Вы находитесь на странице: 1из 14

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hipertensi bukan sekadar peninggian tekanan darah, melainkan juga faktor risiko
utama gangguan fungsi berbagai organ tubuh seperti otak, ginjal, dan jantung. Semakin
tinggi tekanan darah, maka risiko kerusakan organ-organ tubuh semakin melonjak.
Hipertensi berpotensi menyebabkan berbagai gangguan jantung, seperti penyakit
jantung koroner, gagal jantung, hingga gangguan irama jantung. Hasil penelitian
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan, hampir setengah dari kasus
serangan jantung dipicu oleh tekanan darah tinggi.
Organisasi Kesehatan Dunia WHO menempatkan penyakit kardiovaskular
sebagai pembunuh nomor satu di dunia.Penyakit ini terwujud dalam bentuk serangan
jantung, stroke, dan tekanan darah tinggi . WHO mengatakan merokok, kemalasan fisik
dan pola makan tidak sehat sebagai penyebab utama. Ketika organisasi-organisasi
kesehatan terkemuka berbicara mengenai pola makan tidak sehat, maksud mereka
adalah pola makan yang tinggi lemak dan sodiumnya(www.republika.com).
Tiap tahunnya, 7 juta orang di seluruh dunia meninggal akibat hipertensi.
Problem kesehatan global terkait hipertensi dirasakan mencemaskan dan
menyebabkan biaya kesehatan tinggi. Tahun 2000 saja hampir 1 miliar penduduk dunia
menderita hipertensi. Jumlah ini diperkirakan akan melonjak menjadi 1,5 miliar pada
2025 (Depkes RI,2010).
Sebagian besar penyebab hipertensi tak diketahui. Berbagai faktor terkait dengan
genetik dan pola hidup, seperti aktivitas fisik yang kurang, asupan makanan asin dan
kaya lemak, serta kebiasaan merokok dan minum alkohol berperan dalam hal ini
(www.depkeskalsel.go.id, 2011)
Secara umum menurut Adib, (2011) penyebab hipertensi dibagi menjadi dua
golongan yaitu hipertensi primer yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya,
dan ada kemungkinan karena faktor keturunan atau genetik (90 %), dan hipertensi
sekunder, yaitu hipertensi yang merupakan akibat dari adanya penyakit sistemik lainnya
seperti kelainan pembuluh ginjal, dan gangguan kelenjar tiroid, penggunaan obat-
obatan tertentu (penggunaan pil KB) dan karena penyakit kelebihan kadar gula atau
diabetes mellitus.
Marliani (2007) juga mengatakan keturunan dalam keluarga, dan keadaan stress
serta berbagai penguat rasa seperti MSG, atau vetsin, yang sudah menjadi bagian dari
makanan cepat saji di era sekarang serta gejala stress dan kadar gula yang tidak
terkontrol atau berlebih, kegagalan ginjal serta penggunaan pil KB ini dapat memicu
timbulnya penyakit hipertensi.
Tekanan darah yang terus meningkat dalam jangka panjang akan mengganggu
fungsi endotel, sel-sel pelapis dinding dalam pembuluh darah. Disfungsi endotel
mengawali proses pembentukan plak (kerak) yang dapat mempersempit pembuluh
koroner, pembuluh yang menjadi jalur nutrisi dan energi bagi jantung. Akibatnya,
pasokan zat esensial bagi kehidupan sel jantung terganggu. Pada keadaan tertentu,
peninggian tekanan darah dapat meretakkan plak koroner, sehingga aliran darah
tersumbat dan menyebabkan serangan jantung.
Hipertensi juga dapat menyebabkan gangguan irama jantung (aritmia). Yang
paling sering adalah atrial fibrillation, yaitu jenis irama jantung yang membuat serambi
jantung bergetar tidak beraturan. Gangguan irama ini dapat memicu timbulnya
gumpalan darah di dalam ruang-ruang jantung. Bila gumpalan darah terlepas, dapat
menyumbat pembuluh darah otak dan mengakibatkan stroke.
Berdasarkan data yang diperoleh dari RSUD Raden Mattaher Jambi, pada
tahun 2010 hipertensi menempati urutan ke-5 dari data 10 penyakit terbesar Kota
Jambi. Dimana jumlah penderita hipertensi yang berobat terbanyak pada poli penyakit
dalam, pada tahun 2009 1.945 orang, tahun 2010 berjumlah 3.6 28 orang dan pada
tahun 2011 verjumlah 2.012 orang.
Sementara itu di tahun 2012 dari bulan Januari sampai dengan bulan Juni dimana
pada bulan Januari 267 orang, Februari 340 orang, Maret 327 orang, April 348 orang,
Mei 400 orang, Juni 357 orang, jumlah selama setengah tahun atau 6 bulan
terakhir pada tahun 2012 yaitu sebanyak 2.039orang penderita hipertensi.
B. Rumusan Masalah
Faktor- faktor apa yang mempengaruhi penyakit hipertensi di Poli Penyakit dalam
RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2012
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Penyakit
Hipertensi di PoliPenyakit Dalam RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2011.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya hubungan konsumsi garam berlebih terhadap kejadian penyakit hipertensi
di PoliPenyakit Dalam RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2012
b. Diketahuinya hubungan stres terhadap kejadian penyakit hipertensi di Poli Penyakit
Dalam RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2012
c. Diketahuinya hubungan penyakit penyerta terhadap kejadian penyakit hipertensi di
Poli Penyakit Dalam RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2012
d. Diketahuinya hubungan kurangnya berolahraga terhadap kejadian hipertensi di
Poli Penyakit Dalam RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2012
e. Diketahuinya hubungan merokok terhadap kejadian penyakit hipertensi di Poli Penyakit
Dalam RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2012.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Poli Penyakit Dalam RSUD Raden Mattaher Jambi

