Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
seluruh dunia dengan tingkat prevalensi sekitar 6%. PPP bila tidak mendapat
Afrika dan Asia, di mana kematian ibu paling sering terjadi, PPP menyumbang
Di negara maju, PPP merupakan kondisi yang dapat dikelolah dan dicegah.
Sedangkan di negara berkembang, angka kematian dari PPP tetap tinggi dan studi
Di negara berkembang, angka kematian ibu (AKI) masih lebih tinggi dari
100 wanita per 100.000 kelahiran hidup. Data statistik WHO menunjukkan bahwa
25% dari kematian ibu adalah karena PPP, terhitung lebih dari 100.000 kematian
ibu per tahun. Diperkirakan sekitar 140.000 kematian ibu per tahun atau 1 wanita
meninggal setiap 4 menit. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia pada tahun
2007 menunjukkan bahwa AKI di Indonesia adalah yang tertinggi di Asia (228 per
100.000 kelahiran hidup). Tingkat ini adalah sekitar 3-6 kali lebih tinggi dari AKI
di negara-negara Asia Tenggara dan lebih dari 50 kali AKI di negara maju.
1
Sedangkan menurut data WHO 2014 AKI di Indonesia masih tetap tertinggi di Asia
yaitu 190 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan target yang diharapkan
102/100.000 kelahiran hidup. Hal ini berarti bahwa AKI di Indonesia jauh di atas
Proporsi kematian ibu disebabkan PPP sangat bervariasi antara negara maju
dan berkembang, menunjukkan bahwa kematian ibu akibat PPP dapat dicegah.
lahir dengan volume darah ≥ 500 ml. PPP bukanlah suatu diagnosis akan tetapi
suatu kejadian yang harus dicari penyebabnya. PPP bisa disebabkan oleh atonia
uteri, sisa plasenta, robekan jalan lahir ataupun gangguan pembekuan darah.
Berdasarkan saat terjadinya PPP dapat dibedakan menjadi PPP primer yang terjadi
dalam 24 jam pertama dan biasanya disebabkan oleh atonia uteri, robekan jalan
lahir. PPP sekunder yang terjadi setelah 24 jam pasca persalinan, biasanya karena
sisa plasenta.
jumlah perdarahan yang terjadi karena tercampur dengan air ketuban dan serapan
pakian atau kain alas tempat tidur. Pada umumnya bila terdapat perdarahan yang
lebih dari normal, apalagi telah menyebabkan perubahan tanda vital (akral dingin,
nadi cepat dan lemah, tensi < 90 mmHg, sesak napas, pucat, keringat dingin sampai
2
pada ibu hamil bergantung pada volume darah ibu saat hamil, seberapa tingkat
darah yang hilang akan sangat mempengaruhi keadaan umum pasien, sehingga
menghentikan perdarahan lebih dini akan memberikan prognosis yang lebih baik.
Sebagai patokan, setelah persalinan selesai maka keadaan disebut aman bila
kesadaran dan tanda vital ibu baik, kontraksi uterus baik dan tidak ada perdarahan
3
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 IDENTITAS
Nama : Ny. NKNT
Tempat tanggal lahir : 17-04-1999
Umur : 18 tahun
Alamat : BR.Nyawah selulug kintamani
Agama : Hindu
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status : Menikah
Nomor RM : 26-52-89
Tanggal MRS : 25-11-2017
Ruang perawatan : Kenanga
2.2 ANAMNESIS
Dilakukan autoanamnesis pada haritanggal 25 November 2017 pukul 10:00 WITA
di ruang Kenanga.
Keluhan utama : Keluar darah dari alat kelamin
Keluhan penyerta : Lemas
Riwayat penyakit sekarang :
Os datang diantar oleh bidan rujukan dari puskesmas kintamani III dengan
perdarahan setelah melahirkan. Menurut pasien darah terus keluar dari alat
kelamin. Darah dirasakan terus keluar sejak pukul 07:30 WITA, berwarna
merah segar. Keluhan ini dirasakan setelah pasien melahirkan anaknya pada
pukul 06:45 WITA dipuskesmas. Selain itu pasien mengeluhkan lemas, pasien
menyangkal adanya rasa haus,pusing, mengantuk atau cepat lelah.
4
Riwayat penyakit dahulu
Hipertensi (-), Penyakit jantung (-), Diabetes Mellitus (-), Asma (-), penyakit
ginjal (-).
