Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa (YME) atas rahmat dan serta hidayah-
Nya, Saya beserta kelompok dapat menyelesaikan Tugas Makalah Mata Kuliah
Manajemen Keuangan dengan topik “Akuisisi SCTV dan Indosiar”.
Laporan ini disusun sesuai dengan proses analisis mengenai segala yang telah kami
lakukan tentang merangkum berbagai macam sumber dari buku, jurnal, makalah dan situs
yang terkait
Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam proses
penyusunan. Oleh karena itu saya menerima segala kritik dan saran, agar kami dapat
memperbaiki laporan penyusunan Tugas Makalah Mata Kuliah Manajemen Keuangan
dengan topik “Akuisisi SCTV dan Indosiar”.
Akhir kata Kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan juga
inspirasi terhadap pembaca.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
Merger dan Akuisisi yang akan dilakukan oleh PT Surya Citra Media Tbk (SCTV)
terhadap PT Indosiar Karya Media Tbk (Indosiar) telah menjadi perbincangan yang hangat
di kalangan masyarakat sejak berita ini berhembus dari tahun 2008 lalu.
Seperti yang kita ketahui PT Surya Citra Media Tbk (SCTV) merupakan salah satu
stasiun televisi terkemuka yang berdiri pada tahun 1993, berbekal SK Menteri Penerangan
No 111/1992 SCTV melakukan siaran nasional ke seluruh Indonesia sedangkan PT Indosiar
Karya Media Tbk (Indosiar) merupakan salah satu stasiun televisi swasta nasional di
Indonesia yang tidak kalah terkemuka dan beroperasi dari Jakarta sejak tahun 1994. Kedua
perusahaan tersebut sama-sama bergerak dalam bidang pernyiaran pertelevisian di Indonesia
dan tentu saja sepak terjang dari kedua perusahaan tersebut sudah tidak bisa diragukan lagi.
Merger dan Akuisisi yang akan dilakukan kedua perusahaan ini diduga dan
dikhawatirkan menimbulkan monopoli karena antara SCTV dan Indosiar dipandang
memiliki pangsa lumayan besar di Indonesia. Terlepas dari permasalahan monopoli merger
dan akuisisi yang akan dilakukan kedua perusahaan tersebut terhalang oleh Undang-undang
Nomor 32 tahun 2002 tentang Penyiaran, dimana tidak memperbolehkan dua stasiun televisi
dimiliki satu pemilik. Dari permasalahan-permasalahan inilah untuk itu kami akan
melakukan analisis mengenai Merger dan Akuisisi SCTV terhadap Indosiar, dimana apakah
dampak dari Merger dan Akuisisi yang dilakukan oleh kedua perusahaan tersebut
menghasilkan hasil positif maupun negatif.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan marger, akuisisi, dan konsolidasi
2. Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor melakukan merger atau akuisisi
3. Untuk mengetahui apa saja faktor penentu keberhasilan merger dan akuisis
4. Untuk mengetahui SCTV dan INDOSIAR
5. Untuk mengetahui latar belakang dan proses SCTV dan INDOSIAR mengakuisisi
6. Untuk mengetahui apa saja sebelum dan sesudah akuisisi
.
3
1.4 Manfaat
Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan baik secara teoritis
maupun secara praktis. Secara teoritis makalah ini berguna sebagai bahan pertimbangandan
acuan untuk menambah ilmu dalam Perbankan. Secara praktis makalah ini diharapkan
bermanfaat bagi :
1. Bagi Penulis
- Memberikan penambahan wawasan serta pengalaman dalam penulisan tentang
materi Akusisi SCTV dan INDOSIAR
- Memberikan pengetahuan tambahan dan dapat dimanfaatkan atau di
implementasikan dimasa yang akan datang dalam mengambil suatu keputusan
didalam perbankan ataupun organisasi
2. Bagi Lembaga
- Serta dapat dijadikan sebagai bahan untuk meningkatkan kwalitas mahasiswa di
masa depan
3. Bagi Pembaca
- Dapat sebagai bahan informasi dan pertimbangan dalam penerapan pemahaman
tentang Akusisi SCTV dan INDOSIAR
- Dapat bermanfaat dan memahami dengan mudah mengenal pemahaman tentang
Akusisi SCTV dan INDOSIAR
4
BAB II
PEMBAHASAN
1. Merger ( Penggabungan )
Perusahaan yang di beli atau di merger akan berhenti beroperasi dan pemegang
sahamnya akan menerima sejumlah uang tunau atau saham pada perusahaan yang baru
(Brealey, Myers, & Marcus, 1999, p.598).
5
Bentuk Merger
Bentuk merger dapat dilihat jenis usahanya, status hukum dan metode akuntasinya.
1. Merger Horizontal
Merger Horizontal adalah merger yang dilakukan oleh usaha sejenis (usahanya
sama), misalnya merger antara dua perusahaan roti, merger perusahaan sepatu,
merger perusahaan kapas.
2. Merger Vertikal
Merger Vertikal adalah merger yang terjadi antara perusahaan-perusahaan yang
saling berhubungan, misalnya dalam alur produksi yang berurutan.
3. Merger Konglomerat
Merger Konglomerat ialah merger antara berbagai perusahaan yang menghasilkan
berbagai produk yang berbeda-beda dan tidak ada kaitannya, misalnya perusahaan
sepatu merger dengan perusahaan elektronik, atau perusahaan mobil merger dengan
perusahaan makanan.
Tujuan utama konglomerat ialah untuk mencapai pertumbuhan Badan Usaha dengan
cepat dan mendapatkan hasil yang lebih baik. Caranya ialah dengan saling bertukar
saham antara kedua perusahaan yang disatukan.
4. Merger Congeneric
Kombinasi antara suatu perusahaan dengan perusahaan lainnya, yang kegiatan
operasinya masih berada dalam suatu hubungan antara satu dengan yang lain akan
tetapi hubungan tersebut belum dapat dikatakan sebagai produsen terhadap produk
yang sama atau kompetitor (horisontal) dan bukan juga berhubungan antara
produser-supplier (vertikal). Misalnya gabungan antara perusahaan leasing dengan
bank. Contoh dalam praktik adalah merger antara Backer & Company dengan
perusahaan asuransi Prudential, Sony dan Erricson.
6
2. Bentuk merger dilihat dari status hukumnya terdiri dari:
1. Tatutory Merger
Merger yang dilaksanakan berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku baik yang
berdasarkan undang-undang maupun berdasarkan perjanjian merger yang dibuat oleh
para pihak.
2. Defacto Merger
Yaitu merger tanpa didukung oleh peraturan hukum yang berlaku di tempat
perusahaan-perusahaan yang terlibat merger tersebut berdomisili.
Artinya sejak semula target company dianggap telah bergabung ke dalam acquiring
company. Harta/aktiva target company yang dialihkan kepada acquiring company
dinilai sesuai denga harga buku yang tercatat di dalam pembukuan target company.
Metode ini disebut dengan metode penyatuan kepentingan.
2. Purchase Method
Metode ini dipergunakan apabila merger menimbulkan perubahan pada struktur nilai
pemilikan atas harta/aktiva pada perusaaan penerima penggabungan artinya, harta
atau aktiva target company yang dialihkan kepada acquiring company dinilai
berdasarkan harga pasar yang wajar, bukan harga buku. Metode ini dikenal dengan
metode pembelian
7
2. Akuisisi (Pengambil Alihan)
Akuisisi merupakan pengambil alihan atau takeover dari sebuah perusahaan dengan
cara membeli saham ataupun asset dari perusahaan tersebut. Bedanya dengan merger, pada
akuisisi perusahaan yang telah dibeli akan tetap ada (Brealey, Myers, & Marcus, 1999,
p.598).
Pada proses akusisi, secara sederhana skema nya akan digambarkan sebagai berikut:
Contoh dari proses akuisisi yaitu Aqua yang diakuisisi oleh Danone, Pizza Hut yang telah
diakuisisi oleh Coca Cola, dan lain sebagainya.
Dari sudut pandang pelaku akuisisi, akuisisi dapat dilakukan baik secara internal
maupun secara eksternal. Akuisisi secara internal dilakukan oleh induk perusahaan terhadap
anak perusahaannya atau akuisisi yang dilakukan oleh perusahaan tertentu terhadap
perusahaan lainnya yang masih dalam satu grup perusahaan. Sedangkan akuisisi secara
eksternal dilakukan sebuah perusahaan terhadap perusahaan lain yang tidak memiliki
hubungan apapun dengan perusahaan tersebut atau benar-benar pihak di luar perusahaan
pengakuisisi.
8
Sedangkan dari sudut pandang objek yang diakuisisi, akuisisi dapat dikategorikan sebagai
berikut:
1. Akuisisi Saham
Akuisisi saham dilakukan dengan mengambil alih suatu perusahaan melalui pembelian
saham. Akuisisi ini dilakukan dengan maksud untuk mengambil alih pengendalian
perusahaan. Oleh karena itu, saham yang dibeli biasanya mencapai komposisi minimal
51% dari saham yang diterbitkan oleh perusahaan yang diakuisisi.
2. Akusisi Aset
Akuisisi yang dilakukan dengan cara mengambil alih aset suatu perusahaan, baik
seluruhnya maupun sebagian. Cara ini termasuk upaya meminimalisir risiko agar tidak
menanggung beban hutang dari perusahaan yang diakuisisi.
3. Akuisisi Kombinasi
Saham dan Aset Akuisisi ini dilakukan dengan mengkombinasikan pembelian saham
dan pembelian aset, misalnya 50% merupakan akuisisi saham dan 50% merupakann
akuisisi aset.
Akuisisi ini dilakukan hanya sebatas pada unit usaha dari suatu perusahaan lain.
