Вы находитесь на странице: 1из 19

`

Bahan Ajar
BAHAN AJAR KMB
KMB II I

Asuhan Keperawatan Osteomielitis

Dosen Pengampu: Ns. Ester Inung


Sylvia, M.Kep., Sp.MB

Disusun Oleh:
 Romitha (PO.62.20.1.15.139)
 Salvi Fajriati (PO.62.20.1.15.140)
D IV Keperawatan Reguler II
1111111
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang maha kuasa,


karena dengan pertolongan-Nya bahan ajar bagi mahasiswa dapat
diselesaikan.

Penulisan bahan ajar ini dilatarbelakangi oleh penugasan dari


Ns. Ester Inung Sylvia, M.Kep., Sp.MB selaku dosen pengampu
KMB 2. Bahan ajar ini disusun secara ringkas untuk lebih
memudahkan memahami isi dari satu bab bahan ajar.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih, terutama kepada


Ns. Ester Inung Sylvia, M.Kep., Sp.MB selaku pembimbing dalam
penulisan bahan ajar ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu baik secara moril maupun
materil. Penulis berharap semoga bahan ajar ini dapat memberikan
manfaat yang besar bagi para pembaca khususnya mahasiswa.

Hormat kami.

Kelompok

2
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN DEPAN .....................................................................................................1
KATA PENGANTAR ...................................................................................................2
DAFTAR ISI ..................................................................................................................3
TINJAUAN BAHAN AJAR ......................................................................................... 4
Tujuan penulisan bahan ajar ........................................................................................ 5
Tujuan instruksional khusus ........................................................................................ 5
Analisis Instruksional ..................................................................................................6
Petunjuk awal penggunaan bahan ajar.........................................................................7

BAB I ASUHAN KEPERAWATAN OSTEOMIELITIS


A. Konsep Osteomielitis ........................................................................................... 10
1. Pengertian ......................................................................................................10
2. Etiologi .........................................................................................................10
3. Klasifikasi ......................................................................................................11
4. Patofisiologi ...................................................................................................11
5. Pathway .........................................................................................................13
6. Manifestasi Klinis .......................................................................................... 13
7. Pemeriksaan Penunjang .................................................................................14
8. Komplikasi.....................................................................................................14
9. Pencegahan ....................................................................................................14
10. Penatalaksanaan ............................................................................................. 15

B. Konsep Asuhan Keperawatan Osteomielitis ....................................................... 16

3
Tinjauan Bahan Ajar

Bahan ajar ini akan menguraikan tentang laporan pendahuluan


osteomielitis mulai dari pengertian, etiologi, klasifikasi, patofisiologi,
pathway, manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang seta komplikasi
dari osteomielitis. Fokus pembahasan mencakup beberapa konsep
asuhan keperawatan osteomielitis mulai dari pengkajian, diagnosa,
perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi.

4
TUJUAN PENULISAN BAHAN AJAR

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM:

Setelah menyelesaikan membaca bahan ajar ini, pembaca/mahasiswa


mampu memahami Asuhan Keperawatan tentang Osteomielitis.

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

Mahasiswa/pembaca mampu:

1. Menjelaskan apa itu osteomielitis


2. Menjelaskan penyebab terjadinya osteomielitis
3. Menjelaskan tanda dan gejala osteomielitis
4. Menjelaskan komplikasi osteomielitis
5. Menyusun asuhan keperawatan osteomielitis

5
ANALISIS INSTRUKSIONAL

Setelah menyelesaikan membaca bahan ajar ini, pembaca/mahasiswa mampu


menjelaskan Laporan Pendahuluan tentang Osteomielitis.

