Вы находитесь на странице: 1из 20

BAB III

PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA

A. Persiapan kemerdekaan Indonesia pada masa pendudukan jepang

Pada tahun 1994, kedudukan jepang dalam perang pasifik semakin sulit. Garis pertahanan
jepang dapat di tembusnoleh pasukan sekutu. Sejumlah tempat strategis di indonesia banyak
mengalami perpindahan tangan ke tangan sekutu. Jepang menerapkan kebijakan-kebijakan baru di
daerah yang di dudukinya. Usaha jepang untuk membuat kebijakan tersebut di buat peluang bagi
bangsa Indonesia untuk mempersiapkan kemerdekaan. Berikut ini beberapa kejadian yang
berhubungan dengan usaha persiapan kemerdekaan Indonesia.

Janji Perdana Mentri Kaiso


Kedudukan jepang terdesak akibat front mulai menurunkan moral pasukannya. hal ini
menimbulkan krisis ekonomi dan politik di negeri jepang sendiri. pada tanggal 19 juli 1944, jendral
hedaki tojo meletakan jabatannya sebagai perdana mentri. Ia di gantikan oleh jendral kuniaki koiso.
Ia membawa tugas berat untuk memulihkan jepang agar baik di mata asia. Oleh karena itu jepang
melakukan ekspansi penjajahan di kawasan asia termasuk Indonesia.
Pada tanggal 7 september 1944, jendral koiso memberikan janji kemerdekaan kepada
indonesia di kemudian hari. Tujuan agar rakyat indonesia tidak melakukan perlawanan terhadap
jepang.

Pembentukan BPUPKI
Memasuki tahun 1944, benteng pertahanan jepang di pulau saipan, papua nugini, kepulauan
salomon, dan kepulauan marshall telah jatuh ke tangan sekutu. hal ini membuat jepang tinggal
menghitung waktu.
Dalam menghadapi krisis tersebut, pada tanggal 1 maret 1945 pemerintah kedudukan
jepang di bawah panglima bala tentara XVI, Jendral kumakichi harada, mengumumkan di bentuknya
BPUPKI. Badan yang beranggotakan 67 orang yang terdiri atas tokoh utama pergerakan nasional
indonesia dari semua daerah dan aliran. BPUPKI sendiri di ketuai olehRajiman wediodiningrat. dan di
bantu oleh 2 ketua muda yaitu P. suroso dan ichibangase. BPUPKI sndiri di resmikan pada tanggal 28
Mei 1945 di gedung Cuo sangi in di jalan pejambon, jakarta.

Perumusan dasar negara


Sidang pertama BPUPKI berlangsung dari tanggal 29 mei sampai dengan tanggal 1 juni 1945.
yang bertujuan untuk merumuskan undang-undang dasar. beberapa pidato dan isi dari para tokoh
pergerakan nasional.
a. Mr.Muhammad Yamin
Dalam sidang pada tanggal 29 mei 1945 M Yahmin mengumumkan 5 azas dasar kebangsaan
republik indonesia yaitu :

 peri kebangsaan
 peri kemanusiaan
 periketuhanan
 peri kerakyatan
 kesejahterahan rakyat
b. Prof. Dr. Mr. Soepomo
Dalam sidang pada tanggal 31 mei 1945, soepomo juga mengemukakan lima prinsip negara di
namakan dasar negara indonesia merdeka yaitu :

 persatuan
 kekeluargaan
 keseimbangan lahir batin
 musyawarah dan
 keadilan rakyat

c. Ir. Soekarno
Ir.soekarno mendapat giliran menyampaikan sidang pada tanggal 1 juni 1945. beliau menyampaikan
pidatonya 5 dasar negara indonesia atau di sebut pancasila yaitun :

 kebangsaan indonesia
 internasionalisme atau peri kemanusiaan
 mufakat atau demokrasi
 kesejahteraan sosial dan
 ketuhanan yang maha esa
 B. Peristiwa Menjelang Proklamasi 17 Agustus 1945
Kita tentu sudah mengetahui bahwa pada 6 Agustus 1945 Amerika Serikat menjatuhkan bom
atom di kota Hiroshima. Nagasaki juga dibom pada 9 Agustus 1945. Kedua bom atom
tersebut mengakibatkan korban jiwa yang sangat besar. Berbagai fasilitas juga hancur.
Pemerintah Jepang benar-benar dalam kesulitan. Akhirnya, pada 14 Agustus 1945 Jepang
menyerah tanpa syarat kepada Sekutu.
Berita kekalahan Jepang kepada Sekutu segera sampai pada kaum pergerakan kemerdekaan
Indonesia. Terdapat dua pendapat dalam menyikapi kekalahan Jepang pada Sekutu. Kelompok
pertama segera menginginkan bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaan.
Mereka terkenal dengan golongan muda. Golongan tua menginginkan proklamasi dilakukan
sesuai kesepakatan dengan tentara Jepang. Setelah melalui proses panjang dan
melelahkan, akhirnya golongan tua mengikuti kemauan golongan muda agar proklamasi
kemerdekaan segera dikumandangkan.
1. Titik Tolak Berbagai Peristiwa Penting Menjelang Tahun 1945

a. Dalam Sidang Istimewa Teikoku Ginkai (Parlemen Jepang) ke-85 pada 7 September 1944 di
Tokyo, Perdana Menteri Koiso mengumumkan bahwa daerah Hindia Timur
(Indonesia) diperkenankan untuk merdeka kelak di kemudian hari. Hal ini dilatarbelakangi oleh
semakin terdesaknya Angkatan Perang Jepang oleh pasukan Amerika, terlebih dengan
jatuhnya Kepulauan Saipan ke tangan Amerika.
b. Pada 1 Maret 1945, Letnan Jenderal Kumakici Harada mengumumkan pembentukan
Dokuritsu Junbi Cosakai atau Badan Penyelidik Usaha-Usaha Panitia Kemerdekaan. Tindakan
ini merupakan langkah konkret pertama bagi pelaksanaan janji Koiso. Dr. Radjiman
Wediodiningrat terpilih sebagai Kaico atau ketua.
c. Pada 7 Agustus 1945, Panglima Tentara Umum Selatan Jenderal Terauchi meresmikan
pembentukan Dokuritsu Junbi Linkai atau Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Pada
saat ini pula, Dokuritsu Junbi Cosakai dinyatakan bubar. Ir. Soekarno terpilih sebagai ketua dan
Drs. Moh. Hatta sebagai wakil ketua.
d. Pada 6 dan 9 Agustus 1945, pasukan udara Sekutu menjatuhkan bom masing-masing di kota
Nagasaki dan Hiroshima. Hal ini mendorong Jepang untuk segera mengambil keputusan penting.
e. Pada 12 Agustus 1945, Jenderal Besar Terauci menyampaikan kepada tokoh pergerakan yang
diundang, yaitu Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan dr. Radjiman Wediodiningrat bahwa
pemerintah kemaharajaan telah memutuskan untuk memberikan kemerdekaan kepada
Indonesia pada 24 Agustus 1945. Pelaksanaannya akan dilakukan oleh PPKI.
f. Pada 14 Agustus 1945 Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu akibat dijatuhkannya
bom atom di Hiroshima dan Nagasaki.

