Вы находитесь на странице: 1из 10

CYSTITIS

DISUSUN OLEH:

PALUPI PUSPITO RINI

41130067

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA
YOGYAKARTA
2015

Page | 0
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ............................................................................................................. 1

BAB 1 PENDHULUAN ............................................................................................... 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................... 3

Definisi ....................................................................................................... 3

Etiologi ....................................................................................................... 3

Epidemiologi ............................................................................................... 4

Pathogenesis .............................................................................................. 4

Patofisiologi ................................................................................................ 5

Diagnosis ................................................................................................... 6

Tata laksana ............................................................................................... 7

Prognosis ................................................................................................... 7

Komplikasi .................................................................................................. 7

DAFTAR PUSTAKA

Page | 1
BAB 1

PENDAHULUAN

Cystitis adalah inflamasi pada vesika urinaria. Inflamasi vesika urinaria ini dapat
menimbulkan rasa sakit dan rasa tidak nyaman. Cystitis dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, dan
bila infeksinya menyebar sampai ke ginjal, akan menyebabkan masalah kesehatan yang serius.
Cystitis paling sering disebabkan oleh infeksi asenden dari uretra.

Beberapa penyelidikan menunjukkan 20% dari wanita-wanita dewasa yanpa mempedulikan


umur setiap tahun mengalami disuria dan insidensinya meningkat sesuai pertumbuhan usia dan
aktifitas seksual. Meningkatnya frekuensi infeksi saluran kemih pada wanita terutama karena gagal
berkemih setelah melakukan hubungan seksual dan diperkirakn pula karena uretra wanita lebih
pendek dan tidak mempunyai substansi antimikroba seperti yang ditemukan pada cairan seminal.
Cystitis pada pria merupakan kondisi sekunder akibat beberapa factor misalnya prostat yang
terinfeksi, epididimitis, atau batu pada kandung kemih.

Karena gejala dan komplikasi yang mungkin terjadi, maka penting untuk mengetahui gejala-
gejala yang terjadi agar dapat diberikan terapi sedini mungkin untuh mencegah terjadinya
komplikasi.

Page | 2
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI

Cystitis adalah inflamasi yang terjadi pada vesika urinaria. Cystitis dapat disebabkan oleh
infeksi bakteri dan juga oleh factor non infeksi seperti obat-obatan, iritan atau radiologi.

ETIOLOGI

Pada umumnya disebabkan oleh basil gram negative E.coli yang dapat menyebabkan kira-
kira 90% infeksi akut pada penderita tanpa kelainan urologis atau kalkuli. Batang gram negative
lainnya termasuk proteus, klebsiella, enterobakter, serrate, pseudomonas bertanggung jawab atas
sebagian kecil infeksi tanpa komplikasi. Organisme-organisme ini dapat menjadi bertambah penting
pada infeksi-infeksi rekuren dan infeksi-infeksi yang berhubungan langsung dengan manipulsi
urologis, kalkuli atau obstruksi.

Pada wanita biasanya karena bakteri-bakteri daerah vagina kea rah uretra atau dari meatus
kemudian naik ke kandung kemih dan mungkin pula karena renal infeksi tetapi yang paling sering
disebabkan karena infeksi E. Coli. Pada pria biasanya sebagai akibat dari infeksi di ginjal, prostat,
atau oleh karena adanya urin sisa atau karena infeksi dari usus.

Jalur infeksi :

 Tersering dari uretra, uretra wanita lebih pendek membuat penyakit ini lebih sering
ditemukan pada wanita.
 Infeksi ginjal yang sering meradang, dapat masuk ke kandung kemih melalui urin.
 Penyebaran infeksi secara local dari organ lain dapat mengenai kandung kemih misalnya
appendicitis.
 Pada laki-laki prostat merupakan sumber infeksi.

Factor predisposisi :
 Benda asing yang menyebabkan iritasi, misalnya kalkulus tumor dan feses dari fistula usus.
 Instrumentasi saat operasi menyebabkan trauma dan menimbulkan infeksi.
 Retensi urin yang kronis memungkinkan berkembang biaknya bakteri.

Page | 3
 Hubungan seksual.

EPIDEMIOLOGI

Secara epidemiologi kejadian ISK pada wanita selama masa remaja dan usia subur jauh lebih
tinggi dibandingkan laki-laki, dimana wanita dewasa beresiko 30 kali lebih tinggi disbanding pria
untuk mengalami ISK. Kejadian ISK pada pria mendekati perempuan pada pria yang berusia lebih dari
60 tahun. Pada pria berusia 65 tahun atau lebih, 10% telah ditemukan memiliki bakteriuria,
dibandingkan dengan 20% perempuan dalam kelompok usia ini.

