Вы находитесь на странице: 1из 14

Oseanagrafi Umum Biogeokimia

OSEANOGRAFI UMUM
SIKLUS BIOGEOKIMIA DAN TROFIK LEVEL

oleh :

Kelompok 3:

1. Andi Abdullah (202161100)


2. Dewi Wirantika (2021611009)
3. Firdalina akbarini (20216110)
4. Muhammad Azizi (20216110)
5. Sri Julianti (20216110)

JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERTANIAN PERIKANAN DAN BIOLOGI
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
2017
Oseanagrafi Umum Biogeokimia

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanu Wata’ala karena
atas rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan Makalah Oseanografi
Umum dengan judul Siklus Biogeokimia Dan Trofik Level sebagai salah satu
penilian yang diberikan dosen pengampu mata kuliah Oseanografi Umum.
Makalah ini ditulis berdasarkan referensi dari buku dan informai dari
iternet. Makalah ini secara garis besar membahas mengenai siklus dari
biogeokimia laut.
Penulis mengucapkan rasa terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu penyelesaian makalah ini terutama kepada:
1. M. Rizza Muftihadi M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah Oseanagrafi
Umum yang telah memberikan materi
2. Anggota Kelompok 3 yang telah bekerjasama menyelesaikan makalah ini
3. Selutuh Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan 2016 yang saling
bertukar fikiran dan saran
Penulis menyadari bahwa makalah Oseanografi Umum tentang Siklus
Biogeokimia Dan Trofik Level ini masih ada kekurangan. Penulis mengharapkan
kritik dan saran untuk perbaikan makalah ini. Semoga dengan adanya makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Akhir kata penulis mohon maaf
apabila ada kesalahan dalam penulisan makalah ini.

Balunijuk, 17 November 2017

ii
Oseanagrafi Umum Biogeokimia

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
I. PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ...................................................................................... 1
1.3. Tujuan ......................................................................................................... 1
II. PEMBAHASAN ............................................................................................. 2
2.1. Definisi Biogeokimia ................................................................................. 2
2.1.1. Siklus Biogeokimia ............................................................................... 2
2.1.2. Jenis – jenis Biogeokimia. .................................................................... 3
2.2. Definisi Trofik Level ....................................................................................
III. PENUTUP ..................................................................................................... 6
4.1. Simpulan ................................................................................................... 12
4.2. Saran ......................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii
Oseanagrafi Umum Biogeokimia

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Gambaran oseanografi suatu perairan laut adalah deskripsi dari
penyebaran atau distribusi secara spasial maupun temporal dari parameter
temperature dan salinitas. Pengamatan temperature dan salinitas ini merupakan
parameter yang tidak dapat ditinggalkan dalam hamper setiap penelitian di laut.
Hal ini karena berbagai aspek distribusi parameter seperti: gas, reaksi kimia, dan
proses biologi, kesemuanya merupakan fungsi dari temperatur, sehingga
temperatur ini menjadi suatu variabel yang menentukan. Sedangkan salinitas
adalah faktor penting bagi penyebaran organisme perairan laut.
Istilah Bio adalah organisme hidup dan geo berarti batu, udara, dan air dari
bumi. Sedangkan geokimia adalah ilmu pengetahuan alam penting yang
membahas komposisi kimia bumi dengan pertukaran unsur antara berbagai bagian
dari kulit bumi dan lautannya, sungai dan perairan lainnya.
Ekosistem materi pada setiap tingkat trofik tidak hilang. Materi berupa
unsur-unsur penyusun bahan organik tersebut didaur-ulang. Unsur-unsur tersebut
masuk ke dalam komponen biotik melalui udara, tanah, dan air. Daur ulang materi
tersebut melibatkan makhluk hidup dan batuan (geofisik) sehingga disebut Daur
Biogeokimia.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dari Biogeokima?
2. Apakah definisi dari Siklus Biogeokimia?
3. Apa saja jenis – jenis dari Siklus Biogeokimia?
4. Apakah Pengertian dari Trofik level?
1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari pemuatan makalah ini berdasarkan perumusan masalah
ialah mahasiswa mampu menjelasskan definisi biogeokimia dan siklus
biogeokimia dan memaparkan jenis – jenis siklus biogeokimia serta mampu
mendeskripsikan trofik level.

