Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Pada tahun 1994, kedudukan jepang dalam perang pasifik semakin sulit. Garis pertahanan
jepang dapat di tembusnoleh pasukan sekutu. Sejumlah tempat strategis di indonesia banyak
mengalami perpindahan tangan ke tangan sekutu. Jepang menerapkan kebijakan-kebijakan baru di
daerah yang di dudukinya. Usaha jepang untuk membuat kebijakan tersebut di buat peluang bagi
bangsa Indonesia untuk mempersiapkan kemerdekaan. Berikut ini beberapa kejadian yang
berhubungan dengan usaha persiapan kemerdekaan Indonesia.
Pembentukan BPUPKI
Memasuki tahun 1944, benteng pertahanan jepang di pulau saipan, papua nugini, kepulauan
salomon, dan kepulauan marshall telah jatuh ke tangan sekutu. hal ini membuat jepang tinggal
menghitung waktu.
Dalam menghadapi krisis tersebut, pada tanggal 1 maret 1945 pemerintah kedudukan
jepang di bawah panglima bala tentara XVI, Jendral kumakichi harada, mengumumkan di bentuknya
BPUPKI. Badan yang beranggotakan 67 orang yang terdiri atas tokoh utama pergerakan nasional
indonesia dari semua daerah dan aliran. BPUPKI sendiri di ketuai olehRajiman wediodiningrat. dan di
bantu oleh 2 ketua muda yaitu P. suroso dan ichibangase. BPUPKI sndiri di resmikan pada tanggal 28
Mei 1945 di gedung Cuo sangi in di jalan pejambon, jakarta.
peri kebangsaan
peri kemanusiaan
periketuhanan
peri kerakyatan
kesejahterahan rakyat
b. Prof. Dr. Mr. Soepomo
Dalam sidang pada tanggal 31 mei 1945, soepomo juga mengemukakan lima prinsip negara di
namakan dasar negara indonesia merdeka yaitu :
persatuan
kekeluargaan
keseimbangan lahir batin
musyawarah dan
keadilan rakyat
c. Ir. Soekarno
Ir.soekarno mendapat giliran menyampaikan sidang pada tanggal 1 juni 1945. beliau menyampaikan
pidatonya 5 dasar negara indonesia atau di sebut pancasila yaitun :
kebangsaan indonesia
internasionalisme atau peri kemanusiaan
mufakat atau demokrasi
kesejahteraan sosial dan
ketuhanan yang maha esa
B. Peristiwa Menjelang Proklamasi 17 Agustus 1945
Kita tentu sudah mengetahui bahwa pada 6 Agustus 1945 Amerika Serikat menjatuhkan bom
atom di kota Hiroshima. Nagasaki juga dibom pada 9 Agustus 1945. Kedua bom atom
tersebut mengakibatkan korban jiwa yang sangat besar. Berbagai fasilitas juga hancur.
Pemerintah Jepang benar-benar dalam kesulitan. Akhirnya, pada 14 Agustus 1945 Jepang
menyerah tanpa syarat kepada Sekutu.
Berita kekalahan Jepang kepada Sekutu segera sampai pada kaum pergerakan kemerdekaan
Indonesia. Terdapat dua pendapat dalam menyikapi kekalahan Jepang pada Sekutu. Kelompok
pertama segera menginginkan bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaan.
Mereka terkenal dengan golongan muda. Golongan tua menginginkan proklamasi dilakukan
sesuai kesepakatan dengan tentara Jepang. Setelah melalui proses panjang dan
melelahkan, akhirnya golongan tua mengikuti kemauan golongan muda agar proklamasi
kemerdekaan segera dikumandangkan.
1. Titik Tolak Berbagai Peristiwa Penting Menjelang Tahun 1945
a. Dalam Sidang Istimewa Teikoku Ginkai (Parlemen Jepang) ke-85 pada 7 September 1944 di
Tokyo, Perdana Menteri Koiso mengumumkan bahwa daerah Hindia Timur
(Indonesia) diperkenankan untuk merdeka kelak di kemudian hari. Hal ini dilatarbelakangi oleh
semakin terdesaknya Angkatan Perang Jepang oleh pasukan Amerika, terlebih dengan
jatuhnya Kepulauan Saipan ke tangan Amerika.
b. Pada 1 Maret 1945, Letnan Jenderal Kumakici Harada mengumumkan pembentukan
Dokuritsu Junbi Cosakai atau Badan Penyelidik Usaha-Usaha Panitia Kemerdekaan. Tindakan
ini merupakan langkah konkret pertama bagi pelaksanaan janji Koiso. Dr. Radjiman
Wediodiningrat terpilih sebagai Kaico atau ketua.
