosil-fosil tersebut menunjukan umur Kapur Akhir, lingkungan
pengendapannya yaitu laut dalam dengan tebal formasinya mencapai 1000 m.
Hubungan, ditindih tak selaras dengan Formasi Tomata.
b. Formasi/Kompleks Ultramafik (MTosu). Komplek Ultramafik merupakan bagian
dari jalur ofiolit Sulawesi, terdiri atas harzburgit, lerzolit, dunit, websterit, werlit,
piroksenit, dan serpentinit. Satuan ini diperkirakan telah mengalami beberapa kali
pengalih tempatan sejak Zaman Kapur sampai Miosen Tengah.
c. Batugamping Malih (MTmm), terdiri dari material batuan pualam dan
batugamping terdaunkan; berwarna kelabu muda sampai kelabu kehijauan,
coklat sampai merah kecoklatan. Satuan ini berumur lebih tua dari zaman Kapur
dan cukup tebal.
d. Alluvium dan Endapan Pantai (Qal), batuan penyusun formasi ini berumur
holosen, terdiri dari material alluvial, lumpur, pasir, kerikil, kerakal. Terbentuk
pada lingkungan sungai, dan merupakan sedimen termuda, batuan ini
diendapkan tidak selaras dengan batuan di bawahnya. Batuan termuda berupa
Aluvium (Qa) yang terdiri dari: lumpur, lempung, pasir, kerikil dan kerakal; berupa
endapan sungai, rawa dan pantai. Satuan ini menindih tak selaras satuan yang
lebih tua dan setempat menjemari dengan batugamping terumbu, Formasi
Terumbu Koral Kuarter (Ql).
.

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah III - 8
Uraian Komponen Lingkungan

Gambar 3.4. Peta Formasi Geologi Lokasi Pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)
Sampah seluas 5,00 Ha Di Desa Koromatantu Kecamatan Petasia Kabupaten
Morowali Utara yang didominasi oleh Formasi Matano (Kml) dan Alluvium dan
Endapan Pantai (Qal).

5. Kondisi Seismologi

Berdasarkan SNI 1726-2002 mengenai standar design resistensi/ketahanan


bangunan terhadap gempa yang memuat peta pergerakan tanah, diketahui bahwa
lokasi Pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah Di Kecamatan
Petasia Kabupaten Morowali Utara berada pada zona 5 gempa bumi. Berdasarkan
peta seismic di Indonesia (Gambar 3.10), pada zona 5 ini pergerakan tanahnya
adalah 0,25 g (g = 9,8 m/s2) dalam siklus 500 tahun. Dengan mengambil durasi
daya tahan bangunan adalah selama 50 tahun dan kemungkinan terjadinya gempa
bumi dengan pergerakan tanah sebagaimana tersebut di atas atau lebih adalah

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah III - 9
Uraian Komponen Lingkungan

9,5% maka berdasarkan SNI 176-2002, parameter design untuk ketahanan bangun
atas kekuatan gempa direkomendasikan untuk menambah factor keselamatan,
minimum 1,4 kali. Sehingga koefisien seismik yang diterapkan adalah 0,25 g.

Gambar 3.5. Peta Seismik Indonesia

3.1.3. Kualitas Udara, Kebisingan dan Getaran

Kualitas udara di wilayah tapak proyek rencana Pembangunan Tempat Pemrosesan


Akhir (TPA) Sampah dengan luas areal 5,00 Ha di Desa Koromatantu Kecamatan
Petasia Kabupaten Morowali Utara, secara umum bersih (belum tercemar). Hal ini
karena belum ada kegiatan yang menyebabkan terjadinya pencemaran udara. Oleh
karena itu dalam studi UKL dan UPL ini akan diukur konsentrasi debu, maupun gas-
gas seperti SO2, NO2, CO, NH3, dan gas-gas yang berbahaya lainnya yang akan
mengalami perubahan bila ada kegiatan lain atau proyek pembangunan yang
mencemari udara di sekitarnya. Demikian halnya dengan kebisingan saat ini masih
berada pada level normal.

1. Kualitas Udara

Pengukuran kualitas udara dilakukan pada tempat yang terdapat perbedaan kondisi
antara satu tempat/kawasan dengan tempat/kawasan yang lain. Parameter kualitas
udara yang teramati yaitu SO2, NO2, CO, Pb, dan debu yang diukur pada 3 (tiga)

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah III - 10
Uraian Komponen Lingkungan

tempat yang berbeda di sekitar lokasi proyek. Ke tiga tempat yang dimaksud adalah
Tapak Proyek TPA Sampah, pemukiman penduduk terdekat (desa Koromatantu),
dan akses jalan menuju ke lokasi proyek. Hasil analisis terhadap parameter yang
terukur sebagaimana tertera pada Tabel 3.2 masih berada pada kisaran normal
berdasarkan PP. No 41 tahun 1999 dan KEPMEN No.48/MENLH/ II/1986 tentang
baku mutu kualitas udara.

Tabel 3.2. Hasil Pengukuran Kualitas Udara dan Kebisingan di Lokasi Studi
Parameter Satuan/ Hasil Pengukuran *Standar Baku Mutu
Udara Ambien Unit L1 L2 L3 (selama 1 jam)
Sulfur Dioksida (SO2) g/Nm3 31,77 33,25 46,17 900
Karbon Monooksida (CO) g/Nm3 11,76 14,76 30,17 30.000
Nitrogen Dioksida (NO2) g/Nm3 1,77 1,75 3,79 400
Oksidan (O3) g/Nm3 - - - 235
Timah Hitam (Pb) g/Nm3 0,00 0,00 0,00 1
Total Debu/Partikel (TSP) g/Nm3 0,00 6,15 19,25 90
Kebisingan (Perumahan, Permukiman
dBA 45,7-49,9 47,5-52,5 48,5-58,5 55 - 60
& Lokasi Proyek/fasiitas umum
Keterangan: *Baku Mutu Udara Ambien Nasional berdasarkan PP No.41 Tahun 1999 (Lampiran);
*Baku Mutu Tingkat Kebisingan KEPMEN LH No.48/MENLH/II/1996 (Lampiran I).
*Data primer hasil analisis Laboratorium, April 2014
*L1 = Lokasi Tapak Proyek TPA
*L2 = Lokasi Sekitar permukiman Penduduk Koromatantu
*L3 = Lokasi sekitar jalan akses ke areal Proyek.

Karbon Monoksida (CO)


Karbon monoksida merupakan pencemar udara yang paling besar dan umum
dijumpai. Sebagian besar CO terbentuk akibat proses pembakaran bahan-bahan
karbon yang digunakan sebagai bahan bakar, secara tidak sempurna. Sumber
terbesar senyawa ini adalah aktivitas transportasi. Konsentrasi CO di daerah studi
berkisar antara 11,76 30,17 g/Nm3 di bawah baku mutu udara ambien 30.000
g/Nm3. Peningkatan konsentrasi CO terjadi saat jumlah kendaraan yang lewat
meningkat.

Nitrogen Oksida (NOx)


Polutan kimia yang memiliki sifat toksik yang cukup berbahaya adalah senyawa
nitrogen yang membentuk nitrogen oksida (NOx). Konsentrasi NO2 berkisar antara
1,75 3,79 g/Nm3 di bawah baku mutu udara ambien 400 g/Nm3.

Sulfur Oksida (SOx)


Sulfur Oksida merupakan pencemar yang paling umum, terutama ditimbulkan akibat
pembakaran bahan bakar fosil yang mengandung sulfur tinggi dalam bentuk sulfur

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah III - 11
Uraian Komponen Lingkungan

organik dan anorganik. Konsentrasi SO2 berkisar antara 31,77 46,17 g/Nm3 di
bawah baku mutu udara ambien 900 g/Nm3.

Timah Hitam (Pb)


Emisi timah hitam (Pb) hanya ditimbulkan oleh sektor transportasi yang berasal dari
penggunaan bahan bakar dengan pembubuhan TEL (tetraethyl lead) atau
(C2H5)4Pb. Konsentrasi Pb yang terukur pada lokasi studi tidak terdeteksi.

Debu
Konsentrasi debu di daerah studi masih tergolong sangat rendah berkisar antara
6,15 19,25 g/Nm3 di bawah baku mutu udara ambien. Rendahnya partikel debu
yang terukur dimungkinkan karena belum adanya kegiatan penting yang menunjang
partikel debu beterbangan di udara. Partikel yang terdeteksi di daerah ini secara
umum bukan merupakan partikel yang berbahaya melainkan berasal dari partikel
debu tanah yang beterbangan di udara karena angin bertiup atau dilewati
kendaraan.

Berdasarkan hasil analisis kualitas udara pada lokasi studi, diperoleh bahwa
kualitas udara masih di bawah ambang baku mutu udara ambient. Hal itu
menunjukkan bahwa kualitas udara di lokasi studi masih memenuhi syarat sesuai
PP No. 41 Tahun 1999.

2. Kebisingan

Penentuan tingkat kebisingan dilakukan dengan mengadakan pengukuran langsung


di sumber kegiatan dan di lokasi yang diprakirakan akan terpengaruh oleh kegiatan
tersebut. Tingkat kebisingan pada lokasi sumber kegiatan adalah 45,7-49,9 dBA di
pusat tapak kegiatan; dan 48,5-58,5 dBA di sekitar pemukiman penduduk.
Kebisingan dari sumber kegiatan pada kondisi rona awal masih tergolong normal (di
bawah ambang baku mutu yang diperkenankan yakni 55 dBA untuk perumahan dan
pemukiman dan 60-70 dBA untuk pemerintahan dan fasilitas umum).

3. Getaran

Getaran merupakan komponen lingkungan yang dapat terjadi selama tahap


konstruksi akibat penggunakan alat-alat berat dan kendaraan angkut material.
Untuk mengetahui getaran pada kondisi rona awal yaitu sebelum Pembangunan
Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah, dilakukan pengukuran pada 2 (dua)

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah III - 12
Uraian Komponen Lingkungan

lokasi. Hasil pengukuran getaran pada lokasi rencana Pembangunan Tempat


Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah dapat terlihat pada Tabel 3.3 berikut ini.

Tabel 3.3. Hasil pengukuran getaran pada rencana Pembangunan Tempat


Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah di Desa Koromatantu Kec. Petasia.
Kode Sampel
No. Parameter Satuan Baku Mutu*)
LG1 LG2
1 Getaran mm/detik 6,3 5,9 > 5,2 16
Keterangan:
*Baku Mutu Tingkat Getaran KEPMEN LH No.49/MENLH/II/1996 .
*Data primer hasil analisis Laboratorium, April 2014
*LG1 = Lokasi Bagian Barat dari Tapak Proyek TPA
*LG2 = Lokasi Bagian Timur dari Tapak Proyek TPA

Berdasarkan hasil pengukuran getaran untuk 2 (dua) lokasi diperoleh nilai getaran
5,9 mm/detik dan 6,3 mm/detik, nilai tersebut memenuhi baku mutu menurut
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 49 Tahun 1996. Sumber
getaran selama pengukuran bersumber dari aktifitas kendaraan yang melalui lokasi
rencana Pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah.

3.1.4. Kualitas Air

Upaya pengelolaan dampak yang kemungkinan timbul terhadap kualitas air di lokasi
rencana kegiatan Pembangunan TPA Sampah di Kecamatan Petasia Kabupaten
Morowali Utara dilakukan untuk mencegah atau mengurangi penurunan kualitas air
akibat adanya kegiatan TPA tersebut. Sasaran pengelolaan ditujukan pada sumber air
di sekitar kegiatan yang diperkirakan dapat terkena dampak. Untuk kepentingan
penyusunan UKL dan UPL Rencana kegiatan tersebut, diambil data primer tentang
kualitas air yang ada hubungannya dengan kegiatan tersebut. Data primer diambil
pada air yang digunakan penduduk sekitar permukiman. Hasil analisis kualitas air di
lokasi rencana kegiatan Pembangunan TPA Sampah di Kecamatan Petasia Kabupaten
Morowali Utara di analisis sesuai syarat baku mutu kualitas air sesuai PP No. 82
Tahun 2001 Kelas satu (I) untuk air bersih, sebagaimana tertera pada Tabel 3.4.

Beberapa parameter fisika-kimia kualitas air ditentukan secara langsung di lapangan


(in situ) seperti pH, salinitas, oksigen terlarut, konduktivitas, turbiditas dan temperatur.
Sedangkan terhadap parameter kualitas air lainnya ditentukan di Laboratorium Analisis
Sumber Daya Alam dan Lingkungan Fakultas Pertanian Universitas Tadulako Palu.

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah III - 13
Uraian Komponen Lingkungan

A. Parameter Fisik Air

1. Temperatur
Hasil analisis sifat fisik air seperti temperatur disekitar lokasi kegiatan adalah
28,00 C pada sumber air bersih yang digunakan penduduk sekitar, dimana air
tersebut bersumber dari mata air yang terletak disekitar lokasi kegiatan,
parameter suhu masih pada kisaran normal (baku mutu temperatur badan air
31C) sesuai PP No 82. Tahun 2001 tentang Pengelolaan kualitas air.
Pengukuran temperatur menjadi sangat penting dalam sebuah pemantauan
lingkungan, karena temperatur air sangat berpengaruh terhadap nilai dan
besaran parameter kimia yang menjadi target amatan. Aktivitas mikroorganisme
memerlukan temperatur optimum yang berbeda-beda.
Temperatur yang terlalu tinggi atau terlalu rendah akan berpengaruh terhadap
komposisi dan jenis biota air. Temperatur yang tinggi juga akan menurunkan nilai
oksigen terlarut dalam air yang juga berpengaruh terhadap BOD air. Oleh karena
itu, parameter temperatur menjadi tolok ukur dalam analisis dan interpretasi hasil
pengamatan atau pengukuran. Perubahan temperatur akan mempengaruhi laju
reaksi dan tingkat kelarutan gas dalam air, peningkatan temperatur akan
menyebabkan kelarutan gas dalam air berkurang. Temperatur badan air juga
menentukan jenis species yang menghendaki temperatur optimum. Temperatur
yang baik untuk kepentingan perikanan adalah 27 C (temperatur air normal)
dengan fluktuasi 3 C.

2. Padatan Terlarut (TDS)


Kandungan padatan terlarut (TDS) dalam air disebabkan oleh senyawa organik
dan anorganik dalam bentuk terlarut. Hasil analisis terhadap sumber air bersih
diperoleh nilai TDS g/L 43,0; ini berarti nilai TDS badan air di wilayah studi
berada di bawah baku mutu (PP No. 82 Tahun 2001).

B. Parameter Kimia Air

1. Kemasaman (pH)
Kemasaman (pH) dapat mempengaruhi toksisitas suatu senyawa kimia dalam
ekosistem perairan serta tersedianya hara serta toksisitas dari unsur-unsur renik.
Nilai pH perairan mencirikan keseimbangan antara asam dan basa dalam badan
air yang bersangkutan. Hasil Analisis pH air bersih di wilayah studi yang diukur
secara langsung bernilai 7,50. Hal itu menunjukkan bahwa pH air yang
dikonsumsi penduduk di sekitar lokasi kegiatan berada dalam ambang normal.

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah III - 14
Uraian Komponen Lingkungan

Tabel 3.4. Hasil Pengukuran Kualitas Air Bersih di sekitar lokasi rencana
kegiatan Pembangunan TPA Sampah di Kecamatan Petasia
Kabupaten Morowali Utara
Hasil Baku
No PARAMETER Satuan
Analisis Mutu *)
1. Temperatur C 28,00
2. Residu terlarut (TDS) mg/L 43,00 1000
3 Residu Tersuspensi mg/L 27,00 50
4 Conductifitas mg/L 480,00
5 Turbiditas mg/L 2,00
6 Salinitas 0,20
9 pH 7,50 6-9
10 BOD mg/L 1,30 2
11 COD mg/L 3,55 10
12 DO mg/L 7,20 6
13 NO3 sebagai N mg/L 2,80 10
14 NO2-N mg/L 0,03 0.06
15 Kadmium mg/L 0,00 0.01
16 Tembaga mg/L 0,00 0.02
17 Besi mg/L 0,02 0.3
18 Timbal mg/L 0,00 0.01
19 Mangan mg/L 0,00 0
20 Seng mg/L 0,00 0.05
21 Sulfat mg/L 0,35 400
Keterangan :
* = Baku Mutu Air Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 82 Th. 2001 Kelas I

2. Salinitas

Hasil pengukuran salinitas air pada air bersih penduduk di sekitar lokasi terdekat
dari Tapak Proyek di Koromatantu Kecamatan Petasia Kabupaten Morowali
Utara terukur dengan nilai 0,20, masih dalam kondisi salinitas yang normal.

3. Oksigen terlarut (DO)

Jumlah oksigen terlarut dalam air adalah penting untuk kehidupan tumbuhan dan
organisme air. Oksigen terlarut dalam air terutama bersumber dari atmosfer dan
tumbuhan air. Pada siang hari tumbuhan air menyerap CO2 dan H2O, selanjutnya
melalui proses fotosintesis dikonversi menjadi karbohidrat dan oksigen.
Kelarutan oksigen dalam air tergantung dari suhu air, tekanan parsial oksigen
diatmosfer serta kandungan garam dan air. Makin tinggi suhu, makin tinggi
kandungan garam dalam air, maka kelarutan oksigen akan makin rendah. Hasil
analisis oksigen terlarut (DO) untuk air bersih terukur dengan nilai 7,2 g/L, baku
mutu DO dibadan air bersih adalah 6 g/L (PP 82 Tahun 2001) ini berarti nilai
DO badan air disekitar lokasi kegiatan sebelum aktivitas berlangsung masih
tergolong normal.