Sedangkan dari sudut pandang kegiatan usaha, akuisisi dapat dibagi menjadi tiga kategori,
yaitu:
1. Akuisisi Horizontal
Akusisi ini dilakukan oleh perusahaan pengakuisisi terhadap perusahaan lain yang
memiliki bidang usaha yang sama.
2. Akuisisi Vertikal
Akuisisi vertikal dilakukan oleh perusahaan pengakuisisi terhadap perusahaan lain yang
berada di dalam rantai produksi, misalnya akuisisi terhadap perusahaan pemasok bahan
baku atau perusahaan yang menjadi distributor perusahaan pengakuisisi.
3. Akuisisi Konglomerasi
Akuisisi ini dilakukan dengan tujuan untuk memperluas bidang bisnis. Akuisisi
dilakukan oleh perusahaan pengakuisisi terhadap perusahaan lain yang tidak memiliki
hubungan dengan bidang usaha perusahaan pengakuisisi.
9
3. Konsolidasi (Penggabungan)
Konsolidasi adalah proses penggabungan beberapa entitas bisnis menjadi entitas bisnis baru
yang berbeda. Skema konsolidasi adalah sebagai berikut:
Merger Akuisisi
10
Untuk akuisisi saham berbeda dari
Pada proses merger, aktiva dan pembelian saham biasa, hal tersebut
pasiva dari perusahaan yang dikarenakan di dalam akuisisi saham,
Aktiva dan Pasiva menggabungkan perusahaannya akan jumlah saham yang telah dibeli akan
beralih ke dalam perusahaan hasil relative banyak sehingga akan mengubah
merger dan berdasarkan titel hukum posisi si pemegang saham mayoritas atau si
pemegang saham pengendali
Hazel J.Johnson (1995) menyatakan, prasyarat yang harus dianalisis terlebih dahulu dari
kedua Bank yang akan melakukan merger adalah:
1. Kondisi keuangan masing-masing Bank, merger sesama bank sehat atau karena
collapse (dianggap tidak mampu lagi)
2. Kecukupan modal
3. Manajemen, baik sebelum atau sesudah merger.
4. Apakah merger dapat memberi manfaat bagi pengguna jasa Bank tersebut.
Ronnie H. Rusli (1992:30) mengemukakan lima macam alasan suatu perusahaan melakukan
merger, yaitu:
1. Sinergi.
Sinergi adalah kemampuan lebih yang diperoleh dari penggabungan dua atau lebih
kekuatan. Sinergi menggambarkan penggabungan dua faktor akan menghasilkan tenaga
11
yang lebig besar dinbandingkan dengan jumlah tenaga yang dihasilkan sebelum
bergabung. Bila itu diterapkan,
Kartini Muliadi (1992) mengatakan dengan: ”it refer to the ability of a corporate
combination to be more profitable than the individual profit of the firm that were
combined”. Sinergi diperoleh dalam beberapa bentuk. Misalnya sinergi finansial, sinergi
pemasaran, sinergi penjualan dan lain-lain.
Modal kerja bagi suatu perusahaan digunakan untuk pembiayaan yang sifatnya jangka
pendek. Tambahan modal kerja akan lebih mudah diperoleh dari transaksi akuisisi.
4. Meningkatkan Penjualan.
Transaksi merjer dan akuisisi dapat meningkatkan penjualan. Sedikitnya ada dua
kemungkinan penjualan ini meningkat. Pertama, pengambil alihan perusahaan target
yang memproduksi produk sejenis atau berlainan, dan kedua dengan cara mengambil alih
perusahaan target yang bergerak dalam bidang pendistribusian produk.
Manajemen Profesional adalah sumber daya manusia yang semua orang mengakui
merupakan aset perusahaan (meskipun sampai sekarang masih kontroversi bagaimana
cara mengukur ”aset” ini). Melakukan merjer dan akuisisi dengan perusahaan target yang
mempunyai manajer yang profesional akan memperbesar kemungkinan peningkatan
prestasi perusahaan secara keseluruhan setelah bergabung.
Memperoleh laba yang tinggi dari hasil pelemparan produk (meskipun produk baru).
Menurut teoristis dan praktis tidak akan lama diperoleh. Secara alamiah perusahaan lain
akan masuk menjual produk yang sama dan itu artinya persaingan menjadi kuat.
Melakukan merjer dan akuisisi terhadap perusahaan target yang ikut bermain dalam
pemasaran produk dapat memperoleh kedudukan yang kompetisi yang lebih efektif.
12
8. Meningkatkan Efisiensi (Skala Ekonomi).
Berbagai keuntungan yang diperoleh dari segi ekonomis melalui transaksi merjer dan
akuisisi. Murahnya bahan baku, proses produksi, pendistribusian dan lain-lain yang lebih
efisien bila dibandingkan sebelum dilakukan penggabungan.
9. Mengurangi Kompetisi.
Pesaing bagi suatu perusahaan adalah ”musuh”. Melakukan transaksi merjer dan akuisisi
dengan perusahaan target (pesaing) adalah salah satu jalan yang lebih mudah. Tujuannya
pangsa pasar dapat dikuasai dan dikendalikan.
