Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Pagi yang tak pernah sepi dengan kicauan burung yang hinggap di reranting pohon
taman kota yang indah, para pemudi yang mondar-mandir untuk menikmati indahnya
alam ini, di sudut sisi terlihat nampak sepasang kakek dan nenek yang sedang berjalan
berdua menikmati indahnya pemandangan yang berada di kota Malang ini, dan di sisi
yang lain, anak kecil sedang bermain ria dengan keluarganya.
“Inilah yang membuatku senang berada di taman kota ini, suasana yang sejuk dan
indah ini membuatku tenang” Kata seorang gadis yang tiba-tiba munjul dari arah
belangkang ku dan kemudian duduk di samping ku. Aku pun menoleh dan dia pun
juga menoleh, hanya keterkejutan yang tampak dari ku seorang gadis yang cantik,
berkulit putih tersenyum pada ku, ku terhanyut dalam lamunanku sehingga yang
terbanyang hanyalah senyuman gadis yang tak berjilbab itu.
Suasana dingin kota malang menambahkan sejuknya pemandangan kota malang ini,
suara burung dan kupu-kupu selalu menemani semua insan yang berada dalam
kehanyutan indahnya alam yang Allah berikan ini, ku ambil buku kecil yang ku
letakkan di saku baju taqwaku, ku buka buku itu dan akupun terhanyut dalam buku
yang berjudul Fiqih.
“ Apakah itu buku Fiqih?” kata Anggel yang sudah ku kenal namanya.
“Iya bagai mana anda tau tentang buku ini?” diapun tersenyum dan menundukkan
kepalanya dan tampa menjawab pertanyaan dari ku , lama ku menunggu jawabanya,
dan kemudian dia berkata sesuatu.
“Aku ingin belajar tentang Islam” Anggel pun menundukkan kepalanya lagi aku pun
tersenyum melihatnya.
“ Alhamdulilla” aku pun tersenyum tipis padanya
Keheningan pun datang kembali, yang terdengar hanya suara anak kecil yang sedang
tertawa dan tersenyum membuat iri yang melihatnya, Sungguh indah pemandangan
yang Allah berikan, aku pun menutup buku yang ku baca dan beranjak dari tempat
dudukku, ku menoleh pada anggel.
“ Assalamu’alaikum” Akupun mengucapkan salam sembari memberikan senyuman
padanya
“Wa’alaikum salam” Anggel pun tersenyum padaku.
Suara angin dan dedaunan menemani langkahku menujuh ke kosan yang tidak jauh
dari taman kota, mungkin hanya 50 km, sesampainya di kosan yang tampak hanya
bangunan tua yang mungkin apabila di senggol akan rapu, ya…itulah kosanku, ku
menoleh kesamping kosan ku, Tiba-tiba…
“Al, sini!!” sebuah senyuman sembari memanggilku
“Hai fahir sedang apa kau di situ?” aku pun menjawab pertanyaan sobat ku itu
“ Ini lagi ngupas mangga, temen-temen mau rujakan katanya, temen-temen ada di
dalam Al?” dengan nada yang cukup keras..
“Oh iya, aku masuk dulu ya fahir , Assalamu’alaikum..” fahirpun menjawab salam ku
dengan suara kejawa-jawaan.
Akupun melangkah masuk ke dalam kosan, di situ terdapat ruangan kosong dan
biasanya di tempatin untuk temen-temen ngumpul dan bercanda bareng, hanya anak
cowok yang tinggal di kosan tersebut.
“ Assalamu’alaikum kawan?”
“ Wa’alaikum salam Al, datang dari mana kamu kawan?” kata salah satu temenku
“Oh ini datang dari taman kota,kawan” akupun menjawab dengan nada sambil
mengejek dan sembari mengambil air minum yang berada di atas meja.
Begitulah kegiatan sehari-hari yang biasanya di lakukan kalau tidak ada kulia, tak
terasa perbincangan ini berakhir ketika mendengar adzan duhur, dan kami pun
beranjak dan berangkat sholat.
Dhikir dan membaca Al-Quran pun selalu terdengar di kosan ini, sampai tiba waktu
sholat adzar dan magrib, setelash sholat isya’ biasanya ada temen sekamar yang
mewakili kita semua tuk beli nasi untuk sarapan malam, tak lupa jua canda dan tawa
selalu terukir dalam kosan ini.
