Вы находитесь на странице: 1из 18

A.

Rukun Solat

Rukun-rukun shalat terdiri dari 13 rukun yang wajib anda ketahui :

1. Berdiri bagi yang mampu


2. Takbiiratul-Ihraam,
3. Membaca Al-Fatihah pada setiap rakaatnya,
4. Ruku’,
5. I’tidal setelah ruku’,
6. Sujud dengan anggota tubuh yang tujuh sebanyak dua kali dengan
tuma’ninah,
7. Duduk di antara dua sujud,
8. Thuma’ninah (Tenang) dalam semua amalan,
9. Tertib rukun-rukunnya,
10.Tasyahhud Akhir,
11.Duduk untuk Tahiyyat Akhir,
12.Shalawat untuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
13.Salam dua kali.

B. Syarat Sah Sholat

SYARAT-SYARAT SAHNYA SHALAT


Oleh
Syaikh Abdul Azhim bin Badawi al-Khalafi

Agar shalat menjadi sah, disyaratkan hal-hal berikut:

A. Mengetahui Masuknya Waktu


Berdasarkan firman Allah:
‫علاى ْال ُمؤْ ِمنِينا ِكت اابًا َّم ْوقُوتًا‬ ْ ‫ص اَلة ا اكان‬
‫ات ا‬ َّ ‫ِإ َّن ال‬
“… Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas
orang-orang yang beriman.” [An-Nissa’: 103].
Tidak sah shalat yang dikerjakan sebelum masuknya waktu ataupun setelah
keluarnya waktu kecuali ada halangan.
B. Suci dari Hadats Besar dan Kecil
Berdasarkan firman Allah:
‫س ُحوا بِ ُر ُءو ِس ُك ْم اوأ ا ْر ُجلا ُك ْم‬
‫ق او ْام ا‬ ِ ِ‫ص اَلةِ فاا ْغ ِسلُوا ُو ُجو اه ُك ْم اوأ ا ْي ِديا ُك ْم إِلاى ْال ام اراف‬
َّ ‫أايُّ اها الَّذِينا آ امنُوا إِذاا قُ ْمت ُ ْم إِلاى ال‬
‫اط َّه ُروا‬َّ ‫إِلاى ْال اك ْعباي ِْن ۚ اوإِن ُكنت ُ ْم ُجنُبًا فا‬

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat,


maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah
kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu
junub maka mandilah…” [Al-Maa-idah: 6].
Dan hadits Ibnu ‘Umar, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫الا يا ْقبا ُل هللاُ ا‬.


‫صَلاة ً ِبغاي ِْر ا‬
‫ط ُه ْور‬
“Allah tidak menerima shalat (yang dikerjakan) tanpa bersuci.” [1]
C. Kesucian Baju, Badan, dan Tempat yang Digunakan Untuk Shalat
Dalil bagi disyaratkannya kesucian baju adalah firman Allah:
‫اوثِيااباكا فا ا‬
‫ط ِ ِّه ْر‬
“Dan Pakaianmu bersihkanlah.” [Al-Muddatstsir: 4].
Dan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

‫ فا ْليا ْم ا‬،‫ظ ْر فِ ْي ِه اما فاإ ِ ْن ارأاى اخباثًا‬


ِ ‫سحْ هُ ِباْأل ا ْر‬
‫ض ث ُ َّم ِليُ ا‬
‫ص ِِّل فِ ْي ِه اما‬ ُ ‫ او ِليا ْن‬،‫ فا ْليُقا ِلِّبْ نا ْعلا ْي ِه‬،‫ ِإذاا اجا اء أ ا احدُ ُك ُم ْال امس ِْجدا‬.

“Jika salah seorang di antara kalian mendatangi masjid, maka hendaklah ia


membalik sandal dan melihatnya. Jika ia melihat najis, maka hendaklah ia
menggosokkannya dengan tanah. Kemudian hendaklah ia shalat dengannya.”[2]
Adapun dalil bagi disyaratkannya kesucian badan adalah sabda Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam kepada ‘Ali. Dia menanyai beliau tentang madzi dan berkata:
‫ت ااوضَّأ ْ اوا ْغس ِْل ذا اك اركا‬.
“Wudhu’ dan basuhlah kemaluanmu.” [3]
Beliau berkata pada wanita yang istihadhah:
‫ص ِلِّ ْي‬ ‫اِ ْغ ِس ِل ْي ا‬.
‫ع ْن ِك الد اَّم او ا‬
“Basuhlah darah itu darimu dan shalatlah.” [4]
Adapun dalil bagi sucinya tempat adalah sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam kepada para Sahabatnya di saat seorang Badui kencing di dalam
masjid:
‫سجْ َلً ِم ْن اماء‬ ‫أ ا ِر ْيقُ ْوا ا‬.
‫على با ْو ِل ِه ا‬
“Siramlah air kencingnya dengan air satu ember.” [5]
Catatan:
Barangsiapa telah shalat dan dia tidak tahu kalau dia terkena najis, maka
shalatnya sah dan tidak wajib mengulang. Jika dia mengetahuinya ketika shalat,
maka jika memungkinkan untuk menghilangkannya -seperti di sandal, atau
pakaian yang lebih dari untuk menutup aurat- maka dia harus melepaskannya
dan menyempurnakan shalatnya. Jika tidak memungkinkan untuk itu, maka dia
tetap melanjutkan shalatnya dan tidak wajib mengulang.
Berdasarkan hadits Abu Sa’id: “Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah
shalat lalu melepaskan kedua sandalnya. Maka orang-orang pun turut melepas
sandal-sandal mereka. Ketika selesai, beliau membalikkan badan dan berkata,
‘Kenapa kalian melepas sandal kalian?’ Mereka menjawab, ‘Kami melihat
Anda melepasnya, maka kami pun melepasnya.’ Beliau berkata, ‘Sesungguhnya
Jibril datang kepadaku dan mengatakan bahwa pada kedua sandalku terdapat
najis. Jika salah seorang di antara kalian mendatangi masjid, maka hendaklah
membalik sandalnya dan melihatnya. Jika dia melihat najis, hendaklah ia
gosokkan ke tanah. Kemudian hendaklah ia shalat dengannya.’”[6]
D. Menutup Aurat
Berdasarkan firman Allah:
‫ايا بانِي آدا ام ُخذُوا ِزينات ا ُك ْم ِعندا ُك ِِّل امس ِْجد‬
“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki)
mesjid…” [Al-A’raaf: 31].
Yaitu, tutupilah aurat kalian. Karena mereka dulu thawaf di Baitullah dengan
telanjang.
Juga sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
‫صَلاة ا احائِض إِالَّ بِ ِح امار‬
‫الا يا ْقبا ُل هللا ا‬.
“Allah tidak menerima shalat wanita yang sudah haidh (baligh) kecuali dengan
mengenakan penutup kepala (jilbab).” [7]
Aurat laki-laki antara pusar dan lutut. Sebagaimana dalam hadits ‘Amr bin
Syu’aib Radhiyallahu anhum, dari ayahnya, dari kakeknya, secara marfu’:

‫الر ْكبا ِة ا‬
‫ع ْو ارة‬ ُّ ‫س َّرةِ او‬
ُّ ‫ اما بايْنا ال‬.
“Antara pusar dan lutut adalah aurat.” [8]
Dari Jarhad al-Aslami, ia berkata, “Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam lewat
ketika aku mengenakan kain yang tersingkap hingga pahaku terlihat. Beliau
bersabda:

‫اط فا ِخذاكا فاإ ِ َّن ْالفا ِخذا ا‬


‫ع ْو ارة‬ ِّ ِ ‫غ‬.

“Tutuplah pahamu. Karena sesungguhnya paha adalah aurat.” [9]


Sedangkan bagi wanita, maka seluruh tubuhnya adalah aurat kecuali wajah dan
kedua telapak tangannya dalam shalat.
Berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
ْ
‫ال ام ْرأاة ُ ا‬.
‫ع ْو ارة‬
“Wanita adalah aurat.” [10]
Juga sabda beliau:
‫صَلاة ا احائِض إِالَّ بِ ِح امار‬
‫الا يا ْقبا ُل هللا ا‬.
“Allah tidak menerima shalat wanita yang sudah pernah haidh (baligh) kecuali
dengan mengenakan kain penutup.” [11]
E. Menghadap ke Kiblat
Berdasarkan firman Allah Ta’ala:
ْ ‫ْث اما ُكنت ُ ْم فا اولُّوا ُو ُجو اه ُك ْم ش‬
ُ‫اط اره‬ ُ ‫اط ار ْال امس ِْج ِد ْال اح ار ِام ۚ او احي‬
ْ ‫فا او ِِّل اوجْ اهكا ش‬

“… maka palingkanlah wajahmu ke Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu


(sekalian) berada, maka palingkanlah wajahmu ke arahnya…” [Al-Baqarah:
150].
Juga sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap orang yang buruk dalam
shalatnya:
‫ض ْو اء ث ُ َّم ا ْست ا ْق ِب ِل ْال ِق ْبلاةا‬
ُ ‫صَلاةِ فاأ ا ْس ِبعِ ْال ُو‬
َّ ‫ ِإذاا قُ ْمتا ِإلاى ال‬.
“Jika engkau hendak shalat, maka berwudhu’lah dengan sempurna. Kemudian
menghadaplah ke Kiblat…” [12]
Boleh (shalat) dengan tidak menghadap ke Kiblat ketika dalam keadaan takut
yang sangat dan ketika shalat sunnat di atas kendaraan sewaktu dalam
perjalanan.
Allah berfirman:
‫فاإ ِ ْن ِخ ْفت ُ ْم فا ِر اج ًاال أ ا ْو ُر ْكباانًا‬
“Jika kamu dalam keadaan takut (bahaya), maka shalatlah sambil berjalan atau
berkendaraan…” [Al-Baqarah: 239].
Ibnu ‘Umar Radhiyallahu anhuma berkata, “Menghadap ke Kiblat atau tidak
menghadap ke sana.”
Nafi’ berkata, “Menurutku, tidaklah Ibnu ‘Umar Radhiyallahu anhuma
menyebutkan hal itu melainkan dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.” [13]
Dari Ibnu ‘Umar Radhiyallahu anhuma, ia berkata, “Dulu Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam shalat di atas kendaraannya menghadap ke arah mana saja dan
shalat Witir di atasnya. Namun, beliau tidak shalat wajib di atasnya.” [14]
Catatan:
Barangsiapa berusaha mencari arah Kiblat lalu ia shalat menghadap ke arah
yang disangka olehnya sebagai arah Kiblat, namun ternyata salah, maka dia
tidak wajib mengulang.
Dari ‘Amir bin Rabi’ah Radhiyallahu anhu, ia berkata, “Kami pernah bersama
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam suatu perjalanan di suatu malam
yang gelap dan kami tidak mengetahui arah Kiblat. Lalu tiap-tiap orang dari
kami shalat menurut arahnya masing-masing. Ketika tiba waktu pagi, kami
ceritakan hal itu pada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu turunlah
ayat:
َّ ُ‫فاأ ا ْينا اما ت ُ اولُّوا فاث ا َّم اوجْ ه‬
ِ‫َللا‬
“… maka ke manapun kamu menghadap di situlah wajah Allah…” [Al-
Baqarah: 115].”[15]
F. Niat
Hendaklah orang yang ingin shalat meniatkan dan menentukan shalat yang
hendak ia kerjakan dengan hatinya, misalnya seperti (meniatkan) shalat Zhuhur,
‘Ashar, atau shalat sunnahnya [16]. Tidak disyari’atkan mengucapkannya
karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah mengucapkannya. Jika
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berdiri untuk shalat, beliau mengucapan,
“Allaahu Akbar,” dan tidak mengucapkan apa pun sebelumnya. Sebelumnya
beliau tidak melafazhkan niat sama sekali, dan tidak pula mengucapkan, “Aku
shalat untuk Allah, shalat ini, menghadap Kiblat, empat raka’at, sebagai imam
atau makmum.” Tidak juga mengucapkan, “Tunai atau qadha’…”
Ini semua adalah bid’ah. Tidak seorang pun meriwayatkannya dengan sanad
shahih atau dha’if, musnad atau pun mursal. Tidak satu lafazh pun. Tidak dari
salah seorang Sahabat beliau, dan tidak pula dianggap baik oleh Tabi’in,
ataupun Imam yang empat. [17]
[Disalin dari kitab Al-Wajiiz fii Fiqhis Sunnah wal Kitaabil Aziiz, Penulis
Syaikh Abdul Azhim bin Badawai al-Khalafi, Edisi Indonesia Panduan Fiqih
Lengkap, Penerjemah Team Tashfiyah LIPIA – Jakarta, Penerbit Pustaka Ibnu
Katsir, Cetakan Pertama Ramadhan 1428 – September 2007M]