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah III - 15
Uraian Komponen Lingkungan

4. BOD (Biological Oxygen Demand)


Analisis kebutuhan oksigen biokimia atau Biological Oxygen Demand (BOD5)
digunakan untuk menunjukkan kandungan senyawa organik yang mudah terurai
baik organik alami maupun antropogenik. Secara tidak langsung, BOD
merupakan gambaran konsentrasi bahan organik, yaitu jumlah oksigen yang
dibutuhkan oleh mikroba aerob untuk mengoksidasi bahan organik menjadi
karbondioksida dan air. Dengan kata lain, BOD menunjukkan jumlah oksigen
yang dikonsumsi oleh proses respirasi mikroba aerob yang terdapat dalam botol
BOD yang diinkubasi pada temperatur sekitar 20C selama lima hari, dalam
keadaan tanpa cahaya. Pada perairan alami, yang berperan sebagai sumber
bahan organik adalah pembusukan tanaman. Menurut Wahyudi Suhardi (1977),
suatu perairan mempunyai tingkat pengotoran yang rendah bila BOD5 kisaran 5-
30 g/L, BOD kisaran 30-60 mg/L mempunyai tingkat pengotoran yang sangat
berat, tingginya BOD5 pada suatu perairan menandakan makin berkurangnya
kandungan oksigen terlarut dalam perairan. Selain menjadi indikator pencemaran
biologis, tingginya BOD5 berarti terganggunya kehidupan air.
Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai BOD air pada sumber air bersih
penduduk sekitar lokasi kegiatan terukur 1,30 g/L, baku mutu BOD adalah 2
mg/L (PP 82 tahun 2001) hal inu menunjukkan bahwa nilai BOD air bersih
penduduk di wilayah studi masih tergolong normal.

5. COD (Chemical Oxygen Demand)


Kebutuhan oksigen kimia atau Chemical Oxygen Demand (COD)
menggambarkan jumlah total oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi
bahan organik secara kimiawi, baik yang dapat didegradasi secara biologis
(biodegradable) maupun yang sukar didegradasi secara biologis (non
biodegradable) menjadi CO2 dan H2O. Nilai COD dianggap paling baik dalam
menggambarkan keberadaan bahan organik. Keberadaan bahan organik pada
badan perairan dapat berasal dari alam ataupun dari aktivitas rumah tangga dan
aktivitas kegiatan. Nilai Ambang Batas COD yang disyaratkan baku mutu kualitas
air PP No 82 tahun 2001 kelas I adalah 10 mg/L. Hasil analisis COD air di
sekitar lokasi studi tergolong normal yaitu 3,55 mg/L.

6. N-NO 2 , dan NO 3

Nitrogen diperairan dapat berupa nitrogen anorganik dan organik. Nitrogen


anorganik terdiri atas amonia (NH3), amonium (NH4), nitrit (NO2), nitrat (NO3) dan

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah III - 16
Uraian Komponen Lingkungan

molekul nitrogen (N2) dalam bentuk gas. Nitrogen organik berupa protein, asam
amino, dan urea. Nitrat (NO3) adalah bentuk utama nitrogen di perairan alami
dan merupakan nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman dan algae. Nitrat
nitrogen sangat mudah larut dalam air dan bersifat stabil, serta tidak bersifat
toksik terhadap organisme akuatik, sedangkan amonia bebas (NH3) yang tidak
terionisasi bersifat toksik terhadap organisme akuatik. Toksisitas amonia
terhadap organisme akuatik akan meningkat jika terjadi penurunan konsentrasi
oksigen terlarut, pH, dan suhu. Hasil analisis konsentrasi NO2-N, dan NO3-N air
terhadap sumber air bersih penduduk tergolong normal dengan nilai N-NO2 =
0,03 mg/L dan N-NO3 = 2,80 mg/L.

7. Tembaga (Cu)

Tembaga atau copper (Cu) merupakan logam berat yang dijumpai pada perairan
alami dan merupakan unsur yang esensil bagi tumbuhan dan hewan. Pada
tumbuhan, termasuk algae, tembaga berperan sebagai penyusun plastocyanin
yang berfungsi dalam transpor elektron dalam proses fotosintesis. Konsentrasi
tembaga maksimum air berdasarkan Baku Mutu Peraturan Pemerintah RI No. 82
Th. 2001 Kelas I adalah 0,02 mg/L. Berdasarkan Peraturan Pemerintah tersebut,
maka dapat dikatakan bahwa konsentrasi tembaga pada air bersih disekitar
lokasi studi adalah normal yakni 0,00 mg/L.

8. Seng (Zn)

Seng (zinc) termasuk unsur yang terdapat dalam jumlah berlimpah di alam.
Seng yang berikatan dengan klorida dan sulfat mudah larut, sehingga
konsentrasi seng dalam air sangat dipengaruhi oleh bentuk senyawanya. Jika
perairan bersifat asam, kelarutan seng meningkat. Hasil analisis konsentrasi
seng masing-masing terukur dengan nilai 0,00 mg/L. Konsentrasi Zn tersebut
masih tergolong normal.

9. Kadmium (Cd)

Kadmium (Cd) merupakan logam yang hingga saat ini belum diketahui dengan
jelas peranannya bagi pertumbuhan dan mahluk hidup lain. Di dalam air,
kadmium (Cd) terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit dan bersifat tidak larut
dalam air. Kadmium bersifat kumulatif dan sangat toksik bagi manusia karena
dapat mengakibatkan gangguan fungsi ginjal dan paru-paru, meningkatkan

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah III - 17
Uraian Komponen Lingkungan

tekanan darah dan mengakibatkan kemandulan pada pria dewasa. Hasil analisis
kadmium (Cd) tergolong nihil dengan nilai 0,00 mg/L.

10. Timbal (Pb)

Timbal (Pb) dalam perairan ditemukan dalam bentuk terlarut dan tersuspensi.
Kelarutan timbal cukup rendah sehingga konsentrasi timbal dalam air relatif
sedikit. Konsentrasi dan toksisitas timbal dipengaruhi oleh kesadahan, pH,
alkalinitas, dan konsentrasi oksigen. Kumulasi timbal di dalam tubuh manusia
mengakibatkan gangguan pada otak dan ginjal, serta kemunduran mental pada
anak yang sedang tumbuh. Hasil analisis Timbal (Pb) juga tergolong normal
dengan nilai 0,00 mg/L pada air bersih penduduk.

11. Mangan (Mn) dan besi (Fe).

Mangan (Mn) adalah kation logam yang memiliki karakteristik kimia serupa
dengan besi. Konsentrasi mangan pada perairan alami sekitar 0,2 mg/L atau
kurang. Konsentrasi mangan pada perairan tawar adalah 0.0 mg/L. Pada air
minum konsentrasi mangan maksimum 0,5 mg/L. Mangan merupakan nutrien
renik yang esensil bagi tumbuhan dan hewan. Logam itu berperanan dalam
pertumbuhan dan merupakan salah satu komponen penting pada sistem enzim.
Konsentrasi besi pada perairan yang mendapat cukup aerasi (aerob) hampir
tidak pernah lebih dari 0,3 mg/L. Konsentrasi besi pada perairan alami berkisar
antara 0,05-0,2 mg/L. Konsentrasi besi >1,0 mg/L dianggap membahayakan
kehidupan organisme akuatik. Hasil analisis konsentrasi besi adalah 0,02 mg/L,
dan masih tergolong normal.

12. Sulfat (SO 4 )

Secara ekologi sulfat sangat diperlukan oleh organisme nabati dalam


metabolisme protein dan bagi pertumbuhannya. Kekurangan sulfat dalam
perairan akan menekan perkembang-biakan plankton. Hasil analisis kandungan
sulfat dalam air bersih terukur dengan nilai 0,35 mg/L. Baku mutu sulfat menurut
PP 82 Tahun 2001 adalah 400 mg/L. Ini menunjukkan kandungan sulfat di
perairan wilayah studi masih di bawah baku mutu.

Dari hasil analisis kualitas air tersebut di atas, hampir semua variabel
menunjukkan nilai yang masih di bawah ambang batas baku mutu kualitas air,
artinya semua parameter kualitas air di sekitar lokasi kegiatan memenuhi syarat
baku mutu kualitas air bagi kegiatan.

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah III - 18
Uraian Komponen Lingkungan

3.1.5. Tanah dan Erosi

1. Tanah
Tanah dan landscape terus mengalami perubahan, baik secara fisik, kimiawi
maupun biologis. Disamping itu tanah dapat berfungsi sebagai penerima, pengubah
dan pancaran energi. Dalam proses pembentukannya tanah disuatu daerah
dipengaruhi oleh cara pengolahan dan pemanfaatannya. Secara eksplisit, analisis
ini diarahkan untuk menghasilkan rumusan dan gambaran tentang wilayah/
kawasan potensial sumber daya lahan dan permasalahan sumber daya lahan yang
telah dieksploitasi dan dampak lingkungan sebagai akibat pengusahaan sumber
daya lahan itu. Ordo tanah di lokasi studi adalah Inceptisols dan Ulitisol dengan
relief berbukit.

Gambar 3.6. Profil Tanah di Lokasi Studi

1) Sifat Fisik Tanah

Sifat fisik tanah yang dikaji dalam studi meliputi tekstur, permeabilitas, porositas
dan bobot isi. Sifat fisik tanah di lokasi kegiatan dicantumkan pada Tabel 3.5.
Tekstur tanah mencerminkan ukuran dan proporsi kelompok butiran-butiran primer
mineral tanah yang ditentukan oleh perbandingan relatif jumlah fraksi liat, debu
dan pasir. Perbandingan relatif dari fraksi-fraksi tersebut dapat berubah akibat
pelapukan tanah dan sedimentasi liat dari aliran air. Tekstur suatu horison tanah
merupakan sifat yang hampir tidak berubah. Tanah di lokasi studi bertekstur
Lempung berdebu.

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah III - 19
Uraian Komponen Lingkungan

Tabel 3.5. Hasil Analisis Tanah Rencana Lokasi Kegiatan Pembangunan TPA
Sampah Koromatantu di Kec. Petasia Kabupaten Morowali Utara.
HASIL ANALISIS
NO PARAMETER SATUAN SPL-1 SPL-2 KETERANGAN
1 Pasir % 6,70 5,70
2 Debu % 74,80 75,30 Lempung Berdebu
3 Liat % 18,50 19,00
4 Permeabilitas cm/jam 0.45 0,55 Lambat-Agak Lambat
5 Berat Isi Tanah g/cm3 1,23 1,25
6 Ruang Pori Total % 54,83 52,70 Sangat Tinggi
7 C-organik % 2,90 3,33 Sedang-Tinggi
8 N-total % 0,30 0,32 Sedang
9 C/N 12,89 13,88 Sedang
10 pH H2O (1:2,5) 5,7 5,6 Agak Masam
11 PH KCl (1 :2,5) 4,5 4,6
12 P2O5 (HCl 25 %) mg/100 g 25,68 23,98 Sedang
13 P2O5 (Bray I) ppm 25,29 23,62 Rendah
14 K2O (HCl 25 %) me/100 g 19,71 16,86 Rendah
15 Ca me/100 g 0,36 0,27 Sangat Rendah
16 Mg me/100 g 0,35 0,40 Rendah
17 K me/100 g 0,17 0,12 Rendah
18 Na me/100 g 0,23 0,31 Rendah
19 KTK me/100 g 30,88 32,03 Tinggi
20 KB % 3,50 3,25 Sangat Rendah
21 Al-dd me/100 g 0,15 0,19
22 H-dd me/100 g 0,10 0,10
Keterangan: Lab. Analisis Sumber Daya Alam dan Lingkungan Fak. Pertanian UNTAD, Nov. 2014

Permeabilitas tanah menunjukan kemampuan tanah melewatkan air dalam


keadaan jenuh. Besarnya nilai permeabilitas sangat ditentukan oleh tekstur,
struktur dan keadaan pelapisannya. Hasil analisis laboratorium menunjukkan
bahwa permeabilitas tanah di lokasi studi tergolong lambat sampai agak lambat
(0,45 cm/jam-0,55 cm/jam).

Bobot isi dan porositas tanah mempunyai hubungan erat, karena masing-masing
ditentukan oleh volume padatan dan volume udara (ruang kosong) dalam tanah.
Bobot isi (bulk density) merupakan berat tanah per satuan volume. Porositas
merupakan persentase jumlah dari ruang kosong (pori makro dan mikro) dalam
satuan volume tertentu. Bobot isi tanah di sekitar lokasi studi adalah 1,23 g/cm-
1,25 g/cm. Sedangkan angka porositasnya adalah 52,70% - 54,83%.

2) Sifat Kimia Tanah

Reaksi tanah (kemasaman tanah) di lokasi studi tergolong Agak Masam (pH 5,6
5.7). Kandungan C-organik tanah di areal studi tergolong sedang sampai Tinggi
(2,90% - 3,30%). Kandungan Nitrogen total tergolong sedang (0,30% - 0,32%),
UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha
Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah III - 20
Uraian Komponen Lingkungan

fosfor tersedia tergolong rendah (23,63 - 25,29 ppm P2O5), dan kalium total juga
tergolong rendah (16,86 -19,71 me/100 g).

Hasil analisis laboratorium terhadap contoh tanah menunjukkan bahwa nilai KTK
di lokasi studi tergolong tinggi (30,88-32,03 me/100 g), dan kejenuhan basa
tergolong sangat rendah (3,25% - 3,50%). Secara keseluruhan kesuburan tanah
tersebut tergolong rendah.

2. Erosi Tanah
Erosi merupakan hasil interaksi beberapa faktor antara lain curah hujan (faktor
dominan), kemiringan dan panjang lereng, vegetasi penutup tanah dan kepekaan
erosi dari tanah tertentu. Penelaahan mengenai erosi tanah meliputi pendugaan
laju erosi (potensial dan aktual), penilaian tingkat bahaya erosi aktual, penetapan
nilai T (erosi yang dapat ditoleransi), serta penetapan kawasan rawan erosi.
Dampak erosi tanah secara langsung adalah hilangnya tanah subur lapisan atas,
hilangnya unsur hara, rusaknya struktur tanah, dan merosotnya struktur tanah.
Dampak tidak langsung erosi adalah berkurangnya alternatif penggunaan lahan,
timbulnya dorongan untuk membuka lahan baru, dan penurunan kualitas air di
badan perairan.

Besarnya erosi tanah dihitung dengan persamaan umum kehilangan tanah menurut
Wischmeir dan Smith (1978) yang dikenal dengan USLE sebagai berikut:

A = R.K.LS.C.P
Catatan :
A : besar tanah yang hilang (ton/ha/tahun)
R : faktor erosivitas hujan
K : indeks faktor erodibilitas tanah
L : indeks faktor panjang lereng
S : indeks faktor kemiringan lereng
C : indeks faktor penutup tanaman
P : indeks faktor pengelolaan lahan

Tabel 3.6. Prediksi Laju Erosi di Lokasi Kegiatan


Erosi Erosi
Kelas
Lokasi R K LS CP Aktual Potensial
Lereng
ton/ha ton/ha
SPL-1 0-8 % 320.5 0.273 4.5 0.01 3.9373425 393.73425
SPL-2 8-15 % 320.5 0.273 10.5 0.01 9.1871325 918.71325
Sumber : Hasil analisis Laboratorium Sumber Daya Alam dan Lingkungan Fak. Pertanian UNTAD, Nov. 2014

Hasil perhitungan pendugaan erosi disajikan pada Tabel 3.6. Erosi yang diduga
meliputi erosi potensial, erosi saat ini, dan tingkat bahaya erosi. Erosi potensial
diduga menggunakan nilai faktor tanaman (C=1) kondisi lahan yang terbuka. Erosi

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah III - 21
Uraian Komponen Lingkungan

saat ini (erosi aktual) diduga berdasarkan nilai pengelolaan tanaman (C=0,01) untuk
kondisi padang rumput .

Berdasarkan hasil pendugaan tersebut, dilakukan penilaian tingkat bahaya erosi.


Penilaian ini mengacu pada buku petunjuk rencana tehnik lapangan (RTL) yang
diterbitkan oleh direktorat rehabilitasi lahan dan konservasi tanah (RLKT), Ditjen
RRL, Dephut (1986).

Hasil analisis pendugaan erosi aktual di lokasi studi untuk saat ini tergolong memiliki
indeks bahaya erosi rendah (skala kualitas <1), tingkat kerusakan tergolong rendah
dan tingkat kehilangan tanah tergolong rendah. Batas maksimal erosi yang dapat
ditoleransi (TSL= Tolerable Soil Lost) ditetapkan dengan pedoman mengacu pada
nilai T untuk tanah-tanah di Indonesia (Arsjad, 1989). Dengan pertimbangan kondisi
tanah di areal studi (solum sedang). Nilai T untuk tanah di lokasi kegiatan adalah
sebesar 37,50-43,20 ha/tahun.

