Вы находитесь на странице: 1из 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Biji yang dalam keadaan tidak melakukan aktifitas metabolik selama waktu tertentu tanpa
kehilangan kemampuannya untuk tumbuh disebut dormansi. Masa dimana biji tidak aktif
tersebut sering disebut masa istirahat atau masa dormansi. Masa dormansi ini adalah
salah satu upaya tumbuhan dalam memperpanjang siklus hidupnya, memperluas daerah
penyebaran dan mempertahankan kelangsungan hidupnya dari kondisi lingkungan yang
tidak menguntungkan. Buat teman2x yang pinjam laporan ini tolong jangan asal contek,
anggaplah laporan ini sebagai contoh saja :) ok!
ttd: susilo 99
Waktu dormansi biji akan bertambah lama jika kondisi lingkungan biji tidak
mendukung kebutuhannya. Lamanya waktu dormansi biji juga akan memperlambat
regenerasi dan siklus hidup spesies tertentu, dan hal ini biasanya terjasi pada
tumbuhan berumur panjang. Dengan adanya waktu dormansi, juga memberikan
kemungkinan penyebaran biji yang lebih luas dengan bantuan penyebaran hewan atau
air (Dwidjoseputro, 1985).
Lamanya waktu dormansi untuk tiap spesies tumbuhan berbeda, mulai hanya
beberapa hari sampai beberapa tahun. Hal ini disebabkan oleh faktor luar dan dalam
yang mempengaruhi lamanya dormansi tersebut. Namun kadangkala dormansi tetap
terjadi pada saat kondisi lingkungan telah sesuai, sehingga oleh manusia digunakan
berbbagai cara untuk mematahkan dormansi tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk
mempercepat siklus hidup sehingga lebih sering dipanen, yang umumnya dilakukan
pada tumbuhan yang mempunyai nilai ekonomi tinggi (Winatasasmita, 1986).

B. Permasalahan
Penelitian ini dilakukan guna menjawab bagaimanakah suatu dormansi akibat kulit biji
yang keras/resistensi biji dapat dipatahkan, dalam hal ini dilakukan skarifikasi baik
dengan cara mekanis maupun dengan cara kimiawi. Buat teman2x yang pinjam laporan
ini tolong jangan asal contek, anggaplah laporan ini sebagai contoh saja :) ok!
ttd: susilo 99

C. Tujuan
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mempelajari dormansi pada biji
saga (Abrus precatorius), dan cara pematahan dormansi tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Dormansi biji dialami oleh hampir seluruh tumbuhan darat. Lamanya berbeda-
beda dalam keadaan normalnya, tergantung jenis spesiesnya. Ada yang beberpa hari
saja atau bahkan sampai beberapa tahun. Kemudian setelah masa dormansi, biji dapat
tumbuh dengan normal. Masa dormansi normal ini tetap terjadi pada saat kondisi
lingkungan baik. Dormansi atau fase istirahat memang normal terjadi pada suatu
siklus hidup tumbuhan (Wilkins, 1969).
Pada saat biji jatuh ke tanah, pada beberapa spesies tertentu, biji tersebut belum selesai
berkembang atau belum masak. Buat teman2x yang pinjam laporan ini tolong jangan asal
contek, anggaplah laporan ini sebagai contoh saja :) ok!
ttd: susilo 99
Dormansi seperti ini disebut after ripening. Dormansi biji seperti ini biasannya
akan selesai apabila embrio telah masak dan siap untuk berkecambah. Namun untuk
mempercepat dormansi after ripening ini, biasanya digunakan perlakuan dengan
temperatur rendah (Meyer & Anderson, 1952).
Dormansi biji dapat disebabkan karena kulit biji yang impermeabel terhadap air dan
oksigen. Hal ini biasanya terjadi pada biji dari beberapa famili tertentu seperti
Leguminoceae, Malvaceae, Xenopodiaceae, Covolvulaceae, dan Solanaceae. Biji
mempunyai kulit atau testa sehingga tidak dapat ditembus oleh air dan atau oksigen.
Keadaan ini menyebabkan lamanya masa dormansi biji. Buat teman2x yang pinjam
laporan ini tolong jangan asal contek, anggaplah laporan ini sebagai contoh saja :) ok!
ttd: susilo 99
Dormansi ini dapat dipatahkan bila testa/kulit telah rusak oleh aktifitas mikrobia.
Namun secara alternatif, manusia biasanya memecah kulit dengan memberikan asam
sulfat pekat secara singkat namun secara periodik (Meyer & Anderson, 1952).
Dormansi yang disebabkan oleh kulit biji, juga disebabkan resistensi mekanis
kulit biji. Karena kulit biji yang keras maka pertumbuhan embrio tidak mampu
mendesak dan memecah kulit biji tersebut (Wilkins, 1969).
Pada saat kondisi lingkungan luar tidak sesuai dengan kondisi/keadaan yang
dibutuhkan untuk perkecambahanbiji, maka biji akan memperpanjang masa
dormansinya. Dalam perkecambahan, biji biasanya memerlukan air, oksigen, cahaya,
dan temperatur yang cocok. Apabila salah satu faktor tersebut tidak tersedia, seperti
keadaan di mana tidzk ada air, temperatur yang tidak sesuai atau biji terkubur di
dalam tanah yang terlalu dalam sehingga tidak ada cahaya matahari dan oksigen,
maka masa dormansi akan bertambah. Setelah keadaan luar/lingkungan menjadi baik,
maka dormansi akan terhenti dan biji dapat berkecambah dengan normal (Meyer &
Anderson, 1952).
Pada beberapa biji serealia (padi, jagung, dan gandum) biji yang disimpan dalam
keadaan kering akan dapat awet tanpa kehilangan kemampuan berkecambanhnya. Hal
ini dapat memperpanjang siklus hidup, sambil menunggu musim atau kondisi
lingkungan yang lebih baik (Dwidjoseputro, 1985).
BAB III
METODE

A. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Cawan petri
2. Alat penggosok (amplas/gerinda)
B. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan antara lain :
1. Biji saga (Abrus precatorius)
2. Asam sulfat
3. Akuades

C. Cara kerja
1. Diambil 50 biji saga dan dibagi dalam 5 kelompok. Tiap-tiap kelompok 10
biji.
2. Kelompok I, diberi perlakuan fisik dengan dihilangkan sebagian kulit
bijinya pada bagian yang tidak ada lembaganya. Dengan cara diampelas.
Selanjutnya, dikecambahkan dalam akuades.
3. Kelompok II, III, IV diberi perlakuan kimiawi dengan direndam dalam
asam sulfat pekat selama 5, 10, 15 menit. Dicuci dengan akuades dan
dikecambahkan dalam akuades.
4. Kelompok Vigna radiata langsung dikecambahkan dalam akuades sebagai
kontrol.
5. Air untuk perkecambahan diganti tiap hari.
6. Diamati kapan mulai berkecambah dan dihitung banyaknya biji yang
berkecambah pada tiap kelompok.
7. Pengamatan dilakukan selama 2 minggu.

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Dari percobaan yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 1. Jumlah biji saga yang berkecambah pada tiap perlakuan.

Hari Jumlah biji berkecambah untuk kelompok


pengamatan I II III IV V
1 0, terkelupas 0, terkelupas 0, terkelupas 0, terkelupas 2 0
2 0, terkelupas Terkelupas 5 0, terkelupas 3 0, terkelupas 3 0
3 0, terkelupas 1 berkecambah 5 berkecambah 4 berkecambah 0
4 9, 1 belum 2 berkecambah 6 berkecambah 5 berkecambah 1 terkelupas
5 9 berkecambah 5 berkecambah 9 berkecambah 8 berkecambah 1 berkecambah
6 9 berkecambah 5 berkecambah 10 berkecambah 9 berkecambah 1 berkecambah
7 9 berkecambah 5 berkecambah 10 berkecambah 9 berkecambah 1 berkecambah
8 9 berkecambah 6 berkecambah 10 berkecambah 10 berkecambah 1 berkecambah
9 9 berkecambah 6 berkecambah 10 berkecambah 10 berkecambah 1 berkecambah
10 9 berkecambah 6 berkecambah 10 berkecambah 10 berkecambah 1 berkecambah
11 9 berkecambah 6 berkecambah 10 berkecambah 10 berkecambah 1 berkecambah
12 9 berkecambah 6 berkecambah 10 berkecambah 10 berkecambah 1 berkecambah

