Вы находитесь на странице: 1из 78

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

Y (37 TH) DENGAN MIOMA UTERI


DI RUANG KEBIDANAN RSUP M. DJAMIL
PADANG

Disusun Oleh

MUTILA ANGGUN WARDANA


DWI KURNIA PIARDANI
RIRY AYUZA PUTRI
TINI SUMANTI
PUTRI DAHLIA
EGA SILVIA ROZA

PROGRAM STUDI PROFESI NERS KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2017

0
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mioma uteri adalah tumor jinak yang struktur utamanya adalah otot polos
rahim. Mioma uteri terjadi pada 20%-25% perempuan di usia reproduktif, tetapi
oleh faktor yang tidak diketahui secara pasti (Anwar, 2011 :274). Mioma uteri
dapat mempengaruhi kehamilan, misalnya menyebabkan infertilitas,
bertambahnya resiko abortus, hambatan pada persalinan, inersia atau atonia uteri,
kesulitan pelepasan plasenta dan gangguan proses involusi masa nifas (Unicef,
2013).
Penyebab pasti mioma uteri tidak diketahui secara pasti. Mioma jarang
sekali ditemukan sebelum usia pubertas, sangat dipengaruhi oleh hormon
reproduksi, dan hanya bermanifestasi selama usia reproduktif (Anwar, 2011).
Mioma kadang-kadang mengalami proses degenerasi sehingga tampak
menyerupai kantung gestasi (anekhoik). Mioma uteri submukosum sering
menimbulkan menometroragia, dismenorea, atau keguguran berulang. Mioma
serviks jarang terjadi, diperiksakan terjadi pada 8% dari semua jenis mioma uteri,
serviks tampak membesar dan kehilangan akhogenitas normalnya (Endjun,
2008).
Menurut World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa di dunia
setiap tahunnya ada 62,5 juta penderita tumor dalam 20 tahun terakhir ini ada 9
juta manusia meninggal karena tumor. Dan perlu dicatat bahwa 2/3 kejadian ini
terjadi 12 negara yang sedang berkembang. Penyebab angka kematian ibu karna
mioma uteri pada tahun 2010 sebanyak 22 (1,95%) kasus dan tahun 2011
sebanyak 21 (2,04%) kasus (Aisya, 2012). Pada tahun 2012 diketahui bahwa
kanker payudara merupakan penyakit kanker dengan presentase kasus baru
tertinggi yaitu sebesar 43,3 %, kedua yaitu kanker kolorektal sebesar 14,1 %,
ketiga kanker leher rahim sebesar 13,9 %, keempat kanker paru sebesar 13,6%,

1
dan kelima yaitu korpus uteri meliputi mioma uteri sebesar 8,8 % (Infodatin,
2012).
Di Indonesia pada tahun 2011 kasus mioma uteri di temukan sebesar 2,39
-11,7% pada semua pasien kebidanan yang di rawat. Mioma 3-9 kali lipat lebih
sering pada wanita kulit hitam dibandingkan wanita kulit putih. Data statistik
menunjukkan 60% mioma uteri terjadi pada wanita yang tidak pernah hamil atau
hamil hanya satu hasil. Survei riset kesehatan dasar menunjukan angka
prevalensi penyakit tumor atau kanker sebesar 4,3 per 1000 penduduk, banyak
terjadi pada usia 45-65 tahun (Aisya, 2012). Berdasarkan data Dinkes Provinsa
Jawa Tengah pada tahun 2010, berdasarkan laporan program dari Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota yang berasal dari Rumah Sakit dan Puskesmas, kasus
penyakit tumor terdapat 3 7.345 kasus terdiri dari tumor jinak 4.678 (68%) kasus
dan tumor ganas 2.667 (42%) kasus (Dinas Kesehatan Jawa Tengah,2010).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari Seminar
Kasus ini adalah “Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Maternitas dengan
Mioma Uteri di RSUP M. Djamil Padang?”

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan Asuhan Keperawatan Maternitas
dengan Mioma Uteri di RSUP M. Djamil Padang
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data pada pasien dengan
mioma uteri.
b. Mahasiswa mampu mengintervensikan data pada pasien dengan
mioma uteri.
c. Mahasiswa mampu mengidentifikasi diagnosa keperawatan pada
pasien dengan mioma uteri.

2
d. Mahasiswa mampu mengimplementasikan tindakan pada pasien
dengan mioma uteri.
e. Mahasiswa mampu meevaluasikan tindakan yang sudah dilakukan
pada pasien dengan mioma uteri.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan agar peneliti dapat memahami konsep
keperawatan untuk penderita mioma uteri (geburt), mengetahui diagnosa
yang mungkin muncul, melakukan tindakan yang sesuai dengan masalah
yang muncul dan merumuskan kemungkinan-kemungkinan masalah tidak
teratasi. Sehingga, untuk kedepannya peneliti dapat menangani pasien mioma
uteri atau pasien dengan penyakit lainnya dengan tepat.
2. Bagi Tim Keperawatan di Rumah Sakit
Penelitian ini diharapkan menjadi gambaran bagi para perawat di
rumah sakit dalam melakukan asuhan keperawatan sehingga dapat
mengetahui masalah apa yang tidak teratasi atau hanya teratasi sebagian
dalam menangani kasus ini. Diharapakan juga perawat dalam memodifikasi
cara asuhan keperawatannya sehingga semua masalah dapat teratasi dengan
baik.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Mioma Uteri


Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari lapisan otot
uterus dan jaringan ikat yang menumpangnya, sehingga dalam kepustakaan
juga dikenal istilah fibromioma, leiomioma, ataupun fibroid (Hanifa, dkk,
2008)
Mioma uteri adalah tumor jinak miometrium uterus dengan konsistensi
padat kenyal, batas jelas, mempunyai pseudo kapsul, tidak nyeri, bisa soliter
atau multipel. Tumor ini juga dikenal dengan istilah fibromioma uteri,
leiomioma uteri, atau uterine fibroid. Mioma uteri bukanlah suatu keganasan
dan tidak juga berhubungan dengan keganasan. Uterus miomatosus adalah
uterus yang ukurannya lebih besar daripada ukuran uterus yang normal yaitu
antara 9-12 cm, dan dalam uterus itu sudah ada mioma uteri yang masih kecil
(Hadibroto BR, 2005)

B. Epidemiologi
Berdasarkan otopsi Novak menemukan 27 % wanita berumur 25 tahun
mempunyai sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukan lebih
banyak lagi. Mioma uteri belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarki.
Setelah menopause hanya kira-kira 10% mioma yang masih bertumbuh. Di
Indonesia mioma uteri ditemukan 2,39-11,7 % dari semua penderita
genekologi yang dirawat (Hadibroto BR, 2005)

C. Etiogi
1. Faktor penyebab
Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan diduga
merupakan penyakit multifaktorial. Dipercaya bahwa mioma merupakan
sebuah tumor monoklonal yang dihasilkan dari mutasi somatik dari

4
sebuah sel neoplastik tunggal. Sel-sel tumor mempunyai abnormalitas
kromosom lengan 12q13-15.
2. Faktor predisposisi
Faktor Predisposisi Mioma Uteri
a. Umur
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Jung et al.,
(1998)di Pusan St. Benedict Hospital dan di Mokpo Korea serta
diperkuat oleh pendapat Ran Ok et al., (2007) yang menyatakan
bahwa kasus mioma uteri terbanyak terjadi pada kelompok usia 40
– 49 tahun.
Hal ini disebabkan karena pertumbuhan dan perkembangan
mioma uteri dipengaruhi oleh stimulasi hormon estrogen yang
disekresikan oleh ovarium. Pada umumnya mioma uteri jarang
timbul sebelum menarche dan sesudah menopause, tumbuh dengan
lambat serta sering dideteksi secara klinis pada kehidupan dekade
keempat (Marquard, 2008).
Pada usia reproduksi sekresi hormon estrogen oleh ovarium
meningkat, berkurang pada usia klimakterium, dan pada usia
menopause hormon estrogen tidak disekresikan lagi oleh ovarium.
Wiknjosastro (2005) menyatakan bahwa frekuensi kejadian mioma
uteri paling tinggi antara usia 35 – 50 tahun yang mendekati angka
40%, jarang ditemukan pada usia di bawah 20 tahun.
Hal ini disebabkan karena pada usia sebelum menarche kadar
estrogen rendah, dan meningkat pada usia reproduksi serta akan
turun pada usia menopause. Senada dengan pernyataan di atas,
Stoppler (2006) menyatakan bahwa pertumbuhan mioma uteri
disebabkan oleh stimulasi hormon estrogen. Hormon estrogen
disekresi oleh ovarium mulai saat pubertas berangsur-angsur
meningkat dan akan mengalami penurunan bahkan tidak
berproduksi lagi setelah usia menopause. Peningkatan prevalensi

5
mioma uteri pada usia reproduksi telah dibuktikan oleh beberapa
penelitian epidemiologi. Penelitian ini menunjukkan bahwa
peningkatan pesat dalam diagnosa mioma uteri pada wanita
berusia empat puluhan.
b. Usia Menarkhe
Peningkatan risiko mioma uteri berhubungan dengan
menarkhe dini, meskipun risikonya sering tidak signifikan secara
statistik . Dari penelitian didapatkan hubungan terbalik antara
risiko mioma uteri dan usia saat menarkhe. Menurut penelitian
yang dilakukan oleh Sharami, dkk ( 2009) , menarche dini
dilaporkan pada 69 kasus (14,4%). Ada hubungan positif antara
usia menarche 8-10 tahun dan peningkatan risiko rahim
leiomyoma (OR = 66%, 95% CI: 0,13-1,82). Dari penelitian
(Donna DB, 2003) menstruasi dini dapat ditambahkan menjadi
faktor risiko mioma uteri. Menarche pada usia sebelum 11 tahun
dikaitkan Universitas Sumatera Utara dengan peningkatan 25%
risiko dibandingkan dengan menarche pada umur 12 dan 13 tahun.
Dalam penelitian ini juga , risiko mioma uteri terus menurun
dengan peningkatan usia menarche. Usia dini menarche menjadi
faktor risiko untuk mioma uteri, berhubungan dengan berbagai
jalur kusal ( penyebab). Peningkatan berat badan sebelum pubertas
adalah faktor risiko yang kuat untuk mendapatkan menarche dini ,
dan olahraga dapat menunda menarche. Menarche dini
berhubungan dengan peningkatan kepekaan jaringan terhadap
hormon atau penekanan umpan balik kontrol produksi steroid.
c. Paritas
Mioma uteri lebih sering terjadi pada wanita nullipara atau
wanita yang hanya mempunyai satu anak. Pada wanita nullipara,
kejadian mioma uteri lebih sering ditemui salah satunya diduga
karena sekresi estrogen wanita hamil sifatnya sangat berbeda dari

6
sekresi oleh ovarium pada wanita yang tidak hamil yaitu hampir
seluruhnya estriol, suetu estrogen yang relatif lemah daripada
estradiol yang disekresikan ovarium. Hal ini berbeda dengan
wanita yang tidak pernah hamil atau Universitas Sumatera Utara
melahirkan, estrogen yang ada di tubuhnya adalah murni estrogen
yang dihasilkan oleh ovarium semuanya digunakan untuk
proliferasi jaringan uterus. Menurut Parazzini et al22, risiko relatif
mioma uteri pada wanita yang pernah melahirkan 0,5 lebih rendah
dibandingkan dengan nullipara, dan pernah juga dilaporkan
penurunan progresif dalam risiko relatif terhadap jumlah kelahiran.
d. Indeks Massa Tubuh ( IMT )
Beberapa penelitian telah menemukan hubungan antara
obesitas dan peningkatan insiden mioma uteri. Menurut Ross et al,
dalam sebuah penelitian prospektif dari Inggris, risiko mioma uteri
meningkat sekitar 21% untuk setiap kenaikan 10 kg berat badan,
hasil yang sama diperoleh ketika indeks massa tubuh (IMT)
dianalisis dibandingkan berat badan . Demikian pula, sebuah
penelitian prospektif di Amerika Serikat oleh Marshall et al
menemukan risiko mioma uteri meningkat sebanding dengan
peningkatan IMT, serta peningkatan risiko berhubungan dengan
penambahan berat badan sejak usia 18 tahun.Penelitian yang
dilakukan oleh Eduardo F, dkk (2001) 34,9 % pada IMT (25,4 –
48,8 / obesitas) mempengaruhi kejadian mioma uteri. Obesitas
juga berperan dalam terjadinya mioma uteri. Hal ini mungkin
berhubungan dengan konversi hormon androgen menjadi estrogen
oleh enzim aromatase di jaringan lemak. Hasilnya terjadi
peningkatan jumlah estrogen tubuh, dimana hal ini dapat
menerangkan hubungannya dengan peningkatan prevalensi dan
pertumbuhan mioma uteri

7
D. Patofisiologi
Meskipun mioma cukup umum ditemukan, tidak begitu banyak yang
bergejala. Timbulnya gejala tergantung terutama pada kombinasi ukuran,
jumlah dan letak mioma. Secara umum, pertumbuhan mioma merupakan
akibat stimulasi estrogen, yang ada hingga menopause. Seiring berjalannya
waktu, mioma yang awalnya asimtomatik dapat tumbuh dan menjadi
bergejala. Sebaliknya, banyak mioma yang menyusut seiring menopause
dimana stimulasi estrogen menghilang dan banyak gejala yang berkaitan
dengan mioma hilang segera setelah menopause (Sutoto, MS
Joedosepoetro.2007)
Meyer dan De Snoo mengajukan teori Cell Nest atau teori genioblast.
Percobaan Lipschultz yang memberikan estrogen kepada kelinci percobaan
ternyata menimbulkan tumor fibromatosa baik pada permukaan maupun pada
tempat lain dalam abdomen. Efek fibromatosa ini dapat dicegah dengan
pemberian preparat progesteron atau testosteron. Puukka dan kawan-kawan
menyatakan bahwa reseptor estrogen pada mioma lebih banyak didapati
daripada miometrium normal. Menurut Meyer asal mioma adalah sel imatur,
bukan dari selaput otot yang matur. Mioma merupakan monoclonal dengan
tiap tumor merupakan hasil dari penggandaan satu sel otot. Etiologi yang
diajukan termasuk di dalamnya perkembangan dari sel otot uterus atau arteri
pada uterus, dari transformasi metaplastik sel jaringan ikat, dan dari sel-sel
embrionik sisa yang persisten.
Mioma umumnya digolongkan berdasarkan lokasi dan ke arah mana
mereka tumbuh. Mioma memiliki pseudokapsul yang berasal dari sel otot
polos uterus yang terkompresi dan hanya memiliki beberapa permbuluh darah
dan pembuluh limfe. Mioma intramural merupakan mioma yang paling
banyak ditemukan. Jenis mioma ini seluruhnya atau sebagian besar tumbuh di
antara lapisan uterus yang paling tebal dan paling tengah yaitu miometrium.
Mioma subserosa tumbuh keluar dari lapisan tipis uterus yang paling luar
yaitu serosa. Jenis mioma ini dapat bertangkai (pedunculated) atau memiliki