Hasil prediksi erosi pada titik pengamatan (Tabel 3.6) yang dianggap dapat mewakili
di wilayah studi menunjukkan bahwa erosi umumnya lebih kecil dari erosi wajar atau
erosi yang dapat ditolerir dengan kondisi saat ini. Hasil Prediksi erosi menunjukkan
bahwa besarnya erosi aktual pada lahan tersebut adalah 3,937 - 9,187
ton/ha/tahun, sedangkan erosi potensialnya sebesar 393,734 ton/ha/tahun
918.713 ton/ha/tahun. Jika kondisi tanah tersebut dibiarkan dalam keadaan terbuka,
maka kehilangan tanah karena erosi tergolong ekstrim. Oleh karena itu bahaya
erosi tersebut perlu dikelola dan dipantau.

3.2. KOMPONEN BIOLOGI

Pengamatan terhadap biota daratan (teresterial) meliputi vegetasi alam dan satwa/satwa
liar yang terdapat pada lokasi studi. Satwa liar yang diamati meliputi mamalia, aves
(burung), reptil, amphibi dan insekta serta hewan ternak. Vegetasi daratan yang diamati
meliputi vegetasi alami dan tumbuhan/tanaman budidaya. Pengamatan terhadap vegetasi
dilakukan langsung di lapangan, sedangkan untuk satwa liar disamping dilakukan
pengamatan langsung dengan bantuan teropong, juga dilakukan wawancara dengan
masyarakat sekitar, sedangkan hewan yang ditemukan langsung diidentifikasi. Khusus
untuk aves (burung) buku kunci yang digunakan adalah McKinnon (1990).

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah III - 22
Uraian Komponen Lingkungan

3.2.1. Flora

Komponen flora, terutama vegetasi pegunungan yang didominasi oleh kelompok


pohon, semak, dan alang-alang. Vegetasi di sekitar lokasi kegiatan terdiri atas
vegetasi budidaya dan vegetasi alami. Areal rencana kegiatan Pembangunan TPA
Sampah Koromatantu tersebut merupakan landscape hutan semak dan hutan
sekunder yang sudah mengalami perubahan, dengan potensi rendah dan pada lantai
hutan didominasi oleh tumbuhan bawah berupa semak belukar. Jenis-jenis flora yang
terdapat di lokasi kegitan selengkapnya disajikan pada Tabel di bawah ini:

a) Vegetasi Alami

Tabel 3.7. Jenis Vegetasi Tingkat Pohon di Sekitar Lokasi Kegiatan


No Nama lokal Nama ilmiah Family
(A, B)
1 Leda Eucalyptus deglupta Blume Myrtaceae
2 Kayu angin Casuarina oligodon subsp.celebica Johnson (A) Casuarinaceae
3 Wanga Pigafetta elata Becc. (A, B) Arecaceae
4 Nunu Ficus benjamina L. Moraceae
5 Saguer Arenga pinnata (Wurb.) Merr. (B) Arecaceae
6 Tea Artocarpus reticulatus Miq. Moraceae
7 Pandan Pandanus sarasinorum Warb (A). Pandanaceae
8 Baka Cryptocarya crassinerviopsis Kosterm Lauraceae
9 Nuncu Ficus cf.miquelly Moraceae
10 Baloli Artocarpus vriesianus Miq Moraceae
11 Baka Litsea sp Lauraceae
12 Melinjo Gnetum gnemon L Gnetaceae
13 Ndolia Cananga odorata Hook&Thomson Annonaceae
14 Lengkabu Macaranga gigantea Mull.Arg. Euphorbiaceae
15 Palem Palmae
16 Kayu jawa Kibatalia arborea
17 Bambu Bambusa spp
18 Ketapang Terminalia catappa
Keterangan:
(A) : Endemik Sulawesi (Kessler et al. 2002)
(B) : Dilindungi, SK Mentan No.54/Kpts/Um/2/1972 (Dilarang melakukan penebangan pohon
berdiameter < 40 cm).
(C) : Endemik Wallacea (Flora Malesiana)

b) Vegetasi Budidaya

Tabel 3.8. Jenis Tanaman Budidaya yang terdapat di sekitar lokasi kegiatan
No Nama Lokal Nama Ilmiah Family
1. Pohon Jati Tectona grandis L.f Verbenaceae
2. Coklat Theobroma cacao L. Streculiaceae
3. Kelapa dalam Cocos nucifera L. Palmae
4. Pisang Musa paradisiaca L. Musaceae

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah III - 23
Uraian Komponen Lingkungan

No Nama Lokal Nama Ilmiah Family


5. Ubi kayu Manihot utilissima Pohl. Euphorbiaceae
6. Ubi jalar Dioscorea alata L Discoracea
7. Jagung Zea mays L. Gramineae
8. Jambu mete Anacardiumoccidentale L. Euphorbiaceae
9. Asam Tamarindus indica.
10. Lamtoro Leucaena glauca
11. Jambu Air Sizigium aqua
12. Jambu Batu Psidium guajava
13. Nangka Artocarpus integra
14. Belimbing Averhoa carambola
15. Gamal Giliricidia seplum
Sumber : Hasil Pengamatan Nov, 2014

c) Tumbuhan Liar (Gulma)

Tabel 3.9. Jenis Tanaman non Budidaya (Gulma) Yang terdapat di Sekitar Lokasi
Kegiatan
Nama Indonesia/ nama
Suku Nama Ilmiah Ket.
No lokal
1 Kembang Telang Fabaceae Clitorea ternatea Gulma
2 Sembung Asteraceae Blumea lacera (Burm) Gulma
3 Takokak Solanaceae Solanum torvum Swartz Sayur
4 Alang-alang Poaceae Imperata cylindrica L Gulma
5 Jarong Verbenaceae Stachytarpheta spp Gulma
6 Rumput belulang Poaceae Eleusine indica Gaerth Gulma
7 Babandotan Asteraceae Ageratum conyzoides Gulma
8 Rumput Poaceae Leersea hexandra Gulma
9 Paku Polypodiaceae Diplazium spp Gulma
10 Orok-orok Fabaceae Crotalaria anagyroides Gulma
11 Keranjang hutan Passifloraceae Passiflora foetida Gulma
Sumber : Hasil Pengamatan, Nov. 2014

3.2.2. Fauna

Keberadaan fauna di lokasi studi sangat ditentukan oleh tipe ekosistem yang ada
karena berkaitan erat dengan habitat sebagai tempat tinggal, tempat berkembang
biak, tempat migrasi dan tempat makan. Lokasi studi berupa hutan dan semak
belukar sehingga sangat baik untuk hewan-hewan liar sehingga hewan-hewan liar
banyak dijumpai dilokasi proyek kecuali beberapa jenis burung dan ampibi serta
beberapa hewan ternak kurang dijumpai.

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah III - 24
Uraian Komponen Lingkungan

a) Jenis-jenis Burung

Tabel 3.10. Jenis Burung yang terdapat di sekitar lokasi kegiatan


No NAMA NAMA ILMIAH STS KET*
1 Tekukur biasa Streptopelia chinensis
2 Bubut alang-alang Centropus bengalensis
3 Burung Madu sri ganti Nectarinia jugularis Dilindungi (1,2)
4 Pelanduk sulawesi Trichastoma celebense E
5 Srigunting jambul Dicrurus hottenttotus
6 Julang Sulawesi Rhyticeros cassidix E Dilindungi (1,2)
7 Kekep babi Artamus leucorhynchus
8 Bondol rawa Lonchura malacca
9 Alap-alap sapi Falco moluccensis e Dilindungi (2,3)
10 Elang hitam Ictinaetus malayensis Dilindungi (2,3)
11 Ayam hutan merah Gallus-gallus
12 Kepudang Coracina leucopygia E
13 Gagak hutan Corvus enca
14 Bubut alang-alang Centropus bengalensis
Sumber : Hasil Pengamatan, Nov. 2014

b) Hewan Domestik

Jenis-jenis hewan domestik yang diamati di daerah penelitian disajikan pada tabel
berikut ini.

Tabel 3.11. Jenis-jenis hewan domestik yang terdapat di disekitar lokasi kegiatan
No Nama lokal Nama ilmiah Status
1 Sapi Bos taurus Dipelihara
2 Babi Babby sp Dipelihara
3 Kambing Capra spp Dipelihara
4. Anjing Cuon spp Dipelihara
5. Kucing Felis domestica Dipelihara
6 Ayam Gallus gallus Dipelihara
Sumber : Hasil Pengamatan, Nov. 2014

c) Mamalia, Reptilia, dan Amphibia

Tabel 3.12. Jenis-jenis mamalia, reptilia dan amphibia yang terdapat di sekitar
lokasi kegiatan
No Nama lokal Nama ilmiah Status
1 Yakis Macaca tonkeana Mayer, 1899 Dilindungi (B, D)*
2 Rusa Cervus timorensis de Blainville Dilindungi (A, B)
3 Babi hutan Sus celebensis Endemik
4 Kuskus Ailurops ursinus Temminck, 1824 Dilindungi (B,C)*
5 Tupai/Bajing Prosciorus sp. TD

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah III - 25
Uraian Komponen Lingkungan

No Nama lokal Nama ilmiah Status


6 Tikus Rattus argentiventer
7 Cicurut Hylomys suilus
8 Musang Paradoxurus hemaproditus
9 Kelelawar Pteropus vampyrus
10 Ular sawa Phyton reticulatus Linnaeus, 1758
11 Biawak Varanus salvator
12 Katak hijau Rana cancrivora
13 Katak kesat Bufo melanoptictus
Sumber : Hasil Pengamatan, Nov. 2014

3.2.3. Biota Perairan Air Tawar

1. Plankton

Plankton merupakan organisme yang hidupnya melayang-layang dalam badan air,


yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu phytoplankton dan zooplankton. Dalam
sistem rantai makanan pada ekosistem sungai, fitoplankton merupakan produsen
primer yang ada di perairan. fitoplankton mempunyai kemampuan menambat sinar
matahari untuk melakukan fotosintesis yang akan menghasilkan energi bagi
kelangsungan hidupnya, sedangkan zooplankton merupakan konsumen tingkat
pertama yang akan memakan phytoplankton.
Keanekaragaman jenis plankton dapat digunakan untuk menentukan kondisi
lingkungan perairan, semakin tinggi tingkat keragamannya maka badan air tersebut
semakin subur dan baik. Menurut Wilhm (1975) adanya suatu pencemaran
merupakan salah satu bentuk tekanan terhadap lingkungan dan dapat
menyebabkan tingkat keragaman semakin menurun.

Tabel 3.13. Kemelimpahan dan Indeks Keanekaragaman Zooplankton dan


Fitoplankton
Lokasi
Parameter
Sampel-1 Sampel-2 Sampel-3
Densitas Fitoplankton 280 126 84
Densitas Zooplankton 12 10 14
Densitas Total Plankton 293 138 99
Ind.Div. Fitoplankton 0,448 0,783 0,673
Ind.Div. Zooplankton 0,007 0,737 0,727
Ind.Div. Total Plakton 0,532 0,894 0,858
Sumber: Analisis Data Primer, Nov. 2014

2. Benthos

Benthos merupakan organisme yang selama hidupnya menempati dasar perairan.


Keanekaragaman benthos sangat dipengaruhi oleh kualitas air pada umumnya

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah III - 26
Uraian Komponen Lingkungan

maupun substrat, termasuk kandungan nutrisinya. Kemelimpahan dan


keanekaragaman benthos pada sungai-sungai di sekitar kegiatan bervariasi.
Berdasarkan tabel tersebut di atas dapat diketahui bahwa, kelompok insecta dan
gastropoda dominan keberadaanya. Dari beberapa spesies yang masuk dalam
kelompok insecta antara lain Atopsyche sp, Chironomus sp, Hydropsyche sp,
Photinus sp dan Bellura sp. Chironomus sp merupakan anggota kelas insecta yang
merupakan salah satu bioindikator bagi perairan yang tidak bersih. Spesies ini
ditemukan pada beberapa lokasi pengambilan sampel. Anggota Gastropoda yang
ditemukan antara lain yaitu Haliotis, Natica Stellata, Colubraria tortuosa, sedangkan
anggota kelas Tubellaria hanya ada satu jenis yang ditemukan yaitu Planaria sp.

Tabel 3.14. Kemelimpahan dan Keanekaragaman Benthos di Sekitar Lokasi


Kegiatan
Lokasi
No Class Family Spesies
Spl-1 Spl-2 Spl-3
1 Turbellaria Planariidae Planaria 2 0 2
2 Insecta Hydrobiosidae Atopsyche sp. 1 1 3
3 Insecta Nymphula Bellura sp 0 1 2
4 Insecta Chironomidae Chironomus sp 1 0 0
5 Insecta Hydropsychidae Hydropsyche sp 0 1 2
6 Insecta Philoptomidae Dolophilodes 0 2 0
7 Insecta Stratiomyidae Eulalia sp 1 0 1
8 Insecta Tricopter Halesus 0 0 1
9 Insecta Campyridae Photinus sp 0 2 0
10 Insecta Chironomidae Tendipes 0 1 0
11 Gastropoda Haliotidae Haliotis 2 1 0
12 Gastropoda Naticidae Natica Stellata 2 1 0
13 Gastropoda Neritidae Nerita 0 0 1
14 Gastropoda Turritellidae Turritella terebra 1 0 1
15 Gastropoda Buccinidae Colubraria tortuosa 1 0 1
16 Gastropoda Cerithiidae Rhinoclavis asper 0 1 0
17 Gastropoda Potamididae Telescopium 1 0 1
Cacah Individu 12 11 15
Diversitas 9 9 10
Densitas Benthos per m2 199 182 248
Sumber: Data Primer, Nov. 2014

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah III - 27
Uraian Komponen Lingkungan

3.3. KOMPONEN SOSIAL EKONOMI DAN BUDAYA

2.3.1 Keadaan Geografis

Secara administratif pemerintahan, lokasi rencana Pembangunan Tempat


Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah berada dalam wilayah Kelurahan/Desa
Koromatantu Kecamatan Petasia Kabupaten Morowali Utara, Provinsi Sulawesi
Tengah. Adapun desa yang diperkirakan terkena dampak dari kegiatan proyek
tersebut hanya terbatas pada wilayah Desa/Kelurahan Koromatantu.

Berdasarkan data Kecamatan Petasia Dalam Angka tahun 2013, penduduk


Kecamatan Petasia adalah 22.178 jiwa yang terdiri dari 11.434 jiwa penduduk laki-
laki dan 10.744 jiwa penduduk perempuan dengan sex rasio sebesar 106,42 yang
berarti dalam 100 penduduk perempuan terdapat 106 penduduk laki-laki. Dengan
luas wilayah sekitar 1.111,63 Km2, maka tingkat kepadatan penduduk 20 jiwa/Km2.
Adapun mata pencaharian penduduk pada umumnya adalah sebagai petani,
berkebun, berdagang, nelayan dan pekerjaan di sektor jasa dan industri rumah
tangga.

Dilihat dari segi etnis, penduduk Kecamatan Petasia cukup heterogen karena
bermukim beberapa suku bangsa yaitu; Etnis Mori sebagai penduduk asli, Etnis
Bungku, Bugis, Toraja, Lombok, Flores, Bali, Jawa dan beberapa etnis lainnya.
Kehidupan sosial antar etnis tersebut cukup memberikan kontribusi yang signifikan
dalam pembangunan masyarakat khususnya di Kecamatan Petasia. Hal ini karena
tidak ditemuinya hubungan-hubungan sosial yang dissosiatif seperti; konflik-konflik
horisontal antar etnis. Begitupun kehidupan beragama, baik Islam, Kristen, Hindu
dan Budha senantiasa berjalan dengan baik.

Hubungan antar desa dalam wilayah Kecamatan Petasia secara umum berjalan
lancar, karena dukungan infrastrutur jalan yang cukup memadai baik jalan aspal,
maupun jalan tanah dan jalan pengerasan dengan sirtu.

Dari segi kondisi jalan yang menghubungkan antara lingkungan dalam wilayah
Kelurahan/Desa di Kecamatan Petasia diantaranya adalah jalan beraspal dan jalan
pengerasan yang tentu saja hal ini akan mendorong perkembangan perekonomian
masyarakat setempat.

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah III - 28
Uraian Komponen Lingkungan

2.3.2 Demografi (Kependudukan)

a. Jumlah dan kepadatan penduduk


Masalah kependudukan merupakan salah satu masalah yang perlu diperhatikan
dalam proses pembangunan, karena menyangkut hampir setiap aspek
perencanaan baik bidang sosial, ekonomi maupun politik. Perubahan struktur
demografi memiliki hubungan timbal balik dengan perubahan sosial ekonomi. Di
satu sisi, variabel demografi merupakan variabel yang perubahannya disebabkan
oleh berbagai perubahan di bidang sosial ekonomi (seperti pendapatan,
pendidikan, dan sebagainya), tetapi di sisi lain variabel demografi juga berperan
sebagai variabel yang mempengaruhi berbagai perubahan sosial ekonomi.