Di Indonesia, UU yang mengatur tentang akuisisi belum ada. Transaksi merger dan
akuisisi yang dilakukan oleh perusahaan go public dapat memperoleh ”keuntungan dari
kekosongan perpajakan”. Setidaknya ada dua keuntungan yang diperoleh. Pertama,
akuisitor melakukan merger dan akuisisi dengan perusahaan yang terus menerus merugi.
Pada saat dibuat laporan keuntungan konsolidasi akhir tahun akan menampakkan rugi,
walaupun sebelumnya akuisitor berlaba.
Memasuki industri baru tentu saja mengambil resiko yang besar. Oleh karena industri ini
kurang perpengalaman dalam menghadapi gejolak perekonomian maupun persaingan,
maka tindakan terbaik akuisitor mengambil alih merger dan akuisisi perusahaan yang
sudah lama berdiri dan berpengalaman serta tingkat resiko yang jauh lebih rendah.
Kapasitas hutang suatu perusahaan tentu terbatas. Perusahaan target dapat memenuhi
keterbatasan itu. Dana pinjaman dari kreditor (pihak ketiga) yang akan lebih mudah
dimanfaatkan untuk tujuan produktif.
13
13. Memecah-mecah Resiko.
Keberhasilan suatu merger dan akuisisi sangat bergantung pada ketepatan analisis
dan penelitian yang menyeluruh terhadap faktor-faktor penyelaras atau kompatibilitas antara
organisasi yang akan bergabung.
faktor penting yang harus dipertimbangkan ketika dua perusahaan atau lebih akan
bergabung.
Menurut Neil Kay (1997), perusahaan dapat berhasil dalam melakukan merger dan
akuisisi apabila terdapat kesamaan atau komplementaritas dalam hal pasar yang ia sebut
sebagai market linkages. Salah satu hasil yang diharapkan dari merger dan akuisisi
adalah sinergi yang dihasilkan oleh meningkatnya akses perusahaan ke pasar baru yang
selama ini tidak tersentuh
Sebagai contoh sarana cross-marketing adalah kekuatan merk salah satu produk akan
memberikan efek kepada produk yang lain yang didapat dari hasil merger dan akuisisi.
2. Faktor Teknologi
Menurut Neil Kay (1997), perusahaan dapat melakukan merger dan akuisisi apabila
terdapat kesamaan atau komplementaritas dalam hal sumber daya teknologi dan
produksi yang ia sebut sebagai technological linkages. Technological linkages ini dapat
meliputi penggabungan proses produksi karena proses yang sama seperti halnya yang
terjadi pada horizontal merger.
Teknologi dapat juga didefinisikan sebagai kemampuan produksi dan inovasi yang
dimiliki oleh perusahaan yang tercermin dari kualifikasi sumber daya manusia, skill dan
keahlian yang mereka miliki, jenis produk yang mereka tawarkan serta peralatan barang
modal yang mereka gunakan.
Budaya organisasi merupakan salah satu aspek non ekonomis yang sangat penting
untuk dipertimbangkan ketika dua perusahaan atau lebih melakukan merger dan akuisis.
14
Dalam banyak kasus merger dan akuisisi diberbagai perusahaan, masalah budaya
seringkali menjadi masalah yang sangat krusial.
Latar belakang budaya yang sangat berbeda diantara karyawan dapat menyebabkan
karyawan enggan untuk melakukan kerja sama, masing-masing berusaha melakukan
sesuatu berdasarkan cara metode yang selama ini telah mereka lakukan diperusahaan
lama mereka, untuk bisa beradaptasi seringkali membutuhkan waktu yang lama.
4. Faktor Keuangan
Salah satu alasan mengapa merger dan akuisisi dilakukan adalah harapan akan
terjadinya sinergi melalui penggabungan sumber daya beberapa perusahaan.
Dari sisi finansial, sinergi ini bermakna kemampuan menghasilkan laba perusahaan
hasil merger dan akuisisi yang lebih besar dari kemampuan laba masing-masing
perusahaan sebelum merger dan akuisisi.
Sinergi inilah yang menjadi syarat awal terjadinya sebuah merger. Sinergi ini
kemudian memungkinkan perusahaan hasil merger dan akuisisi dapat membiayai proses
merger dan akuisisi serta mampu memberikan deviden yang premium kepada pemilik
modal perusahaan.
Efek sinergi dari sebuah merger dan akuisisi bersumber pada dua aktivitas yaitu
sinergi dalam hal operasional dan sinergi dalam hal finansial. Sinergi operasional dapat
terjadi berupa peningkatan pendapatan (revenue enhancement) dan pengurangan biaya
(cost reduction).
- Kelebihan Merger
Merger pada dasarnya memiliki kelebihan yaitu pengambilalihan melalui merger lebih
sederhana dan lebih murah dibanding pengambilalihan yang lain.
