Вы находитесь на странице: 1из 4

ALAM INSAN

Himbauan ..
Amalan Syareat mengharapkan Surga, Amalan Hakekat mengenal Diri kita, jaganlah
dibanding-bandingkan ilmu yang ada agar bisa bertambah ilmu didada
Adapun Alam Insan atau disebut juga dengan Alam ke-tujuh sudah terkandung didalam
surah Al-Ikhlas, di mana surah Al-Ikhlas di dalam Al Quran telah menceritakan tentang ke-
wujud-an Allah s.w.t. yang menjadikan Rahasia manusia itu sendiri dan menceritakan pula
ke-wujud-an Allah untuk ditanggung oleh manusia sebagai Rahasianya.
Proses pemindahan atau tajalli Zat Allah itu bermula dari alam Gaibul Gaib kealam Gaib
hingga membentuk diri Lahir dan Batin.
Pada tahap martabat Alam Gaibul Gaib, keadaan ini merupakan suatu martabat yang
paling tinggi dan suci disisi Allah s.w.t. dan inilah martabat yang paling benar-benar di-
ridhoi oleh Allah s.w.t.
Diri manusia pada martabat INSANUL KAMIL adalah sebatang diri yang suci mutlak pada
zahir dan batin. Tiada cacat dan celanya dengan Allah s.w.t. yaitu tuan Empunya Rahasia,
sebab itu Rasulullah s.a.w pernah menegaskan dalam sabdanya, bahwa kelahiran seorang
bayi itu dalam kedaan yang suci, tetapi yang membuatnya menjadi kotor itu adalah ibu
bapaknya dan masyarakat, serta hanyutnya manusia itu sendiri di dalam gelombang godaan
kehidupan di dunia ini.
Adalah menjadi tanggung jawab seorang manusia yang ingin menuju ke jalan kesucian dan
makrifat kepada Tuhan-nya untuk mengembalikan dirinya ke suatu tahap yang bernama
manusia KAMIL AL-KAMIL (sempurna) ataupun dinamakan tahap martabatAlam
INSAN.
Adapun martabat pe-WUJUD-an Diri Rahasia Allah s.w.t. itu terbagi dalam tujuh kategori
atau peringkat tajalinya, yaitu :
1. Ahdah
2. Wahda
3. Wahdiah
4. Alam Roh
5. Alam Misal
6. Alam Ijsam
7. Alam Insan
Ketujuh-tujuh ini terkandung di dalam Surah Al- Ikhlas, yaitu :
1. Qulhuawallahu ahad = Ahdah
2. Allahussamad = Wahdah
3. Lamyalid = Wahdiah
4. Walamyulad = Alam Roh
5. Walamyakullahu = Alam Misal
6. Kuffuan = Alam Ijsam
7. Ahad = Alam Insan
Dalam proses menyucikan diri dan mengembalikan Rahasia kepada tuan Empunya Rahasia,
maka seorang manusia itu haruslah meningkatkan kesuciannya sampai ke peringkat asal
kejadian Rahasia Allah Ta’ala.
Manusia harus melewati beberapa tahapan mulai alam insan ke martabat Zat Allah
Azzawajalla yaitu martabat AHDAH. Sebab itulah tugas kita manusia mengenal hakekat ini
dan berusaha sedaya-upaya untuk mengembalikan amanah Allah s.w.t. tersebut sebagaimana
proses penerimaan amanah-Nya pada peringkat awalnya.
Sesudah lahir ke dunia manusia dihijab dengan nafsu-nafsu dan haruslah manusia itu
menyucikan kembali agar dapat menembus satu martabat nafsu ke satu martabat nafsu yang
lain sampailah benar-benar tahu dengan Allah s.w.t.