Riwayat penyakit keluarga
Menurut pasien tidak ada yang mengalami hal sepeti ini dikeluaga.dikeluarga
pasien juga tidak ada yang menderita penyakit Hipertensi (-), Penyakit jantung
(-), Diabetes Mellitus (-), Asma (-), penyakit ginjal (-)
Riwayat penggunaan kontrasepsi
Pasien mengaku subelumnya tidak pernah menggunakan kontrasepsi
Riwayat obstetri :
I. Bayi baru lahir pukul 06 : 45 WITA, jenis kelamin laki-laki, segera
menangis dipuskesmas kintamani III BB/TB 3400 gram 48 cm, lingkar
kepala/ lingkar dada 32/34 cm, anus (+), kelamin (+), apgar skore 7-10.
Plasenta lahir spontan kesan tidak lengkap jam 07:00 WITA.
5
e. KGB : pembesaran (-)
f. Dada : normochest, pergerakan simetris kiri-kanan
g. Jantung : BJ I, II ireguler, murmur (-), gallop (-)
h. Paru : bunyi pernapasan vesikuler, ronki , wheezing
6
2.5 DIAGNOSIS KERJA
Diagnose awal:
P10001 SP + B kala IV +HPP primer suspek ec retensio plasenta dd/atonia uteri +
anemia ringan
2.6 RENCANA PENGOBATAN
IVFD RL + 20 IU Oksitosin dalam RL 1000 ml 60 tpm
Oksigen 4 Lpm
Cefotaxime 3x1 gr
Misoprostol 800 mcg perektal
Ergometrin 0,2mg IV
Kompresi bimanual
2.7 PLENING
DL, USG
2.8 FOLLOW-UP
Tanggal Perjalanan Penyakit Pengobatan
26/011/17 S: OS masih mengeluh keluar darah IVFD RL 20 tpm
08.00 WITA dari alat kelamin curetage
O: KU baik, kesadaran CM Cefotaxime 3x1 gr
TD : 120/80 mmHg N: 80x/menit
T : 36,1C RR : 20x/menit
Palpasi TFU 1jari dibawah pusat
A: P10001 SP + B kala IV +HPP
primer ec retensio plasenta +anemia
ringan
7
Hasl pemeiksaan penunjang tanggal 26-11-2017
USG : Blas : kosong
Uterus : terdapat sisa plasnta
8
Palpasi TFU 2 jari dari pusat Metil ergotamine
3x1 tab
A: P10001 post kuretase ec retensio
Asam folat 1x1 tab
plasenta+anemia ringan
9
Pemeriksaan penunjang : Lab darah rutin WBC meningkat, HB turun.
Diagnose awal : P10001 SP + B kala IV +HPP primer suspek ec retensio
plasenta dd/atonia uteri + anemia ringan
Tatalaksana awal :
IVFD RL + 20 IU Oksitosin dalam 1000 ml 60 tpm
Oksigen 4 Lpm
Cefotaxime 3x1 gr
Misoprostol 800 mcg perektal
Ergometrin 0,2mg IV
Kompresi bimanual
.
10
BAB III
TINJAUNA PUSTAKA
Perdarahan postpartum adalah perdarahan yang melebihi 500 ml setelah bayi lahir.
Berdasarkan saat terjadinya PPP dapat dibedakan menjadi PPP primer yang terjadi
dalam 24 jam pertama dan PPP sekunder yang terjadi setelah 24 jam pasca persalinan.4
Penyebab perdarahan post partum dapat disingkat menjadi 4T yaitu Tonus, Tissue,
Trauma, Trombin.4
1. Tonus
uterus atau yang disebut atonia uteri merupakan salah satu penyebab perdarahan
setelah persalinan sehingga uterus dalam keadaan relaksasi penuh, melebar, lembek
dan tidak mampu menjalankan fungsi oklusi pembuluh darah. Akibat dari atonia
uteri ini adalah terjadinya perdarahan. Perdarahan pada atonia uteri ini berasal dari
pembuluh darah yang terbuka pada bekas menempelnya plasenta yang lepas
sebagian atau lepas keseluruhan. Perdarahan post partum secara fisiologis dikontrol
darah yang mensuplai darah pada tempat imlantasi plasenta. Ketiadaan kontraksi
11
miometrium pada atonia uteri menyebabkan terjadinya perdarahan. Atonia uteri
c. Infeksi : korioamnionitis
d. Kelaianan anatomi dan fungsi uterus: anomali, fibroid uterus, plasenta previa,
anastesia.
