Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Payudara
2.1.1 Anatomi
Secara umum, payudara terdiri atas dua jenis jaringan yaitu jaringan kelenjar dan
jaringan stromal. Jaringan kelenjar meliputi lobus dan duktus. Sedangkan jaringan
stromal meliputi jaringan lemak dan jaringan ikat. Payudara terdapat dalam fasia
superfisialis dinding torak ventral yang berkembang menonjol tegak dari subklavikula
sampai dengan costae atau intercostae kelima sampai keenam (Haryono et al., 2011;
merupakan cabang dari arteri mammaria interna, arteri torakalis lateralis, dan arteri
subareola dan pleksus profunda. Pleksus subareola mencakup bagian tengah payudara,
kulit, areola dan puting yang akan mengalir kearah kelenjar getah bening pektoralis
anterior dan sebagian besar ke kelenjar getah bening aksila. Pleksus profunda mencakup
daerah muskulus pektoralis menuju kelenjar getah bening rotter, kemudian ke kelenjar
getah bening subklavikula atau route of Grouzsman, dan 25% sisanya menuju kelenjar
getah bening mammaria interna (Soetrisno, 2010). Sistem limfatik payudara tersaji
pada gambar 2.
Persarafan sensorik payudara diurus oleh cabang pleksus servikalis dan cabang
saraf interkostalis kedua sampai keenam sehingga dapat menyebabkan penyebaran rasa
nyeri terutama pada punggung, skapula, lengan bagian tengah, dan leher (Moore et al.,
2009).
2.1.2 Histologi
dipisahkan oleh jaringan ikat padat interlobaris. Setiap lobus akan bermuara ke papila
mammae melalui duktus laktiferus. Dalam lobus payudara terdapat lobulus–lobulus yang
terdiri dari duktus intralobularis yang dilapisi oleh epitel kuboid atau kolumnar rendah
Adapun gambaran histologi payudara dan predileksi lesi payudara tersaji pada gambar 3
dan 4.
Secara fisiologi, unit fungsional terkecil jaringan payudara adalah asinus. Sel
epitel asinus memproduksi air susu dengan komposisi dari unsur protein yang disekresi
apparatus golgi bersama faktor imun IgA dan IgG, unsur lipid dalam bentuk droplet
oleh hormon dari berbagai kelenjar endokrin seperti hipofisis anterior, adrenal,
hormon siklus haid. Pengaruh hormon siklus haid yang paling sering menimbulkan
dampak yang nyata adalah payudara terasa tegang, membesar atau kadang disertai rasa
hormonal siklus haid terganggu sehingga beresiko terhadap perkembangan dan involusi
siklik fisiologis, seperti jaringan parenkim atrofi diganti jaringan stroma payudara, dapat
timbul fenomena kista kecil dalam susunan lobular atau cystic change yang merupakan
2.1.4 Patologi
polythelia atau jumlah puting susu yang berlebihan, polymastia atau terdapat lebih dari
pada wanita dan gynecomastia pada pria. Bila terdapat bentuk kista yang tidak teratur
baik letak maupun ukurannya dan disertai peningkatan unsur jaringan ikat ekstralobular
Lesi jinak pada wanita terbanyak adalah fibroadenoma yang terjadi pada rentang
usia 20–55 tahun. Sedangkan lesi ganas terbanyak adalah karsinoma duktal invasif
dengan prevalensi pada umur lebih dari 45 tahun dan pada masa menopause. Sebagian
besar lesi mamma terdiri dari satu atau lebih benjolan yang bentuk dan ukuran sangat
bervariasi. Benjolan ini dapat berbatas tegas maupun tidak, nodul tunggal atau multipel,
lunak atau keras, dapat digerakkan dari dasarnya atau tidak. Hal ini yang dapat
membantu membedakan lesi jinak atau lesi ganas pada payudara (Underwood & Cross,
Kelainan ini paling sering ditemukan, bersifat jinak dan non–neoplastik tetapi
payudara ditandai dengan rasa nyeri dan benjolan yang ukurannya berubah–ubah.
Benjolan ini membesar sebelum periode menstruasi serta mengeluarkan cairan puting
yang tidak normal. Pada periode menjelang menopause, sifat benjolan pada kelainan
ini tidak berbatas tegas dan kenyal seperti karet (Fadjari, 2012).