1
Oseanagrafi Umum Biogeokimia

II. PEMBAHASAN
2.1. Definisi Biogeokimia
Biogeokimia adalah pertukaran atau perubahan yang terus menerus, antara
komponen biosfer yang hidup dengan tak hidup. Siklus biogeokimia atau siklus
organik-anorganik adalah siklus unsur atau senyawa kimia yang mengalir dari
komponen abiotik ke biotik dan kembali lagi ke komponen abiotik. Siklus unsur-
unsur tersebut tidak hanya melalui organisme, tetapi juga melibatkan reaksi-
reaksi kimia dalam lingkungan abiotik sehingga disebut siklus biogeokimia.
Menurut penelitian IGBP ( 2007) ditinjau dari unsur kimia, maka
makhluk hidup tersusun terutama oleh 6 (enam) unsur kimia yang merupakan
95% dari massa organisme, yaitu Carbon C, Oksigen (0), Hidrogen (H), Nitrogen
(N), Fosfor (P), dan Belerang (S). Tetapi masih ada 40 unsur kimia lain penyusun
kehidupan antara lain Kalsium (Ca), Magnesium (Mg) dan Kalium (K). Aliran
unsur-unsur kimia tersebut dalam bentuk daur sehingga disebut siklus
biogeokimia. Siklus tersebut antara lain siklus oksigen, siklus karbon, siklus
nitrogen, siklus sulfur dan siklus air.
Jika aliran energi merupakan arus satu arah yang diperbarui terus dari
pasokan Sinar Surya, aliran materi yang diperlukan dunia kehidupan pada
dasarnya bersifat dua arah, karena bahan-bahan kimia terbatas persediannya
hingga harus digunakan lagi melalui proses perputaran (siklus). Karena proses
siklus materi tidak hanya terjadi dalam tubuh organisme (biota) tetapi
berlangsung juga dalam lingkungan abiotik, proses ini disebut siklus
biogeokimia.
2.1.1. Siklus Biogeokimia
Siklus biogeokimia merupakan pergerakan memutar unsur apa pun
melalui atmosfer, samudra, kerak bumi, dan makhluk hidup. Menurut Hutchinson
(1944 , 1950 dalam IGBP, 2007) siklus biogeokimia merupakan suatu pertukaran
atau perubahan yang terus – menerus dari bahan-bahan antara komponen biotik
dan abiotik. Berdasarkan sumber yang ada di alam, siklus biogeokimia dibagi
dalam 2 golongan yaitu :
1. Tipe gas, sebagai sumbernya atmosfer dan lautan (hidosfer) misalnya siklus
hidrogen.

2
Oseanagrafi Umum Biogeokimia

2. Tipe sedimen, sumbernya adalah batuan bumi seperti fosfor, kalsium dan
kalium.
Siklus biogeokimia pada akhirnya cenderung mempunyai mekanisme
umpan-balik yang dapat mengatur sendiri (self regulating) menjaga siklus itu
dalam keseimbangan. Siklus biogeokimia yang terpenting adalah siklus karbon,
siklus nitrogen, dan siklus fosfor, yang berperanan terhadap lingkungan tanaman.
Aliran energi pada suatu ekosistem berjalan dalam satu arah. Energi ekosistem
berasal dari energi matahari yang digunakan produsen untuk berfotosintesis.
Energi tersebut diubah menjadi energi kimia dan kemudian diteruskan ke
konsumen dalam bentuk senyawa-senyawa organik dalam makanannya, dan
dibuang dalam bentuk panas (Mardiastutik, 2005).
2.1.2. Jenis – jenis Siklus Biogeokimia
1. Siklus Nitrogen (N2)
Proses-proses biologis dan geologis menggerakkan nutrien di antara
komponen-komponen organik dan anorganik. Nitrogen terdapat dalam bentuk
senyawa organik seperti urea, protein, dan asam nukleat atau sebagai senyawa
anorganik seperti ammonia, nitrit, dan nitrat.

