Вы находитесь на странице: 1из 18

MAKALAH

KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN BAWAH (UNDERGROWTH PLANT) DAN


POTENSINYA DI BEBERAPA NEGARA ASIA

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Jurnal Ilmiah

Dosen pengampu:

Dr. Sigit Saptono, M.Pd

Disusun oleh :

Nila Nadiyya Lathifah (0402516017)

PENDIDIKAN IPA KONSENTRASI BIOLOGI

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2017
KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN BAWAH (UNDERGROWTH PLANT) DAN
POTENSINYA DI BEBERAPA NEGARA ASIA

I. PENDAHULUAN
Tumbuhan merupakan salah satu makhluk hidup yang memiliki populasi
besar di bumi, hal ini sesuai dengan fungsinya dalam rantai makanan yaitu sebagai
produsen. Besarnya populasi ini membentuk adanya keanekaragaman.
Keanekaragaman adalah variabilitas di antara makhluk hidup dari semua sumber,
termasuk interaksi ekosistem terestrial, pesisir dan lautan, dan ekosistem akuatik
lain, serta kompleks ekologi tempat makhluk hidup menjadi bagiannya, hal ini
meliputi keanekaragaman gen, jenis, dan ekosistem.
Keanekaragaman mencakup keanekaragaman hewan dan tumbuhan.
Keanekaragaman tumbuhan adalah kondisi bermacam – macam tumbuhan yang ada,
baik berdasarkan ukuran, bentuk, warna, tektur dan jumlah. Dengan adanya
keanekaragaman yang melimpah akan menimbulkan kesulitan dalam
mempelajarinya. Oleh karena itu, maka dilakukanlah identifikasi dan klasifikasi
melalui pengelompokkan tumbuhan sesuai dengan kesamaan ciri morfologinya, hal
ini bertujuan untuk memudahkan mempelajari keanekaragaman yang ada. Kajian ini
dibahas dalam sebuah disiplin ilmu yaitu taksonomi.
Dunia tumbuhan (Kingdom plantae) memiliki beberapa class, yaitu
tumbuhan lumut (Bryophyta), tumbuhan paku (pterydophyta), dan tumbuhan berbiji
(Spermatophyta). Tumbuhan berbiji (Spermatophyta) kemudian terbagi menjadi 2
yaitu Gymnospermae dan Angiospermae. Tumbuhan bawah (undergrowth plant)
merupakan salah satu anggota plantae dari subclass Angiospermae yang terdiri dari
tumbuhan monokotil dan dikotil. Keberadaan tumbuhan bawah sangat mudah
ditemui, antara lain di area terbuka, tebing, tepi jalan, tepi sungai, lahan perkebunan
dan pertanian. Kemudahan menemui tumbuhan bawah terkadang menimbulkan
persepsi bahwa tumbuhan bawah merupakan tumbuhan yang kurang penting, bahkan
terkadang dianggap sebagai gulma. Dari beberapa penelitian, disebutkan bahwa
tumbuhan bawah memiliki beberapa potensi untuk digunakan sebagai obat, pangan,
pakn ternak dan lainnya. Berdasarkan latar belakang tersebut, dalam makalah ini
akan dibahas lebih lanjut mengenai eksplorasi, identifikasi, dan potensi tumbuhan
bawah yang tersebar dari beberapa negara di Asia.
II. RUMUSAN MASALAH
`Berdasarkan latar belakang, pada makalah ini terdapat 2 rumusan masalah
sebagai berikut.
A. Apa definisi dari tumbuhan bawah?
B. Bagaimana potensi yang dimiliki oleh tumbuhan bawah?
C. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi keberadaan tumbuhan bawah?

III. KAJIAN TEORITIS


A. Definisi Tumbuhan Bawah
Tumbuhan bawah adalah vegetasi dasar yang terdapat di bawah
tegakan hutan yang bukan pohon dan tidak dapat tumbuh menjadi tingkat
pohon. Tumbuhan ini merupakan komunitas tanaman yang menyusun stratum D
yaitu lapisan perdu, semak, liana dan lapisan tumbuhan penutup tanah pada
stratum E (Soerianegara dan Indrawan, 2008). Secara taksonomi, tumbuhan
bawah umumnya berasal dari anggota suku-suku Poaceae, Cyperaceae, Araceae,
Asteraceae dan paku-pakuan (Aththorick, 2005), (Kumolo, et al, 2011), (Syah,
Ar Sukarno, et al, 2014).