2. Peristiwa Rengasdengklok
Penyerahan Jepang kepada Sekutu menyebabkan reaksi yang berbeda di antara para tokoh
pergerakan kemerdekaan bangsa Indonesia. Para anggota PPKI, seperti Soekarno dan Hatta
tetap menginginkan proklamasi dilakukan sesuai mekanisme PPKI.
Alasannya kekuasaan Jepang di Indonesia belum diambil alih. Tetapi, golongan muda, seperti
Tan Malaka dan Sukarni menginginkan proklamasi kemerdekaan dilaksanakan sesegera
mungkin. Para pemuda mendesak agar Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan
secepatnya. Alasan mereka adalah Indonesia dalam keadaan vakum atau kekosongan
kekuasaan. Pertentangan pendapat antara golongan tua dan golongan muda inilah
yang melatarbelakangi terjadinya peristiwa Rengasdengklok.
a. Golongan Tua
Mereka yang dicap sebagai golongan tua adalah para anggota PPKI yang diwakili oleh Soekarno
dan Hatta. Mereka adalah kelompok konservatif yang menghendaki pelaksanaan
proklamasi harus melalui PPKI sesuai dengan prosedur maklumat Jepang pada 24 Agustus 1945.
Alasan mereka adalah meskipun Jepang telah kalah, kekuatan militernya di Indonesia harus
diperhitungkan demi menjaga hal-hal yang tidak diinginkan. Kembalinya Tentara Belanda ke
Indonesia dianggap lebih berbahaya daripada sekadar masalah waktu pelaksanaan proklamasi
itu sendiri.

b. Golongan Muda
Menanggapi sikap konservatif golongan tua, golongan muda yang diwakili oleh para anggota
PETA dan mahasiswa merasa kecewa. Mereka tidak setuju terhadap sikap golongan tua dan
menganggap bahwa PPKI adalah bentukan Jepang. Oleh karena itu, mereka menolak jika
proklamasi dilaksanakan melalui PPKI. Sebaliknya, mereka menghendaki terlaksananya
proklamasi kemerdekaan dengan kekuatan sendiri, terbebas dari pengaruh Jepang. Sutan Syahrir
termasuk tokoh pertama yang mendesak Soekarno dan Hatta untuk segera memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia.
Sikap golongan muda secara resmi diputuskan dalam rapat yang diselenggarakan di
Pegangsaan Timur Jakarta pada 15 Agustus 1945. Hadir dalam rapat ini Chairul Saleh, Djohar
Nur, Kusnandar, Subadio, Subianto, Margono, Armansyah, dan Wikana. Rapat yang
dipimpin Chairul Saleh ini memutuskan bahwa kemerdekaan Indonesia adalah hak dan masalah
rakyat Indonesia sendiri, bukan menggantungkan kepada pihak lain.
Keputusan rapat kemudian disampaikan oleh Darwis dan Wikana pada Soekarno dan Hatta
di Pegangsaan Timur No.56 Jakarta. Mereka mendesak agar Proklamasi Kemerdekaan
segera dikumandangkan pada 16 Agustus 1945. Jika tidak diumumkan pada tanggal tersebut,
golongan pemuda menyatakan bahwa akan terjadi pertumpahan darah. Namun, Soekarno tetap
bersikap keras pada pendiriannya bahwa proklamasi harus dilaksanakan melalui PPKI. Oleh
karena itu, PPKI harus segera menyelenggarakan rapat. Pro kontra yang mencapai titik puncak
inilah yang telah mengantarkan terjadinya peristiwa Rengasdengklok.
c. Membawa Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok
Di tengah suasana pro dan kontra, golongan pemuda memutuskan untuk membawa Soekarno
dan Hatta ke luar Jakarta. Pilihan ini diambil berdasarkan kesepakatan rapat terakhir golongan
pemuda pada 16 Agustus 1945 di Asrama Baperpi, Cikini, Jakarta. Tujuannya untuk
menjauhkan Soekarno Hatta dari pengaruh Jepang.
Untuk melaksanakan pengamanan Soekarno dan Hatta, golongan pemuda memilih Shodanco
Singgih, guna menghindari kecurigaan dan tindakan militer Jepang. Untuk memuluskan jalan,
proses ini dibantu berupa perlengkapan Tentara PETA dari Cudanco Latief
Hendraningrat. Soekarno dan Hatta kemudian dibawa ke Rengasdengklok. Ketika anggota PETA
Daidan Purwakarta dan Daidan Jakarta mengadakan latihan bersama, terjalin hubungan yang
baik di antara mereka.
Di Jakarta, dialog antara golongan muda yang diwakili oleh Wikana dan golongan tua Ahmad
Subardjo mencapai kata sepakat. Proklamasi Kemerdekaan harus dilaksanakan di Jakarta dan
diumumkan pada 17 Agustus 1945. Golongan pemuda kemudian mengutus Yusuf Kunto untuk
mengantar Ahmad Subardjo ke Rengasdengklok dalam rangka menjemput Soekarno dan Hatta.

3. Perumusan Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia


Peristiwa Rengasdengklok telah mengubah jalan pikiran Soekarno Hatta. Mereka telah
menyetujui bahwa Proklamasi Kemerdekaan harus segera dikumandangkan. Soekarno dan Hatta
tiba di Jakarta pada pukul 23.00. Setelah singgah di rumah masing-masing, mereka langsung
menuju rumah kediaman Laksamada Maeda.
Hal ini dilakukan karena pertemuan Soekarno dengan Mayjen Nishimura dalam rangka
membahas Proklamasi Kemerdekaan yang akan dilaksanakan pada 17 Agustus 1945 tidak
membuahkan hasil. Soekarno baru sadar bahwa berbicara dengan penjajah tidak ada gunanya.
Nishimura melarang Soekarno dan Hatta untuk melaksanakan rapat PPKI dalam rangka
melaksanakan Proklamasi Kemerdekaan.
Pertemuan di rumah Laksamana Maeda dianggap tempat yang aman dari ancaman tindakan
militer Jepang karena Maeda adalah Kepala Kantor Penghubung Angkatan Laut di daerah
kekuasaan Angkatan Darat. Di kediaman Maeda itulah rumusan teks proklamasi disusun. Hadir
dalam pertemuan itu Sukarni, Mbah Diro, dan B.M.Diah dari golongan pemuda yang
menyaksikan perumusan teks proklamasi. Semula golongan pemuda menyodorkan
teks proklamasi yang keras nadanya dan karena itu rapat tidak menyetujui.
Berdasarkan pembicaraan antara Soekarno, Hatta, dan Ahmad Soebardjo, diperoleh
rumusan teks proklamasi yang ditulis tangan oleh Soekarno yang berbunyi:
Proklamasi
Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan d.l.l., diselenggarakan dengan tjara seksama dan
dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.
Djakarta, 17-8-‘05
Wakil-wakil bangsa Indonesia

Setelah teks proklamasi selesai disusun, muncul permasalahan tentang siapa yang harus
menandatangani teks tersebut. Hatta mengusulkan agar teks proklamasi itu ditandatangani oleh
seluruh yang hadir sebagai wakil bangsa Indonesia. Namun, dari golongan muda Sukarni
mengajukan usul bahwa teks proklamasi tidak perlu ditandatangani oleh semua yang hadir,
tetapi cukup oleh Soekarno dan Hatta atas nama bangsa Indonesia. Soekarno yang
nantinya membacakan teks proklamasi tersebut.
Usul tersebut didasari bahwa Soekarno dan Hatta merupakan dwitunggal yang pengaruhnya
cukup besar di mata rakyat Indonesia. Usul Sukarni kemudian diterima dan Soekarno meminta
kepada Sayuti Melik untuk mengetik naskah proklamasi tersebut, disertai perubahan-perubahan
yang disetujui bersama.
Terdapat tiga perubahan pada naskah tersebut dari yang semula berupa tulisan tangan
Soekarno, dengan naskah yang telah diketik oleh Sayuti Melik. Perubahan-perubahan itu adalah
sebagai berikut.
a. Kata “tempoh” diubah menjadi “tempo”.
b. Konsep “wakil-wakil bangsa Indonesia” diubah menjadi “atas nama bangsa Indonesia”.
c. Tulisan “Djakarta 17-08-‘05”, diubah menjadi “Djakarta, hari 17 boelan 8 Tahoen ‘05”.
d. Setelah selesai diketik, naskah teks proklamasi tersebut ditandatangani oleh Soekarno-Hatta,
dengan bunyi berikut ini.

 Proklamasi
 Kami bangsa Indonesia Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia. Hal-hal
yang mengenai pemindahan kekuasaan d.l.l., diselenggarakan dengan tjara seksama dan
dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.
 Djakarta, hari 17 boelan 8 Tahoen ‘05
 Atas nama bangsa Indonesia
 Soekarno–Hatta

C. Proklamasi Kemerdekaan RI

Proklamasi Kemerdekaan RI, tepat pada tanggal 6 Agustus 45, ledakan bom atom yang
senngaja dijatuhkan di atas kota Hiroshima, Jepang yang dilakukan oleh sekutu Amerika Serikat, yang
tidak secara langsung menurunkan semangat dan kegagahan tentara Jepang dimata dunia. Tanggal 9
Agustus 1945, kembali, bom atom yang kedua kalinya dijatuhkan tepat di atas Kota Nagasaki,
Jepang, hingga hal itu mengakibatkan Jepang langsung takluk pada Amerika Serikat bersama para
sekutunya. Akibat adanya Momen penting tersebut, ternyata menguntungkan bagi Indonesia yang
dijajah Jepang.

