Вы находитесь на странице: 1из 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perdarahan post partum (PPP) merupakan penyebab utama kematian ibu di

seluruh dunia dengan tingkat prevalensi sekitar 6%. PPP bila tidak mendapat

penanganan yang semestinya akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas ibu. Di

Afrika dan Asia, di mana kematian ibu paling sering terjadi, PPP menyumbang

lebih dari 30% dari semua kematian maternal.1,2

Di negara maju, PPP merupakan kondisi yang dapat dikelolah dan dicegah.

Sedangkan di negara berkembang, angka kematian dari PPP tetap tinggi dan studi

terbaru menunjukkan bahwa PPP menyebabkan hingga 60 persen dari semua

kematian maternal. Misalnya, PPP menyumbang 59 persen dari kematian ibu di

Burkina Faso, 53 persen di Filipina, dan 43 persen di Indonesia. 34

Di negara berkembang, angka kematian ibu (AKI) masih lebih tinggi dari

100 wanita per 100.000 kelahiran hidup. Data statistik WHO menunjukkan bahwa

25% dari kematian ibu adalah karena PPP, terhitung lebih dari 100.000 kematian

ibu per tahun. Diperkirakan sekitar 140.000 kematian ibu per tahun atau 1 wanita

meninggal setiap 4 menit. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia pada tahun

2007 menunjukkan bahwa AKI di Indonesia adalah yang tertinggi di Asia (228 per

100.000 kelahiran hidup). Tingkat ini adalah sekitar 3-6 kali lebih tinggi dari AKI

di negara-negara Asia Tenggara dan lebih dari 50 kali AKI di negara maju.

1
Sedangkan menurut data WHO 2014 AKI di Indonesia masih tetap tertinggi di Asia

yaitu 190 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan target yang diharapkan

berdasarkan Melenium Development Goals (MDGs) pada tahun 2015 yaitu

102/100.000 kelahiran hidup. Hal ini berarti bahwa AKI di Indonesia jauh di atas

target yang ditetapkan WHO.4-5

Proporsi kematian ibu disebabkan PPP sangat bervariasi antara negara maju

dan berkembang, menunjukkan bahwa kematian ibu akibat PPP dapat dicegah.

Perdarahan post partum merupakan perdarahan yang terjadi setelah bayi

lahir dengan volume darah ≥ 500 ml. PPP bukanlah suatu diagnosis akan tetapi

suatu kejadian yang harus dicari penyebabnya. PPP bisa disebabkan oleh atonia

uteri, sisa plasenta, robekan jalan lahir ataupun gangguan pembekuan darah.

Berdasarkan saat terjadinya PPP dapat dibedakan menjadi PPP primer yang terjadi

dalam 24 jam pertama dan biasanya disebabkan oleh atonia uteri, robekan jalan

lahir. PPP sekunder yang terjadi setelah 24 jam pasca persalinan, biasanya karena

sisa plasenta.

Pada praktisnya tidak perlu mengukur jumlah perdarahan sampai sebanyak

itu sebab kondisi dalam persalinan menyebabkan kesulitan untuk menentukan

jumlah perdarahan yang terjadi karena tercampur dengan air ketuban dan serapan

pakian atau kain alas tempat tidur. Pada umumnya bila terdapat perdarahan yang

lebih dari normal, apalagi telah menyebabkan perubahan tanda vital (akral dingin,

nadi cepat dan lemah, tensi < 90 mmHg, sesak napas, pucat, keringat dingin sampai

penurunan kesadaran), maka penanganan harus segera dilakukan. Efek perdarahan

2
pada ibu hamil bergantung pada volume darah ibu saat hamil, seberapa tingkat

hipervolemi yang sudah dicapai dan kadar hemoglobin sebelumnya. Banyaknya

darah yang hilang akan sangat mempengaruhi keadaan umum pasien, sehingga

menghentikan perdarahan lebih dini akan memberikan prognosis yang lebih baik.