Stratum D
Tumbuhan
bawah
Stratum E

Gambar 1. Keberadaan tumbuhan bawah berdasarkan posisi stratum di hutan

Bidens pilosa Mimosa pudica Cyperus rotundus


Pennisetum polystachyon Ageratum conyzoides

Gambar 2. Beberapa contoh tumbuhan bawah


B. Potensi Tumbuhan Bawah
Melimpahnya keberadaan tumbuhan bawah berbanding lurus dengan
beberapa potensi yang dimilikinya. Berdasarkan beberapa penelitian yang telah
dilakukan, diketahui bahwa tumbuhan bawah berperan aktif dalam menjaga
keseimbangan ekosistem. Tumbuhan bawah dapat berfungsi sebagai penahan
pukulan air hujan dan aliran permukaan sehingga dapat meminimalkan bahaya
erosi. Selain itu, tumbuhan bawah juga dapat dijadikan sebagai indikator
kesuburan tanah dan penghasil serasah untuk meningkatkan kesuburan tanah.
Hal ini yang menjadikan tumbuhan bawah dapat digunakan untuk memperbaiki
produktivitas tanah atau revegetasi lahan bekas tambang (Maisyaroh, 2010),
(Asmarahman, Ceng., et al, 2017), (Hilwan, Iwan., et al, 2013), (Fornwalt,
Paula J., et al, 2014, (Sutomo, 2015), (Kunarso, Adi., et al, 2013).
Tumbuhan bawah yang digunakan sebagai tumbuhan revegetasi lahan
bekas tambang (tumbuhan penutup tanah) harus memenuhi beberapa kriteria,
yaitu mudah ditanam dan pertumbuhannya cepat, memiliki kemampuan
bersimbiosis dengan bakteri tanah yang menguntungkan ataupun dengan fungi,
menghasilkan biomassa yang mudah terurai, tidak berkompetensi dengan
tanaman utama. Tumbuhan bawah yang bersifat invasif tidak cocok digunakan
sebagai tumbuhan penutup tanah, hal ini karena tumbuhan invasi bersifat
dominan yang nantinya akan berkompetensi dengan tumbuhan utama
(Asmarahman, Ceng, et al, 2017), (Hilwan, Iwan., et al, 2015).
Manfaat lain tumbuhan bawah yaitu dapat digunakan sebagai bahan
pangan (sayur, buah, bumbu, ataupun rempah), tumbuhan obat, tumbuhan hias,
pakan ternak dan sebagai sumber energi alternatif (Abrori, 2017), (Hilwan., et
al, 2015), (Arbiastutie, Yanieta., et al, 2017), (Waluyo, Joko., et al, 2017).
Kehadiran tumbuhan bawah berhubungan dengan pelestarian serangga polinator
(Purwatiningsih., et al, 2012).
Pagonatherum paniceum Pennisetum purpureum
Gambar 3. Contoh tumbuhan bawah yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan
ternak

Hypolrpsis punctate Ageratum Selliguea feei


conyzoides

Melastoma candidum Rubus moluccanus


Gambar 4. Beberapa tumbuhan bawah yang berpotensi sebagai obat

Rubus sp

Gambar 5. Salah satu tumbuhan bawah yang dapat dimanfaatkan sebagai makanan (dimakan
secara langsung)
Curculigo orchiodes
Gambar 6. Salah satu tumbuhan bawah yang dapat
dimanfaatkan sebagai tumbuhan hias

Bacopa procumbens Centella asiatica Phyllanthus urinaria

Calopogonium Gendarussa vulgaris


mucunoides.