Presiden Soekarno, Wapres Hatta, juga didampingi Radjiman Wedyodiningrat langsung


diterbangkan ke Dalat, kurang lebih 250 km berada di sebelah timur laut Saigon, Vietnam ketiganya
tak lain akan bertemu Marsekal Terauchi. kabar beredar, jika Jepang dan pasukannya tengah diujung
tanduk kehancuran, sehingga akan menyerahkan kemerdekaan RI. Tanggal 10 Agustus 1945, Sutan
Syahrir sudah mendengar kabar tersebut lewat siaran radio, jika Jepang telah menyerah , dan para
pejuang pun mempersiapkan kemerdekaan RI dibawah naungan Proklamasi Kemerdekaan RI.

Tanggal 12 Agustus 45, Jepang yang diwakili Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam, menegaskan
kepada Presiden Soekarno, Hatta juga Radjiman apabila pemerintah Jepang secepatnya memberikan
kemerdekaan pada Indonesia juga proklamasi kemerdekaan bisa secepatnya dilangsungkan pada
beberapa hari, dan ditekankan kepada PPKI. Mulanya, Jepang berharap jika Indonesi merdeka pada
24 Agustus. 14 Agustus 2015, Presiden, wapres, dan Radjiman datang ke Indonesia dari Dalat, Tetapi,
Sutan Syahrir langsung mendesak supaya Soekarno bisa secepatnya memproklamasikan
kemerdekaan RI takut jika Jepang akan membuat tipuan.

Presiden Soekarno dan Hatta juga Soebardjo selanjutnya ke kantor Bukanfu, Laksamana Maeda, yng
berada di JL. Imam Bonjol No 1. Maeda langsung menyambut datangnya mereka dengan ucapan
bangga dan selamat atas kesuksesan mereka di Dalat. Paginya, Presiden Soekarno dan Hatta
secepatnya mempersiapkan sebuah pertemuan dengan PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia) sekitar jam 10 pagi, tanggal 16 Agustus dengan tujuan membicarakan semua yang ada
kaitannya dengan persiapan Proklamasi Kemerdekaan.

Tetapi, pada tanggal 16 Agustus 45, rapat tersebut tidak jadi akibat adanya peristiwa
Rengasdengklok. Selanjutnya para pemuda termasuk Chaerul saleh, Sukarni, Wikana, Shodanco
Singgih juga para pemuda yang lain langsung membawa soekarno, fatmawati, Guntur, dan hatta ke
rengasdengklok dan dikenal dengan peristiwa rengasdengklok. Tujuan utamanya ialah supaya
Presiden Ir. Soekarno dan Wapres Drs. Moh. Hatta tak dipengaruhi Jepang, dan disanalah pejuang
muda meyakinkan Soekarno apabila Jepang sudah menyerah dan semua pejuang sudah siap
melawan Jepang habis-habisan sampai titik nadir.

Singkat sejarahh Proklamasi RI ini, untuk penyusunan teks Proklamasi dilaksanakan oleh Presiden
Soekarno, M. Hatta, Achmad Soebardjo juga langsung disaksikan oleh Soekarni, B.M. Diah, Sudiro
juga Sayuti Melik. Untuk masalah konsep teks proklamasi ditulis juga oleh Ir. Soekarno. Dan dari
pihak Sukarni Ia menyarankan supaya yang menandatangani pada teks proklamasi ialah Presiden Ir.
Soekarno juga Wapres Drs. Moh. Hatta atas nama bangsa Indonesia.

Tepat pada Pagi, 17 Agustus 1945, bertempat di kediaman Soekarno, JL. Pegangsaan Timur 56
dilangsungkan acara Pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan RI sekitar jam 10.00 WIB. Isi teks
proklamasi Asli, yaitu berbunyi :
Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan dengan tjara seksama
dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.
Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05
Atas nama bangsa Indonesia.
Soekarno/Hatta
Pada teks proklamasi diatas ditulis dengan tahun 05, pasalnya disesuaikan dengan tahun Jepang,
yaitu 2605. Tetapi untuk yang sekarang beredar adalah seperti ini bunyi Isi teks proklamasi :

Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia.

Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan, dll diselenggarakan dengan cara saksama dan dalam
tempo yang sesingkat-singkatnya.