8
dasar lebar. Jenis mioma ini perupakan kedua terbanyak ditemukan. Jenis
mioma ketiga yaitu mioma submukosa yang tumbuh dari dinding uterus
paling dalam sehingga menonjol ke dalam uterus. Jenis ini juga dapat
bertangkai atau berdasar lebar (Karim A, IMS Murah Manoe, SpOG. 2009).
Mioma submukosa dapat tumbuh bertangkai menjadi polip, kemudian
dilahirkan melalui saluran serviks disebut mioma geburt. Hal ini dapaat
menyebabkan dismenore, namun ketika telah dikeluarkan dari serviks dan
menjadi nekrotik, akan memberikan gejala pelepasan darah yang tidak regular
dan dapat disalahartikan dengan kanker serviks. Peningkatan jumlah
perdarahan menstrual pada penderita mioma dihubungkan dengan:
- Peningkatan luas permukaan endometrium
- Produksi prostaglandin

E. Klasifikasi Mioma Uteri


Sarang mioma di uterus dapat berasal dari serviks uteri (1-3%) dan
selebihnya adalah dari korpus uteri. Menurut tempatnya di uterus dan menurut
arah pertumbuhannya, maka mioma uteri dibagi 4 jenis antara lain (Hadibroto
BR, 2005):
1. Mioma submukosa
2. Mioma intramural
3. Mioma subserosa
4. Mioma geburt

9
Gambar 1. Gambar Jenis-jenis mioma uterus
Jenis mioma uteri yang paling sering adalah jenis intramural (54%),
subserosa (48%), submukosa (6,1%) dan jenis intraligamenter (4,4%).
1. Mioma submukosa
Berada di bawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga
uterus. Jenis ini dijumpai 6,1% dari seluruh kasus mioma. Jenis ini sering
memberikan keluhan gangguan perdarahan. Mioma jenis lain meskipun
besar mungkin belum memberikan keluhan perdarahan, tetapi mioma
submukosa, walaupun kecil sering memberikan keluhan gangguan
perdarahan.
Mioma submukosa umumnya dapat diketahui dari tindakan
kuretase, dengan adanya benjolan waktu kuret, dikenal sebagai currete
bump dan dengan pemeriksaan histeroskopi dapat diketahui posisi tangkai
tumor.
Tumor jenis ini sering mengalami infeksi, terutama pada mioma
submukosa pedinkulata. Mioma submukosa pedinkulata adalah jenis
mioma submukosa yang mempunyai tangkai. Tumor ini dapat keluar dari

10
rongga rahim ke vagina, dikenal dengan nama mioma geburt atau mioma
yang dilahirkan, yang mudah mengalami infeksi, ulserasi dan infark. Pada
beberapa kasus, penderita akan mengalami anemia dan sepsis karena proses
di atas.
2. Mioma intramural
Terdapat di dinding uterus di antara serabut miometrium. Karena
pertumbuhan tumor, jaringan otot sekitarnya akan terdesak dan terbentuk
simpai yang mengelilingi tumor. Bila di dalam dinding rahim dijumpai
banyak mioma, maka uterus akan mempunyai bentuk yang berbenjol-
benjol dengan konsistensi yang padat. Mioma yang terletak pada dinding
depan uterus, dalam pertumbuhannya akan menekan dan mendorong
kandung kemih ke atas, sehingga dapat menimbulkan keluhan miksi.
3. Mioma subserosa
Apabila mioma tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol
pada permukaan uterus diliputi oleh serosa. Mioma subserosa dapat
tumbuh di antara kedua lapisan ligamentum latum menjadi mioma
intraligamenter.
4. Mioma geburt
Pada Mioma Geburt gejala yang menonjol berupa perdarahan per
vaginam di antara siklus haid yang bervariasi mulai dari perdarahan bercak
hingga perdarahan masif. Darah yang keluar berupa darah segar dan
kadang disertai nyeri sehingga dapat diduga sebagai haid yang memanjang.
Selain itu, mioma submukosa juga dapat menyebabkan perdarahan
intermenstrual, perdarahan post coital, perdarahan vaginal terus-menerus
atau dismenore
Apabila mioma dibelah maka tampak bahwa mioma terdiri dari
bekas otot polos dan jaringan ikat yang tersusun seperti kumparan (whorie
like pattern) dengan pseudokapsul yang terdiri dari jaringan ikat longgar
yang terdesak karena pertumbuhan.

11
F. Tanda dan Gejala Klinis (Anonim, 2008)
Gejala yang dikeluhkan sangat tergantung pada tempat sarang mioma
ini berada (servik, intramural, submukus, subserus), besarnya tumor,
perubahan dan komplikasi yang terjadi. Keluhan yang dirasakan penderita
Mioma Uteri sebagai keluhan utama pada umumnya adalah :
1. Perdarahan abnormal
Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah hipermenore,
menoraghi dan dapat juga terjadi metroragia . Hal ini sering menyebabkan
penderita juga mengalami anemia dari perdarahan yang terus-menerus.
Mekanisme terjadinya perdarahan abnormal ini sampai saat ini
masih menjadi perdebatan. Beberapa pendapat menjelaskan bahwa
terjadinya perdarahan abnormal ini disebabkan oleh abnormalitas dari
endometrium (Muzakir. 2008). Tetapi saat ini pendapat yang dianut adalah
bahwa perdarahan abnormal ini disebabkan karena pengaruh ovarium
sehingga terjadilah hiperplasia endometrium sampai adenokarsinoma,
permukaan endometrium yang lebih luas, atrofi endometrium di atas
mioma submukosum, dan miometrium tidak dapat berkontraksi optimal
karena adanya sarang mioma diantara serabut miometrium . Pada Mioma
Uteri submukosum diduga terjadinya perdarahan karena kongesti,
nekrosis, dan ulserasi pada permukaan endometrium (Manuaba IBG).
2. Nyeri
Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena
gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma. Pada pengeluaran mioma
submukosum yang akan dilahirkan, pula pertumbuhannya yang
menyempitkan kanalis servikalis dapat menyebabkan juga dismenore.
Selain hal diatas, penyebab timbulnya nyeri pada kasus mioma uteri
adalah karena proses degenerasi. Selain itu penekanan pada visera oleh
ukuran mioma uteri yang membesar juga bisa menimbulkan keluhan
nyeri. Dengan bertambahnya ukuran dan proses inflamasi juga

12
menimbulkan rasa yang tidak nyaman pada regio pelvis (Hadibroto BR,
2005)
3. Efek penekanan
Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri.
Penekanan oleh mioma uteri pada vesiko urinaria menimbulkan keluhan-
keluhan pada traktus urinarius, seperti perubahan frekuensi miksi sampai
dengan keluhan retensio urin hingga dapat menyebabkan hidroureter dan
hidronefrosis (Hadibroto BR, 2005).
Konstipasi dan tenesmia juga merupakan keluhan pada penderita
mioma uteri yang menekan rektum. Dengan ukuran yang besar berakibat
penekanan pada vena-vena di regio pelvis yang bisa menimbulkan edema
tungkai.
4. Degenerasi ganas
Mioma uteri yang menjadi leimiosarkoma ditemukan hanya 0,32-
0,6% dari seluruh kasus mioma uteri serta merupakan 50-75% dari semua
sarkoma uterus. Keganasan umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan
histologi uterus yang telah diangkat. Komplikasi ini dicurigai jika ada
keluhan nyeri atau ukuran tumor yang semakin bertambah besar terutama
jika dijumpai pada penderita yang sudah menopause.
5. Anemia
Anemia timbul karena seringkali penderita mioma uteri mengalami
perdarahan pervaginam yang abnormal. Perdarahan abnormal pada kasus
mioma uteri akan mengakibatkan anemia defisiensi besi.
Anemia berarti kurangnya hemoglobin di dalam darah, yang dapat
disebabkan oleh jumlah sel darah merah yang terlalu sedikit atau jumlah
hemoglobin dalam sel yang terlalu sedikit
6. Torsi
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul
gangguan sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian
timbul sindroma abdomen akut, mual, muntah dan syok

13
7. Infertilitas
Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau
menekan pars interstisialis tuba, sedangkan mioma uteri submukosum
juga memudahkan terjadinya abortus oleh karena distorsi rongga uterus.
Penegakkan diagnosis infertilitas yang dicurigai penyebabnya adalah
mioma uteri maka penyebab lain harus disingkirkan.

G. Pemeriksaan Penunjang dan Diagnosis


1. Anamnesis
Dalam anamnesis dicari keluhan utama serta gejala klinis mioma
lainnya, faktor resiko serta kemungkinan komplikasi yang terjadi.
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut
(Hoffbrand, A.V.2005) :
a. Pemeriksaan abdomen.
 Uterus yang membesar dapat dipalpasi pada abdomen.
 Teraba benjolan tidak teratur, tetap dan lunak
 Ada nyeri lepas yang disebabkan oleh perdarahan intraperitoneal.
b. Pemeriksaan pelvis.
 Adanya dilatasi serviks.
 Uterus cenderung membesar, tidak beraturan dan berbentuk nodul.
3. Pemeriksaan penunjang (Anonymous. 2007.)
a. Pemeriksaan laboratorium
Akibat yang terjadi pada mioma uteri adalah anemia akibat
perdarahan uterus yang berlebihan dan kekurangan zat besi.
Pemeriksaaan laboratorium yang perlu dilakukan adalah darah lengkap
(DL) terutama untuk mencari kadar Hb. Pemeriksaaan lab lain
disesuaikan dengan keluhan pasien
b. Imaging

14
a) Pemeriksaaan dengan USG akan didapat massa padat dan
homogen pada uterus. Mioma uteri berukuran besar terlihat
sebagai massa pada abdomen bawah dan pelvis dan kadang terlihat
tumor dengan kalsifikasi.
b) Histerosalfingografi digunakan untuk mendeteksi mioma uteri
yang tumbuh ke arah kavum uteri pada pasien infertil.
c) MRI lebih akurat untuk menentukan lokasi, ukuran, jumlah mioma
uteri, namun biaya pemeriksaan lebih mahal.
Diagnosis banding yang perlu kita pikirkan tumor abdomen di bagian
bawah atau panggul ialah mioma subserosum dan kehamilan; mioma
submukosum yang dilahirkan harus dibedakan dengan inversio uteri;
mioma intramural harus dibedakan dengan suatu adenomiosis,
khoriokarsinoma, karsinoma korporis uteri atau suatu sarkoma uteri. USG
abdominal dan transvaginal dapat membantu dan menegakkan dugaan
klinis.

H. Penatalaksanaan
Penanganan mioma uteri tergantung pada umur, status fertilitas,
paritas, lokasi dan ukuran tumor, sehingga biasanya mioma yang ditangani
yaitu yang membesar secara cepat dan bergejala serta mioma yang diduga
menyebabkan fertilitas. Secara umum, penanganan mioma uteri terbagi atas
penanganan konservatif dan operatif.
Penanganan konservatif bila mioma berukuran kecil pada pra dan post
menopause tanpa gejala. Cara penanganan konservatif sebagai berikut:
 Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan
 Bila anemi (Hb < 8gr/dl) à transfusi PRC
 Pemberian zat besi
 Pemberian agonis hormon pelepas gonadotropin (GnRHa) yaitu Leuprolid
asetat 3,75 mg intramuscular pada hari 1-3 menstruasi setiap minggu
sebanyak 3 kali

15
Manajemen simtomatik mioma uteri biasanya diberikan demi
kenyamanan pasien dan menunda pengobatan bisa dimengerti pada pasien
yang tidak bergejala atau dengan gejala ringan yang dapat ditoleransi.
Meskipun pengobatan non-operatif biasanya tidak memberikan kesembuhan
permanen, namun terapi dengan obat-obatan seperti NSAID, pil kontrasepsi
oral, progestin, androgen dan analog GnRH biasanya diberikan.
Analog GnRH menyebabkan keadaan hipogonadotropik-hipogonadal;
jadi obat-obatan ini menghasilkan menopause kimiawi yang temporer dan
reversibel yang dapat mengecilkan volume mioma hingga 50% dengan cara
menurunkan konsentrasi estrogen yang beredar dalam darah dengan hasil
maksimal setelah tiga bulan terapi. Analog GnRH juga memiliki beberapa
kegunaan sebelum tindakan operatif dilakukan:
 Mengurangi jumlah darah yang terbuang pada saat operasi dan perlunya
transfusi darah
 Meningkatkan kemungkinan operasi dengan cara insisi suprapubik
transversal dibandingkan insisi midline
 Mengurangi resiko histerektomi ketika miomektomi direncanakan
Penanganan operatif bila:
 Ukuran tumor lebih besar dari ukuran uterus pada kehamilan 12-14
minggu
 Pertumbuhan tumor cepat
 Mioma subserosa bertangkai dan torsi
 Bila dapat menjadi penyulit pada kehamilan berikutnya
 Hipermenorea pada mioma submukosa
 Penekanan pada organ sekitarnya
Jenis operasi yang dilakukan berupa:
1. Miomektomi, dilakukan pada penderita infertil atau yang masih
menginginkan anak. Pendekatan pada tumor dilakukan melalui dinding
uterus dimana mioma dibuka dengan diseksi tajam dan tumpul,
pseudokapsul dapat mengakibatkan diseksi sulit untuk dilakukan. Mioma

16
diangkat dengan bantuan obeng mioma, rongga yang terbentuk akibat
mioma kemudian dijahit dan dinding uterus dilipat untuk membawa garis
jahitan serendah mungkin sehingga mengurangi resiko perlekatan dengan
vesika urinaria.
2. Histerektomi, dilakukan pada pasien yang tidak menginginkan anak lagi,
terbagi atas 2 macam, yaitu : (Darmasetiawan SM dkk. 2009)
a. Histerektomi abdominal, dilakukan bila tumor besar terutama
mioma intraligamenter, torsi dan akan dilakukan ooforektomi
b. Histerektomi vaginal, dilakukan bila tumor kecil (ukuran < uterus
gravid 12 minggu) atau disertai dengan kelainan di vagina
misalnya rektokel, sistokel atau enterokel
Embolisasi arteri uterus kini emakin banyak digunakan untuk
menangani mioma dengan pendekatan yang kurang invasif. Tujuannya adalah
untuk mengurangi suplai darah ke mioma sehingga menyebabkan degenerasi
dan nekrosis (Callahan MD MPP, Tamara L. 2005).

