Вы находитесь на странице: 1из 45

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Program Indonesia Sehat merupakan salah satu program dari agenda ke-5
Nawa Cita, yaitu Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia. Program ini
didukung oleh program sektoral lainnya yaitu Program Indonesia Pintar, Program
Indonesia Kerja, dan Program Indonesia Sejahtera. Program Indonesia Sehat
selanjutnya menjadi program utama Pembangunan Kesehatan yang kemudian
direncanakan pencapaiannya melalui Rencana Strategis (Renstra) Kementerian
Kesehatan Tahun 2015-2019, yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kesehatan
R.I. Nomor HK.02.02/Menkes/52/2015.

Sasaran dari Program Indonesia Sehat adalah meningkatnya derajat kesehatan


dan status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat
yang didukung dengan perlindungan finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan.
Sasaran ini sesuai dengan sasaran pokok Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional (RPJMN) 2015-2019, yaitu: meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan
anak, meningkatnya pengendalian penyakit, meningkatnya akses dan mutu pelayanan
kesehatan dasar dan rujukan terutama di daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan,
meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan universal melalui Kartu Indonesia Sehat
dan kualitas pengelolaan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) Kesehatan,

1
terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan vaksin, serta meningkatnya
responsivitas sistem kesehatan.
Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan menegakkan tiga pilar utama,
yaitu: penerapan paradigma sehat, penguatan pelayanan kesehatan, dan pelaksanaan
jaminan kesehatan nasional (JKN). Penerapan paradigma sehat dilakukan dengan
strategi pengarusutamaan kesehatan dalam pembangunan, penguatan upaya promotif
dan preventif, serta pemberdayaan masyarakat. Penguatan pelayanan kesehatan
dilakukan dengan strategi peningkatan akses pelayanan kesehatan, optimasi sistem
rujukan, dan peningkatan mutu menggunakan pendekatan continuum of care dan
intervensi berbasis risiko kesehatan. Pelaksanaan JKN dilakukan dengan strategi
perluasan sasaran dan manfaat (benefit), serta kendali mutu dan biaya. Kesemuanya
itu ditujukan kepada tercapainya keluarga-keluarga sehat.
Percepatan pembangunan kesehatan untuk mencapai Indonesia Sehat
dilakukan dengan melakukan penguatan subsistem-subsistem dari SKN. Dengan
diterapkannya pendekatan keluarga, maka penguatan subsistem upaya kesehatan,
subsistem pembiayaan kesehatan, dan subsistem pemberdayaan masyarakat menjadi
penting untuk dilakukan.
Penguatan subsistem upaya kesehatan dilakukan dengan menciptakan
keseimbangan pelaksanaan UKP dan UKM melalui pengutamaan kegiatan promotif
dan preventif. Puskesmas harus dikondisikan tidak terfokus hanya melaksanakan
UKP, melainkan juga UKM secara seimbang. Sasaran upaya kesehatan harus
ditegaskan bukan sekedar individu/perorangan, melainkan juga keluarga, kelompok,
dan masyarakat. Setiap program kesehatan hendaknya mengarahkan kegiatannya
kepada keluarga, kelompok, dan masyarakat.
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan tingkat pertama, dengan
lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat). Puskesmas
bertanggung jawab atas satu wilayah administrasi pemerintahan, yakni kecamatan
atau bagian dari kecamatan. Di setiap kecamatan harus terdapat minimal satu
Puskesmas.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam menjalankan perannya
sebagai penanggung jawab wilayah, Puskesmas memiliki dua upaya yang harus
dilaksanakan secara seimbang, yakni UKP dengan pendekatan JKN dan Penguatan
Pelayanan Kesehatan, serta UKM dengan pendekatan Pemberdayaan Keluarga,
Pemberdayaan Masyarakat, dan Pembangunan Berwawasan Kesehatan. Kedua upaya

2
tersebut secara sinergis akan menuju kepada tercapainya keluarga-keluarga sehat di
wilayah kerja Puskesmas. Begitu juga dengan Puskesmas Ibuh yang berusaha
mewujudkan keluarga-keluarga sehat di wilayah kerjanya.

1.2 Rumusan Masalah


a) Bagaimana gambaran kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Ibuh
berdasarkan indikator Keluarga Sehat?
b) Apa yang menyebabkan tidak tercapainya indikator Keluarga Sehat tersebut?
c) Bagaimana penanggulangan terhadap indikator Keluarga Sehat yang tidak
tercapai itu?

1.3 Tujuan dan manfaat


a) Melihat gambaran kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Ibuh
berdasarkan indikator Keluarga Sehat
b) Mengetahui penyebab tidak tercapainya indikator Keluarga Sehat tersebut
c) Mencari alternatif penanggulangan terhadap indikator Keluarga Sehat yang
tidak tercapai itu

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Upaya pencapaian prioritas pembangunan kesehatan tahun 2015-2019 dalam


Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan mendayagunakan segenap potensi
yang ada, baik dari pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/kota, maupun
masyarakat. Pembangunan kesehatan dimulai dari unit terkecil dari masyarakat,
yaitu keluarga.
Pembangunan keluarga, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan
Keluarga serta Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah, adalah upaya mewujudkan keluarga berkualitas yang hidup dalam
lingkungan yang sehat.
Pemerintah pusat dan pemerintah daerah menetapkan kebijakan pembangunan
keluarga melalui pembinaan ketahanan dan kesejahteraan keluarga,untuk
mendukung keluarga agar dapat melaksanakan fungsinya secara optimal. Sebagai
penjabaran dari amanat undang-undang tersebut, Kementerian Kesehatan
menetapkan strategi operasional pembangunan kesehatan melalui Program
Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga.

2.1 Konsep Pendekatan Keluarga


Pendekatan keluarga adalah salah satu cara Puskesmas untuk meningkatkan
jangkauan sasaran dan mendekatkan/meningkatkan akses pelayanan kesehatan di
wilayah kerjanya dengan mendatangi keluarga. Puskesmas tidak hanya
menyelenggarakan pelayanan kesehatan di dalam gedung, melainkan juga keluar
gedung dengan mengunjungi keluarga di wilayah kerjanya.
Keluarga sebagai fokus dalam pelaksanaan program Indonesia Sehat dengan
pendekatan keluarga. Keluarga memiliki lima fungsi, yaitu:
1. Fungsi afektif (The Affective Function ) adalah fungsi keluarga yang utama
untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga
berhubungan dengan orang lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan
individu dan psikososial anggota keluarga.
2. Fungsi sosialisasi yaitu proses perkembangan dan perubahan yang dilalui
individu yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam
lingkungan sosialnya. Sosialisasi dimulai sejak lahir. Fungsi ini berguna
untuk membina sosialisasi pada anak, membentuk norma-norma tingkah laku

4
sesuai dengan tingkat perkembangan anak dan meneruskan nilai-nilai budaya
keluarga.
3. Fungsi reproduksi (The Reproduction Function ) adalah fungsi untuk
mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.
4. Fungsi ekonomi (The Economic Function) yaitu keluarga berfungsi untuk
memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat dalam
mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan agar
memenuhi kebutuhan keluarga.
5. Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (The Health Care
Function) adalah untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota
keluarga agar tetap memiliki produktivitas yang tinggi. Fungsi ini
dikembangkan menjadi tugas keluarga di bidang kesehatan. Tugas- tugas
keluarga dalam pemeliharaan kesehatan adalah:
a. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota
keluarganya.
b. Mengambil keputusan untuk tindakan kesehatan yang tepat.
c. Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit.
d. Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan untuk
kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarganya.
e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan fasilitas
kesehatan.

Pemberdayaan masyarakat adalah bagian dari fungsi UKM dari Puskesmas.


Keluarga merupakan lembaga terkecil dari masyarakat, maka pemberdayaan
masyarakat harus dimulai dari pemberdayaan keluarga.
Pemberdayaan masyarakat yang selama ini dilaksanakan di bidang
kesehatan dipandu dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1529/Menkes/SK/X/2010 tentang Pedoman Umum Pengembangan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif. Pedoman umum ini menyebutkan bahwa pemberdayaan
masyarakat desa/kelurahan merupakan kelanjutan dari pemberdayaan keluarga
melalui pengembangan PHBS tatanan rumah tangga. Pengembangan desa dan
kelurahan siaga aktif itu tidak lain bertujuan untuk terciptanya Desa Sehat dan
Kelurahan Sehat.
Kegiatan Puskesmas dalam melaksanakan UKP tingkat pertama memang
dapat menghasilkan individu sehat, yang diukur dengan Indikator Individu Sehat
(IIS). Tetapi dengan cara ini saja, Kecamatan Sehat akan sulit dicapai.