Sebagai patokan, setelah persalinan selesai maka keadaan disebut aman bila

kesadaran dan tanda vital ibu baik, kontraksi uterus baik dan tidak ada perdarahan

aktif/merembes dari vagina.5-6

3
BAB II

LAPORAN KASUS

2.1 IDENTITAS
Nama : Ny. NKNT
Tempat tanggal lahir : 17-04-1999
Umur : 18 tahun
Alamat : BR.Nyawah selulug kintamani
Agama : Hindu
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status : Menikah
Nomor RM : 26-52-89
Tanggal MRS : 25-11-2017
Ruang perawatan : Kenanga

2.2 ANAMNESIS
Dilakukan autoanamnesis pada haritanggal 25 November 2017 pukul 10:00 WITA
di ruang Kenanga.
 Keluhan utama : Keluar darah dari alat kelamin
 Keluhan penyerta : Lemas
 Riwayat penyakit sekarang :
Os datang diantar oleh bidan rujukan dari puskesmas kintamani III dengan
perdarahan setelah melahirkan. Menurut pasien darah terus keluar dari alat
kelamin. Darah dirasakan terus keluar sejak pukul 07:30 WITA, berwarna
merah segar. Keluhan ini dirasakan setelah pasien melahirkan anaknya pada
pukul 06:45 WITA dipuskesmas. Selain itu pasien mengeluhkan lemas, pasien
menyangkal adanya rasa haus,pusing, mengantuk atau cepat lelah.

4
 Riwayat penyakit dahulu
Hipertensi (-), Penyakit jantung (-), Diabetes Mellitus (-), Asma (-), penyakit
ginjal (-).
 Riwayat penyakit keluarga
Menurut pasien tidak ada yang mengalami hal sepeti ini dikeluaga.dikeluarga
pasien juga tidak ada yang menderita penyakit Hipertensi (-), Penyakit jantung
(-), Diabetes Mellitus (-), Asma (-), penyakit ginjal (-)
 Riwayat penggunaan kontrasepsi
Pasien mengaku subelumnya tidak pernah menggunakan kontrasepsi
 Riwayat obstetri :
I. Bayi baru lahir pukul 06 : 45 WITA, jenis kelamin laki-laki, segera
menangis dipuskesmas kintamani III BB/TB 3400 gram 48 cm, lingkar
kepala/ lingkar dada 32/34 cm, anus (+), kelamin (+), apgar skore 7-10.
Plasenta lahir spontan kesan tidak lengkap jam 07:00 WITA.

2.3 PEMERIKSAAN FISIK


Dilakukan pemeriksaan fisik pada pukul 10.20 WITA di ruang Ponek.
 Keadaan umum : tampak sakit sedang
 Kesadaran : compos mentis
 Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 110 / 80 mmHg
Nadi : 70 x/m, reguler
Suhu : 36,8°C
Pernapasan : 20x/m
 Pemeriksaan fisik :
a. Kepala : normocephal
b. Mata : CA -/-, SI -/-
c. THT : otore -/-, rinore -/-
d. Leher : pembesaran kelenjar tiroid (-)

5
e. KGB : pembesaran (-)
f. Dada : normochest, pergerakan simetris kiri-kanan
g. Jantung : BJ I, II ireguler, murmur (-), gallop (-)
h. Paru : bunyi pernapasan vesikuler, ronki , wheezing

i. Perut : supel, NT (-), BU (+) normal


Hepar : sulit dievaluasi
Lien : sulit dievaluasiGinjal : sulit dievaluasi
j. Alat kelamin : dalam batas normal
k. Anggota gerak : dalam batas normal
l. Refleks : dalam batas normal
m. Kulit : dalam batas normal
n. Gigi danmulut : dalam batas normal
o. Saraf otak : dalam batas normal
 Pemeriksaan obstetri :
Abdomen : Palpasi TFU sepusat teraba kontraksi (+) lemah
VT : V/U tampak pearahan merebes dari vagina tampak jaritan (+), stosol (+),
porsio membuka 1-2 cm

2.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG


 Laboratorium darah (tanggal 25 november 2017)
Hb : 10,8 gr% low
Leukosit : 21,5 / mm3 higt
Trombosit : 233 / mm3 normal
Waktu perdarahan : 1-4 menit
Waktu pembekuan : 3-15 menit
Golongan darah :O

6
2.5 DIAGNOSIS KERJA
Diagnose awal:
P10001 SP + B kala IV +HPP primer suspek ec retensio plasenta dd/atonia uteri +
anemia ringan
2.6 RENCANA PENGOBATAN
 IVFD RL + 20 IU Oksitosin dalam RL 1000 ml 60 tpm
 Oksigen 4 Lpm
 Cefotaxime 3x1 gr
 Misoprostol 800 mcg perektal
 Ergometrin 0,2mg IV
 Kompresi bimanual