Gambar 7. Beberapa tumbuhan bawah yang berpotensi sebagai penutup tanah/dapat


digunakan untuk revegetasi lahan bekas tambang, dapat memperbaiki produktivitas tanah

Cyperus rotundus Austroepatorium Imperata cylindrica


inulifolium

Gambar 8. Beberapa tumbuhan bawah yang berpotensi invasif, artinya tidak cocok
digunakan sebagai tumbuhan penutup tanah
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberadaan Tumbuhan Bawah
Komposisi dari keanekaragaman tumbuhan bawah sangat dipengaruhi
letak geografis suatu wilayah, yang nantinya akan berimbas pada perbedaan
faktor lingkungan seperti cahaya, kelembaban, pH tanah, tutupan tajuk dari
pohon di sekitarnya, dan tingkat kompetisi dari masing-masing jenis. Pada
komunitas hutan hujan, penetrasi cahaya matahari yang sampai pada lantai
hutan umumnya sedikit sekali. Hal ini disebabkan terhalang oleh lapisan-
lapisan tajuk pohon yang ada pada hutan tersebut, sehingga tumbuhan bawah
yang tumbuh dekat permukaan tanah kurang mendapat cahaya, sedangkan
cahaya matahari bagi tumbuhan merupakan salah satu faktor yang penting
dalam proses perkembangan, pertumbuhan dan reproduksi (Chiarucci,
Alessandro., et al, 2011), (Lei, Zhengyu., et al, 2013), (Basyuni, Mohammad., et
al, 2018),( Huang, Qingyang., et al, 2013), (Katovai, Eric., et al, 2015),
(Kunarso, Adi., et al, 2013).

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


Pada makalah ini akan difokuskan pada keanekaragaman tumbuhan bawah di
Indonesia, meliputi tumbuhan bawah di lokasi yang masih alami, yaitu Taman
Nasional Gunung Gede Pangrango di Jawa Barat dan pada lahan bekas tambang di
PT. Holcim, Jawa Barat. Selain keanekaragaman tumbuhan bawah di Indonesia,
keanekaragaman yang akan dikaji dalam makalah ini yaitu keanekaragaman
tumbuhan bawah di China, tepatnya di Cagar Alam Cibagou.
a. Keanekaragaman Tumbuhan Bawah di Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango
Keanekaragaman tumbuhan di Indonesia, yaitu di Taman Nasional
Gunung Gede Pangrango bertujuan untuk mengidentifikasi tumbuhan bawah
yang berpotensi sebagai antikanker. Penelitian ini dilakukan dengan melakukan
studi area kemudian mengambil sampel tumbuhan bawah menggunakan metode
transek plot yang kemudian dibawa untuk diidentifikasi di LIPI, Bogor. Prosedur
yang pertama dilakukan yaitu dengan membuat ekstrak tumbuhan bawah dengan
cara daun tumbuhan bawah dicuci bersih, kemudian dikeringkan menggunakan
oven dengan suhu 50- 70 oC, setelah kering tumbuhan bawah digiling hingga
berbentuk bubuk yang selanjutnya ditambahkan 400 ml ethanol, diamkan selama
3 hari. Selanjutnya yaitu menyaring, hasil saringan inilah yang digunakan
sebagai ekstrak tumbuhan bawah. Pengujian tumbuhan bawah dilakukan dengan
cara menambahkan ekstrak tumbuhan bawah pada medium sel HeLa. Sel HeLa
merupakan sel epitelium manusia yang berasal dari kanker serviks atau kanker
leher rahim. Sel HeLa diberi nama sesuai dengan nama pasien penyakit kanker
serviks yang sel kankernya diambil yaitu, Henrietta Lacks. Sel HeLa yang
diambil kemudian diperbanyak dengan kultur sel dan banyak digunakan dalam
penelitian. Sel HeLa yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari
Laboratorium Parasitologi, UGM. Aktivitas antikanker dari tumbuhan bawah
ditentukan oleh uji cytotoxicity array dengan ekstrak tumbuhan bawah terhadap
sel HeLa dengan menggunakan metode uji MTT. IC50 merupakan indikator
sitotoksisitas ditentukan oleh analisis probit.
Berdasarkan penelitian ini, di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango
teridentifikasi 97 jenis tumbuhan bawah yang berasal dari 52 famili dengan 12
famili yang mendominasi. Hasil identifikasi berdasarkan famili yang
mendominasi dapat dilihat dalam tabel berikut.
No Familia Jumlah
1 Asteraceae 8
2 Solanaceae 6
3 Zingiberaceae 4
4 Moraceae 4
5 Melastomaceae 4
6 Acanthaceae 3
7 Begoniaceae 3
8 Gesneriaceae 3
9 Malvaceae 3
10 Myrsinaceae 3
11 Piperaceae 3
12 Polygalaceae 3
Gambar 9. Diagram asal famili tumbuhan bawah secara keseluruhan yang
teridentifikasi di Taman Nasional Gunung Parangrango