“ hahahaha” temen-temen pun tertawa bersama-sama
“huft udah toh, janagan ketawa terus, gak baik!, sekarang siapa yang mau beli nasi ?”
kataku bertanya pada temen-temen.
“ Aku aja Al, sekalian mau beli obat di apotik!” dengan nada jawanya
“Ngapai kamu ali, kok mau beli obat?” kata aku keheranan
“ Ini mau tumbas obat sakit kepala?”
“Oh yo wes aku ikut ja” sanggahku sambil mengambil tas yang berada di samping ku
Kami tinggal bersama-sama dalam rumah yang mungkin akan rapu, bila di senggol
atau sebutlah dengan gubuk, hehe itulah sebutan kawan-kwan kosan ku, kami tinggal
berlima ada fahri, akbar, ali dan jono dan jangan lupa yaitu aku Al.
Ku berjalan di jalan setapak di trotoar jalan kota malang, langkah demi langkah pun
tak terasa, sehinggah sampai di depok nasi goreng.
Suasana malam yang dingin menyelimuti malamnya kota malang, q tersipu dalam
naungan syahadat di atas sajadah ku, yang q dengar hanyalah suara jangkrik dan
sepoyan angin malam. Q tak menyangka malam ini adalah pertemuan terakhir aku
dengan anggel gadis yang ku cintai pada pandangan pertama, bagi ku dia adalah
cewek yang lembut dan baik, hari demi hari ku lalui tampah senyuman dari sesosok
anggel.
3 tahun kemudian ku telah lulus dari kulia q, sekarang q mengajar ngaji dan menjadi
guru di sekolah swasta yang terletak di pinggiran kota malang. Sepulang dari
mengajar ku berniat menemui temen-teman ku yang dulu satu kos, suasana pagi yang
mungkin menemani lankah ku menuju kosan ku dulu.
“ Brakkkk…” semua orang berlari menuju suara kecelakaan mobil itu, aku yang
kebetulan berada dekat dengan kejadian kecelakaan itu, ku langsung lari menuju
mobil yang tabbrakan itu, ku lihat wajah korban ada seoarang cowok yang berumuran
darah dan ku lihat di sampingnya.
“Astaufarulloh heladzim, anggel” rasa jantungku berhenti berdetak, melihat kejadian
itu, mulutku bungkam tangan ku gemetar melihat anggel yang berumuran darah segar,
dia ingin mengatakan sesuatu padaku, dan dia memberikan sesuatu yang berada di
dekapannya, air matanya mengalir mengikuti gemetaran dalam bibirnya yang ingin
berkata sesuatu.
“ Aaal jagalah nisa kecil ku ini, lindungilah dia seperti dia anak mu sendiri dan
cintailah dia seperti kamu mencintaiku dulu” air mataku terjatuh membasahi baju
taqwa yang ku kenakan, ku ambil anak yang berada dalam pangkuan anggel.
Kemudian angel pun mengucapkan kalimat sahadat dan menutup matanya, q tak
kuasa melihatnya ku rekap nisa kecil, dan berteriak dengan keras “ anggellllllllllllll”
seakan hanya suaraku yang terdengar dalam dunia ini.
Tak ku sangkah nama nisa, anggel berikan pada anak nya, ku bawa pulang nisa kecil
dan dan ku mandikan dia karena berumuran darah, kulihat di saku baju nya ada surat,
ku ambil dan ku baca.
“ Al imron ghozali terima kasih atas ilmu yang kau berikan pada ku, maaf ku pergi
tampa pamit padamu, karena aku ingin di jodohkan dengan orang yang bukan orang
yang ku cintai, dia beragama kriten dan dia melarangku masuk agama islam, ku takut
kehilangan mu, karena itu ku tidak pamit padamu, kini ku titipkan nisa kecil padamu,
jaga dia dan rawat dia An nisa syahadatina itu nama yang kau berikan padaku dulu”
Ku tak kuasa membaca surat yang telah berumuran dengan air mataku , ku gendong
nisa kecil dan ku peluk dia.
Pengarang :
Nama: Ani Mauidini
Nomer:11.88203.954
Fkip/jurusan: Bhs Inggris