c. Pada 7 Agustus 1945, Panglima Tentara Umum Selatan Jenderal Terauchi meresmikan
pembentukan Dokuritsu Junbi Linkai atau Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Pada
saat ini pula, Dokuritsu Junbi Cosakai dinyatakan bubar. Ir. Soekarno terpilih sebagai ketua dan
Drs. Moh. Hatta sebagai wakil ketua.
d. Pada 6 dan 9 Agustus 1945, pasukan udara Sekutu menjatuhkan bom masing-masing di kota
Nagasaki dan Hiroshima. Hal ini mendorong Jepang untuk segera mengambil keputusan penting.
e. Pada 12 Agustus 1945, Jenderal Besar Terauci menyampaikan kepada tokoh pergerakan yang
diundang, yaitu Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan dr. Radjiman Wediodiningrat bahwa
pemerintah kemaharajaan telah memutuskan untuk memberikan kemerdekaan kepada
Indonesia pada 24 Agustus 1945. Pelaksanaannya akan dilakukan oleh PPKI.
f. Pada 14 Agustus 1945 Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu akibat dijatuhkannya
bom atom di Hiroshima dan Nagasaki.
2. Peristiwa Rengasdengklok
Penyerahan Jepang kepada Sekutu menyebabkan reaksi yang berbeda di antara para tokoh
pergerakan kemerdekaan bangsa Indonesia. Para anggota PPKI, seperti Soekarno dan Hatta
tetap menginginkan proklamasi dilakukan sesuai mekanisme PPKI.
Alasannya kekuasaan Jepang di Indonesia belum diambil alih. Tetapi, golongan muda, seperti
Tan Malaka dan Sukarni menginginkan proklamasi kemerdekaan dilaksanakan sesegera
mungkin. Para pemuda mendesak agar Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan
secepatnya. Alasan mereka adalah Indonesia dalam keadaan vakum atau kekosongan
kekuasaan. Pertentangan pendapat antara golongan tua dan golongan muda inilah
yang melatarbelakangi terjadinya peristiwa Rengasdengklok.
a. Golongan Tua
Mereka yang dicap sebagai golongan tua adalah para anggota PPKI yang diwakili oleh Soekarno
dan Hatta. Mereka adalah kelompok konservatif yang menghendaki pelaksanaan
proklamasi harus melalui PPKI sesuai dengan prosedur maklumat Jepang pada 24 Agustus 1945.
Alasan mereka adalah meskipun Jepang telah kalah, kekuatan militernya di Indonesia harus
diperhitungkan demi menjaga hal-hal yang tidak diinginkan. Kembalinya Tentara Belanda ke
Indonesia dianggap lebih berbahaya daripada sekadar masalah waktu pelaksanaan proklamasi
itu sendiri.
b. Golongan Muda
Menanggapi sikap konservatif golongan tua, golongan muda yang diwakili oleh para anggota
PETA dan mahasiswa merasa kecewa. Mereka tidak setuju terhadap sikap golongan tua dan
menganggap bahwa PPKI adalah bentukan Jepang. Oleh karena itu, mereka menolak jika
proklamasi dilaksanakan melalui PPKI. Sebaliknya, mereka menghendaki terlaksananya
proklamasi kemerdekaan dengan kekuatan sendiri, terbebas dari pengaruh Jepang. Sutan Syahrir
termasuk tokoh pertama yang mendesak Soekarno dan Hatta untuk segera memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia.
Sikap golongan muda secara resmi diputuskan dalam rapat yang diselenggarakan di
Pegangsaan Timur Jakarta pada 15 Agustus 1945. Hadir dalam rapat ini Chairul Saleh, Djohar
Nur, Kusnandar, Subadio, Subianto, Margono, Armansyah, dan Wikana. Rapat yang
dipimpin Chairul Saleh ini memutuskan bahwa kemerdekaan Indonesia adalah hak dan masalah
rakyat Indonesia sendiri, bukan menggantungkan kepada pihak lain.