Jakarta, 17 Agustus 1945


Atas nama bangsa Indonesia

D. Pembentukan Kelengkapan Negara

Setelah Kemerdekaan - Satu hari setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia dilaksana kan, yaitu
pada 18 Agustus 1945 bertepatan dengan pelaksanaan Sidang PPKI, yang pada saat itu
pembahasannya difokuskan terhadap pembuatan rancangan Undang-Undang Dasar dan disahkan
sebagai dasar hukum bagi penyelenggaraan kehidupan ketata-negaraan Indonesia yang kemudian
dikenal menjadi Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Di dalamnya berisi tentang berbagai aturan mengenai cara-cara pembentukan negara dan
kelengkapan nya. Termasuk perumusan bentuk negara dan pemimpin bangsa Indonesia. Dan
disepakati saat itu salah satu ketetapannya ialah “Negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang
berbentuk Republik”. Dalam kegiatan itu juga dirumuskan kriteria tokoh yang menjadi presiden dan
didapat ketentuan “Presiden adalah orang Indonesia asli dan beragama Islam”. Namun, seperti
perubahan dalam Piagam Djakarta ini juga diubah menjadi “Presiden adalah orang Indonesia asli”.
Setelah pembahasan UUD 1945 sebagai UUD Negara Republik Indonesia, Otto
Iskandardinata mengemukakan pendapat nya untuk langsung melakukan pemilihan dan penetapan
presiden dan wakil presiden. Beliau mengusulkan agar yang menjadi presiden adalah Ir. Soekarno
dan Drs. Moh. Hatta sebagai wakilnya. Ternyata usulan tersebut diterima tanpa ada yang menolak.
Mereka yang hadir setuju bulat tentang calon presiden dan wakilnya yang diusulkan oleh R.
Otto Iskandardinata. Disambut dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya selama dua putaran kedua
tokoh proklamator itu diresmikan menjadi Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia yang
pertama, pada 18 Agustus 1945.
Selain penetapan Undang-Undang Dasar 1945 dan pemilihan presiden dan wakilnya, sidang
PPKI juga berlanjut tentang persiapan dan pembetukan lembaga-lembaga kenegaraan sebagai
pelengkap kehidupan pemerintah ber negara. Meskipun 19 Agustus 1945 hari Minggu, sidang PPKI
tetap dilanjutkan.
Sebelum acara dimulai, Ir. Soekarno yang sudah men jadi presiden menunjuk Ahmad
Subardjo, Soetardjo Kartohadikoesoemo, dan Kasman untuk membentuk panitia kecil yang akan
membicarakan bentuk departemen dan bukan personalnya yang akan menjabat. Rapat kecil itu
dipimpin oleh R. Otto Iskandardinata, dan didapat keputusan sebagai berikut.
a. Pembagian Wilayah
b. Pembentukan Komite Nasional Daerah
c. Pembentukan departemen dan penunjukan para menteri
d. Pembentukan aparat keamanan negara
Mengingat kondisi wilayah Indonesia yang sangat luas, maka untuk pelaksanaan kegiatan
pemerintahan di daerah maka dibentuklah wilayah-wilayah provinsi. Pada saat itu berdasarkan
kesepakatan, wilayah Indonesia dibagi menjadi 8 provinsi yang masing-masing dipimpin oleh
seorang gubernur. Kedelapan provinsi tersebut, yaitu:
1) Sumatra dengan Gubernur Teuku Muhammad Hasan
2) Jawa Barat dengan Gubernur Soetardjo Kartohadi koesoemo
3) Jawa Tengah dengan Gubernur R. Panji Suruso
4) Jawa Timur dengan Gubernur R.M. Suryo
5) Sunda Kecil (Nusa Tenggara) dengan Gubernur I Gusti Ketut Puja
6) Maluku dengan Gubernur J. Latuharhary
7) Sulawesi dengan Gubernur Dr. Sam Ratulangi
8) Kalimantan dengan Gubernur Ir. Pangeran Mohammad Nor.
Selanjutnya masih 19 Agustus 1945, pada malam hari secara terpisah Presiden Soekarno,
Moh. Hatta, R. Otto Iskandardinata, Soekardjo Wirjopranoto, Sartono, Suwirjo, Buntara, A.G.
Pringgodigdo dan dr. Tadjudin berkumpul di Jalan Gambir Selatan untuk membahas pemilihan
orang-orang yang akan diangkat menjadi anggota Komite Nasional Indonesia (KNI) karena pada saat
itu belum terbentuk MPR/DPR. Dari hasil pertemuan itu disepakati bahwa KNI Pusat beranggotakan
60 orang. Rapat pertama KNI Pusat dilakukan di Gedung Komedi (sekarang Gedung Kesenian) pada
29 Agustus 1945.
Sidang PPKI masih berlanjut, dan pada 22 Agustus 1945 membahas tiga permasalahan yang
sering dibicarakan pada rapat-rapat sebelumnya. Rapat saat itu dipimpin oleh Wakil Presiden Moh.
Hatta, yang meng hasilkan keputusan sebagai berikut.
1) KNI adalah badan yang akan berfungsi sebagai Dewan Perwakilan Rakyat sebelum pemilihan
umum terselenggara. KNI ini akan disusun di tingkat pusat dan daerah.
2) Merancang adanya partai tunggal dalam kehidupan politik negara Indonesia, yaitu PNI (Partai
Nasional Indonesia) namun dibatalkan.
3) BKR (Badan Keaman Rakyat) berfungsi sebagai penjaga keamanan umum bagi masing-masing
daerah.
Hari berikutnya setelah peristiwa proklamasi dan sidang PPKI, KNI Pusat mengadakan rapat
pleno pada 16 Oktober 1945. Wakil presiden mengeluarkan Keputusan Presiden No. X yang isinya
memberikan kekuasan dan wewenang legislatif bagi KNI Pusat untuk ikut serta dalam menetapkan
GBHN sebelum MPR di bentuk. Kemudian Sutan Syahrir sebagai ketua Badan Pekerja KNI Pusat
mendesak pemerintah, dan akhir nya pemerintah memberikan maklumat politik yang
ditandatangani oleh wakil presiden.
Adapun isi dari maklumat tersebut adalah Pemerintah menghendaki adanya partai-partai
politik yang membuka kesempatan kepada masyarakat untuk menyalurkan aliran atau pahamnya
secara terbuka. Pemerintah berharap supaya partai politik itu telah tersusun sebelum
dilaksanakannya pemilihan anggota Badan Perwakilan Rakyat yang direncanakan pada Januari 1946.
Setelah dikeluarkannya maklumat politik itu, ternyata bermunculan partai politik, di
antaranya Masyumi, PNI, Partai Buruh Indonesia, Partai Komunis Indonesia, Partai Kristen, Partai
Katholik dan Partai Rakyat Sosialis.
Kita kembali membahas kelanjutan sidang PPKI. Pada 19 Agustus 1945, sidang PPKI berhasil
membentuk departemen-departemen dan menunjuk para menterinya. Dari rapat kecil sebelumnya
diusulkan dan disetujui adanya 13 kementerian. Namun, untuk menteri negara terdiri atas 4 orang
sehingga personal yang ditunjuk untuk jabatan itu menjadi 16 orang.
Adapun nama-nama departeman dan kementerian tersebut beserta para menterinya adalah
sebagai berikut.
1) Menteri Dalam Negeri : R.A.A. Wiranata
2) Menteri Luar Negeri : Ahmad Subardjo
3) Menteri Keuangan : A.A. Maramis
4) Menteri Kehakiman : Dr. Supomo
5) Menteri Kemakmuran : Ir. Surahman T. Adisujo
6) Menteri Keamanan Rakyat : Supriyadi
7) Menteri Kesehatan : Dr. Buntaran Martoajmodjo
8) Menteri Pengajaran : Suwardi Suryaningrat
9) Menteri Penerangan : Amir Syarifudin
10) Menteri Sosial : Iwa Kusumasomantri
11) Menteri Pekerjaan Umum : Abikusno Tjokrosujoso
12) Menteri Perhubungan : Abikusno Tjokrosujoso
13) Menteri Negara : Wahid Hasyim
14) Menteri Negara : M. Amir
15) Menteri Negara : R. M. Sartono
16) Menteri Negara : Otto Iskandardinata
Sidang PPKI juga menghasilkan keputusan untuk membentuk aparat keamanan. Dan pada
saat kemudian terbentulah Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan akhirnya menjadi TRI (Tentara
Republik Indonesia) dengan Panglima Tertingginya adalah Jenderal Soedirman.

E. DUKUNGAN SPONTAN TERHADAP PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA

Dukungan spontan ini umumnya bertujuan mengusahakan secepatnya tegaknya negara


Republik Indonesia.
1. Komite Van Aksi
Komite Van aksi merupakan utusan Laskar perjuangan yang terdiri dari Angkatan Pemuda
Indonesia (API), Barisan Rakyat Indonesia (BARA), Barisan Buruh Indonesia (BBI), dan lain-lain.
Pada 2 September 1945 memberikan dukungan terhadap negara kesatuan RI dengan
mengeluarkan sebuah manifesto yang disebut “Suara Rakyat Nomor 1”.
2. Pernyataan Sri Sultan Hamengkubuwono IX
Di Yogyakarta, Sultan Hamengkubuwono IX menyatakan “Negeri Ngayogyakarta Hadiningrat”
yang bersifat kerajaan, sebagai daerah istimewa dalam wilayah negara Indonesia. Pernyataan
Sri Sultan Hamengkubuwono IX dinyatakan pada tanggal 5 September 1945.

Berikut kutipan pernyataan Sri Sultan Hamengkubuwono IX :


a. Bahwa Negara Ngayogyakarta Hardiningrat yang bersifat kerajaan adalah daerah istimewa dari
negara Republik Indonesia.
b. Sebagai kepala daerah, Sri Sultan HB IX memegang pemerintahan di wilayah kesultanan
Yogyakarta.
c. Kesultanan Yogyakarta mempunyai hubungan langsung dengan pemerintah pusat RI dan Sultan
Yogyakarta bertanggung jawab atas negeri Yogyakarta langsung kepada presiden RI.

Pernyataan ini merupakan kebesaran jiwa dan pengorban Sultan Hamengkubuwono IX


dalam mendukung berdirinya Negara Republik Indonesia.
Kemudian Presiden Republik Indonesia, Soekarno secara khusus mengirim utusan ke Yogyakarta
untuk menyampaikan piagam pernyataan Pemerintah Republik Indonesia yang menyatakan :
“Kami Presiden Republik Indonesia menyatakan Ingkang Sinuwun Kanjeng Sultan
Hamengkubuwono Senopati Ing Ngalogo Abdurachman Sayidin Panotogomo Khalifatullah
Ingkang kaping IX ing Ngayogyakarta Hadiningrat, pada kedudukannya, dengan kepercayaan
bahwa Sri Paduka Kanjeng Sultan akan mencurahkan segala pikiran, tenaga, jiwa, dan raga
untuk keselamatan daerah Yogyakarta sebagai bagian Republik Indonesia.

Djakarta, 19 September 1945


Presiden Republik Indonesia.

Soekarno

Pernyataan Sultan dan Piagam Pemerintah RI inilah menjadi dokumen historis yang
menjadi dasar keistimewaan Propinsi Yogyakarta.