5
Pemberdayaan masyarakat desa dan kelurahan yang dilakukan di wilayah kerjanya,
Puskesmas akan lebih cepat mencapai Kecamatan Sehat.
Puskesmas melaksanakan pemberdayaan keluarga dan pemberdayaan
masyarakat melalui pengembangan serta pembinaan desa dan kelurahan.
Pemberdayaan keluarga akan menghasilkan keluarga-keluarga sehat yang diukur
dengan Indeks Keluarga Sehat (IKS), sedangkan pemberdayaan masyarakat desa
dan kelurahan akan menghasilkan peran serta masyarakat berupa UKBM seperti
Posyandu, Posbindu, Polindes, Pos UKK, dan lain-lain.
Kegiatan Puskesmas dalam pelaksanaan pembangunan wilayah
berwawasan kesehatan akan menghasilkan tatanan-tatanan sehat, seperti sekolah
sehat, pasar sehat, kantor sehat, masjid dan mushola sehat, dan lain-lain yang diukur
dengan Indikator Tatanan Sehat (ITS),dan masyarakat sehat yang diukur dengan
Indikator Masyarakat Sehat (IMS).
Kesemua upaya Puskesmas tersebut akhirnya akan bermuara pada
terciptanya Kecamatan Sehat, seperti pada skema gambar 2.1

Gambar 2.1. Upaya Puskesmas Untuk Mencapai Kecamatan Sehat

Pentingnya pendekatan keluarga juga diamanatkan dalam Renstra Kementerian


Kesehatan Tahun 2015 – 2019. Dalam Renstra disebutkan bahwasanya satu acuan
bagi arah kebijakan Kementerian Kesehatan adalah penerapan pendekatan pelayanan
kesehatan yang terintegrasi dan berkesinambungan (continuum of care). Hal ini
berarti bahwa pelayanan kesehatan harus dilakukan terhadap seluruh tahapan siklus
hidup manusia (life cycle), sejak masih dalam kandungan, sampai lahir menjadi bayi,
tumbuh menjadi anak balita, anak usia sekolah, remaja, dewasa muda (usia
produktif), dan akhirnya menjadi dewasa tua ata usia lanjut (gambar 2.2).
Untuk dapat melaksanakan pelayanan kesehatan yang berkesinambungan
terhadap seluruh tahapan siklus hidup manusia, maka fokus pelayanan kesehatan
harus pada keluarga. Pemberian pelayanan kesehatan pada individu harus dilihat dan
diperlakukan sebagai bagian dari keluarganya.

6
Gambar 2.2. Pendekatan Siklus Hidup Untuk Mencapai Keluarga
Sehat

Gambar 2.3. Pelayanan puskesmas terintegrasi dan mengikuti


siklus hidup

Puskesmas diharapkan dapat menangani masalah-masalah kesehatan dengan


pendekatan siklus hidup (life cycle) melalui pendekatan keluarga dengan
mengunjungi setiap keluarga di wilayah kerja. Upaya mewujudkan Keluarga Sehat
menjadi titik awal terwujudnya masyarakat sehat (lihat gambar 2.3). Upaya
membina PHBS di keluarga merupakan kunci bagi keberhasilan upaya
menciptakan kesehatan masyarakat. Oleh sebab itu, Indikator Keluarga Sehat
sebaiknya dapat sekaligus digunakan sebagai indikator PHBS.

7
2.2 Pelaksanaan Pendekatan Keluarga
Satu keluarga adalah satu kesatuan keluarga inti (ayah, ibu, dan anak)
sebagaimana dinyatakan dalam kartu keluarga. Keluarga yang terdapat kakek dan
atau nenek atau individu lain dalam satu rumah tangga, maka rumah tangga tersebut
dianggap terdiri lebih dari satu keluarga. Suatu keluarga dinyatakan sehat atau tidak
digunakan beberapa penanda atau indikator. Dalam rangka pelaksanaaan Program
Indonesia Sehat telah disepakati adanya dua belas indikator utama (12 indikator
utama) untuk penanda status kesehatan sebuah keluarga. Kedua belas indikator
utama tersebut adalah sebagai berikut :
1. Keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB)
2. Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan
3. Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap
4. Bayi mendapat air susu ibu (ASI) eksklusif
5. Balita mendapat pemantauan pertumbuhan
6. Penderita Tuberkulosis mendapatkan pengobatan sesuai standar
7. Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur
8. Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak
ditelantarkan
9. Anggota keluarga tidak ada yang merokok
10. Keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional
11. Keluarga mempunyai akses sarana air bersih
12. Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat

Berdasarkan indikator tersebut, dilakukan penghitungan Indeks Keluarga


Sehat (IKS) dari setiap keluarga, sedangkan keadaan masing-masing indikator
mencerminkan kondisi PHBS dari keluarga yang bersangkutan.
Pelaksanaan pendekatan keluarga ini memiliki tiga hal yang harus diadakan
atau dikembangkan, yaitu:
1. Instrumen yang digunakan di tingkat keluarga.
2. Forum komunikasi yang dikembangkan untuk kontak dengan keluarga.
3. Keterlibatan tenaga dari masyarakat sebagai mitra Puskesmas.

Instrumen yang diperlukan di tingkat keluarga adalah sebagai berikut:


1. Profil Kesehatan Keluarga (selanjutnya disebut Prokesga), berupa family
folder, yang merupakan sarana untuk merekam (menyimpan) data keluarga
dan data individu anggota keluarga. Data keluarga meliputi komponen
rumah sehat (akses/ketersediaan air bersih dan akses/penggunaan jamban

8
sehat). Data individu anggota keluarga mencantumkan karakteristik
individu (umur, jenis kelamin, pendidikan, dan lain-lain) serta kondisi
individu yang bersangkutan, seperti mengidap penyakit (hipertensi,
tuberkulosis, dan gangguan jiwa) dan perilakunya (merokok, ikut KB,
memantau pertumbuhan dan perkembangan balita, pemberian ASI eksklusif,
dan lain-lain).
2. Paket Informasi Keluarga (selanjutnya disebut Pinkesga), berupa flyer,
leaflet, buku saku, atau bentuk lainnya, yang diberikan kepada keluarga
sesuai masalah kesehatan yang dihadapinya, misalnya : Flyer tentang
kehamilan dan persalinan untuk keluarga yang ibunya sedang hamil, Flyer
tentang pertumbuhan balita untuk keluarga yang mempunyai balita, Flyer
tentang hipertensi untuk mereka yang menderita hipertensi, dan lain-lain.

9
Forum komunikasi yang digunakan untuk kontak dengan keluarga dapat berupa forum-
forum berikut.
1. Kunjungan rumah ke keluarga-keluarga di wilayah kerja Puskesmas.
2. Diskusi kelompok terarah (DKT) atau biasa dikenal dengan focus group
discussion (FGD) melalui Dasawisma dari PKK.
3. Kesempatan konseling di UKBM-UKBM (Posyandu, Posbindu, Pos UKK,
dan lain-lain).
4. Forum-forum yang sudah ada di masyarakat seperti majelis taklim, rembug
desa, selapanan, dan lain-lain.

Keterlibatan tenaga dari masyarakat sebagai mitra dapat diupayakan dengan


menggunakan tenaga-tenaga berikut:
1. Kader-kader kesehatan, seperti kader Posyandu, Posbindu, Poskestren,
PKK, dan lain-lain.
2. Pengurus organisasi kemasyarakatan setempat, seperti pengurus PKK,
pengurus Karang Taruna, pengelola pengajian, dan lain-lain.

2.3 Pendekatan Keluarga Sebagai Kunci Keberhasilan


Banyak bukti yang menunjukkan bahwa pendekatan keluarga mutlak harus
dilakukan untuk melengkapi dan memperkuat pemberdayaan masyarakat. Data
Riskesdas menunjukkan hal itu. Sebagai contoh berikut ini disajikan bukti tentang
pentingnya pendekatan keluarga dalam penanggulangan stunting dan pengendalian
penyakit tidak menular.
1. Pendekatan Keluarga dalam Penanggulangan Stunting
Riskesdas tahun 2013 menemukan bahwa proporsi bayi yang lahir stunting
(panjang badan <48cm) adalah sebesar 20,2%, sementara pada kelompok balita
terdapat 37,2% yang menderita stunting. Ini menunjukkan bahwa dalam perjalanan dari
saat lahir ke balita, terjadi pertumbuhan yang melambat, sehingga proporsi stunting
justru bertambah. Penanggulangan stunting harus dilakukan deteksi dan intervensi
sedini mungkin dengan melakukan pemantauan pertumbuhan secara ketat, melalui
penimbangan bayi/balita di Posyandu setiap bulan. Data Riskesdas ternyata
menunjukkan bahwa proporsi balita yang tidak pernah ditimbang selama 6 bulan

10
terakhir cenderung meningkat, yaitu dari 25,5% pada tahun 2007 menjadi 34,3% pada
tahun 2013. Ada sepertiga jumlah bayi balita yang tidak terpantau, jika kita hanya
mengandalkan Posyandu. Oleh karena itu, mereka yang tidak datang ke Posyandu
harus dikunjungi ke rumahnya. Pendekatan keluarga mutlak harus dilakukan bila kita
ingin deteksi dini stunting terlaksana dengan baik.

