Вы находитесь на странице: 1из 8

AGROTROP, 5 (1): 1 – 8 (2015) © Fakultas Pertanian Universitas Udayana

ISSN: 2008-155X Denpasar Bali - Indonesia

Pemberian Pupuk N, P, dan K Berdasarkan Pengelolaan Hara Spesifik


Lokasi untuk Meningkatkan Produktivitas Kedelai
(Review)
KARSIDI PERMADI*) DAN YATI HARYATI

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat


Jl. Kayuambon No. 80 Lembang Bandung
*) Email : karsidipermadi@yahoo.co.id
ABSTRACTS

Applicationof N, P, and K Fertilizer Based on Site-Specific Nutrient ManagementforAn


increase of Productivity of Soybean.Soybean productivity in Indonesia is still low, it is
about 1.25 t ha-1.This is due to the same dose of fertilizer in all location.In this case,
fertilization is on the recommendation i.e. 25-75 kg urea ha-1 + 50-100 kg SP-36 ha-1 + 50-100
kg KCl ha-1 for soybean in all locations.Though each location farmland have different levels
of soil fertility. Soybean commodities can compete with other plants when minimum
productivity of 2.18 t ha-1 of dry beans, it is able to provide a higher profit than corn. To that
end, soybean fertilizer recommended by site-specific nutrient management (SSNM) by using
the method of paddy soil test device, and dry soil test device that can determine soil nutrient
classes to categories of low, medium and high.N fertilizer on soil classes, including low,
medium, and high dose respectively at 174, 152, and 117 kg urea ha-1. For P fertilizer
application on soil nutrient classes, including low, medium, and high doserespectively at 104,
80, and 40 kg ha-1 SP-36. Likewise K fertilizer application on soil nutrient classes, including
low, medium, and high each at doses of 210, 190, and 150 kg ha-1 KCl. In addition, supported
by the use of new varieties of soybean large seed that high productivity and achieve the
results expected in all locations soybean.Then the government provides support for input
subsidies in the form of primary production facilities such as seed, fertilizer, and pesticides
that farmers are interested in returning to planting soybeans and soybean prices ensure
incentives for farmers. Things like this will spur farmers to increase productivity so that
soybean self-sufficiency is achieved. In the end domestic soybean demand can be met so that
the government no longer to import soybeans.

Keywords: fertilizer N, P, and K, SSNM, Soybeans


PENDAHULUAN
Kedelai merupakan komoditas tahun bertambah terus maka kebutuhan biji
terpenting karena kaya protein nabati yang kedelai semakin meningkat untuk bahan baku
diperlukan untuk peningkatan gizi industri olahan pangan (tahu, tempe, kecap,
masyarakat. Protein nabati ini selain aman susu kedelai, tauco dan sebagainya)
bagi kesehatan juga relatif murah (Sudaryanto dan Swasti, 2007).
dibandingkan sumber protein hewani. Sejalan Tanaman kedelai sampai saat ini
dengan pertumbuhan penduduk yang setiap perkembangannya berjalan sangat lambat
1
Karsidi Permadi dan Yati Haryati: Pemberian Pupuk N, P, dan K Berdasarkan…