Keputusan rapat kemudian disampaikan oleh Darwis dan Wikana pada Soekarno dan Hatta
di Pegangsaan Timur No.56 Jakarta. Mereka mendesak agar Proklamasi Kemerdekaan
segera dikumandangkan pada 16 Agustus 1945. Jika tidak diumumkan pada tanggal tersebut,
golongan pemuda menyatakan bahwa akan terjadi pertumpahan darah. Namun, Soekarno tetap
bersikap keras pada pendiriannya bahwa proklamasi harus dilaksanakan melalui PPKI. Oleh
karena itu, PPKI harus segera menyelenggarakan rapat. Pro kontra yang mencapai titik puncak
inilah yang telah mengantarkan terjadinya peristiwa Rengasdengklok.
c. Membawa Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok
Di tengah suasana pro dan kontra, golongan pemuda memutuskan untuk membawa Soekarno
dan Hatta ke luar Jakarta. Pilihan ini diambil berdasarkan kesepakatan rapat terakhir golongan
pemuda pada 16 Agustus 1945 di Asrama Baperpi, Cikini, Jakarta. Tujuannya untuk
menjauhkan Soekarno Hatta dari pengaruh Jepang.
Untuk melaksanakan pengamanan Soekarno dan Hatta, golongan pemuda memilih Shodanco
Singgih, guna menghindari kecurigaan dan tindakan militer Jepang. Untuk memuluskan jalan,
proses ini dibantu berupa perlengkapan Tentara PETA dari Cudanco Latief
Hendraningrat. Soekarno dan Hatta kemudian dibawa ke Rengasdengklok. Ketika anggota PETA
Daidan Purwakarta dan Daidan Jakarta mengadakan latihan bersama, terjalin hubungan yang
baik di antara mereka.
Di Jakarta, dialog antara golongan muda yang diwakili oleh Wikana dan golongan tua Ahmad
Subardjo mencapai kata sepakat. Proklamasi Kemerdekaan harus dilaksanakan di Jakarta dan
diumumkan pada 17 Agustus 1945. Golongan pemuda kemudian mengutus Yusuf Kunto untuk
mengantar Ahmad Subardjo ke Rengasdengklok dalam rangka menjemput Soekarno dan Hatta.
Setelah teks proklamasi selesai disusun, muncul permasalahan tentang siapa yang harus
menandatangani teks tersebut. Hatta mengusulkan agar teks proklamasi itu ditandatangani oleh
seluruh yang hadir sebagai wakil bangsa Indonesia. Namun, dari golongan muda Sukarni
mengajukan usul bahwa teks proklamasi tidak perlu ditandatangani oleh semua yang hadir,
tetapi cukup oleh Soekarno dan Hatta atas nama bangsa Indonesia. Soekarno yang
nantinya membacakan teks proklamasi tersebut.
Usul tersebut didasari bahwa Soekarno dan Hatta merupakan dwitunggal yang pengaruhnya
cukup besar di mata rakyat Indonesia. Usul Sukarni kemudian diterima dan Soekarno meminta
kepada Sayuti Melik untuk mengetik naskah proklamasi tersebut, disertai perubahan-perubahan
yang disetujui bersama.
Terdapat tiga perubahan pada naskah tersebut dari yang semula berupa tulisan tangan
Soekarno, dengan naskah yang telah diketik oleh Sayuti Melik. Perubahan-perubahan itu adalah
sebagai berikut.
a. Kata “tempoh” diubah menjadi “tempo”.
b. Konsep “wakil-wakil bangsa Indonesia” diubah menjadi “atas nama bangsa Indonesia”.
c. Tulisan “Djakarta 17-08-‘05”, diubah menjadi “Djakarta, hari 17 boelan 8 Tahoen ‘05”.
d. Setelah selesai diketik, naskah teks proklamasi tersebut ditandatangani oleh Soekarno-Hatta,
dengan bunyi berikut ini.
Proklamasi
Kami bangsa Indonesia Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia. Hal-hal
yang mengenai pemindahan kekuasaan d.l.l., diselenggarakan dengan tjara seksama dan
dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.
Djakarta, hari 17 boelan 8 Tahoen ‘05
Atas nama bangsa Indonesia
Soekarno–Hatta
C. Proklamasi Kemerdekaan RI
Proklamasi Kemerdekaan RI, tepat pada tanggal 6 Agustus 45, ledakan bom atom yang
senngaja dijatuhkan di atas kota Hiroshima, Jepang yang dilakukan oleh sekutu Amerika Serikat, yang
tidak secara langsung menurunkan semangat dan kegagahan tentara Jepang dimata dunia. Tanggal 9
Agustus 1945, kembali, bom atom yang kedua kalinya dijatuhkan tepat di atas Kota Nagasaki,
Jepang, hingga hal itu mengakibatkan Jepang langsung takluk pada Amerika Serikat bersama para
sekutunya. Akibat adanya Momen penting tersebut, ternyata menguntungkan bagi Indonesia yang
dijajah Jepang.
