Вы находитесь на странице: 1из 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Manusia merupakan makhluk yang komplek yang terdiri dari aspek bio, psikososial dan
spriritual yang mempunyai kebutuhan dasar yang sama dalam rangka kelangsungan
kehidupannya. Pemenuhan klebutuhan dasar ini akan berjalan dengan normal, jika sistem
tubuh mampu meregulasi mekanisme keseimbangan yang sudah diatur sedemikian kompleks
sehingga seseorang terhindar dari gangguan. Akan tetapi mekanisme tersebut kadang
mengalami kegagalan dan akhirnya akan memberikan dampak bagi tubuh seseorang.

Nefrolitiasis adalah adanya batu atau kalkulus dalam velvis renal (ujung ureter yang
berpangkal di ginjal), sedangkan urolitiasis adalah adanya batu atau kalkulus dalam sistem
urinarius. Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan gangguan aliran
urin, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan-keadaan lain yang
idiopatik.

Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu


saluran kemih pada seseorang. Faktor- faktor tersebut antara lain : Herediter (keturunan),
Umur, Jenis Kelamin. Manifestasi klinisnya, jika batu menyebabkan obstruksi akan
menyebabkan terjadinya retensio urine. penatalaksanaan bagi penderita urolitiasis dan
nefrolitiasis ini dengan pengurangan nyeri, pengangkatan batu, terapi nutrisi dan medikasi.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari nefrolitiasis ?
2. Apa saja penyebab penyakit nefrolitiasis ?
3. Bagaimana patofisiologi nefrolitiasis ?
4. Bagaimana tanda dan gejalanya ?
5. Apa saja komplikasi yang dapat terjadi ?
6. Pemeriksaan penunjang apa saja yang dapat dilakukan ?
7. Bagaimana pengkajian untuk penderita nefrolitiasis ?
8. Apa saja diagnosa yang dapat tejadi ?
9. Bagaimana intervensi untuk penderita nefrolitiasis ?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan asuhan keperawatan
secara langsung dan komprehensif yang meliputi aspek bio, psiko, sosial dan spiritual dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan pada klien dengan gangguan perkemihan
Nefrolitiasis.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mampu memahami pengertian Nefrolitiasis.
b. Untuk mampu memahami penyebab dan tanda gejala nefrolitiasis.
c. Untuk mampu memahami pengkajian pada penderita nefrolitiasis.
d. Untuk mampu memahami diagnosa keperawatan yang terjadi pada penderita
nefrolitiasis.
e. Untuk mampu menyusun intervensi pada nefrolitiasiss.

BAB II
KONSEP MEDIK
1. ANATOMI DAN FISIOLOGI GINJAL
2. ANATOMI GINJAL

Menurut (Smeltzer dan Suzanne, 2001), yaitu : Sistem perkemihan (urinari) terdiri atas ginjal
beserta salurannya, ureter, bulibuli dan uretra.

1. Ginjal sepasang organ saluran kemih yang terletak di rongga retroperitoneal bagian
atas di sepanjang kolumna vertebra. Pada posisi supine ginjal terletak antara vertebra
thorakal XII – vertebra lumbal III, pada saat posisi trendelenberg posisinya bisa naik
ke atas sampai ruang intercosta X, sedangkan pada saat berdiri letak ginjal bisa turun
sampai di atas permukaan sacroiliaka. Karena adanya hepar, ginjal kanan sedikit lebih
rendah dari ginjal kiri. Bentuk ginjal menyerupai kacang mente dengan sisi
cekungnya menghadap ke medial dan disebut sebagai hilus renalis, yaitu tempat
struktur-struktur pembuluh darah, sistem limfatik, sistem saraf dan ureter menuju dan
meninggalkan ginjal. Besar dan berat ginjal sangat bervariasi, hal ini tergantung pada
jenis kelamin, umur serta ada tidaknya ginjal pada sisi yang lain. Pada autopsi klinik
didapatkan bahwa ukuran ginjal orang dewasa rata-rata adalah 11,5 cm (panjang) x 6
cm (lebar) x 3,5 cm (tebal). Beratnya bervariasi antara 120-170 gram atau kurang
lebih 0,4 % dari berat badan. Ginjal dibungkus oleh jaringan fibrus tipis dan
mengkilat yang disebut true capsule (kapsula fibrosa) ginjal dan di luar kapsul ini
terdapat jaringan lemak perirenal.Di sebelah kranial ginjal terdapat kelenjar anak
ginjal atau glandula adrenal/suprarenalis yang berwarna kuning.Kelenjar adrenal
bersama-sama ginjal dan jaringan lemak perirenal dibungkus oleh fasia gerota.