- Kekurangan Merger
Dibandingkan dengan akuisisi, merger memiliki beberapa kekurangan, yaitu harus ada
persetujuan dari para pemegang saham masing-masing perusahaan,sedangkan untuk
mendapatkan persetujuan tersebut diperlukan waktu yang lama.
- Kelebihan Akuisisi
Akuisisi memiliki keuntungan baik dari segi keuntungan akuisisi saham maupun akuisisi
aset adalah sebagai berikut:
1. Akuisisi Saham tidak memerlukan rapat pemegang saham dan suara pemegang
saham sehingga jika pemegang saham tidak menyukai tawaran Bidding firm, mereka
dapat menahan sahamnya dan tidak menjual kepada pihak Bidding firm.
15
2. Dalam Akusisi Saham, perusahaan yang membeli dapat berurusan langsung dengan
pemegang saham perusahaan yang dibeli dengan melakukan tender offer sehingga
tidak diperlukan persetujuan manajemen perusahaan.
3. Karena tidak memerlukan persetujuan manajemen dan komisaris perusahaan,
akuisisi saham dapat digunakan untuk pengambilalihan perusahaan yang tidak
bersahabat (hostile takeover).
4. Akuisisi Aset memerlukan suara pemegang saham tetapi tidak memerlukan
mayoritas suara pemegang saham seperti pada akuisisi saham sehingga tidak ada
halangan bagi pemegang saham minoritas jika mereka tidak menyetujui akuisisi.
- Kekurangan Akuisisi
Dari keuntungan yang dimiliki akuisisi, akuisisi juga memiliki kerugian baik dari segi
kerugian akuisisi saham maupun kerugian akuisisi asset yang dimiliki seperti yang
dijelaskan sebagai berikut :
1. Jika cukup banyak pemegang saham minoritas yang tidak menyetujui
pengambilalihan tersebut, maka akuisisi akan batal. Pada umumnya anggaran dasar
perusahaan menentukan paling sedikit dua per tiga (sekitar 67%) suara setuju pada
akuisisi agar akuisisi terjadi.
2. Apabila perusahaan mengambil alih seluruh saham yang dibeli maka terjadi merger.
3. Pada dasarnya pembelian setiap aset dalam akuisisi aset harus secara hukum dibalik
nama sehingga menimbulkan biaya legal yang tinggi.
PT Surya Citra Televisi (SCTV) adalah saluran FTA nasional terkemuka dan teratas
di Indonesia yang mulai beroperasi pada tahun 1990. SCTV disiarkan melalui 39 stasiun
transmisi yang mencakup lebih dari 180 juta penduduk. SCTV menayangkan program yang
komprehensif dan bervariasi, mulai dari variety show, hiburan, drama, musik, berita dan
olahraga. Program populer SCTV diantaranya adalah Inbox, Liputan 6, SCTV Music
Awards, Infotainment Awards, FTV (Film TV) dan berbagai serial drama.
PT Indosiar Visual Mandiri (Indosiar) mulai beroperasi pada tahun 1995, Indosiar
kini diakui sebagai salah satu saluran FTA nasional terkemuka yang berfokus pada
kelompok berpenghasilan menengah-ke-rendah.
16
Indosiar disiarkan melalui 33 stasiun transmisi yang mencakup lebih dari 180 juta
penduduk. Indosiar dikenal sebagai saluran televisi dengan kemampuan pemilihan program
yang menarik, baik program local maupun program produksi sendiri (in-house), yang
terutama didukung oleh fasilitas studio yang memadai. Program populer Indosiar meliputi
antara lain, Dangdut D'Academy, D'Academy Asia dan Stand Up Comedia Academy.
Dalam langkah konsolidasi kedua perusahaan televisi nasional ini, opsi merger
memang sempat menyeruak, selain pilihan akuisisi. Hal ini dipertegas keterbukaan
informasi beberapa waktu lalu, dimana manajemen EMTK dan SCMA mengakui telah
mengantongi persetujuan dari dewan komisaris untuk melakukan merger maupun akuisisi
atas IDKM.
Tujuan dari penggabungan ini adalah untuk efisiensi dan mencapai peningkatan
sinergi kedua perusahaan dan dapat memudahkan investor pasar modal yang akan
berinvetasi pada kegiatan media televisi.
Persaingan ketat bisnis televisi, menutut adanya inovasi dan termasuk efisiensi.
Maka guna menguasai pangsa pasar industri tersebut, PT Elang Mahkota Teknologi Tbk
(EMTK) sebagai induk usaha PT Surya Citra Media Tbk (SCMA) bakal melalukan akuisisi
atau penggabungan antara STCV dengan PT Indosiar Karya Media Tbk (IDKM).
Tujuan dari penggabungan ini adalah untuk efisiensi dan mencapai peningkatan
sinergi kedua perusahaan dan dapat memudahkan investor pasar modal yang akan
berinvetasi pada kegiatan media televisi.
Pilihan akuisisi SCMA dan IDKM adalah pilihan tepat. Terutama mengingat tren di
masa depan, bahwa iklan akan memilih masuk ke industri televisi yang memiliki
infrastruktur kuat, seperti memiliki radio atau koran.