Dari 97 jenis tumbuhan bawah yang teridentifikasi, hanya 5 jenis yang


memiliki potensi sebagai antikanker. Tumbuhan bawah tersebut yaitu Physalis
peruviana L, Tithonia diversdifolia (Hemsl.) A. Gray, Lantana camara L,
Clidemia hirta (L) D. Don, E, Solanum torvum Sw.

Nama Family IC50 (µg/mL) Kandungan Fitokimia


tumbuhan
Tithonia Asteraceae 3.38 Alkaloid, phenolics, steroid,
diversifolia terpenoids
Clidemia hirta Melastomataceae 36.92 Alkaloid, phenolics, flavonoids,
(L). D.Don steroid, serpenoids, tanin
Lantana camara Verbenaceae 43.54 Alkaloid, phenolics, flavonoids,
SolanumL. torvum Solanaceae 59.08 steroid,
Alkaloid, terpenoids
phenolics, flavonoids,
steroid, terpenoids
Physalis Solanaceae 67.85 Alkaloid, phenolics, flavonoids,
peruviana L. steroid, terpenoids

A B C D E

Gambar 10. Tumbuhan bawah dari Taman Nasional Parangrango yang


berpotensi sebagai antikanker. A. Physalis peruviana L, B. Tithonia diversdifolia
(Hemsl.) A. Gray, C. Lantana camara L, D. Clidemia hirta (L) D. Don, E, E.
Solanum torvum Sw.

Pada penelitian ini, difokuskan pada antikanker dari kanker serviks. Hal
ini karena kanker serviks merupakan urutan pertama kanker yang paling
mematikan di Indonesia dan urutan ketiga di Iran. Penderita kanker biasanya
harus melakukan beberapa terapi meliputi kemoterapi, radioterapi, dan operasi
untuk menghambat tumbuhnya sel kanker tersebut. Namun dengan beberapa
terapi tersebut pasien akan mengalami banyak efek samping. Hal ini karena
dalam terapi tersebut tidak hanya sel kanker yang terterapi namun sel yang sehat
juga ikut terpapar. Oleh karena itu, maka perlu adanya solusi untuk permasalahan
tersebut. Salah satunya yaitu dengan memanfaatkan potensi tumbuhan bawah
sebagai antikanker. Zat aktif pada tumbuhan (metabolit sekunder) memiliki
potensi sebagai antikanker, zat aktif pada tumbuhan terdiri atas falvonoid,
alkaloid, phenol, terpenoid, dan steroid. Falvonoid merupakan golongan aldehid
yang biasa digunakan sebagai obat. Alkaloid dapat merangsang sel HeLa untuk
melakukan apoptosis sehingga pertumbuhannya terhambat.
b. Keanekaragaman Tumbuhan Bawah pada Lahan Bekas Tambang Kapur
dan Silika di PT. Holcim
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi, keanekaragaman
jenis, dan potensi tumbuhan bawah sebagai tumbuhan penutup di PT. Holcim. PT
Holcim merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang
pertambangan, khususnya pertambangan silika dan kapur yang digunakan
sebagai bahan utama pembuatan semen. Aktivitas pertambangan dilakukan
dengan memecah dan menggores lapisan atas tanah. Lapisan atas tanah adalah
lapisan yang sangat sensitif terhadap kerusakan karena merupakan tempat hidup
makhluk hidup. Kerusakan lapisan atas tanah dapat berdampak negatif misalnya
rusaknya sistem hidrologi, meningkatkan laju erosi, dan rusaknya struktur tanah.
Salah satu kegiatan yang dapat memperbaiki struktur tanah adalah melalui
kegiatan revegetasi menggunakan tumbuhan bawah. Oleh karena perlu dilakukan
penelitian mengenai keanekaragaman tumbuhan bawah pada lahan bekas
tambang silika dan kapur serta tumbuhan bawah yang berpotensi sebagai
tumbuhan penutup.
Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini yaitu
menggunakan metode kuadrat plot. Plot yang dibuat berjumlah 5 berukuran 2 x
2 meter dengan jarak antar plot 40 m. Pembuatan plot ini dilakukan di 2 lokasi,
yaitu di lahan bekas tambang kapur dan lahan bekas tambang silika yang berbeda
lokasi yaitu di Sukabumi dan Narogong. Identifikasi tumbuhan dilakukan dengan
panduan buku kunci identifikasi tumbuhan. Sedangkan tumbuhan yang tidak
teridentifikasi di lapangan, identifikasi dilakukan dengan pembuatan herbarium
tumbuhan bawah di Laboratorium Ekologi, IPB.
Pada penelitian ini dilakukan analisis data meliputi indeks nilai penting
(INP), indeks kekayaan jenis (R), indeks keanekaragaman jenis (H’), indeks
kemerataan jenis (E), dan indeks dominansi (D). Berdasarkan hasil penelitian,
teridentifikasi 51 jenis tumbuhan bawah dari 24 famili, yaitu 31 spesies dengan
20 famili dari lahan bekas tambang kapur dan 22 spesies dengan 9 famili dari
lahan bekas tambang silika.

