Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
id/2012/09
/materi-tentang-ascariasis.html
ASCARIASIS
BY : Siti Arifah & Novan Suma P. ( PSIK 5B )
1. PENDAHULUAN
3. ETIOLOGI
Cacing betina mempunyai masa hidup 1-2 tahun dan dapat menghasilkan
200.000 telur setiap hari. Telur fertil berbentuk oval dengan panjang 45-60 µm
dan lebar 35-50 µm. Setelah keluar bersama tinja, embrio dalam telur akan
berkembang menjadi infektif dalam 5-10 hari pada kondisi lingkungan yang
mendukung.
4. EPIDEMIOLOGI
Telur fertil apabila terjatuh pada kondisi tanah yang sesuai, dalam waktu 5-
10 hari telur tersebut dapat menginfeksi manusia. Telur dapar hidup dalam tanah
selama 17 bulan. Infeksi umumnya terjadi melalui tangan pada tangan atau
makanan kemudian masuk ke dalam usus kecil (deudenum). Pada tahap kedua
larva akan melewati dinding usus dan melewati sistem porta menuju hepar dan
kemudian ke paru melalui sirkulai vena. Mereka kemudian memecah jaringan
paru-paru masuk ke dalam ruang alveolus, naik ke cabang bronkus dan trakea, dan
tertelan kembali. Diperlukan 65 hari untuk menjadi cacing dewasa. Infeksi yang
berat dapat diikuti pneumonia dan eosinofilia (Soegijanto, 2005).
6. MANIFESTASI KLINIS
Adanya cacing dalam usus halus menyebabkan keluhan tidak jelas seperti
nyeri perut, dan kembung. Obstruksi usus juga dapat terjadi walaupun jarang yang
dikarenakan oleh massa cacing pada anak yang terinfeksi berat, insiden puncak
terjadi pada umur 1-6 tahun. Mulainya biasanya mendadak dengan nyeri perut
kolik berat dan muntah, yang dapat berbercak empedu ; gejala ini dapat
memburuk dengan cepat dan menyertai perjalanan yang serupa dengan obstruksi
usus akut dengan etiologi lain. Migrasi cacing Ascaris ke saluran empedu telah
dilaporkan, terutama yang terjadi di Filiphina dan Cina; kemungkinan keadaan ini
bertambah pada anak yang terinfeksi berat.mulainya adalah akut dengan nyeri
kolik perut, nausea, muntah, dan demam. Ikterus jarang ditemukan (Berhman,
1999).
7. DIAGNOSA
a. Pemeriksaan laboratorium
1. Pemeriksaan mikroskopis pada hapusan tinja dan dihitung dengan metode apus
tebal kato. Infeksi biseksual menyebabkan ekskresi telur fertil matang, sedangkan
telur infertil ditemukan pada individu yang terinfeksi hanya dengan cacing betina.
2. Ditemukan larva pada lambung atau saluran pernafasan pada penyakit paru.
3. Pada pemeriksaan darah ditemukan periferal eosinofilia.
b. Pemeriksaan foto
1. Foto thorak menunjukkan gambaran opak pada lapang pandang paru seperti pada
sindrom Loeffler.
2. Penyakit pada saluran empedu
- Endoscopic retrogade cholangiopancreatography (ERCP) memiliki sensitifitas
90 % dalam membantu mendiagnosis biliary ascariasis.
- Ultrasonography memiliki sensitivitas 50 % untuk membantu membuat diagnosis
biliary ascariasis.
8. PENGOBATAN
1. Pada anak dengan infeksi berat garam piperazin (sitrat, adipat, atau fosfat)
diberikan secara oral dengan dosis per hari 50-75 mg/kg selama 2 hari. Dosis
tunggal lebih efektif dari pada regimen 2, dalam mengurangi beban cacing pada
anak yang terinfeksi. Karera piperazin menyebabkan paralisis neuromuskuler
parasit dan pengeluaran cacing relatif cepat , maka obat ini adalah obat plihan
untuk obstruksi usus atau saluran empedu (Berhman, 1999).
2. Obat ascariasis usus tanpa komplikasi dapat digunakan albendazole (400 mg P.O.
sekali untuk segala usia), mabendazole (10 mg P.O. untuk 3 hari atau 500 mg P.O.
sekali untuk segala usia).
9. PENCEGAHAN
Askariasis harus dibedakan dengan kelainan alergi lain seperti urtikaria, syndrom
loffler, dan asma. Pneuminitis yang disebabkan oleh Ascaris lumbricoides
menyerupai gejala pneumonitis yang disebabkan cacing tambang atau
Strongiloides. Cacing ini dapat merupakan pencetus untuk terjadinya pankreatitis,
apendisitis, diverkulitis dan lain-lain.
12. KOMPLIKASI
Selama larva bermigrasi dapat menyebabkan terjadinya reaksi alergi yang berat
dan pneumonitis serta pneumonia.
a. Pengkajian
Dasar data pengkajian menurut Doenges (1999) adalah :
1. Aktivitas dan istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, malaise, cepat lelah, insomnia, tidak tidur semalam
karena diare. Merasa gelisah dan ansietas.
2. Sirkulasi
Tanda : tachikardia ( respon terhadap demam, dehidrasi, proses inflamasi dan
nyeri)
3. Nutrisi / cairan
Gejala : mual, muntah, dan anoreksia.
Tanda : hipoglikemia, pot belly, dehidrasi, BB turun.
4. Eliminasi
Tanda : diare, penurunan haluaran urin.
5. Nyeri
Gejala : nyeri epigastrik, nyeri daerah pusat, kolik.
6. Integritas ego
Gejala : ansietas.
7. Keamanan
Tanda : kulit kemerahan, kering, panas, suhu meningkat
b. Diagnosa keperawatan
c. Intervensi
d. Implementasi
e. Evaluasi
DAFTAR PUSTAKA
Berhman RE, Kliegman RM, dan Arvin AM. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Editor
edisi bahasa Indonesia A. Samik Wahab. Edisi 15. Volume 2. Jakarta : EGC.
Rohimin. 2012. Asuhan Keperawatan pada Pasien Askariasis.
http://perawat.rohimin.blogspot.com. Diakses pada tanggal 23 september 2012
pukul 08.30 WIB.
Rudolph, Abraham M. dkk. 2006. Buku Ajar Pediatri Rudolph. Editor edisi bahasa
Indonesia A. Samik Wahab. Edisi 20. Volume 1. Jakarta : EGC.
Soegijanto, Soegeng. 2005. Kumpulan Makalah Penyakit Ttopis dan Infeksi di Indonesia.
Cetakan 1. Surabaya : Airlangga University Press.
Taufik, Mochammad Mahar. 2008. Artikel Karya Tulis Ilmiah Hubungan Antara
Pengetahuan Dengan Kejadian Kecacingan Soil Transmitted Helminth (Sth) Pada
Pekerja Genteng Di Desa Kedawung Kabupaten Kebumen Jawa Tengah.
eprints.undip.ac.id Moch_Taufik.pdf . Diakses pada tanggal 22 september 2012
pukul 19.00 WIB.
<noname>. 2010. Askariasis. http://anakkomik.blogspot.com. Diakses pada tanggal 23
september 2012 pukul 08.30 WIB>