Sesungguhnya Allah s.w.t. dalam usaha untuk memperkenalkan diri-Nya melalui lidah dan
hati, maka Allah telah mentajalikan dirinya menjadi rahasia kepada diri manusia.
Pada alam Gaibul Gaib yaitu pada martabat Ahdah, kondisi ini dikatakan belum ada awal dan
belum ada akhir, belum ada SIFAT, belum ada ASMA dan belum ada apa-apa satupun jua
yaitu pada martabat ZATUL HAQ, disini telah di putuskan untuk memperkenalkan diri-Nya
dan untuk diberikan tanggung jawab berat ini kepada manusia, maka ditajalikan-lah diri-Nya
itu dari satu peringkat ke peringkat berikutnya hingga sampai zahirnya manusia yang
berbadan Rohani dan Jasmani.
Adapun martabat Ahdah ini terkandung didalam ayat Qulhuallahu Ahadyaitu pada zat
semata-mata dan inilah dinamakan martabat ZAT.
Pada martabat ini kedudukan diri Empunya Diri (Zat Al-Haq) adalah dengan DIA semata-
mata yaitu dinamakan Diri Sendiri.
Pada masa ini, tiada SIFAT, tiada ASMA dan tiada AFA’AL dan tiada apa-apa, kecuali zat
mutlak semata-mata, maka berdirilah zat itu denganDIA SEMATA-MATA, dan diri zat
tersebut dinamakan Esa atau AHADatau dinamakan KUN ZAT.
Pada peringkat yang kedua dalam proses mentajalilkan diri-Nya, Diri Empunya Diri telah
mentajalilkan diri ke suatu martabat sifat yaitu SABIT NYATA PERTAMA.
Pada martabat ini dinamakan martabat Noktah Mutlak (Noktah Ghaib) ataupun dipanggilkan
juga sifat Muhammadiah
Pada martabat ini juga dinamakan martabat WAHDAH yang terkandung didalam
ayat Allahussamad yaitu tempatnya zat allah s.w.t., tiada terang sedikitpun hal ini meliputi
tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi.
Pada peringkat ini Zat Allah Ta’ala mulai bersifat. Sifatnya itu adalah sifat batin, jauh dari
nyata dan hal ini bisa diibaratkan seperti sebatang pohon yang masih didalam biji, pohon
tersebut telah wujud, tapi tidak nyata, sebab itulah dinamakan Sabit Nyata Pertama
pada martabat La ta’yan Awal.
Oleh karena itu didalam martabat ini keadaan-nya NYATA TAPI TIDAK NYATA(wujud
pada hakiki) sama sekali tidak zahir. Maka pada peringkat ini tuan Empunya Diri tidaklah
ber-ASMA, dan di peringkat inilah terkumpul zat mutlak (ZatulHaq) dan sifat Batin. Maka
disaat ini tidaklah berbau, belum ada rasa, belum nyata didalam nyata, pada peringkat ini
sebenarnya pada hakiki sifat (kesempurnaan sifat), ZatulHaq yang ditajallikan itu telah
sempurna, sudah lengkap segala-galanya. Hai ini semua terhimpun dan sembunyi tapi
sesungguhnya telah zahir pada hakekatnya.
Peringkat ketiga setelah di-tajalli-kan Dirinya pada peringkat WAHDAH maka Empunya Diri yang ada
pada Diri Rahasia manusia men-tajalli-kan lagi Diri-Nya ke satu martabatASMA yakni pada martabat
Nama-nama atau dinamakan martabat WAHDIAH.