Berdasarkan Kecamatan Petasia tahun 2013, Kelurahan/Desa Koromatantu


berpenduduk 860 jiwa dengan jumlah Rumah Tangga sebanyak 181 KK dan
rata-rata penduduk per KK adalah sebanyak 5 jiwa serta tingkat kepadatan
penduduk 12 jiwa/Km2. Dengan tingkat kepadatan penduduk ini, maka
Kelurahan/Desa Koromatantu adalah merupakan salah satu Desa dengan tingkat
kepadatan penduduk yang tergolong jarang, dibandingkan dengan Kelurahan
Kolonodale dan Bahontula dengan jumlah penduduknya masing-masing 3.580
jiwa dan 4.030 jiwa. Dari jenis kelamin Desa studi (Koromatantu), jumlah
penduduk laki-laki adalah 450 jiwa dan perempuan 410 jiwa. Dengan demikian,
maka sex ratio penduduk Kelurahan/Desa Koromatantu adalah 109,76 yang
berarti bahwa dalam 100 penduduk perempuan terdapat 110 penduduk laki-laki.
Untuk jelasnya luas wilayah, jumlah, kepadatan penduduk di wilayah studi tersaji
pada Table 3.15

Tabel 3.15
Luas Wilayah, Jumlah dan Kepadatan Penduduk di Wilayah Studi Tahun 2012
Desa/ Luas Jenis Kelamin Jumlah Kepadatan Jml Sex Ukuran
No
Kelurahan (Km2) Lk Pr Jiwa (Km2) KK Rasio Jiwa/KK
1 Koromatantu 69,00 450 410 860 12 181 109,76 5

Sumber : Kecamatan Petasia Tahun 2013.

b. Laju Pertumbuhan Penduduk

Dinamika penduduk sangat dipengaruhi oleh tiga variabel yaitu; Fertilitas


(kelahiran), mortalitas (kematian) dan mobilitas penduduk (migrasi penduduk).
Hal ini juga terjadi di Kelurahan/Desa Koromatantu Kecamatan Petasia. menurut

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah III - 29
Uraian Komponen Lingkungan

Laporan data Penduduk Tahun 2013 (BPS, 2013), Penduduk Kelurahan/Desa


Koromatantu pada tahun 2011 berjumlah 810 jiwa, tahun 2012 meningkat
menjadi 860 jiwa. Dengan demikian maka, tingkat pertumbuhan penduduk Desa
Koromatantu selama satu tahun (2011-2012) adalah sebesar 5.99% pertahun.
Tingginya angka pertumbuhan penduduk dikelurahan tersebut, di duga karena
masih tingginya angka kelahiran, serta arus mobilitas penduduk ke daerah ini
juga cukup lancar. Tingkat pertumbuhan penduduk Desa Koromatantu, hampir
sama dengan tingkat pertumbuhan penduduk se Kecamatan Petasia. Untuk
jelasnya laju pertumbuhan penduduk di Kelurahan/Desa Koromatantu tersaji
pada Tabel 3.16.

Tabel 3.16
Laju Pertumbuhan Penduduk Kelurahan/Desa Koromatantu tahun 2011-2012
Jumlah Penduduk (jiwa) Laju Pertumbuhan
Kecamatan/Desa
2011 2012 Penduduk (%)
Kec. Petasia 20.880 22.178 6.03

Kelurahan/Desa Koromatantu 810 860 5,99


Sumber : Kecamatan Petasia, Tahun 2012; 2013

c. Struktur Penduduk

1) Menurut Umur dan Angka Beban Tanggungan

Komposisi penduduk menurut kelompok umur dapat digunakan untuk melihat


kondisi ketenagakerjaan dan menggambarkan besarnya Angka Beban
Tanggungan atau Dependency Ratio suatu wilayah. Untuk jelasnya penduduk
menurut kelompok umur dan angka beban tanggungan akan disajikan pada
Tabel 3.17.

Tabel 3.17
Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Rasio Beban Tanggungan
di wilayah studi
Desa/ 0 14 Tahun 15 64 Tahun 65+ Tahun Rasio Beban
No
Kelurahan Jumlah % Jumlah % Jumlah % Tanggungan
1 Koromatantu 280 32.56 525 61.05 55 6.40 63.81
Sumber : Kecamatan Petasia, Tahun 2013 (data diolah)

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa kelompok umur 15 64 tahun cukup
dominan yakni 61,05%, disusul kemudian kelompok umur 0 14 tahun (32,56%),
dan kelompok 65 tahun ke atas sekitar 6,40%. Dengan demikian maka rata-rata
proporsi jumlah penduduk antara kelompok umur produktif dengan tidak produktif

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah III - 30
Uraian Komponen Lingkungan

di desa studi yaitu 61,05% berbanding 38,95%. Dengan rasio beban tanggungan
63,81 yang berarti bahwa setiap 100 orang usia produktif harus menanggung
sekitar 64 orang berusia tidak produktif.

2) Pendidikan
Ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan baik negeri maupun swasta akan
sangat berpengaruh pada peningkatan sumberdaya manusia dan sekaligus
menjadi barometer terhadap kualitas masyarakat. Berdasarkan data profil desa
dan Kecamatan di wilayah studi, tingkat pendidikan penduduk di wilayah studi
didominasi penduduk dengan tingkat pendidikan tamat SD yaitu sebanyak
56,40%, disusul penduduk dengan tingkat pendidikan tamat SLTP sebanyak
26,16% dan tamat SLTA sebanyak 15,93%. Adapun penduduk yang masih buta
aksara diperkirakan sekitar 1,51%. Sementara itu, sarana dan parasaran
pendidikan di wilayah studi masing-masing 1 buah taman kanak-kanak, dan 1
buah Sekolah Dasar (SD), sementara Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan
Sekolah Menengah Atas (SMA) belum tersedia.

3) Agama
Agama Kristen Protestan dan Agama Islam merupakan agama mayoritas
penduduk di wilayah studi dan sekitarnya yaitu Kristen 50,58%, Islam 46,63%,
sedangkan agama lainnya yaitu Hindu 2,56%, dan Budha 0,23%. Untuk
mendukung kegiatan keagamaan, terdapat fasilitas rumah peribadatan di
Kelurahan/Desa Koromatantu hanya terdapat 1 buah mesjid, sementara untuk
peribadatan umat Kristiani akan bergabung dengan desa terdekat yang memiliki
fasilitas Gereja (Mondowe dan Korololama). Kehidupan masyarakat antar
pemeluk agama cukup terjalin dengan harmonis. Konflik di wilayah Poso
beberapa tahun lalu ternyata memberikan pembelajaran bagi mereka untuk
saling menghargai dan menghormati antar sesama penganut agama.

4) Mata Pencaharian dan Pendapatan Penduduk


Perekonomain penduduk yang bermukim di sekitar wilayah studi pada umumnya
sangat tergantung pada sektor-sektor primer seperti pertanian dan berkebunan,
disamping pekerjaan jasa (tukang ojek, dan pertukangan). Kecamatan Petasia
adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Morowali yang mempunyai potensi
sumber daya alam yang cukup besar, disamping kesuburan tanahnya yang
memungkinkan untuk mengembangkan lahan pertanian dan perkebunan,

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah III - 31
Uraian Komponen Lingkungan

wilayah ini juga kaya sumber kelautan dan bahan tambang (nikel). Oleh sebab itu
penduduk di wilayah tersebut mempunyai peluang-peluang ekonomi untuk
mengembangkan usaha baik dibidang pertanian dan perkebunan maupun
perikanan dan pertambangan. Sebagai wilayah terbuka dan terdapat kota
Kolonodale sebagai kota pelabuhan dan perdagangan, maka mata pencaharian
pendudukpun dapat berkembang kepekerjaan di sektor-sektor jasa seperti dan
perdagangan

Dari hasil observasi di wilayah studi, diketahui bahwa mata pencaharian pokok
penduduk pada umumya adalah sebagai petani/berkebun, disamping pekerjaan-
pekerjaan lainnya seperti berdagang, PNS dan pekerjaan dibidang jasa seperti,
tukang ojek dan pertukangan.

Adapun mengenai tingkat pendapatan penduduk, tidak ada data yang jelas,
namun dari hasil pengamatan dan wawancara terhadap penduduk setempat
diperoleh informasi bahwa rata-rata pendapatan penduduk Rp 500.000,- hingga
Rp 3.000.000,- ke atas. Penduduk yang berpendapatan di atas Rp 3.000.000,-
adalah penduduk yang bermata pencaharian sebagai PNS dan pedagang serta
pengusaha.

2.3.3 Sosial Budaya

a. Proses Sosial & Adat Istiadat Kebiasaan yang berlaku


Penduduk Kecamatan Petasia khususnya Kelurahan/Desa Koromatantu dan
Korololama mayoritas suku/etnis Mori dan etnis Bungku, disamping penduduk
pendatang berasal dari berbagai suku diantaranya adalah Bugis, Toraja,
Lombok, Flores, Bali, Jawa dan beberapa etnis pendatang lainnya. Adat istiadat
dan kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat ini merupakan campuran yang
kental antara budaya lokal setempat dengan nilainilai yang terkandung dalam
ajaran agama yang dianut masyarakatnya.

Suku-suku yang mendiami wilayah studi memiliki akar budaya dan adat istiadat
yang cukup tinggi sebagai wujud kearifan masyarakatnya baik dalam
hubungannya dengan sesama manusia maupun dengan alam sekitarnya.
Namun dalam proses perkembangannya tidak lagi terlihat diberlakukan secara
ketat, artinya nilai-nilai budaya yang tergali dari kearifan lokal masyarakatnya,
penggunaanya senantiasa disesuaikan dengan perkembangan zaman dan telah
terlebur dengan nilai-nilai agama yang dianutnya. Pengaruh nilai-nilai

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah III - 32
Uraian Komponen Lingkungan

keagamaan tersebut terlihat seperti dalam upacara adat, perkawinan, upacara


syukuran yang dilakukan ditempat-tempat tertentu, inisiasi, acara hajatan
keluarga, serta pemberian sanksi bagi pelanggaran susila yang dilaksanakan
berdasarkan campuran antara nilai adat dan agama.

Masyarakat di wilayah studi adalah masyarakat pedesaan meskipun masih


dalam kesehariannya terjadi percampuran antara tradisi dengan nilai modern.
Kondisi ini telah berpengaruh terhadap tatanan sosial di pedesaan, pergeseran
norma pun terjadi. Hal ini antara lain ditandai dengan perubahan dalam
hubungan sosial yang membawa perubaan pada relasi-relasi sosial seperti
frekwensi kontak sosialnya, jarak sosial, pergeseran dari pola hubungan primer
ke pola hubungan sekunder, pergeseran dari bentuk-bentuk kerjasama ke
hubungan yang penuh dengan persaingan dan sendiri-sendiri, perubahan gaya
hidup dan cara menyikapi perubahan.

Dengan kehidupan masyarakat yang demikian tersebut, maka cukup berpotensi


menimbulkan konflik-konflik. Penduduk diwilayah studi memiliki pola adaptasi
sosial yang cukup tinggi dan terbuka dalam memahami dan mempertahankan
nilai-nilai sosial masyarakatnya yang terwariskan dari ajaran turun temurunnya,
sehingga mampu mengekang bibit-bibit konflik. Jika pun hal tersebut terjadi
maka selama ini cenderung diselesaikan dengan cara bermusyawarah.

Pada beberapa tahun terakhir ini masyarakat di wilayah tersebut terus menerus
mengalami perubahan dan konflik. Masyarakat menerima dan menggunakan
hasil perubahan itu dan tak terelakkan lagi akan mempengaruhi perilaku
sosialnya baik struktur, kultur dan interaksionalnya, yang bermuara pada
berbagai pilihan yang menguntungkan dan jika tidak akan merugikan (termasuk
dengan adanya berbagai kerusuhan yang terjadi akhir-akhir ini). berdasarkan
penelusuran dan wawancara dengan warga masyarakat meskipun dilanda
berbagai kerusuhan dan konflik komunal, warga sadar bahwa aktifitas
pembangunan harus tetap berjalan.

Sistem budaya suku/etnis Mori yang terhimpun dalam pranata sosial


masyarakatnya merupakan sub sistem nilai yang inti yang mengandung makna
paling hakiki yang mengatur tatakrama semua aspek kehidupan dalam
berinteraksi dengan lingkungan sosialnya meliputi pranata sosial bidang
ekonomi, kekerabatan dan dibidang agama. Dibidang ekonomi seperti bekerja

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah III - 33
Uraian Komponen Lingkungan

sama agar pekerjaan dapat segera diselesaikan seperti kerja sama dan tolong
menolong dari sekelompok petani baik dari suatu lingkungan kelurahan, maupun
lingkungan keluarga, di mana mereka saling membantu mengerjakan ladang/
kebun/sawah dan kegiatan yang bersentuhan langsung dengan perekonomian
masyarakat lainnya.

Pranata sosial bidang kekerabatan di daerah Koromatantu dan Korololama


banyak berlaku dalam pelaksanaan upacara daur hidup seperti pada pesta
kawin, kematian, serta pada selamatan kelahiran. Pranata sosial bidang
pemerintahan, berupa gotong royong dalam pembangunan sarana dan prasana
sosial, kebersihan lingkungan dsb.

2.3.4 Persepsi dan Sikap Masyarakat terhadap Rencana Pembangunan


Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah Koromatantu Kabupaten
Morowali Utara

Persepsi masyarakat adalah aspek lingkungan yang sensitif pada setiap tahap
kegiatan karena akan bermuara diterima atau tidaknya proyek di lokasi tersebut.
Persepsi masyarakat juga sangat tergantung pada sejauh mana kegiatan
memberikan manfaat ataupun kerugian pada anggota masyarakat.

Persepsi masyarakat terhadap rencana kegiatan Pembangunan Tempat


Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah di Koromatantu Kecamatan Petasia akan sangat
dipengaruhi oleh kontribusi positif ataupun negative dari kegiatan proyek tersebut.
Persepsi ataupun Kesan yang baik dari masyarakat terhadap proyek ini akan
muncul apabila proyek tersebut mampu memberikan kontribusi yang signifikan
terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat sekitarnya. Seperti pemanfaatan
tenaga kerja lokal sesuai dengan skil mereka, Menambah estetika atau keindahan
kawasan sekitar, menjadi pusat hiburan, dan menambah pendapatan asli daerah
melalui pajak retribusi pertokoan.

Berdasarkan hasil pengumpulan data melalui penyebaran kuesioner ke 100


responden oleh Tim teknis Master Plant dan DDE TPA Koromatantu (tahun 2014)
yang disajikan pada Gambar 3.7, diperoleh persepsi dan tanggapan masyarakat
mengenai rencana pembangunan TPA Sampah Koromatantu menyimpulkan bahwa
mayoritas (sekitar 81,43%) masyarakat sekitar mendukung rencana TPA
Koromatantu tersebut dengan rincian; setuju 58,57%, sangat setuju 8,57%, cukup
setuju 14,29%; sedangkan sisanya sekitar 18,57% tidak setuju dengan rencana

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah III - 34
Uraian Komponen Lingkungan

pembangunan TPA Sampah tersebut dengan berbagai alasan diantaranya akan


menimbulkan pencemaran terhadap kualitas air bersih, kualitas udara dan kebauan,
serta penurunan kualitas estetika lingkungan sekitar lokasi TPA di desa
Koromatantu, terutama apabila pelaksanaan operasionalnya tidak dikelola dengan
baik yang ramah lingkungan.

Gambar 3.7. Tanggapan masyarakat terhadap pembangunan TPA Koromatantu

Selanjutnya hasil wawancara terhadap beberapa warga masyarakat di lokasi


survey, memberikan tanggapan yang berbeda-beda; seperti yang diutarakan oleh
bapak Tj yang bermukim di sekitar rencana lokasi Pembangunan TPA Sampah
Koromatantu tersebut yang menyatakan sebagai berikut :

Informasi tentang rencana Pembangunan TPA Sampah Koromatantu di


sekitar wilayah Koromatantu, kami dengar dari bapak-bapak Tim Konsultan
ketika melakukan data tentang sampah di beberapa tempat di Kolonodale. Dan
informasi tersebut kami anggap sebagai sosialisasi awal dari keberadaan
rencana pembangunan TPA tersebut. Pandangan kami mengenai rencana
pembangunan TPA tersebut mendukung, karena merupakan program
pemerintah untuk menanggulangi sampah, walaupun merasa khawatir juga
akan dampak pencemaran sampah bila nanti beroperasi tidak dikelola dengan
baik.

Adanya keragu-raguan tentang persepsi dari masyarakat terhadap rencana


kegiatan tersebut menunjukkan bahwa terhadap rencana Pembangunan TPA
Sampah Koromatantu tersebut masih perlu ada sosialisasi secara mendalam
dari pihak pemrakarsa atau pihak instansi terkait. Keragu-raguan mereka lebih

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah III - 35
Uraian Komponen Lingkungan

kepada rasa khawatir bahwa setelah beroperasinya TPA Sampah tersebut akan
berdampak terhadap resiko pencemaran terhadap sumber air bersih, kualitas udara
dan kebauan, serta penurunan kualitas estetika lingkungan sekitar lokasi TPA di
desa Koromatantu, terutama apabila pelaksanaan operasionalnya tidak dikelola
dengan baik yang ramah lingkungan.