Fasia ini berfungsi sebagai barier yang berfungsi menghambat meluasnya perdarahan dari
parenkim ginjal serta menghambat ekstravasasi urine pada saat terjadi trauma, di luar fasia
gerota terdapat jaringan lemak retroperitoneal atau disebut jaringan lemak pararenal.Di
sebelah posterior, ginjal dilindungi oleh otototot punggung yang tebal serta tulang rusuk XI
dan XII, sedangkan di sebelah anterior dilindungi oleh organ – organ intraperitoneal.Ginjal
kanan di kelilingi oleh hepar, kolon dan duodenum; sedangkan ginjal kiri dikelilingi oleh

lien, lambung, pankreas, jejunum dan kolon. Secara anatomik jaringan parenkim ginjal terdiri
atas : korteks, medulla.

Gambar 2.1 struktur ginjal


1) Korteks

Bagian korteks merupakan bagian luar yang berhubungan langsung dengan kapsul, sedang
medula merupakan bagian dalam yang berada di bawah korteks.

2) Medula

Ginjal terbagi menjadi beberapa massa jaringan berbentuk kerucut yang disebut piramida
ginjal, terdapat 12 sampai 18 piramida tiap ginjal. Kolumna dari Bertin merupakan tonjolan
korteks ke dalam medula dan memisahkan medula.Ujung atau bagian akhir piramida disebut
papila yang menyalurkan urine yang terbentuk ke dalam ‘collecting system’ dan berhubungan
dengan kaliks minor. Beberapa kaliks minor bergabung membentuk kaliks mayor, dimana
kaliks mayor akan bergabung lagi membentuk pelviks renal yang terletak di atas ureter.

Aliran darah ginjal

Aliran darah ke ginjal berasal dari arteri renal, merupakan arteri tunggal (end artery) cabang
dari aorta abdominalis, sedangkan darah vena dialirkan melalui vena renalis yang bermuara
ke dalam vena cava inferior.Saluran getah bening (limfe) dari ginjal mengalir ke kelenjar
limfe di hilus renalis selanjutnya ke kelenjar limfe paraaorta.Persyarafan dari ginjal
dilaksanakan oleh sistem otonom, yaitu simpatis dan parasimpatis. Bila diperiksa secara
histologik maka ginjal terdiri dari satuan unit fungsional yang disebut nefron, masing-masing
ginjal terdapat 1 juta sampai 1,25 juta nefron, semua berfungsi sama dan independen.
Nefron

Tiap nefron terbentuk dari dua komponen utama:Glomerulus dan Kapsula Bowman’s, tempat
air dan larutan difiltrasi dari darah dan Tubulus, yang mereabsorpsi material penting dari
filtrat dan memungkinkan bahan-bahan sampah dan material yang tidak dibutuhkan untuk
tetap dalam ‘filtrat’ (material hasil filtrasi glomerulus) dan mengalir ke pelvis renalis sebagai
urine. Glomerulus terdiri atas sekumpulan kapilerkapiler yang mendapat suplai nutrisi dari
arteriole afferen dan diperdarahai oleh arteriole afferen. Glomerulus dikelilingi oleh kapsula
bowman’s, arteriole efferen mensuplai darah ke kapiler peritubuler. Cairan filtrat dari kapiler
masuk ke kapsula kemudian mengalir ke dalam sistem tubular, yang terdiri atas empat
bagian: tubulus proksimus, ansa henle, tubulus distalis, tubulus kolegentes.

Berdasarkan letak nefron pada massa ginjal, ada dua tipe nefron :

1. Nefron kortikal

Nefron yang memiliki glomerulus dan terletak di luar korteks disebut nefron kortikal, nefron
tersebut mempunyai ansa henle pendek yang menembus ke dalam medula dengan jarak
dekat.Struktur vaskuler nefron kortikal, seluruh sistem tubulus dikelilingi oleh jaringan
kapiler peritubular yang luas.

2. Nefron Jukstamedular

Nefron jukstamedular kira-kira 20 % sampai 30 % mempunyai glomerulus dan terletak di


korteks renal sebelah dalam dekat medula, nefron ini mempunyai ansa henle yang panjang
dan masuk sangat dalam ke medula, pada beberapa tempat semua berjalan ke ujung papila
renal. Struktur vaskuler jusktamedular, arteriol

Efferen panjang akan meluas dari glomerulus turun ke bawah menuju medula bagian luar dan
kemudian membagi diri menjadi kapiler-kapiler peritubular khusus yang disebut vasa rekta,
meluas ke bawah menuju medula dan terletak berdampingan dengan ansa henle.

1. Ureter

Ureter adalah tuba dari ginjal ke kandung kemih.masing-masing ureter mempunyai panjang
kira-kira 25cm,dimulai pada pelvis bagian yang melebar melekat ke hilum ginjal,menjalar ke
bawah dari dinding posterior abdomen dibelakang peritorium,pada pelvis menurun kea rah
luar dank e dalam untuk memasuki kandung kemih melalui dinding-dindingnya yang
menjalar secara oblik.