Penyebab pasti dari fibrokistik payudara belum diketahui, tetapi dipengaruhi oleh
hormon estrogen. Apabila estrogen di dalam aliran darah kadarnya memuncak sewaktu
pertengahan siklus tepat sebelum ovulasi, payudara menjadi bengkak, penuh, dan terasa
berat. Gejala ini memburuk pada awal periode menstruasi terutama pada wanita 40–
45 tahun dan menurun jelas pasca menopause. Sehingga, perubahan kistik disimpulkan
akibat ketidakseimbangan antara hiperplasia epitel, bersama dengan dilatasi duktus dan
lobulus yang terjadi pada setiap siklus menstruasi (Nasar et al., 2010
2.3 Neoplasma Jinak
secara autonom, lepas dari kendali pertumbuhan sel normal sehingga bentuk dan
struktur sel ini berbeda dengan sel normal. Sifat sel tumor ini bergantung pada
dan kemampuan dalam berinfiltrasi serta bermetastasis (Price & Wilson, 2006).
Neoplasma dapat bersifat ganas dan jinak. Neoplasma ganas atau kanker
merusaknya, dan dapat menyebar ke bagian tubuh lain yang dapat disebut sebagai
metastasis. Sedangkan neoplasma jinak memiliki batas tegas dan tidak infiltratif,
tidak merusak, serta tidak bermetastasis, tetapi dapat bersifat ekspansif, yaitu dapat
terus membesar sehingga menekan jaringan sekitarnya (De Jong & Sjamsuhidajat,
2010).
Terdapat faktor endogen yaitu epigenetik dan heredofamilial, hormonal, status imun,
nullipara, aging, stress berat. Faktor endogen seperti heredofamilial berkaitan erat
dengan mutasi gen breast cancer 1 (BRCA 1) pada kromosom 17q21.3 dan BRCA
2 pada kromosom 13q12–13 serta mutasi germ-line dalam TP–53. Gen ini
berperan sebagai DNA repair dan gen supresor tetapi inaktif atau terdapat defek.
vitamin A, antioksidan, dan diet tinggi lemak. Selain itu terapi sulih hormon,
ditemukan. Menurut penelitian di New York, FAM terdapat pada ¼ kasus karsinoma,
dengan frekuensi enam kali lebih banyak dibanding papiloma duktus. Insidensi
tertinggi tumor ini terjadi pada dekade tiga meskipun dapat timbul terutama pada usia
setelah pubertas. Berdasarkan laporan dari NSW Breast Cancer Institute (2010), FAM
umumnya terjadi pada wanita dengan usia 21–25 tahun, kurang dari 5% terjadi pada
Sampai saat ini penyebab FAM masih belum diketahui secara pasti, namun
berdasarkan hasil penelitian ada beberapa faktor risiko yang mempengaruhi timbulnya
tumor ini antara lain riwayat perkawinan yang dihubungkan dengan status perkawinan
dan usia perkawinan, paritas dan riwayat menyusui anak.. Penurunan paritas
pertumbuhan berlebih dan tidak normal pada jaringan payudara dan pertumbuhan yang
terminalis dan jaringan fibroblastik. Terdapat dua jenis FAM, yaitu FAM intrakanalikuler atau
stroma yang tumbuh mendesak kanalikulus pada sistem duktulus intralobulus dan FAM
perikanalikuler atau stroma yang tumbuh proliferatif mengitari sistem kanalikulus sistem
Sifat lesi jinak ini berupa benjolan yang mobile atau dapat digerakkan, lobulasi tidak
nyeri tekan, kenyal seperti karet berukuran satu sampai dengan empat sentimeter, dan banyak
ditemukan pada kuadran lateral kanan atas payudara kiri pada penderita yang right handed.
Benjolan ini dapat bertambah besar satu sentimeter dibawah pengaruh estrogen haid normal,
kehamilan, laktasi, atau penggunaan kontrasepsi oral. Secara makroskopik, benjolan ini
berbeda morfologinya dari lesi ganas, yaitu tepi tajam dan permukaannya putih keabuan
sampai merah muda serta homogen. Sedangkan secara mikroskopik, terdapat susunan
lobules perikanalikular yang mengandung stroma padat dan epitel proliferative (Soetrisno,
Fibroadenoma merupakan tumor jinak payudara yang sering ditemukan pada masa
reproduksi yang disebabkan oleh beberapa kemungkinan yaitu akibat sensitivitas jaringan
setempat yang berlebihan terhadap hormon estrogen sehingga kelainan ini sering digolongkan
dalam mamary displasia. Fibroadenoma biasanya ditemukan pada kuadran luar atas,
merupakan lobus yang berbatas jelas, mudah digerakkan dari jaringan di sekitarnya.
kebetulan. Fibroadenoma biasanya ditemukan sebagai benjolan tunggal, tetapi sekitar 10%-
15% wanita yang menderita fibroadenoma memiliki beberapa benjolan pada kedua payudara.