C. Sholat Wajib
1. Dasar Hukum

1. QS. Al-Ankabut ayat 45;


‫ااء او ْال ُم ْن اك ار‬
ِ ‫ع ِن ْالفاحْ ش‬
‫صلاوة ا ت ا ْن اهى ا‬
َّ ‫صلاوة ا ا َِّن ال‬
َّ ‫اوااقِي ِْم ال‬
Artinya: “Kerjakanlah sholat sesungguhnya sholat itu bisa mencegah perbuatan
keji dan munkar.”

2. QS. Al-Baqarah ayat 43;


َّ ‫ار اكعُ ْوا ام اع‬
‫الرا ِك ِعيْنا‬ َّ ‫صلاىةا اوآت ُ ْو‬
ْ ‫الز اكوة ااو‬ َّ ‫اوااقِ ْي ُم ْو ال‬
Artinya: “Dan dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat dan rukulah beserta orang-
orang yang ruku’.”

3. QS. Al-Baqarah ayat 110;


‫صلا ْوة ا‬
َّ ‫الز اكوة ا او اماتُقا ِدِّ ُم ْوا الا ْنفُ ِس ُك ْم ِ ِّم ْن اخيْر ت ِاجد ُْوهُ ِع ْندُالل ِهط ا َِّن هللاا ِب اما اوااقِ ْي ُم ْو ال‬
َّ ‫اوآت ُ ْو‬
‫صيْر‬ ِ ‫ت ا ْع املُ ْونا اب‬
Artinya : "Dan dirikanlah sholat dan tunaikanlah zakat dan apa-apa yang kamu
usahakan dari kebaikan bagi dirimu, tentu kamu akan dapat pahalanya pada sisi
Allah sesungguhnya Allah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan."

4. QS. An-Nuur ayat 56;

‫س ْو ال لاعالا ُك ْم ت ُ ْر اح ُم ْونا‬ َّ ‫صَلاة ا اوآت ُ ْو‬


َّ ‫الز اكوة ا اوا ا ِط ْيعُ ْو‬
ُ ‫االر‬ َّ ‫اوااقِ ْي ُم ْو ال‬
Artinya : "Dan kerjakanlah sholat, berikanlah zakat, dan taat kepada Rasul, agar
supaya kalian semua diberi rahmat."

Rasulullah SAW bersabda, ‫ع ْن‬ ‫قاا ال ُه اري اْرة ا اابِى ا‬: ُ‫س ِم ْعت‬ ‫س ْو ال ا‬ ُ ‫ياقُ ْو ُل ص هللاِ ار‬: ‫ب اما ا ا َّو ال ا َِّن‬
ُ ‫س‬‫يُ احا ا‬
َّ ‫قِ ْي ال اِالَّ او اات ا َّم اها فاا ِْن اْل ام ْكت ُ ْو ابةُ ال‬. ‫ظ ُر ْوا‬
‫صَلاة ُ اْل ِقياا ام ِة اي ْو ام اْل اع ْبدُ ِب ِه‬ ُ ‫ا ُ ْن‬، ‫ط ُّوع؟ ِم ْن لاهُ ه ْال‬
‫ط ُّوع لاهُ اكانا فاا ِْن ت ا ا‬
‫تا ا‬
‫ت‬ ِ ‫ضةُ ا ُ ْك ِملا‬ ‫ط ُّو ِع ِه ِم ْن اْلفا ِر ْي ا‬ ‫ت ا ا‬، ‫سائِ ِر يُ ْفعا ُل ث ُ َّم‬
‫ض ِة اْالا ْع اما ِل بِ ا‬ ‫ذلِكا ِمثْ ُل اْل ام ْف ُر ْو ا‬. ‫الخمسة‬، ‫ االوطار نيل فى‬1:
345 Dari Abu Hurairah, ia berkata : Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda,
“Sesungguhnya pertama-tama perbuatan manusia yang dihisab pada hari
qiyamat, adalah shalat wajib. Maka apabila ia telah menyempurnakannya (maka
selesailah persoalannya). Tetapi apabila tidak sempurna shalatnya, dikatakan
(kepada malaikat), “Lihatlah dulu, apakah ia pernah mengerjakan shalat sunnah
! Jika ia mengerjakan shalat sunnah, maka kekurangan dalam shalat wajib
disempurnakan dengan shalat sunnahnya”. Kemudian semua amal-amal yang
wajib diperlakukan seperti itu”. [HR. Khamsah, dalam Nailul Authar juz 1, hal.
345]

Dari Jabir bin ‘Abdillah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‫ابيْنا‬
‫الر ُج ِل‬ ِّ ‫صَلاةِ ت ْاركُ او ْال ُك ْف ِر ال‬
َّ ‫ش ِْر ِك اوبايْنا‬ َّ ‫(“ ال‬Pembatas) antara seorang muslim dan
kesyirikan serta kekafiran adalah meninggalkan shalat.” (HR. Muslim no. 257)

2. Keutamaan Sholat Wajib

1- Shalat adalah sebaik-baik amalan setelah dua kalimat syahadat.