Keuntungan yang didapatkan dari dengan bergabungnya SCMA dan IDKM yaitu
untuk meningkatkan pangsa pasar dan menaikkan penjualan iklan, seperti RCTI, Global TV,
dan MNC TV yang tergabung dalam grup MNC; Trans Tv dan Trans 7 dalam Trans Corp,
kemudian TV One dan ANTV dalam grup Viva.
17
2.10 Strategi Yang Akan Digunakan SCTV
PT. Elang Mahkota Teknologi, Tbk melakukan akuisisi terhadap PT. Indosiar Karya Media,
Tbk adalah sebagai berikut:
1. Menjadi salah satu grup usaha terkemuka di Indonesia dengan menghasilkan dan
mendistribusikan materi siaran kepada pemirsa melalui berbagai platform media.
2. Menjadi rekanan yang tepat bagi penyediaan jasa informasi dan teknologi serta
telekomunikasi bagi korporasi.
3. Meningkatkan kemampuan membuat program siaran dengan menggunakan fasilitas
produksi yang dimiliki oleh PT. Elang Mahkota Teknologi, Tbk maupun PT.
Indosiar Karya Media, Tbk sehingga dapat memaksimalkan efisiensi biaya program
siaran.
4. Menciptakan nilai tambah bagi PT. Elang Mahkota Teknologi, Tbk dan berbagai
pemangku kepentingan
Untuk mempermudah mengetahui secara lebih detail mengenai penambahan platform media
yang didapatkan oleh PT. Elang Mahkota Teknologi, Tbk, dapat dilihat pada tabel di bawah
Tujuan dilakukannya akuisisi oleh PT. Elang Mahkota Teknologi, Tbk pada
Pendapat Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor A11911, poin pertama, yaitu menjadi
salah satu grup usaha terkemuka di Indonesia dengan menghasilkan dan mendistribusikan
materi siaran kepada pemirsa melalui berbagai platform media. Platform media baru ini
diharapkan didapatkan PT. Elang Mahkota Teknologi, Tbk dengan melakukan akuisisi pada
PT. Indosiar Karya Media, Tbk. Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa PT. Elang Mahkota
Teknologi, Tbk memiliki 2 platform media melalui saluran televisi SCTV dan O Channel.
Sedangkan PT. Indosiar Karya Media, Tbk 1 memiliki platform media melalui
saluran televisi Indosiar. Hal ini berarti dengan dilakukannya akuisisi pada PT. Indosiar
Karya Media, Tbk, PT. Elang Mahkota Teknologi, Tbk berhasil mendapatkan platform
media baru, yaitu saluran televisi Indosiar. Setelah akuisisi dilakukan, PT. Elang Mahkota
18
Teknologi, Tbk memiliki 3 platform media melalui saluran televisi SCTV, O Channel dan
juga saluran televisi Indosiar yang baru diakuisisi. Dengan ini, dapat disimpulkan bahwa
tujuan pertama akuisisi ini dilakukan, yaitu berhasil dicapai.
Pendapatan
Untuk mempermudah mengetahui secara lebih detail mengenai penambahan platform media
yang didapatkan oleh PT. Elang Mahkota Teknologi, Tbk, dapat dilihat pada tabel berikut
Pada tabel 2 dapat dilihat bahwa pendapatan PT. Elang Mahkota Teknologi, Tbk
setelah akuisisi meningkat dibandingkan dengan pendapatan sebelum periode akuisisi.
Ratarata pendapatan pada periode sebelum akuisisi adalah sebesar Rp. 3.353.538.263 pada
tahun 2010 dan mengalami peningkatan pada tahun 2011 menjadi sebesar Rp.
4.136.532.904.
19
Efisiensi
Total Asset Turnover (TATO) Perhitungan rasio Total Asset Turnover (TATO) perusahaan
sebelum dan sesudah akuisisi dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.
Pada tabel 3 dapat dilihat bahwa rata-rata rasio TATO PT. Elang Mahkota
Teknologi, Tbk untuk periode sebelum akuisisi (2010-2011) adalah sebesar 67,85%. Hal
ini berarti perusahaan dapat menghasilkan pendapatan sebesar 67,85% dari total aset yang
dimiliki. Sedangkan rasio TATO PT. Elang Mahkota Teknologi setelah melakukan akuisisi
Dapat dilihat pada tabel 4. Dari tabel ini, dapat dilihat bahwa rasio TATO
perusahaan setelah dilakukannya akuisisi mengalami penurunan. Rasio TATO sebesar
45,99% pada tahun 2012 mengalami penurunan menjadi sebesar 45,16% pada tahun 2013.
Rata-rata rasio TATO perusahaan setelah akuisisi adalah sebesar 45,58% atau berarti
perusahaan dapat menghasilkan pendapatan sebesar 45,48% dari total aset yang dimiliki.
Turunnya kinerja perusahaan berdasarkan perhitungan rasio TATO ini disebabkan
oleh kenaikan rata-rata pendapatan perusahaan yang tidak sebesar kenaikan rata-rata
jumlah aset perusahaan.