kontrasepsi oral belum dapat dilaporkan dengan pasti. Selain itu adanya kemungkinan
estrogen, faktor makanan dan faktor riwayat keluarga atau keturunan. Kemungkinan lain
adalah bahwa tingkat fisiologi estrogen penderita tidak meningkat tetapi sebaliknya jumlah
siklus menstruasi, kadang dapat terlihat menonjol, dan dapat membesar selama masa
kehamilan dan menyusui. Akan tetapi tidak menggangu kemampuan seorang wanita
untuk menyusui. Diperkirakan bahwa sepertiga dari kasus fibroadenoma jika dibiarkan
ukurannya akan berkurang bahkan hilang sepenuhnya. Namun yang paling sering terjadi, jika
dibiarkan ukuran fibroadenoma akan tetap. Tumor ini biasanya bersifat kenyal dan berbatas
tegas dan tidak sulit untuk diraba. Apabila benjolan didorong atau diraba akan terasa
“breast mouse”. Biasanya fibroadenoma tidak terasa sakit, namun kadang kala akan
a. Common Fibroadenoma
Common fibroadenoma memiliki ukuran 1-3 cm, disebut juga dengan simpel
fibroadenoma. Sering ditemukan pada wanita kelompok umur muda antara 21-25 tahun.
Ketika fibroadenoma dapat dirasakan sebagai benjolan, benjolan itu biasanya berbentuk oval
atau bulat, halus, tegas, dan bergerak sangat bebas. Sekitar 80% dari seluruh kasus
3
fibroadenoma yang terjadi adalah fibroadenoma tunggal.
b. Giant Fibroadenoma
Giant fibroadenoma adalah tumor jinak payudara yang memiliki ukuran dengan
diameter lebih dari 5 cm. Secara keseluruhan insiden giant fibroadenoma sekitar 4% dari
seluruh kasus fibroadenoma. Giant fibroadenoma biasanya ditemui pada wanita hamil
dan menyusui. Giant fibroadenoma ditandai dengan ukuran yang besar dan pembesaran
massa enkapsulasi payudara yang cepat. Giant fibroadenoma dapat merusak bentuk payudara
dan menyebabkan tidak simetris karena ukurannya yang besar, sehingga perlu dilakukan
c. Juvenile Fibroadenoma
0,5-2% dari seluruh kasus fibroadenoma. Sekitar 10-25% pasien dengan juvenile
fibroadenoma memiliki lesi yang multiple atau bilateral. Tumor jenis ini lebih banyak
ditemukan pada orang Afrika dan India Barat dibandingkan pada orang Kaukasia.
a. Fibroadenoma Pericanaliculare
Yakni kelenjar berbentuk bulat dan lonjong dilapisi epitel selapis atau beberapa lapis.
b. Fibroadenoma intracanaliculare
berbentuk panjang-panjang (tidak teratur) dengan lumen yang sempit atau menghilang. Pada
saat menjelang haid dan kehamilan tampak pembesaran sedikit dan pada saat
Gejala klinis yang sering terjadi pada fibroadenoma mammae adalah adanya
bagian yang menonjol pada permukaan payudara, benjolan memiliki batas yang tegas dengan
konsistensi padat dan kenyal.16 Ukuran diameter benjolan yang sering terjadi sekitar 1-4 cm,
namun kadang dapat tumbuh dan berkembang dengan cepat dengan ukuran benjolan
berdiameter lebih dari 5 cm.21 Benjolan yang tumbuh dapat diraba dan digerakkan dengan
bebas. Umumnya fibroadenoma tidak menimbulkan rasa nyeri atau tidak sakit.
Sekitar 50% dari tumor ini adalah lobular carcinoma in situ (LCIS), 20% infiltrasi
karsinoma lobular, 20% adalah karsinoma duktal in situ (DCIS), dan 10% sisanya
selama bertahun-tahun akan berubah menjadi ganas, dikenal dengan istilah progresi dan
2.3.1.4 Epidemiologi
Fibroadenoma mammae adalah tumor jinak pada payudara yang lebih sering
didiagnosa pada wanita muda.22 Fibroadenoma dilaporkan terjadi pada lebih dari 9%
penduduk wanita. Fibroadenoma sangat dipengaruhi oleh hormon dan bervariasi selama siklus
Sampai saat ini penyebab FAM masih belum diketahui secara pasti, namun
berdasarkan hasil penelitian ada beberapa faktor risiko yang mempengaruhi timbulnya tumor
Umur merupakan faktor penting yang menentukan insiden atau frekuensi terjadinya
FAM. Fibroadenoma biasanya terjadi pada wanita usia muda < 30 tahun.26 terutama terjadi
pada wanita dengan usia antara 15-25 tahun.4 Berdasarkan data dari penelitian di Depatemen
Patologi Rumah Sakit Komofo Anyoke Teaching di Ghana (Bewtra, 2009) dilaporkan bahwa
rata-rata umur pasien yang menderita fibroadenoma adalah 23 tahun dengan rentang usia 14-
49 tahun.