Mahasiswa/pe
Mahasiswa/pe
mbaca mampu Mahasiswa/pe
Mahasiswa/pe menjelaskan mbaca mampu
mbaca mampu
mbaca mampu konsep asuhan menjelaskan menjelaskan
menjelaskan keperawatan komplikasi penatalaksana
konsep Osteomielitis
Osteomielitis an
osteomielitis mulai Osteomielitis
pengkajian
hingga evaluasi

Mahasiswa/pembaca mampu mengintegrasikan asuhan keperawatan pada klien


Osteomielitis mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan
hingga evaluasi

6
PETUNJUK AWAL PENGGUNAAN BAHAN AJAR

MEMBACA SECARA RUNTUT:

1. Bahan ajar ini disusun secara bertahap dari yang umum


sampai khusus sehingga mahasiswa/pembaca mudah
memahami secara keseluruhan.
2. Bahan ajar ini disertai daftar istilah agar mahasiswa/
pembaca lebih mengerti istilah-istilah yang digunakan
dalam bahan ajar.
3. Setiap penyelesaian membaca satu bagian materi
mahasiswa/ pembaca langsung melakukan latihan yang
berkaitan dengan teori yang dibaca.

7
SESI/PERKULIAHAN

Pada akhir pertemuan ini mahasiswa diharapkan mampu:


1. Menjelaskan tentang Osteomielitis
2. Menyusun asuhan keperawatan osteomielitis.

POKOK BAHASAN: OSTEOMIELITIS

Deskripsi singkat: Perkuliahan pada sesi ini akan Saudara lalui dengan
memahami tentang osteomielitis.

BAHAN BACAAN

1. Lukman dan Nurna Ningsih, 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien


dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika
2. Suratun, Heryati, Santa Manurung, Een Raenah. 2008. Klien
gangguan sistem muskuloskeletal: seri asuhan keperawatan. Jakarta:
EGC
3. Suzanne C. Smeltzer, Brenda G. Bare (2001). Buku Ajar Keperawatan
medical-bedah Brruner & Suddarth, Edisi 8, alih bahasa Agung Waluyo.
Jakarta: EGC

PERTANYAAN KUNCI

Pertanyaan pemandu:

1. Apa yang menyebabkan osteomielitis?


2. Apakah osteomielitis dapat disembuhkan?

8
ASUHAN KEPERAWATAN OSTEOMIELITIS

PENDAHULUAN

Perkuliahan pada sesi ini membahas asuhan keperawatan Osteomielitis.


Pada akhir perkuliahan, diharapkan mahasiswa mampu mengkaji klien
dengan osteomielitis, menyusun diagnosa keperawatan pada klien dengan
osteomielitis, menyusun perencanaan keperawatan pada klien osteomielitis
dan menyusun evaluasi asuhan keperawatan pada klien osteomielitis.
Perkuliahan ini bermanfaat nanti pada saat praktik klinik keperawatan di
rumah sakit, puskesmas, klinik dan di masyarakat.

9
PENYAJIAN

A. KONSEP OSTEOMIELITIS

1. Pengertian
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan
daripada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan
terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum
(pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati). Osteomeilitis dapat
menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau
mengakibatkan kehilangan ekstremitas. Beberapa ahli memberikan defenisi
terhadap osteomyelitis sebagai berkut :
 Osteomyelitis adalah infeksi Bone marrow pada tulang-tulang panjang yang
disebabkan oleh staphylococcus aureus dan kadang-kadang Haemophylus
influensae (Depkes RI, 1995).
 Osteomyelitis adalah infeksi tulang (Carpenito, 1990).
 Osteomyelitis adalah suatu infeksi yang disebarkan oleh darah yang
disebabkan oleh staphylococcus (Henderson, 1997).
2. Etiologi
Infeksi bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari fokus
infeksi di tempat lain (mis. Tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi, infeksi
saluran nafas atas). Osteomielitis akibat penyebaran hematogen biasanya terjadi
ditempat di mana terdapat trauma atau dimana terdapat resistensi rendah,
kemungkinan akibat trauma subklinis (tak jelas).
Osteomielitis dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringan lunak
(mis. ulkus dekubitus yang terinfeksi atau ulkus vaskuler) atau kontaminasi
langsung tulang (mis, fraktur ulkus vaskuler) atau kontaminasi langsung tulang
(mis. fraktur terbuka, cedera traumatik seperti luka tembak, pembedahan tulang.
Pasien yang beresiko tinggi mengalami osteomielitis adalah mereka yang
nutrisinya buruk, lansia, kegemukan atau penderita diabetes. Selain itu, pasien
yang menderita artritis reumatoid, telah di rawat lama di rumah sakit, mendapat
terapi kortikosteroid jangka panjang, menjalani pembedahan sendi sebelum operasi
sekarang atau sedang mengalami sepsis rentan, begitu pula yang menjalani

