Вы находитесь на странице: 1из 2

Serial Khutbah Jum'at: Keutamaan Bulan Dzul Hijjah

. .
.


.
:

Marilah kita senantiasa berusaha meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT baik di saat suka
maupun di waktu duka.

Kita saat ini tengah berada pada bulan Dzulhijjah, bahkan tadi pagi kita telah menjalankan ibadah
shalat Idul Adha. Dengan demikian berarti kita telah dua bulan keluar dari madrasah Ramadhan, dan
kini kita berjumpa dengan tarbiyah Allah SWT yang lain, yakni madrasah Dzulhijjah.
Mengapa disebut madrasah Dzulhijjah? Karena pada bulan ini ada tiga ibadah besar yang sarat
dengan nilai-nilai pendidikan; haji, shalat Idul Adha dan qurban.

Jamaah shalat Jumah rahimakumullah. Saat ini saudara-saudara kita yang menunaikan ibadah haji
tengah berada di Mina. Iring-iringan mereka bergerak dengan perlahan, sejak dari Jumratul 'Ula,
Jumratul Wustha, hingga Jumratul 'Aqabah. Mereka yang datang dari berbagai penjuru dunia, dengan
beragam suku, bangsa, bahasa, dan warna kulit, bersatu padu dengan langkah yang sama untuk
memenuhi panggilan Allah Subhanahu wa taala.

Keaneka-ragaman suku, bangsa, bahasa, dan warna kulit itu ternyata tak lagi membedakan mereka,
satu sama lain, karena sesungguhnya mereka telah dipersatukan dengan kesatuan aqidah dan
hukum yang diturunkan oleh Allah, yang sedang mereka praktikkan dalam manasik haji mereka.
Inilah rangkaian ibadah yang mengandung muatan pendidikan sejarah yang luar biasa. Agar manusia
mengambil pelajaran yang tak ternilai dari sana. Bukan hanya bagi mereka yang sudah dipanggil
Allah SWT dalam menunaikannya, tetapi juga bagi kita yang belum berkesempatan menjalankan
rukun Islam yang kelima.

Diantara pelajaran yang begitu tampak dari ibadah haji adalah pernyataan persamaan derajat
manusia di dalam Islam. Islam bukanlah agama yang mempertahankan atau mendukung
ketidakadilan atas dasar warna kulit dan suku bangsa. Allah tidak membedakan manusia dari segi
hartanya, jabatan dan kekuasaannya. Karenanya berkumpullah jutaan orang di tanah suci, ratusan
ribu diantaranya dari Indonesia; mereka setara. Semuanya berbaur menjadi satu sebagai hamba
Allah; tak ada bedanya antara presiden dan rakyat biasa, tak ada bedanya antara direktur dan petani-
petani desa. Bahkan saat ihram, sekaya dan setinggi apapun jabatan seseorang, mereka semua
sama hanya berbalut kain ihram.

Kita pun, yang tidak berada di tanah suci, seharusnya sadar akan hakikat nilai manusia di hadapan
Allah SWT. Kita semua sama. Yang membedakan dan membuat seseorang lebih mulia daripada
lainnya adalah ketaqwaannya.

13/ (
)

Sesungguhnya manusia yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah adalah yang paling bertaqwa.
(QS. Al-Hujurat : 13)

Hakikat ini seharusnya tertanam kuat dalam jiwa kita dan menjadi pemicu bagi kita untuk terus
meningkatkan ketaqwaan. Sementara banyak orang mengumpulkan bekal untuk kehidupan
dunianya, Allah menunjukkan pula kepada kita untuk mempersiapkan sebaik-baik bekal, yakni taqwa.
197/ (

Dan berbekallah kalian. Sesungguhnya bekal yang terbaik adalah taqwa. (QS. Al-Baqarah : 197)
Jamaah shalat Jumah rahimakumullah. Selain nilai tarbiyah di atas, haji juga sarat dengan napak
tilas sejarah Nabi Ibrahim dan keluarganya. Kabah merupakan tempat ibadah yang dibangun
pertama kali oleh Nabi Ibrahim. Ia simbol ketauhidan, dan ke arahnya umat Islam berkiblat dalam
shalat. Sai mengingatkan akan usaha serius istri Nabi Ibrahim yakni Hajar, dalam upaya melahirkan
generasi ahli tauhid. Melontar jumrah juga merupakan simbol perlawanan kepada syaitan, yang telah
dicontohkan Nabi Ibrahim, dan hingga kiamat nanti statusnya memang tidak pernah berubah; syaitan
adalah musuh yang nyata bagi orang yang beriman.

Lebih dari itu, semua ibadah haji merupakan kepatuhan dan ketundukan total kepada Allah sebagai
pembuat syariat. Bagaimana petunjuk Allah dalam beribadah, begitulah kita harus mengerjakannya.
Bagaimana perintah Allah kepada orang beriman, begitulah ia harus samina wa athana. Dengan
demikian ibadah haji menjadi ibadah yang sangat berat. Selain menyediakan biaya yang sangat
besar dan membutuhkan fisik yang prima, kondisi ruhiyah juga harus terjaga selama ibadah ini
ditunaikan. Maka, sebanding dengan beratnya kombinasi dari ibadah qalbiyah, ibadah badaniyah,
dan ibadah maliyah ini, Allah telah menyediakan balasan yang luar biasa pula:


Haji yang mabrur, tidak ada balasannya kecuali surga. (HR. Bukhari dan Muslim)

Jamaah shalat Jumah rahimakumullah. Amal lainnya yang sangat istimewa dan khusus di bulan
Dzulhijjah ini adalah qurban. Ibadah qurban ini juga sarat dengan nilai pendidikan. Bahkan sejarah
disyariatkannya qurban pada masa Nabi Ibrahim adalah sejarah pengorbanan dan ketaatan. Kita
sekarang tidak diperintahkan untuk menyembelih Ismail-ismail kita, tetapi menyembelih kambing,
domba, sapi, atau unta sebagai bentuk ketaatan dan pengorbanan kita kepada Allah SWT.
Keutamaan qurban sebagaimana yang disebutkan dalam hadits:







Tidak ada amalan yang diperbuat manusia pada Hari Raya Kurban yang lebih dicintai oleh Allah
selain menyembelih hewan. Sesungguhnya hewan kurban itu kelak pada hari kiamat akan datang
beserta tanduk-tanduknya, bulu-bulu, dan kuku kukunya. Sesungguhnya sebelum darah kurban itu
mengalir ke tanah, pahalanya telah diterima Allah. Maka tenangkanlah jiwa dengan berkurban. (HR.
Tirmidzi)

Semoga Dzulhijjah 1430 ini dapat memberikan pelajaran berharga kepada kita dan semakin
mendekatkan kita kepada Allah SWT, sehingga kita memperoleh ridha, rahmat, dan ampuan-Nya.
.


.

.

Вам также может понравиться