Tanggal 12 Agustus 45, Jepang yang diwakili Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam, menegaskan
kepada Presiden Soekarno, Hatta juga Radjiman apabila pemerintah Jepang secepatnya memberikan
kemerdekaan pada Indonesia juga proklamasi kemerdekaan bisa secepatnya dilangsungkan pada
beberapa hari, dan ditekankan kepada PPKI. Mulanya, Jepang berharap jika Indonesi merdeka pada
24 Agustus. 14 Agustus 2015, Presiden, wapres, dan Radjiman datang ke Indonesia dari Dalat, Tetapi,
Sutan Syahrir langsung mendesak supaya Soekarno bisa secepatnya memproklamasikan
kemerdekaan RI takut jika Jepang akan membuat tipuan.
Presiden Soekarno dan Hatta juga Soebardjo selanjutnya ke kantor Bukanfu, Laksamana Maeda, yng
berada di JL. Imam Bonjol No 1. Maeda langsung menyambut datangnya mereka dengan ucapan
bangga dan selamat atas kesuksesan mereka di Dalat. Paginya, Presiden Soekarno dan Hatta
secepatnya mempersiapkan sebuah pertemuan dengan PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia) sekitar jam 10 pagi, tanggal 16 Agustus dengan tujuan membicarakan semua yang ada
kaitannya dengan persiapan Proklamasi Kemerdekaan.
Tetapi, pada tanggal 16 Agustus 45, rapat tersebut tidak jadi akibat adanya peristiwa
Rengasdengklok. Selanjutnya para pemuda termasuk Chaerul saleh, Sukarni, Wikana, Shodanco
Singgih juga para pemuda yang lain langsung membawa soekarno, fatmawati, Guntur, dan hatta ke
rengasdengklok dan dikenal dengan peristiwa rengasdengklok. Tujuan utamanya ialah supaya
Presiden Ir. Soekarno dan Wapres Drs. Moh. Hatta tak dipengaruhi Jepang, dan disanalah pejuang
muda meyakinkan Soekarno apabila Jepang sudah menyerah dan semua pejuang sudah siap
melawan Jepang habis-habisan sampai titik nadir.
Singkat sejarahh Proklamasi RI ini, untuk penyusunan teks Proklamasi dilaksanakan oleh Presiden
Soekarno, M. Hatta, Achmad Soebardjo juga langsung disaksikan oleh Soekarni, B.M. Diah, Sudiro
juga Sayuti Melik. Untuk masalah konsep teks proklamasi ditulis juga oleh Ir. Soekarno. Dan dari
pihak Sukarni Ia menyarankan supaya yang menandatangani pada teks proklamasi ialah Presiden Ir.
Soekarno juga Wapres Drs. Moh. Hatta atas nama bangsa Indonesia.
Tepat pada Pagi, 17 Agustus 1945, bertempat di kediaman Soekarno, JL. Pegangsaan Timur 56
dilangsungkan acara Pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan RI sekitar jam 10.00 WIB. Isi teks
proklamasi Asli, yaitu berbunyi :
Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan dengan tjara seksama
dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.
Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05
Atas nama bangsa Indonesia.
Soekarno/Hatta
Pada teks proklamasi diatas ditulis dengan tahun 05, pasalnya disesuaikan dengan tahun Jepang,
yaitu 2605. Tetapi untuk yang sekarang beredar adalah seperti ini bunyi Isi teks proklamasi :
Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan, dll diselenggarakan dengan cara saksama dan dalam
tempo yang sesingkat-singkatnya.
Setelah Kemerdekaan - Satu hari setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia dilaksana kan, yaitu
pada 18 Agustus 1945 bertepatan dengan pelaksanaan Sidang PPKI, yang pada saat itu
pembahasannya difokuskan terhadap pembuatan rancangan Undang-Undang Dasar dan disahkan
sebagai dasar hukum bagi penyelenggaraan kehidupan ketata-negaraan Indonesia yang kemudian
dikenal menjadi Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Di dalamnya berisi tentang berbagai aturan mengenai cara-cara pembentukan negara dan
kelengkapan nya. Termasuk perumusan bentuk negara dan pemimpin bangsa Indonesia. Dan
disepakati saat itu salah satu ketetapannya ialah “Negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang
berbentuk Republik”. Dalam kegiatan itu juga dirumuskan kriteria tokoh yang menjadi presiden dan
didapat ketentuan “Presiden adalah orang Indonesia asli dan beragama Islam”. Namun, seperti
perubahan dalam Piagam Djakarta ini juga diubah menjadi “Presiden adalah orang Indonesia asli”.
