Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Disusun oleh:
Kelas VII A Kelompok 2
Afim Miawati NIM. 2014102003111008
Mima Noer Rohma NIM. 201410200311113
LABORATORIUM AGRONOMI
FAKULTAS PERTANIAN - PETERNAKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya. Sehingga laporan akhir praktikum Produksi Benih ini
dapat terselesaikan yang berjudul IMBIBISI PADA PERKECAMBAHAN
BENIH. Dalam proses penyusunan laporan ini, penulis benyak mendapat bantuan
dari berbagai pihak, untuk itu penulis ucapkan terimakasih banyak kepada :
1. Bapak Dr. Drs. Harun Rasyid, MP selaku dosen pengampu Produksi
Benih.
2. Mas Saef selaku instruktur dan asisten praktikum Produksi Benih
3. Teman-teman kelompok 2 kelas 7A yang membantu dalam penyusunan
laporan ini.
4. Serta semua pihak yang telah membantu baik dari segi moril maupun
materi.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
V. PENUTUP................................................................................................................. 13
LAMPIRAN...................................................................................................................... 16
ii
I. PENDAHULUAN
1
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana imbibisi pada benih hidup dan mati?
2. Bagaimana laju imbibisi pada dua tipe benih?
3. Bagaimana peran kadar air terhadap perkecambahan benih?
4. Bagaimana hubungan luas persinggungan benih dengan terhadap
perkecambahan?
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui imbibisi pada benih hidup dan mati
2. Untuk mengetahui laju imbibisi pada dua tipe benih.
3. Untuk mengetahui peran kadar air terhadap perkecambahan benih.
4. Untuk mengetahui hubungan luas persinggungan antar benih terhadap
perkecambahan.
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Imbibisi
Imbibisi merupakan salah satu proses difusi yang terjadi pada tanaman.
Imbibisi merupakan masuknya air pada ruang interseluler dari konsentrasi rendah
ke konsentrasi tinggi. Proses imbibisi tidak melibatkan membrane seperti pada
peristiwa osmosis. Peristiwa imbibisi juga bisa dikatakan sebagai suatu proses
penyusupan atau peresapan air ke dalam ruangan antar dinsing sel, sehingga
dinding selnya akan mengembang. Ada dua kondisi yang diperlukan untuk
terjadinya imbibisi adalah adanya gradient, potensial air antara permukaan
adsorban dengan senyawa yang diimbibisi dan adanya affinier (daya gabung)
antara komponen adsorban dengan senyawa yang dimbibisi. Luas permukaan biji
yang kontak dengan air, berhubungan dengan kedalaman penanaman biji,
berbanding lurus dengan kecepatan penyerapam air. Saat biji kacang hajau yang
kering direndam dalam air, maka air akan masuk ke ruang antar sel penyusun
endosperm secara osmosis (Gardner, 1991).
Syarat imbibisi yaitu perbadaan tekanan antara benih dengan larutan,
dimana tekanan benih lebih kecil dari pada tekanan larutan, ada daya tarik-
menarik yang spesifik antara air dan benih. Benih memiliki partikal koloid yang
merupakan matriks, bersifat hidrofil berupa protein, pati, sellulose, dan benih
kering memiliki tekanan sangat rendah. Dua kondisi yang cocok diperlukan untuk
terjadinya imbibisi yaitu : kemiringan/gradien, potensi air harus ada antara
permukaan absorbsi dan imbibisi air dan affinier (gaya gabung) harus ada antara
komponen absorbsi dan substrat (bahan) imbibisi. Setalah air berimbibisi enzim
mulai berfungsi dalam sitoplasma yang mana telah terhidrasi. Imbibisi kembali
beberapa enzim yang mengubah protein menjadi asam amino, lemak dan minyak
menjadi larutan sederhana atau campuran dan enzim-enzim lain yang merombak
pati menjadi gula. Air dan oksigen adalah kebutuhan utama perkecambahan serta
cahaya (Ardian, 2008).
Penambahan volume dalam peristiwa imbibisi adalah lebih kecil dari pada
penjumlahan volume zat mula-mula, dengan zat yang diimbibisikan apabila dalam
keadaan bebas. Perbedaan ini diduga karena zat molekul yang diimbibisikan harus
3
menepati ruang diantara molekul-molekul zat yang mengimbibisi sehingga
volume yang diimbibisikan tertekan lebih kecil dari pada bila dalam keadaan
bebas. Banyaknya air yang dihisap selama proses imbibisi umumnya kecil, cepat
dan tidak boleh lebih dari 2-3 kali berat kering dari biji. Kemudian pertumbuhan
biji tampak terhadap pertumbuhan akar dan sistem yang cepat, lebih luas dan
banyak menampung sumber air yang diterima (Heddy, 1990).
Proses imbibisi pada perkecambahan kedelai merupkan proses fisik yaitu
air masuk ke dalam benih. Imbibisi air oleh benih sangat dipengaruhi oleh
komposisi kimia benih, permeabilitas kulit benih dan jumlah air yang tersedia
baik dalam bentuk cairan maupun uap air yag terdapat disekitar benih. Air yang
masuk ke dalam biji dapat berasal dari lingkungan disekitar biji, seperti dari tanah,
udara (dalam bentuk embun atau uap air), amupun media lainnya. Imbibisi terjadi
karena permukaan-permukaan struktur mikroskopik dalam sel tumbuhan, seperti
selulosa, butir pati dan bahan lainnya dapat menarik dan memegfang molekul-
molekul air dengan gaya tarik antar molekul. Prosespenyerapan air tersebut terjadi
melalui mikrofil pada kotiledon. Air yang masuk ke dalam kotiledon
menyebabkan volumenya bertambah, akibatnya kotiledon membengkan.
Pembekakan tersebut menyebabkan testa (kulit biji) menjadi pecah atau robek
(Sadjad, 1975).
5
III. METODE PRAKTIKUM
7
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Kacang Hidup
Jagung Hidup
Kacang Hidup
Kacang Hidup
Awal Akhir
Bobot Benih
Hasil pada gambar pertama imbibisi pada benih hidup dan mati yakni
pada setiap sampel benih yang direndam air destilasi selama 1 jam
mengalami peningkatan pada bobot. Hal ini dikarenakan adanya proses
penyerapan air pada benih tersebut. Kemampuan dinding dan plasma sel
untuk menyerap air dari luar sel, absorbsi air oleh senyawa pembentuk
protoplasma dan dinding sel, khususnya senyawa yang berukuran
makromolekul seperti protein, polisakarida, dll. Molekul-malekul air terikat
diantara molekul-molekul dinding sel atau plasma sel sehingga plasma sel
mengembang dan penyerapan air ini oleh imbibian.
Menurut Mugnisjah (1996) bahwa pada benih yang hidup dinding sel
dan embrio masih membutuhkan air untuk proses perkecambahan dan
memiliki potensial penyerapan air lebih tinggi daripada benih yang mati,
karena benih hidup memiliki embrio yang masih aktif. Aktifnya embrio
tersebut akan merombak cadangan makanan pada benih untuk menghasilkan
energi yang digunakan dalam proses perkecambahan.
8
Jagung Mati
Jagung Hidup
Kacang Mati
Mati
Kacang Hidup
Jenis Benih
Gambar 2. Presentase peningkatan bobot awal dan bobot akhir pada benih
hidup dan mati
Hasil pada gambar kedua mengenai laju imbibisi dua tipe benih
yakni pada benih yang direndam menghasilkan data bahwa pada setiap
benih tidak mengalami penambahan bobot benih. Bahkan pada benih yang
digunakan mengalami penurunan bobot, hal ini disebabkan adanya titik
jenuh benih pada proses penyerapan tersebut. Berdasarkan dari hal inilah
sehingga dapat diketahui bahwa semakin lama proses perendaman benih di
dalam air, semakin besar kecepatan imbibisinya. Begitupula sebaliknya,
semakin sedikit waktu perendaman, semakin lambat kecepatan imbibisi.
Oleh karena itu waktu yang digunakan pada saat proses perendaman sangat
mempengaruhi bobot dari benih tersebut (Ardian, 2008).
9
4.2 Laju Imbibisi Pada Dua Jenis Benih
Berdasarkan hasil dari laju imbibisi dua tipe benih yakni pada benih yang
direndam menghasilkan data bahwa pada setiap benih tidak mengalami
penambahan bobot benih. Bahkan pada benih yang digunakan mengalami
penurunan bobot, hal ini disebabkan adanya titik jenuh benih pada proses
penyerapan tersebut. Berdasarkan dari hal inilah sehingga dapat diketahui bahwa
semakin lama proses perendaman benih di dalam air, semakin besar kecepatan
imbibisinya. Begitupula sebaliknya, semakin sedikit waktu perendaman, semakin
lambat kecepatan imbibisi. Oleh karena itu waktu yang digunakan pada saat
proses perendaman sangat mempengaruhi bobot dari benih tersebut (Sukmadja,
2005)..
10
4.3 Hubungan Kadar air Terhadap Perkecambahan Benih
11
4.4 Hubungan Luas Persinggungan Benih dengan Air terhadap
Perkecambahan Benih
12
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil peneltian dapat disimpulkan bahwa :
1. Benih yang hidup dinding sel dan embrio masih membutuhkan air
untuk proses perkecambahan dan memiliki potensial penyerapan air
lebih tinggi daripada benih yang mati.
2. Semakin lama proses perendaman benih di dalam air, semakin besar
kecepatan imbibisinya.
3. Banyaknya air yang diserap kedalam jenis biji berbeda dan masing-
masing jenis biji mempunyai tingkat kekeringan yang berbeda.
4. Benih yang tidak berkecambah dikarenakan pasir memiliki daya
serap air yang cukup tinggi sehingga air tergenang sehingga
menyebabkan akar membusuk.
5.2. Saran
Perlu adanya pemahaman dan ketelitian yang lebih oleh praktikan mengenai
praktikum ini, sehingga dapat menghasilkan data yang lebih akurat.
13
DAFTAR PUSTAKA
14
Sukmadjaja. 2005. Embriogenesis Somatik Langsung Pada Semai Cendana.
Bioteknologi pertanian 10 (1):1-6.
15
LAMPIRAN
Lampiran 1. Dokumentasi Kegiatan
Gambar 7. Membasahi
pasir dengan air.
16