Sebagai bahan masukan bagi petugas mengenai penyakit hipertensi agar dapat
menangani kasus – kasus hipertensi yang terjadi khususnya di poli klinik penyakit
dalam RSUD Raden Mattaher jambi.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai referensi kepustakaan untuk menambah ilmu pengetahuan terhadap
penyakit hipertensi.
3.. Bagi Peneliti
Sebagai tambahan ilmu pengetahuan dan meningkatkan wawasan dalam
melaksanakan penelitian.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Kegiatan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Faktor- Faktor yang
Mempengaruhi Penyakit Hipertensi pada tahun 2012 di Poli Klinik Penyakit Dalam
RSUD Mattaher Jambi, karena itu peneliti memberikan batasan pembahasan dalam
penelitian ini maka aspek yang diteliti adalah keturunan, asupan garam tinggi, penyakit
penyerta, kurangnya berolahraga, dan merokok (variabel independent) terhadap
penyakit hipertensi (variabel dependent) di Poli Klinik Penyakit Dalam RSUD Raden
Mattaher Jambi dengan populasi semua pasien hipertensi yang berobat ke Poli
Penyakit Dalam RSUD Raden Mattaher Jambi, pengumpulan data dengan
analisis bivariat.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Hipertensi


1. Definisi
Tekanan darah adalah tekanan pada pembuluh nadi dari peredaran darah sistemik
didalam tubuh manusia (Gunawan, 2007: 2).
Tambayong (2000: 94) mengemukakan hipertensi adalah peningkatan tekanan
darah arterial yang berlangsung terus menerus.
Hipertensi adalah penyakit kelainan jantung dan pembuluh darah yang ditandai
dengan peningkatan tekanan darah (Marliani dan Tantan, 2007:1).
Tekananan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis yang terjadi akibat
peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama) penderita yang
mempunyai tekanan darah melebihi 140/90 mmHg, diperkirakan mempunyai keadaan
darah tinggi. Tekanan darah yang selalu tinggi merupakan salah satu resiko utama
penyebab stroke, serangan jantung, dan gagal jantung (Adib, 2011 : 7).
B. Klasifikasi Hipertensi
Menurut world health organization batas norml tekanan darah dengan sistolik
120-140 mmHg dan diastolic 80-90 mmHg (vita, 2004:14).
tabel 2.1. Klasifikasi tekanan darah untuk yang berumur 18 tahun keatas
Kategori Sistolik ( mmHg ) Diastolik ( mmHg )
Optimal < 120 < 80
Normal < 130 < 85
Normal Tinggi 130 – 139 85 – 89
Hipertensi
Derajat 1 140 – 159 90 – 99
Derajat 2 160 – 179 100 – 109
Derajat 3 > 180 > 110
Sumber : Brashers (2007).