sehingga petani kurang minat dikarenakan menerapkan tumpangsari kedelai dengan


produktivitas kedelai masih rendah rata-rata tanaman ubi kayu merupakan tambahan hasil
sekitar 1,25 t/ha mengakibatkan kalah kedelai yang cukup baik di samping juga
bersaing dengan komoditas palawija lain mampu memperbaiki kesuburan tanah pada
seperti jagung hibrida. Oleh karena itu, areal tanaman ubi kayu (Harsono dan
tanaman kedelai dari tahun ke tahun terjadi Subandi, 2013).
penurunan luasan panen. Komoditas kedelai Oleh karena itu, Adisarwanto et al.,
mampu bersaing dengan jagung, jika (2007) mengatakan bahwa adopsi teknologi
produktivitasnya bisa mencapai 2,18 t/ha yang paling mudah dan murah bagi petani
dengan mendapatkan keuntungan lebih tinggi adalah penggunaan varietas unggul baru
(VUB) yang mempunyai produktivitas tinggi.
(Krisdiana,2012). Rendahnya produktivitas Sewlain itu, kualitas biji kedelai dalam negeri
kedelai ini disebabkan masih menggunakan dan impor tidak terdapat perbedaan, bahkan
pemupukan anjuran yang bersifat sebagai kedelai dalam negeri berkadar protein lebih
pupuk starter.Padahal hara N diperlukan tinggi (>40%) dibandingkan kedelai impor
tanaman kedelai pada awal pertumbuhan (36%), sebaliknya untuk kadar lemak biji
untuk pertumbuhan bintil akar. Untuk itu, kedelai impor lebih tinggi (> 21 %),
sedangkan kadar biji kedelai dalam negeri
tanaman kedelai memerlukan hara N, P, dan
sekitar 19-20%. Apabila dilihat dari ukuran
K dalam jumlah banyak untuk mencapai biji kedelai dalam negeri sama dengan
produktivitas yang optimal. Produksi kedelai ukuran biji kedelai impor. Varietas Bromo,
sampai saat ini masih belum dapat memenuhi Burangrang, Baluran, Panderman,
kebutuhan dalam negeri, apalagi untuk Mahameru, dan Grobogan bobot 1.000 butir
mencapai swasembada kedelai. Oleh karena sekitar 13-18 g (Adisarwanto, 2008). Oleh
itu, target untuk swasembada kedelai perlu karena itu, agar tercapai swasembada kedelai
maka harus memperhatikan kedelai yang
penggunaan varietas unggul baru (VUB)
mempunyai ukuran biji besar dan
yang berbiji besar dan produktivitasnya produktivitasnya tinggi di atas 2,50 t/ha.
tinggiatau ≥ 2,50 t/ha (Tabel 1). Produksi Menurut Adie et al., (2010), kedali berbiji
kedelai dalam negeri sampai saai ini hanya besar banyak digunakan untuk bahan baku
mampu memenuhi 30-40% kebutuhan tempe. Namun, dalam peningkatan
nasional, sedangkan kebutuhan sekitar 3 juta produktivitas ini perlu ditunjang oleh
penambahan pupuk N, P, dan P yang optimal
ton maka perlu dilakukan impor kedelai.
sehingga hasil yang diperoleh lebih
Keadaan untuk mengatasi permasalahan ini meningkat lagi.
diperlukan perluasan panen kedelai baik
dilahan kering maupun di lahan sawah Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui
seperti dilahan sawah irigasi, sawah tadah tambahan hara N, P, dan K yang diberikan
hujan dan lahan pasang surut, serta berdasarkan PHSL (pengelolaan hara spesifik
pengembangan areal panen kedelai terutama lokasi) sesuai dengan kebutuhan tanaman
di Sumatra dan Kalimantan dengan kedelai dan daya dukung tanah agar
mencapai tingkat hasil optimal.

PERANAN HARA N, P, DAN K PADA Unsur N, P dan K diserap oleh tanaman


TANAMAN KEDELAI dan digunakan dalam proses metabolisme
2
AGROTROP, 5 (1): 1 – 8 (2015) © Fakultas Pertanian Universitas Udayana
ISSN: 2008-155X Denpasar Bali - Indonesia

tanaman. Suplai hara yang cukup membantu (Nurhayati et al., 2014). Sebaliknya bila
terjadinya proses fotosintesis dan pemberian hara N yang berlebihan akan
menghasilkan senyawa organik yang akan memperpanjang fase vegetatif tanaman.
diubah dalam bentuk ATP pada saat Selain itu, unsur Nitrogen yang diberikan
berlangsungnya proses respirasi, selanjutnya dalam jumlah minimum dapat
ATP digunakan untuk membantu memaksimalkan penambatan N oleh
pertumbuhan tanaman. Selama pertumbuhan Rhizobium (Mulyadi, 2012).
reproduktif akan terjadi pemacuan
pembentukan bunga, polong serta biji kedelai

Tabel 1. Beberapa varietas unggul baru (VUB) kedelai berdaya hasil tinggi (≥ 2,5 t/ha) dan
biji besar(≥ 10 g) untuk mencapai swasembada kedelai.

UkuranBiji(g/100 Umurpanen
No. NamaVareitas TahunDilepas Potensihasil(t/ha)
butir) (hari)
1. Kawi 1998 2,80 10,50 88
2. Burangrang 1999 2,50 17,00 82
3. Merubetiri 2002 3,00 14,00 95
4. Baluran 2002 3,50 17,00 80
5. Ratai 2004 2,70 10,50 90
6. Rajabasa 2004 3,90 15,00 85
7. Argopuro 2005 3,05 17,80 84
8. Arjasari 2005 4,68 22,00 100
9. Deta-1 2008 3,45 14,84 84
10. Detam-2 2008 2,96 13,54 82
11. Grobogan 2008 3,40 18,00 76
12. Kipas Merah 2008 3,50 12,00 90
Bireuen
13. Mitani 2008 3,20 12,80 90
14. Mutiara 1 2010 4,10 23,20 82
Sumber: Suhartina, 2010