Setelah pembahasan UUD 1945 sebagai UUD Negara Republik Indonesia, Otto
Iskandardinata mengemukakan pendapat nya untuk langsung melakukan pemilihan dan penetapan
presiden dan wakil presiden. Beliau mengusulkan agar yang menjadi presiden adalah Ir. Soekarno
dan Drs. Moh. Hatta sebagai wakilnya. Ternyata usulan tersebut diterima tanpa ada yang menolak.
Mereka yang hadir setuju bulat tentang calon presiden dan wakilnya yang diusulkan oleh R.
Otto Iskandardinata. Disambut dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya selama dua putaran kedua
tokoh proklamator itu diresmikan menjadi Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia yang
pertama, pada 18 Agustus 1945.
Selain penetapan Undang-Undang Dasar 1945 dan pemilihan presiden dan wakilnya, sidang
PPKI juga berlanjut tentang persiapan dan pembetukan lembaga-lembaga kenegaraan sebagai
pelengkap kehidupan pemerintah ber negara. Meskipun 19 Agustus 1945 hari Minggu, sidang PPKI
tetap dilanjutkan.
Sebelum acara dimulai, Ir. Soekarno yang sudah men jadi presiden menunjuk Ahmad
Subardjo, Soetardjo Kartohadikoesoemo, dan Kasman untuk membentuk panitia kecil yang akan
membicarakan bentuk departemen dan bukan personalnya yang akan menjabat. Rapat kecil itu
dipimpin oleh R. Otto Iskandardinata, dan didapat keputusan sebagai berikut.
a. Pembagian Wilayah
b. Pembentukan Komite Nasional Daerah
c. Pembentukan departemen dan penunjukan para menteri
d. Pembentukan aparat keamanan negara
Mengingat kondisi wilayah Indonesia yang sangat luas, maka untuk pelaksanaan kegiatan
pemerintahan di daerah maka dibentuklah wilayah-wilayah provinsi. Pada saat itu berdasarkan
kesepakatan, wilayah Indonesia dibagi menjadi 8 provinsi yang masing-masing dipimpin oleh
seorang gubernur. Kedelapan provinsi tersebut, yaitu:
1) Sumatra dengan Gubernur Teuku Muhammad Hasan
2) Jawa Barat dengan Gubernur Soetardjo Kartohadi koesoemo
3) Jawa Tengah dengan Gubernur R. Panji Suruso
4) Jawa Timur dengan Gubernur R.M. Suryo
5) Sunda Kecil (Nusa Tenggara) dengan Gubernur I Gusti Ketut Puja
6) Maluku dengan Gubernur J. Latuharhary
7) Sulawesi dengan Gubernur Dr. Sam Ratulangi
8) Kalimantan dengan Gubernur Ir. Pangeran Mohammad Nor.
Selanjutnya masih 19 Agustus 1945, pada malam hari secara terpisah Presiden Soekarno,
Moh. Hatta, R. Otto Iskandardinata, Soekardjo Wirjopranoto, Sartono, Suwirjo, Buntara, A.G.
Pringgodigdo dan dr. Tadjudin berkumpul di Jalan Gambir Selatan untuk membahas pemilihan
orang-orang yang akan diangkat menjadi anggota Komite Nasional Indonesia (KNI) karena pada saat
itu belum terbentuk MPR/DPR. Dari hasil pertemuan itu disepakati bahwa KNI Pusat beranggotakan
60 orang. Rapat pertama KNI Pusat dilakukan di Gedung Komedi (sekarang Gedung Kesenian) pada
29 Agustus 1945.
Sidang PPKI masih berlanjut, dan pada 22 Agustus 1945 membahas tiga permasalahan yang
sering dibicarakan pada rapat-rapat sebelumnya. Rapat saat itu dipimpin oleh Wakil Presiden Moh.
Hatta, yang meng hasilkan keputusan sebagai berikut.
1) KNI adalah badan yang akan berfungsi sebagai Dewan Perwakilan Rakyat sebelum pemilihan
umum terselenggara. KNI ini akan disusun di tingkat pusat dan daerah.
2) Merancang adanya partai tunggal dalam kehidupan politik negara Indonesia, yaitu PNI (Partai
Nasional Indonesia) namun dibatalkan.
3) BKR (Badan Keaman Rakyat) berfungsi sebagai penjaga keamanan umum bagi masing-masing
daerah.