Selain itu lahan yang disiapkan sekitar 5,00 Ha sebagian besar masih milik warga
masyarakat, sehingga kekhawatiran lain muncul tentang penyelesaian pembebasan
lahan dengan ganti rugi yang sesuai termasuk tanaman budidaya yang tumbuh (bila
ada). Seperti yang dituturkan oleh seorang responden yang bermukim di sekitar
lokasi rencana Pembangunan TPA Sampah Koromatantu tersebut yaitu Bapak Yon
(49 tahun/Guru) yang menyatakan bahwa :

Harapan kami apabila rencana pembangunan TPA tersebut akan dikerjakan,


terlebih dahulu menyelesaikan ganti rugi lahan dengan harga yang sesuai
termasuk beberapa tanaman Jati yang dipeliharan selama ini. Karena
sebagian lokasi kebun tersebut telah lama dikelola yaitu sejak orang tua kami
dahulu yang membangun daerah ini.

Rencana Pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah Koromatantu,


tentu akan berpengaruh terhadap lingkungan sekitarnya yang mungkin saja dapat
mendatangkan kerugian terhadap masyarakat. Dari hasil wawancara mendalam
terhadap tokoh-tokoh masyarakat diketahui bahwa; mereka sangat mengharapkan
pengrekrutan tenaga kerja lokal, baik pada tahap pembangunan maupun pada
tahap operasional dari TPA Sampah tersebut. Sistim pembuangan (drainase) harus
tertata baik agar tidak membuang limbah TPA langsung ke perairan sekitar, karena
berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat sekitar yang memanfaatkan sumber
air sebagai MCK dan sebagian lagi untuk air minum, dan diharapkan keberadaan
TPA tersebut tidak akan menurunkan kualitas estetika lingkungan sekitar lokasi TPA
di desa Koromatantu, dan meningkatkan kerawanan sosial akibat pekerja/pemulung
sampah akan berdatangan dan menempati areal di sekitar lokasi TPA tersebut.

3.4. KOMPONEN KESEHAT AN MASYAR AK AT

Setiap usaha dan atau kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah
maupun swasta pada umumnya akan memberikan dampak baik positif maupun

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah III - 36
Uraian Komponen Lingkungan

negatif terhadap lingkungan salah satunya adalah aspek kesehatan manusia yang
berada di sekitar kegiatan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kegiatan
yang dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan antara lain diakibatkan
menurunnya tingkat kualitas sanitasi lingkungan, kualitas udara dan kebisingan,
berkurangnya ketersediaan air bersih, dapat mengakibatkan timbulnya berbagai
jenis penyakit sehingga memganggu kesehatan manusia.

Dari hasil wawancara baik terhadap responden maupun paramedis di Puskesmas


Kolonodale, maka diperoleh informasi bahwa penyakit yang banyak di derita oleh
penduduk di wilayah studi adalah ISPA dengan persentase kasus 37,11%, disusul
penyakit Gastritis (14,88% kasus), Hypertensi (11,00% kasus), Penyakit Kulit Alergi
(10,71% kasus), dan Reumatik (8,61% kasus). ISPA merupakan posisi teratas yang
banyak diderita warga masyarakat. Hal ini kemungkinan sebagai akibat adanya
debu dan berbagai zat pencemar seperti gas buang oleh karena letak wilayah studi
sangat berdekatan dengan jalur utama transportasi dari aktifitas penambangan dan
pembangunan fasilitas pengolahan biji nikel (Smelter). Untuk jelasnya 10 besar
penyakit yang banyak diderita oleh penduduk di wilayah studi tersaji pada table
berikut
Tabel 3.18
10 Jenis Penyakit Terbesar di Wilayah Kerja Puskesmas Kolonodale Tahun 2013

No Nama Penyakit Jumlah Penderita Persentase

1 ISPA 2.581 37.11%


2 Gastritis 1.035 14.88%
3 Hypertensi 765 11.00%
4 Peny.Kulit Alergi 745 10.71%
5 Reumatik 599 8.61%
6 Ruda Paksa 328 4.72%
7 Diare 257 3.70%
8 Peny.Rongga Mulut 246 3.54%
9 ISP Bawah 213 3.06%
10 Anemia 186 2.67%
Jumlah 6.955 100,00%
Sumber: Puskesmas Kolonodale, tahun 2014

a. Sumberdaya Kesehatan

Keberadaan rumah sakit/Puskesmas di Kolonodale, merupakan fasilitas andalan


bagi masyarakat di wilayah studi untuk pelayanan kesehatan. Untuk mengetahui

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah III - 37
Uraian Komponen Lingkungan

banyaknya fasilitas kesehatan di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.19,
berikut.

Tabel 3.19
Fasilitas Kesehatan di wilayah Kecamatan Petasia Tahun 2013
Rumah Puskesmas Toko
Kecamatan Puskesmas Posyandu
Sakit pembantu obat
1. Petasia 1 3 9 18 2
Sumber: Kecamatan Petasia Dalam Angka Tahun 2013

Untuk tenaga kesehatan di wilayah studi, yaitu terdapat 12 orang dokter, 7 orang
perawat/mantri, 18 orang bidan desa,28 orang dukun terlatih, dan 6 orang dukun
tidak terlatih.

Gambar 3.8. 10 Jenis Penyakit Terbesar di Wilayah Studi (Tahun 2013)

b. Kondisi Sanitasi Lingkungan

Kondisi sanitasi diantaranya dapat ditunjukkan melalui tingkat ketersediaan fasilitas


sanitasi di lingkungan permukiman, disamping pola perilaku masyarakat setempat.
Fasilitas sanitasi yang dimaksud adalah sarana penunjang bagi keperluan MCK
seperti sumur, WC umum dan kamar mandi umum.

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah III - 38
Uraian Komponen Lingkungan

Kondisi sanitasi lingkungan di wilayah studi khususnya di calon lokasi proyek relatif
baik. Walaupun tidak didukung oleh beberapa tindakan pengukuran analisis
mengenai contoh air sumur penduduk yang di dalamnya terkandung bakteri E. coli
dan total Coliform. Kondisi sanitasi lingkungan di wilayah studi yang relatif masih
baik.

Pemenuhan air bersih merupakan hal yang sangat penting bagi masyarakat.
Sebagian besar penduduk masih memanfaatkan sumber air yang berasal dari
sumber mata air pegunungan, dan PDAM dari pemerintah daerah, bahkan
sungaipun dalam kondisi jernih.

Lokasi yang biasanya digunakan responden untuk melakukan Buang Air Besar
(BAB) sangat beragam. Gambaran tentang hal tersebut disajikan pada Tabel 3.20,
berikut.

Tabel 3.20.
Persentase Rata-rata Kebiasaan Responden
dalam Buang Air Besar (BAB)

No Lokasi Buang Air Besar Frekuensi Persentase


1 WC keluarga 179 74,6
2 WC umum 13 5,40
3 WC tetangga 4 1,70
4 Sungai 20 8,30
5 WC alam 19 7,90
6 Lainnya 5 2,10
Jumlah 240 100,00
Sumber : Data Primer, April 2014

Penduduk di wilayah studi pada umumnya sudah memiliki jamban keluarga untuk
keperluan buang air besar keluarga. Sebanyak 179 orang responden (74,60%)
menyatakan melakukan buang air besar di WC keluarga. Sementara itu penduduk
yang melakukan buang air besar di WC umum sebanyak 13 responden (5,40%).
Apabila ditinjau dari segi kesehatan maka kelompok masyarakat telah mempunyai
kesadaran tinggi akan pentingnya kesehatan. Sedangkan sebanyak 39 responden
(16,2%) melakukan buang ari bersar di sungai dan WC alam, dengan alasan masih
cukup area hutan dan lahan yang luas, serta jarang penduduknya. Dari data
tersebut dapat digolongkan dalam kondisi baik, namun masih perlu dilakukan
berbagai upaya perbaikan untuk lebih meningkatkan kualitas lingkungan di wilayah
studi dan sekitarnya.

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah III - 39
Uraian Komponen Lingkungan

c. Kondisi Lingkungan

Kondisi lingkungan responden yang diduga dapat berpengaruh terhadap proses


penyebaran penyakit antara lain adalah kondisi bangunan tempat tinggal
responden, rata-rata jarak tandon tinja (Bahasa Jawa = jumbleng) dengan sumur,
kedekatan tempat tinggal responden dengan sumber pencemar, dan keberadaan
vektor penyakit di sekitar tempat tinggal responden.

Kondisi bangunan tempat tinggal responden secara umum tergolong dalam kualitas
sedang karena lebih dari 50% rumah responden telah berdinding tembok, 32%
lantainya berupa ubin dan 88% atapnya berupa genting.

Gambaran tentang keadaan tandon tinja keluarga (jumbleng) khususnya dilihat dari
jaraknya dengan sumur yang merupakan sumber pemenuhan kebutuhan air sehari-
hari dalam keluarga responden, disajikan pada Tabel berikut.

Tabel 3.21.
Rata-rata Jarak Tandon Tinja dengan Sumur Keluarga

No Jarak Tandon Tinja Sumur Jumlah Persentase


1 Kurang dari 7 m 10 5,74
2 7,1 10 m 37 21,26
3 Lebih dari 10 m 127 72,98
Jumlah 174 100,00
Sumber : Data Primer, April 2014

Terdapat sekitar 72,50% responden sarana MCK di rumahnya dilengkapi dengan


tandon tinja. Sebanyak 27,50% responden lainnya tidak mempunyai tandon tinja,
hal ini diartikan bahwa mereka tidak mempunyai sarana MCK khususnya untuk BAB
sehingga biasanya mereka kemudian melakukannya ke WC alam (kebun atau
halaman rumah) ataupun ke sungai. Dari responden yang mempunyai tandon tinja,
pada umumnya berjarak lebih dari 10 m sebanyak 72,98%, berjarak 7 10 m
sebanyak 21,26%, dan kurang 7 m dari sumur sebanyak 5,74%.

Apabila dilihat dari aspek kesehatan, maka jarak tandon tinja dengan sumur yang
dapat memenuhi syarat kesehatan adalah berjarak lebih dari 10 meter (72,98%).
Kondisi ini bila dilihat berdasarkan baku penilaian kualitas lingkungan termasuk
dalam kriteria sedang.

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah III - 40
Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan Dan
Upaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup

DAMPAK LINGKUNGAN YANG DITIMBULKAN


UPAYA PENGELOLAAN & PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

4.1. Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan

Dampak merupakan suatu perubahan yang akan terjadi karena adanya kegiatan yang
mampu mempengaruhi kondisi lingkungan hidup di sekitar lokasi proyek. Oleh karena itu,
diperlukan pengkajian terhadap dampak suatu rencana kegiatan. Kajian mengenai dampak
lingkungan suatu kegiatan disusun dalam dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan dan
Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL), sehingga dapat dilakukan pengelolaan secara
tepat untuk mencegah dan meminimalkan dampak negatif yang timbul serta meningkatkan
dan mempertahankan dampak positif dari kegiatan tersebut.

Rencana Kegiatan Pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah terletak di


Desa Koromatantu Kecamatan Petasia Kabupaten Morowali Utara, Sulawesi Tengah,
Provinsi Sulawesi Tengah, dengan luas areal yang direncanakan 5,00 Ha; sudah
termasuk untuk pembangunan berbagai fasilitas penunjangnya; diprakiraan dapat
memberikan dampak terhadap komponen lingkungan baik fisik-kimia, biologi, sosekbud
dan kesehatan masyarakat. Hasil penelaahan sistematis dari setiap jenis kegiatan
terpengaruh yang merupakan dampak potensial yang patut dikelola diuraikan secara
matriks pada Tabel 4.1 berikut.

Berdasarkan uraian kegiatan Pembangunan TPA Sampah Koromatantu di Kabupaten


Morowali Utara, dampak lingkungan yang akan terjadi dari kegiatan-kegiatan yang
dilakukan mulai dari tahap Pra-konstruksi, Konstruksi, Operasi dan tahap Pasca Operasi.
Uraian dampak yang akan terjadi berdasarkan uraian kegiatan tersebut disajikan pada
Tabel berikut.

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah IV - 1
Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan Dan
Upaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup

Tabel 4.1. Prakiraan Dampak Lingkungan Yang Akan Terjadi

No. Jenis Dampak Sumber Dampak Besaran Dampak Keterangan

I. Tahap Pra Konstruksi


1. Persepsi Masyarakat Perubahan persepsi Banyak dan jenis Tolok ukur
masyarakat disekitar persepsi (positif dan dampak adalah
lokasi kegiatan yang negatif) masyarakat Peraturan Menteri
bersumber dari terhadap kegiatan Negara
kegiatan koordinasi Lingkungan Hidup
dan konsultasi publik No. 17 Tahun
2012 tentang
Keterlibatan
Masyarakat
II. Tahap Konstruksi
1. Kualitas Udara Adanya debu, udara Jumlah dan jenis alat Tolok ukur
pengap/sesak yang berat dan kendaraan dampak adalah
bersumber dari pengangkut yang PP RI No. 41
mobilisasi kendaraan digunakan selama Tahun 1999
pengangkut material tahap konstruksi tentang Baku
dan alat berat, berlangsung Mutu Udara
kegiatan Ambient Nasional
Pembangunan TPA
Sampah Koromatantu
di Kabupaten Morowali
Utara
2. Kebisingan Adanya tingkat Jumlah dan jenis alat Tolok ukur
kebisingan yang berat dan kendaraan dampak adalah
bersumber dari pengangkut dan alat KepMen LH No.
mobilisasi kendaraan berat yang digunakan 48 Tahun 1996
pengangkut material selama tahap tentang Baku
dan penggunaan alat konstruksi Mutu Kebisingan
berat dari kegiatan berlangsung
Pembangunan TPA
Sampah Koromatantu
di Kabupaten Morowali
Utara
3. Peningkatan Air Peningkatan air larian Q = C.I.A Tolok ukur
Larian yang bersumber dari Q = 0,34 m3/detik dampak adalah
penutupan lahan akibat Peraturan Menteri
pembangunan fasilitas Negara
umum, pembangunan Lingkungan Hidup
fasilitas perlindungan No. 12 Tahun
umum dan 2009 tentang
pembangunan fasilitas Pemanfaatan Air
pendukung di area Hujan
pembangunan TPA
4. Timbulan Limbah Peningkatan timbulan - Sisa tanah galian Tolok ukur
Padat limbah padat akibat dan sisa bahan dampak adalah
adanya sisa material material adanya timbulan
konstruksi, dan limbah - Limbah domestik limbah padat
domestik pekerja serta pekerja konstruksi
ceceran sisa tanah dan yang dihasilkan
material di sekitar sebanyak 0,2
3
lokasi proyek m /hari

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah IV - 2
Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan Dan
Upaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup

No. Jenis Dampak Sumber Dampak Besaran Dampak Keterangan


5. Gangguan Vegetasi Penurunan vegetasi di Jenis pohon/vegetasi Tolok ukur
sekitar lokasi proyek di sekitar lokasi dampak adalah
akibat penebangan kegiatan antara lain Peraturan Menteri
pohon-pohon pada Jati Putih, Bambu, Dalam Negeri No.
lahan yang terkena Ketapang, Nunu, 1 Tahun 2007
kegiatan Saguer, Tea, tentang Penataan
pembangunan Lengkabu, Pandan, Ruang Terbuka
Palem, Leda, Kayu Hijau Kawasan
Angin, Wanga, Baka, Perkotaan
Nuncu, Gamal,
Alang-alang, Orok-
orok, Rumputan
merambat,
Babadotan.
6. Kesempatan Kerja Timbulnya kesempatan Jumlah tenaga kerja Tolok ukur
dan Berusaha kerja dan berusaha tahap konstruksi dampak adalah
bagi masyarakat di sebanyak 80 orang Undang-undang
sekitar lokasi No. 13 Tahun
pembangunan TPA 2003 tentang
Ketenagakerjaan
7. Gangguan Lalu Lintas Perubahan arus lalu Meningkatnya jumlah Tolok ukur
lintas ke arah dan antrian kendaraan dampak adalah
menuju lokasi kegiatan akibat mobilisasi Undang-undang
bagi pengguna jalan, kendaraan konstruksi No. 22 Tahun
timbulnya kemacetan 2009 tentang
lalu lintas yang bersifat LLAJ
sementara sampai
kegiatan konstruksi
berakhir
III. Tahap Operasi
1. Kualitas Udara Penurunan kualitas Adanya parameter Tolok ukur
udara akibat adanya kualitas udara yang dampak adalah
pengangkutan sampah melebihi baku mutu. PP RI No. 41
dan mobilisasi alat Tahun 1999
berat tentang Baku
Mutu Udara
Ambient Nasional
2. Kebisingan Peningkatan Adanya parameter Tolok ukur
kebisingan akibat tingkat kebisingan dampak adalah
adanya pengangkutan yang dapat KepMen LH No.
sampah dan mobilisasi meningkat akibat 48 Tahun 1996
alat berat kegiatan operasional tentang Baku
TPA Mutu Kebisingan
3. Kualitas Air Adanya penurunan Adanya parameter Tolok ukur
Permukaan kualitas air permukaan kualitas air dampak adalah
akibat adanya kegiatan permukaan yang PP RI No. 82
pengumpulan dan melebihi baku mutu Tahun 2001
pengolahan lindih
4. Gangguan Lalu Lintas Adanya peningkatan Peningkatan jumlah Tolok ukur
jumlah antrian antrian lalu lintas dampak adalah
kendaraan akibat Undang-undang
kegiatan operasional No. 22 Tahun
TPA 2009 tentang
LLAJ

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah IV - 3
Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan Dan
Upaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup

No. Jenis Dampak Sumber Dampak Besaran Dampak Keterangan

IV. Tahap Pasca Operasi


1. Kualitas Udara Peningkatan kualitas Adanya peningkatan Tolok ukur
udara akibat adanya kualitas udara dampak adalah
kegiatan reklamasi dengan perbaikan PP. RI No. 41
lahan kondisi lingkungan Tahun 1999
tentang Baku
Mutu Udara
Ambient Nasional
2. Kualitas Air Adanya penurunan Adanya parameter Tolok ukur
Permukaan kualitas air permukaan kualitas air dampak adalah
akibat adanya kegiatan permukaan yang PP. RI No. 82
pemantauan kualitas melebihi baku mutu Tahun 2001
lindih

4.2. Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan


Lingkungan Hidup (UPL)

Kegiatan Pembangunan TPA Sampah Koromatantu di Kabupaten Morowali Utara akan


menimbulkan dampak bagi lingkungan baik dampak positif maupun dampak negatif
terhadap komponen-komponen lingkungan. Dampak yang ditimbulkan pada umumnya
merupakan dampak yang tidak penting, akan tetapi bila tidak dikelola dengan baik akan
menimbulkan dampak-dampak yang tidak diinginkan. Oleh karena itu, perlu dilakukan
upaya pengelolaan lingkungan untuk menanggulangi dampak negatif dan meningkatkan
dampak positif serta upaya pemantauan lingkungan sebagai pendekatan ilmiah dengan
dasar pengukuran dampak atau perubahan lingkungan yang telah terjadi sebelumnya.