Rata-rata pendapatan perusahaan untuk periode setelah dilakukannya akuisisi hanya
mengalami peningkatan sebesar 39,83% dibandingkan dengan rata-rata jumlah total aset
pada periode setelah akuisisi yang mengalami peningkatan sebesar 100,92% dibandingkan
dengan periode sebelum akuisisi. Hal ini menyebabkan terjadinya penurunan pada rasio
TATO perusahaan.
20
Fixed Asset Turnover (FATO)
Perhitungan rasio Fixed Asset Turnover (FATO) perusahaan sebelum dan sesudah
akuisisi dapat dilihat pada tabel 5 dan 6 di bawah.
Tabel 5
Fixed Asset Turnover (FATO) PT. Elang Mahkota Teknologi Tbk
Sebelum Akuisisi (dalam Ribuan Rupiah)
21
Sedangkan rasio FATO PT. Elang Mahkota Teknologi setelah melakukan akuisisi
dapat dilihat pada tabel 6. Dari tabel ini, dapat dilihat bahwa rasio FATO perusahaan
setelah dilakukannya akuisisi mengalami penurunan. Rasio FATO sebesar 104,96% pada
tahun 2012 mengalami penurunan menjadi sebesar 102,04% pada tahun 2013. Rata-rata
rasio FATO perusahaan setelah akuisisi adalah sebesar 103,50% atau berarti perusahaan
dapat menghasilkan pendapatan sebesar 103,50% dari total aktiva tetap yang dimiliki.
Turunnya kinerja perusahaan berdasarkan perhitungan rasio FATO ini disebabkan oleh
kenaikan rata-rata pendapatan perusahaan yang tidak sebesar kenaikan rata-rata jumlah
aset tetap perusahaan.
Rata-rata pendapatan perusahaan untuk periode setelah dilakukannya akuisisi
hanya mengalami peningkatan sebesar 39,83% dibandingkan dengan rata-rata jumlah total
aktiva tetap pada periode setelah akuisisi yang mengalami peningkatan sebesar 63,59%
dibandingkan dengan periode sebelum akuisisi. Kenaikan aset tetap secara drastis terjadi
pada periode 2011, aktiva tetap perusahaan mengalami kenaikan sebesar 140,85%
dibandingkan dengan periode 2010. Hal ini menyebabkan terjadinya penurunan pada rasio
FATO perusahaan pada periode setelah akuisisi.
Tabel 7
Earning per Share (EPS) PT. Elang Mahkota Teknologi Tbk
Sebelum Akuisisi
22
(dalam Ribuan Rupiah) Saham Beredar
23
Perbandingan Kinerja PT Elang Mahkota Teknologi, Tbk Sebelum dan Setelah
Akuisisi
Tabel 9
Kinerja PT. Elang Mahkota Teknologi Tbk
Variabel Status
2010 2011 Rata-rata 2012 2013 Rata-rata
Platform
SCTV, O Channel (2) SCTV, O Channel, Indosiar (3) better
Media
Pendapatan
(dalam
3.353 4.136 3.745 4.681 5.792 5.068 better
Miliaran
Rupiah)
Platform Media
Pada tabel 9, dapat dilihat bahwa terjadi perubahan pada jumlah platform media
yangdimiliki oleh PT. Elang Mahkota Teknologi, Tbk pada periode setelah akuisisi. Dapat
dilihat bahwa PT. Elang Mahkota Teknologi, Tbk memiliki 2 platform media, yaitu
saluran televisi SCTV dan O Channel. Akuisisi dilakukan pada PT. Indosiar Karya Media,
Tbk, yang memiliki platform media melalui saluran televisi Indosiar. Setelah akuisisi
dilakukan, PT. Elang Mahkota Teknologi, Tbk memiliki 3 platform media melalui saluran
24
televisi SCTV, O Channel dan juga saluran televisi Indosiar yang baru diakuisisi.
Sehingga, dapat disimpulkan bahwa poin pertama tujuan akuisisi yang dilakukan
perusahaan, yaitu menjadi salah satu grup usaha terkemuka di Indonesia dengan
menghasilkan dan mendistribusikan materi siaran kepada pemirsa melalui berbagai
platform media, berhasil dicapai.
Pendapatan
Pada tabel 9, dapat dilihat bahwa rata-rata pendapatan perusahaan untuk periode setelah
akuisisi mengalami peningkatan sebesar 39,83% dibandingkan dengan periode sebelum
dilakukannya akuisisi. Peningkatan pendapatan perusahaan ini mengindikasikan bahwa
tujuan akuisisi perusahaan berdasarkan Pendapat Komisi Pengawas Persaingan Usaha
Nomor A11911, poin kedua, yaitu menjadi rekanan yang tepat bagi penyediaan jasa
informasi dan teknologi serta telekomunikasi bagi korporasi, berhasil dicapai.