b. Riwayat Perkawinan
perkawinan, paritas dan riwayat menyusui anak. Berdasarkan penelitian Bidgoli, et all (2011) di
Iran menyatakan bahwa tidak menikah meningkatkan risiko kejadian FAM (OR=6.64, CI 95%
2.56-16.31) artinya penderita FAM kemungkinan 6,64 kali adalah wanita yang tidak menikah.
Hasil penelitian tersebut juga menyatakan bahwa menikah < 21 tahun meningkatkan risiko
kejadian FAM (OR=2.84, CI 95% 1.23-6.53) artinya penderita FAM kemungkinan 2,84 kali
kelompok wanita nullipara. Pengalaman menyusui memiliki peran yang penting dalam
d. Penggunaan Hormon
estrogen merupakan faktor risiko yang meningkatkan kejadian FAM. Berdasarkan penelitian
(Organ, 1983), dilaporkan proporsi penderita FAM yang menggunakan kontrasepsi dengan
komponen utama estrogen adalah sekitar 60%.28
e. Obesitas
Berat badan yang berlebihan (obesitas) dan IMT yang lebih dari normal
merupakan faktor risiko terjadinya FAM. Berdasarkan penelitian Bidgoli, et all diketahui
bahwa IMT > 30 kg/m2 meningkatkan risiko kejadian FAM (OR=2.45,CI 95% 1.04-3.03)
artinya wanita dengan IMT > 30 kg/m2 memiliki risiko 2,45 kali menderita FAM
f. Riwayat Keluarga
riwayat keluarga kanker payudara pada keluarga tingkat pertama dilaporkan oleh
beberapa peneliti berhubungan dengan peningkatan risiko tumor ini. Dari beberapa penelitian
menunjukkan adanya risiko menderita FAM pada wanita yang ibu dan saudara perempuan
keluarga menderita penyakit pada payudara (Organ, 1983).28 Tidak seperti penderita
g. Stress
Stress berat dapat meningkatkan produksi hormon endogen estrogen yang juga akan
meningkatkan insiden FAM. Berdasarkan penelitian Bidgoli, et all diketahui orang yang
95%1.16-1.76) artinya orang yang mengalami stress memiliki risiko 1,43 kali menderita FAM
2.3.2.1 Definisi
Adalah Kondisi payudara yang menyebabkan adanya rasa nyeri, kistik dan benjolan.
FCC memiliki berbagai variasi histologi yaitu stromal fibrosis, cysts, adenosis, apocrine
metaplasia, dan epithelial proliferation dalam derajat yang bervariasi. Respon yang berlebihan
dari jaringan payudara terhadap perubahan kadar hormone estrogen dan progesterone setiap
bulannya, diyakini sebagai galaktokel dari FCC. Walaupun kelainan ini adalah jinak terkadang
salah didiagnosis sebagai kanker, oleh karena adanya FBB terkadang mempersulit deteksi
kanker.
2.3.2.2 Epidemiologi
Estimasi menyerang 30/60% wanita dan mayoritas (minimal 50%) pada usia subur
a. Usia : Tersering adalah usia subur 20-40 tahun, terdapat sumber lain mengatakan 30-50
tahun.
c. Faktor lainnya adalah : stress, konsumsi rokok, cokelat, konsumsi tinggi lemak dan
genetika.
2.3.2.4 Diagnosis
a. Anamnesis : keluhan utama adalah benjolan di payudara atau benjolan yang sangat nyeri
dan tegang. Keluhan seting dimulai 7-10 hari sebelum menstruasi dan reda setelah haid.
Ukuran benjolan juga dirasakan berfluktuasi mengikuti siklus menstruasi. Nyeri payudara bisa
persisten atau intermitten sering bilateral, nipple terkadang tegang atau gatal, tidak ada
gangguan menyusui.
b. Pemeriksaan Fisik: teraba 1 atau lebih masa kistik dengan batas yang jelas atau teraba
massa yang padat dan mudah digerakkan. Benjolan tersebut sering berlokasi di lateral atas.