10
pembedahan ortopedi lama, mengalami infeksi luka mengeluarkan pus, mengalami
nekrosis insisi marginal atau dehisensi luka, atau memerlukan evakuasi hematoma
pascaoperasi.
3. Klasifikasi Osteomielitis
Menurut kejadiannya osteomyelitis ada 2 yaitu :

a. Osteomyelitis Primer  Kuman-kuman mencapai tulang secara langsung


melalui luka.
b. Osteomyelitis Sekunder  Kuman-kuman mencapai tulang melalui aliran
darah dari suatu fokus primer ditempat lain (misalnya infeksi saluran nafas,
genitourinaria furunkel).
Sedangkan osteomyelitis menurut perlangsungannya dibedakan atas :
a. Osteomyelitis akut
1) Nyeri daerah lesi
2) Demam, menggigil, malaise, pembesaran kelenjar limfe regional
3) Sering ada riwayat infeksi sebelumnya atau ada luka
4) Pembengkakan lokal
5) Kemerahan
6) Suhu raba hangat
7) Lab = anemia, leukositosis
b. Osteomyelitis kronis
1) Ada luka, bernanah, berbau busuk, nyeri
2) Gejala-gejala umum tidak ada
3) Gangguan fungsi kadang-kadang kontraktur
4) Lab = LED meningkat
Osteomyelitis menurut penyebabnya adalah osteomyelitis biogenik yang paling
sering:
a. Staphylococcus (orang dewasa)
b. Streplococcus (anak-anak)
c. Pneumococcus dan Gonococcus

4. Patofisiologi
Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70% sampai 80% infeksi tulang.
Organisme patogenik lainnya sering dujumpai pada osteomielitis meliputi Proteus,

11
Pseudomonas dan Escerichia coli. Terdapat peningkatan insiden infeksi resisten
penisilin, nosokomial, gram negatif dan anaerobik.
Awitan osteomielitis setelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3 bulan
pertama (akut fulminan stadium I) dan sering berhubungan dengan penumpukan
hematoma atau infeksi superfisial. Infeksi awitan lambat (stadium 2) terjadi
antara 4 sampai 24 bulan setelah pembedahan. Osteomielitis awitan lama
(stadium 3) biasanya akibat penyebaran hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih
setelah pembedahan.
Respons inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan
vaskularisasi dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, trombosis pada pembuluh darah
terjadi pada tempat tersebut, mengakibatkan iskemia dengan nekrosis tulang
sehubungan dengan peningkatan tekanan jaringan dan medulla. Infeksi kemudian
berkembang ke kavitas medularis dan ke bawah periosteum dan dapat menyebar
ke jaringan lunak atau sendi di sekitarnya. Kecuali bila proses infeksi dapat
dikontrol awal, kemudian akan terbentuk abses tulang.
Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan; namun yang lebih
sering harus dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk
dalam dindingnya terbentuk daerah jaringan mati, namun seperti pada rongga
abses pada umumnya, jaringan tulang mati (sequestrum) tidak mudah mencair
dan mengalir keluar. Rongga tidak dapat mengempis dan menyembuh, seperti
yang terjadi pada jaringan lunak. Terjadi pertumbuhan tulang baru (involukrum)
dan mengelilingi sequestrum. Jadi meskipun tampak terjadi proses penyembuhan,
namun sequestrum infeksius kronis yang tetap ada tetap rentan mengeluarkan
abses kambuhan sepanjang hidup pasien. Dinamakan osteomielitis tipe kronik.