Ketersediaan unsur Pdi dalam tanah menghasilkan energi yang sangat dibutuhkan
yang dapat diserap oleh tanaman,dapat untuk pertumbuhan dan perkembangan
membentuk ATP, sehingga dapat tanaman. Peningkatan laju fotosintesis akan
mempercepat laju fotosintesis yang meningkatkan jumlah asimilat yang
selanjutnya menghasilkan fotosintat. dihasilkan sehingga energi yang tersedia
Peningkatan ketersediaan unsur P dan N menjadi lebih banyak yang dapat digunakan
dalam tanah melalui pemupukan dan fiksasi untuk peralihan dari fase vegetatif ke fase
N oleh rhizobium, dapat memacu aktifitas generatif. Proses pembentukan dan
fotosintesis. Hasil fotosintesis akan dirombak perkembangan biji berkaitan erat dengan

3
Karsidi Permadi dan Yati Haryati: Pemberian Pupuk N, P, dan K Berdasarkan…

ketersediaan asimilat atau fotosintat dari laju menyebabkan daun tua berubah menjadi
dan fotosintesis pada fase pertumbuhan. berwarna gelap dan berubah menjadi kuning
Apabila proses ini belum berjalan secara dan gugur sebelum waktunya. Batang
optimal akan mempengaruhi perkembangan berubah menjadi berwarna ungu, karena
bobot biji.Selain itu, peranan unsur phosfat adanya akumulasi antosianin. Selain itu,
untuk pertumbuhan sel, pembentukan akar menghambat pembentukan bintil akar,
dan rambut akar dapat memacu pertumbuhan perkembangan akar, polong dan biji.
akar, fotosintat akan ditranslokasikan ke Sedangkan kekurangan unsur K, pertama
polong, sehingga lebih cepat terisi dan umur terlihat perubahan pada daun tua yaitu
panen lebih awal.Sedangkan pupuk kalium timbulnya klorosis diantara tulang daun atau
karena kalium terlibat dalam pembentukan tepi daun. Pada tingkat kekahatan yang
protein dan lemak, menguatkan tanaman, parah, klorosis meluas sampai pangkal daun
akar, daun, bunga, dan buah tidak mudah dan hanya meninggalkan warna hijau pada
rontok, serta sebagai sumber kekuatan bagi tulang daun, pada tingkat sekanjutnya timbul
tanaman menghadapi kekeringan dan nekrosis tepi daun tua menguning,
penyakit (Alfandi, 2011). menggulung ke atas dan selanjutnya
Pemberian N yang berlebihan akan mengering (Taufik dan Sundari, 2012).
mempengaruhi proses fiksasi N oleh
Rhizobium. Nitrat mempunyai kemampuan PUPUK N, P, DAN K PADA KEDELAI
dalam meniadakan perubahan bentuk Pada budidaya kedelai pemberian
rambut-rambut akar yang diperlukan bagi pupukmasih berdasarkan rekomendasi yang
masuknya bagi bakteria, jadi mereduksi bersifat umum yaitu 25-75 kg Urea/ha + 50-
jumlah nodul dan mempengaruhi kegiatan 100 kg SP-36/ha + 50-100 kg KCl/ha
nodula-nodula yang telah terbentuk dengan (Musaddad, 2008 dalamManshuri, 2010).
mereduksi volume jaringan bakteri dan Padahal kondisi status dan keseimbangan
dengan mempengaruhi keseimbangan hara N, P, dan K disetiap lokasi sangat
karbohidrat dan nitrogen dalam tanaman. beragam. Oleh karena itu, pemupukan N, P,
Memasuki fase generatif, tanaman bunga dan dan K pada kedelai yang bersifat umum tidak
buah tidak lagi membutuhkan banyak unsur efesien dan dapat mempercepat degradasi
N (Mulyadi, 2012). lahan, dikarenakan dosis pupuk yang
Kahat N, pada tanaman muda (fase diberikan tidak sesuai dengan yang
vegetatif) warna daun hijau pucat dan pada dibutuhkan tanaman dan daya dukung lahan.
kondisi kekahatan yang parah berwarna Keadaan ini akan terjadi gejala kekahatan
kuning pucat,batang lemah dan memanjang. hara tersamar (hidden hunger) karena tidak
Pada daun tua bagian bawah berwarna ada
kuning dan berguguran sebelum waktunya. anjuran pemupukan kedelai pada lahan yang
Selain itu, pertumbuhan tanaman kerdil, mengalami gejala tersebut (Manshuri, 2012).
warna batang kemerahan, pertumbuhan Oleh karena itu, perlu optimasi pemupukan
polong terhambat, daun mengecil dan N, P, dan K yang diberikan harus sesuai
berdinding tebal sehingga daun menjadi dengan target hasil yang ingin dicapai, dan
keras atau kasar dan berserat. Kahat P akan
4
AGROTROP, 5 (1): 1 – 8 (2015) © Fakultas Pertanian Universitas Udayana
ISSN: 2008-155X Denpasar Bali - Indonesia

