Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PAPER
Disusun Oleh:
Dicky Febryanto
20160210098
PRODI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2017
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 Tujuan
Tujuan dibuatnya paper ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pengaruh peranan
iklim dalam manajemen sumber daya alam di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Iklim merupakan rata-rata kondisi cuaca di suatu daerah dalam kurun waktu tertentu.
Kondisi iklim pada suatu daerah berbeda dengan daerah lainnya, hal ini disebabkan karena letak
geografis dan topografi setiap daerah berbeda-beda. Dalam penentuan iklim di suatu daerah, ada
beberapa anasir iklim yang harus diukur terlebih dahulu, yaitu diantaranya temperatur,
kelembaban, curah hujan, kecepatan dan arah angin, serta intensitas cahaya. Dalam pengukuran
anasir iklim tersebut tetunya setiap unsur berbeda alat, seperti halnya temperatur yang diukur
menggunakan Termometer dengan satuannya Celsius (oC).
Kelembaban atau banyaknya uap air dalam udara diukur dengan menggunakan
Hygrometer dan Termoeter Bola Basah – Bola Kering dengan satuannya berupa presentase (%).
Curah hujan diukur menggunakan suatu alat yang bernama Ombrometer dengan satuannya
millimeter (mm). Kecepatan dan arah angin bisa diukur menggunakan Anemometer dengan
satuannya knot. Sedangkan intensitas cahaya diukur dengan menggunakan Panlux dengan
satuannya lux. Cara kerja alat-alat tersebut pun tentunya berbeda-beda namun pada hakikatnya
semua anasir iklim tersebut dapat dijadikan sebagai tolak ukur iklim pada suatu daerah (Kautsar,
2012).
Anasir iklim tersebut semuanya saling mempengaruhi antara satu dengan yang lainnya,
misalnya cahaya matahari yang masuk ke bumi mempengaruhi suhu udara di bumi, kemudian suhu
udara menentukan tekanan udara, tekanan udara menentukan arah dan kecepatan angin. Kemudian
radiasi cahaya matahari tersebut juga mempengaruhi air, yang mana nantinya akan menjadi siklus
hidrologi, hal tersebut akan mempengaruhi ketersediaan air di muka bumi. Dengan demikian maka
tertentulah iklim di suatu daerah. Seperti halnya yang telah kita ketahui di Bumi ini ada 4 jenis
iklim yang kita bedakan berdasar posisi relatif terhadap khatulistiwa yang dikenal dengan kawasan
yang mempunyai kemiripan iklim secara umum akibat perbedaan dan pola perubahan suhu udara,
yaitu kawasan tropika, subtropika, sedang, dan kutub.
Dalam dunia pertanian, kondisi iklim turut mempengaruhi, sebab sebagian besar dalam
proses produksi tanaman, tanaman memperoleh serapan energi dari lingkungan seperti air, udara,
cahaya matahari, dan unsur hara yang ada di dalam tanah. Oleh sebab itu, kondisi iklim juga turut
berpengaruh dalam peningkatan produksi tanaman. Namun disamping itu tanaman membutuhkan
keadaan cuaca dan juga serapan energi dari lingkungan yang berbeda-beda untuk dapat tumbuh
dan berkembang dengan sebaik-baiknya sehingga didapat hasil yang tinggi sesuai dengan harapan.
Oleh karena itu perlu adanya pengukuran anasir iklim, agar mudah diketahui keadaan iklim di
daerah tersebut, sehingga setiap tanaman dapat menyesuaikan diri terhadap keadaan cuaca dan
iklim yang ada, serta tanaman dapat dihindarkan dari kondisi lingkungan yang tidak sesuai dengan
tanaman tersebut.
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menentukan atau mengukur suhu berdasarkan
panca indera kita seperti melalui kulit yang merupakan indra peraba. Alat pengukur temperatur
yang disebut termometer biasanya berbentuk pipa sempit tertutup yang terbuat dari kaca. Pipa
ini berisi zat cair yang sifatnya termometrik, yaitu zat cair yang akan berubah secara fisis bila
dipanaskan dan didinginkan sehingga dapat dijadikan penunjuk bila terjadi kenaikan atau
penurunan suhu, contohnya seperti air raksa atau alkohol. Ada bermacam-macam jenis
termometer diantaranya yang cukup sering ditemui adalah teremometer raksa yang hasil
pengukurannya dibaca secara manual dan ada pula termometer digital dimana nilai suhu yang
diukur akan ditampilkan dilayar secara presisi.
Kelembaban
Gambar 2.Temperatur
Kelembaban adalah konsentrasi uap air di udara.Angka konsentasi ini dapat
diekspresikan dalam kelembapan absolut, kelembapan spesifik atau kelembapan relatif. Alat
untuk mengukur kelembapan disebut higrometer. Sebuah humidistat digunakan untuk mengatur
tingkat kelembapan udara dalam sebuah bangunan dengan sebuah pengawalembap
(dehumidifier). Dapat dianalogikan dengan sebuah termometer dan termostat untuk suhu udara.