4.2.1. Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL)

Program pengelolaan lingkungan adalah suatu usaha secara terpadu dalam melestarikan
sumber daya alam sehubungan dengan rencana proyek pembangunan.

Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dalam Pembangunan TPA Sampah


Koromatantu dan Fasilitas Penunjangnya yang terletak di Desa Koromatantu Kecamatan
Petasia Kabupaten Morowali Utara, Provinsi Sulawesi Tengah, dengan luas areal yang
direncanakan 5,00 Ha; dimaksudkan untuk menangani dampak yang mungkin terjadi
dengan cara (1) mencegah/mengurangi atau menanggulangi dampak negatif yang akan
timbul, dan (2) mengembangkan dampak positif untuk meningkatkan daya guna dan hasil
guna kegiatan.

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah IV - 4
Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan Dan
Upaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup

Pendekatan pengelolaan lingkungan Kegiatan Pembangunan TPA Sampah Koromatantu


dan Fasilitas Penunjangnya dilakukan melalui berbagai pendekatan meliputi pendekatan
teknologi, sosial-ekonomi-budaya dan institusi, yakni :

1. Pendekatan Teknologi

Pengelolaan dampak lingkungan dengan pendekatan teknologi dimaksudkan adalah


rekayasa teknologi yang spesifik dapat dilakukan untuk dapat menanggulangi,
mengurangi atau mencegah dampak negatif yang timbul serta untuk mengembangkan
dampak positif dari kegiatan tersebut. Kegiatan Pembangunan TPA Sampah
Koromatantu dan Fasilitas Penunjangnya dapat diterapkan dengan berbagai cara untuk
menangani dampak yang timbul sesuai jenis kegiatan dan jenis dampak antara lain:

Mencegah/mengurangi timbulnya pencemaran udara dan kebisingan pada saat


kegiatan mobilisasi material, peralatan dan pengurugan;
Mencegah timbulnya kecelakaan lalu lintas dengan memasang rambu-rambu dan
pengaturan secara bersama-sama dengan masyarakat;
Mengembangkan dampak positif untuk meningkatkan pendapatan masyarakat akibat
berkembangnya kegiatan di sekitar Pembangunan TPA Sampah Koromatantu dan
Fasilitas Penunjangnya.

2. Pendekatan Sosial Ekonomi dan Budaya

Pengelolaan dampak lingkungan dengan pendekatan sosial ekonomi dan budaya yang
ditempuh antara lain:

Memprioritaskan tenaga kerja lokal (setempat) sesuai kemampuannya untuk


dilibatkan dalam pekerjaan konstruksi;
Menjalin interaksi sosial yang harmonis dengan masyarakat sekitar guna mencegah
timbulnya konflik sosial;
Menghormati adat-istiadat setempat yang berlaku di dalam lingkungan masyarakat
sekitar proyek.
Pada waktu pengadaan alat yang diperlukan untuk kegiatan pengelolaan lingkungan
agar dapat diberikan kemudahan-kemudahan, sehingga biaya pengelolaan
lingkungan dapat lebih mudah;
Pada tahap pra-konstruksi yaitu saat penerimaan tenaga kerja, dapat
memprioritaskan tenaga kerja setempat;
Tahap konstruksi, yaitu dalam mengurangi kadar pencemaran udara dan kebisingan
yang bersifat sementara (selama masa konstuksi) yaitu dengan penanganan
peralatan yang digunakan dengan pemeriksaan secara berkala sehingga biaya

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah IV - 5
Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan Dan
Upaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup

pengelolaan lingkungan layak ditinjau dan segi ekonomi dan dampak yang masih
timbul dapat diminimalisir.

3. Pendekatan Institusi/Kelembagaan

Pendekatan kelembagaan merupakan usaha mengoptimalkan koordinasi dari berbagai


instansi yang terkait dalam upaya untuk menangani dampak yang timbul, sehingga
kegiatan penanganan dampak dapat dilakukan secara efektif dan efisien. Pendekatan
ini terutama dipakai dalam penanganan sosial ekonomi dan sosial budaya, meliputi :

Perlu dilakukan koordinasi dan sinkronisasi yang baik dengan pemerintah daerah
serta instansi terkait lainnya dalam pengelolaan lingkungan hidup;
Pengawasan terhadap hasil kerja untuk pengelolaan lingkungan hidup oleh instansi
yang berwenang;
Pelaporan hasil pengelolaan lingkungan hidup secara berkala kepada pihak-pihak
yang berkepentingan.
Untuk mencegah dan mengendalikan dampak sosial yang telah dan akan timbul
dengan titik berat pelibatan partisipasi masyarakat di sekitar kegiatan proyek,
misalnya menjaga hubungan antara pekerja dengan masyarakat disekitar proyek,
perlu dibina saling pengertian dan hubungan baik, sehingga tercipta kondisi sosial
lingkungan yang baik serta adanya pendekatan semua pekerja yang berasal dari luar
daerah proyek dengan masyarakat lokal melalui, mempelajari dan mematuhi
peraturan adat istiadat dan kebiasaan yang berlaku pada masyarakat setempat.

Uraian mengenai upaya pengelolaan lingkungan hidup ini (disajikan dalam bentuk Tabel
Matriks Pengelolaan) disesuaikan dengan dampak yang diprakirakan timbul akibat kegiatan
pembangunan Pembangunan TPA Sampah Koromatantu dan Fasilitas Penunjangnya,
mulai tahap Pra-konstruksi, Konstruksi, Operasi dan tahap Pasca Operasi.

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah IV - 6
Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan Dan
Upaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup

Tabel 4.2. Matriks Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) Pembangunan TPA Sampah Koromatantu & Fasilitas Penunjangnya
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup
Jenis Besaran Periode
No Sumber Dampak Bentuk Upaya Pengelolaan Lokasi Pengelolaan
Dampak Dampak Pengelolaan
Lingkungan Hidup Lingkungan Hidup
Lingkungan Hidup
Tahap Pra Konstruksi
1. Perubahan Persepsi Banyak dan jenis - Melakukan sosialisasi kepada - Sekitar lokasi rencana Sebelum kegiatan
persepsi Masyarakat persepsi (positif masyarakat sekitar mengenai rencana kegiatan konstruksi
masyarakat dan negatif) pembangunan TPA - Kantor Desa Koromatantu
disekitar lokasi masyarakat - Membuat pengumuman kepada - Kantor Kecamatan Petasia
kegiatan yang terhadap kegiatan masyarakat sekitar mengenai rencana
bersumber dari kegiatan pembangunan TPA sebelum
kegiatan dimulainya kegiatan konstruksi berupa
koordinasi dan spanduk dan informasi di kantor
konsultasi publik Kelurahan/kecmatan
- Memasang papan pengumuman akan
adanya rencana kegiatan pembangunan
TPA di sekitar lokasi kegiatan
- Mengurus perizinan yang diperlukan
dalam kegiatan pembangunan TPA
- Berkoordinasi dengan pihak Desa/
Kelurahan dan Kecamatan setempat
- Berkoordinasi dengan institusi yang
terkait rencana pembangunan TPA
Tahap Konstruksi
1. Adanya debu, Kualitas Udara Jumlah dan jenis - Memastikan kendaraan pengangkut dan - Sekitar lokasi rencana Saat dan selama
udara pengap/ alat berat dan alat berat dalam kondisi layak operasi kegiatan pembangunan TPA kegiatan konstruksi
sesak yang kendaraan - Pengangkutan sisa material dan sisa - Pemukiman penduduk Desa berlangsung
bersumber dari pengangkut yang tanah galian sesegera mungkin ke luar Koromatantu
mobilisasi digunakan selama lokasi proyek dengan truk pengangkut
kendaraan tahap konstruksi yang dilengkapi terpal penutup untuk
pengangkut berlangsung menghindari ceceran material dan tanah
material dan alat - Melakukan pengaturan kecepatan
berat, kegiatan kendaraan antara 25-40 km/jam
Pembangunan - Pengangkutan material konstruksi dan
TPA Sampah alat berat dilakukan pada malam hari
Koromatantu di - Memelihara peralatan dan kendaraan
Kabupaten proyek sehingga dapat mengurangi
Morowali Utara kadar emisi gas buang.

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah IV - 7
Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan Dan
Upaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup

Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup


Jenis Besaran Periode
No Sumber Dampak Bentuk Upaya Pengelolaan Lokasi Pengelolaan
Dampak Dampak Pengelolaan
Lingkungan Hidup Lingkungan Hidup
Lingkungan Hidup
2. Adanya tingkat Kebisingan Jumlah dan jenis - Melakukan pemagaran sekeliling lokasi - Sekitar lokasi rencana Saat dan selama
kebisingan yang alat berat dan proyek setinggi 2 meter kegiatan pembangunan TPA kegiatan konstruksi
bersumber dari kendaraan - Memastikan kendaraan pengangkut dan - Pemukiman penduduk Desa berlangsung
mobilisasi pengangkut dan alat berat dalam kondisi layak operasi Koromatantu
kendaraan alat berat yang - Membuat jadwal kegiatan/operasional
pengangkut digunakan selama alat berat dan material
material dan tahap konstruksi - Kegiatan konstruksi dilakukan dari pukul
penggunaan alat berlangsung 08.00-17.00 WIB
berat dari kegiatan
Pembangunan
TPA Sampah
Koromatantu di
Kabupaten
Morowali Utara
3. Peningkatan air Air Larian Q = C.I.A - Menjaga dan memelihara drainase yang - Sekitar lokasi rencana Saat dan selama
larian yang Q = 0,34 m3/detik ada di sekitar lokasi kegiatan kegiatan pembangunan TPA kegiatan konstruksi
bersumber dari - Mengangkut sisa material dan tanah - Badan air penerima (Sungai berlangsung
penutupan lahan galian sesegera mungkin ke luar lokasi terdekat di sekitar tapak
akibat proyek proyek)
pembangunan
fasilitas umum,
pembangunan
fasilitas
perlindungan
umum dan
pembangunan
fasilitas
pendukung di area
pembangunan
TPA

4. Peningkatan Timbulan - Sisa tanah galian - Limbah padat domestik ditampung - Di dalam lokasi proyek TPA Saat dan selama
timbulan limbah Limbah Padat dan sisa bahan dalam drum tertutup dan dikirim ke TPS kegiatan konstruksi
padat akibat material - Melakukan pemilahan limbah padat berlangsung
adanya sisa - Limbah domestik berdasarkan jenis dan/atau sifatnya
material pekerja konstruksi - Mengangkut sisa material dan tanah
konstruksi, dan yang dihasilkan sesegera mungkin ke luar lokasi proyek

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah IV - 8
Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan Dan
Upaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup

Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup


Jenis Besaran Periode
No Sumber Dampak Bentuk Upaya Pengelolaan Lokasi Pengelolaan
Dampak Dampak Pengelolaan
Lingkungan Hidup Lingkungan Hidup
Lingkungan Hidup
limbah domestik sebanyak 0,2 dengan truk pengangkut yang dilengkapi
pekerja serta m3/hari dengan terpal penutup
ceceran sisa - Membersihkan ceceran tanah dari
tanah dan material badan jalan
di sekitar lokasi - Mengirimkan sampah ekonomis kepada
proyek pihak ketiga untuk dimanfaatkan
kembali
- Melakukan pengangkutan limbah padat
setiap hari oleh petugas kebersihan
5. Penurunan Gangguan Jenis pohon di - Memindahkan tanaman pelindung yang - Di dalam lokasi proyek TPA Saat dan selama
vegetasi di sekitar Vegetasi sekitar lokasi terkena proyek ke lokasi ruang terbuka kegiatan konstruksi
lokasi proyek kegiatan antara hijau di lokasi lain yang terdekat dari berlangsung
akibat lain Jati Putih, lokasi proyek sesuai dengan petunjuk
penebangan Bambu, Ketapang, dari Dinas Tata Kota, Kebersihan dan
pohon-pohon Nunu, Saguer, Pertamanan setempat
pada lahan yang Tea, Lengkabu, - Melakukan penanaman kembali
terkena kegiatan Pandan, Palem, tanaman pelindung pada areal terbuka
pembangunan Leda, Kayu Angin, di lokasi kegiatan
Wanga, Baka, - Melakukan penanaman tanaman perdu
Nuncu, Gamal, yang bernilai ekologis di sekitar lokasi
Alang-alang, proyek
Orok-orok,
Rumputan
merambat,
Babadotan.
6. Timbulnya Kesempatan Jumlah tenaga - Menyampaikan adanya informasi - Sekitar lokasi rencana Saat dan selama
kesempatan kerja Kerja dan kerja tahap penerimaan tenaga kerja tahap kegiatan pembangunan TPA kegiatan konstruksi
dan berusaha bagi Berusaha konstruksi konstruksi kepada masyarakat sekitar, - Penduduk Desa Koromatantu berlangsung
masyarakat di sebanyak 80 kelurahan dan kecamatan setempat
sekitar lokasi orang - Memprioritaskan masyarakat sekitar
pembangunan lokasi proyek untuk bekerja pada tahap
TPA konstruksi sesuai keahlian dan
spesifikasi yang dibutuhkan
- Memberikan upah minimal sesuai
UMP/UMK dan/atau berdasarkan
kesepakatan

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah IV - 9
Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan Dan
Upaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup

Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup


Jenis Besaran Periode
No Sumber Dampak Bentuk Upaya Pengelolaan Lokasi Pengelolaan
Dampak Dampak Pengelolaan
Lingkungan Hidup Lingkungan Hidup
Lingkungan Hidup
7. Perubahan arus Gangguan Meningkatnya - Membuat perencanaan pentahapan - Jalan yang dilalu mobilisasi Saat dan selama
lalu lintas ke arah Lalu Lintas jumlah antrian kegiatan dan manajemen lalu lintas kegiatan konstruksi kegiatan konstruksi
dan menuju lokasi kendaraan akibat selama konstruksi pembangunan TPA berlangsung
kegiatan bagi mobilisasi - Menempatkan petugas khusus untuk
pengguna jalan, kendaraan mengatur lalu lintas
timbulnya konstruksi - Mensosialisasikan rute alternatif menuju
kemacetan lalu dan dari lokasi sekitar proyek
lintas yang bersifat - Memasang rambu-rambu dan
sementara sampai perlengkapan pendukung di zona kerja
kegiatan - Pengangkutan material dan sisa tanah
konstruksi tidak pada jam sibuk
berakhir

Tahap Operasi
1. Penurunan Kualitas Udara Adanya parameter - Menanam tanaman pelindung di ruang Sepanjang lokasi kegiatan Saat dan selama
kualitas udara kualitas udara terbuka sekitar lokasi kegiatan operasional TPA Sampah masa operasi
akibat adanya yang melebihi - Membuat penghijauan pada bagian sisi- Morowali Utara di berlangsung
pengangkutan baku mutu. sisi jalan yang berfungsi menyerap Koromatantu
sampah dan polutan
mobilisasi alat - Para pekerja (sopir dan pembantu
berat sopir/kenek) menggunakan penutup
hidung (masker);
- Menutup bak truk kendaraan
pengangkut sampah dengan terpal atau
kanvas;
- Mencuci ban truk sampah sebelum
masuk ke jalan raya;