Struktur

Ureter mempunyai membrane mukosa yang dilapisi dengan Epitel kuboid dan dinding otot
yang tebal.Urin disemprotkan ke bawah ureter oleh gelombang peristaltikyang terjadi sekitar
1-4 kali per menit,urin memasuki kandung kemih dalam serangkaian semburan.masuk
melalui dinding kandung kemih menjamin bahwa ujung dasarnya tertutup selama mikturisi
oleh kontraksi kandung kemih,sehingga menghalangi arus balik urin ke ureter dan
menghalangi penyebaran infeksi dari kandung kemih kea rah atas.

1. Kandung kemih

Kandung kemih adalah kantong yang berbentuk dari otot tempat urin mengakir dari
ureter.Ketika kandung kemih kosong atau terisi setengahnya kandung kemih tersebut terletak
di dalam pelvis,ketika kandung kemih terisi lebih dari setengahnya maka kandung kemih
tersebut menekan dan timbul ke atas dalam abdomen di atas pubis.

Struktur

 Kandung kemih terdiri membrane mukosa jatuh ke dalam lipatan ketika kandung
kemih dalam keadaan kosong
 lapisan submukosa

 lapisan otot;membentuk bagian yang terbesar dari dinding kandung kemih yang tebal
sebagian darinya membentuk spinkter melingkar ostium uretra

 fasia peritorium atau pelvis pada sebelah luar

Gambaran klinis

Kandung kemih dapat mengalami distensi yang berlebihan bila terdapat obstruksi aliran urin
melalui uretra,misalnya laki-laki oleh perbesaran dari kelenjar prostat.adalah merupakanhal
yang mungkin untuk mengalirkan seluruh isi kandung kemih atau mendapatkan specimen
urin melalui stab suprapubic jarum diinsersikan melalui dinding abdomen langsung kedalam
kantong kemih;tidak terdapat bahaya untuk melakukan fungsi pada peritorium karena hal ini
akan mengurangi tekanan pada bagian atas dari kandung kemih.Sistitis adalah imflamasi
kandung kemih urin secara khusus mungkin dapat terinfeksi apabila terdapat obstruksi
terhadap alirannya.Sitoskopi adalah pemeriksaan bagian anterior dari kandung kemih melalui
sistoskop,sebuah tuba yang diatur dengan Cermin dan cahaya yang melewati uretra,karena
dikemas menjadi tuba yang tipis maka dapat diinsersikan ke dalam ostium uretrae
denganTujuan bahwa urin dari maisng-masing ginjal dapat dikumpulkan secara terpisah.

1. Uretra

Uretra pada laki-laki merupakan tuba dengan Panjang kira-kira 20 cm dan memanjang dari
kandung kemih ke ujung penis.uretra pada laki-laki mempunyai 3 bagian:

Uretra prostatika;panjang sekitar 3 cm;terletak arah transversal dari kelenjar


prostat;menerima dua buah duktus ejakulatoris dan beberapa duktus yang kecil dari kelenjar
prostat.

Uretra membranosa mempunyai panjang sekitar 2cm;terletak arah transversal


denganDiafragma urogenial,lapisan fibrosa tepat dibawah kelenjar prostat;ditutup oleh
spinkter dari serat-serat otot.Disebut sebagai membranosa karena terdapat membrane yang
tipis.

Uretra spongiosa;mempunyai panjang kira-kira 15cm menjalar melalui korpus spongiosa dari
penis samapi ke ujungnya.

Urin didorong; sepanmajng uretra oleh kontraksi dari kandung kemih .Masuk ke dalam uretra
dan dikeluarkan oleh kontraksi spinkter yang mengitari uretra membranosa.

Gambaran klinis

Ruptur uretra dapat diikuti dengan Astride;bila pasien kemudian mengosongkan kandung
kemig urin memasuki jaringan lunak sekitar ureter.uretritis adalah imflamasi dari ureter
penyebab yang umum adalah gonorea dan infeksi kelamin yang tidak spesifik.stenosis dari
uretra adalah sehunungan denganTerbentuknya jaringan parut setelah penyembuhan dari
rupture atau setelah mendapat serangan gonorea.
Uretra pada wanita merupakan tube yang mempunyai panjang 3 cm dan memanjang dari
kandung kemih kea rah ositilium di antara labia minora kira-kira 2,5 cm disebelah belakang
klitoris.uretra menjalar tepat disebelah depan vagina.

Uretritis merupakan imflamasi dari uretra secara umum berhubungan dengan Gonorea dan
infeksi kelamin yang tidak spesifik.

2. FISIOLOGI GINJAL

Ginjal menjalankan berbagai fungsi penting untuk mempertahankan homeostasis, antara lain:

1. Pengeluaran cairan Elektrolit dan keseimbangan asam basa serta pengeluaran nitrogen
dan produk sisa
2. Aktivitas hormonal Melalui efek beberapa hormon dan pengaturan keseimbangan
cairan, ginjal juga ikut mengatur tekanan darah.