2.7 PLENING
DL, USG
2.8 FOLLOW-UP
Tanggal Perjalanan Penyakit Pengobatan
26/011/17 S: OS masih mengeluh keluar darah  IVFD RL 20 tpm
08.00 WITA dari alat kelamin  curetage
O: KU baik, kesadaran CM  Cefotaxime 3x1 gr
TD : 120/80 mmHg N: 80x/menit
T : 36,1C RR : 20x/menit
Palpasi TFU 1jari dibawah pusat
A: P10001 SP + B kala IV +HPP
primer ec retensio plasenta +anemia
ringan

7
 Hasl pemeiksaan penunjang tanggal 26-11-2017
USG : Blas : kosong
Uterus : terdapat sisa plasnta

Tanggal Perjalanan penyakit Pengoatan


27/11/2017 S:keluar darah (+), BAB (+), BAK (+),  IVFD RL + oxytocin
ASI (+) 20 tpm
 Cefadroxil 2x 500
O:TD : 110/80x/menit N: 70x/menit
mg
T : 36,1 RR: 20x/menit  Analtram 3x 500 mg
 Sulfas ferosus 2x1
Palpasi TFU 2 jari dari pusat tab
A: P10001 post kuretase ec retensio  Asam folat 1x1 tab
plasenta+anemia ringan  Metil ergometrin
3x1 tab

28/11/2017 S:keluhan (-) BAB (+), BAK (+),  BPL


ASI(+)  Cefadroxil 2x500mg
 Sulfas ferosus 2x1
O:TD : 110/80x/menit N: 68x/menit
tab
T : 36,1 RR: 18x/menit

8
Palpasi TFU 2 jari dari pusat  Metil ergotamine
3x1 tab
A: P10001 post kuretase ec retensio
 Asam folat 1x1 tab
plasenta+anemia ringan

2.9 RESUME MEDIS


Riwayat penyakit : Pasien Os datang diantar oleh bidan rujukan dari
puskesmas kintamani III dengan perdarahan setelah
melahirkan. Menurut pasien darah terus keluar dari alat
kelamin. Darah dirasakan terus keluar sejak pukul
07:30 WITA, berwarna merah segar. Keluhan ini
dirasakan setelah pasien melahirkan anaknya pada
pukul 06:45 WITA dipuskesmas. Selain itu pasien
mengeluhkan lemas, pasien menyangkal adanya rasa
haus,pusing, mengantuk atau cepat lelah.
RPD : Hipertensi (-), Penyakit jantung (-), Diabetes
Mellitus (-), Asma (-), penyakit ginjal (-).
Pemeriksaan fisik : KU baik, kesadaran CM.
TD: 120 / 70 mmHg, N:80 x/m, reguler, RR:20x/m,
T:36,9°C
Mata : CA -/-, SI -/-
Pemeriksaan head to toe : dalam batas normal
Abdomen : Palpasi TFU sepusat teraba kontraksi (+)
lemah
VT : V/U tampak pearahan merebes dari vagina tampak
tampone (+), stosol (+), porsio membuka 1-2 cm

9
Pemeriksaan penunjang : Lab darah rutin WBC meningkat, HB turun.
Diagnose awal : P10001 SP + B kala IV +HPP primer suspek ec retensio
plasenta dd/atonia uteri + anemia ringan

Tatalaksana awal :
 IVFD RL + 20 IU Oksitosin dalam 1000 ml 60 tpm
 Oksigen 4 Lpm
 Cefotaxime 3x1 gr
 Misoprostol 800 mcg perektal
 Ergometrin 0,2mg IV
 Kompresi bimanual
.

10
BAB III

TINJAUNA PUSTAKA

3.1 Pengertian Perdarahan Postpartum (PPP)

Perdarahan postpartum adalah perdarahan yang melebihi 500 ml setelah bayi lahir.