2. Pendekatan Keluarga dalam Pengendalian Penyakit Tidak Menular


Salah satu penyakit tidak menular yang cukup penting adalah hipertensi
(tekanan darah tinggi). Prevalensi hipertensi pada orang dewasa menurut Riskesdas
tahun 2013 adalah 25,8% atau sama dengan 42,1 juta jiwa. Dari sejumlah itu baru
36,8% yang telah kontak dengan petugas kesehatan, sementara sisanya sekitar 2/3 tidak
tahu kalau dirinya menderita hipertensi . Hal ini menunjukkan bahwa bila tidak
menggunakan pendekatan keluarga, 2/3 bagian atau sekitar 28 juta penderita hipertensi
tidak akan tertangani. Sekali lagi, hal ini menunjukkan bahwa pendekatan keluarga
mutlak harus dilakukan bila kita ingin pengendalian penyakit hipertensi berhasil.

2.4 Pelaksanaan Pendekatan Keluarga Oleh Puskesmas


Pelaksanaan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga di tingkat
Puskesmas dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1. Melakukan pendataan kesehatan seluruh anggota keluarga
menggunakan Prokesga oleh Pembina Keluarga ( dapat dibantu oleh kader
kesehatan).
2. Membuat dan mengelola pangkalan data Puskesmas oleh tenaga pengelola
data Puskesmas.
3. Menganalisis, merumuskan intervensi masalah kesehatan, dan
menyusun rencana Puskesmas oleh Pimpinan Puskesmas.
4. Melaksanakan kunjungan rumah dalam upaya promotif , preventif, kuratif,
dan rehabilitatif oleh Pembina Keluarga.
5. Melaksanakan pelayanan kesehatan (dalam dan luar gedung) melalui
pendekatan siklus hidup oleh tenaga kesehatan Puskesmas.
6. Melaksanakan Sistem Informasi dan Pelaporan Puskesmas oleh tenaga

11
BAB III
ANALISIS SITUASI

3.1 Geografis
Puskesmas Ibuh berada di Kecamatan Payakumbuh Barat dengan keadaan daerah
adalah daratan dengan sarana perhubungan dan transportasi lancar, dapat ditempuh
dengan kendaraan roda dua maupun roda empat sehingga sangat menunjang
upayapelayanan kesehatan masyarakat dengan batas-batas wilayah :
 Sebelah utara : Kec. Payakumbuh Utara
 Sebelah selatan : Kec. Payakumbuh Selatan
 Sebelah barat : Wilayah Kerja Puskesmas Parit Rantang dan Puskesmas
Payolansek
 Sebelah timur : Kec. Payakumbuh Timur

Pada tahun 2016 terjadi penggabungan wilayah Kelurahan yang mana wilayah
Puskesmas Ibuh awalnya memiliki 8 (delapan) kelurahan sekarang menjadi 6 (enam)
kelurahan. Luas wilayah Kerja Puskesmas Ibuh adalah 4,47 Km2.

Tabel 3.1 Wilayah kerja dan Luas wilayah Puskesmas Ibuh


No Kelurahan Luas Km2
1 Tanjung Pauh 0,57
2 Tanjung Gadang Sungai Pinago 0.85
3 Balai Nan Duo Padang Tangah 0.8
4 Nunang Daya Bangun 0.36
5 Labuah Basilang 0.53
6 Ibuh 1.36
Jumlah 4.47

12
3.2 Demografi
Jumlah penduduk tahun 2016 adalah 20.810 jiwa dengan jumlah KK sebanyak
4646 KK.

Tabel 3.2 Wilayah kerja dan Jumlah Penduduk di Puskesmas Ibuh


No Kelurahan Jumlah Penduduk (Jiwa)
Lk Pr Jumlah
1 Tanjung Pauh 1549 1567 3116
2 Tanjung Gadang Sungai 2200 2227 4427
Pinago
3 Balai Nan Duo Padang 1071 1084 2155
Tangah
4 Nunang Daya Bangun 1981 2004 3985
5 Labuah Basilang 1562 1580 3142
6 Ibuh 1980 2005 3985
Jumlah 10343 10467 20810

3.3 Sarana Kesehatan


Puskesmas Induk
Nama Puskesmas : Puskesmas Ibuh
Berdiri : Bulan Juni tahun 1972
Status : Rawatan
Lokasi : Jl. Gatot Subroto No. 32 Kelurahan Ibuh, Kecamatan
Payakumbuh Barat

3.4 Dukungan Pelayanan


Pustu : 1. Pustu Tanjung Pauh
Poskeskel : 1. Poskeskel Tj. Gadang
2. Poskeskel Sungai Pinago
3. Poskeskel Balai Nan Duo
4. Poskeskel Padang Tangah
5. Poskeskel Daya Bangun

13
6. Poskeskel Nunang
7. Poskeskel Labuah Basilang
8. Poskeskel Ibuh

3.5 Kendaraan Operasional


Puskesmas Ibuh memiliki 2 Buah ambulan operasional puskesmas dan 6 Kendaraan
roda 2 operasional petugas
No Sarana Kesehatan Jumlah Ket
1 Puskesmas Pembantu (Pustu) 1
2 Jumlah Posyandu 21
3 Jumlah Kelurahan Siaga 8
4 Jumlah Poskeskel 9 (1 ada gedung)

3.6 Tenaga Kesehatan


No Jenis Ketenagaan Jumlah Ratio per Jumlah
Penduduk
I. PUSKESMAS INDUK
1 Dokter 2 1:10.405
2 Dokter Gigi 1 1:20.810
3 Sarjana/D3
a. S.Kep 3 1:6.936
b. SKM 2 1:10.405
c. Akper 5 1:4.162
d. Akbid 7 1:2.972
e. Akademi Gizi 1 1:20.810
f. Akademi Kesehatan Lingkungan 1 1:20.810
g. Farmasi 2 1:20.810
h. Akademi rekam medis 2 1:10.405
i. Akademi Kesehatan Gigi 2 1:10.810
4 Bidan (D1) 1 1:20.810
5 Perawat (SPK) 0 1:19.769
6 Tenaga Laboratorium 2 1:10.405

14
7 SMP 1 1:20.810
SMA 3 3:6.936
S1 Akuntansi 1 1:20.810
II. Puskesmas Pembantu
(PUSTU)
Akbid 1 1:20.810
III. Poskeskel
Bidan (Akbid) 10 1:2.081
IV. Klinik Pasar Sehat 1 1:20.810
V. Perawat (akper) Sukarela 2 1:10.405
VI. Bidan (Akbid) Sukarela 5 1:4.162
Jumlah 52

3.7 Persentase Anggaran Kesehatan


No Sumber Dana Jumlah Dana Realisasi Persentase
(Rp.) (Rp.) (%)
1 BPJS 1.643.851.050, 1.457.275.483, 88.65%
2 BOK - - 63.06%
204.032.000,- 128.670.800,-
Total Dana 1.847.883.050, 1.585.946.283, 85.82%
- -

15
3.8 Situasi dan Upaya Kesehatan
3.8.1 Pelayanan Kesehatan Dasar
Pelayanan Kesehatan dasar di Puskesmas Ibuh mencakup pemeriksaan :
3.8.1.1 Pelayanan Kesehatan Ibu, Anak dan KB
Tabel 3.3 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K1/K4 di wilayah kerja Puskesmas Ibuh tahun
2016
No Kelurahan Ibu Hamil
Jumlah K1 K4
Jml % Jml %
1 Ibuh 108 108 100 103 95.4
2 Tanjung 75 75 100 73 97.3
Pauh
3 Labuh 52 50 96.2 43 82.7
Basilang
4 Nunang Daya 96 91 94.8 88 91.7
Bangun
5 Tanjung 96 92 95.8 87 90.6
Gadang
Sungai
Pinago
6 Padang 75 72 96 67 89.3
Tangah Balai
Nan Duo
Jumlah (KAB/ KOTA) 502 488 97.2 461 91.8

Persalinan sudah ditangani oleh petugas kesehatan (89,6%) dan tidak ada dukun
bayi yang aktif di wilayah kerja Puskesmas Ibuh. Kegiatan persalinan telah didukung
penuh dengan pendanaan JKN. Kegiatan yang berjalan di Puskesmas Ibuh antara lain :
kegiatan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED), peningkatan
kapasitas manajemen tenaga kesehatan terutama tenaga bidan dalam Asuhan Persalinan
Normal, Manajemen Asfiksia, Manajemen BBLR, Pelatihan PONED, selain itu Bidan
poskeskel proaktif dalam pelayanan kesehatan di kelurahan masing-masing.