Ket :
I : Perlakuan mekanis (dikerok)
II : Perlakuan kimia (as. Sulfat) 5 menit
III : Perlakuan kimia (as. Sulfat) 10 menit
IV : Perlakuan kimia (as. Sulfat) 15 menit

B. Pembahasan
Dormansi akibat kulit biji/testa yang keras ini diakibatkan karena air maupun
oksigen tidak dapat masuk menembus kulit tersebut karena sifatnya yang
keras/resisten. Sebagaimana telah diketahui, dalam perkecambahan dibutuhkan
syarat-syarat untuk terjadinya perkecambahan yaitu meliputi cahaya, air, oksigen,
serta temperatur. Pada percobaan ini biji telah diberi/dikondisikan pada kultur
yang tersedia cukup air, oksigen, cahaya serta temperatur lingkungan yang tidak
terlalu ekstrim dalam arti sudah memenuhi syarat perkecambahan. Buat teman2x
yang pinjam laporan ini tolong jangan asal contek, anggaplah laporan ini sebagai contoh
saja :) ok!
ttd: susilo 99
Namun dengan adanya kulit biji yang keras tersebut, maka biji tidak dapat
berkecambah. Hal ini dapat dilihat pada tabel.1 dimana pada perlakuan kontrol
yaitu kulit biji dibiarkan begitu saja, terlihat hanya satu saja yang berkecambah,
itupun masih diragukan apakah biji tersebut benar-benar masih utuh kulitnya
ketika dikecambahkan atau tidak, karena dilihat dari keseluruhannya untuk
kontrol ini tidak berkecambah (9 biji), jadi kemungkinan satu biji yang
berkecambah tersebut kulitnya sudah pecah/rusak sehingga air, dan oksigen dapat
masuk sehingga terjadi perkecambahan. Buat teman2x yang pinjam laporan ini tolong
jangan asal contek, anggaplah laporan ini sebagai contoh saja :) ok!
ttd: susilo 99

Pada perlakuan mekanik, yaitu digosok kulit bijinya, terlihat bahwa perlakuan ini
mempercepat proses perkecambahan dimana kulit keras yang menghambat masuknya air
dan oksigen dihilangkan sehingga biji akan segera berkecambah. Namun yang
berkecambah adalah 9 biji yang satu tidak, mungkin biji yang tidak berkecambah ini
embrionya telah rusak atau calon akarnya terkoyak waktu dilakukan penggosokan
kulitnya.
Pada perlakuan dengan direndam dalam larutan asam sulfat pekat selama 5 menit,
jumlah biji yang berkecambah sampai akhir percobaan adalah sebanyak 6 biji. Untuk 10
menit dan 15 menit seluruhnya (10 biji) berkecambah. Asam sulfat disini berfungsi untuk
melisiskan kulit biji/testa biji saga tersebut sehingga tingkat kelisisan kulit biji ini
dipengaruhi oleh waktu kontaknya dengan asam sulfat tersebut. Pada perendaman selama
5 menit dirasa kurang untuk melisiskan seluruh kulit biji sehingga ada sebagian yang
belum berkecambah karena kulitnya masih bersifat impermeable terhadap air maupun
oksigen. Sekurang-kurangnya dibutuhkan waktu 10 menit untuk melisiskan seluruh kulit
biji saga tersebut sehingga seluruhnya dapat berkecambah.
Adanya perlakuan baik secara fisik maupun secara kimia terbukti mampu
mematahkan dormansi biji saga akibit biji saga ini memiliki kulit biji yang sangat keras
sehingga bersifat impermeable terhadap air, maupun oksigen yang sangat dibutuhkan atau
menjadi syarat terjadinya perkecambahan tersebut.
Di alam, dormansi akibat kulit biji yang keras ini biasanya terjadi pada beberapa
famili tertentu seperti Leguminoceae, Malvaceae, Xenopodiaceae, Covolvulaceae, dan
Solanaceae. Biasanya dormansi ini dapat dipatahkan setelah kulit biji/testa mengalami
kerusakan akibat aktifitas mikrobia maupun akibat fisik seperti abrasi oleh pasir tanah
maupun akibat enzim pencernaan hewan yang memakannya (Salisbury & Ross, 1992)
Selain disebabkan karena sifat kulit biji yang impermeable, adanya zat penghambat
atau inhibitor juga dapat menyebabkan dormansi biji. Substansi yang menjadi inhibitor
dapat diproduksi oleh satu organ tanaman atau lebih. Zat inhibitor ini disebut allelopati.
Zat allelopati ini dimungkinkan terdapat di dalam biji atau organ tanaman lain. Zat
penghambat ini merupakan pembatas mekanisme penyebaran tumbuhan secara alami. Zat
penghambat tersebut antara lain boumarin, asam parasorbic, asam absisat yang terdapat
dalam buah-buahan seperti tomat (Meyer & Anderson, 1952).
Pengaruh adanya zat penghambat dapat dipatahkan/dihilangkan dengan cara
dicuci bersih bijinya sebelum disemaikan. Hal ini dimaksudkan untuk
menghilangkan pengaruh hambatan dari zat tersebut. Penyebab lain terjadinya
dormansi adalah tingkat kemasakan embrio, biasa disebut dormansi after-ripening,
dimana bila telah terjadi kemasakan embrio maka biji akan segera berkecambah.
Buat teman2x yang pinjam laporan ini tolong jangan asal contek, anggaplah laporan ini
sebagai contoh saja :) ok!
ttd: susilo 99