Hari berikutnya setelah peristiwa proklamasi dan sidang PPKI, KNI Pusat mengadakan rapat
pleno pada 16 Oktober 1945. Wakil presiden mengeluarkan Keputusan Presiden No. X yang isinya
memberikan kekuasan dan wewenang legislatif bagi KNI Pusat untuk ikut serta dalam menetapkan
GBHN sebelum MPR di bentuk. Kemudian Sutan Syahrir sebagai ketua Badan Pekerja KNI Pusat
mendesak pemerintah, dan akhir nya pemerintah memberikan maklumat politik yang
ditandatangani oleh wakil presiden.
Adapun isi dari maklumat tersebut adalah Pemerintah menghendaki adanya partai-partai
politik yang membuka kesempatan kepada masyarakat untuk menyalurkan aliran atau pahamnya
secara terbuka. Pemerintah berharap supaya partai politik itu telah tersusun sebelum
dilaksanakannya pemilihan anggota Badan Perwakilan Rakyat yang direncanakan pada Januari 1946.
Setelah dikeluarkannya maklumat politik itu, ternyata bermunculan partai politik, di
antaranya Masyumi, PNI, Partai Buruh Indonesia, Partai Komunis Indonesia, Partai Kristen, Partai
Katholik dan Partai Rakyat Sosialis.
Kita kembali membahas kelanjutan sidang PPKI. Pada 19 Agustus 1945, sidang PPKI berhasil
membentuk departemen-departemen dan menunjuk para menterinya. Dari rapat kecil sebelumnya
diusulkan dan disetujui adanya 13 kementerian. Namun, untuk menteri negara terdiri atas 4 orang
sehingga personal yang ditunjuk untuk jabatan itu menjadi 16 orang.
Adapun nama-nama departeman dan kementerian tersebut beserta para menterinya adalah
sebagai berikut.
1) Menteri Dalam Negeri : R.A.A. Wiranata
2) Menteri Luar Negeri : Ahmad Subardjo
3) Menteri Keuangan : A.A. Maramis
4) Menteri Kehakiman : Dr. Supomo
5) Menteri Kemakmuran : Ir. Surahman T. Adisujo
6) Menteri Keamanan Rakyat : Supriyadi
7) Menteri Kesehatan : Dr. Buntaran Martoajmodjo
8) Menteri Pengajaran : Suwardi Suryaningrat
9) Menteri Penerangan : Amir Syarifudin
10) Menteri Sosial : Iwa Kusumasomantri
11) Menteri Pekerjaan Umum : Abikusno Tjokrosujoso
12) Menteri Perhubungan : Abikusno Tjokrosujoso
13) Menteri Negara : Wahid Hasyim
14) Menteri Negara : M. Amir
15) Menteri Negara : R. M. Sartono
16) Menteri Negara : Otto Iskandardinata
Sidang PPKI juga menghasilkan keputusan untuk membentuk aparat keamanan. Dan pada
saat kemudian terbentulah Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan akhirnya menjadi TRI (Tentara
Republik Indonesia) dengan Panglima Tertingginya adalah Jenderal Soedirman.
Soekarno
Pernyataan Sultan dan Piagam Pemerintah RI inilah menjadi dokumen historis yang
menjadi dasar keistimewaan Propinsi Yogyakarta.
Latar belakangnya adalah ketidak puasan komite Van Aksi terhadap kondisi dan struktur
awal pemerintahan Indonesia. Tujuan rapat raksasa IKADA adalah :
a. Untuk mendekatkan emosional Pemerintah Republik Indonesia dengan rakyat Indonesia bahwa
Indonesia telah merdeka.
b. Untuk menunjukkan kepada tentara sekutu bahwa rakyat Indonesia siap menghadapi apa saja
yang hendak mengganggu kemerdekaan Indonesia.
Lalu, presiden Soekarno berpidato selama lima menit. Beliau meminta agar rakyat percaya
pada pemerintah. Setelah 10 jam massa berkumpul di lapangan IKADA, akhirnya massa
membubarkan diri karena sudah puas atas kehadiran pemimpin negara Indonesia.
Rapat raksasa di lapangan IKADA meskipun hanya beberapa menit, namun memiliki makna
besar, yaitu :
a. Berhasil mempertemukan pemerintah Republik Indonesia dengan rakyatnya.
b. Merupakan perwujudan kewibawaan pemerintah RI di hadapan rakyat.
c. Berhasil menggugah kepercayaan rakyat akan kekuatan bangsa Indonesia sendiri.