2. Etiologi
Menurut (Adib, 2009) Hipertensi berdasarkan penyebabnya dikelompokan menjadi
dua jenis, yaitu :
a. Hipertensi primer
Hipertensi primer adalah hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya (hipertensi
esensial), sebagian besar 90% penderita termasuk jenis hipertensi primer.
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang diketahui penyebabnya atau
disebabkan oleh penyakit lain seperti, kelainan pembuluh ginjal, gangguan kelenjar
tiroid, penggunaan obat-obatan sepertti pil KB, dan penyakit sistemik lainya.

3. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat
vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang
berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis
di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang
bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya nereepineprin mengakibatkan konstriksi
pembuluh darah.
Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh darah,
kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla
adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi
kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah.
Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan
rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron
oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua factor ini cenderung mencetuskan
keadaan hipertensi ( Brunner & Suddarth, 2002 ).
4. Manifestasi Klinis
Corwin (2009: 487) menyebutkan bahwa sebagian besar gejala klinis timbul
setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun berupa:
a. Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat peningkatan
tekanan darah intracranial.
b. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi,
c. Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat.
d. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus,
e. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kaliper.

5. Penatalaksanaan
a. Terapi dan terapi menyeluruh
Terapi akan mengurangi faktor risiko stroke dan mengurangi separuh risiko
koroner. Faktor risiko kardiovaskular lain juga harus ditangani misalnya kontrol
kolesterol, kontrol diabetes (Davey 2005: 139)
b. Terapi non- farmakologik
Muttaqin (2009:117) mengemukakan pendekatan nonfarmakologi yang dapat
mengurangi hipertensi adalah sebagai berikut:
1. Teknik- teknik mengurangi stres.
2. Penurunan berat badan
3. Pemabatasan alcohol, natrium dan tembakau.
4. Olahraga, latihan (meningkatkan lipoprotein berdensitas tinggi).
5. Relaksasi merupakan intervensi wajib yang harus dilakukan pada setiap terapi
antihipertensi

c. Terapi Farmakologik
Berikut jenis antihipertensi yang sering diresepkan dokter
1. Diuretik
Obat-obatan yang bersifat diuretic membantu mengeluarkan kelebihan cairan dan
garam dari dalam tubuh hingga menurunkan tekanan darah.
2. Angiotensin Converting Enzyme (ACE) inhibitor
Mencegah tubuh memproduksi hormon angiotensin II yang menyebabkan penyempitan
pembuluh darah sehingga tekanan darah berkurang.
3. Beta Blocker
Beta blocker berfungsi untuk memperlambat detak jantung dan menurunkan kekuatan
kontraksi jantung sehingga aliran darah yang terpompa lebih sedikit dan tekanan darah
berkurang.
4. Calcium Chanel Blocker (CCB)
Memperlambat laju kalsium yang melalui otot jantung dan yang masuk ke dinding
pembuluh darah sehingga menjadikan pembuluh darah rileks dan melancarkan aliran
darah.
5. Vasodilator
Berkerja langsung pada otot pembuluh darah dengan menimbulkan relaksasi otot
sehingga pembuluh darah tidak menyempit dan tekanan darah berkurang