Berdasarkan saat terjadinya PPP dapat dibedakan menjadi PPP primer yang terjadi

dalam 24 jam pertama dan PPP sekunder yang terjadi setelah 24 jam pasca persalinan.4

3.2 Penyebab dan Faktor Risiko

Penyebab perdarahan post partum dapat disingkat menjadi 4T yaitu Tonus, Tissue,

Trauma, Trombin.4

1. Tonus

Tonus yang dimaksud berkaitan dengan kontraksi uterus. Ketiadaan kontraksi

uterus atau yang disebut atonia uteri merupakan salah satu penyebab perdarahan

postpartum. Atonia uteri merupakan kegagalan miometrium untuk berkontraksi

setelah persalinan sehingga uterus dalam keadaan relaksasi penuh, melebar, lembek

dan tidak mampu menjalankan fungsi oklusi pembuluh darah. Akibat dari atonia

uteri ini adalah terjadinya perdarahan. Perdarahan pada atonia uteri ini berasal dari

pembuluh darah yang terbuka pada bekas menempelnya plasenta yang lepas

sebagian atau lepas keseluruhan. Perdarahan post partum secara fisiologis dikontrol

oleh kontraksi serat-serat miometrium terutama yang berada di sekitar pembuluh

darah yang mensuplai darah pada tempat imlantasi plasenta. Ketiadaan kontraksi

11
miometrium pada atonia uteri menyebabkan terjadinya perdarahan. Atonia uteri

merupakan penyebab tersering perdarahan postpartum, sekurang-kurangnya 2/3

dari semua perdarahan postpartum disebabkan oleh atonia uteri.

Gambar 1. Kontraksi miometrium

Faktor risiko terjadinya atonia uteri:

a. Distensi uterus : polihidramnion, gemelli, makrosomia

b. Kelelahan miometrium : partus lama, partus persipitatus, multiparitas

c. Infeksi : korioamnionitis

d. Kelaianan anatomi dan fungsi uterus: anomali, fibroid uterus, plasenta previa,

anastesia.

2. Tissue

Tissue yang dimaksud berkaitan dengan plasenta. Retensio dan rest plasenta dapat

menyebabkan terjadinya perdarahan post partum. Retensio plasenta merupakan

keadaan dimana plasenta belum lahir setelah 30 menit bayi lahir. Rest plasenta

merupakan keadaan dimana sebagian kecil plasenta masih tertinggal di dalam

12
uterus atau biasa disebut sisa plasenta. Pada retensio plasenta sepanjang plasenta

belum terlepas maka tidak akan menimbulkan perdarahan namun bila ada sebagian

plasenta yang sudah terlepas maka dapat menimbulkan perdarahan. Plasenta yang

sukar terlepas ini dapat disebabkan oleh adhesi yang kuat antara plasenta dan uterus

yang bisa disebut plasenta akreta, inkreta dan prekreta. Normalnya implantasi

plasenta tidak melewati lapisan desidua basalis.

a. Plasenta akreta : bila implantasi plasenta menembus lapisan desidua basalis

b. Plasenta inkreta : bila implantasi plasenta menembus lapisan miometrium

c. Plasenta prekreta : bila implantasi plasenta menembus lapisan perimetrium.

Gambar 2. Plasenta normal

13
Gambar 3. Plasenta akreta, inkreta dan prekreta

3. Trauma

Trauma yang dimaksud ialah robekan jalan lahir. Robekan jalan lahir selalu

memberikan perdarahan dalam jumlah yang bervariasi banyaknya. Perdarahan

yang berasal dari jalan lahir selalu harus dievaluasi yaitu sumber dan jumlah

perdarahan sehingga dapat diatasi. Sumber perdarahan dapat berasal dari perineum,

vagina, serviks, dan robekan uterus (ruptura uteri). Perdarahan dapat dalam bentuk

hematoma dan robekan jalan lahir dengan perdarahan bersifat arterill atau pecahnya

pembuluh darah vena. Untuk dapat menetapkan sumber perdarahan dapat

dilakukan dengan pemeriksaan dalam dan pemeriksaan spekulum setelah sumber

perdarahan diketahui dengan pasti, perdarahan dihentikan dengan melakukan ligasi

14
4. Trombin

Trombin yang dimaksud ialah perdarahan postpartum akibat gangguan pembekuan

darah. Perdarahan akibat gangguan pembekuan darah baru dicurigai bila penyebab

perdarahan yang lain telah disingkirkan. Riwayat gangguan pembekuan darah

sebelumnya juga perlu ditanyakan pada pasien. Predisposisi untuk terjadinya hal

ini adalah solutio plasenta, IUFD, eklampsia, sepsis, sindroma HELLP.

Pada pemeriksaan penunjang ditemukan hasil faal hemostasis yang abnormal

yakni, waktu perdarahan dan waktu pembekuan memanjang,

trombositopeni,hipofibrinogenemia, terdeteksi adanya FDP (Fibrin Degradation

Product), PT dan aPTT memanjang.