I. Komplikasi (Joedosaputro MS,2010)


Perubahan sekunder pada mioma uteri yang terjadi sebagian besar
bersifat degenerasi. Hal ini oleh karena berkurangnya pemberian darah pada
sarang mioma. Perubahan sekunder tersebut antara lain :
 Atrofi
Sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan mioma uteri menjadi
kecil.
 Degenerasi hialin
Perubahan ini sering terjadi pada penderita berusia lanjut. Tumor
kehilanganstruktur aslinya menjadi homogen. Dapat meliputi sebagian
besar atau hanya sebagian kecil dari padanya seolah-olah memisahkan
satu kelompok serabut otot dari kelompok lainnya.
 Degenerasi kistik

17
Dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana sebagian dari mioma
menjadi cair, sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang tidak teratur berisi
agar-agar, dapat juga terjadi pembengkakan yang luas dan bendungan
limfe sehingga menyerupai limfangioma. Dengan konsistensi yang lunak
ini tumor sukar dibedakan dari kista ovarium atau suatu kehamilan.
 Degenerasi membatu (calcereus degeneration)
Terutama terjadi pada wanita berusia lanjut oleh karena adanya gangguan
dalam sirkulasi. Dengan adanya pengendapan garam kapur pada sarang
mioma maka mioma menjadi keras dan memberikan bayangan pada foto
rontgen.
 Degenerasi merah (carneus degeneration)
Perubahan ini terjadi pada kehamilan dan nifas. Patogenesis : diperkirakan
karena suatu nekrosis subakut sebagai gangguan vaskularisasi. Pada
pembelahan dapat dilihat sarang mioma seperti daging mentah berwarna
merah disebabkan pigmen hemosiderin dan hemofusin. Degenerasi merah
tampak khas apabila terjadi pada kehamilan muda disertai emesis, haus,
sedikit demam, kesakitan, tumor pada uterus membesar dan nyeri pada
perabaan. Penampilan klinik ini seperti pada putaran tangkai tumor
ovarium atau mioma bertangkai.
 Degenerasi lemak
Jarang terjadi, merupakan kelanjutan degenerasi hialin.

18
ASUHAN KEPERAWATAN
DENGAN KASUS MIOMA GEBURT

A. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dalam melakukan asuhan
keperawatan secara keseluruhan. Pengkajian terdiri dari tiga tahapan yaitu ;
pengumpulan data, pengelompakan data atau analisa data dan perumusan
diagnose keperawatan (Depkes RI, 1991 ).
1. Pengumpulan Data.
Pengumpulan data merupakan kegiatan dalam menghimpun imformasi
(data-data) dari klien. Data yang dapat dikumpulkan pada klien sesudah
pembedahan Total Abdominal Hysterektomy and Bilateral Salphingo
Oophorectomy (TAH-BSO ) adalah sebagai berikut :
Usia :
a. Mioma biasanya terjadi pada usia reproduktif, paling sering ditemukan
pada usia 35 tahun keatas.
b. Makin tua usia maka toleransi terhadap nyeri akan berkurang
c. Orang dewasa mempunyai dan mengetahui cara efektif dalam
menyesuaikan diri terutama terhadap perubahan yang terjadi pada
dirinya akibat tindakan TAH-BSO.
2. Keluhan Utama
Keluhan yang timbul pada hampir tiap jenis operasi adalah rasa
nyeri karena terjadi torehant tarikan, manipulasi jaringan organ.Rasa nyeri
setelah bedah biasanya berlangsung 24-48 jam.
3. Riwayat Reproduksi
a. Haid
Dikaji tentang riwayat menarche dan haid terakhir, sebab
mioma uteri tidak pernah ditemukan sebelum menarche dan
mengalami atrofi pada masa menopause

19
b. Hamil dan Persalinan
1) Kehamilan mempengaruhi pertubuhan mioma, dimana mioma
uteri tumbuh cepat pada masa hamil ini dihubungkan dengan
hormon estrogen, pada masa ii dihasilkan dalam jumlah yang
besar.
2) Jumlah kehamilan dan anak yang hidup mempengaruhi psikologi
klien dan keluarga terhadap hilangnya oirgan kewanitaan.
4. Data Psikologi.
Pengangkatan organ reproduksi dapat sangat berpengaruh terhadap
emosional klien dan diperlukan waktu untuk memulai perubahan yang
terjadi. Organ reproduksi merupakan komponen kewanitaan, wanita
melihat fungsi menstruasi sebagai lambang feminitas, sehingga
berhentinya menstruasi bias dirasakan sebgai hilangnya perasaan
kewanitaan.
Perasaan seksualitas dalam arti hubungan seksual perlu ditangani .
Beberapa wanita merasa cemas bahwa hubungan seksualitas terhalangi
atau hilangnya kepuasan. Pengetahuan klien tentang dampak yang akan
terjadi sangat perlu persiapan psikologi klien.
5. Status Respiratori
Respirasi bias meningkat atau menurun. Pernafasan yang ribut
dapat terdengar tanpa stetoskop. Bunyi pernafasan akibat lidah jatuh
kebelakang atau akibat terdapat secret. Suara paru yang kasar merupakan
gejala terdapat secret pada saluran nafas . Usaha batuk dan bernafas dalam
dilaksalanakan segera pada klien yang memakai anaestesi general.
6. Tingkat Kesadaran
Tingkat kesadaran dibuktikan melalui pertanyaan sederhana yang
harus dijawab oleh klien atau di suruh untuk melakukan perintah. Variasi
tingkat kesadaran dimulai dari siuman sampai ngantuk , harus di observasi
dan penurunan tingkat kesadaran merupakan gejala syok.

20
7. Status Urinari
Retensi urine paling umum terjadi setelah pembedahan
ginekologi, klien yang hidrasinya baik biasanya baik biasanya kencing
setelah 6 sampai 8 jam setelah pembedahan. Jumlah autput urine yang
sedikit akibat kehilangan cairan tubuh saat operasi, muntah akibat
anestesi.
8. Status Gastrointestinal
Fungsi gastrointestinal biasanya pulih pada 24-74 jam setelah
pembedahan, tergantung pada kekuatan efek narkose pada penekanan
intestinal. Ambulatori dan kompres hangat perlu diberikan untuk
menghilangkan gas dalam usus.

B. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis (kanker serviks) dan
agen injuri fisik (jika dilakukan terapi pembedahan)
2. PK : Anemia
3. Cemas b.d krisis situasional (histerektomi atau kemoterapi), ancaman
terhadap konsep diri, perubahan dalam status kesehatan, stres,
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan faktor biologis (status hipermatebolik berkenaan dengan kanker) dan
faktor psikososial
5. Resiko infeksi dengan faktor resiko ketidakadekuatan pertahanan sekunder;
ketidakadekuatan pertahanan imun tubuh; imunosupresi (kemoterapi), dan
prosedur invasi
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
penyakit; keterbatasan kognitif (dilihat dari tingkat pendidikan);
misinterpretasi dengan informasi yang diberikan ; dan tidak familiar dengan
sumber informasi
7. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pembedahan dan perubahan
perkembangan penyakit

21
8. Gangguan eliminasi fekal : Konstipasi b.d menurunnya mobilitas intestinal
9. Retensi urin b.d penekanan yang keras pada uretra

22
DIANGOSA
KEPERAWATAN TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
DAN KOLABORASI
Nyeri akut NOC : Kontrol Nyeri NIC
berhubungan dengan Setelah dilakukan 1. Manajemen Nyeri
agen injuri biologis pemberian asuhan - Kaji secara komphrehensif
(kanker serviks) dan keperawatan selama tentang nyeri, meliputi: lokasi,
agen injuri fisik (jika …..x 24 jam, karakteristik, durasi, frekuensi,
dilakukan terapi diharapkan respon nyeri kualitas, intensitas/beratnya nyeri,
pembedahan) pasien dapat terkontrol dan faktor-faktor pencetus
dengan kriteria hasil - observasi isyarat-
sebagai berikut : isyarat verbal dan non verbal dari
Klien mampu ketidaknyamanan, meliputi
mengenal faktor-faktor ekspresi wajah, pola tidur, nasfu
penyebab nyeri, makan, aktitas dan hubungan
beratnya ringannya sosial.
nyeri, durasi nyeri, - Kolaborasi pemberian
frekuensi dan letak analgetik sesuai dengan anjuran.
bagian tubuh yang nyeri Pemberian analgetik harus
Klien mampu memperhatikan hal-hal sebagai
melakukan tindakan berikut : prinsip pemberian obat 6
pertolongan non- benar (benar nama, benar obat,
analgetik, seperti napas benar dosis, benar cara, benar
dalam, relaksasi dan waktu pemberian, dan benar
distraksi dokumentasi)
Klien melaporkan - Gunakan komunikiasi
gejala-gejala kepada terapeutik agar pasien dapat
tim kesehatan mengekspresikan nyeri
Klien mampu - Kaji pengalaman masa lalu
mengontrol nyeri individu tentang nyeri
Ekspresi wajah klien - Evaluasi tentang keefektifan

0
rileks dari tindakan mengontrol nyeri
Klien melaporkan yang telah digunakan
adanya penurunan - Berikan dukungan terhadap
tingkat nyeri dalam pasien dan keluarga
rentang sedang (skala - Berikan informasi tentang
nyeri: 4 sampai 6) nyeri, seperti: penyebab, berapa
hingga nyeri ringan lama terjadi, dan tindakan
(skala nyeri : 1 sampai pencegahan
3) - Ajarkan penggunaan teknik
Klien melaporkan non-farmakologi (seperti:
dapat beristirahan relaksasi, guided imagery, terapi
dengan nyaman musik, dan distraksi)
Nadi klien dalam - Modifikasi tindakan
batas normal (80- mengontrol nyeri berdasarkan
100x/menit) respon pasien
Tekanan darah klien - Anjurkan klien untuk
dalam batas normal meningkatkan tidur/istirahat
(120/80 mmHG) - Anjurkan klien untuk
Frekuensi melaporkan kepada tenaga
pernafasan klien dalam kesehatan jika tindakan tidak
batas normal (12 – 20 berhasil atau terjadi keluhan lain
x/menit)
PK : Anemia Setelah dilakukan - Kaji gejala-gejala anemia
tindakan keperawatan yang terjadi
selama ......x 24 jam, - Pantau tanda-tanda anemia
perawat dapat yang terjadi
meminimalkan - Monitor hasil pemeriksaan lab
komplikasi anemia untuk pemeriksaan kadar Hb,
yang terjadi dengan RBC, Hct
kriteria hasil: - Anjurkan pasien untuk
- Konjungtiva merah mengkonsumsi makanan yang

1
muda seimbang, terutama makanan
- Capilary refille ≤ 2 tinggi kalori dan tinggi protein.
detik - Kolaborasi pemberian
- Mukosa mulut suplemen besi tambahan, vitamin
merah muda dan mineral sesuai indikasi
- Kadar Hb dbn - Kolaborasi pemberian
(wanita dewasa: 12-14 transfusi darah sesuai kebutuhan
g/dl), RBC dbn (wanita - monitor efek samping dan
dewasa: 3,80-5,80 x respon pasien setelah dilakukan
105/uL) dan Hct dbn transfusi darah
(wanita dewasa : 37,0-
47,0%)
Cemas b.d krisis NOC: Kontrol Cemas NIC
situasional Setelah dilakukan Menurunkan cemas:
(histerektomi atau asuhan keperawatann Tenangkan pasien dan kaji
kemoterapi), ancaman kepada pasien selama tingkat kecemasan pasien
terhadap konsep diri, …... x 24 jam, Jelaskan seluruh prosedur
perubahan dalam status diharapkan pasien dapat tindakan kepada pasien dan
kesehatan, stres mengkontrol cemas perasaan yang mungkin muncul
dengan kriteria hasil pada saat melakukan tindakan
sebagai berikut: Berusaha memahami
Perawat keadaan pasien (rasa empati)
memonitor tingkat Berikan informasi tentang
kecemasan pasien diagnosa, prognosis dan tindakan
Klien mampu dengan komunikasi yang baik
menurunkan penyebab- Mendampingi pasien untuk
penyebab kecemasan mengurangi kecemasan dan
Perawat dan meningkatkan kenyamanan
keluarga dapat Dorong pasien untuk
menurunkan stimulus menyampaikan tentang isi
lingkungan ketika perasaannya

2
pasien cemas Ciptakan hubungan saling
Klien mampu percaya
mencari informasi Bantu pasien menjelaskan
tentang hal-hal yang keadaan yang bisa menimbulkan
dapat dilakukan untuk kecemasan
menurunkan kecemasan Bantu pasien untuk
Klien manpu mengungkapkan hal hal yang
menggunakan strategi membuat cemas dan dengarkan
koping yang efektif dengan penuh perhatian
Klien melaporkan Ajarkan pasien teknik
kepada perawat relaksasi
penurunan kecemasan Anjurkan pasien
Klien mampu untuk meningkatkan ibadah dan
menggunakan teknik berdoa
relaksasi untuk Kolaborasi dengan dokter
menurunkan cemas untuk pemberian obat-obatan
Klien mampu yang mengurangi kecemasan
mempertahankan pasien
hubungan social, dan
konsentrasi
Klien melaporkan
kepada perawat tidur
cukup, tidak ada
keluhan fisik akibat
kecemasan, dan tidak
ada perilaku yang
menunjukkan
kecemasan
Ketidakseimbangan NOC : NIC :
nutrisi kurang dari Status nutrisi : intake 1. Manajemen Nutrisi
kebutuhan tubuh makanan dan - Kaji adanya alergi makanan

3
berhubungan dengan minuman - Kolaborasi dengan ahli gizi
faktor biologis (status Setelah dilakukan untuk menentukan jumlah nutrisi
hipermatebolik asuhan keperawatann yang sesuai dengan keadaan
berkenaan dengan kepada pasien selama pasien
kanker) dan faktor …... x 24 jam, - Anjurkan pasien untuk
psikososial diharapkan status meningkatkan intake Fe, protein,
nutrisi meliputi intake karbohidrat, dan vitamin C
makanan dan minuman - Berikan diet yang mengandung
membaik dengan tinggi serat untuk mencegah
kriteria hasil sebagai konstipasi
berikut: - Berikan informasi tentang
- Adanya peningkatan kebutuhan nutrisi pasien
berat badan sesuai 2. Monitoring nutrisi
dengan tujuan - Monitor tipe dan jumlah
- Klien mampu aktivitas yang biasa dilakukan
mengidentifikasi - Berikan lingkungan yang
kebutuhan nutrisi nyaman dan bersih selama makan
- Tidak ada tanda tanda - Jadwalkan pengobatan dan
malnutrisi tindakan tidak selama jam makan
- Monitor kulit kering dan
- Tidak terjadi perubahan pigmentasi
penurunan berat badan - Monitor turgor kulit
yang berarti - Monitor kekeringan, rambut
kusam, dan mudah patah
- Monitor mual dan muntah
- Monitor kadar albumin, total
protein, Hb, dan kadar Ht
- Kaji makanan kesukaan
- Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva
- Catat adanya edema, hiperemik,