Kista atau massa padat tersebut bulat dengan batas yang halus, konsistensi elastis seperti karet
c. Pemeriksaan Penunjang: USG Payudara dan aspirasi kista dengan jarum halus (FNAB)
digunakan untuk pemeriksaan awal. USG akan mendapatkan kista bulat atau oval dengan
batas yang tegas. Kista tunggal dapat di aspirasi dan biopsi dilakukan jika asimtomatik.
Aspirasi dapat dituntun dengan USG pada kista yang tidak teraba. Mammografi dapat
mendeteksi masa padat ukurang sangat kecil yang tidak teraba. Namun mammografi hanya
dianjurkan jika usia lebih dari 35 tahun namun pada penderita yang mempunyai faktor risiko
Eksisi kista jika isi cairan terdapat darah. Eksisi masa tumor hanya dilakukan pada
pasien dengan keluhan yang berat dan sebaiknya dilakukan pemeriksaan potong beku untuk
konfirmasi diagnostik.
2.3.3.1 Definisi
Merupakan tumor jinak akibat dari proliferasi lokal pada epitel duktus. Dikategorikan
atas 2 yaitu papiloma soliter (central) dan multiple (peripheral). Papilloma Intraduktal
2.3.3.2 Epidemiologi
Karakteristik papiloma soliter adalah uia umumnya 3-4 mm namun terkadang besar
mencapai 4-5 cm, nipple discharge unilateral yang serosanguineous atau bloody (mengandung
darah). Karakteristik yang multiple adalah usia lebih muda, jarang terdapat nipple discharge,
sering bilateral, lokasi di perifer, lebih rentan untuk bertransformasi maligna. Juvenile
papilomatosis lesi ini paling banyak diderita oleh wanita usia muda (rerata 23 tahun) namun
pernah juga ditemukan pada wanita usia 48 tahun. Keluhan biasanya adanya massa tanpa
nyeri, dalam pemeriksaan fisik batas tegas, mudah digerakkan dan sering diduga sebagai
fibroadenoma.
Duktulografi. Aman dan mudah untuk visualisasi kelainan dalam duktus. Papilloma
intraduktal digambarkan oleh adanya filling defek didalam duktus yang melebar. Papilloma
soliter selalu terlihat dalam collecting duct sementara papilloma multiple sering terlihat dalam
cabang-cabang duktus.
2.3.3.5 Diagnosis
Diagnosis definitif dengan frozen section (potong beku saat operasi) atau histopatologi
2.3.3.6 Terapi
gejala dan pemeriksaan histopatologi. Operasi ini terutama diindikasikan pada papilloma
2.3.4 Galaktokel
2.3.4.1 Definisi
Kita pada payudara yang berisi air susu sebagai akibat dari obstruksi duktus. Dapat
terjadi pada masa laktasi namun lebih sering terjadi beberapa bulan setelah masa laktasi.
Galaktokel yang sederhana menerangkan bahwa galaktokel terbentuk oleh karena adanya kista
yang terhubung dengan duktus yang berisi air ASI, tapi drainase duktus terblokir sehingga ASI
tidak dapat keluar. Tidak ada hubungan antara galaktokel dengan kista besar yang sering
terlihat pada fibrocystic change. Makroskopis merupakan kista yang berisi ASI dengan
Terdapat massa padat tanpa nyeri saat laktasi atau setelah beberapa minggu/bulan
menyapih. Masa smooth, mobile, konsistensi padat, batas tegas, berlokasi di saluran duktus.
Sering diduga sebagai tumor solid, dapat hilang sendiri atau setelah aspirasi 1 – 3 x, hasil
Untuk mendiagnosis tumor phyllodes harus ada elemenepitel dan stroma dengan
stroma yang selularitas menonjol, irregular, hyperkromatin dan mitosis yang signifika. Ini
berbeda dengan Giant FAM yang juga memiliki elemen epitel namun stroma nya hiposeluler.
2.3.5.1 Epidemiologi
Insidensi jarang dan merupakan 0.3 – 1 % dari tumor payudara wanita. Usia terbanyak
35-55 tahun.
Massa tumor dengan pertumbuhan yang cepat, umunya ukuran sudah besar saat
datang, dapat digerakkan dari jaringan sekitar, konistensi padat dan kistik, permukaan tidak
rata, batas tegas, nyeri tekan tidak dijumpai. Terkadang terbentuk ulkus karena penekanan
masa tumor ke jaringan payudara dan kulit. Tumor ini sangt cenderung untuk mengalami
USG payudara (usia <35 tahun), USG & Mammografi (usia > 35 tahun atau faktor resiko
sangat tinggi), Biopsi core, insisi dan eksisi. Menurut klasifikasi WHO subtipe tersebut
adalah benign phyllodes, borderline phyllodes (juga dikenal sebagai low grade
malignant) dan malignant phylodes (high grade malignant. Klasifikasi ini ditentukan
parameter histologi yaitu stromal cellular atypia, mitoticactivity, stromal overgrowth dan
tumor margin.