12
5. Pathway
Faktor penyebab/faktor risiko

Setelah pembedahan ortopedi dapat terjadi:
Akut fulminan (stadium 1) terjadi dalam 3 bulan
Awitan lambat (stadium 2), terjadi dalam 4-24 bulan
Awitan lama (stadium 3), terjadi dalam 2 tahun, penyebaran hematogen

Respons infeksi: inflamasi, pemingkatan vaskularisasi dan edema, 2-4 hari

Trombosis pada pembuluh darah

Peningkatan tekanan jaringan dan medulla

Iskemia dengan nekrosis tulang

Infeksi berkembang ke kavitas medularis dan ke bawah periosteum

Terbentuk abses tulang

Menyebar ke jarinngan lunak atau sendi di sekitarnya
6. Manisfestasi Klinis
Jika infeksi dibawa oleh darah, biasanya awitannya mendadak, sering terjadi
dengan manifestasi klinis septikemia (mis. menggigil, demam tinggi, denyut nadi
cepat dan malaise umum). Gejala sismetik pada awalnya dapat menutupi gejala
lokal secara lengkap. Setelah infeksi menyebar dari rongga sumsum ke korteks
tulang, akan mengenai periosteum dan jaringan lunak, dengan bagian yang
terinfeksi menjadi nyeri, bengkak dan sangat nyeri tekan. Pasien menggambarkan
nyeri konstan berdenyut yang semakin memberat dengan gerakan dan
berhubungan dengan tekanan pus yang terkumpul.
Bila osteomielitis terjadi akibat penyebaran dari infeksi di sekitarnya atau
kontaminasi langsung, tidak akan ada gejala septikemia. Daerah infeksi
membengkak, hangat, nyeri dan nyeri tekan.

13
Pasien dengan osteomielitis kronik ditandai dengan pus yang selalu mengalir
keluar dari sinus atau mengalami periode berulang nyeri, inflamasi, pembengkakan
dan pengeluaran pus. Infeksi derajat rendah dapat menjadi pada jaringan parut
akibat kurangnya asupan darah.
7. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah
Sel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai peningkatan laju
endapan darah.
2. Pemeriksaan titer antibodi – anti staphylococcus
Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan diikuti
dengan uji sensitivitas.
3. Pemeriksaan feses
Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan infeksi
oleh bakteri Salmonella.
4. Pemeriksaan Biopsi tulang.
5. Pemeriksaan ultra sound
Pemeriksaan ini dapat memperlihatkan adanya efusi pada sendi.
6. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan kelainan
radiologik, setelah dua minggu akan terlihat berupa refraksi tulang yang
bersifat difus.
8. Komplikasi
Komplikasi dari osteomyelitis akut jarang terjadi dan jika terjadi mungkin
karena lambat mendapatkan pengobatan. Pada anak yang infeksinya telah
menyebar ke epifisis mungkin terjadi arthritis supuratif. Fraktur patologik jarang
terjadi dan jika infeksi mengenai lempeng pertumbuhan,mungkin terjadi sekuele
yaitu anak berisiko mengalami deformitas dan abnormalitas panjang tulang yang
terkena. Arthritis septik dapat mempersulit perjalanan osteomyelitis dan
memerlukan intervensi pembedahan.
9. Pencegahan
Sasaran utamanya adalah pencegahan osteomielitis. Penanganan infeksi lokal
dapat menurunkan angka penyebaran hematogen. Penanganan infeksi jaringan
lunak pada mengontrol erosi tulang. Pemilihan pasien dengan teliti dan perhatian