2. Peningkatan Kebisingan Adanya parameter - Merawat dan memelihara tanaman Sepanjang lokasi kegiatan Saat dan selama
kebisingan akibat tingkat kebisingan penghijauan sepanjang Ruas Jalan TPA operasional TPA Sampah masa operasi
adanya yang dapat - Sepanjang jalan yang dilalui mobilisasi Morowali Utara di berlangsung
pengangkutan meningkat akibat dengan batas pemukiman ditanami Koromatantu
sampah dan kegiatan tanaman pelindung yang dapat
mobilisasi alat operasional TPA berfungsi untuk peredam suara.
berat

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah IV - 10
Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan Dan
Upaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup

Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup


Jenis Besaran Periode
No Sumber Dampak Bentuk Upaya Pengelolaan Lokasi Pengelolaan
Dampak Dampak Pengelolaan
Lingkungan Hidup Lingkungan Hidup
Lingkungan Hidup
3. Adanya Kualitas Air Adanya parameter - Pembukaan lahan untuk area TPA Sempadan Sungai yang Saat dan selama
penurunan Permukaan kualitas air dilakukan secara bertahap disesuaikan berdekatan dengan lokasi masa operasi
kualitas air permukaan yang dengan rencana operasi operasional TPA berlangsung
permukaan akibat melebihi baku - Penanganan secara khusus terhadap
adanya kegiatan mutu lingkungan tanah hasil penutupan tanah yang ber-
pengumpulan dan (BML) potensi menimbulkan pencemaran air
pengolahan lindih - Secara periodik dilakukan pengetesan
beberapa parameter fisika dan kimia,
antara lain pH, warna, kekeruhan (TSS)
terhadap air permukaan.
- Menghimbau para supir agar
mengendarai kendaraan dibawah
kecepatan 40 km/jam untuk mengurangi
kebisingan.
4. Adanya Gangguan Peningkatan - Memasang rambu-rambu lalu lintas Sepanjang lokasi kegiatan Saat dan selama
peningkatan Lalu Lintas jumlah antrian lalu yang dibutuhkan sesuai arahan dari operasional TPA Sampah masa operasi
jumlah antrian lintas Dinas Pekerjaan Umum dan Morowali Utara di berlangsung
kendaraan akibat Perhubungan Daerah Kabupaten Koromatantu
kegiatan Morowali Utara
operasional TPA - Memelihara dan melakukan perbaikan
kondisi jalan yang dilalui mobilisasi
operasional TPA secara rutin
- Berkoordinasi dengan Dinas Pekerjaan
Umum dan Perhubungan Daerah
Kabupaten Morowali Utara terkait
pengoperasian TPA Sampah Morowali
Utara di Koromatantu
Tahap Pasca Operasi
1. Peningkatan Kualitas Udara Adanya - Melakukan kegiatan reklamasi pada Area pasca operasional TPA Saat dan selama
kualitas udara peningkatan tahap pasca operasional TPA. Sampah Morowali Utara di masa pasca operasi
akibat adanya kualitas udara - Membuat rancangan pengelolaan Koromatantu berlangsung
kegiatan reklamasi dengan perbaikan lingkungan pada kegiatan reklamasi.
lahan kondisi lingkungan - Sesegera mungkin melakukan reboisasi
lahan kompensasi dengan tanaman
hutan diikuti kegiatan pengelolaan
selanjutnya, sesuai peraturan

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah IV - 11
Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan Dan
Upaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup

Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup


Jenis Besaran Periode
No Sumber Dampak Bentuk Upaya Pengelolaan Lokasi Pengelolaan
Dampak Dampak Pengelolaan
Lingkungan Hidup Lingkungan Hidup
Lingkungan Hidup
2. Adanya Kualitas Air Adanya parameter - Pemeliharaan dan pemantauan berkala Area pasca operasional TPA Saat dan selama
penurunan Permukaan kualitas air saluran drainase mikro sekitar lokasi Sampah Morowali Utara di masa pasca operasi
kualitas air permukaan yang TPA Koromatantu berlangsung
permukaan akibat melebihi baku - Pemeliharaan dan pemantauan
adanya kegiatan mutu terhadap saluran pipa lindih menuju
pemantauan IPAL.
kualitas lindih - Melarang melakukan pencucian mobil
dan penggantian oli kendaraan
operasional TPA di sekitar sempadan
sungai
- Memantau kinerja IPAL pengolahan
lindih secara berkala

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah IV - 12
Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan Dan
Upaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup

4.2.2. Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)

Program pemantauan lingkungan hidup ditujukan untuk mencari bahan evaluasi


pengelolaan yang telah dilakukan, sehingga pengelolaan yang dilakukan maksimal.

Pendekatan upaya pemantauan lingkungan yang dilakukan meliputi:

1. Pendekatan Dimensi Ruang


Untuk mendapatkan hasil pemantauan yang sesuai dengan yang diharapkan, maka
ditetapkan lokasi pemantauan.

2. Pendekatan Dimensi Waktu


Dalam melaksanakan pemantauan lingkungan yang bersifat dinamis, maka diperlukan
pertimbangan waktu, mengingat kondisi lingkungan dapat berubah setiap waktu.

3. Pendekatan Azas Keterpaduan


Dilakukan untuk mendapatkan keterpaduan dalam perencanaan, evaluasi dan
monitoring.

4. Pendekatan Jenis Dampak


Pemilihan jenis dampak yang dipantau berdasarkan hasil prediksi dampak lingkungan
yang akan timbul akibat suatu aktifitas dan diadakan pengelolaan lingkungan yang telah
disusun terlebih dahulu. Pemantauan lingkungan yang dilakukan mencakup 2 (dua)
kategori yaitu dampak negatif dan dampak positif.

Upaya pemantauan lingkungan adalah suatu usaha untuk menilai keberhasilan


pelaksanaan pengelolaan lingkungan. Upaya pemantauan lingkungan terhadap rencana
Pembangunan TPA Sampah Koromatantu dan Fasilitas Penunjangnya yang terletak di
Kelurahan/Desa Koromatantu Kecamatan Petasia Kabupaten Morowali Utara, Provinsi
Sulawesi Tengah, dengan luas areal yang direncanakan 5,00 Ha; dilaksanakan pada
komponen lingkungan yang terkena dampak dari kegiatan, mulai dari tahap pra-konstruksi,
konstruksi, serta tahap operasi dan pemeliharaan. Secara umum pemantauan lingkungan
ditujukan untuk rencana kegiatan Pembangunan TPA Sampah Koromatantu dan Fasilitas
Penunjangnya, yang terletak di Desa Koromatantu, Kecamatan Petasia Kabupaten
Morowali Utara.

Upaya pemantauan lingkungan dalam kegiatan Pembangunan TPA Sampah Koromatantu


dan Fasilitas Penunjangnya di Kabupaten Morowali Utara Provinsi Sulawesi Tengah,
adalah merupakan usaha untuk menganalisis dan mengevaluasi atas keberhasilan

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah IV - 13
Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan Dan
Upaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup

pelaksanaan pengelolaan yang telah dilakukan. Upaya pemantauan lingkungan diperlukan


untuk mengetahui apakah kegiatan menimbulkan dampak terhadap komponen lingkungan,
sehingga dapat dilakukan pencegahan/pengelolaan sebagai upaya penanggulangan.
Uraian mengenai upaya pemantauan lingkungan (disajikan dalam bentuk Tabel Matriks
Pemantauan) disesuaikan dengan dampak yang diprakirakan timbul akibat kegiatan serta
tindakan pemantauan yang diperlakukan pada masing-masing kriteria dampak. Uraian
tersebut meliputi jenis dan sumber dampak yang dipantau, besaran dampak, bentuk upaya
pemantauan, lokasi pemantauan, waktu/periode pemantauan, dan institusi/lembaga
Pengelola dan Pemantauan Lingkungan (Pengelola, Pengawas).

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah IV - 14
Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan Dan
Upaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup

Tabel 4.3. Matriks Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) Pembangunan TPA Sampah Koromatantu & Fasilitas Penunjangnya
Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
Institusi Pengelola dan
Sumber Jenis Besaran Lokasi
No Bentuk Upaya Pemantauan Periode Pemantauan Pemantauan
Dampak Dampak Dampak Pemantauan
Lingkungan Hidup Lingkungan Hidup Lingkungan Hidup
Lingkungan Hidup
Tahap Pra Konstruksi
1. Perubahan Persepsi Banyak dan - Pengamatan langsung - Sekitar lokasi - Satu kali sebelum Institusi Pengelola :
persepsi Masyarakat jenis persepsi terhadap sikap dan rencana kegiatan dilakukan kegiatan - Kontraktor Pelaksana
masyarakat (positif dan pendapat masyarakat TPA konstruksi berlangsung - Dinas Pek. Umum &
disekitar lokasi negatif) terkait rencana - Kantor Desa - Pelaporan setiap 3 Perhubungan Daerah Kab.
kegiatan yang masyarakat Pembangunan TPA Koromatantu bulan sekali Morowali Utara
bersumber dari terhadap Sampah Koromatantu di - Kantor Kecamatan Institusi Pengawas :
kegiatan kegiatan Kabupaten Morowali Utara Petasia - BLHD Prov. Sul-Teng
koordinasi dan - Melakukan wawancara - Bidang/Seksi Pencegahan
konsultasi kepada tokoh masyarakat Pengendalian Dampak
publik setempat sekitar lokasi Lingkungan, Bappeda Kab.
kegiatan TPA Morut
- Tolok ukur dampak adalah
Institusi Pelaporan :
Peraturan Menteri Negara
- BLHD Prov. Sul-Teng
Lingkungan Hidup No. 17
- Bidang/Seksi Pencegahan
Tahun 2012 tentang
Keterlibatan Masyarakat Pengendalian Dampak
Lingkungan, Bappeda Kab.
Morut
Tahap Konstruksi
1. Adanya debu, Kualitas Jumlah dan - Pemantauan kualitas udara - Sekitar lokasi - Pemantauan setiap 3 Institusi Pengelola :
udara Udara jenis alat berat dilakukan dengan rencana kegiatan bulan sekali selama - Kontraktor Pelaksana
pengap/sesak dan kendaraan pengambilan sampel udara TPA masa konstruksi - Dinas Pek. Umum &
yang pengangkut pada parameter Karbon - Pemukiman Desa - Pelaporan setiap 3 Perhubungan Daerah Kab.
bersumber dari yang Monoksida (CO), Sulfur Koromatantu bulan sekali selama Morowali Utara
mobilisasi digunakan Dioksida (SO2), Nitrogen masa konstruksi Institusi Pengawas :
kendaraan selama tahap Dioksida (NOx) dan Debu - BLHD Prov. Sul-Teng
pengangkut konstruksi (TSP). Kemudian di - Bidang/Seksi Pencegahan
material dan berlangsung analisis di laboratorium Pengendalian Dampak
alat berat, dengan menggunakan Lingkungan, Bappeda Kab.
kegiatan metode sesuai dengan Morut
Pembangunan parameter yang dipantau.
TPA Sampah Pengukuran kualitas udara
Koromatantu di menggunakan multiple

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah IV - 15
Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan Dan
Upaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup

Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup


Institusi Pengelola dan
Sumber Jenis Besaran Lokasi
No Bentuk Upaya Pemantauan Periode Pemantauan Pemantauan
Dampak Dampak Dampak Pemantauan
Lingkungan Hidup Lingkungan Hidup Lingkungan Hidup
Lingkungan Hidup
Kabupaten impinge dengan metode Institusi Pelaporan :
Morowali Utara colorimetrik dengan alat - BLHD Prov. Sul-Teng
spektrofotometer. - Bidang/Seksi Pencegahan
- Tolok ukur dampak adalah Pengendalian Dampak
PP RI No. 41 Tahun 1999 Lingkungan, Bappeda Kab.
tentang Baku Mutu Udara Morut
Ambient Nasional
2. Adanya tingkat Kebisingan Jumlah dan - Pemantauan kebisingan - Sekitar lokasi - Pemantauan setiap 3 Institusi Pengelola :
kebisingan jenis alat berat dilakukan dengan rencana kegiatan bulan sekali selama - Kontraktor Pelaksana
yang dan kendaraan pengukuran tingkat TPA masa konstruksi - Dinas Pek. Umum &
bersumber dari pengangkut kebisingan menggunakan - Pemukiman Desa - Pelaporan setiap 3 Perhubungan Daerah Kab.
mobilisasi dan alat berat sound level meter. Koromatantu bulan sekali selama Morowali Utara
kendaraan yang - Tolok ukur dampak adalah masa konstruksi
pengangkut digunakan KepMen LH No. 48 Tahun Institusi Pengawas :
material dan selama tahap 1996 tentang Baku Mutu - BLHD Prov. Sul-Teng
penggunaan konstruksi Kebisingan - Bidang/Seksi Pencegahan
alat berat dari berlangsung Pengendalian Dampak
kegiatan Lingkungan, Bappeda Kab.
Pembangunan Morut
TPA Sampah Institusi Pelaporan :
Koromatantu di - BLHD Prov. Sul-Teng
Kabupaten - Bidang/Seksi Pencegahan
Morowali Utara Pengendalian Dampak
Lingkungan, Bappeda Kab.
Morut
3. Peningkatan air Air Larian Q = C.I.A - Pemantauan dilakukan - Sekitar lokasi - Pemantauan setiap 3 Institusi Pengelola :
larian yang Q = 0,34 dengan pengamatan visual rencana kegiatan bulan sekali selama - Kontraktor Pelaksana
bersumber dari m3/detik secara langsung terhadap pembangunan masa konstruksi - Dinas Pek. Umum &
penutupan kondisi drainase dan TPA - Pelaporan setiap 3 Perhubungan Daerah Kab.
lahan akibat limpasan air larian disekitar - Badan air bulan sekali selama Morowali Utara
pembangunan lokasi TPA penerima (Sungai masa konstruksi
Institusi Pengawas :
fasilitas umum, - Tolok ukur dampak adalah Dendang)
- BLHD Prov. Sul-Teng
pembangunan Peraturan Menteri Negara
- Bidang/Seksi Pencegahan
fasilitas Lingkungan Hidup No. 12
Pengendalian Dampak
perlindungan Tahun 2009 tentang
Lingkungan, Bappeda Kab.
umum dan Pemanfaatan Air Hujan
Morut

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah IV - 16
Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan Dan
Upaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup

Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup


Institusi Pengelola dan
Sumber Jenis Besaran Lokasi
No Bentuk Upaya Pemantauan Periode Pemantauan Pemantauan
Dampak Dampak Dampak Pemantauan
Lingkungan Hidup Lingkungan Hidup Lingkungan Hidup
Lingkungan Hidup
pembangunan Institusi Pelaporan :
fasilitas - BLHD Prov. Sul-Teng
pendukung di - Bidang/Seksi Pencegahan
area Pengendalian Dampak
pembangunan Lingkungan, Bappeda Kab.
TPA Morut
4. Peningkatan Timbulan - Sisa tanah - Memantau timbulan limbah - Di dalam lokasi - Pemantauan setiap 3 Institusi Pengelola :
timbulan limbah Limbah galian dan padat secara visual proyek TPA bulan sekali selama - Kontraktor Pelaksana
padat akibat Padat sisa bahan terhadap ceceran limbah masa konstruksi - Dinas Pek. Umum &
adanya sisa material padat domestik dan sisa - Pelaporan setiap 3 Perhubungan Daerah Kab.
material - Limbah material/tanah bulan sekali selama Morowali Utara
konstruksi, dan domestik - Mencatat limbah padat masa konstruksi
Institusi Pengawas :
limbah pekerja yang dihasilkan
- BLHD Prov. Sul-Teng
domestik konstruksi berdasarkan jenis dan
- Bidang/Seksi Pencegahan
pekerja serta yang jumlah
Pengendalian Dampak
ceceran sisa dihasilkan
Lingkungan, Bappeda Kab.
tanah dan sebanyak 0,2
Morut
material di m3/hari
sekitar lokasi Institusi Pelaporan :
proyek - BLHD Prov. Sul-Teng
- Bidang/Seksi Pencegahan
Pengendalian Dampak
Lingkungan, Bappeda Kab.
Morut

5. Penurunan Gangguan Jenis pohon di - Memantau secara visual - Di dalam lokasi - Pemantauan setiap 3 Institusi Pengelola :
vegetasi di Vegetasi sekitar lokasi kondisi vegetasi di proyek TPA bulan sekali selama - Kontraktor Pelaksana
sekitar lokasi kegiatan antara sepanjang lokasi proyek masa konstruksi - Dinas Pek. Umum &
proyek akibat lain Medan - Melakukan inventarisasi - Pelaporan setiap 3 Perhubungan Daerah Kab.
penebangan kuning, Kayu jenis dan jumlah bulan sekali selama Morowali Utara
pohon-pohon Bengkulu, tanaman/pohon pelindung masa konstruksi
Institusi Pengawas :
pada lahan Kayu - Tolok ukur dampak adalah
- BLHD Prov. Sul-Teng
yang terkena Merapuyen, Peraturan Menteri Dalam
- Bidang/Seksi Pencegahan
kegiatan Balam Putih, Negeri No. 1 Tahun 2007
Pengendalian Dampak
pembangunan Jengkol, tentang Penataan Ruang
Lingkungan, Bappeda Kab.
Medang Labu, Terbuka Hijau Kawasan
Morut
Medang Putih, Perkotaan

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah IV - 17
Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan Dan
Upaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup

Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup


Institusi Pengelola dan
Sumber Jenis Besaran Lokasi
No Bentuk Upaya Pemantauan Periode Pemantauan Pemantauan
Dampak Dampak Dampak Pemantauan
Lingkungan Hidup Lingkungan Hidup Lingkungan Hidup
Lingkungan Hidup
Petai, Maham, Institusi Pelaporan :
Kemenyan, - BLHD Prov. Sul-Teng
Akar Pisik - Bidang/Seksi Pencegahan
Jalai, Darau Pengendalian Dampak
Putih Lingkungan, Bappeda Kab.
Morut
6. Timbulnya Kesempatan Jumlah tenaga - Mencatat jumlah tenaga - Sekitar lokasi - Pemantauan dilakukan Institusi Pengelola :
kesempatan Kerja dan kerja tahap kerja yang bekerja pada rencana kegiatan setiap 3 bulan sekali - Kontraktor Pelaksana
kerja dan Berusaha konstruksi periode waktu tertentu, pembangunan selama kegiatan - Dinas Pek. Umum &
berusaha bagi sebanyak 80 kemudian dibandingkan TPA konstruksi Perhubungan Daerah Kab.
masyarakat di orang antara jumlah tenaga kerja - Penduduk Desa - Pelaporan dilakukan Morowali Utara
sekitar lokasi lokal dan non lokal. Koromatantu setiap 3 bulan sekali
Institusi Pengawas :
pembangunan - Tolok ukur dampak adalah
- BLHD Prov. Sul-Teng
TPA Undang-undang No. 13
- Bidang/Seksi Pencegahan
Tahun 2003 tentang
Pengendalian Dampak
Ketenagakerjaan
Lingkungan, Bappeda Kab.
Morut
- Kepala Desa Koromatantu
Institusi Pelaporan :
- BLHD Prov. Sul-Teng
- Bidang/Seksi Pencegahan
Pengendalian Dampak
Lingkungan, Bappeda Kab.
Morut
7. Perubahan arus Gangguan Meningkatnya - Mengamati secara Sepanjang lokasi - Pemantauan Institusi Pengelola :
lalu lintas ke Lalu Lintas jumlah antrian langsung dan kegiatan dilakukan setiap hari - Kontraktor Pelaksana
arah dan kendaraan mengumpulkan data-data operasional TPA selama masa - Dinas Pek. Umum &
menuju lokasi akibat baik secara visual maupun Sampah Morowali konstruksi Perhubungan Daerah Kab.
kegiatan bagi mobilisasi laporan masyarakat Utara di - Pelaporan dilakukan Morowali Utara
pengguna jalan, kendaraan mengenai tingkat Koromatantu setiap 3 bulan sekali
Institusi Pengawas :
timbulnya konstruksi gangguan/kemacetan yang
- BLHD Prov. Sul-Teng
kemacetan lalu terjadi di sepanjang lokasi
- Bidang/Seksi Pencegahan
lintas yang pembangunan TPA
Pengendalian Dampak
bersifat - Melakukan perhitungan
Lingkungan, Bappeda Kab.
sementara dan analisa volumen lalu
Morut
sampai lintas yang menggunakan

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah IV - 18
Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan Dan
Upaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup

Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup


Institusi Pengelola dan
Sumber Jenis Besaran Lokasi
No Bentuk Upaya Pemantauan Periode Pemantauan Pemantauan
Dampak Dampak Dampak Pemantauan
Lingkungan Hidup Lingkungan Hidup Lingkungan Hidup
Lingkungan Hidup
kegiatan jalan yang dilalui oleh Institusi Pelaporan :
konstruksi operasional TPA Sampah - BLHD Prov. Sul-Teng
berakhir Morowali Utara di - Bidang/Seksi Pencegahan
Koromatantu Pengendalian Dampak
- Tolok ukur dampak adalah Lingkungan, Bappeda Kab.
Undang-undang No. 22 Morut
Tahun 2009 tentang LLAJ;

Tahap Operasi
1. Penurunan Kualitas Adanya - Pemantauan kualitas udara - Lokasi kegiatan - Pemantauan dilakukan Institusi Pengelola :
kualitas udara Udara parameter dilakukan dengan TPA setiap 6 bulan sekali - Dinas Pek. Umum &
akibat adanya kualitas udara pengambilan sampel udara - Pemukiman Desa selama masa operasi Perhubungan Daerah Kab.
pengangkutan yang melebihi pada parameter Karbon Koromatantu - Pelaporan dilakukan Morowali Utara
sampah dan baku mutu. Monoksida (CO), Sulfur setiap 6 bulan sekali
Institusi Pengawas :
mobilisasi alat Dioksida (SO2), Nitrogen
- BLHD Prov. Sul-Teng
berat Dioksida (NOx) dan Debu
- Bidang/Seksi Pencegahan
(TSP). Kemudian di
Pengendalian Dampak
analisis di laboratorium
Lingkungan, Bappeda Kab.
dengan menggunakan
Morut
metode sesuai dengan
parameter yang dipantau. Institusi Pelaporan :
Pengukuran kualitas udara - BLHD Prov. Sul-Teng
menggunakan multiple - Bidang/Seksi Pencegahan
impinge dengan metode Pengendalian Dampak
colorimetrik dengan alat Lingkungan, Bappeda Kab.
spektrofotometer. Morut
- Tolok ukur dampak adalah
PP RI No. 41 Tahun 1999
tentang Baku Mutu Udara
Ambient Nasional

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah IV - 19
Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan Dan
Upaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup

Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup


Institusi Pengelola dan
Sumber Jenis Besaran Lokasi
No Bentuk Upaya Pemantauan Periode Pemantauan Pemantauan
Dampak Dampak Dampak Pemantauan
Lingkungan Hidup Lingkungan Hidup Lingkungan Hidup
Lingkungan Hidup
2. Peningkatan Kebisingan Adanya - Pemantauan kebisingan - Lokasi kegiatan - Pemantauan dilakukan Institusi Pengelola :
kebisingan parameter dilakukan dengan TPA setiap 6 bulan sekali - Dinas Pek. Umum &
akibat adanya tingkat pengukuran tingkat - Pemukiman Desa selama masa operasi Perhubungan Daerah Kab.
pengangkutan kebisingan kebisingan menggunakan Koromatantu - Pelaporan dilakukan Morowali Utara
sampah dan yang dapat sound level meter. setiap 6 bulan sekali
Institusi Pengawas :
mobilisasi alat meningkat - Tolok ukur dampak adalah
- BLHD Prov. Sul-Teng
berat akibat kegiatan KepMen LH No. 48 Tahun
- Bidang/Seksi Pencegahan
operasional 1996 tentang Baku Mutu
Pengendalian Dampak
TPA Kebisingan
Lingkungan, Bappeda Kab.
Morut
Institusi Pelaporan :
- BLHD Prov. Sul-Teng
- Bidang/Seksi Pencegahan
Pengendalian Dampak
Lingkungan, Bappeda Kab.
Morut

3. Adanya Kualitas Air Adanya Pemantauan kualitas air Sempadan Sungai - Pemantauan dilakukan Institusi Pengelola :
penurunan Permukaan parameter dilakukan dengan yang berdekatan setiap 6 bulan sekali - Dinas Pek. Umum &
kualitas air kualitas air pengukuran langsung dan dengan lokasi selama masa operasi Perhubungan Daerah Kab.
permukaan permukaan pengambilan contoh air dari operasional TPA - Pelaporan dilakukan Morowali Utara
akibat adanya yang melebihi saluran drainase dan setiap 6 bulan sekali
Institusi Pengawas :
kegiatan baku mutu saluran dalam lokasi yang
- BLHD Prov. Sul-Teng
pengumpulan akan masuk ke
- Bidang/Seksi Pencegahan
dan pengolahan drainase/badan air
Pengendalian Dampak
lindih penerima serta
Lingkungan, Bappeda Kab.
menganalisa nya di
Morut
laboratorium untuk
mengetahui kondisi kualitas Institusi Pelaporan :
air permukaan mengacu - BLHD Prov. Sul-Teng
pada PP. No. 82 tahun - Bidang/Seksi Pencegahan
2001 Pengendalian Dampak
Lingkungan, Bappeda Kab.
Morut

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah IV - 20
Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan Dan
Upaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup

Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup


Institusi Pengelola dan
Sumber Jenis Besaran Lokasi
No Bentuk Upaya Pemantauan Periode Pemantauan Pemantauan
Dampak Dampak Dampak Pemantauan
Lingkungan Hidup Lingkungan Hidup Lingkungan Hidup
Lingkungan Hidup
4. Adanya Gangguan Peningkatan - Mengamati secara Sepanjang lokasi - Pemantauan dilakukan Institusi Pengelola :
peningkatan Lalu Lintas jumlah antrian langsung & mengumpulkan kegiatan setiap 6 bulan sekali - Dinas Pek. Umum &
jumlah antrian lalu lintas data-data baik secara operasional TPA selama masa operasi Perhubungan Daerah Kab.
kendaraan visual maupun laporan Sampah Morowali - Pelaporan dilakukan Morowali Utara
akibat kegiatan masy. mengenai tingkat Utara di setiap 6 bulan sekali
operasional gangguan/ kemacetan Koromatantu Institusi Pengawas :
TPA yang terjadi di sepanjang - BLHD Prov. Sul-Teng
lokasi kegiatan TPA - Bidang/Seksi Pencegahan
- Melakukan perhitungan Pengendalian Dampak
dan analisa volumen lalu Lingkungan, Bappeda Kab.
lintas yang menggunakan Morut
jalan yang dilalui oleh Institusi Pelaporan :
operasional TPA Sampah - BLHD Prov. Sul-Teng
Morowali Utara di - Bidang/Seksi Pencegahan
Koromatantu Pengendalian Dampak
- Tolok ukur dampak adalah Lingkungan, Bappeda Kab.
Undang-undang No. 22 Morut
Tahun 2009 tentang LLAJ;
Tahap Pasca Operasi
1. Peningkatan Kualitas Adanya - Observasi dan dokumentasi Area pasca - Pemantauan dilakukan Institusi Pengelola :
kualitas udara Udara peningkatan lapangan operasional TPA setiap 2 tahun selama - Dinas Pek. Umum &
akibat adanya kualitas udara - Analisis perbandingan Sampah Morowali masa pasca operasi Perhubungan Daerah Kab.
kegiatan dengan perubahan kualitas udara Utara di - Pelaporan dilakukan Morowali Utara
reklamasi lahan perbaikan sebelum dan setelah TPA Koromatantu setiap 2 tahun selama Institusi Pengawas :
kondisi beroperasi masa pasca operasi - BLHD Prov. Sul-Teng
lingkungan - Bidang/Seksi Pencegahan
Pengendalian Dampak
Lingkungan, Bappeda Kab.
Morut
Institusi Pelaporan :
- BLHD Prov. Sul-Teng
- Bidang/Seksi Pencegahan
Pengendalian Dampak
Lingkungan, Bappeda Kab.
Morut

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah IV - 21
Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan Dan
Upaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup

Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup


Institusi Pengelola dan
Sumber Jenis Besaran Lokasi
No Bentuk Upaya Pemantauan Periode Pemantauan Pemantauan
Dampak Dampak Dampak Pemantauan
Lingkungan Hidup Lingkungan Hidup Lingkungan Hidup
Lingkungan Hidup

2. Adanya Kualitas Air Adanya - Observasi dan dokumentasi Area pasca - Pemantauan dilakukan Institusi Pengelola :
penurunan Permukaan parameter lapangan operasional TPA setiap 2 tahun selama - Dinas Pek. Umum &
kualitas air kualitas air - Analisis deskriptif-kualitatif Sampah Morowali masa pasca operasi Perhubungan Daerah Kab.
permukaan permukaan - Analisis perbandingan Utara di - Pelaporan dilakukan Morowali Utara
akibat adanya yang melebihi perubahan kualitas air Koromatantu setiap 2 tahun selama
kegiatan baku mutu permukaan sebelum dan masa pasca operasi Institusi Pengawas :
pemantauan setelah TPA beroperasi - BLHD Prov. Sul-Teng
kualitas lindih - Bidang/Seksi Pencegahan
Pengendalian Dampak
Lingkungan, Bappeda Kab.
Morut
Institusi Pelaporan :
- BLHD Prov. Sul-Teng
- Bidang/Seksi Pencegahan
Pengendalian Dampak
Lingkungan, Bappeda Kab.
Morut

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah IV - 22
Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan Dan
Upaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup

Gambar 4.1. Peta


Pengelolaan & Pemantauan
Lingkungan

Legenda
= Kualitas = Flora fauna
Udara darat
= Air = Sosekbud
permukaan & = Prasarana
biota air Jalan

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah IV - 23
Daftar Pustaka

DAFTAR PUSTAKA

Chatib, Beny, (1995) Pengelolaan Buangan Padat, Diktat (LAPI Institut Teknologi
Bandung)

Damanhuri, Enri, Tri Padmi, (2004) Pengelolaan Sampah, Diktat Kuliah TP-3150
(Departemen Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut
Teknologi Bandung)

Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Tata Perkotaan dan Tata Perdesaan (2004),
Operasi dan Pemeliharaan TPA Sanitary Landfill dan Controlled Landfill, Draft
Petunjuk Teknis

Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Cipta Karya, (1998), Tata Cara
Perencanaan TPA Sampah, Petunjuk Teknis (No. CT/S/Re-TC/004/98)

Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Cipta Karya, (1994), Tata Cara
Pemilihan Lokasi TPA Sampah, Standar, (SK. SNI - 03-3241-1994), Yayasan LPMB,
Bandung

Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Unit Pengelola


Proyek Peningkatan Kemampuan Tenaga Bidang Air Bersih dan Penyehatan
Lingkungan Permukiman (1994), Domestic Solid Waste Disposal, Diktat

Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Cipta Karya, (1991), Tata Cara
pengelolaan sampah di permukiman Standar, (SK. SNI T-12-1991-03), Yayasan
LPMB, Bandung

Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Cipta Karya, (1991), Metoda


pengambilan dan pengukuran contoh timbulan dan komposisi sampah
perkotaan (SK SNI M-36-1991-03), Yayasan LPMB, Bandung

Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Cipta Karya, (1991),Tata cara


pengelolaan sampah di permukiman (SNI 03-3242-1994), Yayasan LPMB,
Bandung

Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Cipta Karya, (1991),Spesifikasi


timbulan sampah untuk kota kecil dan kota sedang di Indonesia (SK SNI S-04-
1991-03), Yayasan LPMB, Bandung

Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Cipta Karya, (1990), Tata Cara
Pengelolaan Teknik Sampah Perkotaan, Standar, (SK. SNI T-13-1990-F)

E.D. McBean, F.A. Rovers, G.J. Farquher, (1995), Solid Waste Landfill Engineering
and Design, (Prentice Hall PTR)

Fardiaz, Srikandi, (1995), Polusi Air dan Udara, (Yogyakarta, Kanisius)

Kabupaten Morowali Utara Dalam Angka, (2013) Badan Pusat Statistik Kabupaten
Morowali Utara

UKL-UPL Pembangunan Anjungan Wisata Danau Poso Seluas 1,08 Ha DP - 1


Di Kecamatan Pamona Puselemba Kab. Poso Sulawesi Tengah
Kecamatan Petasia Dalam Angka, (2013) Badan Pusat Statistik Kabupaten Morowali
Utara

Dinas Pekerjaan Umum dan Perhubungan Daerah Kab. Morowali Utara, (2014)
Penyusunan Masterplan dan DED TPA Sampah di Koromatantu Kec. Petasia
Kabupaten Morowali Utara (Executive Summary).

Malendu Bagchi, (1994), Design, Construction and Monitoring Landfills, Wisconsin


Departemen of Natural Resources (A Wiley, Interscience Publication)

Masduki, Diktat Kuliah Drainase (1997)

Met Calf & Eddy, Inc, (1979), Waste Water Engineering Treatment disposal Re
Use, Mc Graw Hill , Series Water Resources and Environmental Engineering, (New
York, Mc Graw Hill Book, Co)

M.J Smith, Elly Madyayanti, (1984), Mekanika Tanah, (Jakarta Pusat, Erlangga)

Nemec. J, Engineering Hidrology (1973)

Sosrodarsono ,Suyono, Kensaku Takeda, Hidrologi (1999)

Subarkah, Imam, Hidrologi Untuk Perencanaan Bangunan Air, (Bandung, Idea


Dhrama)

Syed. R. Qasim, Walter Chiang, (1994), Sanitary Landfill Leachate Generation,


Control and Treatment, (Holland, Technomic Publishing Company, Inc)

Ven Te Chow, Open Channel Hydraulic (1999)

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha DP-2


Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara Sulawesi Tengah
Lampiran-Lampiran

LAMPIRAN-LAMPIRAN

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara, Sulawesi Tengah
Lampiran-Lampiran

DOKUMENTASI LAPANGAN
KONDISI RONA LINGKUNGAN AWAL
RENCANA PEMBANGUNAN TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH
DI DESA KOROMATANTU KEC. PETASIA KAB. MOROWALI UTARA

UKL-UPL Pembangunan TPA Sampah Seluas 5,00 Ha


Di Kecamatan Petasia Kab. Morowali Utara, Sulawesi Tengah

Вам также может понравиться