2. Tissue
Tissue yang dimaksud berkaitan dengan plasenta. Retensio dan rest plasenta dapat
keadaan dimana plasenta belum lahir setelah 30 menit bayi lahir. Rest plasenta
12
uterus atau biasa disebut sisa plasenta. Pada retensio plasenta sepanjang plasenta
belum terlepas maka tidak akan menimbulkan perdarahan namun bila ada sebagian
plasenta yang sudah terlepas maka dapat menimbulkan perdarahan. Plasenta yang
sukar terlepas ini dapat disebabkan oleh adhesi yang kuat antara plasenta dan uterus
yang bisa disebut plasenta akreta, inkreta dan prekreta. Normalnya implantasi
13
Gambar 3. Plasenta akreta, inkreta dan prekreta
3. Trauma
Trauma yang dimaksud ialah robekan jalan lahir. Robekan jalan lahir selalu
yang berasal dari jalan lahir selalu harus dievaluasi yaitu sumber dan jumlah
perdarahan sehingga dapat diatasi. Sumber perdarahan dapat berasal dari perineum,
vagina, serviks, dan robekan uterus (ruptura uteri). Perdarahan dapat dalam bentuk
hematoma dan robekan jalan lahir dengan perdarahan bersifat arterill atau pecahnya
14
4. Trombin
darah. Perdarahan akibat gangguan pembekuan darah baru dicurigai bila penyebab
sebelumnya juga perlu ditanyakan pada pasien. Predisposisi untuk terjadinya hal
15
3.3 Retensio Plasenta
3.3.1 Pengertian
Apabila plasenta belum lahir setengah jam setelah janin lahir, maka
3.3.2 Epidemiologi
berturut-turut dari yang paling banyak disebabkan oleh atonia uteri (50-60%),
sisa plasenta (23-24%), retensio plasenta (16-17%), laserasi jalan lahir (4-5%)
a) Plasenta Adhesiva
b) Plasenta Akreta
16
c) Plasenta Inkreta
memasuki miornetnum.
d) Plasenta Pancreta
e) Plaserita Inkarserata
3.3.3 Etiologi9
Apabila plasenta belum lepas sama sekali, tidak terjadi perdarahan. Jika
mengeluarkannya.
adhesive)
ii. Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vili korialis
17
Plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar,
disebabkan oleh tidak adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah
penanganan kala III, sehingga terjadi lingkaran konstriksi pada bagian bawah
3.3.4 Diagnosis
secara spontan setelah setengah jam bayi lahir atau timbul perdarahan aktif
kanalis servikalis tetapi secara parsial atau lengkap menempel di dalam uterus. 10
Atonia ureri
18
3.4 Penanganan
Perdarahan ≥ 500 ml
(Perdarahan Postpartum)
Stabilisasi
Airway
Breathing
Circulation
Tentukan penyebabnya
“4T”
19
Tangani Penyebabnya
Table. 1 Perkiraan Cairan Resusitai
20
Gambar 4. Kompresi Bimanual Interna Gambar 5. Kompresi Bimanual
21
2. Penanganan Retensio Plasenta 12-15
Lakukan eksplorasi digital (bila serviks terbuka) dan keluarkan bekuan darah
dan jaringan. Bila serviks hanya dapat dilalui oleh instrumen, lakukan evakuasi
sisa plasenta dengan aspirasi vakum manual atau dilatasi dan kuretase.
22
Jika perdarahan berlanjut, tatalaksana seperti kasus atonia uteri.
23
Algoritma Penatalaksanan Retensio Plasenta12-15
Retensio Plasenta
Penanganan Umum:
1. Infuse tranfusi darah
2. Pertimbangan untuk referral RSU C
Plasenta manual
24
3. Penanganan Trauma Jalan Lahir
25
4. Penanganan Gangguan Pembekuan Darah
Pada banyak kasus kehilangan darah yang akut, koagulopati dapat dicegah jika
Jika darah lengkap segar tidak tersedia, pilih salah satu di bawah ini:
- Plasma beku segar untuk menggantikan faktor pembekuan (15 ml/ kg berat
badan) jika APTT dan PT melebihi 1,5 kali kontrol pada perdarahan lanjut
atau pada keadaan perdarahan berat walaupun hasil dari pembekuan belum
ada.