2. Pertempuran di Yogyakarta
Pada tanggal 26 September 1945, para pegawai pemerintah dan perusahaan yang dikuasai
Jepang mengadakan aksi mogok. Mereka memaksa pihak Jepang untuk menyerahkan semua
kantor kepada pihak Indonesia. Tindakan itu diperkuat oleh Komite Nasional Indonesia daerah
Yogyakarta yang mengumumkan berdirinya pemerintah RI di Yogyakarta. Pada tanggal 7
Oktober 1945, rakyat dan BKR merebut tangsi Otsukai Butai.
4. Pertempuran di Kalimantan
Di Kalimantan dukungan Proklamasi Kemerdekaan dilakukan dengan berdemokrasi,
pengibaran Bendera Merah-Putih dan mengadakan rapat-rapat. Pada 14 November 1945
dengan beraninya sekitar 8000 orang berkumpul di komplek NICA dengan mengarak Bendera
Merah-Putih.
5. Pertempuran di Makassar
Para pemuda mendukung Gubernur Sulawesi, Dr. Sam Ratulangi dengan merebut gedung-
gedung Vital dari tangan polisi. Di Gorontalo para pemuda berhasil merebut senjata dari
markas-markas Jepang pada 13 Sepember 1945. Di Sumbawa pada bulan Desember 1945,
rakyat berusaha merebut markas-markas Jepang. Pada 13 Desember 1945 secara serentak para
pemuda melakukan penyerangan terhadap Jepang.
6. Pertempuran di Aceh
Di Aceh pada 6 Oktober 1945 para pemuda dan tokoh masyarakat membentuk Angkatan
Pemuda Indonesia (API). 6 hari kemudian Jepang melarang berdirinya organisasi tersebut.
Pimpinan pemuda menolak dan timbulah pertempuran. Para pemuda mengambil alih kantor-
kantor pemerintah Jepang, melucuti senjatanya dan mengibarkan Bendera Merah-Putih.
7. Pertempuran di Palembang
Di Palembang pada 8 Oktober 1945 Dr. A. K. Gani memimpin rakyat mengadakan upacara
pengibaran Bendera Merah-Putih. Perekutan kekuasaan di Palembang dilakukan tanpa Insiden.
Pihak Jepang berusaha menghindari pertempuran.
8. Pertempuran di Sumbawa
Pada bulan Desember 1945, para pemuda Indonesia di Sumbawa melakukan aksi. Mereka
melakukan perebutan terhadap pos-pos militer Jepang, yaitu terjadi di Gempe, Sape, dan Raba.
7. Pertempuran di Biak
Rakyat Irian (Papua Barat) di berbagai kota di seperti Jayapura, Sorong, Serui, dan Biak
member sambutan hangat dan mendukung proklamasi kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal
14 Maret 1948, terjadi pertempuran antara rakyat Biak dengan tentara NICA. Peristiwa ini
diawali dari penyerangan tangsi militer Belanda di Sosido dan Biak yang dilakukan oleh rakyat.
Para pemuda yang dipimpin Joseph berusaha mengibarkan bendera merah putih di seluruh
Biak. Serangan itu gagal dan dua orang pemimpinnya dihukum mati, sedangkan yang lainnya
dihukum seumur hidup.
Pada tanggal 15 Agustus 1945 Jepang menyatakan menyerah kepada Sekutu setelah kedua
kotanya Hiroshima dan Nagasaki hancur terkena bom atom Sekutu. Menyerahnya Jepang dalam
Perang Pasifik membuat daerah dudukannya menjadi status quo. Kondisi ini dimanfaatkan oleh
para tokoh nasional Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaan secepat mungkin
sebelum Sekutu datang. Dua hari setelah Jepang menyerah, tepatnya pada tanggal 17 Agustus
1945 Indonesia menyatakan merdeka atas penjajahan. Kemerdekaan Indonesia ini menjadi
tonggak sejarah baru negeri ini.
Kemerdekaan pulalah yang menjadi titik balik dalam dinamika sosial, sehingga terjadi
perubahan sosial yang drastis dalam masyarakat. Perubahan sosial pascaproklamasi inilah yang
sering disebut dengan revolusi sosial. Revolusi sosial merupakan bentuk tanggapan dari
proklamasi Indonesia dan menyerahnya Jepang kepada Sekutu. Pada setiap daerah di Indonesia
terjadi Revolusi Sosial yang dilatarbelakangi penyebab yang hampir sama yaitu kondisi
ketimpangan disegala aspek kehidupan masyarakat. Ketimpangan ini terlihat sangat mencolok
terutama antara rakyat kelas bawah dengan para pengusaha, bangsawan, dan pejabat
pemerintah. Selain ketimpangan dalam segala aspek juga muncul rasa ketidakadilan di dalam
masyarakat terhadap golongan atas. Keadaan ini juga didukung provokasi dari pejuang-pejuang
gerakan bawah tanah kepada masyarakat akan kondisi ketidakadilan ini. Momen proklamasi
kemerdekaan Indonesia menjadi titik awal pelampiasan rasa ketidakadilan yang sudah menjadi
bibit di dalam masyarakat. Perihal-perihal di atas menjadi penyebab secara umum terjadinya
Revolusi sosial di setiap daerah di Indonesia. Peristiwa Tiga Daerah Revolusi sosial mewarnai
hampir setiap daerah di Indonesia. Salah satu yang terkenal adalah Peristiwa Tiga Daerah di
Tegal, Brebes, dan Pemalang yang terjadi pada bulan Oktober-Desember 1945. Peristiwa Tiga
Daerah adalah salah satu bentuk rasa sakit hati rakyat terhadap pejabat dan penguasa daerah.