(Gambar 1. Siklus Nitrogen)

Tahap pertama:
Daur nitrogen adalah transfer nitrogen dari atmosfir ke dalam tanah. Selain
air hujan yang membawa sejumlah nitrogen, penambahan nitrogen ke dalam

3
Oseanagrafi Umum Biogeokimia

tanah terjadi melalui proses fiksasi nitrogen. Fiksasi nitrogen secara biologis
dapat dilakukan oleh bakteri Rhizobium yang bersimbiosis dengan polong-
polongan, bakteri Azotobacter dan Clostridium. Selain itu ganggang hijau biru
dalam air juga memiliki kemampuan memfiksasi nitrogen.
Tahap kedua:
Nitrat yang di hasilkan oleh fiksasi biologis digunakan oleh produsen
(tumbuhan) diubah menjadi molekul protein. Selanjutnya jika tumbuhan atau
hewan mati, mahluk pengurai merombaknya menjadi gas amoniak (NH3) dan
garam ammonium yang larut dalam air (NH4+). Proses ini disebut dengan
amonifikasi. Bakteri Nitrosomonas mengubah amoniak dan senyawa ammonium
menjadi nitrat oleh Nitrobacter. Apabila oksigen dalam tanah terbatas, nitrat
dengan cepat ditransformasikan menjadi gas nitrogen atau oksida nitrogen oleh
proses yang disebut denitrifikasi 9Samawai, 2006).

2. Siklus Karbon (C) dan Oksigen (O2)


Atmosfer terdapat kandungan CO2 sebanyak 0.03%. Sumber-sumber CO2
di udara berasal dari respirasi manusia dan hewan, erupsi vulkanik, pembakaran
batubara, dan asap pabrik. Karbon dioksida di udara dimanfaatkan oleh tumbuhan
untuk berfotosintesis dan menghasilkan oksigen yang nantinya akan digunakan
oleh manusia dan hewan untuk berespirasi (Susandi, 2006).

(Gambar 2. Siklus Karbon dioksida)

Hewan dan tumbuhan yang mati, dalam waktu yang lama akan
membentuk batubara di dalam tanah. Batubara akan dimanfaatkan lagi sebagai

4
Oseanagrafi Umum Biogeokimia

bahan bakar yang juga menambah kadar CO2 di udara. Ekosistem air, pertukaran
CO2 dengan atmosfer berjalan secara tidak langsung. Karbon dioksida berikatan
dengan air membentuk asam karbonat yang akan terurai menjadi ion bikarbonat.
Bikarbonat adalah sumber karbon bagi alga yang memproduksi makanan untuk
diri mereka sendiri dan organisme heterotrof lain. Sebaliknya, saat organisme air
berespirasi, CO2 yang mereka keluarkan menjadi bikarbonat. Jumlah bikarbonat
dalam air adalah seimbang dengan jumlah C02 di air.

3. Siklus Fosfor
Keberadaan fosfor pada organisme hidup sangat kecil, tetapi peranannya
sangat diperlukan. Atom fosfor hanya ditemukan dalam bentuk senyawa fosfat
(PO4-3). Fosfat diserap oleh tumbuhan dan digunakan untuk sintesis organik.
Fosfor banyak dikandung oleh asam nukleat, yaitu bahan yang menyimpan dan
mentranslasikan sandi genetik. Atom fosfor juga merupakan dasar bagi ATP
(Adenosine Tri Phospat) berenergi tinggi yang digunakan untuk respirasi seluler
dan fotosintesis.
Fosfor merupakan komponen yang sangat langka dalam organisme tak
hidup. Produktivitas ekosistem darat dapat ditingkatkan jika fosfor dalam tanah
ditingkatkan. Peristiwa pelapukan batuan oleh fosfat akan menambah kandungan
fosfat di dalam tanah. Contohnya adalah akibat hujan asam Setelah produsen
menggabungkan fosfor ke dalam bentuk biologis, fosfor dipindahkan ke
konsumen dalam bentuk organik. Setelah itu, fosfor ditambahkan kembali ke
tanah melalui ekskresi fosfat oleh hewan dan bekteri penguarai detritus. Humus
dan partikel tanah mengikat fosfat sedemikian rupa, sehingga siklus fosfor
terlokalisir dalam ekosistem (Samawi, 2001).
Fosfor dapat dengan mudah terbawa aliran air yang pada akhirnya
terkumpul di laut. Erosi yang terjadi akan mempercepat pengurasan fosfat di
samping pelapukan batuan yang sejalan dengan hilangnya fosfat. Fosfat yang
berada di lautan secara perlahan terkumpul dalam endapan yang kemudian
tergabung dalam batuan. Ketika permukaan air laut mengalami penurunan atau
dasar laut mengalami kenaikan, batuan yang mengandung fosfor ini menjadi
bagian dari ekosistem darat. Dengan demikian, fosfat mengalami siklus di antara
tanah, tumbuhan, dan konsumen dalam waktu tertentu.