berdasarkan pemupukan spesifik lokasi P, dan K bagi tanaman kedelai tergantung


(PHSL) untuk tetap mempertahankan status pada hasil analisis tanah untuk mencapai
kesuburan lahan. Kebutuhan optimal hara N, hasil optimal, dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rekomendasi pemupukan N, P, dan K untuk tanaman kedelai pada setiap kelas hara
tanah.

Kelas hara Kategori Takaran pupuk Waktu Pemberian


tanah (kg/ha) 10 HST 30 HST
N Rendah 174 Urea 70% 30%
Sedang 152 Urea 70% 30%
Tinggi 117 Urea 70% 30%
P Rendah 104 SP-36 100% -
Sedang 80 SP-36 100% -
Tinggi 40 SP-36 100% -
K Rendah 210 KCl 70% 30%
Sedang 190 KCl 70% 30%
Tinggi 150 KCl 70% 30%
Sumber : Franzel, 1999dalam Manshuri ( 2012); Taufiq dan Sundari (2012); Wijanarko dan
Taufiq (2008)

Wijanarko dan Taufik (2008) 3. Kelas status hara tinggi memerlukan


mengatakan bahwa dengan adanya kelas pupukyang sedikit, respon pemupukan
status hara yang dikatagorikan rendah, rendah, tambahan pupuk hanya untuk
sedang, dan tinggi itu dapat memberikan pemeliharaan kesuburan tanah.
informasi khusus tentang respon hasil yang Untuk mengetahui suatu hasil kelas
diharapkan sebagai berikut : hara tanah ini bila dilakukan baik dengan
1. Kelas status hara rendah analisa secara analisis tanah di laboratoriun,
mengidikasikan kebutuhan pupuk yang maupun dengan menggunakan metode PUTS
lebih banyak, respon pemupukan (perangkat uji tanah sawah) bagi lahan
tinggi, tanpa pupuk gejala kahat akan sawah, atau metode PUTK (perangkat uji
muncul, pertumbuhan tanaman tanpa tanah kering) untuk lahan kering. Analisis
pupuk tidak normal, kemungkinan mati tanah dengan menggunakan metode PUTS
kecil meskipun tidak berbuah. atau PUTK dapat diperoleh lebih cepat
2. Kelas status hara sedang menunjukkan sehingga pada saat itu juga diketahui kadar
kebutuhan hara sedang, respon hara N, P, dan K hasilnya di lapamgan bila
pemupukan sedang, tanpa pupuk dibandingkan dengan analisis tanah di
pertumbuhan tanaman kurang normal, laboratorium. Akan tetapi hasil datanya
gejala kahat tidak muncul, dan sedikit kurang akurat dari hasil analisis tanah
produksi rendah. di laboratorium. Walaupun demikian, metode
PUTS dan PUTK banyak digunakan untuk