3. Rapat Raksasa di Lapangan IKADA


Comitë van Actie sebagai wadah para pemuda dan mahasiswa berperan dalam merencanakan
rapat raksasa di lapangan Ikada, memobilisasi massa dan mendesak pemerintah untuk hadir
dalam rapat raksasa di lapangan Ikada pada tanggal 19 September 1945.

Latar belakangnya adalah ketidak puasan komite Van Aksi terhadap kondisi dan struktur
awal pemerintahan Indonesia. Tujuan rapat raksasa IKADA adalah :
a. Untuk mendekatkan emosional Pemerintah Republik Indonesia dengan rakyat Indonesia bahwa
Indonesia telah merdeka.
b. Untuk menunjukkan kepada tentara sekutu bahwa rakyat Indonesia siap menghadapi apa saja
yang hendak mengganggu kemerdekaan Indonesia.

Lalu, presiden Soekarno berpidato selama lima menit. Beliau meminta agar rakyat percaya
pada pemerintah. Setelah 10 jam massa berkumpul di lapangan IKADA, akhirnya massa
membubarkan diri karena sudah puas atas kehadiran pemimpin negara Indonesia.

Rapat raksasa di lapangan IKADA meskipun hanya beberapa menit, namun memiliki makna
besar, yaitu :
a. Berhasil mempertemukan pemerintah Republik Indonesia dengan rakyatnya.
b. Merupakan perwujudan kewibawaan pemerintah RI di hadapan rakyat.
c. Berhasil menggugah kepercayaan rakyat akan kekuatan bangsa Indonesia sendiri.

B. Tindakan Heroik di Berbagai Daerah di Indonesia


Sejak dikumandangankan proklamasi kemerdekaan, bendera Merah Putih berkibar dimana-
mana. Di samping itu, pekik “Merdeka” menjadi salam nasional. Keadaan itu mengambarkan
dukungan luas rakyat terhadap proklamasi kemerdekaan.

a. Tindakan Heroik Terhadap Jepang


Tindakan terhadap Jepang terutama untuk merebut dan melucuti senjata-senjata Jepang.
Tujuan melucuti senjata Jepang :
a. Mendapatkan senjata untuk modal perang.
b. Mencegah senjata Jepang agar tidak jatuh ke tangan sekutu.
c. Mencegah agar senjata Jepang tidak digunakan untuk membunuh rakyat.
1. Pertempuran di Surabaya dan sekitarnya
Selama bulan September 1945, rakyat dan BKR merebut senjata di gudang mesiu Don
Bosco. Merebut kompleks penyimpanan senjata dan pemancar radio di Embong, Malang. Dan
pada tanggal 1 Oktober 1945, rakyat merebut Markas Kompetai (polisi rahasia) yang dianggap
lambing kekejaman Jepang.

2. Pertempuran di Yogyakarta
Pada tanggal 26 September 1945, para pegawai pemerintah dan perusahaan yang dikuasai
Jepang mengadakan aksi mogok. Mereka memaksa pihak Jepang untuk menyerahkan semua
kantor kepada pihak Indonesia. Tindakan itu diperkuat oleh Komite Nasional Indonesia daerah
Yogyakarta yang mengumumkan berdirinya pemerintah RI di Yogyakarta. Pada tanggal 7
Oktober 1945, rakyat dan BKR merebut tangsi Otsukai Butai.

3. Pertempuran Lima Hari di Semarang


Pertempuran Lima Hari di Semarang merupakan pertempuran besar yang terjadi setelah
Jepang menyerah kepada Sekutu. Pertempuran ini terjadi pada tanggal 15 – 20 Oktober 1945.
Pertempuran Lima Hari di Semarang diawali dari peristiwa kaburnya para tawanan bekas
tentara Jepang yang akan dijadikan buruh pabrik di daerah Cepiring. Kaburnya tentara-tentara
Jepang ke wilayah Semarang ini menimbulkan ketakutan pada diri rakyat Semarang. Apalagi
kemudian Jepang menguasai pusat persediaan air yang ada di daerah Candi. Keadaan semakin
meresahkan rakyat saat tersiar desas-desus bahwa Jepang telah meracuni persediaan air
minum di daerah Candi. Untuk membuktikan desas-desus itu, Dr. Karyadi memberanikan diri
untuk memeriksa air minum tersebut. Ketika sedang melakukan pemeriksaan, ia ditembak
Jepang dan kemudia gugur. Peristiwa ini menimbulkan amarah rakyat sehingga berkobarlah
pertempuran Lima Hari di Semarang. Dalam pertempuran tersebut, sebanyak 2. 000 rakyat
Semarang menjadi korban dan 100 orang Jepang tewas.
Pertempuran ini berhasil diakhiri setelah pimpinan TKR berunding dengan pasukan Jepang.
Usaha perdamaian tersebut akhirnya lebih dipercepat setalah pasukan Sekutu (Inggris)
mendarat di Semarang pada tanggal 20 Oktober 1945. Untuk selanjutnya, pasukan Sekutu
menawan dan melucuti senjata Jepang.

4. Pertempuran di Kalimantan
Di Kalimantan dukungan Proklamasi Kemerdekaan dilakukan dengan berdemokrasi,
pengibaran Bendera Merah-Putih dan mengadakan rapat-rapat. Pada 14 November 1945
dengan beraninya sekitar 8000 orang berkumpul di komplek NICA dengan mengarak Bendera
Merah-Putih.

5. Pertempuran di Makassar
Para pemuda mendukung Gubernur Sulawesi, Dr. Sam Ratulangi dengan merebut gedung-
gedung Vital dari tangan polisi. Di Gorontalo para pemuda berhasil merebut senjata dari
markas-markas Jepang pada 13 Sepember 1945. Di Sumbawa pada bulan Desember 1945,
rakyat berusaha merebut markas-markas Jepang. Pada 13 Desember 1945 secara serentak para
pemuda melakukan penyerangan terhadap Jepang.

6. Pertempuran di Aceh
Di Aceh pada 6 Oktober 1945 para pemuda dan tokoh masyarakat membentuk Angkatan
Pemuda Indonesia (API). 6 hari kemudian Jepang melarang berdirinya organisasi tersebut.
Pimpinan pemuda menolak dan timbulah pertempuran. Para pemuda mengambil alih kantor-
kantor pemerintah Jepang, melucuti senjatanya dan mengibarkan Bendera Merah-Putih.

7. Pertempuran di Palembang
Di Palembang pada 8 Oktober 1945 Dr. A. K. Gani memimpin rakyat mengadakan upacara
pengibaran Bendera Merah-Putih. Perekutan kekuasaan di Palembang dilakukan tanpa Insiden.
Pihak Jepang berusaha menghindari pertempuran.

8. Pertempuran di Sumbawa
Pada bulan Desember 1945, para pemuda Indonesia di Sumbawa melakukan aksi. Mereka
melakukan perebutan terhadap pos-pos militer Jepang, yaitu terjadi di Gempe, Sape, dan Raba.

B. Tindakan Heroik Terhadap Sekutu

1. Peristiwa bendera di Surabaya


Pada tanggal 19 September 1945, terjadi insiden bendera di hotel Yamato, yaitu peristiwa
penyobekan bendera Belanda merah putih biru, menjadi bendera merah putih. Peristiwa itu
disebut Insiden Bendera atau Insiden Tunjungan.
Lalu, saat terbunuhnya Jenderal Mallaby pada tanggal 28 Oktober 1945, pihak sekutu menuduh
para pemuda Indonesia yang menuduhnya. Inggris mengeluarkan ultimatum agar pemuda
Indonesia yang merasa membunuh menyerahkan diri sampai batas waktu tanggal 10 November
1945. Karena ultimatum tidak ditanggapi maka terjadi pertempuran antar Sekutu dengan Arek-
arek Surabaya yang dipimpin Bung Tomo, Sungkono dan Gubernur Suryo untuk
mempertahankan Surabaya dari gempuran sekutu hampir satu bulan lamanya. Akhirnya,
tanggal 10 November dijadikan sebagai Hari Pahlawan.

2. Peristiwa Bandung Lautan Api


Pertempuran ini terjadi pada tanggal 10 Oktober 1945 di kota Bandung, disebabkan oleh
adanya tuntutan sekutu agar para pemuda menyerahkan senjata dan meninggalkan kota
Bandung paling lambat 29 November 1945. Pasukan TRI akhirnya menyerbu Sekutu serta
membumi hanguskan kota Bandung Selatan. Tokoh dalam Bandung Lautan Api diantaranya :
Kol. A. H. Nasution, Kol. Hidayat, Moh. Toha, dan Aruji Kartawinata.

3. Peristiwa Medan Area


Tentara yang dipimpin oleh Jenderal Ted Kelly mendarat di Medan dan ternyata diboncengi
oleh tentara NICA yang dipimpin oleh Kapten Westerling. Mereka menuntut para pemuda
menyerahkan senjatanya, namun tidak dipenuhi sehingga terjadi pertempuran pada tanggal 13
Oktober 1945.

4. Pertempuran Lima Hari di Semarang


Pertempuran Lima Hari di Semarang merupakan pertempuran besar yang terjadi setelah
Jepang menyerah kepada Sekutu. Pertempuran ini terjadi pada tanggal 15 – 20 Oktober 1945.
Pertempuran Lima Hari di Semarang diawali dari peristiwa kaburnya para tawanan bekas
tentara Jepang yang akan dijadikan buruh pabrik di daerah Cepiring. Kaburnya tentara-tentara
Jepang ke wilayah Semarang ini menimbulkan ketakutan pada diri rakyat Semarang. Apalagi
kemudian Jepang menguasai pusat persediaan air yang ada di daerah Candi. Keadaan semakin
meresahkan rakyat saat tersiar desas-desus bahwa Jepang telah meracuni persediaan air
minum di daerah Candi.
Untuk membuktikan desas-desus itu, Dr. Karyadi memberanikan diri untuk memeriksa air
minum tersebut. Ketika sedang melakukan pemeriksaan, ia ditembak Jepang dan kemudia
gugur. Peristiwa ini menimbulkan amarah rakyat sehingga berkobarlah pertempuran Lima Hari
di Semarang.
Dalam pertempuran tersebut, sebanyak 2. 000 rakyat Semarang menjadi korban dan 100 orang
Jepang tewas.
Pertempuran ini berhasil diakhiri setelah pimpinan TKR berunding dengan pasukan Jepang.
Usaha perdamaian tersebut akhirnya lebih dipercepat setalah pasukan Sekutu (Inggris)
mendarat di Semarang pada tanggal 20 Oktober 1945. Untuk selanjutnya, pasukan Sekutu
menawan dan melucuti senjata Jepang.

5. Peristiwa Palagan Ambarawa


Pertempuran ini terjadi tanggal 21 November sampai 15 Desember 1945. Pertempuran
terjadi antara TKR dengan Belanda dan Sekutu. Pertempuran bermula ketika tentara Sekutu
secara sepihak membebaskan orang-orang Belanda yang ditahan di Magelang dan Ambarawa.
Setelah mendapat bantuan dari Devisi V pimpinan Kolonel Soedirman, pasukan Sekutu dapat
dipukul mundur. Untuk mengenang pertempuran ini, didirikan monument dan museum Palagan
Ambarawa.

6. Pertempuran Margadana di Bali


Pertempuran ini terjadi di desa Margadana pada tanggal 18 November 1946 yang dipimpin
oleh I Gusti Ngura Rai dengan pasukannya Ciung Wanara. Peristiwa ini terjadi karena
menentang pembentukan NIT. Dalam pertempuran ini, I Gusti Ngurah Rai mengadakan
perlawanan habis-habisan sehingga disebut dengan Perang Puputan.

7. Pertempuran di Biak
Rakyat Irian (Papua Barat) di berbagai kota di seperti Jayapura, Sorong, Serui, dan Biak
member sambutan hangat dan mendukung proklamasi kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal
14 Maret 1948, terjadi pertempuran antara rakyat Biak dengan tentara NICA. Peristiwa ini
diawali dari penyerangan tangsi militer Belanda di Sosido dan Biak yang dilakukan oleh rakyat.
Para pemuda yang dipimpin Joseph berusaha mengibarkan bendera merah putih di seluruh
Biak. Serangan itu gagal dan dua orang pemimpinnya dihukum mati, sedangkan yang lainnya
dihukum seumur hidup.

F. TIMBULNYA REVOLUSI SOSIAL

Pada tanggal 15 Agustus 1945 Jepang menyatakan menyerah kepada Sekutu setelah kedua
kotanya Hiroshima dan Nagasaki hancur terkena bom atom Sekutu. Menyerahnya Jepang dalam
Perang Pasifik membuat daerah dudukannya menjadi status quo. Kondisi ini dimanfaatkan oleh
para tokoh nasional Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaan secepat mungkin
sebelum Sekutu datang. Dua hari setelah Jepang menyerah, tepatnya pada tanggal 17 Agustus
1945 Indonesia menyatakan merdeka atas penjajahan. Kemerdekaan Indonesia ini menjadi
tonggak sejarah baru negeri ini.

Kemerdekaan pulalah yang menjadi titik balik dalam dinamika sosial, sehingga terjadi
perubahan sosial yang drastis dalam masyarakat. Perubahan sosial pascaproklamasi inilah yang
sering disebut dengan revolusi sosial. Revolusi sosial merupakan bentuk tanggapan dari
proklamasi Indonesia dan menyerahnya Jepang kepada Sekutu. Pada setiap daerah di Indonesia
terjadi Revolusi Sosial yang dilatarbelakangi penyebab yang hampir sama yaitu kondisi
ketimpangan disegala aspek kehidupan masyarakat. Ketimpangan ini terlihat sangat mencolok
terutama antara rakyat kelas bawah dengan para pengusaha, bangsawan, dan pejabat
pemerintah. Selain ketimpangan dalam segala aspek juga muncul rasa ketidakadilan di dalam
masyarakat terhadap golongan atas. Keadaan ini juga didukung provokasi dari pejuang-pejuang
gerakan bawah tanah kepada masyarakat akan kondisi ketidakadilan ini. Momen proklamasi
kemerdekaan Indonesia menjadi titik awal pelampiasan rasa ketidakadilan yang sudah menjadi
bibit di dalam masyarakat. Perihal-perihal di atas menjadi penyebab secara umum terjadinya
Revolusi sosial di setiap daerah di Indonesia. Peristiwa Tiga Daerah Revolusi sosial mewarnai
hampir setiap daerah di Indonesia. Salah satu yang terkenal adalah Peristiwa Tiga Daerah di
Tegal, Brebes, dan Pemalang yang terjadi pada bulan Oktober-Desember 1945. Peristiwa Tiga
Daerah adalah salah satu bentuk rasa sakit hati rakyat terhadap pejabat dan penguasa daerah.
Tidak hanya kepada penguasa daerah, rasa sakit hati juga timbul kepada para perangkat desa
dan camat. Rasa ketidakadilan dan sakit hati dalam diri rakyat Tiga Daerah terjadi karena
monopoli pangreh praja (pejabat pemerintah daerah) dalam birokrasi. Salah satu kasus yang
terjadi adalah tidak meratanya pengaturan irigasi oleh pangreh praja setempat yaitu isensitas
pengairan lebih ditujukan kepada pengusaha ladang tebu daripada ke petani padi lokal.

Kasus tersebut terjadi ketika Hindia Belanda masih berdiri. Sementara pada zaman
pendudukan Jepang kesenjangan masyarakat semakin menjadi terutama ketika diterapkan
penjatahan kepemilikan barang-barang pokok. Kondisi ini dimanfaatkan para pejabat untuk
mengkorupsi jatah milik rakyat. Kasus-kasus inilah yang melatarbelakangi kondisi masyarakat
yang sudah tidak stabil menjelang kemerdekaan. Setelah kemerdekaan, situasi di Tiga Daerah
semakin tidak stabil karena sikap pemimpin daerah yang masih bingung dalam memilih
bergabung dengan pemerintahan Indonesia atau tidak. Sementara di lain pihak rakyat
berkehendak untuk bergabung dengan pemerintah Indonesia. Tuntutan rakyat Tiga Daerah ini
bukan tanpa alasan. Rakyat Tiga Daerah memandang kemerdekaan sebagai jalan untuk
kesetaraan sosial antara rakyat dengan pangreh praja. Propaganda dan kampanye dari kaum
nasionalis (terutama orang PKI) setempat turut menyulut tuntutan rakyat tadi. Sikap dari
pemerintah daerah yang lamban dan juga rasa ketidakadilan dalam rakyat Tiga Daerah akhirnya
menimbulkan pecahnya Peristiwa Tiga Daerah. Peristiwa Tiga Daerah diawali dengan
pembunuhan para wedana dan pejabat desa di daerah Tegal. Sementara di Brebes sasaran
amuk masyarakat ditujukan kepada orang China dan Indo-Eropa. Alasan dari penyerangan
orang China dan Indo-Eropa lebih berdasar atas kesenjangan ekonomi dan posisi orang nonlokal
tersebut sebagai saudagar atau pengusaha yang di mata rakyat sebagai salah satu penindas
mereka. Lain halnya dengan Pemalang, selain menyerang kantor pemerintah setempat, rakyat
Pemalang juga menyerang markas BKR di Pemalang. Pada saat itu rakyat memandang BKR tidak
memperdulikan mereka karena tidak ikut dalam revolusi sosial di Tiga Daerah tersebut.
Munculnya Laskar-laskar di Ibukota Revolusi sosial juga melanda ibukota Indonesia, Jakarta.
Pada mulanya tidak ada pergolakan sosial setelah kemerdekaan negara Indonesia, akan
tetapi sejak datangnya Sekutu mulai munculah pergolakan di dalam masyarakat. Revolusi sosial
di Jakarta dimulai dengan munculnya para laskar-laskar tidak resmi yang terdiri dari para jawara
dan mantan garong. Sasaran dari laskar-laskar tersebut adalah para pedagang dan orang Indo-
Eropa dan Cina. Alasan dari diserangnya orang-orang nonpribumi lebih didasari atas rasa sakit
hati dan kebebasan setelah merdeka. Keberadaan laskar-skar ini juga menjadi keresahan di
warga ibukota, oleh karena sering kali laskar-laskar tersebut menyerang warga-warga setempat.
Revolusi sosial di Jakarta juga melebar ke daerah Depok.

H. Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat Indonesia

A. Kekuatan Budaya masyarakat Indonesia


Indonesia memiliki keanekaragaman budaya lokal yang dapat dijadikan sebagai aset
yang tidak dapat disamakan dengan budaya lokal negara lain. Budaya lokal yang dimiliki
Indonesia berbeda-beda pada setiap daerah. Tiap daerah memiliki ciri khas budayanya, seperti
rumah adat, pakaian adat, tarian, alat musik, ataupun adat istiadat yang dianut. Semua itu
dapat dijadikan kekuatan untuk dapat memperkokoh ketahanan budaya bangsa dimata
Internasional.
Kekhasan budaya lokal yang dimiliki setiap daerah di Indonesia memliki kekuatan
tersediri. Misalnya rumah adat, pakaian adat, tarian, alat musik, ataupun adat istiadat yang
dianut. Kekhasan budaya lokal ini sering kali menarik pandangan negara lain.
Terbukti banyaknya turis asing yang mencoba mempelajari budaya Indonesia seperti
belajar tarian khas suat daerah atau mencari barang-barang kerajinan untuk dijadikan buah
tangan. Ini membuktikan bahwa budaya bangsa Indonesia memiliki cirri khas yang unik.
Kebudayaan Lokal menjadi sumber ketahanan budaya bangsa, Kesatuan budaya lokal
yang dimiliki Indonesia merupakan budaya bangsa yang mewakili identitas negara Indonesia.
Untuk itu, budaya lokal harus tetap dijaga serta diwarisi dengan baik agar budaya bangsa tetap
kokoh.

B. Sistem Kepercayaan / Religi


Di Indonesia terdiri dari lima agama besar, yaitu: Islam, Protestan, Katolik, Hindu, dan
Budha. Agama di Indonesia memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Hal ini
dinyatakan di dalam ideologi bangsa Indonesia, Pancasila: “Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Sejumlah agama di Indonesia berpengaruh secara kolektif terhadap politik, ekonomi dan
budaya. Di tahun 1998, kira-kira 88% dari 222 juta penduduk Indonesia adalah pemeluk Islam,
5% Protestan, 3% Katholik, 2% Hindu, 1% Buddha, dan 1% kepercayaan lainnya. Sehingga dapat
ditarik kesimpulan bahwa penganut agama Islam di Indonesia lebih mendominasi dari pada
keempat agama yang lain.
Dalam UUD 1945 dinyatakan bahwa “tiap-tiap penduduk diberikan kebebasan untuk
memilih dan mempraktikkan kepercayaannya” dan “menjamin semuanya akan kebebasan
untuk menyembah, menurut agama atau kepercayaannya”. Pemerintah secara resmi hanya
mengakui lima agama, yakni Islam, Protestan, Katolik, Hindu, dan Budha.
Dengan banyaknya agama atau aliran kepercayaan yang ada di Indonesia, konflik antar
agama sering kali tidak terelakkan. Bukan berarti bahwa selalu terjadi penekanan terhadap
agama lain. Namun hal ini mulai berkurang semenjak demokrasi di Indonesia mulai ditegakkan.
Lebih dari itu, kepemimpinan politis Indonesia memainkan peranan penting di dalam hubungan
antar kelompok maupun golongan. Program transmigrasi secara tidak langsung telah
menyebabkan sejumlah konflik di wilayah timur Indonesia. Tapi, satu hal yang sangat menonjol
yaitu bahwa kebebasan sangat dijunjung tinggi dalam hal ini. Semuanya hidup secara damai.
Inilah yang membuat bangsa Indonesia terkenal dengan keanekaragamannya.

C. Kelemahan Budaya masyarakat Indonesia


Kurangnya kesadaran masyarakat untuk menjaga budaya lokal sekarang ini masih
terbilang minim. Masyarakat lebih memilih budaya asing yang lebih praktis dan sesuai dengan
perkembangan zaman. Hal ini bukan berarti budaya lokal tidak sesuai dengan perkembangan
zaman, tetapi banyak budaya asing yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa. Budaya lokal
juga dapat di sesuaikan dengan perkembangan zaman, asalkan masih tidak meningalkan cirri
khas dari budaya tersebut.
Minimnya komunikasi budaya, kemampuan untuk berkomunikasi sangat penting agar
tidak terjadi salah pahaman tentang budaya yang dianut. Minimnya komunikasi budaya ini
sering menimbulkan perselisihan antar suku yang akan berdampak turunnya ketahanan budaya
bangsa.
Kurangnya pembelajaran budaya, pembelajaran tentang budaya, harus ditanamkan
sejak dini. Namun sekarang ini banyak yang sudah tidak menganggap penting mempelajari
budaya lokal. Padahal melalui pembelajaran budaya, kita dapat mengetahui pentingnya budaya
lokal dalam membangun budaya bangsa serta bagaiman cara mengadaptasi budaya lokal di
tengan perkembangan zaman.