1) Fungsi regulasi/pengaturan Proses fisiologis yang terlibat dalam pengaturan lingkungan


interna adalah termasuk :

1. Filtrasi glomerulus

Merupakan proses penting dalam pembentukan urine. Sewaktu darah mengalir dari arteriole
afferen masuk glomerulus, sejumlah air, elektrolit dan zat terlarut (seperti kreatinin, urea
nitrogen dan glukosa) difiltrasi melewati membran glomerular masuk kapsul bowman’s
membentuk filtrat. Substansi dan berat molekul lebih dari 69.000 terlalu besar untuk
melewati membran dan merupakan subyek terjadinya ’penolakan elektrostasis’ pada
membran kapiler glomerulus (Guyton, 1991), sehingga substansi seperti protein-albumin,
globulin dan SDM normalnya tidak terdapat dalam filtrat. Adanya tekanan positif
memungkinkan terjadinya filtrasi glomerulus.

Tekanan hidrostatik merupakan tekanan utama yang mendukung terjadinya ultrafiltrasi darah
dimana ada tekanan yang melawan filtrasi glomerulus, yaitu tekanan onkotik plasma dari
darah di dalam glomerulus dan tekanan filtrat tubular dari filtrat di dalam kapsul
bowman’s.Filtrat glomerulus terjadi apabila tekanan hidrostatik lebih besar dari tekanan
oposisinya (tekanan onkotik plasma dan filtrat tubular).
Ginjal mempunyai kemampuan autoregulasi untuk mempertahankan atau mengatur tekanan
dan aliran darah ginjal, sehingga memungkinan Glomerular Filtration Rate (GFR) berjalan
relatif konstan dimana otot polos arteriole afferen dan efferen bertanggung jawab dalam
proses ini. Hal ini dapat kita lihat, meskipun tekanan darah sistemik darah meningkat dan
dapat meningkatkan GFR, namun vasodilatasi dari arteriole afferen akan menurunkan
tekanan darah ke ginjal, sehingga GFR berlangsung konstan. Hal yang sama juga terjadi
apabila tekanan darah sistemik menurun, maka akan terjadi vasokonstriksi arteriole afferen,
sehingga tekanan darah ke ginjal naik, akibatnya filtrasi tetap berlangsung tanpa perubahan
yang besar.

Autoregulasi akan terjadi selama tekanan sistolik dipertahankan antara 75 sampai 160 mmHg
(Guyton, 1991). Setiap hari sekitar 180 liter terbentuk filtrat dari glomerulus atau normalnya
GFR berkisar 125 ml/menit, dari 10 sejumlah tersebut hanya sekitar 1 sampai 2 liter yang
dikeluarkan sebagai urine.

1. Reabsorpsi tubular

Merupakan proses kedua yang juga ikut mempertahankan konsentrasi plasma normal dan
pengeluaran cairan serta solut melalui urine secara tepat. Sewaktu filtrat mengalir melalui
komponen tubular dari nefron, sejumlah air, elektrolit dan solut lain direabsorpsi oleh tubuh.
Reabsorpsi terjadi dari filtrat yang berada dalam lumen tubular masuk ke dalam kapilar
peritubuler atau vasa rekta.Di dalam tubulus proksimal direabsorpsi sekitar 65 % dari filtrat.
Reabsorpsi air : lebih dari 99 % filtrat air direabsorpsi kembali oleh tubulus ke dalam tubuh.
Beberapa proses juga membantu ginjal dalam mempertahankan keseimbangan cairan antara
lain kemampuan mempertahankan interstisial medula hipertonik dan kemampuan
memproduksi variasi dalam volume urine. Sebagian besar air direabsorpsi dari filtrat ke
dalam plasma saat melewati tubulus proksimal, saat filtrat berada pada pars desenden air juga
direabsorpsi. Pada pars asenden yang berdinding berdinding tipis, sodium dan klorida secara
aktif direabsorpsi, akan tetapi dindingnya tidak permeabel terhadap air, sehingga cairan
jaringan interstisial medula menjadi hipertonik.

Pada saat filtrat melewati tubulus distal reabsorpsi air juga terjadi karena dindingnya
permeabel terhadap air.Dinding membran tubulus distal dapat menjadi lebih permeabel
terhadap air atas pengaruh vasopresin (ADH).ADH meningkatkan permeabilitas membran
terhadap air dan meningkatkan reabsorpsi air.Aldosteron juga mengubah permeabilitas
membran, aldosteron meningkatkan reabsorpsi sodium dalam tubulus distal; sedangkan
reabsorpsi air terjadi sebagai hasil perpindahan sodium.Reabsorpsi solut : sebagian besar
sodium, clorida dan air direabsorpsi sewaktu di tubulus proksimal dan reabsorpsi yang sama
juga terjadi pada tubulus koligentes dan biasa terjadi atas pengaruh aldosteron. Potassium
utamanya direabsorpsi pada tubulus proksimal dimana 20 % sampai 40 % potassium
direabsorpsi pada pars asenden yangberdinding tebal. Bikarbonat, kalsium dan phospat
utamanya juga direabsorpsi pada tubulus proksimal dan sebagian pada pars asenden dan
tubulus distal.