Perubahan tekanan sebagian uap air di udara berhubungan dengan perubahan suhu. Konsentrasi
air di udara pada tingkat permukaan laut dapat mencapai 3% pada 30 °C (86 °F), dan tidak
melebihi 0,5% pada 0 °C (Handoko, 1994).
Kelembaban udara menggambarkan kandungan uap air di udara yang dapat dinyatakan
sebagai kelembaban mutlak, kelembaban nisbi (relatif) maupun defisit tekanan uap air.
Kelembaban mutlak adalah kandungan uap air (dapat dinyatakan dengan massa uap air atau
tekanannya) per satuan volum. Kelembaban nisbi membandingkan antara kandungan/tekanan
uap air aktual dengan keadaan jenuhnya atau pada kapasitas udara untuk menampung uap air.
Kapasitas udara untuk menampung uap air tersebut (pada keadaan jenuh) ditentukan oleh suhu
udara. Sedangkan defisit tekanan uap air adalah selisih antara tekanan uap jenuh dan tekanan
uap aktual. Masing-masing pernyataan kelembaban udara tersebut mempunyai arti dan fungsi
tertentu dikaitkan dengan masalah yang dibahas (Handoko, 1994).
Semua uap air yang ada di dalam udara berasal dari penguapan. Penguapan adalah
perubahan air dari keadaan cair kekeadaan gas. Pada proses penguapan diperlukan atau dipakai
panas, sedangkan pada pengembunan dilepaskan panas. Seperti diketahui, penguapan tidak
hanya terjadi pada permukaan air yang terbuka saja, tetapi dapat juga terjadi langsung dari tanah
dan lebih-lebih dari tumbuh-tumbuhan. Penguapan dari tiga tempat itu disebut dengan
Evaporasi (Karim, 1985).
Curah Hujan
Curah hujan merupakan jumlah air yang jatuh di permukaan tanah datar selama
periode tertentu yang diukur dengan satuan tinggi (mm) di atas permukaan horizontal bila tidak
terjadi evaporasi, runoff dan infiltrasi. ). Jadi, jumlah curah hujan yang diukur, sebenarnya
adalah tebalnya atau tingginya permukaan air hujan yang menutupi suatu daerah luasan di
permukaan bumi/tanah. Satuan curah hujan yang umumnya dipakai oleh BMKG adalah
milimeter (mm). Curah hujan 1 (satu) milimeter, artinya dalam luasan satu meter persegi pada
tempat yang datar tertampung air setinggi 1 (satu) milimeter atau tertampung air sebanyak 1
(satu) liter atau 1000 ml.
Curah hujan di suatu tempat antara lain dipengaruhi oleh keadaan iklim, keadaan
orografi dan perputaran pertemuan arus udara. Faktor iklim sangat menentukan pertumbuhan
dan produksi tanaman. Apabila tanaman ditanam di luar daerah iklimnya, maka
produktivitasnya sering kali tidak sesuai dengan yang diharapkan.Menurut Sutarno at all (1997)
Studi tentang perilaku kejadian tiap organisme atau tumbuhan dalam hubungannya dengan
perubahan-perubahan iklim disebut dengan fenologi. Untuk faktor iklim yang dipergunakan
dalam penelitian fenologi pada umumnya adalah curah hujan hal ini adalah karena curah hujan
secara langsung atau tidak langsung penting untuk pengaturan waktu dan ruang dalam
pembentukan bunga dan buah pada tumbuhan tropis.
Intensitas Cahaya
Intensitas cahaya adalah banyaknya energi yang diterima oleh suatu tanaman per
satuan luas dan per satuan waktu. Pengertian intensitas disini sudah termasuk di dalamnya lama
penyinaran, yaitu lama matahari bersinar dalam satu hari, karena satuan waktunya
menggunakan hari. Intensitas cahaya dan lamanya penyinaran mempengaruhi sifat tanaman.
Besarnya intensitas cahaya yang diterima oleh tanaman tidak sama utuk setiap tempat dan
waktu. Hal ini tergantung dari beberapa hal yaitu :
a. Jarak antara matahari dan bumi, misalnya pada pagi dan sore hari intensitasnya lebih
rendah dari pada siang hari karena jarak matahari lebih jauh. Juga di daerah sub tropis,
intensitasnya lebih rendah dibanding daerah tropis. Demikian pula di puncak gunung
intensitasnya (1,75 g.kal/cm2/menit) lebih tinggi dari pada di dataran rendah (di atas
permukaan laut = 1,50 g.kal /cm2/menit).
b. Tergantung pada musim, misalnya pada musim hujan intensitasnya lebih rendah karena
radiasi matahari yang jatuh sebagian diserap awan, sedangkan pada musim kemarau pada
umumnya sedikit awan sehingga intensitasnya lebih tinggi. Lamanya periode cahaya
matahari atau panjang hari ditentukan oleh musim.
c. Letak geografis, jumlah cahaya yang diterima ditentukan oleh letak lintang. Di daerah
tropik jumlah energi mayahari yang dapat tertangkap kira-kira 191 kilo, di daerah
subtropik 120 kilo kalori/ cm setiap tahunnya. Di Gurun Sahara daerah tropik energi
matahari yang tertangkap dapat mencapai 200 kilo kalori/cm/tahun. Sedangkan di Samaru
Nigeria Utara pada Latitude 11 utara rata-rata sebesar 17 MJ/m pada bulan September
dan sebesar 24 MJ/m pada bulan maret.