5
Karsidi Permadi dan Yati Haryati: Pemberian Pupuk N, P, dan K Berdasarkan…

menjawab hasil analisa tanah secepatnya mencapai target swasembada kedelai maka
dalam menetukan kebutuhan hara N, P, dan pemerintah perlu adanya kebijakan agar
K yang diberikan pada tanaman petani berminat lagi untuk bertanam kedelai.
kedelai.Takaran pupuk N dan K diberikan Oleh karena itu, kebijakan pemerintah untuk
dua kali, pertama masing-masing 2/3 bagian meningkatkan minat petani adalah dukungan
bersamaan dengan pupuk P padatanaman subsidi input yang menjadi sarana produksi
berumur 10 hari setelah tanam, dan kedua utama (benih, pupuk dan pestisida), dan
pupuk N dan K sisa masing-masing 1/3 memastikan insentif harga kedelai bagi
bagian diberikan pada tanaman kedelai petani. Selain itu, petani kedelai pemberian
menjelang berbunga atau umur 30 hari pupuk N, P, dan K harus berdasarkan PHSL
setelah tanam (Subandi dan Wijarnako, (pemupukan hara spesifik lokasi) untuk
2013). mencapai produktivitas yang diharapkan.
Unsur hara N diberikan untuk Dalam rangka upaya untuk mencapai
menjaga pertumbuhan dan menyediakan produktivitas yang tinggi perlu juga petani
karbohidrat yang cukup bagi pertumbuhan menggunakan varietas unggul baru (VUB)
bakteri penambat N (Franzen, 1999dalam kedelai yang mempunyai ukuran biji besar
Manshuri, 2012). Sedangkan kondisi yang disukai pengrajin olahan kedelai seperti
lingkungan yang menghambat pertumbuhan tempe, tahu, kecap hitam (kedelai hitam),
bakteri penambat N antara lain suhu rendah, susu kedelai, dan tauco.
kandungan N tinggi, kondisi air (kekeringan Sampai saat ini produksi kedelai dalam
maupun genangan), dan pemadatan tanah negeri hanya mampu memenuhi 30-40%
(Franzen, 2013). Menurut Mulyadi (2012), kebutuhan nasional, sedangkan kebutuhan
unsur P yang ada dalam kandungan pupuk sekitar 3 juta ton maka perlu dilakukan impor
NPK berperan penting dalam sintesis ATP kedelai. Keadaan untuk mengatasi
dan NADPH sebagai suplai energi dalam permasalahan ini diperlukan perluasan panen
pembentukan bintil akar dan proses kedelai baik dilahan kering maupun di lahan
penambatan N2 oleh Rhizobium. Untuk unsur sawah seperti dilahan sawah irigasi, sawah
K berperan penting dalam fotosintesis, tadah hujan dan lahan pasang surut, serta
karena secara langsung dapat meningkatkan pengembangan areal panen kedelai terutama
pertumbuhan dan indeks luas daun, sehingga di Sumatra dan Kalimantan dengan
asimilasi CO2 juga meningkat dan berperan menerapkan tumpangsari kedelai dengan
dalam meningkatkan translokasi hasil tanaman ubi kayu merupakan tambahan hasil
fotosintesis ke bagian akar yang digunakan kedelai yang cukup baik di samping juga
oleh rhizobium. Perubahan P pada akar mampu memperbaiki kesuburan tanah pada
tanaman terdiri dari tiga fase, yaitu (1) areal tanaman ubi kayu (Harsono dan
Perubahan P anorganik diserap tanaman Subandi, 2013).
menjadi bentuk senyawa organik, (2)
Perubahan P dari ATP menjadi ADP dan (3) SIMPULAN
Pemecahan dari pirofosfat atau fosfat secara Terdapat 14 jenis kedelai varietas
hidrolisis (Tisdale, 1985). unggul baru (VUB) yang berbiji besar
Selanjutnya dalam upaya untuk
6
AGROTROP, 5 (1): 1 – 8 (2015) © Fakultas Pertanian Universitas Udayana
ISSN: 2008-155X Denpasar Bali - Indonesia