Efisiensi
Rata-rata rasio TATO perusahaan untuk periode sebelum akuisisi (2010-2011) adalah
sebesar 67,85% dan mengalami penurunan menjadi sebesar 45,58% pada periode setelah
akuisisi. Hal ini mengindikasikan kinerja perusahaaan yang mengalami kemunduran
setelah dilakukannya akuisisi.
Rata-rata rasio FATO perusahaan untuk periode sebelum akuisisi (2010-2011) adalah
sebesar 139,48% dan mengalami penurunan menjadi sebesar 103,50% pada periode
setelah akuisisi. Hal ini mengindikasikan kinerja perusahaaan yang mengalami
kemunduran setelah dilakukannya akuisisi.
Penurunan kinerja perusahaan berdasarkan perhitungan rasio aktivitas ini
mengindikasikan bahwa tujuan akuisisi perusahaan berdasarkan Pendapat Komisi
Pengawas Persaingan Usaha Nomor A11911, poin ketiga, yaitu meningkatkan
kemampuan membuat program siaran dengan menggunakan fasilitas produksi yang
dimiliki oleh PT. Elang Mahkota Teknologi, Tbk maupun PT. Indosiar Karya Media, Tbk
sehingga dapat memaksimalkan efisiensi biaya program siaran tidak berhasil dicapai.
25
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang didapatkan dari analisa yang dilakukan terhadap tujuan
akuisisi yang dilakukan oleh PT. Elang Mahkota Teknologi, Tbk, didapatkan bahwa
perusahaan berhasil mencapai tiga dari empat tujuannya melakukan akuisisi, sesuai
Pendapat Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor A11911. Setelah akuisisi dilakukan,
PT. Elang Mahkota Teknologi, Tbk memiliki 3 platform media melalui saluran televisi
SCTV, O Channel dan juga saluran televisi Indosiar yang baru diakuisisi.
Sehingga, dapat disimpulkan bahwa poin pertama tujuan akuisisi yang dilakukan
perusahaan, yaitu menjadi salah satu grup usaha terkemuka di Indonesia dengan
menghasilkan dan mendistribusikan materi siaran kepada pemirsa melalui berbagai platform
media, berhasil dicapai.
Peningkatan pendapatan perusahaan juga mengindikasikan bahwa tujuan akuisisi
perusahaan berdasarkan Pendapat Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor A11911,
poin kedua, yaitu menjadi rekanan yang tepat bagi penyediaan jasa informasi dan teknologi
serta telekomunikasi bagi korporasi, berhasil dicapai.
Penurunan kinerja perusahaan berdasarkan perhitungan rasio TATO dan FATO
mengindikasikan bahwa tujuan akuisisi perusahaan berdasarkan Pendapat Komisi Pengawas
Persaingan Usaha Nomor A11911, poin ketiga, yaitu meningkatkan kemampuan membuat
program siaran dengan menggunakan fasilitas produksi yang dimiliki oleh PT. Elang
Mahkota Teknologi, Tbk maupun PT. Indosiar Karya Media, Tbk sehingga dapat
memaksimalkan efisiensi biaya program siaran tidak berhasil dicapai.
Peningkatan nilai EPS perusahaan pada periode setelah akuisisi mengindikasikan
berhasil tercapainya tujuan akuisisi perusahaan berdasarkan tujuannya pada Pendapat
Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor A11911, poin keempat, yaitu menciptakan nilai
tambah bagi PT. Elang Mahkota Teknologi, Tbk dan berbagai pemangku kepentingan.
3.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan oleh penulis kepada perusahaan adalah
perusahaan agar dapat meningkatkan rasio TATO dan FATO denngan lebih memanfaatkan
kas perusahaan untuk mengembangkan layanan baru seperti layanan televisi nirkabel,
saluran televisi prabayar dan penyediaan jasa layanan internet.
Pengembangan layanan baru ini memiliki potensi untuk meningkatkan pendapatan
perusahaan dan juga meningkatkan efesiensi aktiva yang dimiliki perusahaan yang akan
berpengaruh terhadap rasio FATO dan juga TATO perusahaan. Dengan ini, tujuan
perusahaan pada poin ketiga, yaitu meningkatkan kemampuan membuat program siaran
dengan menggunakan fasilitas produksi yang dimiliki
26
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Sumber:
- http://bisnis.liputan6.com/read/553884/indosiar-setuju-gabung-sctv-proses-merger-
efektif-1-mei
- https://slideus.org/analisis-sctv-akuisisi-indosiar-pdf
- https://finance.detik.com/bursa-valas/2212882/ini-bos-bos-baru-induk-sctv-pasca-
merger-dengan-indosiar
- http://www.kpi.go.id/index.php/id/siaran-pers/3038-pandangan-hukum-kpi-atas-
rencana-aksi-korporasi-pt-indosiar-karya-media-tbk-oleh-pt-elang-mahkota-
teknologi-tbk?detail5=1075&detail3=1141
- http://www.viva.co.id/berita/bisnis/206077-siapa-untung-besar-indosiar-atau-sctv
27