- Sel darah merah (packed red cells) untuk penggantian sel darah merah.
26
BAB IV
PEMBAHASAN
Perdarahan postpartum (PPP) adalah perdarahan yang melebihi 500 ml setelah
bayi lahir. Berdasarkan saat terjadinya PPP dapat dibedakan menjadi PPP primer yang
terjadi dalam 24 jam pertama dan PPP sekunder yang terjadi setelah 24 jam pasca
persalinan. PPP bukanlah suatu diagnosis akan tetapi suatu kejadian yang harus dicari
Tonus (atonia uteri), Tissue (retensio plasenta, sisa plasenta), Trauma (trauma jalan
Penanganan post partum yang paling penting ialah melakukan stabilisasi bagi
kondisi pasien kemudian setelah pasien stabil dapat ditangani penyebabnya namun
27
Retensio Plasenta
Penanganan Umum:
3. Infuse tranfusi darah
4. Pertimbangan untuk referral RSU C
Plasenta manual
28
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Telah dilaporkan pasienNy.NKNT usia 18 tahun dengan diagnosi akhir P10001 SP +
B kala IV +HPP primer ec retensio plasenta +anemia ringan. Pasien telah dilakukan
stabilisasi, , dilakukan penanganan retensio uteri yaitu plasenta manual karna gagal di
lakukan kuretase
29
Daftar pustaka
1. Janice M. Anderson & Duncan Etches. Prevention and Management of
Postpartum Hemorrhage. Am Fam Physician [Internet]. 2007; Available
from: http://www.aafp.org/afp/2007/0315/p875.pdf
2. ROCG. PREVENTION AND MANAGEMENT OF POSTPARTUM
HAEMORRHAGE. 2009; Available from:
https://www.rcog.org.uk/globalassets/documents/guidelines/gt52postpartu
mhaemorrhage0411.pdf
3. Rabea , PJ & Eva Suarthana. Risk factors of post partum haemorrhage in
Indonesia. Healt Science Indonesia [Internet]. 2011; Available from:
https://www.ghdonline.org/uploads/67-123-1-SM.pdf
4. Prawirohardjo, S. Ilmu Kebidanan. Ed : Kedua. Jakarta: PT Bina Pustaka;
2009. 522-529 p.
5. WHO. Recommendations for the Prevention and Treatment of
Postpartum Haemorrhage. 2012; Available from:
http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/75411/1/9789241548502_eng.pdf
6. WHO. Reducing the Global Burden: Postpartum Haemorrhage. Make
Pregnancy Safer [Internet]. 2007; Available from:
http://www.who.int/maternal_child_adolescent/documents/newsletter/mps
_newsletter_issue4.pdf
7. Martohusodo,S, Abdullah, M.N. Gangguan Dalam Kala III Persalinan.
Dalam: Winkjosastro, H (Editor). Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBP-SP; 2009.
p652-663
8. Bagian Obstetri dan Ginekologi FK Unpad. Patologi Kala III dan IV. Dalam
Obstetri Patologi. Bandung: Elstar Offset. p234-237
9. Cunningham, F.G, et al. Obstetri Williams Volume 2 Edisi 21. EGC:
Jakarta. 2006.
10. Saifufuddin, A.B. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta: YBP-SP. 2008.
11. Taber, B. Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi. Jakarta:
EGC. 2006.
12. Kementerian Kesehatan RI. BUKU SAKU PELAYANAN KESEHATAN
IBU DI FASILITAS KESEHATAN DASAR DAN RUJUKAN. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI; 2013. 101-108 p.
13. Nan Schuurmans D. SOGC CLINICAL PRACTICE GUIDELINES:
Prevention and Management of Postpartum Haemorrhage. 2000;
Available from: http://sogc.org/wp-content/uploads/2013/01/88E-CPG-
April2000.pdf
30
14. WHO. Recommendations for the Prevention of Postpartum Haemorrhage.
2012; Available from:
http://apps.who.int/rhl/archives/guideline_pphprevention_fawoleb/en/#
15. WHO. Guidelines for the Management of Postpartum Haemorrhage and
retained placenta. 2012; Available from:
http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/44171/1/9789241598514_eng.pdf
31