Reabsorpsi bikarbonat menjadi dasar penetralan asam dalam plasma dan membantu
mempertahankan pH serum normal.Kalsitonin dan paratiroid hormon (PTH) juga
mempengaruhi reabsorpsi dan sekresi kalsium. Magnesium terutama direabsorpsi pada pars
asenden dinding tebal dan sebagian kecil pada tubulus proksimal. Biasanya ambang batas
ginjal terhadap glukosa adalah pada tingkat kadar glukosa serum sekitar 220 mg/dl.
Normalnya hampir semua glukosa dan beberapa asam amino atau protein yang difiltrasi
kemudian direabsorpsi kembali, sekitar 50 % dari urea yang ada difiltrat difiltrasi dan tidak
ada kreatinin yang diabsorpsi.

1. Sekresi tubular

Sekresi tubular adalah proses ketiga dalam pembentukan urine dan merupakan perpindahan
substansi dari plasma ke dalam filtrat tubular. Selama sekresi tubular, molekul-molekul
mengalir dari kapiler peritubular melewati membran kapiler masuk ke dalam sel di sekitar
tubular.Sebuah pertukaran molekul secara konstan dan reaksi koreksi kimia memungkinkan
pengeluaran hydrogen (melalui ammonium klorida), pelepasan potassium dari tubuh dan
regenerasi bikarbonat. Adapun mekanisme masing-masing proses di atas meliputi :

 Difusi
 Transport aktif

 Osmosis

 Filtrasi

1. d) Fungsi hormonal Ginjal memproduksi beberapa hormon yang signifikan


mempengaruhi fisiologi, antara lain :
1) Erithropoetin

Erythropoetin diproduksi dan dikeluarkan sebagai respon terhadap penurunan tekanan


oksigen pada suplai darah ginjal.Erythropoetin menstimuli pembentukan SDM dalam
sumsum tulang. Saat massa parenkim ginjal menurun; produksi erythropoetin juga menurun.

2) Pengaktif vitamin D

Ginjal menghasilkan bentuk aktif vitamin D, yaitu 1,25-Dihidroksi vitamin D3, dimana
bentuk aktif ini diperlukan pada pengaturan kalsium dan phospat.

3) Rennin Renin memegang peranan dalam pengaturan tekanan darah.Renin dibentuk dan
dikeluarkan apabila ada penurunan dalam aliran darah, volume atau tekanan dalam arteriole
serta apabila adanya penurunan konsentrasi ion sodium yang dideteksi oleh reseptor
jukstaglomerular. Angiotensinogen yang dihasilkan oleh hati diaktifkan oleh angiotensinogen
I pada waktu terdapatnya renin.Enzim pada paru-paru mengubah angiotensin I menjadi
bentuk aktif; angiotensinogen II. Angotensinogen II merupakan vasokonstriktor yang kuat
yang juga merangsang dikeluarkannya aldosteron oleh kelenjar adrenal.Aldosteron
meningkatkan reabsorpsi sodium oleh ginjal, air mengikuti sodium, berdampak peningkatan
volume darah.

4) Prostaglandin Prostaglandin diproduksi salah satunya termasuk dalam parenkim


ginjal.Prostaglandin dibentuk dari metabolisme asam arakidonik yang merupakan derivat dari
asam lemak.Protaglandin spesifik yang diproduksi dalam korteks renal adalah prostaglandin
E2 (PGE2) dan prostasiklin (PGI2).Prostaglandin ini memegang peranan dalam pengaturan
filtrasi glomerulus, resistensi vaskular dan produksi renin. Didalam medulla PGE2
mempengaruhi tubulus distal dan koligentes dalam menghambat sekresi ADH, menurunkan
permeabilitas membran, meningkatkan sekresi sodium dan air.Sekresi lain seperti kinin,
mempengaruhi aliran darah ginjal dan permeabilitas kapiler. Ginjal juga berperan dalam
penghambatan dan pengeluaran insulin.

A. Definisi
Nefrolitiasis adalah adanya batu atau kalkulus dalam pelvis renal batu-batu tersebut
dibentuk oleh kristalisasi larutan urin (kalsium oksolat asam urat, kalium fosfat, struvit dan
sistin). Ukuran batu tersebut bervareasi dari yang granular (pasir dan krikil) sampai sebesar
buah jeruk. Batu sebesar krikil biasanya dikeluarkan secara spontan, pria lebih sering terkena
penyakit ini dari pada wanita dan kekambuhan merupakan hal yang mungkin terjadi)

Gambar batu ginjal

B. Etiologi
Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan gangguan aliran
urin, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan-keadaan lain yang
idiopatik.
Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu
saluran kemih pada seseorang. Faktor- faktor tersebut antara lain :
A. . Faktor Intrinsik :
a) Herediter (keturunan).
b) Umur : sering dijumpai pada usia 30-50 tahun.
c) Jenis Kelamin : jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan
pasien perempuan.
B. Faktor Ekstrinsik :
a) Geografis :
pada beberapa daerah menunjukan angka kejadian batu saluran kemih yang lebih tinggi
daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt (sabuk batu), sedangkan
daerah batu di Afrika Selatan hampir tidak dijumpai penyakit batu saluran kemih.
b) Iklim dan temperatur

c) Asupan air :
kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium pada air yang dikonsumsi, dapat
meningkatkan insiden batu saluran kemih.
d) Diet :
Diet banyak purin, oksalat, dan kalsium mempermudah terjadinya penyakit batu saluran
kemih.
e) Pekerjaan :
Penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk atau kurang
aktivitas atau sedentary life.