Kecepatan Angin
Angin dapat disefinisikan sebagai massa udara yang bergerak. Angin dapat bergerak
secara vertikal maupun horizontal dengan kecepatan yang bervariasi dan berfruktuasi secara
dinamis. Faktor pendorong bergeraknya massa udara adalah perbedaan tekanan udara antara
satu tempat dengan tempat lain. Angin selalu bertiup dari tempat dengan tekanan udara tinggi
ke tempat dengan tekanan udara yang lebih rendah. Jika tidak ada gaya lain yang
mempengaruhi, maka angin akan bergerak secara langsung dari udara bertekanan tinggi ke
udara bertekanan rendah. Akan etapi perputaran bumi pada sumbunya akan menimbulkan gaya
yang akan mempengaruhi arah pergerakan angin. Pengaruh perputaran bumi terhadap arah
angin disebut pengaruh Coriolis (coriolis effect). Pengaruh coriolis menyebabkan angin
bergerak searah jarum jam mengitari daerah bertekanan rendah di belahan bumi selatan dan
sebaliknya bergerak dengan arah yang berlawanan dengan arah jarum jam mengitari daerah
bertekan rendah di belahan bumi utara.
Selain unsur iklim di atas, menurut Guslim (2007) Produksi tanaman juga dipengaruhi
oleh Radiasi Matahari dan Suhu. Pertumbuhan tanaman dapat dipengaruhi dalam berbagai cara
oleh lingkungan. Kondisi lingkungan yang sesuai selama pertumbuhan akan merangsang
tanaman untuk berbunga dan menghasilkan benih. Kebanyakan speises tidak akan memasuki
masa reproduktif jika pertumbuhan vegetatifnya belum selesai dan belum mencapai tahapan
yang matang untuk berbunga, sehubungan dengan ini terdapat dua rangsangan. Yang
menyebabkan perubahan itu terjadi, yaitu suhu dan panjang hari (Mugnisjah dan Setiawan,
1995).
Diwilayah dengan empat musim, pengaruh suhu berlaku ganda. Pada waktu awal
pertumbuhan suhu harus cukup tinggi agar pertumbuhan tidak terhambat. Tetapi bagi
kebanyakan tanaman terutama tanaman tahunan, suhu sebelum perubahan fase pertumbuhan
itu terjadi sangat penting. Cekaman (stress) air yang diikuti oleh hujan sering merangsang
pembungaan tanaman tahunan tropika. Faktor lain yang memicu pembungaan adalah panjang
hari, atau panjang periode selama setiap 24 jam. Tanaman berhari pnjang tidak akan berbunga
jika ditanam di wilayah tropika (Mugnisjah dan Setiawan,1995).
Jika bunga telah berkembang tahap berikutnya adalah menjamin sedapat mungkin agar
penyerbukan berlangsung dengan baik. Cuaca pada saat penyerbukan adalah penting.
Umumnya serbuk sari tidak dapat tahan hidup jika hujan lebat, dan suhu yang terlalu dapat
menyebabkan penyerbukan yang jelek. Serangga terutama lebah, tidak akan bekerja dengan
baik dalam kondisi cuaca yang sangat basah.
Seperti contohnya Jagung dapat tumbuh dengan baik di daerah yang kering, namun
cukup air. Sehingga tanaman Jagung kurang baik jika ditanam di daerah yang terlalu lembab.
Berbeda dengan tanaman padi yang membutuhkan jumlah air yang lebih banyak sehingga harus
ditanam di daerah yang airnya banyak. Oleh karena itu perlu adanya pengukuran anasir iklim
yang tepat agar daerah tersebut saat ditanami dapat memilih tanaman yang sesuai, serta tanaman
juga dapat tumbuh dengan baik di daerah yang sesuai dengan kebutuhannya, sehingga pada
akhirnya didapat hasil pertanian yang tinggi.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan paper yang telah dibuat, maka bisa disimpulkan bahwa iklim sangat
mempengaruhi pertanian Indonesia. Khususnya dalam masalah manajemen sumber daya alam
yang ada. Iklim memeran penting dalam hal itu.
DAFTAR PUSTAKA
Handoko. 1994. Klimatologi Dasar. andasan Pemahaman Fisika Atmosfer dan Unsu- unsur Iklim.
Jurusan Geofisika dan Meteorologi. Bogor: FMIPA-IPB.
Mugnisjah, W.Q dan A. Setiawan. 1994. Pengantar Produksi Benih. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.