6. Komplikasi
Komplikasi dari hipertensi antara lain (Palmer dan William, 2007:8)
a. Stroke
Tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah otak
(stroke). Stroke merupakan kematian jaringan otak yang terjadi karena berkurangnya aliran
darah dan O2 ke otak, biasanya beberapa menit (complete stroke).
b. Gagal Jantung
Tekanan darah yang terlalu tinggi memaksa otot jantung berkerja lebih berat untuk
memompa darah dan menyebabkan pembesaran otot jantung kiri sehingga jantung mengalami
gagal fungsi, pembesaran otot jantung kiri disebabkan kerja keras jantung untuk memompa
darah.
c. Gagal Ginjal
Tingginya tekanan darah membuat pembuluh darah dalam ginjal tertekan dan akhirnya
menyebabkan pembuluh darah rusak sehingga fungsi ginjal menurun hingga mengalami gagal
ginjal
C. Faktor Penyebab
Para ahli mengelompokkan hipertensi dalam dua kategori, yaitu:
1. Hipertensi primer
a. Keturunan
Sekitar 70-80 % penderita hipertensi esensial ditemukan riwayat hipertensi di dalam
keluarga apalagi didapat riwayat kedua orang tua mengalami hipertensi maka dugaan
hipertensi esensial lebih besar. Faktor genetik mempunyai peran dalam terjadinya
hipertensi.
b. Jenis Kelamin
Hipertensi lebih mudah menyerang laki-laki dari pada perempuan. Adapun
hipertensi pada perempuan peningkatan risiko terjadi setelah masa menopause
c. Usia
Pada umumnya, hipertensi menyerang pria pada usia diatas 31 tahun, sedangkan
pada wanita terjadi setelah usia 45 tahun (menopause).
d. Ras
Rata-rata ras afrika amerika (Black American) memiliki level tekanan darah yang
cukup tinggi dibandingkan dengan ras kulit putih (caucasian) mereka cenderung sensitif
terhadap natrium, umumnya hipertensi menyerang mereka diusia muda dan berisiko
lagi terhadap penyakit ginjal, stroke dan jantung.
e. Obesitas
Penyelidikan membuktikan bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah
penderita obesitas lebih tinggi dibandingkan dengan penderita hipertensi dengan berat
badan normal.
f. Konsumsi garam berlebih
Garam mempunyai sifat menahan air. Konsumsi garam yang berlebihan dengan
sendirinya akan menaikkan tekanan darah. Sebaiknya penggunaan garam dibatasi
seperlunya saja.
g. Kurang Olahraga
Olahraga seperti bersepeda, jogging, dan aerobic yang teratur dapat
memperlancar peredaran darah sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Olahraga
dapat mengurangi atau mencegah obesitas serta mengurangi asupan garam ke dalam
tubuh. Garam akan keluar dari dalam tubuh bersama keringat.
h. Lingkungan dan geografis
Faktor lingkungan dan geografis dapat mempengaruhi kemungkinan tinggi
rendahnya tekanan darah seseorang.
i. Stres
Stres dapat meningkatkan tekanan darah dalam jangka waktu pendek dengan
mengaktifkan bagian otak dan sistem saraf yang biasanya mengendalikan
mengendalikan tekanan darah secara otomatis.

j. Merokok
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nikotin dapat meningkatkan penggumpalan
darah dalam pembuluh darah dan juga dapat menyebabkan pengapuran pada dinding
pembuluh darah.
k. Konsumsi Alkohol
Efek dari konsumsi alkohol merangsang hipertensi karena adanya peningkatan
sintesis kathekolamin yang dalam jumlah besar dapat memicu kenaikan tekanan darah.
Konsumsi alkohol yang berlebihan terkadang diketahui setelah pemeriksaan darah
rutin.
2. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder penyebabnya dapat diketahui, muncul secara tiba-tiba dengan
pemicunya antara lain, penyakit ginjal, pemakaian kontrasepsi oral, terganggunya
keseimbangan hormone (Palmer dan Bryan, 2007 hal :7)
D. Kerangka Teoritis
Menurut teori Dalimantra, dkk(2008) dan Palmer (2007) berbagai faktor yang
menyebabkan hipertensi antara lain keturunan, jenis kelamin, usia,ras, obesitas,
konsumsi garam berlebih, kurang olahraga, stres, kurang berolahraga, lingkungan dan
geografis, merokok, konsumsi alkohol dan penyakit penyerta.