4
hipertonik papila lidah dan cavitas
oral.
- Monitor variasi makanan yang
dikonsumsi pasien
Resiko infeksi dengan NOC NIC
faktor resiko Pengetahuan:Kontrol Kontrol Infeksi
ketidakadekuatan infeksi Bersikan lingkungan setelah
pertahanan sekunder; Setelah dilakukan digunakan oleh pasien
ketidakadekuatan asuhan keperawatann Ganti peralatan pasien setiap
pertahanan imun tubuh; kepada pasien selama selesai tindakan
imunosupresi …... x 24 jam, Batasi jumlah pengunjung
(kemoterapi), dan diharapkan pasien dapat Ajarkan cuci tangan untuk
prosedur invasi menjelaskan kembali menjaga kesehatan individu
cara mengkontrol Anjurkan pasien untuk cuci
infeksi dengan kriteria tangan dengan tepat
hasil sebagai berikut: Gunakan sabun antimikrobial
- Mampu untuk cuci tangan
menerangkan cara-cara Anjurkan pengunjung untuk
penyebaran infeksi mencuci tangan sebelum dan
- Mampu setelah meninggalkan ruangan
menerangkan factor- pasien
faktor yang Cuci tangan sebelum dan
berkontribusi dengan sesudah kontak dengan pasien
penyebaran Gunakan universal
- Mampu precautions
menjelaskan tanda- Lakukan perawatan aseptic
tanda dan gejala pada semua jalur IV
- Mampu Lakukan teknik perawatan
menjelaskan aktivitas luka dengan memperhatikan
yang dapat prinsip septik dan aseptik
meningkatkan resistensi Anjurkan istirahat

5
terhadap infeksi Kolaborasi pemberian terapi
antibiotik dengan memperhatikan
prinsip pemberian obat 6 benar
(benar obat, benar nama, benar
dosis, benar waktu, benar cara
pemberian, dan benar
dokumentasi)
Ajarkan pasien dan keluarga
tentang tanda-tanda, gejala dari
infeksi dan cara pencegahan
infeksi
Kurang pengetahuan NOC NIC
berhubungan dengan Pengetahuan : proses 1. Pembelajaran : proses
kurangnya informasi penyakit penyakit
tentang penyakit; Pengetahuan : - Kaji tingkat pengetahuan klien
keterbatasan kognitif prosedur perawatan tentang penyakit
(dilihat dari tingkat Setelah dilakukan - Jelaskan nama penyakit,
pendidikan); asuhan keperawatann proses penyakit, faktor penyebab
misinterpretasi dengan kepada pasien selama atau faktor pencetus, tanda dan
informasi yang …... x 24 jam, gejala, cara meminimalkan
diberikan ; dan tidak diharapkan pasien dapat perkembangan penyakit,
familiar dengan sumber menjelaskan kembali komplikasi penyakit dan cara
informasi tentang proses penyakit mencegah komplikas
dan prosedur perawatan - Berikan informasi tentang
dengan kriteria hasil kondisi perkembangan klien
sebagai berikut: - Anjurkan klien untuk
- Pasien mengenal melaporkan tanda dan gejala
nama penyakit, proses kepada petugas kesehatan
penyakit, faktor
penyebab atau faktor 2. Pembelajaran :
pencetus, tanda dan prosedur/perawatan

6
gejala, cara - Informasikan klien waktu
meminimalkan pelaksanaan prosedur/perawatan
perkembangan - Informasikan klien lama waktu
penyakit, komplikasi pelaksanaan prosedur/perawatan
penyakit dan cara - Kaji pengalaman klien dan
mencegah komplikasi tingkat pengetahuan klien tentang
- Pasien mengetahui prosedur yang akan dilakukan
prosedur perawatan, - Jelaskan tujuan
tujuan perawatan dan prosedur/perawatan
manfaat tindakan. - Instruksikan klien utnuk
berpartisipasi selama
prosedur/perawatan
- Jelaskan hal-hal yang perlu
dilakukan setelah
prosedur/perawatan
- Ajarkan tehnik koping seperti
relaksasi untuk mengurangi efek
dari prosedur yang dilakukan
Gangguan citra tubuh NOC NIC
berhubungan dengan Meningkatkan citra Peningkatan citra tubuh
pembedahan dan tubuh, - Kaji penerimaan pasien tentang
perubahan Setelah dilakukan kondisinya saat ini
perkembangan penyakit asuhan keperawatann - Bantu klien untuk
kepada pasien selama mendiskusikan perubahan tubuh
…... x 24 jam, akibta penyakit
diharapkan citra tubuh - Bantu klien untuk
atau gambaran tubuh mendiskusikan fungsi tubuh yang
pasien meningkat terganggu
dengan kriteria hasil - Kaji perasaan klien ketika
sebagai berikut: berinteraksi dengan orang lain
- Pasien - Kaji persepsi klien dan

7
mengungkapkan keluarga tentang perubahan tubuh
penerimaan citra tubuh yang terjadi
secara verbal maupuan - Kaji strategi mengatasi masalah
non verbal (koping) yang digunakan
- Pasien mampu - Kaji apakah perubahan
mempertahankan gambaran diri mempengaruhi
kontak mata ketika hubungan sosial klien
berkomunikasi - Bantu klien mengidentifikasi
- Pasien mampu bagian tubuh lain yang bernilai
melakukan komunikasi positif
terbuka - Kaji dukungan sosial yang
- Pasien dimiliki klien
menunjukkan tingkat
kepercayaan diri
Gangguan eliminasi NOC NIC : Manajemen Konstipasi
fekal : Konstipasi b.d Buang Air Besar - Monitor tanda dan gejala
menurunnya mobilitas Setelah dilakukan konstipasi
intestinal asuhan keperawatan - Monitor warna, konsistensi,
kepada pasien selama jumlah dan waktu buang air besar
….x 24 jam, diharapkan - Konsultasikan dengan dokter
pasien tidak tentang pemberian laksatif, enema
mengalamai gangguan dan pengobatan
dalam buang air besar, - Berikan cairan yang adekuat
dengan kriteria hasil:
- Pasien kembali ke
pola dan normal dari
fungsi bowel
- Terjadi perubahan
pola hidup untuk
menurunkan factor
penyebab konstipasi

8
Retensi urin b.d NOC NIC: Pemasangan Kateter
penekanan yang keras Inkontinensia urin - Menjelaskan prosedur dan
pada uretra Setelah dilakukan rasional intervensi kateterisasi
asuhan keperawaran - Monitore intake dan output
selama ...x24 jam, - Menjaga teknik aseptik dalam
pasien tidak mengalami melakukan kateterisasi
inkontinensia urin, - Memelihara drainase urinari
dengan kriteria hasil: secara tertutup.
- Pasien mampu
memprekdisikan pola
eliminasi urin
- Pasien mampu
memulai dan
memghentikan aliran
urin
- Tidak adanya tanda-
tanda infeksi

9
BAB III
LAPORAN KASUS

A. Pengkajian
1. Identitas Diri Klien
Nama : Ny.N
TTL : 31 Desember 1980
Umur : 37 tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Lubuk Buaya
No.MR : 990559
Tanggal masuk RS : 5 Desember 2017, jam 12.02 WIB
Ruangan : Irna Gynecology/ Onkologi kelas III
Diagnosa Medis : Mioma Geburt + PVC + Leukositosis
Rencana Tindakan : Laparatomy + miomektomi
2. Data Umum Kesehatan
 Riwayat Kesehatan Sekarang
a. Keluhan
Pada saat pengkajian pada tanggal 11 Desember 2017 pukul
17.00 WIB klien mengatakan ±6 bulan perut membesar dan terasa
keras. Nyeri diperut bagian bawah (ari-ari) seperti berputar-putar
dan diremas-remas.Nyeri hilang timbul dan durasi nyeri yang
dirasakan sekitar +/- 5 menit. Klien mengatakan buang air kecil
(BAK) sedikit sedikit tetapi sering, terasa tidak puas dan sakit. Klien
juga mengatakan merasa mual sehingga tidak nafsu makan dan
mengalami penurunan berat badan. Pada saat pengkajian tampak
makanan klien hanya habis 1/3 porsi dari porsi yang diberikan rumah
sakit. Klien tampak pucat dan lemas, konjungtiva anemis (+), sklera
ikterik (-). Klien mengatakan perdarahan pervagina berkurang, saat
ini ±1/2 gelas kecil (±100 cc )

10
b. Faktor Pencetus
Klien mengatakan ibunya menderita tumor dibagian punggung
sebedar mangkok cuci tangan. Tumor ini sudah diderita bertahun-
tahun, akan tetapi belum ada diopersi hingga saat ini.
Klien mengatakan sebelum sakit bekerja di tempat pengumpulan
barang rongsokan, sering kontak dengan besi-besi rongsokan dan
barang bekas lainnya.
c. Lamanya keluhan
Klien merasakan keluhan ini sejak ± 6 bulan yang lalu tetapi 3
bulan ini klien mulai rutin berobat.
 Riwayat kesehatan dahulu
Klien mengatakan pernah mengalami perdarahan banyak yang
keluar dari kemaluannya. Keluarga klien mengatakan klien sudah sering
bolak-balik di rawat di Rumah Sakit. Saat ini klien sudah menjalani 3 kali
dirawat di Rumah Sakit. Terakhir klien di rawat pada bulan November
2017 dengan penyakit dan keluhan yang sama.
 Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan Ayah klien sudah meninggal karena menderita
penyakit jantung. Klien mengatakan ibunya menderita tumor jinak di
punggungnya. Keluarga klien mengatakan tidak ada keluarga yang
menderita penyakit yang sama dengan klien yaitu mioma.
 Riwayat menstruasi
Klien mengatakan 6 bulan terakhir menstruasinya 2x dalam sebulan.
Dengan darah yang keluar adalah darah segar, namun banyaknya tidak
teratur. Kadang keluar banyak dan kadang keluar sedikit.
 Riwayat perkawinan
Klien mengatakan saat ini klien tidak tinggal lagi bersama suaminya.
Klien mengatakan sudah bercerai dengan suaminya sekitar 8 tahun yang
lalu.
 Riwayat Keluarga Berencana
-

11
Masalah Keperawatan:
 Nyeri Kronis
 Resiko perdarahan
3. Pola Nutrisi
BB : 62 kg (sebelum sakit )
56 kg ( saat sakit )
TB :158 cm
Frekuensi : 3 kali /hari, tetapi porsi yang diberikan hanya habis 1/3 porsi
Nafsu Makan : menurun, klien kadang merasakan mual (+)
Perubahan BB dalam 3 bulan terakhir : dengan penurunan BB ± 6 kg.
Masalah Keperawatan : kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
4. Pola Eliminasi
1. Buang Air Besar
Frekuensi : 1x/hari
Penggunaan pencahar : tidak ada
Konsistensi : sedikit keras
2. Buang Air Kecil
Frekuensi :± 10 x/ hari. Klien mengatakan sering bolak-balik ke
kamar mandi, seperti orang yang sedang hamil tua, BAK
keluar sedikit-sedikit tapi sering dan terasa sakit serta
tidak puas bila sudah BAK,
Warna : kuning jernih
Bau : tidak berbau
Masalah Keperawatan : Gangguan pola eliminasi urine
5. Pola Tidur dan Istirahat
Waktu Tidur : 2 jam tidur malam, 5 jam tidur siang
Lama tidur/ hari : sekitar 7 sampai 8 jam/ hari
Perubahan yang dirasakan setelah sakit : klien sulit tidur di malam hari tetapi
bisa tidur pada siang hari dan kadang terganggu dengan adanya rasa nyeri
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

12
6. Pola Aktifitas dan Latihan
Sebelumnya klien bekerja mencari nafkah tetapi 7 bulan ini klien tidak
lagi bekerja, klien hanya dirumah saja dan melakukan pekerjaan rumah saja.
7. Pola Bekerja
Jenis Pekerjaan :pemulung.
Lama Bekerja : 15 tahun
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
8. Riwayat Keluarga / Genogram

. .

Keterangan :
= Laki-laki = Tinggal satu rumah
= Perempuan = Pasien
X = Meninggal
9. Riwayat Lingkungan
Kebersihan : Klien mengatakan keadaan rumah cukup bersih. Klien
mengatakan sering kontak dengan lingkungan yang kotor,
dikarenakan pasien bekerja sebagai pemulung dan bekerja
di tempat barang rongsokan.
Bahaya : Kemungkinan terpapar dengan bahan berbahaya yang
mengandung zat karsinogenik
Polusi : Tidak ada
Masalah Keperawatan: -
10. Aspek Psikososial
1. Persepsi Diri

13
a. Hal yang amat dipikirkan saat ini
Klien mengatakan saat ini pasien ingin segera dioperasi dan
dapat sehat kembali serta dapat beraktivitas seperti biasanya.
b. Harapan setelah menjalani perawatan
Klien berharap dapat segera pulih dan penyakit yang
dideritanya tidak kambuh lagi.
2. Pertahanan Koping
Klien mengatakan aspek pendukung pasien adalah anak-anaknya.
Klien selalu dikuatkan oleh anaknya dalam menghadapi sakit yang
diderita saat ini. Selain itu juga dukungan dari anggota kerabat yang
lainnya.
3. Sistem Nilai dan Kepercayaan
Klien yakin bahwa Tuhan memberikan kekuatan pada dirinya dalam
menghadapi penyakit yang dideritanya. Serta berharap kesembuhan pada
Tuhan.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
11. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik Hasil Pemeriksaan
TTV  TD : 130/80 mmHg
 Nadi : 84x/i
 RR : 22x/i
 Suhu : 36,5 C
Kepala Tampak kepala simetris, kebersihan (+), tak teraba
adanya pembengkakan atau nyeri tekan
Mata Tampak simetris kiri dan kanan konjungtiva anemis (+),
sklera ikterik (-), tak teraba adanya massa .
Hidung Tampak simetris kiri dan kanan, tak tampak adanya
sumbatan atau lesi, nyeri tekan (-)
Mulut Tampak simetris, mulut dan gigi terlihat bersih, karang
gigi (+), gigi bawah tampak tidak lengkap, nyeri tekan (-)

14
Leher Tampak simertris kiri dan kanan, tidak tampak perbesaran
kelenjar tiroid dan KGB.
Tidak ada nyeri tekan, dan tidak teraba massa abnormal.
Dada Paru :
Inspeksi : Tampak simetris, tidak ada lesi, pengembangan
dada sama
Palpasi : fremitus kiri dan kanan sama
Perkusi: sonor
Auskultasi : Suara nafas vesikuler, ronchi (-), wheezing (-
).

Jantung :
Inspeksi: iktus cordis tidak terlihat
Palpasi: iktus kordis tidak teraba
Perkusi: pekak
Auskultasi : Suara jantung normal (S1 dan S2), tidak
terdapat bunyi jantung tambahan.
Abdomen Inspeksi: terlihat perbesaran pada bagian perut bawah,
striae (+)
Palpasi: teraba massa padat pada perut bagian bawah (di
simpisis pubis)
Perkusi: pekak dibagian simpisis pubis
Auskultasi: Bising usus (+)
Ekstremitas Ekstremitas atas: tampak terpasang infuse di tangan
sebelah kiri, lesi (-)
Ekstremitas bawah : tidak ada masalah
Kekuatan otot :
555 555
555 555
Genitalia Klien mengatakan perdarahan sudah berkurang,
perdarahan masih ada ±100 cc

15
12. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium hematologi (10 Desember 2017)
- Hb : 8,6 g/dl (12-16g/dl)
- Leukosit : 27.330 /mm3 (5000-10.000/mm3)
- Trombosit : 360.000/mm3 (150.000-450.000/mm3)
- Hematokrit : 28%
Kimia Klinik
- Natrium : 142 Mmol/L (136-145)
- Kalium : 3,1 Mmol/L (3,5-5,1)
- Klorida Serum : 104 Mmol/L (97-111)
- Total Protein : 5,49 g/dl (6,6- 8,7)
- Albumin : 2,7 g/dl (3,8-5,0)
- Globulin : 2,7 gdl (1,3-2,7)
- PT/APTT :
Hasil Pemeriksaan Diagnostik :
- Hasil pemeriksaan Radiologi ( 29 November 2017) :
Kesimpulan : Car dan Pulmo dalam batas normal, tidak tampak pulmonary
metastase.
- Hasil pap smear (22 November 2017)
Hasil interpretasi : NLM, serviksitis kronik
- Hasil pemeriksaan USG Abdomen (22 November 2017)
Hasil interpretasi : uterus antefleksi ukuran 6,6 x 5,6 x 5,6 = Endline (+),
terdapat massa ukuran 10x9x9 cm keluar dari kanalis servicalis memenuhi
vagina, tidak tampa gambaran neovaskularisasi, ovarium kanan 2,3 x 2,2 cm,
ovarium kanan 2,5 x 2,4 cm
Kesan : Mioma Geburt

16
B. Analisa Data

No Hari / Data Penyebab Masalah


Tanggal
1. Senin/ Data subjektif: Agen cidera Nyeri kronik
11  Klien mengatakan nyeri biologis (mioma
Desember pada perut bagian bawah geburt)
2017 ( ari ari)
 nyeri seperti berputar –putar
dan di remas- remas
 Nyeri dirasakan hilang
timbul dengan durasi nyeri
± 5 menit
 Klien mengatakan perut
membesar dan terasa keras
selama 6 bulan ini
Data objektif:
 K/u lemah
 Klien tampak meringis
 Skala nyeri 6
 Tampak perut membesar
dan teraba massa (+)

2. Data Subjektif : Factor biologis Ketidakseimb


 Klien mengatakan tidak angan nutrisi
nafsu makan kurang dari
 Mual (+) kebutuhan
 Muntah (-) tubuh

 Klien mengatakan sekarang


kurus , banyak pakaian nya

17
yang longgar
Data Objektif :
 K/u lemah
 Diit MB TKTP (Porsi yang
diberikan tidak habis, hanya
menghabiskan 1/3 porsi )
 Albumin :2,7 g/dl
 BB sebelum sakit : 62 kg
 BB saat sakit : 56 kg
 TB :156 cm
 IMT : 23,04 kg/m2
3. Data Subjektif: Penekanan Gg eliminasi
 Klien mengatakan susah vesika urinaria urine
buang air kecil,terasa sakit
dan sedikit sedikit tapi
sering
 Klien mengatakan ± 10 kali
Data Objektif:
 Klien tampak sering
kekamar kecil.
4. Data Subjektif : Penyakit Resiko
 Klien mengatakan masih perdarahan
keluar darah dari kemaluan
± 150 cc
Data Objektif :
 Keadaan umum lemah
 klien tampak anemis
 Hb :8,6 g/dl
 Ht : 28 %
 PT :14,…..detik

18
 APTT : 60,…. Detik
( PT apt nya kok gak ada ya di
pengkajian …kemarin kan adaq
5. Data Subjektif : Penyakit Resiko
- infeksi
Data objektif :
 Leukosit : 27,330 /mm3
 Hb : 8,6 g/dl
 Hasil USG abd : Mioma
geburt ( terdapat massa
ukuran 10x9x9 cm keluar
dari kanalis servicalis
memenuhi vagina)
6 12 Data Subjektif : Kehilangan Kekurangan
Desember  Keluarga mengatakan volume cairan volume
2017 keluar darah dari kemaluan aktif cairan
Jam 07.40 (+) ± 1,5 liter (Pendarahan
wib  Klien mengatakan badan pervagina)
terasa lemah
Data Objektif :
 K/U lemah
 Penurunan tekanan darah
TD : 80/ 50 mmhg, Nadi:
60x/menit
 Klien tampak pucat
 Konjungtiva anemis
 Akral teraba dingin
 CRT > 2 detik
 Tampak mioma yang di
lahirkan klien sebesar ±

19
diameter 10 cm
 Tampak darah berwarna
hitam bercampur darah
segar pervagina ± 300 cc

C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


No Diagnosa Rencana Keperawatan
Keperawatan Tujuan dan Intervensi
(NANDA) Kriteria Hasil (NOC) (NIC)
1 Nyeri kronik b.d agen Setelah diberikan asuhan 1. Manajemen nyeri
cidera (biologis: mioma keperawatan 3 x 24 jam, Aktivitas :
geburt) nyeri berkurang dengan  Lakukan pengkajian nyeri
indikator : secara komprehensif meliputi
1. Kontrol Nyeri: lokasi, karakteristik, awitan
 Klien mengakui dan durasi, frekuensi, kualitas,
timbulnya nyeri intensitas atau keparahan nyeri
 Klien dapat dan factor presipitasinya
menggunakan langkah-  Observasi isyarat nonverbal
langkah pencegahan ketidaknyamanan, khususnya
nyeri pada mereka yang tidak
 Klien dapat mampu berkomunikasi efektif
menggunakan analgesik  Ajarkan penggunaan teknik
seperti yang nonfarmakologi (relaksasi,
direkomendasikan distraksi, terapi)
 Klien menyampaikan  Gunakan tindakan
perubahan rasa sakit pengendalian nyeri sebelum
kepada tenaga nyeri menjadi lebih berat
profesional kesehatan  Laporkan kepada dokter jika
 Klien melaporkan gejala tindakan tidak berhasil atau
yang tidak terkontrol jika keluhan saat ini

20
kepada tenaga kesehatan merupakan perubahan yang
profesional bermakna dari pengalaman
 Klien mengakui gejala nyeri pasien dimasa lalu
terkait sakit yang
dideritanya 2. Administrasi Analgesik
 Klien melaporkan Aktivitas :
pengendalian nyeri.  Tentukan lokasi, karakteristik,
2. Level nyeri kualitas, dan derajat nyeri
Indicator: sebelum pemberian obat
 Klien melaporkan tidak  Cek instruksi dokter tentang
adanya nyeri jenis obat, dosis, dan frekuensi
 Klien tidak merasakan  Cek riwayat alergi
panjang episode nyeri  Pilih analgesik yang
 Klien tidak mengalami diperlukan atau kombinasi dari
kegelisahan analgesik ketika pemberian
 Klien tidak merintih dan lebih dari satu
menangis  Monitor vital sign sebelum dan
 Klien tidak menggosok sesudah pemberian analgesik
daerah yang terkena pertama kali
 Klien terlihat ceria  Berikan analgesik tepat waktu
 Klien tidak mengalami terutama saat nyeri hebat
kesempitan fokus  Evaluasi efektivitas analgesik,
 Klien tidak kehilangan tanda dan gejala (efek
nafsu makan samping)

 Tingkat pernapasan
Klien normal
 Denyut jantung apikal
Klien normal
 Tekanan darah klien
normal

21
2 Ketidakseimbangan Setelah diberikan asuhan 1. Manajemen Nutrisi
nutrisi kurang dari keperawatan 3 x 24 jam, Aktivitas:
kebutuhan tubuh b.d ketidakseimbangan nutrisi  Menentukan jumlah kalori dan
faktor biologis klien dapat diatasi dengan jenis zat makanan yang
indikator : diperlukan untuk memenuhi
1. Status Nutrisi kebutuhan nutrisi, ketika
Indikator: berkolaborasi dengan ahli
 Asupan zat gizi makanan, jika diperlukan
 Asupan makanan dan  Memastikan bahwa makanan
cairan berupa makanan yang tinggi
 Berat badan sesuai serat untuk mencegah
2. Pengontrolan berat badan konstipasi
Indikator:  Memberi Pasien makanan dan
 Menggunakan suplemen minuman tinggi protein, tinggi
nutrisi jika diperlukan kalori, dan bernutrisi yang siap
 Mempertahankan pola dikonsumsi, jika diperlukan
makan yang dianjurkan  Mengatur pemasukan
 Mempertahankan makanan, jika diperlukan
keseimbangan cairan 2. Monitor Nutrisi
 Mempertahankan intake
Aktivitas :
kalori optimal harian
 Monitor kehilangan dan
pertambahan berat badan
 Monitor turgor kulit
 Monitor adanya mual dan
muntah
 Monitor nilai albumin, total
protein, hemoglobin dan
hematokrit.
 Monitor tingkat energi, lelah,
lesu, dan lemah

22
 Monitor intake kalori dan
nutrisi
3 Gangguan eliminasi Setelah diberikan asuhan 1. Urinary Retention Care
urin b.d penekanan keperawatan 3 x 24 jam, Aktivitas :
pada vesika urinaria gangguan eliminasi klien  Sediakan waktu yang cukup
dapat teratasi dengan untuk pengosongan kandung
indikator: kemih (10 menit)
1. Urinary elimination  Masukkan kateter kemih,
2. Urinary Contiunence sesuai
Indicator :  Anjurkan pasien / keluarga
 Kandung kemih kosong untuk merekam output urin,
secara penuh sesuai
 Tidak ada residu urine >  Instruksikan cara-cara untuk
100-200 cc menghindari konstipasi atau
 Intake cairan dalam impaksi tinja
rentang normal  Memantau asupan dan
 Bebas dari ISK keluaran
 Tidak ada spasme  Memantau tingkat distensi
bladder kandung kemih dengan palpasi
 Balance cairan dan perkusi
seimbang  Membantu dengan toilet secara
berkala
 Menerapkan kateterisasi
intermiten

4 Resiko Perdarahan b.d Setelah diberikan asuhan - Bleeding precautions


penyakit keperawatan 3 x 24 jam, Aktivitas:
masalah resiko perdarahan  Monitor ketat tanda-tanda
teratasi dengan indikator : perdarahan
1. Blood lose severity  Catat nilai Hb dan HT

23
2. Blood koagulation sebelum dan sesudah
Indikator : terjadìnya perdarahan
 Tidak ada hematuria  Monitor nilai lab (koagulasi)
dan hematemesis yang meliputi PT, PTT,
 Kehilangan darah yang trombosit
terlihat  Monitor TTV ortostatik
 Tekanan darah dalam  Pertahankan bed rest selama
batas normal sistol dan perdarahan aktif
diastole  Kolaborasi dalam pemberian
 Tidak ada perdarahan produk darah (platelet atau
pervagina fresh frozen plasma)
 Tidak ada distensi  Lindungi pasien dari trauma
abdominal yang dapat menyebabkan
 Hemoglobin dan perdarahan
hematrokrit dalam batas  Anjurkan pasien untuk
normal meningkatkan intake makanan
 Plasma, PT, PTT dalam yang banyak mengandung
batas normal vitamin K
 Hindari terjadinya konstipasi
dengan menganjurkan untuk
mempertahankan intake cairan
yang adekuat dan pelembut
feses
- Bleeding reduction
Aktivitas:
 Identifikasi penyebab
perdarahan
 Monitor trend tekanan darah
dan parameter hemodinamik
(CVP, pulmonary capillary /

24
artery wedge pressure
 Monitor status cairan yang
meliputi intake dan output
 Monitor penentu pengiriman
oksigen ke jaringan (PaO2,
SaO2 dan level Hb dan cardiac
output)
 Pertahankan patensi IV line.
5 Resiko infeksi dengan Setelah diberikan asuhan 1. Kontrol Infeksi
factor resiko pertahanan keperawatan selama 3x24 Aktivitas
sekunder tidak adekuat jam diharapkan pasien 1. Lakukan enam langkah cuci
- Hb : 8,6 gr/dl membaik dengan indicator: tangan saat kegiatan 5 moment
- Leukosit: 27.330 1. Keparahan infeksi dengan benar
/mm3 Indicator 2. Ajarkan cara cuci tangan
 Demam tidak ada kepada pasien dan keluarga
 Nyeri berkurang pasien dengan benar
 Leukosit DBN 3. Batasi jumlah pengunjung
2. Knowledge : infection 4. Anjurkan pengunjung untuk
control mencuci tangan pada saat
Indicator memasuki dan meninggalkan

 Menunjukkan ruangan pasien

kemampuan untuk 5. Pastikan penanganan aseptik

mencegah timbulnya dari semua saluran IV

infeksi 6. Motivasi intake cairan dan

 Menunjukan nutrisi yang tepat

perilaku hidup sehat 7. Kolaborasi pemberian terapi

 Mengetahui tanda- antibiotik yang sesuai

tanda infeksi 8. Ajarkan pasien dan keluarga


mengenai tanda dan gejala
infeksi dan kapan harus
melaporkan kepada perawat

25
2. Perlindungan Infeksi
Aktivitas:
 Monitor adanya tanda dan
gejala infeksi sitemik
dan lokal
 Observasi hasil pemeriksaan
laboratorium pasien
 Monitor TTV pasien
 Tingkatkan asupan nutrisi yang
cukup
 Anjurkan asupan
cairan dengan tepat
 Anjurkan pasien untuk istirahat
 Anjurkan peningkatan
mobilitas dan latihan dengan
tepat
 Pantau adanya perubahan
tingkat energi atau malaise
 Observasi kondisi luka post
operasi
6 Kekurangan volume Setelah diberikan asuhan 1. Fluid management
cairan b.d kehilangan keperawatan selama 3x24 Aktivitas:
volume cairan aktif jam diharapkan masalah  Timbang popok/pembalut jika
kekurangan volume cairan di perlukan
dapat teratasi dengan  Pertahankan catatan intake dan
criteria: output yang akurat
1. Fluid balance  Monitor status hidrasi
2. Hydration (kelembaban membran
3. Nutritional Status: Food mukosa, nadi adekuat, tekanan
and Fluid darah ortostatik), jika

26
4. Intake diperlukan
Indicator :  Monitor vital sign
 Mempertahankan urine  Monitor masukan makanan /
output sesuai cairan dan hitung intake kalori
 HT normal harian
 Tekanan darah, nadi,  Kolaborasikan pemberian
suhu tubuh dalam batas cairan IV
normal  Monitor status nutrisi
 Tidak ada tanda tanda  Berikan cairan IV pada suhu
dehidrasi, ruangan
 Elastisitas turgor kulit  Dorong masukan oral
baik,  Berikan penggantian
 membran mukosa nesogatrik sesuai output
lembab  Dorong keluarga untuk
 tidak ada rasa haus yang membantu pasien makan
berlebihan  Tawarkan snack (jus buah,
buah segar)
 Kolaborasi dengan dokter
 Atur kemungkinan tranfusi
 Persiapan untuk tranfusi
2. Hypovolemia Management
Aktivitas :
 Monitor status cairan termasuk
intake dan output cairan
 Pelihara IV line
 Monitor tingkat Hb dan
hematokrit
 Monitor tanda vital
 Monitor respon pasien
terhadap penambahan cairan

27
 Monitor berat badan
 Dorong pasien untuk
menambah intake oral
 Pemberian cairan IV monitor
adanya tanda dan gejala
kelebihan volume cairan

28
0
CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/ tanggal : Senin, 11 Desember 2017 Ruangan : Kebidanan
Nama : NY. N No. RM : 990559
No Perawat &
Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi
Paraf
1 Nyeri kronik b.d agen cidera (biologis: 1. Melakukan pengkajian nyeri secara S:
mioma geburt) komprehensif meliputi: - klien mengatakan nyeri
Data subjektif: P: Tiba- tiba berkurang
 Klien mengatakan nyeri pada Q: Nyeri terasa berputar-putar dan di - klien mengerti dan
perut bagian bawah ( ari ari) remas-remas memahami tehnik
 nyeri seperti berputar –putar dan R : nyeri dirasakan di perut bagian relaksasi nafas dalam
di remas- remas bawah ( di ari ari ) O:
 Nyeri dirasakan hilang timbul S : Skala Nyeri 6 - K/ lemah
dengan durasi nyeri ± 5 menit T : hilang timbul - Klien tampak tenang

 Klien mengatakan Perut 2. Mengobservasi isyarat nonverbal - Skala nyeri dari 6 turun

membesar dan terasa keras ketidaknyamanan: Klien tampak gelisah menjadi 4

selama 6 bulan ini 3. Mengajarkam klien penggunaan teknik A: Nyeri teratasi sebagian

Data objektif: nonfarmakologi yaitu dengan relaksasi P: lanjutkan intervensi

 K/u lemah nafas dalam

 Klien tampak meringis 4. Monitor vital sign sebelum dan sesudah


pemberian analgesik pertama kali
 Skala nyeri 6
5. Berikan analgesik sesuai order dokter :
 TD : 130/80 mmHg
Pronalges supp bila nyeri
 Nadi : 84x/i

1
 RR : 22x/i 6. Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan
 Suhu : 36,5 C gejala (efek samping)
 Tampak perut membesar dan
teraba massa (+)

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari 1. Menentukan jumlah kalori dan jenis zat S:
kebutuhan makanan yang diperlukan untuk - Klien mengatakan nafsu
Data Subjektif : memenuhi kebutuhan nutrisi, ketika makan (-)
 Klien mengatakan tidak nafsu berkolaborasi dengan ahli gizi. - Klien mengatakan masih
makan Diit klien saat ini MBTKTP mual bila makan
 Mual (+) 2. Menjelaskan pada klien untuk makan O:
 Muntah (-) berupa makanan yang tinggi serat untuk - Tampak porsi yang di

 Klien mengatakan sekarang mencegah konstipasi berikan hanya habis 1/3

kurus , banyak pakaian nya yang 3. Menganjurkan klien untuk makan dalam porsi,

longgar porsi kecil tapi sering A: Masalah belum teratasi

Data Objektif : 4. Menganjurkan klien untuk makan dalam P : intervensi dilanjutkan

 K/u lemah keadaan hangat

 Diit MB TKTP (Porsi yang 5. Monitor kehilangan dan pertambahan

diberikan tidak habis, hanya berat badan

menghabiskan 1/3 porsi ) 6. Monitor turgor kulit


7. Monitor adanya mual dan muntah
 Albumin :2,7 g/dl
8. Monitor nilai albumin, total protein,
 BB sebelum sakit: 62 kg
hemoglobin dan hematokrit.
 BB saat sakit : 56 kg
2
9. Monitor tingkat energi, lelah, lesu, dan
lemah
10. Monitor intake kalori dan nutrisi
3 Gangguan eliminasi urine b.d 1. Menjelaskan kepada klien penyebab S:
tertekannya vesika urinaria terjadinya gangguan eliminasi urin - Klien mengatakana Bak
Data Subjektif: 2. Memantau asupan dan keluaran masih seikit tapi sering
 Klien mengatakan susah buang 3. Memantau tingkat distensi kandung dan sakit
air kecil,terasa sakit dan sedikit kemih dengan palpasi dan perkusi - Pasien memahami
sedikit tapi sering 4. Membantu dengan toilet secara berkala penyebab terjadinya
 Klien mengatakan ± 10 kali 5. Menerapkan kateterisasi intermitene gangguan eliminasi urin
Data Objektif: 6. Bila perlu sarankan untuk penggunaan O:
 Klien tampak seing kekamar pampers - Klien masih tampak
kecil. 7. Menganjurkan klien menggunakan bolak-balik ke kamar
teknik tarik nafas dalam bila nyeri BAK mandi
A: Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
4 Resiko perdarahan 1. Monitor ketat tanda-tanda perdarahan S:
Data Subjektif : 2. Catat nilai Hb dan HT sebelum dan - Klien mengatakan darah
 Klien mengatakan masih keluar sesudah terjadìnya perdarahan masih keluar sedikit-
darah dari kemaluan ± 150 cc 3. Monitor nilai lab (koagulasi) yang sedkit
Data Objektif : meliputi PT, PTT, trombosit O:
 k/ lemah 4. Monitor TTV ortostatik - K/u lemah
 klien tampak pucat 5. Pertahankan bed rest selama perdarahan - Klien masih tampak pucat

3
 konjungtiva anemis aktif - Konjungtiva anemis (+)
 Hb :8,6 g/dl 6. Memberikan tranfusi PRC 1 kolf/ hari - TTV : TD:100/60 mmHg,
 Ht : 28 % 7. Pertahankan patensi IV line N:78x/i, P:20x/i,

 PT :14,…..detik 8. Memberikan inj. Tranexamat acid 500 S:36,7oC

 APTT : 60,…. Detik mg IV A : Masalah belum teratasi

( PT apt nya kok gak ada ya di Dan vit K 1amp IV P: Intervensi dilanjutkan

pengkajian …kemarin kan adaq

5 Resiko infeksi 1. Mengajarkan cara cuci tangan kepada S:


Data Subjektif : pasien dan keluarga pasien dengan - Pasien dan keluarga
- benar mengatakan paham
Data objektif : 2. Anjurkan pengunjung untuk mencuci tentang cuci tangan untuk
 Leukosit : 27,330 /mm3 tangan pada saat memasuki dan mencegah infeksi
 Hb : 8,6 g/dl meninggalkan ruangan pasien - Klien mengatakan paham
 Hasil USG abd : Mioma geburt ( 3. Motivasi intake cairan dan nutrisi yang tentang tanda infeksi
terdapat massa ukuran 10x9x9 tepat O:
cm keluar dari kanalis servicalis 4. Kolaborasi pemberian terapi antibiotik - Pasien memahami tentang
memenuhi vagina) yang sesuai anjuran mencuci tangan
Ceftriaxone 2x1gr dan tanda infeksi
5. Ajarkan pasien dan keluarga mengenai - Demam tidak ada
tanda dan gejala infeksi dan kapan A: Masalah teratasi sebagian
harus melaporkan kepada perawat P: intervensi dilanjutkan
6. Observasi hasil pemeriksaan

4
laboratorium pasien
7. Pantau adanya perubahan tingkat
energi atau malaise

CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/ tanggal : Selasa, 12 Desember 2017 Ruangan : Kebidanan
Nama : NY. N No. RM : 990559
No Perawat &
Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi
Paraf
1 Nyeri kronik b.d agen cidera (biologis: 1. Melakukan pengkajian nyeri secara S:
mioma geburt) komprehensif meliputi: - klien mengatakan nyeri
Data subjektif: P: Tiba- tiba berkurang
 Klien mengatakan nyeri pada Q: Nyeri terasa berputar-putar dan di - klien mengatakan badan
perut bagian bawah ( ari ari) remas-remas terasa lemah
 Nyeri seperti berputar –putar dan R : nyeri dirasakan di perut bagian O:
di remas- remas seperti hendak bawah ( di ari ari ) - K/ lemah
melahirkan S : Skala Nyeri 8 - Klien tampak tenang
 Nyeri dirasakan hilang timbul T : hilang timbul - Skala nyeri dari 8 turun
dengan durasi nyeri ± 5 menit 2. Mengobservasi isyarat nonverbal menjadi 6
Data objektif: ketidaknyamanan: Klien tampak gelisah A: Nyeri teratasi sebagian

 K/u lemah 3. Mengajarkam klien penggunaan teknik P: lanjutkan intervensi

 Klien tampak meringis nonfarmakologi yaitu dengan relaksasi RTL: Pasien direncanakan operasi

5
 Skala nyeri 8 nafas dalam histerektomi pukul 20.00 WIB
 TD : 80/50 mmHg 4. Monitor vital sign sebelum dan sesudah
 Nadi : 60x/i pemberian analgesik pertama kali

 RR : 23x/i 5. Berikan analgesik sesuai order dokter :

 Suhu : 36,0 C Pronalges supp

 Tampak pasien melahirkan 6. Evaluasi efektivitas analgesik, tanda

mioma geburt dengan diameter dan gejala (efek samping)

±10 cm

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari 1. Menentukan jumlah kalori dan jenis zat S:
kebutuhan makanan yang diperlukan untuk - Klien mengatakan nafsu
Data Subjektif : memenuhi kebutuhan nutrisi, ketika makan (-)
 Klien mengatakan tidak nafsu berkolaborasi dengan ahli gizi. - Klien mengatakan masih
makan Diit klien saat ini ML (berupa bubur mual bila makan
 Mual (+) putih) O:
 Muntah (+) 2. Menjelaskan pada klien untuk makan - Tampak porsi yang di

 Klien mengatakan sekarang berupa makanan yang tinggi serat untuk berikan hanya habis ½

kurus , banyak pakaian nya yang mencegah konstipasi porsi,

longgar 3. Menganjurkan klien untuk makan - Mual (+)

Data Objektif : dalam porsi kecil tapi sering A: Masalah belum teratasi

 K/u lemah 4. Menganjurkan klien untuk makan P : intervensi dilanjutkan

 Diit ML (Porsi yang diberikan dalam keadaan hangat

tidak habis, hanya 5. Monitor kehilangan dan pertambahan

6
menghabiskan1/2 bubur yang berat badan
diberikan) 6. Monitor turgor kulit
 Pasien tampak muntah 3 kali 7. Monitor adanya mual dan muntah
 Albumin :2,7 g/dl 8. Monitor nilai albumin, total protein,
 BB sebelum sakit: 62 kg hemoglobin dan hematokrit.

 BB saat sakit : 56 kg 9. Monitor tingkat energi, lelah, lesu, dan


lemah
10. Monitor intake kalori dan nutrisi
3 Gangguan eliminasi urine b.d 1. Menjelaskan kepada klien penyebab Pukul 13.45
tertekannya vesika urinaria terjadinya gangguan eliminasi urin S:
Data Subjektif: 2. Memantau asupan dan keluaran - Klien mengatakana BAK
 Klien mengatakan susah buang 3. Memantau tingkat distensi kandung sudah lancar
air kecil,terasa sakit dan sedikit kemih dengan palpasi dan perkusi - Pasien mengatakan sudah
sedikit tapi sering 4. Membantu dengan toilet secara berkala merasa lega setelah
 Klien mengatakan ± 10 kali 5. Menerapkan kateterisasi intermitene mioma dilahirkan
Data Objektif: 6. Bila perlu sarankan untuk penggunaan O:
 Klien tampak sering kekamar pampers - Klien tampak tenang
kecil. 7. Menganjurkan klien menggunakan A: Masalah teratasi
teknik tarik nafas dalam bila nyeri BAK P : Intervensi selesai

4 Resiko infeksi 1. Anjurkan pengunjung untuk S:


Data Subjektif : mencuci tangan pada saat memasuki - Pasien dan keluarga
- dan meninggalkan ruangan pasien mengatakan paham

7
Data objektif : 2. Motivasi intake cairan dan nutrisi tentang cuci tangan untuk
 Leukosit : 27,330 /mm3 yang tepat mencegah infeksi
 Hb : 8,6 g/dl 3. Kolaborasi pemberian terapi - Klien mengatakan paham
 Mioma geburt telah dilahirkan antibiotik yang sesuai tentang tanda infeksi
dengan diameter 10 cm Ceftriaxone 2x1gr O:
4. Ajarkan pasien dan keluarga - Pasien memahami tentang
mengenai tanda dan gejala infeksi anjuran mencuci tangan
dan kapan harus melaporkan kepada dan tanda infeksi
perawat - Demam tidak ada
5. Observasi hasil pemeriksaan A: Masalah teratasi sebagian
laboratorium pasien P: intervensi dilanjutkan
6. Pantau adanya perubahan tingkat
energi atau malaise
5 Kelurangan volume cairan b.d 1. Monitor TTV ortostatik S:
kehilangan volume cairan aktif 2. Pertahankan bed rest selama - Klien mengatakan darah
Data Subjektif : perdarahan aktif masih keluar sedikit-
 Keluarga mengatakan keluar 3. Monitor status hidrasi (kelembaban sedikit
darah dari kemaluan (+) ± 1,5 membran mukosa, nadi adekuat, - Klien mengatakan
liter tekanan darah ortostatik), jika kondisinya sudah cukup
 Klien mengatakan badan terasa diperlukan membaik, pusing dan
lemah 4. Pertahankan patensi IV line lemas berkurang
Data Objektif : 5. Kolaborasikan pemberian cairan IV: O:
 K/U lemah pasien diberikan RL 2 kolf guyur - K/u lemah

8
 Penurunan tekanan darah TD : 6. Monitor respon pasien terhadap - Klien masih tampak pucat
80/ 50 mmhg, Nadi: 60x/menit penambahan cairan - Konjungtiva anemis (+)
 Klien tampak pucat 7. Memberikan inj. Tranexamat acid - TTV setelah guyur RL 2
 Konjungtiva anemis 500 mg IV dan vit K 1amp IV kolf : TD:90/50 mmHg,

 Akral teraba dingin 8. Dorong pasien untuk menambah N:68x/i, P:20x/i,

 CRT > 2 detik intake oral S:36,2oC

 Tampak mioma yang di lahirkan 9. Dorong keluarga untuk membantu - TTV (pukul 14.00)

klien sebesar ± diameter 10 cm pasien makan TD: 100/60 mmHg, N:


10. Atur kemungkinan tranfusi 72x/menit, P:20 x/menit,
 Tampak darah berwarna hitam
11. Persiapan untuk tranfusi S: 36,5 oC
bercampur darah segar pervagina
12. Memberikan tranfusi PRC 1 kolf/ A : Masalah teratasi sebagian
± 300 cc
hari P: Intervensi dilanjutkan
13. Monitor tingkat Hb dan hematokrit

CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/ tanggal : Rabu, 13 Desember 2017 Ruangan : Kebidanan
Nama : NY. N No. RM : 990559
No Perawat &
Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi
Paraf
1. Nyeri Akut b.d agen cidera (fisik : 1. Melakukan pengkajian nyeri secara S:
tindakan operasi) komprehensif meliputi: - Klien mengatakan nyeri

9
Pasien Keluar dari Ruang Operasi P: Tiba- tiba sedikit berkurang
Sekitar Pukul 03.00 WIB Q: Nyeri terasa di remas-remas - klien mengatakan badan
Data subjektif: R : nyeri dirasakan di luka operasi terasa lemas dan keringat
- Klien mengatakan nyeri pada S : Skala Nyeri 7 dingin
luka operasi T : hilang timbul O:
- Nyeri seperti diremas-remas 2. Mengobservasi isyarat nonverbal - K/ u lemah
- Nyeri dirasakan hilang timbul ketidaknyamanan: Klien tampak - Klien tampak gelisah
dengan durasi nyeri ± 5 menit gelisah - Skala nyeri dari 7 turun
Data objektif: 3. Mengajarkam klien penggunaan menjadi 6
- K/u lemah teknik nonfarmakologi yaitu dengan A:
- Klien tampak meringis relaksasi nafas dalam - Nyeri belum teratasi
- Skala nyeri 7 4. Monitor vital sign sebelum dan P: lanjutkan intervensi
- TD : 100/70 mmHg sesudah pemberian analgesik
- Nadi : 84x/i pertama kali
- RR : 20x/i 5. Berikan analgesik sesuai order
- Suhu : 36,7 C dokter : Asam Traneksamat
- Tampak luka operasi di abdomen 6. Evaluasi efektivitas analgesik, tanda
dengan ukuran Panjang : +/- dan gejala (efek samping)
10cm , Lebar : +/- 4 cm
- Kondisi Luka belum terlihat,
luka ditutup dengan kassa.
- Klien tampak keringat dingin
akibat menahan nyeri

10
2 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari 1. Menentukan jumlah kalori dan jenis zat S:
kebutuhan makanan yang diperlukan untuk memenuhi Klien mengatakan tidak nafsu
kebutuhan nutrisi, ketika berkolaborasi makan
Data Subjektif : dengan ahli gizi. Klien mengatakan masih
- Klien mengatakan tidak nafsu 2. Diit klien saat ini ML (berupa bubur mual bila makan
makan putih) O:
- Mual (+) 3. Menjelaskan pada klien untuk makan Tampak porsi yang di berikan
- Muntah (+) berupa makanan yang tinggi serat untuk hanya habis 1/3 porsi,
- Klien mengatakan tidak nafsu mencegah konstipasi Mual (+)
makan karena nyeri di luka 4. Menganjurkan klien untuk makan dalam A: Masalah belum teratasi
operasi porsi kecil tapi sering P : intervensi dilanjutkan
Data Objektif : 5. Menganjurkan klien untuk makan dalam Rencana Transfusi PRC 1 Kolf
- K/u lemah keadaan hangat
- Diit ML (Porsi yang diberikan 6. Monitor kehilangan dan pertambahan
tidak habis, hanya berat badan
menghabiskan1/3 bubur yang 7. Monitor turgor kulit
diberikan) 8. Monitor adanya mual dan muntah
- Pasien tampak muntah 2 kali 9. Monitor nilai albumin, total protein,
- Albumin : 2,7 g/dl hemoglobin dan hematokrit
- Haemoglobin : 9,6 g/dl 10. Menentukan jumlah kalori dan jenis zat
makanan yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi, ketika

11
berkolaborasi dengan ahli gizi.
11. Diit klien saat ini ML (berupa bubur
putih)
12. Menjelaskan pada klien untuk makan
berupa makanan yang tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
13. Menganjurkan klien untuk makan dalam
porsi kecil tapi sering
14. Menganjurkan klien untuk makan dalam
keadaan hangat
15. Monitor kehilangan dan pertambahan
berat badan
16. Monitor turgor kulit
17. Monitor adanya mual dan muntah
18. Monitor nilai albumin, total protein,
hemoglobin dan hematokrit.
19. Monitor tingkat energi, lelah, lesu, dan
lemah
20. Monitor intake kalori dan nutrisi
21. Transfusi PRC 1 Kolf pada pukul 16.50
WIB

3 Resiko infeksi Anjurkan pengunjung untuk mencuci tangan S:

12
Data Subjektif : pada saat memasuki dan meninggalkan -:Pasien dan keluarga mengatakan
- ruangan pasien paham tentang cuci tangan untuk
Data objektif : 2. Motivasi intake cairan dan nutrisi yang mencegah infeksi
- Leukosit : 25,330 /mm3 tepat - Klien mengatakan paham tentang
- Hb : 9,6 g/dl 3. Kolaborasi pemberian terapi antibiotik tanda infeksi
- Tampak Luka operasi di yang sesuai :Ceftriaxone 2x1gr O:
abdomen 4.Ajarkan pasien dan keluarga mengenai - Pasien memahami tentang anjuran
- Ukuran Luka panjang : 10 cm , tanda dan gejala infeksi dan kapan harus mencuci tangan dan tanda infeksi
Lebar : 4 cm melaporkan kepada perawat - Demam tidak ada
- Kondisi Luka belum terlihat 5. Observasi hasil pemeriksaan A: Masalah teratasi sebagian
- Luka ditutup demgan kassa laboratorium pasien P: intervensi dilanjutkan
6. Pantau adanya perubahan tingkat energi
atau malaise
4 Kelurangan volume cairan b.d 1. Monitor TTV ortostatik S:
kehilangan volume cairan aktif 2. Pertahankan bed rest selama perdarahan - Pasien dan keluarga
Data Subjektif : aktif mengatakan paham tentang
- Keluarga mengatakan darah 3. Monitor status hidrasi (kelembaban cuci tangan untuk mencegah
masih keluar di kemaluan pasien membran mukosa, nadi adekuat, tekanan infeksi
namun sedikit darah ortostatik), jika diperlukan - Klien mengatakan paham
- Keluarga mengatakan darah 4. Pertahankan patensi IV line tentang tanda infeksi
keluar -/+ 10 cc 5. Kolaborasikan pemberian cairan IV: O:
- Klien mengatakan badan terasa pasien diberikan Ringer Laktat 1 kolf - Pasien memahami tentang
lemah 6. Monitor respon pasien terhadap anjuran mencuci tangan dan

13
- Klien mengatakan kurang penambahan cairan tanda infeksi
minum air putih 7. Memberikan inj. Tranexamat acid 500 - Demam tidak ada
mg IV dan vit K 1amp IV A: Masalah teratasi sebagian
Data Objektif : 8. Dorong pasien untuk menambah intake P: intervensi dilanjutkan
- K/U lemah oral
- TD : 100/ 70 mmhg 9. Dorong keluarga untuk membantu pasien
- Nadi: 84x/menit makan
- Klien tampak pucat 10. Atur kemungkinan tranfusi
- Konjungtiva anemis 11. Persiapan untuk tranfusi
- Akral teraba dingin 12. Memberikan tranfusi PRC 1 kolf
- CRT > 2 detik 13. Monitor tingkat Hb dan hematokrit
- Tampak darah berwarna merah
pervagina 10 cc

14
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Pengkajian klien secara umum


Ny. N (37 tahun) masuk RSUP Dr. M. Djamil pada tanggal 5 Desember 2017
jam 12.02 WIB kiriman dari poliklinik kebidanan dengan keluhan perdarahan
pervagina dengan diagnosa mioma geburt. Mioma adalah tumor jinak
miometrium uterus dengan konsistensi padat kenyal, batas jelas, mempunyai
pseudo kapsul, tidak nyeri, bisa soliter atau multipel sedangkan Mioma Geburt
adalah jenis mioma submukosa yang mempunyai tangkai. Tumor ini dapat keluar
dari rongga rahim ke vagina disebut juga dengan submukosa pedinkulata yaitu
yang mudah mengalami infeksi, ulserasi dan infark. (Hadibroto BR, 2005).
Menurut Anonim (2008) manifestasi klinis dari mioma ini berupa perdarahan
abnormal, nyeri, efek penekanan, gejala akibat komplikasi, anemia, torsi,
infertilitas. Pada kasus pasien mengatakan nyeri diperut bagian bawah (ari-ari)
seperti berputar-putar dan diremas-remas, nyeri yang dirasakan hilang timbul.
Klien mengatakan perdarahan pervagina, buang air kecil (BAK) sedikit sedikit
tetapi sering, terasa tidak puas dan sakit. Klien juga mengatakan merasa mual
sehingga tidak nafsu makan dan mengalami penurunan berat badan. Klien
tampak pucat dan lemas.
Ny. N mengatakan pernah mengalami perdarahan banyak yang keluar dari
kemaluannya. Keluarga mengatakan Ny. N sudah sering bolak-balik di rawat di
Rumah Sakit. Saat ini klien sudah menjalani 3 kali dirawat di Rumah Sakit.
Terakhir klien di rawat pada bulan November 2017 dengan penyakit dan keluhan
yang sama. Menurut Hadibroto BR (2005) mioma geburt ini sering memberikan
keluhan gangguan perdarahan, tumor ini dapat keluar dari rongga rahim ke
vagina, dan sering mengalami infeksi.
Pada saat pengkajian Ny. N mengatakan 6 bulan terakhir menstruasinya 2x
dalam sebulan. Dengan darah yang keluar adalah darah segar, namun banyaknya
tidak teratur. Kadang keluar banyak dan kadang keluar sedikit. Pada Mioma

15
Geburt gejala yang menonjol berupa perdarahan per vaginam di antara siklus
haid yang bervariasi mulai dari perdarahan bercak hingga perdarahan masif.
Darah yang keluar berupa darah segar dan kadang disertai nyeri sehingga dapat
diduga sebagai haid yang memanjang (Hadibroto BR, 2005). Perdarahan
abnormal ini disebabkan karena pengaruh ovarium sehingga terjadilah
hiperplasia endometrium sampai adenokarsinoma, permukaan endometrium yang
lebih luas, atrofi endometrium di atas mioma submukosum, dan miometrium
tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang mioma diantara serabut
miometrium. (Manuaba IBG).
Berdasarkan data yang didapatkan dari hasil pengkajian, dapat diangkat
beberapa diagnosa keperawatan yaitu : Nyeri kronik b.d agen cidera (biologis:
mioma geburt), Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
faktor biologis, Gangguan eliminasi urin b.d penekanan pada vesika urinaria,
Resiko Perdarahan b.d penyakit, Resiko infeksi dengan factor resiko pertahanan
sekunder tidak adekuat, dan Kekurangan volume cairan b.d kehilangan volume
cairan aktif. Untuk menyelesaikan permasalahan pada Ny. N dengan mioma
geburt telah dilakukan proses keperawatan berdasarkan setiap tahapannya yaitu,
pengkajian, penegakan diagnosa keperawatan, merencanakan asuhan
keperawatan, implementasi dan evaluasi proses keperawatan.

B. Diagnosa, Intervensi, Implementasi, dan Evaluasi Keperawatan


a. Nyeri kronik b.d agen cidera (biologis: mioma geburt)
Nyeri merupakan pengalaman pribadi yang di ekspresikan secara
berbeda pada masing-masing individu. Setiap individu memiliki pengalaman
nyeri dengan skala tertentu. Nyeri bersifat subjektif dan persepsikan individu
berdasarkan pengalamannya. Nyeri Kronik adalah keadaan ketika individu
mengalami nyeri yang menetap atau intermiten dan berlangsung lebih dari
enam bulan. (NANDA, 2015). Diagnosa ini ditandai dengan adanya nyeri
yang dirasakan pasien dan kemudian diidentifikasi dengan menggunakan
skala nyeri.

16
Ny. N mengatakan nyeri pada perut bagian bawah (ari-ari), nyerinya
seperti berputar –putar dan di remas- remas, skala nyeri 6, nyeri dirasakan
hilang timbul dengan durasi nyeri ± 5 menit. Keadaan umum pasien lemah.
Ny. N juga mengatakan perut membesar dan terasa keras selama 6 bulan ini.
Hasil vital sign pasien adalah Tekanan Darah : 130/80 mmHg, Nadi :
84x/i, RR : 22x/i, Suhu : 36,5 C.
Berdasarkan NANDA, (2015) batasan karakteristik nyeri kronik
diantaranya adalah individu melaporkan bahwa nyeri telah ada lebih dari 6
bulan, gangguan hubungan sosial dan keluarga, peka rangsangan,
ketidakaktifan fisik atau imobilitas, menggosok bagian yang nyeri, tampak
lunglai, berfoku pada diri sendiri, tegangan otot rangka, tampak keletihan dan
gelisah.
Secara teoritis, tanda dan gejala yang ditemukan pada pasien sesuai
dengan batasan karakteristik pada diagnosa, sehingga nyeri kronik diangkat
sebagai diagnosa utama. Implementasi yang dilakukan pada kasus ini adalah
Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, Mengobservasi isyarat
nonverbal ketidaknyamanan: Klien tampak gelisah, Mengajarkam klien
penggunaan teknik nonfarmakologi yaitu dengan relaksasi nafas dalam,
Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali,
Berikan analgesik sesuai order dokter : Pronalges supp bila nyeri, dan
Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek samping)
(NANDA,2015).
Manajemen relaksasi dilakukan dengan cara mengajarkan pasien
teknik relaksasi dengan mencari posisi senyaman mungkin lalu mengajarkan
teknik tarik nafas dalam saat merasakan nyeri. Selanjutnya untuk mengurangi
nyeri dengan medis dengan memberikan analgetik pronalges supp sesuai order
dokter.
Pada evaluasi akhir tanggal 13 desember 2017, masalah nyeri pada
pasien teratasi sebagian. Hal ini dapat dilihat dari pemahaman pasien
menggunakan teknik relaksasi nonfarmakologi dalam mengatasi nyeri yaitu

17
dengan teknik nafas dalam. Dilanjutkan dengan pemberian analgetik sesuai
resep dokter.
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d faktor biologis.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah
kondisi ketika individu yang tidak puasa mengalami atau beresiko mengalami
ketidakadekuatan asupan atau metabolisme nutrien untuk kebutuhan
metabolisme dengan atau tanpa disertai penurunan berat badan (NANDA,
2015). Pada kasus pasien mengatakan tidak nafsu makan, mual (+), muntah
(+), klien tampak kurus, Diit MB TKTP (Porsi yang diberikan tidak habis,
hanya menghabiskan 1/3 porsi ), Albumin :2,7 g/dl, BB dari 62 kg menjadi
56 kg, TB 156 cm, IMT : 23,04 kg/m2.
Berdasarkan NANDA, (2015) batasan karakteristik dari
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah menurunnya
berat badan pasien, kelemahan otot dan nyeri tekan, penurunan albumin
serum, dan penurunan kapasitas ikatan-besi. Secara teoritis, tanda dan gejala
yang ditemukan pada pasien merupakan tanda ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh.
Implementasi yang dilakukan untuk mengatasi ketidakseimbangan
nutrisi pada pasien adalah dengan menentukan jumlah kalori dan jenis zat
makanan yang diperlukan dengan memberikan Diit makanan TKTP kepada
pasien, menganjurkan klien untuk makan dalam porsi kecil tapi sering dan
dalam keadaan masih hangat, memonitor kehilangan dan pertambahan berat
badan, memonitor turgor kulit, memonitor adanya mual dan muntah,
memonitor nilai albumin, total protein, hemoglobin dan hematokrit,
memonitor tingkat energi, lelah, lesu, dan lemah serta memonitor intake kalori
dan nutrisi. (NANDA,2015).
Pada evaluasi akhir didapatkan bahwa masalah ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh masih belum teratasi. Dilihat dari nafsu
makan pasien yang masih menurun, pasien tidak mau menghabiskan makanan
yang diberikan, pasien hanya menghabiskan setengah porsi makanan yang

18
diberikan, klien masih mengeluh mual dan kadang muntah. Rencana tindak
lanjutnya yaitu pemberian transfusi PRC 1 Kolf.
c. Gangguan eliminasi urin b.d penekanan pada vesika urinaria
Gangguan eliminasi urine adalah keadaan dimana seorang individu
mengalami atau beresiko mengalami disfungsi eliminasi urine. Biasanya
orang yang mengalami gangguan eliminasi urin akan dilakukan kateterisasi
urine, yaitu tindakan memasukan selang kateter ke dalam kandung kemih
melalui uretra dengan tujuan mengeluarkan urine (NANDA, 2015).
Pada kasus ini pasien mengatakan susah buang air kecil, terasa sakit
dan BAK sedikit tapi sering, pasien mengatakan ± 10 kali BAK/hari. Batasan
karakteristik dari gangguan eliminasi urine adalah disuria, sering berkemih,
anyang-anyangan, inkontinensia, retensi, dan dorongan (NANDA, 2015).
Implementasi yang dilakukan untuk mengatasi gangguan eliminasi
urin ini adalah dengan menjelaskan kepada pasien penyebab terjadinya
gangguan eliminasi urin, memantau asupan dan keluaran, memantau tingkat
distensi kandung kemih dengan palpasi dan perkusi, membantu dengan toilet
secara berkala, menerapkan kateterisasi intermitene dan penggunaan pampers,
menganjurkan pasien menggunakan teknik tarik nafas dalam bila nyeri BAK.
Pada evaluasi akhir didapatkan pasien mengatakan bahwa BAKnya
sudah lancar setelah mioma dilahirkan, dan pasien merasa lega. Disini dapat
kita lihat bahwa masalah gangguan eliminasi urine nya dapat teratasi.
d. Resiko Perdarahan b.d penyakit
Resiko perdarahan adalah resiko penurunan volume darah yang dapat
mengganggu kesehatan (NANDA, 2015). Pada kasus pasien mengatakan
masih keluar darah dari kemaluan ± 150 cc, pasien tampak lemah dan pucat,
konjungtiva anemis, Hb :8,6 g/dl, Ht : 28 %, PT :1,.detik, APTT : 60,.detik.
Implementasi yang dilakukan untuk mengatasi resiko perdarahan ini
adalah memonitor ketat tanda-tanda perdarahan, mencatat nilai Hb dan HT
sebelum dan sesudah terjadìnya perdarahan, Monitor nilai lab (koagulasi)
yang meliputi PT, PTT, trombosit, Monitor TTV ortostatik, Pertahankan bed

19
rest selama perdarahan aktif, Memberikan tranfusi PRC 1 kolf/ hari,
Pertahankan patensi IV line, Memberikan inj. Tranexamat acid 500 mg IV
dan vit K 1amp IV.
Dari implementasi yang telah dilakukan diperoleh evaluasi yaitu
masalah resiko perdaharan belum teratasi. Pasien mengatakan darah masih
keluar sedikit-sedikit, klien masih tampak pucat, konjungtiva anemis (+),
TD:100/60 mmHg, N:78x/i, P:20x/i, S:36,7 oC. Melanjutkan pemberian
tranfusi PRC 1 kolf/ hari sampai hasil labor dalam batas normal, memberikan
injeksi Tranexamat acid 500 mg dan vit K 1amp sesuai order dokter.
e. Resiko infeksi dengan factor resiko pertahanan sekunder tidak adekuat
Resiko infeksi adalah keadaan ketika individu beresiko terserang agen
patogenik atau oportunistik (virus, jamur, bakteri, protozoa, atau parasit lain)
yang berasal dari sumber-sumber endogen atau eksogen (NANDA, 2015).
Pada kasus didapatkan dari hasil labornya yaitu Leukosit : 27,330 /mm3, Hb :
8,6 g/dl, Hasil USG abd : Mioma geburt ( terdapat massa ukuran 10x9x9 cm
keluar dari kanalis servicalis memenuhi vagina)
Implementasi yang dilakukan untuk mencegah terjadinya resiko
infeksi yaitu mengajarkan cara cuci tangan kepada pasien dan keluarga pasien
dengan benar, memotivasi intake cairan dan nutrisi yang tepat. memberikan
terapi antibiotik yang sesuai yaitu Ceftriaxone 2x1gr, mengajarkan pasien dan
keluarga mengenai tanda dan gejala infeksi dan kapan harus melaporkan
kepada perawat, mengobservasi hasil pemeriksaan laboratorium pasien
(NANDA, 2015).
Setelah dilakukan implementasi, didapatkan hasil bahwa masalah
resiko infeksi teratasi sebagian. Pasien dapat memahami tanda dan gejala
infeksi, pasien mengerti cara mencuci tangan dan kapan saja harus mencuci
tangan. Hasil labor terakhir adalah Leukosit : 25,330 /mm3, Hb : 9,6 g/dl,
Tampak Luka operasi di abdomen, Ukuran Luka panjang : 10 cm , Lebar : 4
cm, Kondisi Luka belum terlihat, luka ditutup dengan kassa.
f. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan volume cairan aktif

20
Kekurangan volume cairan adalah keadaan ketika individu yang tidak
menjalani puasa mengalami atau beresiko mengalami dehidrasi (NANDA,
2015). Pada kasus ini didapatkan data bahwa setelah dilakukan operasi
keluarga pasien mengatakan keluar darah dari kemaluan (+) ± 1,5 liter, klien
mengatakan badan terasa lemah, Penurunan tekanan darah TD : 80/ 50 mmhg,
Nadi: 60x/menit, klien tampak pucat, konjungtiva anemis, akral teraba dingin,
CRT > 2 detik, tampak mioma yang di lahirkan klien sebesar ± diameter 10
cm, tampak darah berwarna hitam bercampur darah segar pervagina ± 300 cc.
Berdasarkan NANDA (2015), batasan karakteristik dari kekurangan
volume cairan adalah adanya penurunan pada : tekanan darah, nadi, volume
nadi, turgor kulit, turgor lidah, haluaran urin, membran mukosa kering, kulit
kering, peningkatan hematokrit, kelemahan, dan penurunan berat badan.
Secara teoritis, tanda dan gejala yang ditemukan pada pasien merupakan tanda
dan gejala kekurangan volume cairan sehingga perawat dapat melakukan
intervensi yang sesuai untuk meningkatkan kebutuhan cairan pada pasien.
Implementasi yang telah dilakukan perawat adalah memantau TTV
ortostatik, mempertahankan bed rest selama perdarahan aktif , memantau
status hidrasi (kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah
ortostatik), jika diperlukan, memberian cairan IV: pasien diberikan RL 2 kolf
guyur, memantau respon pasien terhadap penambahan cairan, memberikan inj.
Tranexamat acid 500 mg IV dan vit K 1amp IV, mendorong keluarga untuk
membantu pasien makan, mempersiapan untuk tranfusi, memberikan tranfusi
PRC 1 kolf/ hari , memantau hasil labor tingkat Hb dan hematocrit.
Pada evaluasi akhir pada tanggal 13 desember 2017, masalah
kekurangan volume cairan pada pasien teratasi sebagian. Pasien mengatakan
darah masih keluar dari vagina sebanyak 10cc. Tekanan darah dan nadi pasien
mengalami peningkatan dan hasil labor Hb pasien meningkat dari 8,6 g/dl
menjadi 9,6 g/dl.

21
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari hasil asuhan keperawatan yang dilakukan terhadap Ny. Y dan
pembahasan yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Pada pengkajian, tanda dan gejala mioma geburt yang dialami Ny. Y telah
sesuai dengan teori yang ada, yaitu berupa pendarahan dan nyeri di perut.
2. Masalah nyeri Ny. Y hanya bisa teratasi sebagian.
3. Masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Ny. Y
tidak dapat teratasi.
4. Masalah gangguan eliminasi urin Ny. Y sudah teratasi, hal ini karena
miomanya sudah lahir spontan.
5. Masalah resiko perdarahan Ny. Y belum teratasi.
6. Masalah resiko infeksi Ny. Y teratasi sebagian.
7. Masalah kekurangan volume cairan Ny. Y teratasi sebagian.

B. Saran
Disarankan kepada tim keperawatan yang melakukan tindakan kepada Ny.
Y maupun pasien lain yang memiliki keluhan sama dapat menangani keluhan
pasien dengan baik, sehingga semua masalah dapat teratasi. Beberapa saran lebih
rinci sebagai berikut :
1. Disarankan agar penanganan nyeri lebih dimodifikasi sehingga pasien
dapat merasa nyaman dan nyeri hilang tanpa menggunaka obat analgesik.
2. Disarankan agar penanganan nutrisi pasien dapat diatasi dengan
pemantauan IMT lebih lanjut dan intake nutrisi adekuat.
3. Disarankan agar resiko perdarahan dapat teratasi dengan cara herbal dan
tidak dengan obat medis.

22
4. Disarankan agar resiko infeksi dapat teratasi dan pemeriksaan labor darah
setepat mungkin untuk melihat apakah sistem imun pasien sudah baik
atau tidak.
5. Disaran volume cairan dapat seimbang dengan pemantauan dan
monitoring, serta penghitungan tetesan cairan infus tepat.

23
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2008, Biomolekuler mioma uteri. Available from: http://digilib.unsri.ac.idf.


Di akses:
31 Juli 2012.
Anonim.2006.“ISO (Informasi Spesialite Obat Indonesia) Volume
41.”Jakarta:Penerbit Ikatan
Sarjana Farmasi Indonesia, PT Anem Kosong Anem.
Anonymous. 2007. Uterine Fibroids and Hysterectomy, available
from www.wallgreens.com.
Accessed on February 15.
Callahan MD MPP, Tamara L. 2005. Benign Disorders of the Upper Genital
Tract in Blueprints
Obstetrics & Gynecology, Boston, Blackwell Publishing,
Darmasetiawan SM dkk. 2009. Penggunaan Padanan Hormon Pelepas
Gonadotropin Agonis
(GNRH-A). Pada Kasus Fibroma Uterus dalam Majalah Kedokteran
Indonesia, vol. 45, No. 8, IDI, Jakarta.
Hanifa, dkk, 2008, Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
d/a Bagian
Obstetri dan Ginekologi FKUI. Jakarta..
Hadibroto BR, 2005. Mioma Uteri. Majalah Kedokteran Nusantara Vol. 38 No. 3
September
2005. Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara, RSUD H. Adam Malik Medan. Available from :
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/15576/1/mkn-sep2005-
%20(9).pdf (Accessed on July 20, 2012)
Hoffbrand, A.V.2005.”Kapita Selekta Hematologi Edisi 4.”Jakarta:EGC.
Hughes-Jones, N.C.1994.”Catatan Kuliah Hematologi.”Jakarta:EGC.

24
Karim A, IMS Murah Manoe, SpOG. 2009. Mioma Uteri, dalam : Pedoman Diagnosis
dan
Terapi Obstetri dan Ginekologi, Ujung Pandang, Bagian/SMF OBstetri dan
Ginekologi
FK Unhas RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo.
Lacey, C.G., Benign Disorders of the Uterine Corpus, Current Obstetric and
Gynecologic
Diagnosa and Treatment, 6th ed, Aplleten & Lange, Norwalk Connectient,
California, Los Atlas, 2007, p : 657-62.
Muzakir. 2008. Profil Penderita Mioma Uteri di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau
Periode 1
Januari-31 Desember 2006.
Marjono B. A. et all., 2008. Tumor Ginekologi. Available from :
http://www.geocities.com.
(Accessed : November 21, 2008).
Manuaba IBG, Tumor Jinak pada Alat-alat Genital, Ilmu Kebidanan, Penyakit
Kandungan &
Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan, EGC, Jakarta, p : 409-12.
Moeloek, F.A., Hudono, S.Tj., Penyakit dan Kelainan Alat Kandungan, Ilmu
Kebidanan,
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2004, p : 401-27.
Sutoto, MS Joedosepoetro.2007. Tumor Jinak pada Alat-alat Genital, dalam: Ilmu
Kandungan
Edisi Kedua Cetakan Ketiga, Jakarta, Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

25

Вам также может понравиться