16
Tabel 3.4 Cakupan Kunjungan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan di Wilayah Kerja
Puskesmas Ibuh pada tahun 2016
Ibu Bersalin
No Kelurahan Kelurahan Persalinan ditolong Nakes
Jumlah %
1 Ibuh 103 94 91.3
2 Tanjung Pauh 72 72 100
3 Labuh Basilang 49 39 79.6
4 Nunang Daya Bangun 91 76 83.5
5 Tanjung Gadang Sungai 92 84 91.3
6 Pinago 73 65 89
7 Padang Tangah
8 Balai Nan Duo
Jumlah 480 430 89.6

Dari tabel persalinan oleh tenaga kesehatan di Wilayah kerja Puskesmas Ibuh belum
mencapai target (95%).

Tabel 3.5 Kunjungan Neonatus 1 (KN1) dan (KN Lengkap) di Wilayah kerja Puskesmas
Ibuh pada tahun 2016
No Kelurahan Jumlah KN 1 KN 3
Bayi Jml % Jml %
1 Ibuh 97 97 100 97 100
2 Tanjung Pauh 71 71 100 71 100
3 Labuh Basilang 39 39 100 39 100
4 Nunang Daya Bangun 77 77 100 77 100
5 Tanjung Gadang 84 84 100 84 100
6 Sungai Pinago 64 64 100 64 100
Padang Tangah Balai
Nan Duo
Jumlah 432 432 100 432 100

17
Tabel 3.6 Cakupan Kunjungan Bayi dan Balita di Wilayah kerja Puskesmas Ibuh pada
tahun 2016
No Kelurahan Kunjungan Bayi Kunjungan Balita
Absolut % Absolut %
1 Ibuh 105 101.9 364 97.3
2 Tanjung Pauh 70 98.6 253 95.8
3 Labuh Basilang 47 102.2 157 86.3
4 Nunang Daya Bangun 89 98.9 279 82.8
5 Tanjung Gadang Sungai 82 90.1 282 84.4
6 Pinago 68 94.4 243 90.0
Padang Tangah Balai Nan
Duo
Jumlah 461 97.5 1578 89.6

3.8.2 PHBS di Puskesmas Ibuh


Perilaku hidup masyarakat menggambarkan tingkat keberhasilan Puskesmas
sebagai pusat pemberdayaan masyarakat untuk hidup sehat. Berdasarkan pendataan dari
Bidan poskeskel/Pustu di wilayah kerja Puskesmas Ibuh pada tahun 2015 diperoleh
rumah tangga PHBS sekitar 1136 (26.2%) dari seluruh rumah tangga yang ada.
Gambaran PHBS rumah tangga di Wilayah kerja Puskesmas Ibuh dapat dilihat pada
peta dibawah ini dan tabel yang terlampir. Masih rendahnya pencapaian PHBS rumah
tangga dikarenakan indikator tidak merokok di dalam rumah masih tinggi. Hal ini
sangat erat kaitannya dengan perilaku masyarakat. Untuk itu diperlukan peningkatan
penyuluhan dan kegiatan klinik berhenti merokok di puskesmas terhadap masyarakat.
Tabel 3.7 Rumah tangga PHBS di Wilayah Kerja Puskesmas Ibuh Tahun 2016
No Kelurahan Absolut %
1 Ibuh 496 48.3
2 Tanjung Pauh 259 34.2
3 Labuh Basilang 158 34.6
4 Nunang Daya Bangun 370 51.7
5 Tanjung Gadang Sungai Pinago 390 42.4
6 Padang Tangah Balai Nan Duo 265 37.5
1.938 42.3

18
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Proses Identifikasi Masalah


Setelah proses pendataan selama satu bulan di RW 001 Kelurahan Ibuh , maka
seluruh data yang didapatkan ditabulasi dan dihitung indeks keluarga sehat (IKS)
dengan hasil seperti yang dicantumkan di bawah ini.
Tabel 4.1 Persentase data kesehatan di RW 001 Kelurahan Ibuh berdasarkan Indikator
Keluarga Sehat
RT I RT II RT III
No Indikator
Target Capaian Target Capaian Target Capaian
Keluarga mengikuti
1 34 47.48 27.5
program KB
Persalinan di fasilitas
2 100 100 100
kesehatan
Bayi dengan imunisasi
3 50 83.3 33
dasar lengkap
Bayi mendapat air susu ibu
4 100 94.12 50
(ASI) eksklusif
Balita mendapatkan
5 89 62.5 64
pematauan pertumbuhan
Penderita tuberkulosis paru
6 mendapatkan pengobatan 100 100 100
sesuai standar
Penderita hipertensi
7 melakukan pengobatan 54 47.37 25
secara teratur 80 80 80
Penderita gangguan jiwa
8 mendapatkan pengobatan 100 50 100
dan tidak ditelantarkan
Anggota keluarga tidak ada
9 43 43.55 32
yang merokok
Keluarga sudah menjadi
10 anggota Jaminan 58 51.61 68
Kesehatan Nasional (JKN).
Keluarga mempunyai
11 99 100 100
akses sarana air bersih
Keluarga mempunyai
12 akses atau menggunakan 100 100 100
jamban sehat
Indeks Keluarga Sehat
23 16 16
(IKS)
Semua data dalam satuan persentase (%)

19
Gambar 4.1 Grafik Indeks Keluarga Sehat RW 001 Kelurahan Ibuh

4.2 Penentuan Prioritas Masalah


Berdasarkan proses identifikasi masalah, ditemukan beberapa indikator masalah
yang memerlukan penyelesaian. Dalam pelaksanaanya tentu tidak semua masalah dapat
diselesaikan sekaligus sehingga membutuhkan penentuan skala prioritas masalah.
Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah Metode Hanlon. Kriteria skoring
yang digunakan adalah sebagai berikut :
1 Urgensi (seberapa penting masalah itu untuk diberikan penyelesaian)
a. Nilai 1 = Tidak penting
b. Nilai 2 = Kurang penting
c. Nilai 3 = Cukup penting
d. Nilai 4 = Penting
e. Nilai 5 = Sangat penting

2 Kemungkinan Intervensi
a. Nilai 1 = Tidak mudah
b. Nilai 2 = Kurang mudah

20
c. Nilai 3 = Cukup mudah
d. Nilai 4 = Mudah
e. Nilai 5 = Sangat mudah

3 Biaya
a. Nilai 1 = Sangat mahal
b. Nilai 2 = Mahal
c. Nilai 3 = Cukup mahal
d. Nilai 4 = Murah
e. Nilai 5 = Sangat murah

4 Kemungkinan Meningkatkan Mutu


a. Nilai 1 = Sangat rendah
b. Nilai 2 = Rendah
c. Nilai 3 = Sedang
d. Nilai 4 = Tinggi
e. Nilai 5 = Sangat tinggi

Tabel 4.2 Analisis Prioritas Masalah


No Masalah U I B M Prioritas
1 Keluarga mengikuti program KB 3 2 1 2 V
2 Bayi dengan imunisasi dasar lengkap 4 2 2 4 IV
3 Bayi dengan air ASI eksklusif dan balita 1 3 4 1 III
mendapatkan pematauan pertumbuhan
4 Penderita hipertensi melakukan pengobatan 4 4 4 4 I
secara teratur
5 Anggota keluarga tidak ada yang merokok 4 2 2 4 II
6 Keluarga sudah menjadi anggota JKN. 2 1 2 2 VI

21
Keterangan
1. Keluarga mengikuti program KB
a. Urgensi (3 : cukup penting)
Tujuan dari program KB adalah untuk menekan besarnya angka kehamilan
risiko tinggi yang meliputi 4T yaitu : terlalu muda, terlalu tua, terlalu banyak dan terlalu
sering yang implikasinya tentu terhadap kematian ibu dan neonatus. Berdasarkan
Sustainable Development Goals (SDGs) pada tahun 2016, target angka kematian ibu
(AKI) adalah 70 per 100.000 kelahiran hidup dan angka kematian neonatus (AKN) 12
per 1.000 kelahiran hidup. Sepanjang Januari-September tahun 2017, tidak terdapat
kematian Ibu dan janin di wilayah kerja Puskesmas Ibuh. Dengan mempertimbangkan
capaian keluarga yang mengikuti program KB dibawah 50% (berada dalam indikator
merah berdasarkan IKS) serta AKI dan AKN maka masalah ini dianggap kurang
penting.
b. Intervensi (2 : kurang mudah)
Kemudahan intervensi tergantung kepada tenaga kesehatan dan karakteristik
masyarakat. Kualitas masyarakat, termasuk dalam hal inteligensi dapat diukur dengan
menggunakan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Meskipun IPM Kelurahan Ibuh
tidak dapat diketahui secara pasti berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada
tahun 2015, IPM Kota Payakumbuh mencapai 77.42 % (derajat tinggi). Penyuluhan
dengan menggunakan leaflet dan orasi biasa yang telah dilakukan pemerintah melalui
media massa seperti televisi ataupun yang sudah dilaksanakan di puskesmas atau pun
kader ternyata tidak banyak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap akseptor
KB terbukti dengan IKS indikator KB kurang dari 50%. Adanya paham-paham tertentu
pada masyarakat khususnya di kelurahan Ibuh mungkin memberikan kontribusi dalam
hal sulitnya intervensi. Oleh karena itu dibutuhkan suatu strategi yang lebih menarik.
Oleh karena itu, masalah ini kurang mudah untuk diintervensi.
c. Biaya (1 : sangat mahal)
Kesulitan dalam melakukan intervensi mendorong untuk dilaksanakan suatu
strategi yang lebih menarik ketimbang leaflet dan orasi biasa. Dibutuhkan langkah
inovatif seperti melibatkan dokter spesialis dan ahli agama dalam hal ini tentunya sangat
mahal.