Bagan 2.1.
Kerangka Teoritis

1. Hipertensi Primer :
 Keturunan
 Jenis kelamin
 Usia
 Ras
 Obesitas
 Konsumsi garam berlebih *
 Kurang Berolahraga*
 Stres*
 Lingkungan dan Geografis
 Merokok*
 Alkohol
 Stress *
Hipertensi

2. Hipertensi Sekunder
 Penyakit penyerta *
 Pemakaian kontrasepsi oral

Sumber : Dalimantra (2008), Palmer dan Bryan (2007)


Keterangan : *adalah variabel yang akan diteliti Hipertensi Primer yaitu (Konsumsi garam berlebih,
kurang berolahraga, stress, dan merokok) dan hipertensi sekunder (penyakit
penyerta:ginjal, diabetes mellitus,rematik).
E. Faktor- faktor yang berhubungan dengan hipertensi
a. Konsumsi Garam Berlebih
Permadi(130, jika konsumsi garam <3 gr/hari maka kemungkinan terjadinya
hipertensi beberapa %(persen) saja, namun jika konsumsi garam antara 5-15 gr/hari
maka kemungkinan hipertensi meningkat menjadi 15-20%.
Terjadinya hipertensi karena konsumsi natrium juga dipengaruhi oleh genetik
dan kerusakan fisiologis. Selain pada garam dapur, natrium juga terdapat pada
minuman bersoda, penyedap rasa, dan bahan pengawet pada produk makanan kaleng
ataupun siap saji.
b. Stres
Stres melalui aktifasi saraf simpatik dapat meningkatkan tekanan darah. Stress
dapat timbul dari berbagai pemicu seperti brbagai macam pekerjaan (Parmadi, 20: hal
3).

c. Kurangnya Berolahraga
Olahraga seperti bersepeda, jogging, dan aerobic yang teratur dapat
memperlancar peredaran darah sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Olahraga
dapat mengurangi atau mencegah obesitas serta mengurangi asupan garam ke dalam
tubuh. Garam akan keluar dari dalam tubuh bersama keringat.
d. Merokok
Faktor kebiasaan seperti merokok disinyalir memicu hipertensi. Merokok dapat
meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah tinggi karena pengaruh nikotin dalam
peredaran darah.

e. Penyakit Penyerta Hipertensi


1. Diabetes Melitus
Penyakit diabetes mellitus merupakan gagngguan pengolahan gula (glukosa) oleh
tubuh karena kekurangan insulin. Hipertensi sering ditemukan pada penderita diabetes
mellitus karena semakin tinggi larutan gula dalam darah maka kepekatan darah juga
semakin tinggi dan menyebabkan tekanan osmosis darah meningkat. Kerja jantung
untuk memompa darah juga semakin berat (Parmadi hal: 6)
2. Penyakit Ginjal
Tekanan darah diatas normal mengakibatkan rusaknya pembuluh darah pada
ginjal hingga dapat menyebabkan gagal ginja(Bryan dan William, 2007).
3. Rematik
Rematik umumnya merupakan gangguan dari system imunitas tubuh. Berbagai
macam jenis rematik dari yang ringan hingga yang berat sepert rheumatoid arthritis dan
dapat menyerang berbagai jenis organ seperti ginjal, jantung, mata sehingga
memperberat kerusakan organ yang ditimbulkan hipertensi (Wijayakesuma, :hal 4)

E. Kerangka Konsep
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka peneliti membuat kerangka
konsep penelitian sebagai berikut:
Bagan 2.2
Kerangka Konsep
Variabel independent: Variabel dependent:
Hipertensi Primer :
Konsumsi garam berlebih
Stres
 Kurang berolahraga
Merokok
Hipertensi Sekunder:
Penyakit penyerta (penyakit ginjal, Dm, Rematik)

Hipertensi
Sumber : Dalimantra (2008), Palmer dan Bryan (2007)

F. Hipotesis
1. Ada hubungan antara konsumsi garam berlebih dengan terjadinya penyakit hipertensi di
Poli Penyakit Dalam RSUD Raden Mattaher
2. Ada hubungan kurang berolahraga dengan terjadinya penyakit hipertensi di Poli
Penyakit Dalam RSUD Raden Mattaher Jambi.
3. Ada hubungan stres dengan terjadinya penyakit hipertensi di Poli Penyakit Dalam
RSUD Raden Mattaher Jambi.
4. Ada hubungan merokok dengan terjadinya penyakit hipertensi di Poli Penyakit Dalam
RSUD Raden Mattaher Jambi.
5. Ada hubungan penyakit penyerta dengan terjadinya penyakit hipertensi di Poli Penyakit
Dalam RSUD Raden Mattaher Jambi.