D. Tantangan bagi Budaya masyarakat Indonesia


Perubahan lingkungan alam dan fisik, perubahan lingkungan alam dan fisik menjadi
tantangan tersendiri bagi suatu negara untuk mempertahankan budaya lokalnya. Karena seiring
perubahan lingkungan alam dan fisik, pola pikir serta pola hidup masyakrkat juga ikut berubah
Kemajuan Teknologi, meskipun dipandang banyak memberikan banyak manfaat,
kemajuan teknologi ternyata menjadi salah satu factor yang menyebabkan ditinggalkannya
budaya lokal. Misalnya, sistem sasi (sistem asli masyarakat dalam mengelola sumber daya
kelautan/daratan) dikawasan Maluku dan Irian Jaya. Sistem sasi mengatur tata cara serta
musim penangkapan ikan di wilayah adatnya, namun hal ini mulai tidak di lupakan oleh
masyarakatnya.
Masuknya Budaya Asing, masuknya budaya asing menjadi tantangan tersendiri agar
budaya lokal tetap terjaga. Dalam hal ini, peran budaya lokal diperlukan sebagai penyeimbang
di tengah perkembangan zaman.
Di saat yang lain dengan teknologi informasi yang semakin canggih seperti saat ini, kita
disuguhi oleh banyak alternatif tawaran hiburan dan informasi yang lebih beragam, yang
mungkin lebih menarik jika dibandingkan dengan kesenian tradisional kita. Dengan parabola
masyarakat bisa menyaksikan berbagai tayangan hiburan yang bersifat mendunia yang berasal
dari berbagai belahan bumi. Kondisi yang demikian mau tidak mau membuat semakin
tersisihnya kesenian tradisional Indonesia dari kehidupan masyarakat Indonesia yang sarat akan
pemaknaan dalam masyarakat Indonesia.
Misalnya saja bentuk-bentuk ekspresi kesenian etnis Indonesia, baik yang rakyat
maupun istana, selalu berkaitan erat dengan perilaku ritual masyarakat pertanian. Dengan
datangnya perubahan sosial yang hadir sebagai akibat proses industrialisasi dan sistem ekonomi
pasar, dan globalisasi informasi, maka kesenian kita pun mulai bergeser ke arah kesenian yang
berdimensi komersial. Kesenian-kesenian yang bersifat ritual mulai tersingkir dan kehilangan
fungsinya. Sekalipun demikian, bukan berarti semua kesenian tradisional kita lenyap begitu saja.
Ada berbagai kesenian yang masih menunjukkan eksistensinya, bahkan secara kreatif
terus berkembang tanpa harus tertindas proses modernisasi. Pesatnya laju teknologi informasi
atau teknologi komunikasi telah menjadi sarana difusi budaya yang ampuh, sekaligus juga
alternatif pilihan hiburan yang lebih beragam bagi masyarakat luas.
Akibatnya masyarakat tidak tertarik lagi menikmati berbagai seni pertunjukan
tradisional yang sebelumnya akrab dengan kehidupan mereka.
Di sisi lain, ada beberapa seni pertunjukan yang tetap eksis tetapi telah mengalami
perubahan fungsi. Ada pula kesenian yang mampu beradaptasi dan mentransformasikan diri
dengan teknologi komunikasi yang telah menyatu dengan kehidupan masyarakat, misalnya saja
kesenian tradisional “Ketoprak” yang dipopulerkan ke layar kaca oleh kelompok Srimulat.
Kenyataan di atas menunjukkan kesenian ketoprak sesungguhnya memiliki penggemar
tersendiri, terutama ketoprak yang disajikan dalam bentuk siaran televisi, bukan ketoprak
panggung. Dari segi bentuk pementasan atau penyajian, ketoprak termasuk kesenian tradisional
yang telah terbukti mampu beradaptasi dengan perubahan zaman. Selain ketoprak masih ada
kesenian lain yang tetap bertahan dan mampu beradaptasi dengan teknologi mutakhir yaitu
wayang kulit.

E. Peran mahasiswa dalam kebudayaan


Kita sebagai seorang mahasiswa yang aktif dan kreatif tentunya tidak ingin
kebudayaan kita menjadi pudar bahkan lenyap karena pengaruh dari budaya-budaya luar.
Mahasiswa memiliki kedudukan dan peranan penting dalam pelestarian seni dan budaya
daerah. Hal ini didasari oleh asumsi bahwa mahasiswa merupakan anak bangsa yang menjadi
penerus kelangsungan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara Indonesia. Sebagai
intelektual muda yang kelak menjadi pemimpin-pemimpin bangsa, pada mereka harus
bersemayam suatu kesadaran kultural sehingga keberlanjutan negara bangsa Indonesia dapat
dipertahankan. Pembentukan kesadaran kultural mahasiswa antara lain dapat dilakukan dengan
pengoptimalan peran mereka dalam pelestarian seni dan budaya daerah.
Optimalisasi peran mahasiswa dalam pelestarian seni dan budaya daerah dapat
dilakukan melalui dua jalur, yaitu intrakurikuler dan ekstrakulikuler. Jalur Intrakurikuler
dilakukan dengan menjadikan seni dan budaya daerah sebagai substansi mata kuliah;
sedangkan jalur ekstrakurikuler dapat dilakukan melalui pemanfaatan unit kegiatan mahasiswa
(UKM) kesenian dan keikutsertaan mahasiswa dalam kegiatan-kegiatan seni dan budaya yang
diselenggarakan oleh berbagai pihak untuk pelestarian seni dan budaya daerah.
a. Jalur Intrakurikuler
Untuk mengoptimalkan peran mahasiswa dalam pelestarian seni dan budaya daerah
diperlukan adanya pemahaman mahasiswa terhadap seni dan budaya daerah. Tanpa adanya
pemahaman yang baik terhadap hal itu, mustahil mahasiswa dapat menjalankan peran itu
dengan baik. Peningkatan pemahaman mahasiswa terhadap seni dan budaya daerah dapat
dilakukan melalui jalur intrakurikuler; artinya seni dan budaya daerah dijadikan sebagai salah
satu substansi atau materi pembelajaran dalam satu mata kuliah atau dijadikan sebagai mata
kuliah.
Kemungkinan yang pertama dapat dilakukan melalui mata kuliah Ilmu Sosial dan
Budaya Dasar (ISBD) bagi mahasiswa program studi eksakta, dan Ilmu Budaya Dasar dan
Antropologi Budaya bagi mahasiswa program studi ilmu sosial. Dalam dua mata kuliah itu
terdapat beberapa pokok bahasan yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pemahaman
mahasiswa terhadap seni dan budaya daerah yaitu tentang manusia dan kebudayaan, manusia
dan peradaban, dan manusia, sains teknologi, dan seni.
Kemungkinan yang kedua tampaknya telah diakomodasi dalam kurikulum program
studi-program studi yang termasuk dalam rumpun ilmu budaya seperti program studi di
lingkungan Fakultas Sastra atau Fakultas Ilmu Budaya. Beberapa mata kuliah yang secara khusus
dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman terhadap seni dan budaya daerah adalah
Masyarakat dan Kesenian Indonesia, Manusia dan Kebudayaan Indonesia, dan Masyarakat dan
Kebudayaan Pesisir. Melalui mata kuliah-mata kuliah itu, mahasiswa dapat diberi penugasan
untuk melihat, memahami, mengapresiasi, mendokumentasi, dan membahas seni dan budaya
daerah. Dengan kegiatan-kegiatan semacam itu pemahaman mahasiswa terhadap seni dan
budaya daearah akan meningkat yang juga telah melakukan pelestarian.
Jalur intrakurikuler lainnya yang dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman
bahkan mengoptimalkan peran mahasiswa dalam pelestarian seni dan budaya daerah adalah
Kuliah Kerja Nyata (KKN). Mahasiswa-mahasiswa yang telah mendapatkan pemahaman yang
mencukupi terhadap seni dan budaya daerah dapat berkiprah langsung dalam pelestarian dan
pengembangan seni dan budaya daerah.
b. Jalur Ekstrakurikuler
Pembentukan dan pemanfaatan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Kesenian Riau
misalnya dengan Universitas lain merupakan langkah lain yang dapat ditempuh untuk
mengoptimalkan peran mahasiswa dalam pelestarian seni dan budaya daerah. Sehubungan
dengan hal itu, pimpinan perguruan tinggi perlu mendorong pembentukan UKM Kesenian
Daerah.
Lembaga kemahasiswaan itu merupakan wahana yang sangat strategis untuk upaya-
upaya tersebut, karena mereka adalah mahasiswa yang benar-benar berminat dan berbakat
dalam bidang seni tradisi. Latihan-latihan secara rutin sebagai salah satu bentuk kegiatan UKM
kesenian daerah Riau misalnya yang pada gilirannya akan berujung pada pementasan atau
pergelaran merupakan bentuk nyata dari pelestarian seni dan budaya daerah.
Selain itu, Mahasiswa bisa membuat Forum-forum festival seni mahasiswa semacam
Pekan Seni Mahasiswa merupakan wahana yang lain untuk pengoptimalan peran mahasiswa
dalam pelestarian seni dan budaya daerah kita sebagai masyarakat Indonesia ini.

Вам также может понравиться