2.3.5.4 Terapi
- Pembedahan (Eksisi Lokal dengan Breast Conserving versus Mastektomi &
Teknik Lumpektomy)
- Radioterapi
Kanker payudara (Carcinoma mammaee) dalam bahasa inggrisnya disebut breast cancer
merupakan kanker pada jaringan payudara. Kanker ini paling umum menyerang wanita,
walaupun laki-laki juga punya potensi terkena akan tetapi kemungkinan sangat kecil dengan
perbandingan 1 diantara 1000. Kanker ini terjadi karena pada kondisi dimana sel telah
kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang
tidak normal, cepat dan tidak terkendali, atau kanker payudara sering didefinisikan sebagai
suatu penyakit neoplasma yang ganas yang berasal dari parenchyma. Penyakit ini oleh World
Health Organization (WHO) dimasukkan ke dalam International Classification of Diseases
(ICD) dengan kode nomor 17.
2.3.6.2 Epidemiologi
Kejadian kanker payudara di Indonesia sebesar 11% dari seluruh kejadian kanker
(Siswono, 2003). Setiap tahun lebih dari 580.000 kasus baru ditemukan diberbagai negara
berkembang dan kurang lebih 372.000 pasien meninggal karena penyakit ini. Demikian pula di
Bali, kini jumlah kasusnya meningkat dan menempati urutan kedua terbanyak setelah kanker
serviks dan cenderung bergeser ke arah yang lebih muda.
2.3.6.3 Etiologi
a. Faktor risiko Menurut Moningkey dan Kodim, penyebab spesifik kanker payudara
masih belum diketahui, tetapi terdapat banyak faktor yang diperkirakan mempunyai pengaruh
terhadap terjadinya kanker payudara diantaranya:
1. Faktor reproduksi : Karakteristik reproduktif yang berhubungan dengan risiko terjadinya
kanker payudara adalah nuliparitas, menarche pada umur muda, menopause pada umur lebih
tua, dan kehamilan pertama pada umur tua. Risiko utama kanker payudara adalah
bertambahnya umur. Diperkirakan, periode antara terjadinya haid pertama dengan umur saat
kehamilan pertama merupakan window of initiation perkembangan kanker payudara. Secara
anatomi dan fungsional, payudara akan mengalami atrofi dengan bertambahnya umur. Kurang
dari 25% kanker payudara terjadi pada masa sebelum menopause sehingga diperkirakan awal
terjadinya tumor terjadi jauh sebelum terjadinya perubahan klinis.
2. Penggunaan hormone : Hormon estrogen berhubungan dengan terjadinya kanker payudara.
Laporan dari Harvard School of Public Health menyatakan bahwa terdapat peningkatan kanker
payudara yang signifikan pada para pengguna terapi estrogen replacement. Suatu metaanalisis
menyatakan bahwa walaupun tidak terdapat risiko kanker payudara pada pengguna kontrasepsi
oral, wanita yang menggunakan obat ini untuk waktu yang lama mempunyai risiko tinggi untuk
mengalami kanker payudara sebelum menopause. Sel-sel 3 yang sensitive terhadap rangsangan
hormonal mungkin mengalami perubahan degenerasi jinak atau menjadi ganas.
3. Penyakit fibrokistik : Pada wanita dengan adenosis, fibroadenoma, dan fibrosis, tidak ada
peningkatan risiko terjadinya kanker payudara. Pada hiperplasis dan papiloma, risiko sedikit
meningkat 1,5 sampai 2 kali. Sedangkan pada hiperplasia atipik, risiko meningkat hingga 5
kali.
4. Obesitas : Terdapat hubungan yang positif antara berat badan dan bentuk tubuh dengan
kanker payudara pada wanita pasca menopause. Variasi terhadap kekerapan kanker ini di
negara-negara Barat dan bukan Barat serta perubahan kekerapan sesudah migrasi menunjukkan
bahwa terdapat pengaruh diet terhadap terjadinya keganasan ini.
