Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
Tiram mutiara telah lama dikenal sebagai salah satu produsen mutiara
beberapa jenis tiram mutiara yang terdapat di perairan Indonesia, antara lain
1921 di Buton, Sulawesi Tenggara waktu itu disebut "Celebes". Tiram mutiara
(Pteria penguin) merupakan salah satu jenis bivalvia penghasil mutiara dari famili
(round pearl) dan mutiara setengah bulat (blister pearl). Di pasaran nasional
spesifik dan umumnya dihasilkan oleh jenis Pteria penguin. Menurut Asikin
disamping itu juga mempunyai beberapa kelebihan, antara lain wama eangkang
ukuran tiram yang dapat digunakan untuk produksi mutiara blister adalah
berukuran panjang eangkang antara 15-17 em atau berumur 12-14 bulan (Quayle
1980).
2
sangat dimungkinkan karena potensi benih yang cukup tersedia, tersebar terutama
diperairan Sulawesi, Nusa Tenggara dan perairan Maluku (Mosse et al. 1994).
Mengingat akan berbagai kelebihan yang dimiliki dan prospek pasar, ma.ka perLu
adanya upaya peningkatan kualitas mutiara blister. Namun sampai saat ini
dengan kualitas yang rendah, karena belum adanya informasi mengenai jumlah
inti yang ideal yang dapat memaksimalkan pelapisan mutiara dan pertumbuban
berkualitas tinggi.
tentang jumlah inti blister yang tepat untuk dilekatkan pada lapisan
Menurut Brusca (1990), nama filum moluska berasal dari bahasa latin
garis radier kecil-kecil, tidak jelas dan berwarna terang yang dibubungkan
10
Menurut Cabo ( 1949), bahwa tiram mutiara terdiri dati tiga bagian
yaitu; kaki, mantel dan kumpulan organ bagian dalam (viceral mass). Kaki
merupakan salah satu bagian tubuh yang bersifat elastis, terdiri dati susunan
yaitu bewan yang memiliki otot tunggal, berfungsi untuk membuka dan
menutup cangkang.
Seperti pada semua jenis moluska, cangkang tiram mutiara terbentuk oleb
Tiram mutiara (Pteria penguin) hidup pada kedalaman 5-30 meter, dengan
salinitas kurang lebih 30 ppt, subu 28-30°C, kecerahan 4,5-6,5 m, dan ditemukan
menempel pada ranting-ranting hitam (Tun dan Winanto 1988). Menurut Angell
(1986) pertumbuban yang baik untuk tiram dengan salinitas 16-30 ppt dan subu
11
air 28-31°C. Kedalaman optimal untuk pertumbuhan adalah berkisar antara 8-10
meter, hal ini berkaitan dengan ketersediaan pakan untuk pertumbuhan tiram dan
tiram (Pteria penguin) di perairan Sulawesi dilakukan pada kedalaman 6-8 meter
(Parenrengi et al. 1998) dan bebas dari pencemaran (Gramno 1999). Sedangkan
pakannya dari air (filter feeder mechanism), yang berperan adalah insang
isi pencemaan tiram. lni menunjukkan bahwa pada umumnya aktivitas makan
(Wouthuyzen, S. 1994).
adalah Suhu, salinitas dan pH disana yaitu masing-masing 29 ºC, 33 ppt dan 7,3,
12
sehingga tidak perlu dilakukan pengolaan kualitas air. Selain itu laut merupakan
habitat yang alami bagi tiram mutiara, karena air laut akan selalu mengalir dan
tercipta kondisi yang selalu optimal. Hal ini sesuai dengan pernyataan (Sidar,
2008) bahwa suhu, salinitas dan pH yang baik untuk pertumbuhan tiram mutiara