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi “Analitik”
yaitu suatu rancangan penelitian yang bertujuan untuk memperoleh penjelasan tentang
faktor-faktor risiko dan penyebab penyakit dengan rancangan cross-sectional dimana
suatu rancangan penelitian observasional yang dilakukan untuk mengetahui hubungan
variabel independen dengan variabel dependen dengan pengukuran dilakukan
sererntak(Budiman, 2011: 110).
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah responden yang menderita hipertensi yang
berobat ke Poli Penyakit Dalam RSUD Raden Mattaher Jambi pada tahun 2012.
2. Sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian ini secara quota sampling adalah
responden yang menderita hipertensi yang berobat ke poli penyakit dalam RSUD
Raden Mattaher Jambi pada tahun 2011. Dengan memperkirakan dari perumusan
Notoatmodjo (2005: hal 92) sebagai berikut :
n =

dimana:
N : Besar Populasi
n : Besar sampel
d : Tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan

C. Teknik Analisa Data


Analisa data pada studi cross sectional dilakukan melalui uji statistik untuk
menjawab hipotesis yang digunakan untuk mengetahui basar risiko variabel
independen terhadap variabel dependen. Dalam penelitian ini menggunakan analisis
data bivariat.
Analisis bivariat ini dilakukan terhadap dua variabel yang diduga
berhubungan atau berkolerasi yakni variabel independent (Konsumsi garam berlebih,
Kurang berolahraga, Stres, Merokok, dan Penyakit Penyerta) dengan penyakit
hipertensi sebagai variabel dependent. Dalam analisis ini dilakukan pengujian statistik,
dengan Chai Square (X).
Rumus uji chai square adalah:
X2= ∑[(fo-fe)2]
Keterangan :
X2 :
fo :
fe :

D. Instrumen Penelitian
Instrument penelitian yang digunakan sebagai alat pengambilan data adalah
kuisioner dan wawancara terpimpin dan observasi sistematika dalam mengumpulkan
data ini dibantu oleh pihak yang dipilih oleh peneliti sendiri dengan latar belakang yang
sama dengan peneliti yaitu mahasiswi Akper Telanai Bhakti Jambi.
E. Definisi Operational
tabel 3.1. Definisi Opperasional
N Definisi Alat Cara Hasil
Variabel Skala
o Operasional Ukur Ukur Ukur
Hiper- Hipertensi 52 %
1. Tensimeter Ordinal
tensi sekunder sekunder
adalah tekanan 48%
darah tinggi primer
yang tidak
diketahui pasti
penyebabnya
Hipertensi
Primer adalah
tekanan darah
tinggi yang
diketahui
penyebabnya
Dimana
penderita
mengonsumsi
Kon- garam berlebih
sumsi atau tidak, jika 68 % ya
2. Kuisioner Wawancara Ordinal
garam ya lebih dari >1 42% tidak
berlebih sendok
teh dan tidak
jika < 1 sendok
teh
Penderita
mengalami
60 % ya
suatu tekanan
3. Stres Kuisioner Wawancara Ordinal 40 %
yang
tidak
menimbulkan
stres
Penderita
memiliki
65 %
4. Kurang kebiasaan
Kuisioner Wawancara Ordinal kurang
berlolahraga jarang latihan
olahraga
fisik secara
teratur
Menghisap
tembakau
54 %
Me- dengan
5. Kuisioner Wawancara ordinal perokok
rokok menghisap
46% tidak
asapnya
dengan
menggunakan
rokok

Keadaan 66 %
tekanan darah menderita
tinggi yang penyakit
Penyakit disebabkan penyerta
6. Kuisioner Wawancara ordinal
penyerta oleh penyakit 44% tidak
ginjal, diabetes menderita
mellitus, dan penyakit
rematik penyerta

Вам также может понравиться