Вы находитесь на странице: 1из 7

Sejarah EEG

Gejala adanya potensial listrik yang dipancarkan oleh permukaan otak kelinci
ditemukan dalam tahun 1875 oleh Caton di Inggris. Beliau menyatakan menduga fluktuasi
potensial listrik dari permukaan otak. Namun kebanyakan penyelidik lain pada saaat itu yang
juga menemukan gejala tersebut menganggapnya berasal dari pulsasi pembuluh darah.
Beck dan Cybulsk dalam tahun 1892 menunjukan bahwa adanya sebuah luka
setempat di korteks merupakan sebuah pusat yang dapat menimbulkan rangsangan kepada
bagian tubuh kolateral binatang percobaan. Dalam tahun yang sama Gotch dan Horsly
meyatakan kalau suatu rangsangan perifir tertentu akan memberikan electric response
kepada bagian tertentu korteks.
Sementara ini terjadi kemajuan dalam bidang elektronik. Ditemukan galvanometer
yaitu alat untuk mengukur arus atau perbedaan potensial listrik (1906). Nemiski dalam tahun
1925 dengan galvanometer dapat merekam frekuensi listrik yang spontan keluar dari otak
anjing. Ia menemukan gelombang terbanyak frekuensi 10-15 Hz, dan menyebutnya Waves
of The First Order, dan gelombang-gelombang lebih cepat, berfrekuensi 20-32 Hz yang
disebutnya Waves of The Second Order. Beliau menyatakan bahwa rekaman seperti ini
dapat diperoleh dengan cara meletakan elektrode-elektrode langsung menempel jaringan
otak sendiri, durameter atau kulit kepala. Gelombang-gelombang yang direkam ini ia sebut
Electro Cerebrogram.
Setelah ini, kemajuan menyolok dalam bidang EEG terjadi dalam tahun 1929 ketika
Hans Berger seorang psikiatri bangsa Jerman mengumumkan hasil-hasil percobannya. Kalau
sebelum ini publikasi-publikasi baru mengenai potensial listrik sehubungan dengan aktivitas
otak binatang percobaan, Hans Berger menyatakan bahwa dalam tahun 1927-1928 ia
berhasil merekam kegiatan listrik otak manusia. Ia terus melakukan percobaan-percobaan, ia
menyatakan kalau otak manusia normal mempunyai irama fluktuasi listrik berfrekuensi 10
Hz, dan sudah menyebutnya sebagai gelombang alpha, serta gelombang yang lebih cepat
frekuensinya 16-60 Hz disebut gelombang beta. Dan beliau menyebut gambar rekamannya
sebagai Elektren Kephalogram yang kemudian dalam bahasa Inggris disebut Electro
Encephalogram.
Sejak saat itu penggunaan EEG makin dikembangkan pada manusia. Fischer (1993)
menemukan yang ia sebut sebagai Krampestrome , yaitu rekaman berupa gelombang-
gelombang dengan voltase tinggi pada orang yang makan obat konsulfan. Yang disebut

1
Havard Groups (Gibs, Davids dan Lemox) dalam tahun 1933 mengadakan penyelidikan
EEG penderita epilepsi.
Penyempurnaan serta penyebarluasan pengetahuan EEG dalam bentuk yang kira-kira
sudah menyerupai sekarang ini terjadi setelah E.D. Adrian di Cambradge University London
dalam tahun 1933 berhasil merekam perubahan-perubahan potensial listrik manusia
kedalambentuk gambar-gambar grafik yang seperti biasa kita lihat sekarang.

Proses terjadinya gambar EEG


Dasar rekaman EEG adalah merekam perbedaan potensial antara 2 titik di kepala, bila
potensial listrik pada input 1 lebih negatif dari input 2 defleksi pena ke atas, bila potensial
listrik pada input 1 lebih positive dari input 2 defleksi pena ke bawah.