Secara internasional, perbandingan serupa banyak ditemukan di Negara-negara maju.


Namun di Negara-negara berkembang dimana laki-laki memiliki masa hidup yang lebih pendek,
kejadian ISK akibat hipertrofi prostat lebih rendah.

Remaja laki-laki jarang terkena ISK dan prevalensi bakteriuria hanya 0,1% atau kurang. Pada
neonates, ISK lebih sering terjadi pada anak laki-laki dari pada anak permpuan (dengan rasio laki-laki
: perempuan = 1,5 : 1) dan ini sering menjadi bagian dari sindrom sepsis gram negative. Insiden
kumulatif gejala ISK (termasuk pielonefritis) anak laki-laki selama 10 tahun pertama kehidupan telah
dilaporkan di 1,1 - 1,6 %

Kejadian ISK murni pada pria dewasa muda yang berumur kurang dari 50 tahun (sekitar 5 – 8
per tahun per 10.000). Dalam populasi ini, gejala disuria atau frekuensi kencing biasanya karena
penyakit infeksi menular seksual yang berhubungan dengan uretra (misalnya gonokokal uretritis dan
non gonokokal) dan prostat.

Pada pria yang lebih tua dari 50 tahun, kejadian ISK meningkat secara drastic (sekitar 20 –
50% prevalensi) hal ini dikarenakan akibat pembesaran prostat, kelemahan, dan instrumentasi dari
saluran kemih. Spectrum agen penyebab juga agak lebih luas di kalangan lanjut usia.

PATOGENESIS

Pathogenesis bakteriuri asimptomatik dapat menjadi bakteriuri simptomatik tergantung dari


patogenitas bakteri dan status pasien sendiri.

1. Peranan pathogenesis bakteri

Page | 4
Bakteri usus yang paling sering menyebabkan ISK adalah E. Coli, dimana
patogenitasnya ini berhubungan dengan bagian permukaan sel polisakarida dan
lipopolisakarida.
Peranan bacterial attachment of the mucosa. Fimbrae merupakan salah satu pelengkap
patogenesitas yang memiliki kemampuan untuk melekat pada mukosa saluran kemih.
Peranan factor virulensi lainnya. Sifat pathogenesis E. Coli yang lain adalah toksin. Beberapa
sifat uropatogenetik mikroorganisme adalah resistensi serum, sekuestrasi besi,
pembentukan hidroksat dan antigen K yang biasanya muncul mendahului sign dan symptom
ISK.
Variasi fase factor virulensi. Virulensi suatu bakteri ditandai dengan kemampuan untuk
mengalami suatu perubahan sesuai dengan respon terhadap factor luar. Variasi fase
virulensi ini menunjukkan bahwa beberapa penentu virulensi bervariasi di antara individu
dan lokasi saluran kemih.
2. Peranan factor host
Factor predisposisi pencetus ISK. Factor bakteri dan keadaan saluran kemih pasien
mempunyai peranan penting dalam kolonisasi bakteri di saluran kemih. Kolonisasi
bakteri sering mengalami eksaserbasi apabila terdapat kelainan struktur anatomi saluran
kemih. Contohnya adalah dilatasi dari saluran kemih tanpa obstruksi dapat
menyebabkan gangguan klirens urin dan meningkatkan kepekaan terhadap terjadinya
infeksi.
Status imunologis pasien. Dari penelitian laboratorium didapatkan bahwa golongan
darah dan status secretor mempunyai kontribusi terhadap kepekaan terjadinya ISK.
Pada pasien dengan struktur anatomis yang normal, kepekaan ISK rekurennya lebih
besar pada pasien dengan antigen darah non sekretorik daripada sekretorik.

PATOFISIOLOGI
Sistitis bakteri tanpa infeksi yang bersamaan di bagian lain dari saluran genitourinary sangat
jarang terjadi pada laki-laki. Permulaan awalnya terjadi gejala iritasi saat berkemih secara tiba-tiba
dan nyeri suprapubik secara klinis diagnostic.
Kebanyakan kasus cystitis bakteri terjadi dengan mekanisme ascending. Sistitis bakteri pada
pria jarang terjadi tanpa adanya kelainan anatomi, defek mekanisme pengosongan kandung kemih,
atau kateterisasi uretra. Peningkatan sisa urin setelah berkemih memungkinkan bakteri untuk
berkembang biak ke tingkat yang lebih tinggi. Tekanan untuk berkemih tinggi dan penyesuaian
kandung kemih yang buruk dapat mengurangi pertahanan alami uropitelial terhadap infeksi.