dengan tingkat potensi hasil ≥ 2,50 t/ha biji Susanto., dan Nasir Saleh. 2010.
kering yaitu Kawi, Burangrang, Merubetiri, Potensi Hasil Stabilitas dan Karakter
Baluran, Ratai, Rajabas, Argoruro, Arjasari, Agronomik Galur Harapan kedelai
Berbiji Besar. Jurnal Penelitian
Deta-1, Detam-2, Grobogan, Kipas merah
Tanaman Pangan, 29 (1) : 24-28.
Bireuen, Mitani, Dan Mutiara. Kedelai Adisarwanto, T. 2008. Budi Daya Kedelai
varietas Mutiara 1 dan Arjasari berpotensi Tropika. Penebar Swadaya. 76p.
hasil masing-masing sekitar 4,10 dan 4,68 Adisarwanto, T., Subandi., dan Sudaryono.
t/ha biji kering. 2007. Teknologi Produksi Kedelai.
Kedelai dipupuk berdasarkan Kedelai Teknik Produksi dan
pengelolaan hara spesifik lokasi (PHSL) Pengembangan. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Pusat
dengan metoda nalisis perangkat uji tanah
Penelitian dan Pengembangan
sawah (PUTS) bagi lahan sawah di musim Tanaman Pangan. p : 229-252.
kemarau, dan metode perangkat uji tanah Alfandi. 2011. Respon Pertumbuhan Dan
kering (PUTK) untuk lahan kering yang Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max
menentukan kelas hara tanah termasuk L. Merrill) Kultivar Anjasmoro
rendah, sedang dan tinggi. Penambahan Terhadap Inokulasi Cendawan
pupukN pada kelas hara tanah termasuk Mikoriza Vasikular Arbuskular (MVA)
Dan Pemberian Pupuk Kalium, Jurnal
rendah, sedang dan tinggi masing-masing
Agrotropika, 16(1): 9 - 13.
sebesar 174, 152, dan 117 kg/ha Urea. Untuk Franzen. 2013. Soybean Soil Fertility. Soil
pemberian pupuk P pada kelas hara tanah Science Specialist. 1-8p.
termasuk rendah, sedang, dan tinggi masing- Krisdiana, R. 2012. Daya saing dan faktor
masing pada takaran 104, 80, dan 40 kg/ha determinan usahatani kedelai di lahan
SP-36. Begitu juga penambahan pupuk K sawah. Jurnal Penelitian Tanaman
Pangan, 31(1) : 6-12.
pada kelas hara tanah termasuk rendah,
Manshuri, A. G. 2010. Pemupukan N, P, dan
sedang, dan tinggi masing-masing pada K pada kedelai sesuai kebutuhan
takaran 210, 190, dan 150 kg/ha KCl. tanaman dan daya dukung lahan. Jurnal
Dengan penerapan teknologi ini Penelitian Pertanian Tanaman Pangan.
pemerintah perlu memberikan dukungan 29 (3): 171-179.
subsidi input berupa sarana produksi utama Manshuri, A. G. 2012. Optimasi Pemupukan
yaitu benih pupuk, dan pestisida suaya petani NPK Pada Kedelai Untuk
Mempertahankan Kesuburan Tanah
berminat kembali untuk bertanam kedelai
dan Hasil Tinggi di Lahan Sawah.
serta memastikan insentif harga kedelai bagi Iptek Tanaman Pangan, 7 (1) : 38 - 46.
petani. Ini target swasembada kedelai Mulyadi, A. 2012. Pengaruh Pemberian
tercapai sehingga kebutuhan dalam negeri Legin, Pupuk NPK (15:15:15) Dan
terpenuhi dan pemerintah tidak perlu impor Urea Pada Tanah Gambut Terhadap
lagi. Kandungan N, P Total Pucuk Dan
Bintil Akar Kedelai (Glycine max (L.)
Merr.). Jurnal Kaunia, 8 (1) : 21-29.
DAFTAR PUSTAKA Nurhayati, Razali., dan Zuraida. 2014.
Adie, M. M., H. Soewanto., Teguh Agus Peranan Berbagai Jenis Bahan
C.P., Joko S. Wahono., G.W.A. Pembenah Tanah Terhadap Status Hara
P Dan Perkembangan Akar Kedelai
7
Karsidi Permadi dan Yati Haryati: Pemberian Pupuk N, P, dan K Berdasarkan…

Pada Tanah Gambut Asal Ajamu Suhartina. 2010. Deskripsi Varietas Unggul
Smumatera Utara. Jurnal Floratek, 9: Kacang-Kacangan dan Ubi-Ubian.
29 – 38. Balitkabi. 179 p.
Subandi, dan A. Wijarnako. 2013. Pengaruh Taufiq, A., dan T. Sundari. 2012. Reapon
teknik pemberian kapur terhadap tanaman kedelai terhadap lingkungan
pertumbuhan dan hasil kedelai pada tumbuh. Buletin Palawija, No. 23 : 13-
lahan kering masam.Jurnal Penelitian 28.
pertanian Tanaman Pangan, 32 (3): Tisdale, S.l., W.L. Nelson & J.D. Beaton.
171-178. 1985. Soil Fertility and Fertilizer.
Sudaryanto, T., dan D. K.S Swastika. 2007. MacMillan Pub. Co. New York
Ekonomi Kedelai di Indonesia. Kedelai Wijanarko, A., dan A. Taufiq. 2008.
Teknik Produksi dan Pengembangan. Penentuan kebutuhan pupuk P untuk
Badan Penelitian dan Pengembangan tanaman kedelai, kacang tanah dan
Pertanian. Pusat Penelitian dan kacang hijau berdasar uji tanah di lahan
Pengembangan Tanaman Pangan. p : kering masam ultisol. Buletin Palawija,
1-27. No. 15 : 1-8.

Вам также может понравиться