5. Konsumsi lemak : Konsumsi lemak diperkirakan sebagai suatu faktor risiko terjadinya
kanker payudara. Willet dkk. melakukan studi prospektif selama 8 tahun tentang konsumsi
lemak dan serat dalam hubungannya dengan risiko kanker payudara pada wanita umur 34
sampai 59 tahun
6. Radiasi : Eksposur dengan radiasi ionisasi selama atau sesudah pubertas meningkatkan
terjadinya risiko kanker payudara. Dari beberapa penelitian yang dilakukan disimpulkan bahwa
risiko kanker radiasi berhubungan secara linier dengan dosis dan umur saat terjadinya eksposur.
7. Riwayat keluarga dan faktor genetik : Riwayat keluarga merupakan komponen yang
penting dalam riwayat penderita yang akan dilaksanakan skrining untuk kanker payudara.
Terdapat peningkatan risiko keganasan pada wanita yang keluarganya menderita kanker
payudara. Pada studi genetik 4 ditemukan bahwa kanker payudara berhubungan dengan gen
tertentu. Apabila terdapat BRCA 1, yaitu suatu gen kerentanan terhadap kanker payudara,
probabilitas untuk terjadi kanker payudara sebesar 60% pada umur 50 tahun dan sebesar 85%
pada umur 70 tahun.
8. Faktor Genetik : Kanker peyudara dapat terjadi karena adanya beberapa faktor genetik
yang diturunkan dari orangtua kepada anaknya. Faktor genetik yang dimaksud adalah adanya
mutasi pada beberapa gen yang berperan penting dalam pembentukan kanker payudara gen
yang dimaksud adalah beberapa gen yang bersifat onkogen dan gen yang bersifat mensupresi
tumor.Gen pensupresi tumor yang berperan penting dalam pembentukan kanker payudara
diantaranya adalah gen BRCA1 dan gen BRCA2.
9. Umur : Pada tahun 2001, dari 447 kasus kanker payudara yang berobat di RS Kanker
Dharmais Jakarta 9,1% diantaranya adalah perempuan berusia kurang dari 30 tahun. Semakin
bertambahnya umur meningkatkan risiko kanker payudara. Wanita paling sering terserang
kanker payudara adalah usia di atas 40 tahun. Wanita berumur di bawah 40 tahun juga dapat
terserang kanker payudara, namun risikonya lebih rendah dibandingkan wanita di atas 40
tahun.
2.3.6.4 Patofisiologi
Carsinoma mammae berasal dari jaringan epitel dan paling sering terjadi pada sistem
duktal, mula – mula terjadi hiperplasia sel – sel dengan perkembangan sel – sel atipik. Sel - sel
ini akan berlanjut menjadi carsinoma insitu dan menginvasi stroma. Carsinoma membutuhkan
waktu 7 tahun untuk bertumbuh dari sel tunggal sampai menjadi massa yang cukup besar untuk
dapat diraba ( kira – kira berdiameter 1 cm). Pada ukuran itu kira – kira seperempat dari
carsinoma mammae telah bermetastasis. Carsinoma mammae bermetastasis dengan penyebaran
langsung ke jaringan sekitarnya dan juga melalui saluran limfe dan aliran darah ( Price, Sylvia,
Wilson Lorrairee M, 1995) .
2.3.6.5 Klasifikasi
a. Klasifikasi Patologik
1. Paget’s disease Paget’s disease merupakan bentuk kanker yang dalam taraf permulaan
manifestasinya sebagai eksema menahun putting susu, yang biasanya merah dan menebal.
Suatu tumor sub areoler bisa teraba. Sedang pada umumnya kanker payudara yang berinfiltrasi
ke kulit mempunyai prognosis yang buruk namun pada paget’s disease prognosisnya lebih baik.
Paget’s disease merupakan suatu kanker intraduktal yang tumbuh dibagian terminal dari duktus
laktiferus. Secara patologik cirri-cirinya adalah: sel-sel paget(seperti pasir), hipertrofi sel
epidermoid, infiltrasi sel-sel bundar di bawah epidermis.
2. Kanker duktus laktiferus Comedo carcinoma terdiri dari sel-sel kanker non papillary dan
intraductal, sering dengan nekrosis sentral sehingga pada permukaan potongan terlihat seperti
terisi kelenjar, jarang sekali comedo carcinoma hanya pada saluran saja biasanya akan
mengadakan infiltrasi kesekitarnya menjadi infiltrating comedo carcinoma.
3. Adeno carcinoma dengan infiltrasi dan fibrosis, ini adalah kanker yang lazim ditemukan 75
% kanker payudara adalah tipe ini. Karena banyak terdiri dari fibrosis umumnya agak besar
dan keras. Kanker ini disebut juga dengan tipe scirrbus yaitu tumor yang mengadakan infiltrasi
ke kulit dan kedasar.