Gambar 11. Diagram tumbuhan bawah hasil identifikasi di lahan bekas


tambang kapur dan lahan bekas tambang silika

Dari 51 jenis tumbuhan bawah yang teridentifikasi, terdapat beberapa


tumbuhan yang dominan. Pada lahan bekas tambang kapur yaitu Ageratum
conyzoides, Bidens pilosa, Mimosa pudica, Cyperus rotundus, dan Eulesine
indica. Sedangkan pada lahan bekas tambang silika yaitu Pennisetum
polystachyon, Momosa pudica, Calopogonium mucoides, Paspalum
cartilagineum, Paspalum conjugatum, dan Imperata cylindrica. Dari tumbuhan
yang dominan tersebut terdapat beberapa tumbuhan bawah yang berpotensi
invasif, antara lain Eleusine indica, Imperata cylindrica, Paspalum conjugatum,
Paspalum cartilagineum, Ageratum conyzoides, Cyperus rotundus, dan Mimosa
pudica.

Gambar 12. Hasil analisis keanekaragaman tumbuhan bawah di lahan bekas


tambang kapur dan lahan bekas tambang silika di PT. Holcim
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa H’ lahan bekas batu kapur > H’
lahan bekas silika, R1 lahan bekas batu kapur > R1 lahan bekas silika, E lahan
bekas batu kapur < E lahan bekas silika, dan C lahan bekas batu kapur < E lahan
bekas silika. Indeks tingkat keanekaragaman jenis antara lahan bekas kapur lebih
tinggi daripada lahan bekas silika. Hal ini disebabkan karena lahan bekas kapur
tidak terlalu teduh (lebih sedikit tegakan) yang menyebabkan sinar matahari
dapat menembus hingga lantai hutan, sehingga mendukung perkembangan
tumbuhan penutup tanah. Sedangkan pada lahan bekas silika (gamping) memiliki
H’ rendah. Hal ini disebabkan karena banyak tegakan, salah satunya pinus. Pinus
menghasilkan allelopati yang menghambat akumulasi nitrogen sehingga
pertumbuhan tumbuhan penutup terhalang karena tidak mampu menyerap
nitrogen.
Berdasarkan tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui jenis tumbuhan
bawah yang berpotensi pada tumbuhan penutup. Penentuan tumbuhan bawah
yang berpotensi sebagai tumbuhan penutup mengikuti beberapa kriteria yaitu
tmbuhan tersebut harus mudah ditanam dan pertumbuhannya cepat, memiliki
kemampuan simbiosis dengan fungi ataupun bakteri bersifat benefit,
menghasilkan biomassa yang mudah terurai, serta tidak berkompetisi dengan
tanaman utama. Tumbuhan yang paling cocok menjadi tumbuhan penutup yaitu
Calopogonium mucunoides. Sedangkan tumbuhan yang berpotensi menjadi
tumbuhan penutup yaitu Centella asiatica, Gendarussa vulgaris, Phyllanthus
urinaria, Lindernia anagallis, Fimbristylis aphylla, Isachne globosa, Vigna
trilobata, Cardiospermum halicacabum, Crotalaria retusa, Bacopa procumbens,
klorida lycopidium, Ischaemum timorense, Calopogonium polytscyon, Ishaemum
rugosum, dan Ischaemum ciliare.