Dormansi pada berbagai tumbuhan dimaksudkan untuk memperpanjang siklus


kehidupannya disamping untuk mempertahankan keberadannya di alam. Dengan
dormansi, biji akan menemukan suatu bentuk kesesuaian lingkungan untuk
pertumbuhannya. Dormansi akibat kulit biji yang keras biasanya terjadi pada tumbuhan
yang berumur panjang, hal ini berhubungan dengan usaha pemencaran jenisnya. Dimana
penyebaran ini akan terbantu oleh binatang yang memakan bijinya, sehingga biji akan
tersebar sampai jauh, dan telah mengalami penyesuaian lingkungan yaitu telah rusak kulit
bijinya, serta memperoleh suatu lingkungan yang cocok, yaitu berupa kotoran hewan
yang memekannya, air, cahaya serta kesesuaian temperatur yang akan dapat memacu
perkecambahannya dan selanjutnya akan tumbuh di daerah baru sehingga persebarannya
dapat meluas.

BAB IV
KESIMPULAN

Dari percobaan yang telah dilakukan dan dari hasil yang didapatkan dapat
disimpulkan bahwa dormansi yang terjadi pada biji saga disebabkan oleh karena kulit
biji/testa yang keras sehingga tidak memungkinkan bagi air dan oksigen untuk masuk.
Hal ini tertlihat pada kontrol dimana tidak terjadi peresapan air dilihat dari utuhnya kulit
biji (tidak terkelupas)
Dormansi ini dapat dipatahkan dengan cara skarifikasi baik secara mekanis, yaitu
dengan cara dikerok kulit bijinya, maupun dengan cara kimia yaitu direndam
dalam larutan asam sulfat pekat dengan interfal waktu tertentu. Waktu yang
effektif untuk perendaman biji ini adalah pada waktu 10 menit dan 15 menit, Buat
teman2x yang pinjam laporan ini tolong jangan asal contek, anggaplah laporan ini
sebagai contoh saja :) ok!
ttd: susilo 99
namun yang baik adalah intervel waktu yang pendek namun diulang, sehingga semua
kuklit biji dapat terlisiskan secara merata dan biji dapat berkecamabah setelah
ditempatkan pada media yang sesuai.
Selain oleh karena kulit biji yang keras, dormansi juga disebabkan karena tingkat
kemasakan biji, serta adanya zat penghambat dalam salah satu bagian atau beberapa
bagian tumbuhan yang semuanya dapat dipatahkan dengan menhilangkan penyebab
terjadinya dormansi tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputro, D. 1985. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Cetakan ketujuh. PT


Gramedia. Jakarta.
Meyer, B.S. and D.B. Anderson. 1952. Plant Physiology. 2nd ed 6th printed. Maruzen
co. Tokyo.
Salisbury, F.B. and C.W. Ross. 1992. Plant Physiology. 4th ed. Wadsworth publ. Co.
California.
Wilkins, M.B. 1969. The Physiology of Plant Growth and Development. Mc Graw
Publ. Co. Ltd. New Delhi.
Winatasasmita, D. 1986. Fisiologi Hewan dan Tumbuhan. PT Karunika Universitas
Terbuka. Jakarta.

Вам также может понравиться