15
3.3 Retensio Plasenta

3.3.1 Pengertian

Apabila plasenta belum lahir setengah jam setelah janin lahir, maka

disebut retensio plasenta.7,8

3.3.2 Epidemiologi

Di Inggris, separuh kematian ibu hamil akibat perdarahan disebabkan oleh

proses pasca persalinan. Frekuensi perdarahan pasca persalinan 4/5-15% dari

seluruh persalinan. Berdasarkan penyebabnya, perdarahan pasca persalinan

berturut-turut dari yang paling banyak disebabkan oleh atonia uteri (50-60%),

sisa plasenta (23-24%), retensio plasenta (16-17%), laserasi jalan lahir (4-5%)

dan kelainan darah (0,3-0,8%). Di Indonesia perdarahan merupakan penyebab

pertama kematian ibu melahirkan (40-60%). Insiden perdarahan pasca persalinan

akibat retensio plasenta dilaporkan berkisar 16-17%.9

Jenis-Jenis Retensio Plasenta:9

a) Plasenta Adhesiva

Adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta

sehingga menyebabkan kegagalan mekanisme separasi fisiologis.

b) Plasenta Akreta

Adalah implantasi jonjot korion plasetita hingga memasuki

sebagian lapisan miornetrium.

16
c) Plasenta Inkreta

Adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga mencapai /

memasuki miornetnum.

d) Plasenta Pancreta

Adalah implantasi jonjot korion plasenta yang menembus

lapisan otot hingga mencapai lapisan serosa dinding uterus.

e) Plaserita Inkarserata

Adalah tertahannya plasenta di dalam kavum uteri disebabkan

oleh kontriksi ostium uteri.

3.3.3 Etiologi9

A. Plasenta belum lepas dari dinding uterus

Apabila plasenta belum lepas sama sekali, tidak terjadi perdarahan. Jika

lepas sebagian, terjadi perdarahan yang merupakan indikasi untuk

mengeluarkannya.

Plasenta belum lepas dari dinding uterus dapat karena :

i. Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta (plasenta

adhesive)

ii. Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vili korialis

menembus desidua sampai miometrium – sampai dibawah peritoneum

(plasenta akreta – perkreta).

B. Plasenta sudah lepas akan tetapi belum dilahirkan

17
Plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar,

disebabkan oleh tidak adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah

penanganan kala III, sehingga terjadi lingkaran konstriksi pada bagian bawah

uterus yang mengahalangi keluarnya plasenta (inkarserasio plasenta).

3.3.4 Diagnosis

Diagnosa retensio plasenta dibuat apabila plasenta yang tidak lepas

secara spontan setelah setengah jam bayi lahir atau timbul perdarahan aktif

setelah bayi dilahirkan.10

Pada pemeriksaan pervaginam, plasenta tidak ditemukan di dalam

kanalis servikalis tetapi secara parsial atau lengkap menempel di dalam uterus. 10

3.3.5 Diagnosis Banding11

 Atonia ureri

 Laseras jalan lahir

18
3.4 Penanganan

Alogaritma penanganan Perdarahan Postpartum: 12-15

Managemen aktif kala III


 Injeksi Oksitosin 10 IU IM
 Peregangan Tali Pusat Terkendali (PTT)
 Massage Uterus

Perdarahan ≥ 500 ml
(Perdarahan Postpartum)

Evaluasi Keadaan Umum  Perhatikan tanda-


tanda presyok dan syok
 Pucat, keringat, gelisah, penurunan
kesadaran
 akral dingin
 Nadi > 100x/m dan lemah
 Tensi sistolik < 90 mmHg
 Pernapasan > 30 x/m
 Produksi urin < 30 cc/jam atau anuri

Stabilisasi
 Airway
 Breathing
 Circulation

Tentukan penyebabnya
“4T”

Tonus Tissue Trauma Trombin

19
Tangani Penyebabnya
Table. 1 Perkiraan Cairan Resusitai

1. Penanganan Atonia Uteri

20
Gambar 4. Kompresi Bimanual Interna Gambar 5. Kompresi Bimanual

(KBI) Eksterna (KBE)

Gambar 6. Kompresi Aorta Abdominalis Gambar 7. Ballon Kateter

21
2. Penanganan Retensio Plasenta 12-15

 Berikan 20-40 unitoksitosin dalam 1000 ml larutan NaCl 0,9%/Ringer Laktat

dengan kecepatan 60 tetes/menitdan 10 unitIM. Lanjutkan infus oksitosin 20

unitdalam 1000 ml larutan NaCl 0,9%/Ringer Laktat dengan kecepatan 40

tetes/menit hingga perdarahan berhenti.

