Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
SCOPE:
1. Product Definition:
Defenisi TPM
TPM sesuai namanya terdiri atas 3 buah suku kata, yaitu:
a. Total
Hal ini mengindikasi bahwa TPM mempertimbangkan berbagai aspek dan melibatkan
seluruh personil yang ada, mulai dari tingkatan atas hingga kejajaran yang bawah.
b. Productive
Menitik beratkan pada segala usaha untuk mencoba melakukan pemeliharaan dengan
kondisi produksi tetap berjalan dan meminimalkan masalah-masalah yang terjadi di
produksi pada saat pemeliharaan dilakukan.
c. Maintenance
Berarti memelihara dan menjaga peralatan secara mandiri yang dilakukan oleh operator
produksi agar kondisi peralatan tetap bagus dan terpelihara dengan jalan
membersihkannya, melakukan pelumasan dan memperhatikannya.
Nakajima (1989), seorang yang memiliki kontribusi besar terhadap TPM,
mendefenisikan TPM sebagai sebuah pendekatan inovatif pemeliharaan yang
mengoptimalkan ke-efektifan peralatan, mengurangi terjadinya kerusakan (breakdown),
dan mendorong melakukan pemeliharaan mandiri (autonomous maintenance) oleh
operator melalui aktifitas sehari-hari yang melibatkan pekerja secara menyeluruh.
TPM merupakan bentuk kerjasama yang baik antara bagian pemeliharaan dan
produksi dalam organisasi untuk meningkatkan kualitas produk, mengurangi pemborosan
(waste), mengurangi biaya manufaktur, meningkatkan ketersediaan (availability)
peralatan, serta meningkatkan kondisi pemeliharaan perusahaan.
Blanchard (1997) mengatakan bahwa TPM adalah sebuah pendekatan daur hidup
(life-cycle) yang terintegrasi dengan pemeliharaan pabrik. TPM dapat dimanfaatkan
dengan efektif oleh organisasi untuk mengembangkan keterlibatan pekerja dalam setiap
langkah proses manufaktur dan pemeliharaan fasilitas untuk lebih mengefektifkan aliran
produksi (production flow), meningkatkan kualitas produk dan mengurangi biaya operasi.
Keterlibatan pekerja secara total, pemeliharaan mandiri (autonomous maintenance) oleh
operator, aktivitas-aktivitas kelompok kecil untuk meningkatkan kehandalan (reability),
kemudahan untuk dipelihara (maintainability), produktivitas peralatan serta perbaikan
berkesinambungan (kaizen) merupakan prinsip-prinsip yang tercakup dalam TPM.
Sebagai salah satu pilar kegiatan TPM, Kaizen mengejar peralatan yang efisien,
operator dan material dan pemanfaatan energy, yaitu ekstrem produktivitas dan bertujuan
untuk mencapai efek substansial. Kegiatan Kaizen mencoba untuk benar-benar
menghilangkan 16 kerugian (losses) besar. Losses tersebut dapat dilihat pada table berikut:
Loss Category
1. Failure Losses – Breakdown Loss
2. Setup / Adjustment Losses
3. Cutting Blade Loss
4. Startup Losses Losses that impede equipment
5. Minor Stoppage / Idling Loss efficiency
6. Speed Loss – Operating at Low Speeds
7. Defect / Rework Loss
8. Scheduled Downtime Loss
9. Management Loss
10. Operating Morion Loss
Losses that impede human work
11. Line Organization Loss
efficiency
12. Logistic Loss
13. Measurement and Adjustment Loss
14. Energy Loss
Losses that impede effective use of
15. Die, Jig, and Tool Breakage Loss
production resources
16. Yield Loss
OEE bukan hal baru dalam dunia industry dan manufaktur, teknik pengukurannya
sudah dipelajari dalam beberapa tahun dengan tujuan penyempurnaan perhitungan. Tingkat
keakuratan OEE dalam pengukuran efektifitas memberikan kesempatan kepada semua
usaha bidang manufaktur untuk mengaplikasikan sehingga dapat dilakukan usaha
perbaikan terhadap proses itu sendiri.
OEE
Pengertian OEE
Quality rate
Big Six Losses
Performance
Proses Efficiency
Identifikasi Six
Big Losses Availability
Six Big Losses dihitung untuk mengetahui OEE dari suatu peralatan agar dapat diambil
langkah-langkah untuk perbaikan mesin tersebut secara efektif. Secara garis besar keenam
kerugian dalam identifikasi tersebut dapat dipetakan kedalam beberapa klarifikasi waktu
permesinan antara lain waktu operasi yang bernilai tambah (vailuable operating time), waktu
operasi bersih (net operating time), waktu operasi (operating time), waktu proses (loading time).
Agar pengukuran nilai OEE ini menjadi lebih akurat, kerugian peralatan tersebut akan
diuraikan lebih spesifik terlebih dahulu. Berdasarkan observasi pada penelitian ini, diperoleh
beberapa kerugian peralatan spesifik yang merupakan penjabaran dari sib big losses diatas. Berikut
penjabaran tersebut yang akan digambarkan sebagai alur dari pengukuran nilai OEE.
Planned downtime, waktu pemberhentian mesin yang telah ditetapkan oelh
perusahaan, meliputi meeting, istirahat, solat.
Penyetelan sparepart, waktu yang terbuang akibat proses setup mesin.
Wasting time, lama waktu terpakai untuk menunggu peralatan beroperasi yang
terdiri dari material, operator, mesin, dsb.
Trouble machine, lama waktu terpakai akibat terjadi gangguan atau kerusakan pada
peralatan produksi.
Cleaning, lama waktu yang terpakai akibat tindakan pembersihan kotoran atau sisa
hasil proses (scrap).
Quality check, lama waktu terpakai untuk memantau waktu kondisi awal operasi
peralatan maupun material dari kualitas produk.
Pemahaman terhadap jenis kerugian perlatan diperlukan agar hasil yang diperoleh
akurat dan menggambarkan situasi yang sesungguhnya, serta tidak terdapat hal penting yang
terlewatkan. Setelah kerugian peralatan diidentifikasi dan diklarifikasikan menurut rasionya, maka
langkah selanjutnya adalah melakukan pengumpulan data yang diperlukan untuk pengukuran nilai
OEE.
Data yang diperlukan pada penelitian ini berkaitan dengan kerugian peralatan dan
lainnya adalag sebagai berikut:
Jumlah hari dan jam kerja (available time)
Lama waktu berhenti produksi yang ditetapkan oleh perusahaan meliputi meeting, istirahat
dan sholat (planned downtime)
Lama waktu downtime mesin
Lama waktu peralatan menganggur dan gangguan kecil (iddle and minor stoppage)
meliputi serap handling, dan waktu menunggu lainnya
Waktu siklus per periode
Jumlah cacat produksi per periode, dan
Historis peralatan mesin
Selanjutnya terdapat enam belas kerugian utama yang mengganggu performansi dalam
manufaktur yang mempengaruhi kinerja industri, yang dapat dilihat pada tabel berikut: