Вы находитесь на странице: 1из 2

Wisata Candi Selogriyo

Selagriyo2Bicara mengenai candi, Kabupaten Magelang bisa dikatakan sebagai wilayah seribu candi
karena banyaknya situs candi di dalamnya. Borobudur dan Mendut, mungkin sudah sangat terkenal
dan diketahui oleh para wisatawan dari luar daerah maupun luar negeri. Tetapi untuk candi-candi
yang lain, bisa dikatakan masih sedikit masyarakat luar Magelang yang mengetahuinya secara utuh.
Salah satu candi yang memiliki keindahan sangat unik tetapi belum banyak terekspos berita adalah
Candi Selogriyo di lereng Gunung Sumbing.

Menilik dari namanya, sejarah mengenai asal usul penamaan candi Selogriyo berkenaan dengan
bangunan terbuat dari batu dan bisa difungsikan selayaknya rumah. Selogriyo, dengan demikian
mengacu kepada rumah yang terbuat dari batu, atau bisa juga bangunan yang merupakan
“rumahnya” batu. Apakah memang semenjak awal pendiriannya di jaman Mataram Kuno candi ini
telah dinamakan Selogriyo, hingga kini tidak ada satupun bukti sejarah yang bisa menjadi referensi.

Candi Selogriyo berlokasi di wilayah Desa Kembang Kuning, Kecamatan Windusari, Kabupaten
Magelang. Ada dua alternative jalur yang bisa diambil untuk menuju lokasi tersebut. Pertama, bagi
pengunjung yang melalui jalur Magelang-Semarang dapat menempuh jalur Payaman, Windusari,
hingga mencapai Kembang Kuning. Hanya saja keberadaan plang penunjuk arah agak sedikit
tersamar pada sebuah tikungan tajam sekaligus tanjakan menyudut arah kiri, sementara plang dan
arah candi berada di sisi kanan jalan. Maka jika memilih jalur ini, akan lebih baik jika pengunjung
tidak melajukan kendaraannya terlalu cepat sehingga tidak terlewat jalur masuk arah Selogriyo.

Adapun alternatif ke dua, terutama bagi pengunjung dari arah selatan atau Kota Magelang, dapat
memilih jalur Magelang, Bandongan, arah Windusari. Dengan menuruni sisi barat Kota Magelang,
pengunjung dapat menyaksikan keelokan Kali Progo pada saat melewati jembatan di daerah Plikon.
Jalanan selanjutnya akan kembali menanjak dan mengantarkan pengunjung tiba di Pasar Bandongan.
Di samping pasar inilah terdapat pertigaan arah kanan yang akan mengantarkan menuju wilayah
Windusari. Terus saja ikuti jalur ini hingga tiba di wilayah Kembang Kuning dan menemukan plang
petunjuk Candi Selogriyo di sisi kiri jalan.

Selepas dari jalan utama, pengunjung akan menempuh jalanan beraspal kasar yang menanjak.
Tibalah di Dusun Campurejo yang merupakan pintu gerbang menuju candi. Bagi pengunjung dengan
kendaraan roda empat, perjalanan berkendara hanya bisa hingga di dusun tersebut. Kendaraan roda
empat dapat diparkir di tempat-tempat parkir yang telah disediakan penduduk setempat. Perjalanan
selanjutnya dapat ditempuh dengan jalan kaki ataupun menyewa ojek penduduk. Adapun untuk
pengunjung dengan roda dua dapat terus melanjutkan perjalanan hingga ke pelataran parkir di
gerbang atas candi.

Keluar dari Dusun Campurejo, pengunjung akan menempuh perjalanan di tepian pematang sawah
yang merupakan jalanan setapak. Di sinilah terdapat sebuah pos sekaligus loket penjualan tiket
masuk lokasi wisata Candi Selogriyo. Dengan harka tiket masuk lima ribu rupiah, pengunjung dapat
mengeksplorasi pemandangan alam kaki gunung Sumbing sekaligus eksotika Candi Selogriyo di
puncak sebuah bukit.
Perjalanan bersepeda motor pada jalur selanjutnya akan terasa menantang dan penuh rasa
degdegan. Di samping karena jalur jalan setapak yang sempit, pada sebagian jalur perjalanan
merupakan jalan setapak yang menempel pada tebing berbukitan yang menanjak dan berkelok-
kelok. Di sisi kiri tebing terjal dengan profil dinding berbatu terjal, sedangkan sisi kanan merupakan
lembah dan ngarai persawahan yang membentuk lekukan jurang menganga yang menantang jiwa
raga jika pengunjung lengah sekejap mata saja. Untuk kondisi jalanannya sendiri kini sudah jauh
lebih baik karena sudah dipaving selebar satu meter hingga ke sisi atas di muka gapura candi. Akan
tetapi tantangan tersebut juga dibayar timpal dengan pemandangan hijau segar khas pegunungan
yang akan senantiasa memanjakan mata sekaligus menyegarkan pikiran pengunjung untuk semakin
mengagumi karunia alam ciptaan Tuhan.

Setelah sampai di pelataran yang difungsikan sebagai tempat parker kendaraan roda dua,
pengunjung akan segera menjumpai sebuah gapura candi terbuat dari batu alam yang akan
mengantarkan kepada sebuah jalur anak tangga untuk menaiki bukit dimana candi berada. Di sisi
kanan-kiri tangga tertata dengan sangat elok berbagai tanaman hias dengan bebungaan yang seolah
senantiasa mekar sepanjang tahun. Di sinilah kekuatan fisik, terutama nafas, pengujung benar-benar
diuji. Perjalan ini sekaligus sangat baik untuk menempa fisik dan psikis pengunjung dengan laku
mendekatkan diri kepada alam dengan sedekat-dekatnya.

Tibalah di ujung jalur tangga sebuah pelataran berumput hijau pada sebidang tanah datar di sisi
bukit anak Gunung Sumbing. Di sinilah Candi Selogriyo berdiri dengan anggunnya.

Candi Selogriyo merupakan candi Hindu yang dibangun pada masa pemerintahan Dinasti Sanjaya.
Dengan ciri bangunan yang ramping nan langsing, candi ini beratap susun tiga dengan mahkota
sebentuk stupa bulat yang mungkin merupakan pengaruh nafas bangunan candi Budha. Adapun di
ketiga sisi, terdapat hiasan relung dengan patung Shiwa dalam berbagai posisi berdiri. Di beberapa
sudut juga nampak patung Shiwa yang mengendarai Lembu Andini. Sedangkan salah satu sisi candi
merupakan pintu yang menghubungkan ke dalam ruang dalam bangunan candi. Dulunya ruang
dalam tersebut tentu digunakan untuk bersembahyang atau bermeditasi dengan segala kelengkapan
arca atau altarnya. Namun kondisi saat ini, ruang dalam nampak suram dan lembab dan tidak ada
satupun patung pujaan yang tersisa.

Menikmati keanggunan Candi Selogriyo akan membawa kita kepada suasana keheningan yang
sesekali diselingi desir suara angin yang turun dari puncak Sumbing. Kesejukan suasana gunung,
kesunyian yang menghanyutkan, seringkali membawa kita kepada suasana kantuk. Di area pelataran
candi telah dilengkapi dengan pondok terbuka yang dapat dipergunakan untuk beristirahat sambil
terus menenggelamkan diri dalam eksotika masa lalu yang mengharu biru. Candi Selogriyo dengan
berbagai latar sudutnya merupakan sebuah masterpiece hasil karya adiluhung para leluhur yang
sangat membanggakan dan harus senantiasa dilestarikan.

Ada satu catatan kecil sebagai bentuk kerpihatinan dimana kondisi struktur bangunan candi sudah
sangat rentan terhadap getaran, terlebih jika terjadi gempa bumi yang cukup kuat. Sementara ini
untuk mengamankan bangunan candi, pihak berwenang memasang sabuk yang mengikat bagian
tubuh candi. Mungkin untuk selanjutnya perlu dipikirkan untuk merestorasi struktur bangunan agar
tidak perlu lagi memakai sabuk pengaman dan keindahan candi dapat tampil dengan lebih
sempurna.

Вам также может понравиться