Ada hadits muttafaqun ‘alaih sebagai berikut,
ْ‫صالَْة ُْل َوقت َها‬
َ ‫لْ«ْال‬ َْ ‫لْقَا‬ َ ‫ْأَىْْال َع َملْْأَف‬-‫صلىْهللاْعليهْوسلم‬-ْ‫ّللا‬
ُْ ‫ض‬ َْ ْ‫ل‬َْ ‫سو‬ ُ ‫سأَلتُْْ َر‬ َ ْ‫ل‬َْ ‫ّللاْبنْْ َمسعُودْْقَا‬ َْ ْْ‫عبد‬ َ ْْ‫عن‬ َ
َْ ْْ‫سبيل‬
.»ْ‫ّللا‬ َ ْ‫لْ«ْالج َها ْدُْفى‬ َ ُ
َْ ‫لْقُلتُْْث َْمْأىْْقَا‬ َْ ‫ْقَا‬.»ْْ‫لْ«ْبرْْال َوالدَين‬ َ ُ
َْ ‫لْقُلتُْْث َْمْأىْْقَا‬ َْ ‫ْقَا‬.»
Dari ‘Abdullah bin Mas’ud, ia berkata, “Aku pernah bertanya pada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, amalan apakah yang paling afdhol?”
Jawab beliau, “Shalat pada waktunya.” Lalu aku bertanya lagi, “Terus apa?”
“Berbakti pada orang tua“, jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. “Lalu
apa lagi”, aku bertanya kembali. “Jihad di jalan Allah“, jawab beliau. (HR.
Bukhari no. 7534 dan Muslim no. 85)
2- Shalat lima waktu mencuci dosa
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
ْ‫لَْيُبقى‬ ْ ْ‫ْقَالُوا‬.ْ»ْْ‫لْذَلكَْْيُبقىْمنْْدَ َرنه‬ ُْ ‫ْ َماْتَقُو‬،ْ‫سا‬ ً ‫لْ َيومْْخَم‬ َْ ‫لْفيهْْ ُك‬ ُْ ‫ْ َيغت َس‬،ْْ‫نْنَ َه ًراْب َبابْْأ َ َحد ُكم‬
َْ َ ‫أ َ َرأَيتُمْْلَوْْأ‬
»ْ‫طا َيا‬َ ‫ّللاُْب َهاْال َخ‬
َْ ْ‫ْ َيم ُحو‬،ْْ‫صلَ َواتْْالْخَمس‬ َ ‫لْال‬ُْ ‫لْ«ْفَذَلكَْْمث‬ َْ ‫ْقَا‬.ْ‫منْْدَ َرنهْْشَيئًا‬
“Tahukah kalian, seandainya ada sebuah sungai di dekat pintu salah seorang di
antara kalian, lalu ia mandi dari air sungai itu setiap hari lima kali, apakah akan
tersisa kotorannya walau sedikit?” Para sahabat menjawab, “Tidak akan tersisa
sedikit pun kotorannya.” Beliau berkata, “Maka begitulah perumpamaan shalat
lima waktu, dengannya Allah menghapuskan dosa.” (HR. Bukhari no. 528 dan
Muslim no. 667)
Dari Jabir radhiyallahu ‘anhu,
َْ ‫لْقَا‬
ْ‫ل‬ َْ ‫ْقَا‬.»ْْ‫سْ َم َرات‬ َْ ‫لْيَومْْخَم‬ َْ ‫لْمن ْهُْ ُك‬ ُْ ‫علَىْبَابْْأ َ َحد ُكمْْيَغت َس‬ َ ْْ‫صلَ َواتْْالخَمسْْ َك َمثَلْْنَ َهرْْ َجارْْغَمر‬ َ ‫لْال‬ ُْ َ ‫َمث‬
ْ‫نْ َو َماْيُبقىْذَلكَْْمنَْْالد ََرن‬ ُْ ‫س‬
َ ‫ال َح‬
“Permisalan shalat yang lima waktu itu seperti sebuah suangi yang mengalir
melimpah di dekat pintu rumah salah seorang di antara kalian. Ia mandi dari
air sungai itu setiap hari lima kali.” Al Hasan berkata, “Tentu tidak tersisa
kotoran sedikit pun (di badannya).” (HR. Muslim no. 668).
Dua hadits di atas menerangkan tentang keutamaan shalat lima waktu di mana
dari shalat tersebut bisa diraih pengampunan dosa. Namun hal itu dengan syarat,
shalat tersebut dikerjakan dengan sempurna memenuhi syarat, rukun, dan
aturan-aturannya. Dari shalat tersebut bisa menghapuskan dosa kecil -menurut
jumhur ulama-, sedangkan dosa besar mesti dengan taubat. Lihat Nuzhatul
Muttaqin Syarh Riyadhis Sholihin karya Syaikh Musthofa Al Bugho dkk, hal.
409.
3- Shalat lima waktu menghapuskan dosa
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
َْ ‫نْإذَاْاجتَن‬
‫َبْال َكبَائ َْر‬ َْ ‫ضانَْْ ُم َكف َراتْْ َماْبَينَ ُه‬ َ ‫انْإلَىْ َر َم‬ ُْ ‫ض‬ َ ‫سْ َوال ُج ُمعَ ْةُْإلَىْال ُج ُمعَةْْ َو َر َم‬ ُْ ‫صلَ َواتُْْالخَم‬ َ ‫ال‬
“Di antara shalat yang lima waktu, di antara Jumat yang satu dan Jumat
lainnya, di antara Ramadhan yang satu dan Ramadhan lainnya, itu akan
menghapuskan dosa di antara keduanya selama seseorang menjauhi dosa-dosa
besar.” (HR. Muslim no. 233).
4- Shalat adalah cahaya di dunia dan akhirat
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ْْ‫لَْبُرهَان‬ ْ ‫علَي َهاْلَمْْيَ ُكنْْلَ ْهُْنُورْْ َو‬ َ ْْ‫علَي َهاْ َكانَتْْلَ ْهُْنُورْا ًْ َوبُرهَانْا ًْ َونَ َجا ْة ًْيَو َْمْالقيَا َمةْْ َو َمنْْلَمْْيُ َحافظ‬ َْ َ‫َمنْْ َحاف‬
َ ْ‫ظ‬
ُ
ْ‫عونَْْ َوهَا َمانَْْ َوأبَىْْبنْْ َخلَف‬ َ ‫ارونَْْ َوفر‬ ُ َ‫لَْنَ َجاةْْ َو َكانَْْيَو َْمْالقيَا َمةْْ َم َْعْق‬ ْ ‫َو‬
“Siapa yang menjaga shalat lima waktu, baginya cahaya, bukti dan
keselamatan pada hari kiamat. Siapa yang tidak menjaganya, maka ia tidak
mendapatkan cahaya, bukti, dan juga tidak mendapat keselamatan. Pada hari
kiamat, ia akan bersama Qorun, Fir’aun, Haman, dan Ubay bin Kholaf.” (HR.
Ahmad 2: 169. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits
ini hasan).
Disebutkan dalam hadits Abu Malik Al Asy’ari, Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
ْ‫صالَْة ُْنُور‬ َ ‫َوال‬
“Shalat adalah cahaya.” (HR. Muslim no. 223)
Juga terdapat hadits dari Burairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ْ‫ساجدْْبالنورْْالتَامْْ َيو َْمْالق َيا َمة‬ َ ‫شائينَْْفىْالظلَمْْإلَىْال َم‬ َ ‫َبشرْْال َم‬
“Berilah kabar gembira bagi orang yang berjalan ke masjid dalam keadaan
gelap bahwasanya kelak ia akan mendapatkan cahaya sempurna pada hari
kiamat.” (HR. Abu Daud no. 561 dan Tirmidzi no. 223. Al Hafizh Abu Thohir
mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Dalam kitab Azzawajir susunan Ahmad bin Hajar Alhaitami berkata : Tersebut
dalam hadits : Siapa yang menjaga shalat lima waktu maka Allah akan
memulyakannnya dengan lima macam :
1. Dihindarkan kesempitan hidup.
2. Dihindarkan siksa kubur.
3. Diberi kitab amalnya dengan tangan kanannya.
4. Berjalan diatas shirat bagaikan kilat.
5. Masuk surga tanpa hisab