 Lakukan eksplorasi digital (bila serviks terbuka) dan keluarkan bekuan darah

dan jaringan. Bila serviks hanya dapat dilalui oleh instrumen, lakukan evakuasi

sisa plasenta dengan aspirasi vakum manual atau dilatasi dan kuretase.

 Berikan antibiotika profilaksis dosis tunggal (ampisillin 2 g IV DAN

metronidazole 500 mg).

Gambar 8. Manual plasenta

22
 Jika perdarahan berlanjut, tatalaksana seperti kasus atonia uteri.

Gambar 9. Aspirasi Vakum Manual (AVM)

23
Algoritma Penatalaksanan Retensio Plasenta12-15

Retensio Plasenta

Penanganan Umum:
1. Infuse tranfusi darah
2. Pertimbangan untuk referral RSU C

Perdarahan banyak Perdarahan sedikit:


1. Anemia dan syok
300 – 400 cc
2. Perlekatan plasenta

Plasenta manual

Berhasil baik: Plasenta Rest: Plasenta melekat:


Observasi: 1. Kuretase tumpul 1. Akreta
1. Keadaan umum 2. Utero-vaginal 2. Inkreta
2. Perdarahan tampon 3. Perkreta
3. Obat profilaktik 3. masase 4. adhesiva
 Vitamin
 Fe preparat
 Antibiotika
 Uterotonika Histerektomi
Pertimbangan:
1. Keadaan umum
2. Umur penderita
Perdarahan terus: 3. Paritas penderita
1. Tampon basah Ligasi arteri hipogastrika
2. Atonia uteri

24
3. Penanganan Trauma Jalan Lahir

25
4. Penanganan Gangguan Pembekuan Darah

 Pada banyak kasus kehilangan darah yang akut, koagulopati dapat dicegah jika

volume darah dipulihkan segera.

 Tangani kemungkinan penyebab (solusio plasenta, eklampsia).

 Berikan darah lengkap segar, jika tersedia, untuk menggantikan faktor

pembekuan dan sel darah merah.

 Jika darah lengkap segar tidak tersedia, pilih salah satu di bawah ini:

- Plasma beku segar untuk menggantikan faktor pembekuan (15 ml/ kg berat

badan) jika APTT dan PT melebihi 1,5 kali kontrol pada perdarahan lanjut

atau pada keadaan perdarahan berat walaupun hasil dari pembekuan belum

ada.

- Sel darah merah (packed red cells) untuk penggantian sel darah merah.

- Kriopresipitat untuk menggantikan fibrinogen.

- Konsentrasi trombosit (perdarahan berlanjut dan trombosit < 20.000).

- Apabila kesulitan mendapatkan darah yang sesuai, berikan darah golongan O

untuk penyelamatan jiwa.

26
BAB IV
PEMBAHASAN
Perdarahan postpartum (PPP) adalah perdarahan yang melebihi 500 ml setelah

bayi lahir. Berdasarkan saat terjadinya PPP dapat dibedakan menjadi PPP primer yang

terjadi dalam 24 jam pertama dan PPP sekunder yang terjadi setelah 24 jam pasca

persalinan. PPP bukanlah suatu diagnosis akan tetapi suatu kejadian yang harus dicari

penyebabnya.Penyebab perdarahan post partum dapat disingkat menjadi 4T yaitu

Tonus (atonia uteri), Tissue (retensio plasenta, sisa plasenta), Trauma (trauma jalan

lahir), Trombin (gangguan pembekuan darah).

Penanganan post partum yang paling penting ialah melakukan stabilisasi bagi

kondisi pasien kemudian setelah pasien stabil dapat ditangani penyebabnya namun

dapat dilakukan secara simultan antara stabilisasi dan penanganan penyebabnya.

