Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Oleh:
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS NASIONAL
2015
Universitas Nasional
Jl.Sawo Manila, Pejaten, Pasar Minggu, Jakarta 12520 (021)-7806700, fax 021-7802718website
www.unas.ac.id, Email : info@unas.ac.idEmail Hubungan Internasional :
intl_department@unas.ac.id
DAFTAR ISI
Nah, rasa takut ituah yang kemudian dirasakan sebagian warga di sekitar
pegunungan tempat latihan bersenjata tersebut dihelat. Tepatnya adalah
beberapa orang yang berniat berburut yang sempat ditangkap, meski akhirnya
dilepaskan.
Indikator dari rasa takut tersebut, alumnus Universitas Indonesia itu, warga
yang sempat ditangkap tadi melapor ke polisi. Kondisi itu berbeda ketika
warga melihat latihan serupa yang dilakukan oleh personel TNI atau tentara
Gerakan Aceh Merdeka (GAM), meskipun sama-sama bersenjata.
Warga takut karena yang dilihat saat itu adalah warga asing. "Munculnya
ketakutan ini adalah unsur dari terorisme," tandasnya.
1
Unsur terorisme lainnya, lanjut Sarlito, adalah adanya motivasi tertentu
yang ingin dicapai oleh pembuat teror. Unsur terorisme lainnya, tiap kali
beraksi para teroris selalu ingin menyampaikan pesan.
"Para teroris juga tidak menghiraukan korban. Sering jatuh korban di luar
sasaran yang dituju," papar Sarlito.
"Pemicu utamanya adalah, mereka lebih dulu disergap polisi. Jadi, sempat
menimbulkan saling tembak yang semakin membuat warga takut," jelasnya.
2
Sidang pemeriksaan saksi ahli dilanjukan Rabu depan (13/4). Majelis
hakim masih mendengar satu keterangan saksi ahli dari JPU. Yaitu, Khoirul
Huda, ahli hukum pidana.
3
Bab II
Kajian Pustaka
4
hukum. Dalam situasi seperti ini, para juris menggunakan para psikolog dan
pengetahuan mereka untuk kasus-kasus spesifik, seperti dengan menyuruh mereka
memberikan kesaksian tentang kondisi mental seorang terdakwa atau
berkonsultasi dengan para lawyer tentang seleksi juri (dalam sistem peradilan di
negara Anglo Saxon).
Hubungan psikologi dan undang-undang (psychology and the law), psikologi
dipandang sebagai disiplin terpisah yang menganalisis dan menyelidiki sistem
hukum dari suatu persfektif psikologi dan mengembangkan riset dan teori
psikologi. Dengan kajian-kajian yang dirancang dengan baik dan perumusan teori
untuk menyatukan eksperimen-eksperimen, psikologi dapat mengembangkan
suatu kumpulan pengetahuan psikologi yang relevan dengan sistem hukum.
Apakah banyak asumsi hukum tentang perilaku manusia didukung secara
empiris? Dapatkah psikologi ruang sidang/pengadilan yang digunakan oleh para
lawyer didukung oleh prinsip-prinsip psikologi yang diperoleh melalui kajian
ilmiah yang cermat, dirancang dengan baik? Apakah para saksi mata yang begitu
serius diandalkan oleh sistem peradilan dalam pemberian vonis terhadap para
terdakwa secara umum akurat dalam persepsi-persepsi dan ingatan-ingatan
mereka tentang peristiwa-peristiwa yang mengelilingi kejahatan? Di dalam
hubungan psikologi dan hukum, psikologi berusaha untuk menjawab pertanyaan-
pertanyaan seperti ini.
B. Peran Psikologi dalam Hukum
Menurut Costanzo (2006) peran psikologi dalam hukum sangat luas dan. Ia
memberikan tiga peran.
Pertama, psikolog sebagai penasehat. Para psikolog sering kali digunakan
sebagai penasehat hakim atau pengacara dalam proses persidangan. Psikolog
diminta memberikan masukan apakah seorang terdakwa atau saksi layak dimintai
keterangan dalam proses persidangan.
Kedua, psikolog sebagai evaluator. Sebagai seorang ilmuwan, psikolog
dituntut mampu melakukan evaluasi terhadap suatu program. Apakah program itu
sukses atau sesuai dengan tujuan yang ditetapkan? Program-program yang
berkaitan internvensi psikologis dalam rangka mengurangi perilaku
5
kriminal/penyimpangan, misalkan program untuk mencegah remaja untuk
menggunakan NAPZA. Apakah program tersebut mampu mengurangi tingkat
penggunaan NAPZA di kalangan remaja?. Untuk mengetahui hal tersebut, perlu
dilakukan evaluasi program.
Ketiga, Psikolog sebagai pembaharu. Psikolog diharapkan lebih memiliki
peran penting dalam sistem hukum. Psikolog diharapkan menjadi pembaharu atau
reformis dalam sistem hukum. Psikolog diharapkan mampu mengaplikasi ilmu
pengetahuannya ke dalam tataran aplikatif, sehingga sistem hukum, mulai dari
proses penangkapan, persidangan, pembinaan, dan penghukuman berlandaskan
kajian-kajian ilmiah (psikologis).
6
Bab III
Kajian, Analisa dan Kesimpulan
7
Indikator dari rasa takut tersebut adalah warga yang sempat ditangkap
tadi melapor ke polisi. Kondisi yang berbeda ketika warga melihat
latihan serupa yang dilakukan oleh personel TNI atau tentara Gerakan
Aceh Merdeka (GAM), meskipun sama-sama bersenjata.
Warga takut karena yang dilihat saat itu adalah warga asing.
"Munculnya ketakutan ini adalah unsur dari terorisme," tandasnya.
2. Unsur kedua adalah adanya motivasi tertentu yang ingin dicapai oleh
pembuat teror. Unsur terorisme lainnya, tiap kali beraksi para teroris
selalu ingin menyampaikan pesan.
Menurut Saksi Ahli Sarlito Wirawan, Para teroris juga tidak
menghiraukan korban. Sering jatuh korban di luar sasaran yang dituju,"
papar Sarlito.
B. Kesimpulan
Bahwa karena ketidakmampuan hukum untuk mejelaskan suatu
peristiwa maka dipandang perlu suatu bidang keilmuan lainnya dalam hal
ini Psikologi untuk menyelesaikan suatu perkara. Langkah Jaksa Penuntut
8
Umum mengahadirkan menghadirkan psikolog Sarlito Wirawan sebagai
saksi ahli adalah untuk memastikan apakah terkait latihan bersenjata di
hutan pegunungan Jantho, Aceh Besar dan apakah kegiatan itu memenuhi
unsur terorisme.
Bahwa selanjutnya pendapat saksi ahli akan dipertimbangkan oleh
Majelis Hakim dalam pengungkapan fakta dan pengambilan keputusan
dalam persidangan.
9
DAFTAR PUSTAKA
http://www.jpnn.com/read/2011/04/12/89296/Saksi-Ahli-Sebut-Ada-Unsur-
Terorisme
Hendra Akhidhiat & Rosleny Marliani. 2011. Psikologi Hukum. Bandung : CV.
Pustaka Setia
10