3. Hukum Meninggalkan Sholat Wajib


Adapun yang di dunia ;
1. Dicabut berkat umurnya.
2. Dihapus tanda orang salih dari mukanya.
3. Tiap amal yang dikerjakan tidak diberi pahala oleh Allah.
4. Do'anya tidak dinaikkan kelangit.
5. Tidak dapat bagian dari do'a orang-orang sholihin
Adapun hukuman yang terkena padanya ketika mati
1. Matinya hina.
2. Mati kelaparan.
3. Mati haus, dan andaikan diberi air samudera dunia tidak akan puas, dan
tetap haus
Adapun hukuman di dalam kubur :
1. Disempitkan kubur sehinuga hancur tulang-tulang rusuknya.
2. Dinyalakan api dalam kubur, maka ia bergelimpang dalam api, siang,malam.
3. Didatangkan padanya ular yang bernama syuja' yang buta matanya dari api
(berapi) dan kukunya dari besi tiap kuku panjangnya perjalanan sehari, ia
berkata pada si mayit ; " Aku syuja' al'aqra', sedang suaranya bagaikan petir
yang menyambar, ia berkata : Allah telah menyuruhku memukul kamu karena
meninggalkan shalat subuh hingga terbit matahari, dan memukul kamu karena
meninggalkan shalat dhuhur hingga asar, dan memukul kamu karena
meninggalkan shalat ashar hingga maghrib, dan memukulmu karena
meninggalkan shalat maghrib hingga isya', dan memukulmu karena
meninggalkan shalat isya' hingga shubuh, dan tiap ia memukul satu kali
terbenamlah orang itu kedalam tanah tujuh puluh hasta, maka ia selalu tersiksa
dalam kubur hingga hari qiyamat.
Adapun hukuman yang menimpa padanya sesudah keluar dari kubur dihari
qiyamat :
1. Diberatkan hisabnya.,
2. Allah murka padanya,
3. Masuk dalam neraka.
Di lain riwayat : Maka ia akan menghadap qiyamat dan dimukanya ada tiga
baris tulisan :
1. Hai orang yang mengabaikan hak Allah.
2. Hai orang yang mendapat murka.
3. Allah mengabaikan kamu sebagaimana kamu didunia mengabaikan hak Allah
maka hari ini kamu putus dari rahmat Allah..

D. Sholat Sunnah
1. Keutmaan Sholat Sunnah Rawatib
Berikut adalah 10 keutamaan Shalat Sunnah Rawatib, yang dianjurkan untuk
dilakukan oleh umat islam seluruhnya.

1. Pahala yang Lebih Besar

Seperti yang disampaikan di atas, bahwa salah satu keutamaan shalat sunnah
Rawatib mendatangkan pahala yang besar hingga dibangunkan Allah rumah di
surga. Untuk itu, sangat besar ganjaran dan pahalanya bagi umat islam yang
menjalankan. Tentu, semuanya ingin mendapatkan surga. Untuk itu, salah satu
amalan yang bisa membuat kita masuk ke surga setelah melakukan hal yang
wajib adalah menjalankan sunnah Rasul yang bisa kita lakukan. Yaitu dengan
melaksanakan shalat sunnah rawatib.

2. Pengondisian Diri yang Lebih

Dengan melaksanakan shalat sunnah rawatib, maka kita akan mendapatkan


pengondisian diri yang lebih. Secara umum shalat adalah aktivitas yang
mendatangkan kekuatan atau energi positif terhadap diri kita. Hal ini
dikarenakan spiritual kita terisi dengan shalat yang khusuk. Dengan shalat
sunnah rwatib maka, kita juga akan mendapatkan charger yang lebih terhadap
spiritual ketuhanan diri kita. Hal ini membantu menjaga diri kita agar selalu
awas diri dan sadar akan Allah SWT.