Pada pasien retensio plasenta dapat dilakuan mengikuti alogaritma berikut :

27
Retensio Plasenta

Penanganan Umum:
3. Infuse tranfusi darah
4. Pertimbangan untuk referral RSU C

Perdarahan banyak Perdarahan sedikit:


3. Anemia dan syok
300 – 400 cc
4. Perlekatan plasenta

Plasenta manual

Berhasil baik: Plasenta Rest: Plasenta melekat:


Observasi: 4. Kuretase tumpul 5. Akreta
4. Keadaan 5. Utero-vaginal 6. Inkreta
umum tampon 7. Perkreta
5. Perdarahan 6. masase 8. adhesiva
6. Obat
profilaktik
 Vitamin
 Fe Histerektomi
preparat Pertimbangan:
4. Keadaan umum
5. Umur penderita
Perdarahan terus:
6. Paritas penderita
3. Tampon basah
Ligasi arteri
4. Atonia uteri
hipogastrika

28
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Telah dilaporkan pasienNy.NKNT usia 18 tahun dengan diagnosi akhir P10001 SP +

B kala IV +HPP primer ec retensio plasenta +anemia ringan. Pasien telah dilakukan

stabilisasi, , dilakukan penanganan retensio uteri yaitu plasenta manual karna gagal di

lakukan kuretase

29
Daftar pustaka
1. Janice M. Anderson & Duncan Etches. Prevention and Management of
Postpartum Hemorrhage. Am Fam Physician [Internet]. 2007; Available
from: http://www.aafp.org/afp/2007/0315/p875.pdf
2. ROCG. PREVENTION AND MANAGEMENT OF POSTPARTUM
HAEMORRHAGE. 2009; Available from:
https://www.rcog.org.uk/globalassets/documents/guidelines/gt52postpartu
mhaemorrhage0411.pdf
3. Rabea , PJ & Eva Suarthana. Risk factors of post partum haemorrhage in
Indonesia. Healt Science Indonesia [Internet]. 2011; Available from:
https://www.ghdonline.org/uploads/67-123-1-SM.pdf
4. Prawirohardjo, S. Ilmu Kebidanan. Ed : Kedua. Jakarta: PT Bina Pustaka;
2009. 522-529 p.
5. WHO. Recommendations for the Prevention and Treatment of
Postpartum Haemorrhage. 2012; Available from:
http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/75411/1/9789241548502_eng.pdf
6. WHO. Reducing the Global Burden: Postpartum Haemorrhage. Make
Pregnancy Safer [Internet]. 2007; Available from:
http://www.who.int/maternal_child_adolescent/documents/newsletter/mps
_newsletter_issue4.pdf
7. Martohusodo,S, Abdullah, M.N. Gangguan Dalam Kala III Persalinan.
Dalam: Winkjosastro, H (Editor). Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBP-SP; 2009.
p652-663
8. Bagian Obstetri dan Ginekologi FK Unpad. Patologi Kala III dan IV. Dalam
Obstetri Patologi. Bandung: Elstar Offset. p234-237
9. Cunningham, F.G, et al. Obstetri Williams Volume 2 Edisi 21. EGC:
Jakarta. 2006.
10. Saifufuddin, A.B. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta: YBP-SP. 2008.
11. Taber, B. Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi. Jakarta:
EGC. 2006.
12. Kementerian Kesehatan RI. BUKU SAKU PELAYANAN KESEHATAN
IBU DI FASILITAS KESEHATAN DASAR DAN RUJUKAN. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI; 2013. 101-108 p.
13. Nan Schuurmans D. SOGC CLINICAL PRACTICE GUIDELINES:
Prevention and Management of Postpartum Haemorrhage. 2000;
Available from: http://sogc.org/wp-content/uploads/2013/01/88E-CPG-
April2000.pdf

30
14. WHO. Recommendations for the Prevention of Postpartum Haemorrhage.
2012; Available from:
http://apps.who.int/rhl/archives/guideline_pphprevention_fawoleb/en/#
15. WHO. Guidelines for the Management of Postpartum Haemorrhage and
retained placenta. 2012; Available from:
http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/44171/1/9789241598514_eng.pdf