Martabat ini terkandung didalam ayat Lamyalid yaitu sifat yang Qadim lagi Baqa tak-kala menilik
wujud Allah s.w.t.

Pada martabat ini keadaan tubuh Diri Rahasia telah yang terhimpun adalah ZAT, SIFAT Batin dan
ASMA Batin. Adapun yang dinamakan berhimpun tapi belum bersatu karena pada peringkat ini
sudah dapat ditentukan bangsa masing-masing (langit, bumi, gunung ..), tetapi perlu diingatkan pada
peringkat ini semuanya belum zahir di dalam ilmu Allah s.w.t, yaitu di dalam keadaan (…) artinya
suatu keadaan yangtetap didalam alam rahasia (ilmu Allah) yang belum zahir.

Pada peringkat ini juga telah terbentuk Diri Rahasia Allah s.w.t. yang hakiki dalam batin yaitu boleh
dikatakan juga Diri Roh didalam Roh yaitu didalam keadaan nyata tetapi tidak nyata.

Peringkat keempat didalam usaha Diri Empunya Diri untuk menyatakan Dirinya, maka DIA mengolah
dirinya untuk membentuk satu batang tubuh halus yang dinamakan ROH. Pada peringkat ini
dinamakan martabat ROH pada Alam ROH.

ROH ini adalah merupakan tubuh batin hakiki-nya manusia, dimana batin ini sudah nyata Zat-Nya,
Sifat-Nya, Asma-Nya, dan Afa’al-Nya. semuanya sempurna dan lengkap, seluruh anggota-anggota
batinnya tiada cacat, tiada cela dan keadaan ini dinamakan ALAM KHARIJAH yaitu nyata dan
zahirnya pada hakekatnya daripada Ilmu Allah Ta’ala.

ROH ini juga dinamakan Jisim Latif yaitu suatu bentuk tubuh yang halus. Tubuh Roh ini tidak akan
mengalami suka-duka, sakit, menangis, senang dan hancur dan inilah yang dinamakan (…)

Martabat ini terkandung didalam ayat Walamyulad dan berdirilah Dia dengan Diri Tajalli Allah s.w.t.
dan hiduplah Dia buat selama-lamanya. Inilah yang dinamakan keadaan tubuh hakekat insan yang
mempunyai awal dan tiada berkesudahan dan Dialah sebenar-benarnya yang dikatakan diri Nyata
Hakiki Allah pada diri manusia.

Untuk menyatakan DIRINYA ini, Allah s.w.t terus menyatakan Dirinya melalui Diri Rahasianya itu
secara Nyata dengan membawa Diri Rahasianya itu untuk dikandung pada diri Bapak, maka dalam
keadaan ini dinamakan Alam MISAL

Alam Misal ini terkandung didalam ayat Walamyakullahu yaitu dalam keadaan yang tidak bisa
digambarkan.

Dalam keadaan ini tubuh Rahasia Diri Allah adalah masih sama halus seperti di Alam Roh dan tubuh
itu telah terbentuk dengan sempurna pada seluruh anggota batin-nya seperti, Rupa dan bentuk
kasar diri seorang manusia itu, keadaan ini dinamakan keadaan ke-sempurna-an sifat Roh yang
sempurna pada ZAT pada SIFAT pada ASMA dan pada AFA’AL hakikinya masing-masing.
Diri Rahasia Allah pada martabat Wujud Allah ini, kemudian tajalikan lagi ke ubun-ubun bapak dan
seterusnya ke Mani Wadi Di untuk disalurkan kesuatu tempat dan bergabung dengan Diri Rahasia
Batin (Roh) dan diri kasar hakiki didalam tempat bernama RAHIM IBU dan
terbentuklah Manikam pada saat persetubuhan.

Perlu di-ingat-kan tubuh rahasia pada saat itu hidup sebagaimana awalnya, didalam rupa yang Elok
dan tiada binasa dan belum Zahir, dia akan tetap hidup dan tidak mengenal apa arti mati.

Setelah dari alam Misal yang dikandung oleh Bapak maka berpindah-lah Diri Rahasia itu melalui
Mani bapak kedalam Rahim ibu, inilah yang dinamakan ALAM IJSAM.

Pada Martabat ini dinamakan martabat INSANUL KAMIL yaitu batang Diri Rahasia Allah yang
telah di Kamilkan dengan tubuh diri manusia dan akhirnya dia menjadiKAMIL AL KAMIL menjadi
satu pada zahirnya diantara kedua badan yaitu Rohani dan Jasmani, dan lahirlah seorang Insan
melalui Rahim ibunya dan sesungguhnya martabat bayi yang baru lahir itu adalah merupakan satu
martabat manusia yang paling suci yang dinamakan INSANUL KAMIL

Вам также может понравиться