14
terhadap lingkungan operasi dan teknik pembedahan dapat menurunkan insiden
osteomielitis pascaoperasi.
Antibiotika profilaksis, diberikan untuk mencapai kadar jaringan yang
memadai saat pembedahan dan selama 24 jam sampai 48 jam setelah operasi akan
sangat membantu. Teknik perawatan luka pascaoperasi aseptik akan menurunkan
insiden infeksi superfisial dan potensial terjadinya osteomielitis.
10. Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan osteomielitis, yaitu: a) istirahat dan pemberian
analgetik untuk menghilangkan nyeri, b) pemberian cairan intravena dan kalau
perlu tranfusi darah, c) istirahat lokal dengan pemasangan bidai atau traksi, d)
pemberian antibiotika secepatnya sesuai penyebab, dan e) drainase bedah.
Tujuan terapi adalah untuk mengontrol dan menghentikan proses infeksi,
manajemen nyeri, dan pencegahan komplikasi imobilitas. Tulang yang sakit harus
diimobilisasi untuk mengurangi ketidaknyamanan dan mencegah terjadinya fraktur.
Lakukan rendaman salin hangat selama 20 menit beberapa kali per hari untuk
meningkatkan aliran darah. Perawat harus terus mendorong klien untuk melakukan
ROM, latihan isotonik dan isometrik untuk menjaga kekuatan otot dan fleksibilitas
sendi. Juga perlu diajarkan teknik relaksasi, untuk mengurangi nyeri dan
meningkatkan kenyamanan klien.
Pemberian antibiotik sesuai dosis, waktu, dan order sangat penting untuk
mencapai kadar antibiotik dalam darah yang adekuat. Antibiotik parenteral harus
diberikan sesuai dosis yaitu selama enam minggu (Reeves, 2001). Sebelum
pemberian antibiotik, sebaiknya dilakukan kultur darah dan kultur abses untuk
mengetahui organisme penyebab. Bila infeksi tampak terkontrol, antibiotik dapat
diberikan per oral dan diberikan selama 3 bulan. Untuk meningkatkan absorpsi
antibiotik oral, jangan diminum bersama makanan.
Squestrektomi, dengan pengangkatan involukrum secukupnya dapat dilakukan.
Semua tulang dan kartilago yang terinfeksi dan mati diangkat supaya dapat terjadi
proses penyembuhan yang permanen. Luka ditutup rapat atau dipasang tampon
agar dapat diisi oleh jaringan granulasi atau dilakukan grafting dikemudian hari.
Dapat juga dipasang drainase untuk mengontrol hematoma dan mengangkat debris.
Irigasi larutan salin normal dapat diberikan selama 7-8 hari.

15
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan terhadap adanya gejala akut, misal nyeri lokal
pembengkakan, eritema, demam, adanya pus. Perlu juga dikaji faktor risiko, (misal
lansia, diabetes, terapi kortikosteroid jangka panjang), cedera, infeksi atau riwayat
bedah ortopedi sebelumnya. Observasi klien jika terlihat selalu menghindari dari
tekanan di daerah yang sakit, dan tampak lemah akiba reaksi sistemik infeksi.
Klien akan mengalami peningkatan suhu tubuh pada osteomielitis kronik,
peningkatan suhu mungkin minimal dan biasa terjadi pada sore dan malam hari.
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasar pada data pengkajian, diagnosa keperawatan pasien dengan
osteomielitis dapat meliputi yang berikut :
1. Nyeri yang berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan
2. Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan nyeri, alat imobilisasi dan
keterbatasan beban berat badan
3. Risiko terhadap penyebaran infeksi: pembentukan abses tulang
4. Kurang pengetahuan mengenai program pengobatan
3. Intervensi keperawatan
a. Peredaan Nyeri
1) Imobilisasikan bagian yang terkena dengan bidai untuk mengurangi nyeri
dan spasme otot.
2) Sendi di atas dan di bawah bagian yang terkena harus dibuat sedemikian
sehingga masih dapat digerakkan sesuai rentangnya namun dengan lembut.
Lukanya sendiri kadang terasa sangat nyeri dan harus ditangani dengan
hati-hati dan perlahan.
3) Tinggikan bagian yang terkena untuk mengurangi pembengkakan dan
ketidaknyamanan yang ditimbulkannya.
4) Pantau status neurovaskuler ekstremitas yang terkena.
5) Lakukan teknik manajemen nyeri seperti massage, distraksi, relaksasi,
hipnotik untuk mengurangi persepsi nyeri dan kolaborasi dengan medis
untuk pemberian analgetik.