22
d. Mutu (2 : rendah)
AKI dan AKB yang tidak tinggi di Kelurahan Ibuh, intervensi yang dilakukan
terhadap hal ini tidak akan terlalu berpengaruh terhadap derajat kesehatan.

2. Bayi dengan imunisasi dasar yang lengkap


a. Urgensi (4 : penting)
Jumlah capaian anak dengan imunisasi lengkap tidak mencapai target di RT 01
dan RT 03. Imunisasi dasar yang dimaksud adalah BCG, Hib, DPT, Polio dan Campak.
Jumlah kasus penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi di wilayah kerja
puskesmas Ibuh pada tahun 2017 sebagai berikut :

Tabel 4.3 Prevalensi Penyakit Anak yang Bisa Dicegah Dengan Imunisasi di Ibuh Januari-
September 2017
No Penyakit Jumlah CFR
1 Tb Anak 11 0
2 Pneumonia 8 0
3 Difteri 0 0
4 Tetanus 0 0
5 Gastroenteritis akut 201 0
6 Campak 4 0

Berdasarkan hal diatas, maka masalah imunisasi penting untuk diprioritaskan.


b. Intervensi (2 : kurang mudah)
Tindakan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan
pentingnya imunisasi adalah dengan penyuluhan. Pemerintah dan puskesmas telah
melakukan penyuluhan baik melalui media massa, maupun melalui kader. Adanya
paham anti vaksin khususnya pada masyarakat ibuh menyebabkan masalah ini sulit
untuk diintervensi.
c. Biaya (2 : Mahal)
Sulitnya intervensi mendorong diperlukan tindakan yang lebih menarik dan
efisien. Selain pengoptimalan media promosi kesehatan baik itu leaflet, video promosi
kesehatan, ataupun spanduk, dibutuhkan penyuluhan yang mengundang dokter spesialis

23
dan ahli keagamaan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya
imunisasi.
d. Mutu (4 : Tinggi)
Penyakit-penyakit yang tersebut di atas merupakan penyakit yang hanya dapat
dicegah dengan imunisasi. Dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan imunisasi,
maka prevalensi penyakit tersebut akan berkurang.

3. Bayi dengan ASI Eksklusif dan Balita Mendapatkan Pematauan


Pertumbuhan
a. Urgensi (1 : tidak penting)
Pemberian ASI ekslusif dan pemantauan tumbuh kembang balita secara berkala
ditujukan untuk mencegah terjadinya gizi kurang dan status gizi bawah garis merah
(BGM) pada bayi dan balita di wilayah kerja puskesmas Ibuh. Jumlah kasus BGM pada
wilayah Ibuh pada Januari-September 2017 adalah 0.4% Status gizi yang baik tentu
menjadi salah satu faktor penentu dalam sistem imun anak. Berdasarkan hal tersebut,
maka masalah ini dianggap tidak begitu diprioritaskan.
b. Intervensi (3 : cukup mudah)
Berbagai alasan dimunculkan kenapa anak tidak diberikan ASI ekslusif dan
ditimbang secara berkala, salah satunya adalah masalah waktu. Dengan menyesuaikan
waktu posyandu, lebih mengaktifkan kader, dan tidak hanya mencatat tumbuh kembang
anak yang datang ke posyandu saja—anak yang berobat ke puskesmas atau klinik
swasta juga dicatat—, maka tujuan ini dapat tercapai.
c. Biaya (4 : murah)
Bentuk intervensi yang direncanakan tidak membutuhkan biaya yang besar.
d. Mutu (1 : sangat rendah)
Rendahnya pencatatan tumbuh kembang bukanlah masalah kualitas karena dapat
dilihat dengan rendahnya kasus gizi kurang dan BGM tetapi lebih kepada masalah
kuantitas.

24
4. Penderita Hipertensi yang Melakukan Pengobatan yang Teratur
a. Urgensi (4 : penting)
Prevalensi penderita hipertensi di Kelurahan Ibuh tidak diketahui secara pasti,
tetapi prevalensi penderita hipertensi pada wilayah kerja Puskesmas Ibuh sepanjang
Januari-September 2017 adalah 433 orang (3 % dari seluruh total populasi dewasa).
Proporsi penderita hipertensi pada Kota Payakumbuh secara keseluruhan pada tahun
2015 adalah 6.87%. Case Fatality Rate (CFR) yang murni hipertensi (diluar PJK dan
stroke) adalah 2%. Jika digabungkan dengan kasus PJK dan stroke, CFR meningkat
menjadi 4%.
Hipertensi dikenal berhubungan erat dengan kejadian penyakit jantung koroner
(PJK) dan gagal jantung. Enam puluh satu kolaborasi studi prospektif menunjukkan
hubungan linear yang erat antara risiko penyakit jantung koroner dengan tekanan darah
sistolik dan diastolik. Setiap kenaikan 20 mmHg tekanan sistolik (dalam rentang 115-
180 mmHg), risiko PJK meningkat sebanyak dua kali. Sebanyak 20% dari penderita
hipertensi diatas usia 40 tahun (laki-laki dan wanita) akan berkembang menjadi gagal
jantung. Sebanyak 90% insiden gagal jantung pada responden Framingham Heart Study
adalah penderita hipertensi. Sebanyak 60% penderita stroke memiliki riwayat penyakit
hipertensi dengan sekitar 78% nya merupakan hipertensi tidak terkontrol. Hipertensi
merupakan faktor risiko utama dari stroke dengan risiko stroke 4 kali pada usia 40-50
tahun dan 2 kali pada usia 70-80 tahun.
Hipertensi yang terkontrol akan menurunkan prevalensi penyakit jantung
koroner 20-25%, gagal jantung sampai 50%, dan stroke sebanyak 35-40%. Penelitian
lain yang menganalisis data menunjukkan berkurangnya risiko penyakit jantung koroner
sebanyak 20-35% dan risiko stroke sebanyak 28-44% pada penderita hipertensi
terkontrol.
b. Intervensi (4 : mudah)
Hipertensi dan komplikasinya telah menjadi momok yang menakutkan di tengah
masyarakat sehingga kebanyakan masyarakat mencari berbagai upaya terapi. Pemberian
pendidikan kesehatan terkait hipertensi dengan memanfaatkan media promosi berupa
leaflet, video kesehatan, banner atau spanduk yang informatif ; meningkatkan fungsi
dan guna posbindu dan menciptakan suasana sadar hipertensi pada peserta prolanis yang
sudah berjalan akan dapat meningkatkan nilai kontrol hipertensi.

25
c. Biaya (4 : murah)
Pembuatan media promosi kesehatan yang lebih informatif seperti leaflet, video
kesehatan, banner atau spanduk yang informatif serta mengefektif-efisienkan fungsi
posbindu dan klub prolanis tentu tidak akan memakan biaya yang besar.
d. Mutu (4 : tinggi)
Seperti yang sudah disebutkan diatas, dengan meningkatkan kontrol hipertensi
akan menurunkan risiko prevalensi penyakit jantung koroner 20-25%, gagal jantung
sampai 50%, dan stroke sebanyak 35-40%.