3. Melaksanakan Sunnah Rasulullah SAW

Untuk bisa menjadi ummat Rasulullah SAW, tentunya bukan hanya identitas
saja kita bisa tergolong sebagai ummatnya. Melaksanakan ibadah sunnah,
mencontoh perilaku Rasul, dan meneladani apa yang dilakukannya adalah hal
yang membuat kita menjadi seorang yang mengikuti Rasulullah. Mengaku saja
sebagai ummat Rasulullah tentu saja tidak cukup, namun harus konsisten dan
terus menerus mengikuti Sunnah Rasullullah.

Untuk itu, shalat sunnah Rawatib yang dicontohkan Rasulullah secara konsisten
adalah salah satu jalan membuat kita bisa tergolong sebagai ummatnya. Untuk
itu, teruslah konsisten malaksanakannya agar bisa mendapatkan keutamaan ini.

4. Perilaku Seperti Sahabat Rasulullah

Yang melakukan sallah sunnah rawatib ini, bukan hanya Rasulullah melainkan
sahabat-sahabat Rasul pun melaksanakannya. Untuk itu, Shalat Sunnah ini
sebagaimana dilakukan oleh para Sahabat Rasulullah. Dengan menjalankannya,
kita akan memiliki kesamaan dengan para sahabat Rasulullah yg shalih dan
penuh amalan kebaikan.

5. Lebih Banyak Doa dan Mendekatkan pada Allah SWT

Setiap shalat yang kita lakukan adalah membaca surat dan tentunya doa. Untuk
itu, dengan menambah shalat dengan shalat sunnah rawatib maka kita akan
lebih banyak berdoa dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Di waktu-waktu tertentu kita bisanya sering melupakan Allah SWT dan lupa
untuk memanjatkan doa kepada-Nya. Untuk itu, dengan shalat yang ditambah
maka doa-doa kita pun akan bertambah, munajat kepada Allah akan semakin
banyak, dan kita akan semakin merasa dekat dengan Allah SWT. Dengan
begitu, kita akan terbaisakan menjadi hamba yang senantiasa mengingat aturan,
perintah, dan hukum Allah pada manusia.

6. Tidak Banyak Terlena dengan Dunia

Shalat seperti alarm yang mengingatkan kita akan hakikat hidup di dunia.
Bacaan yang kita baca, dzikir yang kita lakukan membuat kita terkondisikan
dengan amalan yang mengarahkan kepada akhirat, bukan hanya hal duniawi
saja. Untuk itu, dengan tambahan shalat sunnah rawatib semakin banyak
mengingatkan kita pada akhirat, sehingga kita tidak mudah untuk terlena
dengan duniawi.

7. Lebih Banyak Menghayati Islam

Dengan melaksanakan shalat sunnah rawatib kita juga akan lebih banyak
menghayati tentang islam. Islam adalah seperangkat aturan Allah. Biasanya
dalam kehidupan sehari-hari kita sering melupakan dan melalaikan hal ini.
Untuk itu, dengan tambahan shalat sunnah rawatib maka kita akan mendapatkan
penghayatan akan islam yang lebih tinggi lagi dibanding hanya dengan shalat
wajib.

8. Lebih Banyak Bersyukur

Dengan memperbanyak shalat sunnah rawatib, maka kita juga akan semakin
banyak bersyukur lewat dizkir dan bacaan yang kita lantunkan. Bersyukur
dalam hal ini adalah kita masih diberi waktu di dunia dan juga menjalankan
perintah-perintah Allah dengan sebaik-sebaiknya. Di luar shalat, manusia sering
kali lalai untuk bersyukur, untuk itu dalam shalat adalah hal yang bisa kita
lakukan dengan sebaik-baiknya untuk bersyukur.

9. Takut Akan Hukum Allah SWT

Dengan memperbanyak shalat sunnah rawatib, kita juga akan mendapatkan rasa
takut kepada Allah SWT. Rasa takut ini muncul karena bentuk ketaatan dan
ketundukan kita kepada Allah. Semakin sering kita berinteraksi dengan shalat,
maka kita akan semakin menyadari bahwa Allah adalah Tuhan yang harus kita
taati dan takuti segala siksaan-nya. Untuk itu, rasa takut ini muncul jika dalam
shalat sering kita ingat dan khusuk menjalankannya. Salah satunya melalui
shalat sunnah rawatib yang dilakukan.

10.Menjauhi Sifat Sombong dan Riya

Shalat sunnah rawatib sebagaimana shalat wajib, membuat kita menjauhi sifat
sombong dan riya. Hal ini sebagaimana dilakukan saat shalat, kita akan selalu
rukuk dan sujud kepada Allah. Saat itulah kita menjadi seseorang yang benar-
benar menghambakan diri kepada Allah SWT. Kita akan menjadi seorang
hamba atau budak yang sujud kepada Allah. Tidak ada apa-apanya kita
dibandingkan Allah yang Menguasai segala jagat raya ini.
2. Keutamaan Sholat Sunnah Syuruq
Barangsiapa yang tetap duduk di yempat shalatnya setelah menunaikan shalat
subuh, dan meyibukkan dengan membaca Al-Quran dan dzikir-dzikir yang
disyariatkan sampai habis waktu terlarang shalat, denga naiknya matahari
sepenggalah tombak, lalu dia menunaikan shalat dua rakaat atau yang mudah
baginya maka dia ada dalam kebaikan yang agung. Perbuatannya itu sesuai
dengan sunnah dan akan dapat pahala in sya Allah ta’ala. Hal itu ditunjukkan
oleh hadits yang diriwayatkan Anas bin Malik radhiyallahu’anhu berkata,
bersabda Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam:

“Barangsiapa yang subuh berjamaah lalu dia tetap duduk berdzikir mengingat
Allah hingga terbit matahari, lalu dia mengerjakan shalat dua rakaat maka dia
mendapat seperti pahala haji dan umrah.” Anas berkata: Nabi bersabda:

“Sempurna sempurna sempurna.” (HR. At-Tirmidzy beliau berkata hadits hasan


gharib.)