C. Patofisiologi

Ada beberapa teori tentang terbentuknya Batu saluran kemih adalah:


1. Teori nukleasi: Batu terbentuk di dalam urine karena adanya inti batu atau sabuk batu
(nukleus). Partikel-partikel yang berada dalam larutan kelewat jenuh akan mengendap di
dalam nukleus itu sehingga akhirnya membentuk batu. Inti bantu dapat berupa kristal atau
benda asing saluran kemih.

2. Teori matriks: Matriks organik terdiri atas serum/protein urine (albumin, globulin dan
mukoprotein) sebagai kerangka tempat mengendapnya kristal-kristal batu.

3. Penghambat kristalisasi: Urine orang normal mengandung zat penghambat


pembentuk kristal yakni magnesium, sitrat, pirofosfat, mukoprotein dan beberapa peptida.
Jika kadar salah satu atau beberapa zat ini berkurang akan memudahkan terbentuknya batu
dalam saluran kemih.
Batu saluran kemih dapat menimbulkan penyulit berupa obstruksi dan infeksi saluran
kemih. Manifestasi obstruksi pada saluran kemih bagian bawah adalah retensi urine atau
keluhan miksi yang lain sedangkan pada batu saluran kemih bagian atas dapat menyebabkan
hidroureter atau hidrinefrosis. Batu yang dibiarkan di dalam saluran kemih dapat
menimbulkan infeksi, abses ginjal, pionefrosis, urosepsis dan kerusakan ginjal permanen
(gagal ginjal).

D. Manifestasi klinik
Manifestasi klinisnyaadanya batu dalam traktus urinarius menurut Smeltzer (2001)
bergantung pada adanya obstruksi, infeksi, edema, antara lain :
1. Ketika menghambat aliran urin, terjadi obstruksi menyebabkan peningkatan hidrostatik
da distensi piala ginjal serta ureter proksimal.
2. Infeksi (pielonetritis dan sistinis yang disertai menggigil, demam dan disuria).
3. Batu dipiala ginjal mungkin berkaitan dengan sakit yang dalam dan terus-menerus di
area koskovertebral.
4. Nyeri bertahap biasanya pada pinggang.
5. Nyeri yang berpindah kebawah (panggul, testis/vulva).
6. Hematuria.
7. Mual dan muntah sebagai akibat dari adanya gejala gastrointestinal.

E. Komplikasi
Menurut guyton, 1993 adalah :
1. Gagal ginjal
Terjadinya karena kerusakan neuron yang lebih lanjut dan pembuluh darah yang disebut
kompresi batu pada membrane ginjal oleh karena suplai oksigen terhambat. Hal ini
menyebabkan iskemis ginjal dan jika dibiarkan menyebabkan gagal ginjal
2. Infeksi
Dalam aliran urin yang statis merupakan tempat yang baik untuk perkembangbiakan
microorganisme. Sehingga akan menyebabkan infeksi pada peritoneal.
3. Hidronefrosis
Oleh karena aliran urin terhambat menyebabkan urin tertahan dan menumpuk diginjal dan
lam-kelamaan ginjal akan membesar karena penumpukan urin
4. Avaskuler ischemia
Terjadi karena aliran darah ke dalam jaringan berkurang sehingga terjadi kematian jaringan.

F. Pemeriksaan penunjang
1.3 Pemeriksaan Penunjang
a. Urinalisa :
warna : normal kekuning-kuningan, abnormal merah menunjukkan hematuri (kemungkinan
obstruksi urine, kalkulus renalis, tumor,kegagalan ginjal).
pH : normal 4,6 – 6,8 (rata-rata 6,0), asam (meningkatkan sistin dan batu asam urat), alkali
(meningkatkan magnesium, fosfat amonium, atau batu kalsium fosfat), Urine 24 jam :
Kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat, atau sistin mungkin meningkat, kultur urine
menunjukkan Infeksi Saluran Kencing , BUN hasil normal 5 – 20 mg/dl tujuan untuk
memperlihatkan kemampuan ginjal untuk mengekskresi sisa yang bemitrogen. BUN
menjelaskan secara kasar perkiraan Glomerular Filtration Rate. BUN dapat dipengaruhi oleh
diet tinggi protein, darah dalam saluran pencernaan status katabolik (cedera, infeksi).
Kreatinin serum hasil normal laki-laki 0,85 sampai 15mg/dl perempuan 0,70 sampai 1,25
mg/dl tujuannya untuk memperlihatkan kemampuan ginjal untuk mengekskresi sisa yang
bemitrogen. Abnormal (tinggi pada serum/rendah pada urine) sekunder terhadap tingginya
batu obstruktif pada ginjal menyebabkan iskemia/nekrosis.