5. Anggota Keluarga Tidak Ada yang Merokok


a. Urgensi ( 4 : penting)
Keberadaan anggota keluarga yang merokok dalam rumah tangga di RW 001
lebih dari 50% (nilai IKS tidak sehat). Rokok adalah faktor risiko utama dari penyakit
paru obstruktif kronik (PPOK). Sebanyak 80-90% dari penderita PPOK adalah perokok.
Secara umum, penurunan fungsi paru pada perokok adalah 40 ml/tahun dibandingkan
tidak perokok sebanyak 20 ml/tahun. Riwayat PPOK merupakan faktor risiko mayor
dari penyakit jantung akut (acute cardiac events).
b. Intervensi (2 : kurang mudah)
Berbagai cara telah dilakukan oleh pemerintah untuk menurunkan jumlah
penderita perokok mulai dari promosi kesehatan yang ekstrim, menaikkan harga rokok
dsb. Berdasarkan teori untuk menghentikan merokok (5A dan 5R), kesadaran individu
merupakan komponen penting dari berhenti merokok. Promosi repetitif dibutuhkan
untuk menimbulkan kesadaran tersebut.
c. Biaya (2 : mahal)
Sulitnya intervensi membutuhkan suatu perencanaan yang lebih dibandingkan
promosi kesehatan saja seperti penyuluhan dengan dokter paru, pembuatan klub
berhenti merokok.
d. Mutu (4 : tinggi)
Berhenti merokok maka akan menurunkan risiko PPOK hingga 50% dalam
waktu 5 tahun sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup.

26
6. Keluarga Telah Menjadi Anggota JKN
a. Urgensi (2 : kurang penting)
Keberadaan jaminan kesehatan yang bersifat universal coverageditujukan untuk
meningkatkan dan memeratakan aksestabilitas masyarakat terhadap layanan kesehatan
yang ada. Tingkat aksestabilitas masyarakat kota payakumbuh sudah tinggi dilihat dari
IPM yang mencapai angka 77.42%.
b. Intervensi (1: tidak mudah untuk dilakukan)
Promosi kesehatan terkait dengan JKN telah gencar dilakukan pemerintah sejak
tahun 2014 melalui media massa sehingga dengan IPM yang tinggi dapat diartikan
seluruh warga Payakumbuh tahu dan mengetahui informasi terkait kebijakan
pemerintah ini. Tetapi karena masalah ketidakikutsertaan itu bersifat multifaktor, sulit
untuk menyelesaikan.
c. Biaya (2 : mahal)
Mengingat sulitnya intervensi maka dibutuhkan biaya yang tidak murah untuk
menyelesaikan masalah ini.
d. Mutu (2 : rendah)
Dengan total anggota keluarga dari masing-masing rumah tangga terdaftar di
JKN di RW 001 Kelurahan Ibuh berkisar antara 50-61%, serta IPM kota Payakumbuh
yang secara rata-rata tinggi, meningkatnya jumlah pemakai JKN tidak akan begitu
mempengaruhi aksestabilitas layanan kesehatan.

4.3 Analisis Sebab Masalah


Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan dengan cara menanyakan
langsung kepada masyarakat serta pengamatan selama 4 bulan di Puskesmas, maka
analisis sebab masalah diformulasikan dalam bentuk diagram Ishikawa sebagai berikut :

27
Gambar 4.2 Diagram Ishikawa tingkat kontrol hipertensi yang rendah

28
Gambar 4.3 Diagram Ishikawa banyaknya anggota keluarga yang merokok

29
Gambar 4.4 Diagram Ishikawa Cakupan Vaksin yang Rendah

30
4.4 Alternatif Pemecahan Masalah
Berdasarkan diagram ishikawa diatas, secara garis besar dapat diajukan beberapa
alternatif pemecahan masalah sebagai berikut :

Tabel 4.4 Analisis Pemecahan Masalah


No Nama Komponen Masalah Alternatif Pemecahan
Indikator Masalah
1 Tingkat kontrol Man Pengetahuan dan  Penyuluhan melalui
hipertensi yang kesadaran masyarakat video kesehatan,
rendah terkait kontrol leaflet, dan banner.
hipertensi kurang
Metode Promosi kesehatan,  penyegaran keilmuan
posbindu, dan prolanis dan semangat kembali
yang sekarang sudah kepada para PW dan
dilakukan kurang kader terkait
efektif. pentingnya kontrol
hipertensi.
 Menyiapkan buku
pedoman kontrol HT
 Memberikan reward
bagi peserta prolanis
terbaik setiap
bulannya.
Material Tidak adanya video  Pembuatan video
kesehatan dan belum kesehatan dan leaflet
teraplikasinya konsep dengan pendekatan
DASH pada DASH.
penatalaksanaan yang
sudah ada.
Lingkungan Paham antiobat jangka  Penyuluhan langsung
panjang dan lebih terkait obat.
memilih obat alternatif.
2 Banyak Man Kurangnya kesadaran  video dan banner
anggota masyarakat dampak repetitif terkait rokok
keluarga yang jangka panjang rokok
merokok pasif dan aktif
Metode Belum tersedia metode  Pembuatan Klub anti
inovatif dan efektif merokok
 Bersinergi dalam KTR
dengan lintas sektor
Material Belum adanya media  video dan banner
promosi yang efektif repetitif
 Aktivasi klinik
berhenti merokok
Lingkungan Adanya paham kurang  Video dan banner
pergaulan jika tidak
merokok
3 Cakupan Man Kesadaran masyarakat  Video informatif dan

31
vaksin yang terkait pentingnya repetitif
rendah imunisasi dan status  Diskusi insidentil
hukum imunisasi di
dalam agama yang
kurang.
Metode Penyuluhan tentang  Penyuluhan langsung
imunisasi yang kurang maupun media
kesehatan.
Material Belum terdapat leaflet  Pembuatan leaflet dan
dengan konten status poster
hukum imunisasi
Lingkungan Adanya paham  Diskusi insidentil
antivaksin

32
BAB V
RENCANA PELAKSANAAN PROGRAM

5.1. Plan (Tahap Persiapan)


Pada tahap persiapan Pelaksanaan Program Keluarga Sejahtera di Wilayah Kerja
Puskesmas Ibuh tahun 2017, dokter internship melakukan diskusi dengan Pimpinan
Puskesmas Ibuh pada tanggal 10 Agustus 2017. Topik terkait yang dibahas adalah
tentang apa itu program keluarga sejahtera, bagaimana bentuk pelaksanaannya, dan apa
sasaran dari program tersebut. Dari diskusi ini didapatkan program keluarga sehat
merupakan program penilaian taraf kesehatan masing-masing anggota keluarga dengan
menggunakan 12 indikator kesehatan yang kemudian diformulasikan menjadi satu
indeks kesehatan keluarga sesuai dengan standar nasional yang tercantum pada
pedoman pelaksanaan keluarga sehat1. Proses penilaian ini meliputi seluruh anggota
keluarga di 1 kelurahan di wilayah kerja puskesmas Ibuh, yaitu Kelurahan Ibuh, yang
terdiri dari 3.985 jiwa. Berdasarkan jumlah penduduk dan rancangan waktu, maka
pelaksanaan survey ini akan dilakukan dengan melibatkan satu tim survey yang terdiri
dari 7 orang.

5.2. Do (Tahap Pelaksanaan)


Secara garis besar, pelaksanaan Program Keluarga Sehat di Puskesmas Ibuh
meliputi survei sekaligus intervensi awal.
a. Pembentukan Tim Survei
Untuk pelaksanaan survei, maka dibutuhkan satu tim survei yang beranggotakan
7 orang terdiri atas dokter internship, pembina wilayah, dan kader. Seluruh anggota
tim, dibawah komando pimpinan puskesmas, berkumpul dan duduk bersama untuk
menyamakan persepsi terkait keluarga sehat serta bagaimana rencana pelaksanaan
Program Keluarga Sehat di wilayah kerja Puskesmas Ibuh.
Bentuk Kegiatan : Pemaparan dan diskusi terkait rencana pelaksanaan Program
Keluarga Sehat bersama Pimpinan Puskesmas Ibuh dan seluruh anggota tim survei.
Waktu Kegiatan : 19 Agustus 2017 (pukul 13.00—selesai).