16
b. Perbaikan Mobilitas Fisik
1) Program pengobatan dengan membatasi aktivitas.
2) Lindungi tulang dengan alat imobilisasi dan hindarkan stres pada tulang
karena tulang menjadi lemah akibat proses infeksi.
3) Berikan pemahaman tentang rasional pembatasan aktivitas.
4) Partisipasi aktif dalam kehidupan sehari-hari dalam batas fisik tetap
dianjurkan untuk mempertahankan rasa sehat secara umum.
c. Mengontrol Proses Infeksi.
1) Pantau respons pasien terhadap terapi antibiotika.
2) Observasi tempat pemasangan infus tentang adanya flebitis atau infiltrasi.
3) Bila diperlukan pembedahan, harus dilakukan upaya untuk meyakinkan
adanya peredaran darah yang memadai (pengisapan luka untak mencegah
penumpukan cairan, peninggian daerah untuk memperbaiki aliran balik
vena, menghindari tekanan pada daerah yang di-graft), untuk
mempertahankan imobilitas yang dibutuhkan, dan untuk memenuhi
pembatasan beban berat badan.
4) Pantau kesehatan urnum dan nutrisi pasien.
5) Berikan diet protein seirnbang, vitamin C dan vitamin D dipilih untak
meyakinkan adanya keseimbangan nitrogen dan merangsang
penyembuhan.
d. Pendidikan Pasien dan Pertimbangan Perawatan di Rumah
1) Pasien harus dalam keadaan stabil secara medis dan telah termotivasi, dan
keluarga harus mendukung. Lingkungan rumah harus bersifat kondusif
terhadap promosi kesehatan dan sesuai dengan program terapeutik.
2) Pasien dan keluarganya harus memahami benar protokol antibiotika.
3) Ajarkan teknik penggantian balutan secara steril dan teknik kompres
hangat. Pendidikan pasien sebelum pemulangan dari rumah sakit dan
supervisi serta dukungan yang memadai dari perawatan di rumah sangat
penting dalam keberhasilan penatalaksanaan osteomielitis di rumah.
4) Pantau dengan cermat mengenai bertambahnya daerah nyeri atau
peningkatan suhu yang mendadak. Pasien diminta untuk melakukan obser-
vasi dan melaporkan bila terjadi peningkatan suhu, keluarnya pus, bau, dan
bertambahnya inflamasi.

17
4. Evaluasi
Hasil yang Diharapkan
1. Mengalami peredaan nyeri
a. Melaporkan berkurangnya nyeri
b. Tidak mengalami nyeri tekan di tempat terjadinya Infeksi
c. Tidak mengalarni ketidaknyamanan bila bergerak
2. Peningkatan mobilitas fisik
a. Berpartisipasi dalam aktivitas perawatan-diri
b. Mempertahankan fungsi penuh ekstremitas yang sehat
c. Memperlihatkan penggunaan alat imobilisasi dan alat bantu dengan aman
3. Tiadanya infeksi
a. Memakai antibiotika sesuai resep
b. Suhu badan normal
c. Tiadanya pembengkakan
d. Tiadanya pus
e. Angka leukosit dan laju endap darah kembali normal
f. Biakan darah negatif
4. Mematuhi rencana terapeutik
a. Memakai antibiotika sesuai resep
b. Melindungi tulang yang lemah
c. Memperlihatkan perawatan luka yang benar
d. Melaporkan bila ada masalah segera
e. Makan diet seimbang dengan tinggi protein dan vitamin C dan D
f. Mematuhi perjanjian untuk tindak lanjut
g. Melaporkan peningkatan kekuatan
h. Tidak melaporkan peningkatan suhu badan atau kambuhan nyeri,
pembengkakan, atau gejala lain di tempat tersebut.

18
RANGKUMAN

Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan daripada
infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap
inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum (pembentukan
tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati).

Infeksi bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari fokus
infeksi di tempat lain (mis. Tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi, infeksi saluran
nafas atas). Osteomielitis akibat penyebaran hematogen biasanya terjadi ditempat di
mana terdapat trauma atau dimana terdapat resistensi rendah, kemungkinan akibat
trauma subklinis (tak jelas).

Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70% sampai 80% infeksi tulang.


Organisme patogenik lainnya sering dujumpai pada osteomielitis meliputi Proteus,
Pseudomonas dan Escerichia coli. Terdapat peningkatan insiden infeksi resisten
penisilin, nosokomial, gram negatif dan anaerobik.

19

Вам также может понравиться