5
Oseanagrafi Umum Biogeokimia

4. Siklus Air

(Gambar 4. Siklus Air)

Air di atmosfer berada dalam bentuk uap air. Uap air berasal dari air di
daratan dan laut yang menguap karena panas cahaya matahari. Sebagian besar uap
air di atmosfer berasal dari laut karena laut mencapai tigaperempat luas
permukaan bumi. Uap air di atmosfer terkondensasi menjadi awan yang turun ke
daratan dan laut dalam bentuk hujan. Air hujan di daratan masuk ke dalam tanah
membentuk air permukaan tanah dan air tanah (Susandi, 2006). Tumbuhan darat
menyerap air yang ada di dalam tanah. Dalam tubuh tumbuhan air mengalir
melalui suatu pembuluh. Kemudian melalui tranpirasi uap air dilepaskan oleh
tumbuhan ke atmosfer. Transpirasi oleh tumbuhan mencakup 90% penguapan
pada ekosistem darat.
Hewan memperoleh air langsung dari air permukaan serta dari tumbuhan
dan hewan yang dimakan, sedangkan manusia menggunakan sekitar seperempat
air tanah. Sebagian air keluar dari tubuh hewan dan manusia sebagai urin dan
keringat. Air tanah dan air permukaan sebagian mengalir ke sungai, kemudian ke
danau dan ke laut. Siklus ini di sebut Siklus Panjang. Sedangkan siklus yang
dimulai dengan proses Transpirasi dan Evapotranspirasi dari air yang terdapat di
permukaan bumi, lalu diikuti oleh Presipitasi atau turunnya air ke permukaan
bumi disebut Siklus Pendek.

6
Oseanagrafi Umum Biogeokimia

5.Siklus Belerang (Sulfur)

(Gambar 5. Siklus Sulfur)


Menurut Odum (1998) Sulfur terdapat dalam bentuk sulfat anorganik.
Sulfur direduksi oleh bakteri menjadi sulfida dan kadang-kadang terdapat dalam
bentuk sulfur dioksida atau hidrogen sulfida. Hidrogen sulfida ini seringkali
mematikan mahluk hidup di perairan dan pada umumnya dihasilkan dari
penguraian bahan organik yang mati.
Tumbuhan menyerap sulfur dalam bentuk sulfat (SO4). Perpindahan sulfat
terjadi melalui proses rantai makanan, lalu semua mahluk hidup mati dan akan
diuraikan komponen organiknya oleh bakteri. Beberapa jenis bakteri terlibat
dalam daur sulfur, antara lain Desulfomaculum dan Desulfibrio yang akan
mereduksi sulfat menjadi sulfida dalam bentuk hidrogen sulfida (H2S). Kemudian
H2S digunakan bakteri fotoautotrof anaerob seperti Chromatium dan melepaskan
sulfur dan oksigen. Sulfur di oksidasi menjadi sulfat oleh bakteri kemolitotrof
seperti Thiobacillus.

2.2. Definisi Trofik Level


Jenjang trofik (trofik level) merupakan urut-urutan tingkat pemanfaatan
pakan atau material dan energi seperti yang tergambarkan oleh rantai makanan