Tidak hanya kepada penguasa daerah, rasa sakit hati juga timbul kepada para perangkat desa
dan camat. Rasa ketidakadilan dan sakit hati dalam diri rakyat Tiga Daerah terjadi karena
monopoli pangreh praja (pejabat pemerintah daerah) dalam birokrasi. Salah satu kasus yang
terjadi adalah tidak meratanya pengaturan irigasi oleh pangreh praja setempat yaitu isensitas
pengairan lebih ditujukan kepada pengusaha ladang tebu daripada ke petani padi lokal.
Kasus tersebut terjadi ketika Hindia Belanda masih berdiri. Sementara pada zaman
pendudukan Jepang kesenjangan masyarakat semakin menjadi terutama ketika diterapkan
penjatahan kepemilikan barang-barang pokok. Kondisi ini dimanfaatkan para pejabat untuk
mengkorupsi jatah milik rakyat. Kasus-kasus inilah yang melatarbelakangi kondisi masyarakat
yang sudah tidak stabil menjelang kemerdekaan. Setelah kemerdekaan, situasi di Tiga Daerah
semakin tidak stabil karena sikap pemimpin daerah yang masih bingung dalam memilih
bergabung dengan pemerintahan Indonesia atau tidak. Sementara di lain pihak rakyat
berkehendak untuk bergabung dengan pemerintah Indonesia. Tuntutan rakyat Tiga Daerah ini
bukan tanpa alasan. Rakyat Tiga Daerah memandang kemerdekaan sebagai jalan untuk
kesetaraan sosial antara rakyat dengan pangreh praja. Propaganda dan kampanye dari kaum
nasionalis (terutama orang PKI) setempat turut menyulut tuntutan rakyat tadi. Sikap dari
pemerintah daerah yang lamban dan juga rasa ketidakadilan dalam rakyat Tiga Daerah akhirnya
menimbulkan pecahnya Peristiwa Tiga Daerah. Peristiwa Tiga Daerah diawali dengan
pembunuhan para wedana dan pejabat desa di daerah Tegal. Sementara di Brebes sasaran
amuk masyarakat ditujukan kepada orang China dan Indo-Eropa. Alasan dari penyerangan
orang China dan Indo-Eropa lebih berdasar atas kesenjangan ekonomi dan posisi orang nonlokal
tersebut sebagai saudagar atau pengusaha yang di mata rakyat sebagai salah satu penindas
mereka. Lain halnya dengan Pemalang, selain menyerang kantor pemerintah setempat, rakyat
Pemalang juga menyerang markas BKR di Pemalang. Pada saat itu rakyat memandang BKR tidak
memperdulikan mereka karena tidak ikut dalam revolusi sosial di Tiga Daerah tersebut.
Munculnya Laskar-laskar di Ibukota Revolusi sosial juga melanda ibukota Indonesia, Jakarta.
Pada mulanya tidak ada pergolakan sosial setelah kemerdekaan negara Indonesia, akan
tetapi sejak datangnya Sekutu mulai munculah pergolakan di dalam masyarakat. Revolusi sosial
di Jakarta dimulai dengan munculnya para laskar-laskar tidak resmi yang terdiri dari para jawara
dan mantan garong. Sasaran dari laskar-laskar tersebut adalah para pedagang dan orang Indo-
Eropa dan Cina. Alasan dari diserangnya orang-orang nonpribumi lebih didasari atas rasa sakit
hati dan kebebasan setelah merdeka. Keberadaan laskar-skar ini juga menjadi keresahan di
warga ibukota, oleh karena sering kali laskar-laskar tersebut menyerang warga-warga setempat.
Revolusi sosial di Jakarta juga melebar ke daerah Depok.