Gambar 13. Calopogonium mucunoides , tumbuhan bawah yang paling cocok


menjadi tumbuhan penutup
A B C

Gambar 14. Beberapa tumbuhan bawah yang berpotensi sebagai tumbuhan penutup, A.
Lindernia anagallis, B. Fimbristylis aphylla, C. Crotalaria retusa

c. Keanekaragaman Tumbuhan Bawah di Taman Naional Cibagou, Tibet,


China
Komunitas merupakan salah satu bagian penting dari keanekaragaman
hayati. Komunitas tumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya
yaitu ketinggian. Perbedaan ketinggian antara lokasi 1 dan lokasi lainnya
menyebabkan munculnya perbedaan komunitas tumbuhan yang ada. Hal ini
karena perbedaan ketinggian berimbas pula pada perubahan faktor lingkungan,
meliputi suhu, precipitation, dan kondisi cahaya.
Pada penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi keanekaragaman
tumbuhan bawah didasarkan pada perbedaan ketinggian lokasi. Teknik
pengumpulan data menggunakan teknik plot kuadrat dengan ukuran 10 x 10 m
yang dibuat dari beberapa lokasi yaitu hutan Castanopsis, hutan campuran, hutan
Acer Green Broad-level, hutan Ek, hutan campuran poplar dan birch, dan hutan
Quercus aquifolioides. Teknik analisis yang digunakan yaitu menghitung indeks
kekayaan jenis (D) berdasarkan Margalef dan Menhinick, indeks
keanekaragaman jenis (H’) berdasarkan Shannon-wiener dan Simpion, indeks
persamaan berdasarkan Pielou dan Sheldon. Berikut hasil penelitian ini.
No Lokasi Jumlah spesies
1 Hutan Castanopsis 11
2 Hutan Campuran 11
3 Hutan Acer Green Broad-level 7
4 Hutan Ek 16
5 Hutan campuran poplar dan birch 8
6 Hutan Quercus aquifolioides 5
A B C

Gambar 15. Beberapa tumbuhan bawah hasil identifikasi di Hutan Castanopsis,


A. Galium bunge, B. Impatiens cristata, C. Calanthe mannii

A B C

Gambar 16. Beberapa tumbuhan bawah hasil identifikasi di Hutan Campuran, A.


Lecanthus peduncularis, B. Fragaria nubicola, C. Bromus internis

A B C

Gambar 17. Beberapa tumbuhan bawah hasil identifikasi di Hutan Acer Green
Broad-leaved. Impatiens linghziensis, B. Arisaema heterophyllum, C. Smilacina
henryi

Gambar 18. Kekayaan jenis tumbuhan bawah di Cagar alam Cibagou


berdasarkan perbedaan ketinggian
Gambar 19. Indeks keanekaragaman jenis tumbuhan bawah di Cagar alam
Cibagou berdasarkan perbedaan ketinggian

Gambar 20. Indeks persamaan jenis tumbuhan bawah di Cagar alam


Cibagou berdasarkan perbedaan ketinggian

Berdasarkan hasil penelitian ini, diketahui bahwa kekayaan jenis


tumbuhan bawah di Cagar alam Cibagou, China meningkat terlebih dahulu dan
kemudian mengalami penurunan seiring dengan kenaikan gradien ketinggian.
Hal ini disebabkan oleh adanya pohon tinggi dan semak tingkat tinggi sehingga
cahaya matahari tidak dapat mencapai lantai hutan yang berimbas pada
keragaman tumbuhan bawah yang hadir.