4. Medullary carcinoma Tumor ini biasanya sangat dalam di dalam kelenjar mammae,
biasanya tidak seberapa keras, dan kadang-kadang disertai kista dan mempunyai kapsul. Tumor
ini kurang infiltratif disbanding dengan tipe scirrbus dan mestatasis ke ketiak sangat lama.
Prognosis tumor ini lebih baik dari tipe-tipe tumor yang lain.
5. Kanker dari Lobulus Kanker lobulus sering timbul sebagai carcinoma in situ dengan lobulus
yang membesar. Secara mikroskopik, kelihatan lobulus atau kumpulan lobulus yang berisi
kelompok sel-sel asinus dengan bebrapa mitosis. Kalau mengadakan infiltrasi hamper tidak
dapat dibedakan dengan tipe scirrbus.
2.3.6.6 Klasifikasi Klinik
a. Steinthal I : kanker payudara besarnya sampai 2 cm dan tidak memiliki anak sebar.
b. Steinthal II : kanker payudara 2 cm atau lebih dengan anak sebar dikelenjar ketiak.
c. Steinthal III : kanker payudara 2 cm atau lebih dengan anak sebar di kelenjar ketiak, infra
dan supraklavikular, atau infiltrasi ke fasia pektoralis atau ke kulit atau kanker payudara yang
apert (memecah ke kulit).
d. Steinthal IV : kanker payudara dengan metatasis jauh misal ke tengkorak, tulang punggung,
paru-paru, ahti dan panggul.
Tabel Klasifikasi Klinik Kanker Payudara Menurut Peplau 1963
2.3.6.7 Terapi
Penatalaksanaan kanker payudara dilakukan dengan serangkaian pengobatan meliputi
pembedahan, kemoterapi, terapi hormon, terapi radiasi dan yang terbaru adalah terapi
imunologi (antibodi). Pengobatan ini ditujukan untuk memusnahkan kanker atau membatasi
perkembangan penyakit serta menghilangkan gejala-gejalanya. Keberagaman jenis terapi ini
mengharuskan terapi dilakukan secara individual.
a. Pembedahan Tumor primer biasanya dihilangkan dengan pembedahan. Prosedur
pembedahan yang dilakukan pada pasien kanker payudara tergantung pada tahapan penyakit,
jenis tumor, umur dan kondisi kesehatan pasien secara umum. Ahli bedah dapat mengangkat
tumor (lumpectomy), mengangkat sebagian payudara yang mengandung sel kanker atau
pengangkatan seluruh payudara (mastectomy). Untuk meningkatkan harapan hidup,
pembedahan biasanya diikuti dengan terapi tambahan seperti radiasi, hormon atau kemoterapi.
b. Non pembedahan
1. Terapi Radiasi Terapi radiasi dilakukan dengan sinar-X dengan intensitas tinggi untuk
membunuh sel kanker yang tidak terangkat saat pembedahan.
2. Terapi Hormon Terapi hormonal dapat menghambat pertumbuhan tumor yang peka hormon
dan dapat dipakai sebagai terapi pendamping setelah pembedahan atau pada stadium akhir.
3. Kemoterapi Obat kemoterapi digunakan baik pada tahap awa lataupun tahap lanjut penyakit
(tidak dapat lagi dilakukan pembedahan). Obat kemoterapi bisa digunakan secara tunggal atau
dikombinasikan. Salah satu diantaranya adalah Capecitabine dari Roche, obat anti kanker oral
yang diaktivasi oleh enzim yang adapada sel kanker, sehingga hanya menyerang sel kanker
saja.
4. Terapi Imunologik Sekitar 15-25% tumor payudara menunjukkan adanya protein pemicu
pertumbuhan atau HER2 secara berlebihan dan untuk pasien seperti ini, trastuzumab, antibodi
yang secara khusus dirancang untuk menyerang HER2 dan menghambat pertumbuhan tumor,
bisa menjadi pilihan terapi. Pasien sebaiknya juga menjalani tes HER2 untuk menentukan
kelayakan terapi dengan trastuzumab.
2.3.6.8 Komplikasi
Komplikasi utama dari cancer payudara adalah metastase jaringan sekitarnya dan juga
melalui saluran limfe dan pembuluh darah ke organ-organ lain. Tempat yang sering untuk
metastase jauh adalah paru-paru, pleura, tulang dan hati. Metastase ke tulang kemungkinan
mengakibatkan fraktur patologis, nyeri kronik dan hipercalsemia. Metastase ke paru-paru akan
mengalami gangguan ventilasi pada paru-paru dan metastase ke otak mengalami gangguan
persepsi sensori.