Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
SPLINTING / FIKSASI
di
DisusunOleh :
Syamsul Bachri
121611101063
Pembimbing :
UNIVERSITAS JEMBER
2017
0
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimanakah tahapan, macam serta alat dan bahan untuk splinting ?
1.3 Tujuan
Mengetahui tahapan, macam serta alat dan bahan yang digunakan dalam
splinting.
2
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
3
2.3 Macam Splinting
Pemilihan jenis splint yang di pakai sebagai alat fiksasi pun harus
mempertimbangkan berbagai hal seperti kebutuhan menggunakan splint, memilih
jenis splint yang sesuai serta lama pemakaiannya. Dalam memilih jenis splint perlu
di pertimbangkan dengan baik, sehingga hasil replantasi dapat sesuai dengan yang
di harapkan.Oleh karena itu perlu di gunakan jenis splint yang ideal dengan syarat-
syarat sebagai berikut ;
1. Melibatkan gigi yang stabil sebanyak mungkin
2. Dapat menahan gigi dengan kuat dan tidak memberikan tekanan pada gigi yang
di pegangnya.
3. Dapat di perluas sekitar lengkung rahang.
4. Tidak boleh menghalangi oklusi normal / tidak menimbulkan oklusi traumatik
5. Tidak menyentuh jaringan gingival oleh karena dapat menyebabkan iritasi pada
gingival
6. Tidak boleh menimbulkan gaya ortodontik pada gigi yang replantasi
7. Tidak menghalangi perawatan endodontik (menyediakan jalan untuk perawatan
endodontik )
8. Mudah di bersihkan dan memenuhi kriteria oral hygine yang baik
9. Desainnya sederhana sehingga mudah di lepas
10. Dapat di terima secara estetik
Beberapa jenis splint yang sering di gunakan untuk kasus avulsi antara lain
adalah ;
A. Band orthodonsi
Tipe splint ini biasanya diindikasikan untuk gigi geligi dalam fase gigi
campuran, cara pembuatan dari alat splint ini dengan terlebih dahulu menyatukan
secara bersamaan band ortodonsi yang belum terbentuk,atau dapat juga dengan
memasang secara langsung bond ortodonsi yang belum terbentuk dengan beberapa
bracket atau hanya satu bracket pada permukaan labial,lalu di satukan dengan cold
curing resin. Splint ini juga kadang di rentangkan dengan jarak yang panjang untuk
4
menjangkau gigi tetangganya yang kuat, sehingga gigi premolar dan kaninus
biasanya menempati kedua sisi dari gigi yang mengalami trauma.
5
C. Cold curing acrylic brackets splint
Tipe splint ini di pergunakan untuk mengurangi retensi plak serta mencegah
adanya retensi dari sisa-sisa makanan pada tepi servikal gigi yang direplantasi.
6
goyang dan mudah dilepaskan setelah penyembuhan, dan digunakan untuk
membantu penyembuhan setelah cedera atau pembedahan. Jika stabilisasi yang
baik belumterjadi dalam 2 bulan, maka bentuk splint sementara diganti dengan
splint permanen. Bahan komposit yang ditempatkan pada gigi yang telah dietsa
merupakan splint sementara yang paling sederhana tetapi sangat berguna untuk
kasus darurat. Splint kawat dan akrilik juga mudah diaplikasikan dan biasanya
untuk stabilisasi gigi insisivus. Biasanya gigi dari kaninus ke kaninus atau premolar
pertama ke premolar pertama yang diikutkan dalam splint. Kawat 0,002 inci
stainlesssteel dilingkarkan mengelilingi gigi lalu akhir kawat diplintir kuat sampai
ke sisi distal gigi terakhir yang diikutkan. Setelah penyesuaian, kawat interdental
dikuatkan, akrilik ditempatkan tetapi tidak sampai menutupi embrasur. Bentuk lain
splint sementara adalah band ortodontik terutama untuk gigi posterior
menggunakan kawat 0,005 inci stainless-steel. Splint intrakoronal yang terdiri dari
bar intrakoronal kontinyu, dapat dianggap sebagai splint permanen (Manson, 2004).
Splint permanen ada dua, yaitu jenis lepasan dan cekat. Bentuk dari splint permanen
lepasan adalah GTSL. Untuk mencapai stabilitas yang maksimal digunakan
cengkram jenis kontinyu dan menyertakan seluruh gigi yang ada. Splint permanen
lepasan ini desainnya merupakan bagian dari gigitiruan kerangka logam (GTKL).
Splint permanen cekat merupakan penggabungan dan restorasi yang membentuk
suatu kesatuan yang kaku dan direkatkan dengan penyemenan. Splint cekat ini
dapat berupa multiple crown, inlay dan mahkota ¾. Jumlah gigi yang diperlukan
untuk menstabilkan gigi goyang bergantung kepada derajat dan arah kegoyangan.
Pemakaian GTJ dapat sebagai splint sekaligus sebagai pengganti gigi yang hilang.
Gigi-gigi dengan sisa jaringan periodonsium sedikit tidak dapat dijadikan
penyangga untuk splint GTJ atau GTSL. Bila gigi benar-benar akan dipertahankan
maka splint tersebut dapat mengikutsertakan gigi-gigi dan lengkung yang
berlawanan (cross arch design). Desain ini dibuat untuk mengatasi tekanan oklusi
normal yang datang dari berbagai arah. Penelitian yang dilakukan oleh Nyman
selama 11 tahun, mengamati gigi penyangga GTJ dengan jaringan periodonsium
yang minimal, tidak mengalami kerusakan lebih lanjut. Keadaan ini didukung
7
dengan penjagaan kebersihan mulut secara sempurna termasuk pembersihan secara
profesional pada masa-masa tertentu (Nyman, 2000).
8
BAB III
KESIMPULAN
9
DAFTAR PUSTAKA
Barzilay I. Splinting teeth-a review of methodology and clinical case reports. J Can
Dent Assoc 2000
Carranza FA. Glickman’s clinical periodontlogy. 7th Ed. Philadelphia: WB
Saunders; 1990. p.943-54.
Manson JD, Elley BM. Splinting in periodontics. 5th Ed. Philadelphia: Wright
Elsevier 2004.
Nyman S, Lang N. Tooth mobility and the biological rationale for splinting teeth. J
Periodontol 2000 1994; 4: 15-22.
Ranney RR, Loe H, Brown J. Classification periodontal disease. J Periodontol 2000
Rateitschak. Splinting stabilization in color atlas of periodontal. New York: Georg
Thieme; 1985.
Soeroso Y. Peranan splin permanen dalam perawatan periodontal. Cermin Dunia
Kedokteran 1996; 113: 10-4.
Takajuk GM, Pawinska MW, Stokowskaw W, Wilczkom BA, Kendra BA. The
clinical assesment of mobile teeth stabilization with fibre-kor. J Adv Med
Sci 2006; 51 (Suppl 1) : 225-6.
Von Arx T. Splinting of traumatized teeth with focus on adhesive techniques. J
Calif Dent Assoc 2005; 33(5): 409-14.
10