V. KESIMPULAN
a. Tumbuhan bawah adalah vegetasi dasar yang terdapat di bawah tegakan hutan
yang bukan pohon dan tidak dapat tumbuh menjadi tingkat pohon.
b. Tumbuhan bawah dapat berfungsi sebagai penahan pukulan air hujan dan aliran
permukaan sehingga dapat meminimalkan bahaya erosi, tumbuhan bawah juga
dapat dijadikan sebagai indikator kesuburan tanah dan penghasil serasah untuk
meningkatkan kesuburan tanah, tumbuhan revegetasi, dapat digunakan sebagai
bahan pangan (sayur, buah, bumbu, ataupun rempah), tumbuhan obat, tumbuhan
hias, pakan ternak dan sebagai sumber energi alternatif .
c. Keberadaan tumbuhan bawah dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan,
seperti cahaya, kelembaban, pH tanah, tutupan tajuk dari pohon di sekitarnya,
dan tingkat kompetisi dari masing-masing jenis.
d. Penelitian Keanekaragaman Tumbuhan Bawah di Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango teridentifikasi 97 jenis tumbuhan bawah yang berasal dari 52 familia
dengan 5 tumbuhan yang berpotensi sebagai antikanker yaitu yaitu Physalis
peruviana L, Tithonia diversdifolia (Hemsl.) A. Gray, Lantana camara L,
Clidemia hirta (L) D. Don, E, Solanum torvum Sw.
e. Penelitian Keanekaragaman Tumbuhan Bawah pada lahan bekas tambang kapur
dan lahan bekas tambang silika di PT. Holcim teridentifikasi 51 jenis tumbuhan
bawah dari 24 familia, yaitu 31 spesies dengan 20 familia dari lahan bekas
tambang kapur dan 22 spesies dengan 9 familia dari lahan bekas tambang silika.
Berdasarkan penelitian ini tumbuhan yang paling cocok sebagai tumbuhan
penutup adalah Calopogonium mucunoides.
f. Penelitian Keanekaragaman Tumbuhan Bawah di Cagar Alam Cibangou, China
menunjukkan bahwa gradien ketinggian lokasi mempengaruhi komunitas
tumbuhan bawah yang muncul.
DAFTAR PUSTAKA
Abrori, Fadhlan Muchlas. 2017. Kajian Folk Taxonomy Tumbuhan Bumbu Dan
Rempah Di Daerah Guluk-Guluk Sumenep Madura Sebagai Booklet Bagi
Masyarakat (Study of Folk Taxonomy Herb and Spice Plant in Guluk-Guluk
Sumenep Madura As Booklet for Society). Jurnal Pendidikan Biologi
Indonesia, 3:55-63.
Aththorick,T.A. 2005. Kemiripan Komunitas Tumbuhan Bawah Pada Beberapa Tipe
Ekosistem Perkebunan di Labuhan Batu. Jurnal Komunikasi Penelitian.
Asmarahman, Ceng., Sri Wilaso Budi R, Imam Wahyudi. Erdy Santoso. 2017. Species
Diversity of Undergrowth Vegetation in Former Silica and Limestone Mining
Land at PT Holcim Indonesia Tbk, West Java Indonesia. IJSBAR Vol. 31:
206-223.
Basyuni, Mohammad., Ridha Wati., Hiroshi Sagami.,Sumardi., Shigeyuki Baba.,
Hirosuke Oku. 2018. Diversity and abundance of polyisoprenoid composition
in coastal plant species from North Sumatra, Indonesia. Biodiversitas, 19 (1),
1-11.
Chiarucci, Alessandro., Giovanni Bacaro., Kostas A. Triantis., Jos. E Maria Fern.,
Andez-Palacios. 2011. Biogeographical determinants of pteridophytes and
spermatophytes on oceanic archipelagos. Systematics and Biodiversity, 9(3):
191–201.
Fornwalt, Paula J., Merrill R. Kaufmann. 2014. Understorey plant community
dynamics following a large, mixed severity wildfire in a Pinus ponderosa–
Pseudotsuga menziesii forest, Colorado, USA. Journal of Vegetation Science,
25: 805–818.
Hilwan, Iwan., Dadan Mulyana., & Weda Gelar Pananjung. 2013. Keanekaraaman