Dalam riwayat lain dari Sahl bin Mu’adz dari bapaknya Radhiyallahu’anhu,
bahwasanya Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda:

“Barang siapa yang tetap duduk di tempat shalatnya ketika selesai shalat subuh
sampai dia shalat dua rakaat dhuha dia tidak mengucapkan kecuali kebaikan,
akan diampuni kesalahan-kesalahannya walaupun lebih banyak dari buih di
lautan.(HR. Ahmad dan Abu Dawud)

Dalam riwayat lain: ” Maka wajib baginya masuk sorga.” dalam riwayat Al-
Baihaqi semisal itu hanya saja di akhirnya beliau bersabda : “Kulitnya tidak
akan tersentuh api neraka.”

Dan hadits ini memiliki syawahid (saksi) yang banyak yang menguatkannya.
Dan di dukung oleh hadits Jabir bin Samurah radhiyallahu’anhu berkata:

“Dahulu Nabi shallallahu’alaihi wasallam jika selesai shalat subuh, beliau


duduk bersila di tempat duduk beliau hingga terbit matahari dengan baik, yakni
telah muncul dengan baik.” (HR. Muslim dalam shahihnya, Abu Dawud, At-
Tirmidzy dan An-Nasaa’i.)

3. Keutamaan Sholat Sunnah Dhuha

Diantara keutamaan shalat dhuha tersebut adalah :


1. Pahalanya seperti bersedekah
Mengerjakan shalat dhuha memiliki nilai yang sama seperti nilai amalan
seperti keutamaan sedekah. Sesdekah yang dimaksud adalah sedekah yang
diperlukan oleh 360 persendian tubuh kita terlebih jika kita ikhlas
mengerjakannya ( baca ciri-ciri orang yang tidak ikhlas dalam beribadah)
Orang islam yang mengerjakan shalat dhuha akan memperoleh ganjaran pahala
sebanyak persendian itu. Sebagaimana hadist Rasulullah saw, yang berbunyi :

“Disetiap sendi seorang dari kamu terdapat sedekah, setiap tasbih (ucapan
subhanallah) adalah sedekah, setiap tahmid (ucapan Alhamdulillah ) adalah
sedekah,s etiap tahlil (ucapan lailahaillallah) adalah sedekah, setiap takbir
(ucapan Allahu akbar) adalah sedekah, menyuruh kepada kebaikan adalah
sedekah, mencegah dari kemungkaran adalah sedekah. Dan dua rakaat Dhuha
sebanding dengan pahala semua itu”

2. Dicukupi kebutuhannya
Shalat Dhuha yang dilakukan oleh seseorang diawal hari menjanjikan
tercukupinya rezeki atau kebutuhan seseorang tersebut di akhir hari. Shalat
Dhuha merupakan shalat yang dilakukan untuk memohon rizki kepada Allah
SWT. Hal tersebut ditunjukan oleh ketentuan waktu pelaksanaan dan tersirat
dalam do’a yang dibaca setelah pelaksanaan shalat tersebut. Selain itu, Allah
juga berjanji pada setiap umat islam yang rajin melaksanakan shalat Dhuha
untuk mencukupi apa yang menjadi kebutuhannya, setidaknya kebutuhannya
disore atau diakhir hari. Dengan janji-Nya tersebut, Allah sebenarnya ingin
memberikan balasan dan imbalan atas kesediaan hamba-Nya untuk mengingat
diri-Nya di waktu Dhuha dengan memenuhi apa-apa yang menjadi kebutuhan
dia sepanjang hari itu. Janji Allah tersebut dapat ditemukan dalam sebuah hadist
qudsi. Rasulullah saw. Yang bunyinya :

“Sesungguhnya Allah Azza Wa Jalla berfirman: “Wahai anak Adam, cukuplaah


bagi-Ku empat rekaat di awal hari, maka Aku akan mencukupimu disore
harimu”

Janji Allah ini akan bisa menjadi penyebab hati gelisah dikarenakan kurangnya
rizki yang diperoleh serta mencegah bahaya putus asa bagi sebagian orang yang
tidak diberikan rizki yang cukup. Shalat dhuha adalah merupakan salah satu
perantara agar keinginan cepat terkabul seperti halnya kika mengerjakan shalat
hajat.

3. Meraih Ghanimah atau keuntungan yang lebih cepat


Orang yang dengan tekun mengerjakan shalat dhuha akan memperoleh
ghanimah atau keuntungan yang lebih cepat atas izin Allah SWT. Hal ini terjadi
di zaman Rasullullah dimana Rasul membandingkan orang-orang mukmin yang
melaksanakan shalat Dhuha dengan mujahid yang berangkat bertempur ke
medan perang yang berjarak dekat dengan tampat tinggal mereka lalu kembali
lagi dengan cepat ke tempat asalnya dengan membawa ghanimah (rampasan
perang) yang banyak dan tentunya kemenangan. Hal ini merupakan motivasi
untuk mengerjakan amal ibadah serta usaha untuk bertawakkal kepada Allah
SWT karena manfaat tawakkal amatlah besar.