1
Pedoman Program Keluarga Sehat yang tercantum dalam Permenkes No. 39 tahun 2016

33
Tempat Kegiatan : Puskesmas Ibuh.
b. Survei dan Intervensi Awal
Kegiatan survei dan pengumpulan data akan dilakukan oleh tim survei dengan
menggunakan instrument kuosioner di kelurahan Ibuh. Bentuk kegiatan berupa
tindakan door to door untuk menilai taraf kesehatan masing-masing anggota
keluarga dengan menggunakan kuosioner keluarga sehat*. Pada pelaksanaannya,
akan dilakukan survei dengan sistem masing-masing anggota tim akan diberi
wewenang penuh untuk mendapatkan data kesehatan 5 KK per harinya. Survei
dilakukan perRW, apabila RW yang satu telah selesai, maka survei dilakukan ke
RW selanjutnya. Masalah kesehatan yang ditemui pada saat survei akan langsung
diberikan intervensi awal dengan menggunakan leaflet 2.
c. Penentuan Indeks Keluarga Sehat
Kegiatan ini meliputi penentuan indeks keluarga sehat sesuai dengan pedoman
meliputi :
 Sehat : IKS > 0.800
 Pra Sehat : IKS 0.500-0.800
 Tidak Sehat : IKS < 0.500

Setelah itu, dibuat mapping per RT yang ada di dalam tiap RW untuk rencana
intervensi lanjutan.
d. Penyegaran informasi tentang hipertensi kepada petugas puskesmas.
Kegiatan ini dilakukan oleh dokter Puskesmas dengan cara audiensi kepada
petugas puskesmas mengenai hipertensi terutama tentang komplikasinya disertai
dengan pemberian buku panduan. Tujuannya agar petugas puskesmas dapat
memahami tentang komplikasi hipertensi dan bersedia men-share-nya ke kader.
e. Pembinaan terhadap kader untuk pelaksanaan Posbindu.
Meminta kader untuk lebih giat lagi mengajak masyarakat untuk ikut kegiatan
Posbindu dengan memberitahu tentang dampak apabila hipertensi tidak terkontrol.
Sebelumnya kader diberikan informasi oleh petugas kesehatan. Tujuan kegiatan ini
agar kader paham akan dampak apabila hipertensi tidak terkontrol, bersedia
mengajak masyarakat untuk mengikuti kegiatan Posbindu secara rutin dan pada

2
(terlampir)

34
akhirnya tujuan dari kegiatan ini adalah meningkatnya jumlah pasien hipertensi
yang ikut kegiatan Posbindu.
f. Penyuluhan tentang hipertensi kepada pasien Prolanis.
Kegiatan ini dilakukan setiap kegiatan Prolanis dengan cara memberikan
informasi mengenai dampak dan cara mengontrol tekanan darah agar tidak tinggi
serta memotivasi pasien agar rajin kontrol ke Puskesmas dengan memberikan
reward. Tujuannya agar pasien prolanis paham mengenai dampak dan cara
mengontrol tekanan darahnya agar tidak tinggi serta pasien termotivasi untuk rutin
kontrol ke Puskesmas.
g. Diskusi terbuka tentang imunisasi.
Melakukan diskusi terbuka tentang imunisasi yang wajib sebelum usia 1 tahun,
dampak apabila anak tidak diimunisasi, serta membahas isu yang berkembang di
masyarakat tentang imunisasi. Tujuan dari kegiatan ini adalah agar seluruh
masyarakat terutama yang memiliki anak usia di bawah 1 tahun paham mengenai
imunisasi serta mengetahui kebenaran isu tentang imunisasi yang selama ini beredar
di masyarakat, sehingga jumlah anak yang diimunisasi bertambah. Dengan
demikian, jumlah penderita penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi
juga berkurang.
h. Membentuk klub anti rokok
Kegiatan ini dilakukan dengan cara mengumpulkan mantan perokok dengan
perokok aktif yang ingin berhenti merokok dalam satu klub untuk saling share
mengenai kiat berhenti merokok dan manfaat yang didapatkan selama berhenti
merokok. Klub ini bertujuan untuk memotivasi orang agar tidak atau berhenti
merokok. Sehingga populasi perokok di kelurahan Ibuh berkurang.
i. Penayangan video penyuluhan tentang hipertensi, imunisasi dan rokok
Video akan ditayangkan setiap hari di Puskesmas Ibuh. Dimana permbagian
harinya adalah sebagai berikut :
- Hari Senin : video tentang hipertensi
- Hari Selasa : video tentang vaksin
- Hari Rabu : video tantang rokok

35
Tujuan penayangan video ini adalah agar masyarakat terutama yang sedang berada
di ruang tunggu Puskesmas Ibuh bisa memahami tentang hipertensi, vaksin, dan
bahaya merokok.
j. Membuat standing banner tentang hipertensi, vaksin, dan rokok, serta leaflet dan
poster tentang KB, ASI, dan DDTK yang informatif

5.3. Check (Tahap Evaluasi)


Evaluasi dilakukan setelah seluruh data kelurahan dari beberapa RW terkumpul,
kemudian dilakukan analisis indeksnya dan dibuat mapping. Tindakan evaluasi
dilakukan dengan menggunakan kuosioner yang sama untuk melihat apakah ada
perbaikan setelah dilakukan intervensi awal pada masalah kesehatan yang ditemukan.
Dalam hal ini masalah yang dievaluasi setelah diberikan intervensi awal adalah masalah
hipertensi. Pasien hipertensi yang berkunjung ke Puskesmas pada bulan September
dibandingkan dengan pasien hipertensi pada bulan sebelumnya. Hal ini bertujuan untuk
melihat seberapa berpengaruhnya intervensi awal yang dilakukan.

5.4. Action (Aksi Berkelanjutan)


Aksi berkelanjutan meliputi :
 Melakukan refreshing berkala terhadap kelompok masyarakat dengan
taraf/ indeks kesehatan kategori “sehat” untuk mempertahankan taraf
kesehatannya.
 Melakukan aksi terkait topik kesehatan yang bermasalah pada kelompok
keluarga “pra sehat” dan “tidak sehat”.

36
5.5. Matriks dan Rencana Kegiatan

Tabel 5.1 Matriks kegiatan Survey Keluarga Sehat Di Kelurahan Ibuh


No Nama Kegiatan Agustus September Oktober
1 Persiapan II III IV I II III IV I II III IV V
Diskusi dengan pimpinan
puskesmas
2 Pelaksanaan
Pembentukan Tim Survey
Pelaksanaan Survei dan
Intervensi Awal
Pengolahan Data dan IKS
Penyegaran informasi tentang
hipertensi kepada Petugas
Puskesmas

Melakukan pembinaan
terhadap kader untuk
pelaksanaan Posbindu

Melakukan penyuluhan
tentang hipertensi kepada
pasien Prolanis

Melakukan diskusi terbuka


tentang imunisasi

Membentuk klub anti rokok

Penayangan video
penyuluhan

Membuat standing banner


serta leaflet dan poster

3 Evaluasi
Evaluasi individu hipertensi
yang kontrol ke Puskesmas

37
Tabel 5.2 Rencana kegiatan Survey Keluarga Sehat Di Kelurahan Ibuh

Tolak Ukur
No Kegiatan Tujuan Sasaran Pelaksana Waktu Lokasi Pendanaan Metode
Proses Hasil

1. Pelaksanaan -Mendapatkan Seluruh Dokter Minggu III Kelurahan Pemerintah Survei - Melakukan survei - Didapatkan data
survey dan data mengenai masyarakat internsip, Agustus Ibuh door to door ke kesehatan individu
intervensi gambaran Kelurahan Pembina 2017- rumah seluruh tiap anggota
awal kesehatan Ibuh wilayah Minggu III masyarakat keluarga
masyarakat dan kader September Kelurahan Ibuh - Anggota keluarga
Keluraha Ibuh 2017 - Melakukan paham mengenai
sesuai indikator intervensi awal bila dampak dan
Keluarga Sehat ditemukan adanya tindakan yang
-Memberikan anggota keluarga seharusnya ia
pengetahuan yang tidak lakukan jika tidak
tentang dampak melakukan hidup melakukan hidup
jika tidak sehat sesuai indikator sehat sesuai
melakukan hidup Keluarga Sehat indikator Keluarga
sehat sesuai Sehat
indikator
Keluarga Sehat

2. Evaluasi Mendapatkan Seluruh Dokter Minggu II Puskesmas - Checking Mendata seluruh Didapatkan jumlah
individu data jumlah individu internsip September- Ibuh pasien hipertensi pasien hipertensi di
hipertensi individu yang dan Minggu II Kelurahan Ibuh yang Kelurahan Ibuh
yang kontrol hipertensi yang hipertensi Pembina Oktober berobat ke yang berobat ke
ke melakukan pada saat wilayah 2017 Puskesmas Ibuh Puskesmas Ibuh
Puskesmas kontrol ke dilakukan selama bulan selama bulan
Puskesmas Survei September dan September dan
setelah dilakukan kesehatan membandingkannya melihat
dengan bulan perbandingan

38
intervensi awal sebelumnya dengan jumlah pada
bulan sebelumnya

3. Penyegaran Petugas Seluruh Dokter Minggu III Puskesmas Puskesmas Audiensi Melakukan audiensi Petugas kesehatan
informasi puskesmas petugas puskesmas Oktober Ibuh kepada petugas paham tentang
tentang paham tentang Puskesmas 2017 puskesmas mengenai komplikasi
hipertensi komplikasi hipertensi terutama hipertensi dan
kepada hipertensi komplikasinya bersedia men-share-
Petugas dengan memberikan nya ke kader
Puskesmas buku panduan

4. Melakukan Meminta kader Kader Pembina Minggu IV Puskesmas Puskesmas Audiensi Melakukan audiensi Kader paham akan
pembinaan untuk lebih giat wilayah Oktober Ibuh kepada kader dampak yang akan
terhadap lagi mengajak 2017 mengenai dampak ditimbulkan bila
kader untuk masyarakat untuk yang akan hipertensi tidak
pelaksanaan ikut Posbindu ditimbulkan bila terkontrol dan
Posbindu dengan hipertensi tidak bersedia untuk
memberitahu terkontrol dan mengajak
tentang dampak meminta kader agar masyarakat ikut
apabila hipertensi dapat mengajak kegiatan Posbindu
tidak terkontrol masyarakat untuk
ikut Posbindu