31

Вам также может понравиться

  • Catatan ADB
    Catatan ADB
    Документ1 страница
    Catatan ADB
    HipoAflis
    Оценок пока нет
  • Efek Aromaterapi Pada Kualitas Tidur Orang Tua Yang
    Efek Aromaterapi Pada Kualitas Tidur Orang Tua Yang
    Документ17 страниц
    Efek Aromaterapi Pada Kualitas Tidur Orang Tua Yang
    HipoAflis
    Оценок пока нет
  • Lapus Anemia Defisiensi Besi
    Lapus Anemia Defisiensi Besi
    Документ48 страниц
    Lapus Anemia Defisiensi Besi
    HipoAflis
    Оценок пока нет
  • Lapus Anemia Defisiensi Besi
    Lapus Anemia Defisiensi Besi
    Документ48 страниц
    Lapus Anemia Defisiensi Besi
    HipoAflis
    Оценок пока нет
  • TP DIAGNOSIS, DD Croup
    TP DIAGNOSIS, DD Croup
    Документ6 страниц
    TP DIAGNOSIS, DD Croup
    HipoAflis
    Оценок пока нет
  • PBL Croup
    PBL Croup
    Документ40 страниц
    PBL Croup
    HipoAflis
    Оценок пока нет
  • ABORTUS Incomplit
    ABORTUS Incomplit
    Документ37 страниц
    ABORTUS Incomplit
    HipoAflis
    Оценок пока нет
  • Anemia Hemolitik
    Anemia Hemolitik
    Документ21 страница
    Anemia Hemolitik
    Beth Torres
    Оценок пока нет
  • CBD Anemia Deifisiensi Besi
    CBD Anemia Deifisiensi Besi
    Документ9 страниц
    CBD Anemia Deifisiensi Besi
    HipoAflis
    Оценок пока нет
  • CBD Adb
    CBD Adb
    Документ8 страниц
    CBD Adb
    HipoAflis
    Оценок пока нет
  • Catatan ADB
    Catatan ADB
    Документ1 страница
    Catatan ADB
    HipoAflis
    Оценок пока нет
  • Catatan ADB
    Catatan ADB
    Документ1 страница
    Catatan ADB
    HipoAflis
    Оценок пока нет
  • PDF
    PDF
    Документ71 страница
    PDF
    Edwardo
    Оценок пока нет
  • Lapus Anemia Defisiensi Besi
    Lapus Anemia Defisiensi Besi
    Документ48 страниц
    Lapus Anemia Defisiensi Besi
    HipoAflis
    Оценок пока нет
  • Cover Case Based Discussion Wangaya
    Cover Case Based Discussion Wangaya
    Документ1 страница
    Cover Case Based Discussion Wangaya
    HipoAflis
    Оценок пока нет
  • Catatan ADB
    Catatan ADB
    Документ1 страница
    Catatan ADB
    HipoAflis
    Оценок пока нет
  • Journal Induksi Obat Pada Steven Janson Sindrom
    Journal Induksi Obat Pada Steven Janson Sindrom
    Документ9 страниц
    Journal Induksi Obat Pada Steven Janson Sindrom
    HipoAflis
    Оценок пока нет
  • JUDUL
    JUDUL
    Документ21 страница
    JUDUL
    Nata Yhagami Hinaocchi
    Оценок пока нет
  • CBD Anemia Deifisiensi Besi
    CBD Anemia Deifisiensi Besi
    Документ9 страниц
    CBD Anemia Deifisiensi Besi
    HipoAflis
    Оценок пока нет
  • LARINGITIS AKUT GEJALA DAN PENANGANAN
    LARINGITIS AKUT GEJALA DAN PENANGANAN
    Документ17 страниц
    LARINGITIS AKUT GEJALA DAN PENANGANAN
    proxytia64
    Оценок пока нет
  • AFLIS
    AFLIS
    Документ31 страница
    AFLIS
    HipoAflis
    Оценок пока нет
  • MatNeuroCME
    MatNeuroCME
    Документ8 страниц
    MatNeuroCME
    HipoAflis
    Оценок пока нет
  • TR 8
    TR 8
    Документ21 страница
    TR 8
    HipoAflis
    Оценок пока нет
  • Lapsus Dibates Dan Sinrome Nefrotik
    Lapsus Dibates Dan Sinrome Nefrotik
    Документ12 страниц
    Lapsus Dibates Dan Sinrome Nefrotik
    HipoAflis
    Оценок пока нет
  • CBD Anemia Deifisiensi Besi
    CBD Anemia Deifisiensi Besi
    Документ9 страниц
    CBD Anemia Deifisiensi Besi
    HipoAflis
    Оценок пока нет
  • LAPSUS Abotus Iminen
    LAPSUS Abotus Iminen
    Документ44 страницы
    LAPSUS Abotus Iminen
    HipoAflis
    Оценок пока нет
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Документ8 страниц
    Bab Ii
    HipoAflis
    Оценок пока нет
  • AFLIS
    AFLIS
    Документ31 страница
    AFLIS
    HipoAflis
    Оценок пока нет
  • Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang
    Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang
    Документ37 страниц
    Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang
    HipoAflis
    Оценок пока нет