Rasulullah pun menimbang bahwa keuntungan yang akan diperoleh oleh


mereka yang melaksanakan shalat Dhuha akan berjumlah lebih banyak
dibandingkan dengan keuntungan yang bisa diperoleh oleh para mujahid
tersebut. Hal ini sebagaimana sabda rasullulah SAW yang bunyinya :

“Perolehlah keuntungan (ghanimah) dan cepatlah kembali!. Mereka akhirnya


saling berbicara tentang dekatnya tujuan (tempat) perang dan banyaknya
ghanimah (keuntungan) yang akan diperoleh dan cepat kembali (karena dekat
jaraknya). Lalu Rasulullah saw bersabda; “Maukah kalian aku tunjukan
kepada tujuanpaling dekat dari mereka (musuh yang akan diperangi), paling
banyak ghanimah(keuntungan)nya dan cepat kembalinya? Mereka menjawab:
“Ya! Rasul berkata lagi: “Barangsiapa yang berwudhu’, kemudian masuk ke
dalam masjid untuk melakukan shalat Dhuha, dialah yang paling dekat
tujuannya (tempat perangnya), lebih banyak ghanimahnya dan lebih cepat
kembalinya”

4. Diganjar dengan rumah di surga


Orang yang selalu bersedia meluangkan waktunya untuk melaksanakan shalat
Dhuha 12 rekaat di awal hari akan dijanjikan ganjaran oleh Allah berupa sebuah
rumah indah yang terbuat dari emas kelak diakhirat. Hal ini menurut Anas Bin
Malik yang mendengar bahwa Rasulullah sawbersabda :

“Siapa saja yang shalat Dhuha 12 rekaat, Allah akan membuat untuknya
sebuah istana yang terbuat dari emas di surga”” (HR. Ibnu Majah)

5. Mendapat pahala haji dan umrah


Orang yang melaksanakan shalat Dhuha dengan tekun akan mendapatkan
pahala haji dan umrah sempurna Dari Anas ra berkata, Rasulullah bersabda,
“Barangsiapa yang mengerjakan shalat fajar (shubuh) berjamaah, kemudian ia
(setelah usai) duduk mengingat Allah hingga terbit matahari, lalu ia shalat dua
rakaat (Dhuha), ia mendapatkan pahala seperti pahala haji dan umrah;
sempurna, sempurna, sempurna”

6. Menggugurkan dosa
Shalat Dhuha akan menggugurkan dosa-dosa orang yang rutin melakukan
ibadah shalat dhuha meskipun dosanya itu sebanyak buih di lautan. Berikut
hadist yang memperkuat hal ini. Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda

“Barangsiapa yang menjaga shalat Dhuha, maka dosa-dosanya diampuni


walaupun dosanya itu sebanyak buih dilautan” (HR. Tirmidzi)

7. Dibuatkan pintu khusus di surga


Keutamaan lain yang dijanjikan Allah bagi orang yang tekum mengerjakan
shalat dhuha adalah bahwa dia akan dibuatkan pintu khusus di surga kelak,
yakni pintu yang dinamakan pintu Dhuha. Dengan demikian maka jelaslah
bahwa orang yang tekun mengerjakan shalat dhuha memiliki kedudukan yang
tinggi di mata Allah SWT hingga dibuatkan pintu tersendiri untuk memasuki
surga tidak memandang apakah ia muslim sejak lahir maupun mualaf.
Rasulullah bersabda: Dari Abu Hurairah ra, Nabi Muhammad saw bersabda,

“sesungguhnya disurga ada slaah satu pintu yang dinamakan pintu Dhuha, bila
datang hari kiamat malaikat menjaga surga memangil; mana ia yang
melazimkan shalat Dhuha? Inilah pintu kalian maka masukilah dengan kasih
sayang Allah” (HR.Thabrani)

Berikut Allah memberikan kedudukan yang istimewa bagi orang-orang yang


melaksanakan Dhuha berdasarkan dengan jumlah rakaatnya:

1. Orang yang mengerjakan dua rekaat shalat Dhuha akan tercatat sebagai orang
yang tidak lalai
2. Orang yang mengerjakan empat rekaat shalat Dhuha tercatat sebagai orang yang
muhsinin (berbuat baik)
3. Orang yang mengerjakan emam rekaaat shalat Dhuha akan tercatat sebagai
hamba yang taat
4. Orang yang mengerjakan shalat Dhuha delapan rakaat tercatat sebagai hamba
yang juara (Sukses)
5. Orang yang mengerjakan dua belas rekaat shalat Dhuha akan dibuatkan sebuah
rumah yang indah disurga

Sebagaiman hadist yang menerangkan bahwa Rasulullah saw bersabda:


Dari Abi Dzar ra, Rasulullah saw bersabda, “Bila engkau melaksanakan dua
rekaat shalat Dhuha maka engkau tidak dicatat sebagai hamba yang lalai, atau
empat rekaat maka engkau akan dicatat sebagai hamba yang muhsinin (berbuat
baik), atau enam rakaat engkau akan dicatat sebagai hamba uang taat, atau
delapan maka engkau akan dicatat sebagai hamba yang juara (Sukses), atau
sepuluh maka pada hari ini dosamu tidak dicatat, atau dua belas rakaat maka
Allah akan membangunkan rumah disurga”

4. Keutamaan Sholat Sunnah Tahajjud


1. Mendapatkan kemuliaan dan kebaikan dari Allah SWT
2. Akan termasuk ke dalam golongan penghuni syurga
3. Akan masuk surga tanpa dihisab
4. Akan mendapatkan pahala sholat yang utama setelah sholat fardhu
5. Segala kesalahan akan dihapuska oleh Allah SWT dan ia akan terhindar dari
perbuata dosa
6. Akan terhindar dari segala godaan syaitan
7. Menjadi seorang muslim yang mulia dan berwibawa
8. Akan menjadi golongan orang-orang yang banyak berdzikir kepada Allah
SWT
5. Keutamaan Sholat Sunnah Istikharah
1. Menyerahkan Hasil Pada Allah
2. Menenangkan Diri
3. Memberikan Kemantapan Hati
4. Menjauhi Bisikan Syetan
5. Memilih dengan Pertimbangan Agama
6. Ikhlas dan Lurus Hanya pada Allah

6. Keutamaan Sholat Sunnah Witir

1. Sebagai tambahan shalat


2.Menyempunakan Sebagai penyempurna shalat malam
3. Shalat witir dicintai Allah
4. Shalat yang lebih baik dari unta merah
5. Dikabulkan doanya
6. Shalatnya disaksikan malaikat
7. Tidak pernah ditinggalkan Rasulullah
8. Diberi petunjuk dan kekuatan oleh Allah SWT

Вам также может понравиться