7
Oseanagrafi Umum Biogeokimia

(food chain). Jenjang trofik menggambarkan tahapan transfer material atau energi
dari setiap jenjang atau kelompok ke jenjang berikutnya, yang dimulai dengan
produser primer, jenjang berikutnya adalah konsumer primer (herbivor),
kemudian sekunder, tersier, dan seterusnya dan diakhiri dengan predator puncak
(Gallopin 1972; Odum 1998; Kennish 2000; Jenning et al. 2003; Widodo dan
Suadi 2006). Dasar dari jenjang trofik adalah autotrof yang memfiksasi C
(karbon) melalui fotosintesa dan menyediakan enegi untuk organisme konsumer
(yaitu heterotrof). Pada urutan jenjang trofik berikutnya yang lebih tinggi,
konsumer primer akan berlaku sebagai sumber makanan bagi konsumer sekunder
yang selanjutnya dimangsa oleh konsumer tersier (yaitu organsime karnivor).
Dekomposer (yaitu bakteri saprobik dan alga) akan mengasimilasi material hewan
dan tumbuhan yang mati, mentransformasikannya ke dalam DOM (Dissolved
Organic Matter) untuk mendapatkan keperluan energi mereka dengan melepaskan
nutrien energi yang berguna bagi pertumbuhan autotrof. Berdasarkan uraian
tersebut dapat dikatakan bahwa jenjang trofik adalah setiap jenjang dari transfer
energi atau setiap stadia dari rantai makanan (Nontji 1993).
Jenjang trofik pertama ditempati oleh fitoplankton sebagai produser primer,
jenjang trofik ke dua ditempati oleh zooplankton herbivor, dan jenjang trofik ke
tiga ditempati oleh organisme karnivor (Nontji 1993; Piska & Naik, 2007)
Tumbuhan hijau menduduki jenjang trofik pertama, pemakan tumbuhan
menduduki jenjang trofik ke dua (tingkat konsumen primer pertama), karnivor
yang memakan herbivor menduduki jenjang trofik ke tiga (tingkat konsumen
tersier).
Jenjang trofik rendah menuju ke tingkat yang lebih tinggi, ukuran biotanya
semakin besar tetapi total seluruh biomasa pada jenjang trofik semakin kecil. Hal
ini karena pengalihan atau transfer energi dari satu jenjang trofik ke jenjang trofik
berikutnya sangat kecil, pada umumnya dianggap sekitar 10%. Dilihat dari segi
biomasanya, jenjang trofik ini dapat digambarkan sebagai piramida dengan
fitoplankton sebagai fundamennya dan karnivor puncak berada pada paling atas
Jenjang trofik dapat bersifat sederhana, dimana rantai makanan pendek
sehingga transfer energi langsung dari fitoplankton ke predator puncak, namun
dapat pula bersifat kompleks, dimana satu spesies dapat memanfaatkan lebih dari

8
Oseanagrafi Umum Biogeokimia

satu jenjang trofik. Jenjang trofik di ekosistem laut biasanya hanya sampai jenjang
V atau VI.

(Gambar 6. Piramida Makanan dengan Lima Jenjang Trofik)

9
Oseanagrafi Umum Biogeokimia

III. PENUTUP
3.1. Simpulan
1. Biogeokimia adalah pertukaran atau perubahan yang terus menerus, antara
komponen biosfer yang hidup dengan tak hidup
2. Siklus biogeokimia adalah pergerakan memutar unsur apa pun melalui
atmosfer, samudra, kerak bumi, dan makhluk hidup
3. Beberapa jenis siklus biogeokimia ialah N2, CO2, Sulfur, Fosfor dan H2O

3.2. Saran
Setelah pembuatan makalah ini penulis mengharapkan pembaca dapat
serta merta menjaga lingkungan atau ekologi baik perairan maupun darat untuk
mendukung keberlangsungan dari siklus biogeokimia yang juga akan menunjang
aktivitas manusia dalam kehidupan sehari – hari. Serta dapat menjadikan siklus
biogeokimia sebagai bahan pengetahuan dan pengembangan penelitian berbasis
teknologi yang berkelanjutan.

10
Oseanagrafi Umum Biogeokimia

DAFTAR PUSTAKA
IGBP. 2007. Biogeokimia Laut dan Perubahan Iklim. IGBP (International
Geosfer – Biosfer Programmer) diterjemahkan oleh Setiawan - BPPT

Leksono, Amin Setyo. 2007. Ekologi Pendekatan Deskriptif dan Kuantitatif.


Malang: Bayumedia Publishing

Mardiastutik, Wiwik Endang. 2013. Mengenal Ekosistem. Bekasi: Mitra Utama.


Piska RS & SK Naik. 2007. Fish Biology and Ecology (Fisheries). University
College of Science. Osmania University. 349

Nontji A. 1993. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta 367 hlm

Odum EP. 1998. Dasar-dasar ekologi (Terjemahan Samingan T & Srigandono B.


Edisi ke-tiga. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. 697 hlm

Samawi, M. F. 2001. Penuntun Praktikum Kimia Oseanografi. FPIK. Universitas


Hasanudin.

Susandi.2006. Kajian Pertukaran Gas karbon dioksida (CO2) Antara Laut dan
Udara di perairan Indonesia dan Sekitarnya. Porsiding. Semarang

Widodo J dan Suadi. 2006. Pengelolaan Sumber Daya Perikanan Laut.


Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 252 p

Вам также может понравиться