Page | 5
DIAGNOSIS
1. Sign & Symptom
a. Symptom (Fauci, Braunwald, et al, 2008)
 Disuria
 Polakisuria
 Urgensi
 Nyeri suprapubik
 Mual muntah
 Demam
 Nyeri costovertebral
 Strangiuria
b. Sign
 Urin berkabut dan berbau busuk
 Urin berdarah (hemorrhagic cystitis)
 Nyeri tekan suprapubik
 Flank pain
2. Pemeriksaan penunjang
a. Urinalisis
 Low grade proteinuria
 Tes dipstick
 Pemeriksaan mikroskopis : pyuria
 Tes nitrate (untuk mendeteksi produk dari nitrate reduktase, suatu enzim yang
dihasilkan oleh banyak spesies bakteri)
b. Kultur urin
 Berdasarkan IDSA tahun 2010, dikatakan cystitis bila didapatkan >1000 CFU/ml
urin midstream
 Ditemukan uropathogen pada aspirasi suprapubik
c. CBC
 Leukositosis
d. Renal imaging procedure
 USG
 Radiografi (foto polos abdomen, pielografi IV, micturating cystogram)
 Isotop scanning

Page | 6
Indikasi :

 ISK kambuh (relapsing infection)


 Pasien laki-laki
 Gejala urologic : kolik ginjal, piuria, hematuria
 Hematuria persisten
 Mikroorganisme jarang : Pseudomonas spp dan Proteus spp
 ISK berulang dengan interval < 6 minggu

TATA LAKSANA

Cystitis ringan dapat sembuh dalam 4-9 hari tanpa pengobatan. Tapi apabila terjadi infeksi
bakteri berat, maka dapat menimbulkan manifestasi seperti demam, dan nyeri perut. Kondisi ini
memerlukan pengobatan dengan menggunakan antibiotic. Pemilihan antibiotic sebaiknya
berdasarkan hasil kultur urin. TMP-SMX, Nitrofurantion dan fluoroquinolones sangat efektif untuk
melawan hamper seluruh pathogen yang menyebabkan cystitis. TPM-SMX dan nitrofurantion
direkomendasikan untuk pengobatan pada cystitis tanpa komplikasi.

Pada dewasa dan anak-anak durasi pengobatan sekitar 3-5 hari. Terapi yang lebih lama tidak
diperlukan. Terapi single dose pada recurrent cystitis kuranglah efektif. Jika ingin menggunaka single
dose, fluoroqunolones dengan half-lives yang lebih panjang cocok untuk terapi single-dose.
Resistensi terhadap penicilins dan aminopenicilins sangatlah tinggi sehingga tidak direkomendasikan.

PROGNOSIS

Kebanyakan kasus cystitis menimbulkan rasa tidak nyaman, namun akan sembuh tanpa
komplikasi setelah pengobatan.

KOMPLIKASI

Jika cystitis diobati secara cepat dan tepat, sangat jarang terjadi komplikasi, tetapi pada kasus yang
tidak diobati, dapat terjadi komplikasi serius seperti :

Page | 7
a. Infeksi ginjal. Cystitis yang tidak diobati dapat menyebabkan infeksi ginjal yang disebut
pyelonephritis, infeksi ginjal dapat menyebabkan terjadinya kerusakan permanen dari ginjal.
Pada anak-anak dan dewasa muda lebih beresiko terjadi kerusakan di ginjal dikarenakan
gejalanya sering tidak terlihat.
b. Darah pada urin. Pada cystitis, akan tampak sel darah merah di urin dengan penglihatan
dibawah mikroskop dan biasanya hilang dengan pengobatan. Hematuri macros jarang pada
cystitis bakteri.

Page | 8
DAFTAR PUSTAKA

Fauci, Braunwald et al. 2008. Harrison’s Principles of Internal Medicine, 17th edition.
McGraw-Hill. United State

Sudoyo, Aru W, Setiyohadi, Bambang. et al. 2009., Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 5.
Interna Publishing. Jakarta

Page | 9

Вам также может понравиться