Selektor Amplifier
elektrodam High-filter Low-filter Notch filter Sensitivitas
ontage

Kalibrasi
Electroda

Konversi Unit Pencatat Analog


Jackbox
Analog-digital
Pengatur oscillograph
kecepatan dengan pena
Elektroda Oscilloscope Komputer kertas

PASIEN
2
Penempatan Elektrode menggunakan 10-20 system
Penempatan elektrode menggunakan 10-20 system ditetapkan pada Kongres
Internasional EEG ke empat pada tahun 1957.
Prinsip dasar:
Penempatan elektroda ditentukan berdasarkan pengukuran melalui marka standard
tulang tengkorak
Penempatan elektroda harus meliputi semua bagian kepala
Penentuan posisi menggunakan istilah anatomis otak (frontal, parietal, temporal, oksipital)
Masing masing elektroda mempunyai singkatan standard berdasarkan lokasi pada area
otak (F, T, P, O)
Digunakan nomor ganjil untuk elektroda yang terletak di kiri, dan nomor genap untuk
bagian kanan kepala

Peralatan Pengukuran:
Pita pengukur dalam satuan milimeter, pita jangan terlalu lebar (<5mm)
Pinsil penanda kulit nontoksic dengan ujung yang agak lancip, dengan 2 warna yang
menyolok
Penjepit rambut/karet
Teknik Pengukuran:
Langkah I
Buat garis imaginer dari nasion- puncak kepala - inion

3
10% dari jarak total nasion-inion merupakan bidang frontal polar (Fp)
Selanjutnya dilakukan penandaan transversal masing masing 20% dari jarak nasion-
inion sampai tinggal tersisa 10% dari jarak total
Garis garis ini akan menjadi bidang frontal, sentral (pada titik 50%), parietal dan
oksipital

Langkah II
Buat garis imaginer antar preaurikuler kiri dan kanan, melalui bidang sentral
10% dari jarak ini diatas titik preaurikuler kiri menjadi bidang sirkumferensial kiri
20% diatas bidang sirkumferensial kiri akan menjadi bidang parasagital kiri
20% diatas bidang parasagital kiri akan menjadi bidang sentral yang memotong bidang
sagital (Cz)

Langkah III
Untuk penempatan elektroda pada bidang sagital
Ujung pita ukur diletakan pada nasion dan inion melalui Cz, didapat Fz & Pz
Titik temu garis ini dengan bidang horizontal akan menentukan Fpz dan Oz

4
Langkah IV
Pita pengukur diletakan pada Fpz-Oz melalui garis sirkumferensial kiri
10% jarak total merupakan calon lokasi fronto polar kiri (Fp1)
20% jarak Fpz-Oz dilateral Fp1 merupakan calon lokasi frontal kiri (F7)
20% lateral F7 merupakan lokasi mid temporal kiri (T3)
20% lateral T3 calon lokasi posterior temporal kiri (T5)
20% lateral T5 merupakan calon lokasi oksipital kiri (O1)
Sisa yang 10% akan kembali ke titik Oz

Langkah V
Sama dengan langkah IV untuk belahan kepala bagian kanan, sehingga didapat T4

Langkah VI
Pita pengukur diletakan pada Fpz-T3-Oz

5
Garis sirkumferensial yang menyilang bidang Fp dan F akan menentukan posisi FP1 ,
F7, T5 dan O1
Untuk belahan kanan didapatkan Fp2, F8,T6 dan O2

Langkah VII
Pita pengukur diletakkan pada Fp1-garis para-sagital kiri - O1
25% jarak total dibelakang Fp1 menandai bidang frontal
25% selanjutnya akan menyilang garis parasagital , merupakan posisi C3
25% jarak total dibelakang C3 akan menandai bidang parietal

Langkah VIII
Sama dengan untuk belahan kanan sehingga didapatkan posisi C4, bidang frontal dan
parietal

6
Langkah IX
Pita pengukur diletakan pada posisi F7- Fz - F8
1/2 jarak F7-Fz yang memotong bidang parasagital kiri merupakan lokasi F3
Hal yang sama dilakukan untuk menentukan posisi F4
Jarak antara masing masing elektroda pada bidang frontal harus sama

Langkah X
Pita pengukur diletakan pada posisi T5- Pz- T6
1/2 jarak T5-Pz akan menyilang bidang parasagital kiri, sehingga dapat ditetapkan
posisi elektroda P3
Hal yang sama dilakukan untuk elektroda P4
Masing masing elektroda pada bidang parietal harus mempunyai jarak yang sama

Penempatan elektroda yang asimetris menyebabkan amplitudo gelombang yang


asimetris, hal ini akan menimbulkan salah interpretasi dalam pembacaan EEG.

Вам также может понравиться