Jenis Tumbuhan Bawah pada Tegakan Sengon Buto (Enterolobium
cyclocarpum Griseb.) dan Trembesi (Samanea saman Merr.) di Lahan Pasca
Tambang Batubara PT Kitadin, Embalut, Kutai Kartanagara, Kalimantan
Timur (The Species Diversity of Ground Cover at Sengon Buto (Enterobilium
cyclocarpum Griseb.) and Trembesi (Samanea saman Merr.) Plantation in PT
Kitadin’s Post Mining Land, Embalut, Kutai Kartanagara, East Borneo. Jurnal
Silvikultur Tropika, 04 (1): 6 – 10.
Hilwan, Iwan., Idealisa Masyrafina. 2015. Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Bawah
Di Gunung Papandayan Bagian Timur, Garut, Jawa Barat (The Diversity of
Undergrowth Species in The Eastern Part of Gunung Papandayan, Garut,
West Java). Jurnal Silvikultur Tropika, Vol. 6, No 2: 119-125.
Huang, Qingyang., Zhiyuan Yan., Jifeng Wang., Rongtao Zhang., Hongwei Ni. 2013.
Study on Spermatophyte Diversity in Wudalianchi. Advanced Materials
Research, 726-731: 4442-4445.
Katovai, Eric., Dawnie D. Katovai., Will Edwards., William F. Laurance. 2015.
Forest structure, plant diversity and local endemism in a highly varied New
Guinea landscape. Tropical Conservation Science, 8 (2): 284-300.
Kumolo, Fredian B., & Sri Utami. 2011. Jenis-Jenis Tumbuhan Anggota Famili
Asteraceae di Wana Wisata Nglimut Gonoharjo Kabupaten Kendal Jawa
Tengah. Bioma, 13 (1).
Kunarso, Adi., & Fatahul Azwara. 2013. Keragaman Jenis Tumbuhan Bawah Pada
Berbagai Tegakan Hutan Tanaman di Benakat, Sumatera Selatan. Jurnal
Penelitian Hutan Tanaman, 10 (2), 85-98.
Lei, Zhengyu., Jingyong CAI., Tao BAI., Jianguo JIANG., Shaonning WANG. 2013.
Spermatophyte Flora Distribution in Hubei DaqiMountain Nature Reserve.
Asian Agricultural Research, 5(10): 88-92.
Maisyaroh, W. 2010. Struktur Komunitas Tumbuhan Penutup Tanah di Taman Hutan
Raya R. Soerjo Cangar, Malang, Jurnal Pembangunan dan Alam Lestari. Vol.
1 No. 1.
Purwantiningsih, Budi., Amin Setyo Leksono., Bagyo Yanuwiadi. 2012. Kajian
Komposisi Serangga Polinator Pada Tumbuhan Penutup Tanah Di
Poncokusumo – Malang. Jurnal Berkala Penelitian Hayati, 17: 165–172.
Soerianegara I dan A Indrawan. 2008. Ekologi Hutan Indonesia. Bogor. Laboratorium
Ekologi Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
Sutomo. 2015. Komposisi Komunitas Tumbuhan Bawah di Dalam Plot Permanen 1
Ha Gunung Pohen Cagar Alam Batukahu Bali (Ground Cover Plant
Community Composition On 1 Ha Permanent Plot Of Mount Pohen, Batukahu
Nature Preserve, Bali). Jurnal Metamorfosa (1): 41‐49.
Syah, Ar Sukarno., Samsurizal M. Sulaeman., & Ramdhanil Pitopang. 2014. Jenis-
Jenis Tumbuhan Suku Asteraceae Di Desa Mataue, Kawasan Taman Nasional
Lore Lindu. Jurnal of Natural Science, 3 (3): 297 – 312.
Waluyo, Joko., Dwi Wahyuni., Pujiastuti., Nuri., Wiwien Suqih Utami. 2017.
Exploration and Identification of Spermatophyta Plants Division that are
potentially can be used for Medicine at Evergreen Forest taman Nasional
Baluran Indonesia. International Journal of Environment, Agriculture and
Biotechnology (IJEAB), 2: 2303-2308.
Wang, Wei., Zhen Xing., Wenbo Li., Xiaolin Yang. 2017. Study on Diversity of
Undergrowth Plant Community in Cibagou Nature Reserve. American Journal
of Plant Sciences, 8: 2149-2158.

Вам также может понравиться