b. Darah lengkap :
hemoglobin (Hb), Hematokrit (Ht), abnormal bila pasien dehidrasi berat atau polisitemia.

c. Hormon Paratyroid
Hormon Paratyroid mungkin meningkat bila ada gagal ginjal (PTH merangsang reabsorbsi)
kalsium dari tulang, meningkatkan sirkulasi serum dan kalsium urine.

d. Foto Rontgen :
menunjukkan adanya calculi atau perubahan anatomik pada area ginjal dan sepanjang uriter.

e. IVP :
Memberikan konfirmasi cepat urolithiasis seperti penyebab nyeri abdominal atau panggul.
Menunjukkan abnormalitas pada struktur anatomik (distensi ureter).

f. Sistoureteroskopi :
Visualisasi kandung kemih dan ureter dapat menunjukkan batu atau efek ebstruksi.

g. USG Ginjal :
Untuk menentukan perubahan obstruksi dan lokasi batu.

G. Penatalaksanaan
 Karena batu ginjal meningkatkan resiko infeksi, sepsis dan obstruksi urinarius
pasien di instruksikan melaporkan penurunan volume urin dan adanya urin yang keruh atau
mengandung darah.
 Keluar urin total dan pola berkemih diperiksa.
 Meningkatkan pemasukan cairan di lakukan untuk mencegah dehidrasi dan
meningkatkan tekanan hidrostaltik dalam traktus urinasius untuk mendorong pasase batu.
 Ambulasi didorong sebagai suatu cara untuk menggeser batu dari taktus urinarius.
 Tanda-tanda vital pasien mencakup suhu dipantau untuk mendeteksi tanda-tanda
dini adanya infeksi.
 Segera melaporkan bila ada rasa nyeri.
 Analgesik diberikan sesuai resep untuk mengurangi nyeri.
 Melakukan pembedahan untuk pengambilan batu ginjal.
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

1.1 Dasar data pengkajian pasien


a. Anamnesis
Meliputi keluhan utama, keluhan tambahan, riwayat penyakit masa lalu, riwayat penyakit
Keluarga
b. Aktifitas / Istirahat.
c. Riwayat :
pekerjaan, dehidrasi, infeksi, imobilisasi
d. Eliminasi
e. Mual dan muntah
f. Makan dan Minum
g. Nyeri / rasa tidak nyaman
h. Keluhan nyeri
Keluhan nyeri harus dikejar mengenai onset kejadian, karakteristik nyeri, penyebaran nyeri,
skala nyeri, aktivitas yang dapat membuat bertambahnya nyeri ataupun berkurangnya nyeri,
riwayat muntah, gross hematuria, dan riwayat nyeri yang sama sebelumnya. Apakah nyeri
sampai menimbulkan kokik atau tidak.
i. Adanya riwayat mengkonsumsi obat-obatan.
j. Respon emosi : cemas
k. Pengetahuan tentang penyakitnya
1.2 Pemeriksaan fisik
1. Keadaan Umum :
 Klien biasanya lemah.
 Kesadaran Composmetis.
 Adanya rasa nyeri.
2. Kulit :
 Teraba panas.
 Turgor kulit menurun.
 Penampilan pucat.

3. Pernafasan :
Pergerakan nafas simetris.

4. Cardio Vaskuler :
 Takicardi.
 Irama jantung reguler.

5. Gastro Intestinal:
Kurang asupan makanan nafsu makan menurun.

6. Sistem Integumen:
Tampak pucat.

7. Geneto Urinalis:
 Dalam BAK produksi urin tidak normal.
 Jumlah lebih sedikit karena ada penyumbatan.

1.3 Pola-pola Fungsi Kesehatan


1. Pola persepsi dan tata laksana hidup
Bagaimana pola hidup orang atau klien yang mempunyai penyakit batu ginjal dalam
menjaga kebersihan diri klien perawatan dan tata laksana hidup sehat.
2. Pola nutrisi dan metabolisme
Nafsu makan pada klien batu ginjal terjadi nafsu makan menurun karena adanya luka pada
ginjal.
3. Pola aktivitas dan latihan
Klien mengalami gangguan aktivitas karena kelemahan fisik gangguan karena adanya luka
pada ginjal.
4. Pola eliminasi
Bagaimana pola BAB dan BAK pada pasien batu ginjal biasanya BAK sedikit karena adanya
sumbatan atau bagu ginjal dalam perut, BAK normal.
5. Pola tidur dan istirahat
Klien batu ginjal biasanya tidur dan istirahat kurang atau terganggu karena adanya
penyakitnya.
6. Pola persepsi dan konsep diri
Bagaimana persepsi klien terdapat tindakan operasi yang akan dilakukan dan bagaimana
dilakukan operasi.
7. Pola sensori dan kognitif
Bagaimana pengetahuan klien tarhadap penyakit yang dideritanya selama di rumah sakit.
8. Pola reproduksi sexual
Apakah klien dengan nefrolitiasis dalam hal tersebut masih dapat melakukan dan selama sakit
tidak ada gangguan yang berhubungan dengan produksi sexual.
9. Pola hubungan peran
Biasanya klien nefrolitiasis dalam hubungan orang sekitar tetap baik tidak ada gangguan.
10. Pola penaggulangan stress
Klien dengan nefrolitiasis tetap berusaha dab selalu melakukan hal yang positif jika stress
muncul.

11. Pola nilai dan kepercayaan


Klien tetap berusaha dan berdoa supaya penyakit yang di derita ada obat dan dapat sembuh.

B. DIAGNOSA
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubugan dengan adanya batu diginjal spasme pelvis
renalis.
2. Perubahan eliminasi urin : oliguria berhubungan dengan penurunan fungsi ginjal
untuk mensekresi cairan.
3. Resti infeksi berhubungan dengan penurunan tubuh karena trauma jaringan akibat
obstruksi ginjal.

B. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubugan dengan adanya batu diginjal spasme pelvis
renalis.
 Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri terkontrol /hilang dan rasa
nyaman terpenuhi.
 Kriteria hasil : 1) Skala nyeri menurun
2) Klien tidak gelisah
3) Klien dapat beristrahat dan tidur nyenyak.
Intervensi :
1) Kaji tingkat nyeri.
Rasional : mengetahui seberapa jauh nyeri yang dirasakan klien.
2) Kaji lokasi nyeri
Rasional : membantu mengevaluasi tempat obstruksi dan kemajuan gerakan kalkulus.
3) Ajarkan tekhnik relaksasi.
Rasional : mengurangi rasa nyeri klien.
4) Kolaborasi pemberian obat analgetik.
Rasional : menurunkan kolik uretral.
5) Ciptakan lingkunan yang kondusif.
Rasional : meminimalkan rasa nyeri klien.

2. Perubahan eliminasi urin : oliguria berhubungan dengan penurunan fungsi ginjal


untuk mensekresi cairan.
 Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan jam pola berkemih seperti biasanya.
 Kriteria hasil : 1) Urine ± 250 cc/BAK 6-7x/hari.
2) Tak mengalami tanda inflamasi
3) Warna urine bening kekuningan.
Intervensi:
1) Awasi pemasukan dan pengeluaran : karaktristik urine.
Rasional : memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi, contoh infeksi
dan pendarhan.
2) Tentukan pola berkemih klien.
Rasional : kalkulus dapat menyebabkan eksikabilitas saraf yang menyebabkan sensai
kebutuhan berkemih segera.
3) Dorong meningkatkan masukan cairan.
Rasional : peningkatan hidrasi membilas bakteri, darah dan debris dan dan dapat membantu
lewatnya batu.
4) Awasi pemeriksaan laboraturium : elektrolit, BUN (Blood Ureum Nitrogen), kreatinin.
Rasional : peninggian BUN (Blood Ureum Nitrogen), kreatinin dan elektrolit
mengidentifikasikan disfungsi ginjal.

3.) Resti infeksi berhubungan dengan penurunan tubuh karena trauma jaringan akibat
obstruksi ginjal.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil : Suhu normal dan warna urine tidak keruh (bening kekuningan), urine tidabau,
leukosit menurun.
Intervensi
1) Kaji intensitas dan warna urine.
Rasional : seberapa jauh klien terkena infeksi.
2) Observasi tanda-tanda vital klien.
Rasional : mengetahui penurunan / peningkatan suhu.
3) Motivasi klien makan tinggi protein.
Rasional : infeksi tidak bertambah.
4) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat antibiotik.
Rasional : mengurangi infeksi menyebar.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Nefrolitiasis adalah adanya batu atau kalkulus dalam pelvis renal batu-batu tersebut
dibentuk oleh kristalisasi larutan urin (kalsium oksolat asam urat, kalium fosfat, struvit dan
sistin). Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan gangguan aliran
urin, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan-keadaan lain yang
idiopatik. Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu
saluran kemih pada seseorang.

B. Saran

Untuk mencegah terbentuknya kembali batu saluran kemih perlu disiplin yang tinggi dalam
melaksanakan perawatan dan pengobatan.
Maka perlu adanya pencegahan atau program sepanjang hidup, seperti :
1) Masalah yang mendasari untuk mempermudah terbentuknya batu saluran kemih harus
dikoreksi.
2) Infeksi harus dihindari atau pengobatan secara intensif untuk semua jenis type batu

Вам также может понравиться