5. Melakukan Memberikan Seluruh Petugas Setiap Puskesmas Puskesmas Penyuluhan Melakukan Pasien Prolanis
penyuluhan informasi pasien Puskesmas kegiatan Ibuh penyuluhan kepada paham mengenai
tentang mengenai Prolanis Prolanis, pasien Prolanis dampak dan cara
hipertensi dampak dan cara mulai mengenai dampak mengontrol tekanan
kepada mengontrol Minggu V dan cara mengontrol darahnya agar tidak
pasien tekanan darah Oktober tekanan darah agar tinggi serta pasien
Prolanis agar tidak tinggi 2017 tidak tinggi, serta termotivasi untuk
memotivasi pasien rutin kontrol ke
untuk rutin kontrol

39
ke Puskesmas Puskesmas
dengan memberikan
reward

6. Melakukan Melakukan Seluruh Dokter, Insidentil Kelurahan Puskesmas Diskusi Melakukan diskusi Seluruh masyarakat
diskusi diskusi terbuka masyarakat petugas Ibuh terbuka tentang yang memiliki anak
terbuka tentang imunisasi yang kesehatan imunisasi yang wajib terutama yang
tentang yang wajib memiliki lainnya, sebelum usia 1 berusia di bawah 1
imunisasi sebelum usia 1 anak dan tokoh tahun, dampak tahun paham
tahun, dampak terutama agama apabila anak tidak tentang imunisasi
apabila anak yang berusia diimunisasi serta isu yang wajib dan
tidak diimunisasi di bawah 1 tentang imunisasi. dampak apabila
serta isu tentang tahun Lalu dilakukan sesi anak tidak
imunisasi. tanya jawab antara diimunisasi serta
masyarakat dengan mengetahui
para ahli. kebenaran isu yang
selama ini
berkembang di
masyarakat tentang
imunisasi.

7. Membentuk Mengumpulkan Perokok Dokter Insidentil Kelurahan Puskesmas Sharing Memfasilititasi para Semakin
klub anti mantan perokok aktif Puskesmas, Ibuh mantan perokok dan berkurangnya
rokok dan perokok aktif terutama Pembina perokok aktif yang jumlah perokok
yang ingin yang wilayah ingin berhenti aktif di kelurahan
berhenti merokok berkeinginan dan kader merokok dengan Ibuh
dalam satu klub untuk membentuk klub
untuk saling berhenti untuk saling share
share mengenai merokok mengenai kiat
kiat berhenti berhenti merokok
merokok dan dan manfaat yang
manfaat yang didapat selama

40
didapat selama berhenti merokok.
berhenti merokok

8. Penayangan Menayangkan Pasien yang - - Senin : Puskesmas Puskesmas Penayangan Penayangan video Pasien paham
video video tentang berobat ke video Ibuh perhari di ruang tentang hipertensi,
penyuluhan Hipertensi, puskesmas hipertensi tunggu pasien. imunisasi dan
imunisasi dan bahaya merokok
merokok - Selasa : serta
video vaksin mengaplikasikannya
di dalam kehidupan
- Rabu :
sehari-hari
video
merokok

9. Membuat Membuat Pasien yang - - Puskesmas Puskesmas Membuat standing Pasien mengerti
standing standing banner berobat ke Ibuh banner tentang tentang hipertensi,
banner serta tentang puskesmas hipertensi, vaksin vaksin, bahaya
leaflet dan hipertensi, vaksin dan merokok, serta merokok, KB,
poster dan merokok, leaflet dan poster pentingnya ASI,
serta leaflet dan tentang KB, ASI, dan DDTK
poster tentang DDTK
KB, ASI, DDTK
yang informative

41
BAB VI

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan data Indeks Keluarga Sehat yang didapatkan, maka terlihat ada
beberapa masalah yang tidak mencapai target Keluarga Sehat. Masalah itu adalah
hipertensi, imunisasi, merokok, bayi ASI, DDTK, KB dan masalah Jaminan Kesehatan
Nasional. Dari semua masalah ini, dilakukan prioritas masalah dan didapatkan
Hipertensi pada prioritas pertama.
Seperti yang sudah dijabarkan sebelumnya, sebab masih banyaknya penderita
hipertensi yang tidak kontrol secara teratur adalah karena adanya 4 faktor, yaitu dari
manusia itu sendiri, cara, lingkungan dan material. Pada project kali ini, kami
melakukan intervensi awal terhadap masalah utamanya. Setiap pasien hipertensi
diinformasikan mengenai dampak yang dapat ditimbulkan bila tekanan darah tidak
terkontrol. Sasaran dari kegiatan ini adalah agar semua pasien hipertensi paham akan
dampak yang bisa timbul akibat tekanan darah yang tidak terkontrol kemudian dapat
secara rutin kontrol ke Puskesmas, serta dapat melakukan gaya hidup yang sehat sesuai
dengan anjuran untuk pasien hipertensi.
Dengan demikian, setelah sekitar 1 minggu intervensi awal dilakukan, kami
mengevaluasinya dengan cara membandingkan jumlah pasien hipertensi di wilayah
kerja Puskesmas Ibuh yang berkunjung ke Puskesmas sepanjang bulan September
(setelah dilakukan intervensi awal) dengan jumlah pasien hipertensi yang berkunjung ke
Puskesmas Ibuh di bulan Agustus (sebelum dilakukan intervensi awal). Maka
didapatkan hasilnya sebagai berikut :

42
200
180
160
140
120
100 kunjungan Baru

80 kunjungan lama

60
40
20
0
agustus september

Gambar 6.1 Perbandingan jumlah pasien hipertensi yang berkunjung ke


Puskesmas bulan Agustus (sebelum intervensi) dan September (setelah intervensi).

Dari gambar di atas terlihat adanya peningkatan yang signifikan pada kunjungan
baru pasien hipertensi. Hal ini dapat terjadi salah satunya karena intervensi awal yang
dilakukan. Tetapi sayangnya data ini adalah data pasien hipertensi di wilayah kerja
Puskesmas Ibuh, tidak ada data spesifik pasien hipertensi di Kelurahan Ibuh yang kami
lakukan intervensi awal. Sehingga sulit menilai keberhasilan dari project yang
dilakukan ini.

43
BAB VII

PENUTUP

7.1 Kesimpulan

a. Masalah kesehatan berdasarkan indikator keluarga sehat di Kelurahan


Ibuh RW 01 adalah masih kurangnya penderita hipertensi yang
melakukan pengobatan secara teratur, masih banyaknya anggota keluarga
yang merokok, masih sedikitnya jumlah Balita yang mendapatkan
pemantauan pertumbuhan, masih sedikit keluarga yang mengikuti
program KB, dan masih banyaknya keluarga yang tidak memiliki
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
b. Prioritas masalah kesehatan di Kelurahan Ibuh RW 01 adalah masih
kurangnya penderita hipertensi yang melakukan pengobatan secara
teratur. Padahal dari data didapatkan CFR yang murni akibat hipertensi
ada 2%.
c. Penyebab masih rendahnya tingkat kontrol hipertensi di Kelurahan Ibuh
adalah karena kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat
mengenai cara mengontrol tekanan darah, penyuluhan yang belum
efisien, kegiatan prolanis dan posbindu yang belum optimal,dan masih
adanya paham antiobat.
d. Alternatif pemecahan masalah rendahnya tingkat kontrol hipertensi ini
adalah melakukan penyegaran ilmu kepada Pembina wilayah dan kader
agar mereka dapat menggiatkan lagi kegiatan Prolanis dan Posbindu,
serta melakukan penyuluhan kepada pasien Prolanis dengan
menayangkan video yang menarik dan mudah dicerna, memberikan
leaflet, membuat poster dan standing banner agar dapat dipahami oleh
masyarakat bukan hanya oleh pada penderita hipertensi.

44
7.2 Saran

a. Kepada Dinas Kesehatan Kota Payakumbuh


 lebih gencar lagi mempromosikan tentang bahaya hipertensi dan
mengajak masyarakat untuk rutin kontrol ke fasilitas kesehatan
b. Kepada Puskesmas Ibuh
 Menggiatkan lagi kegiatan Posbindu dan Prolanis
 Mendetailkan lagi pencatatan data, misalnya berdasarkan
Kelurahan, atau lebih baik lagi data perRWnya.
c. Kepada Masyarakat
 menerapkan pola hidup sehat agar terhindar dari dampak
hipertensi
 rutin kontrol ke fasilitas kesehatan, terutama bagi penderita
hipertensi

45

Вам также может понравиться