Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
tp
s://
w
w
w
.b
ps
. go
.id
Error! No text of specified style in document.
id
o.
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
ISSN: 2598-5590
No. Publikasi: 04230.1709
Katalog BPS: 4201001
Naskah:
id
Subdirektorat Statistik Kesehatan dan Perumahan
o.
Gambar Kulit:
.g
Subdirektorat Statistik Kesehatan dan Perumahan
ps
Diterbitkan oleh:
©Badan Pusat Statistik, Jakarta – Indonesia
.b
w
Dicetak oleh:
w
Pusat Statistik
tp
ht
KATA PENGANTAR
id
Data yang digunakan dalam publikasi Statistik Kesehatan 2016 berasal dari hasil
Survei Sosial Ekonomi Nasional Modul Kesehatan dan Perumahan (Susenas MKP). Publikasi
o.
ini merupakan kelanjutan dari Statistik Kesehatan 2004 dan Statistik Kesehatan 2013.
.g
Publikasi Statistik Kesehatan 2016 menyajikan informasi kesehatan yang berkaitan dengan
ps
jaminan kesehatan, upaya kesehatan, dan biaya berobat, perilaku hidup bersih dan sehat,
Keluarga Berencana dan pelayanan maternal, serta neonatal.
.b
data dan informasi kesehatan baik untuk keperluan perencanaan, monitoring, dan evaluasi
w
berpartisipasi dalam penyusunan publikasi ini, kami ucapkan terima kasih dan apresiasi
yang setinggi-tingginya. Kritik dan saran untuk penyempurnaan publikasi di masa
s:
Dr. Suhariyanto
id
o.
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL...............................................................................................................................................vii
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................................................................ 3
id
1.2.1 Tujuan ....................................................................................................................................4
o.
1.2.2 Ruang Lingkup Susenas ..................................................................................................5
.g
1.2.3 Keterbatasan........................................................................................................................5
ps
1.3 Metodologi Susenas .....................................................................................................................5
.b
id
4.2.2 Pelayanan Kesehatan Saat Persalinan ..................................................................181
o.
BAB 5 CAKUPAN NEONATAL ................................................................................................................ 233
.g
5.1 Kepemilikan Surat Keterangan Lahir..................................................................................234
ps
5.2 Kepemilikan KMS/Buku KIA ..................................................................................................235
DAFTAR TABEL
id
Tabel 2.4 Persentase Penduduk yang Memiliki Kartu Indonesia Sehat Menurut
Provinsi dan Tipe Daerah, 2016 ............................................................................................ 32
o.
Tabel 2.5 Persentase Penduduk yang Memiliki Keluhan Kesehatan dan Berobat Jalan
.g
dalam Sebulan Terakhir Menurut Provinsi dan Tempat Berobat Jalan yang
ps
Terakhir, 2016............................................................................................................................... 33
.b
Tabel 2.6 Persentase Penduduk yang Memiliki Keluhan Kesehatan dan Berobat Jalan
w
Tabel 2.7 Persentase Penduduk yang Memiliki Keluhan Kesehatan dan Berobat Jalan
//w
Tabel 2.8 Persentase Penduduk yang Memiliki Keluhan Kesehatan dan Berobat Jalan
dalam Sebulan Terakhir Menurut Provinsi dan Kebersihan Tempat Berobat
ht
Tabel 2.9 Persentase Penduduk yang Memiliki Keluhan Kesehatan dan Berobat Jalan
dalam Sebulan Terakhir di Perkotaan Menurut Provinsi dan Lama Waktu
Menunggu untuk Mendapatkan Pelayanan Kesehatan pada Berobat Jalan
yang Terakhir, 2016 ................................................................................................................... 39
Tabel 2.10 Persentase Penduduk yang Memiliki Keluhan Kesehatan dan Berobat Jalan
dalam Sebulan Terakhir di Perdesaan Menurut Provinsi dan Lama Waktu
Menunggu untuk Mendapatkan Pelayanan Kesehatan pada Berobat Jalan
yang Terakhir, 2016 ................................................................................................................... 40
Tabel 2.11 Persentase Penduduk yang Memiliki Keluhan Kesehatan dan Berobat Jalan
dalam Sebulan Terakhir Menurut Provinsi dan Lama Waktu Menunggu
untuk Mendapatkan Pelayanan Kesehatan pada Berobat Jalan yang
Terakhir, 2016............................................................................................................................... 41
Tabel 2.12 Persentase Penduduk yang Memiliki Keluhan Kesehatan dan Berobat Jalan
dalam Sebulan Terakhir Menurut Provinsi dan Pemeriksa pada Berobat
Jalan yang Terakhir, 2016 ........................................................................................................ 42
Tabel 2.13 Persentase Penduduk yang Memiliki Keluhan Kesehatan dan Berobat Jalan
dalam Sebulan Terakhir di Perkotaan Menurut Provinsi dan Penjelasan
Pemeriksa Mengenai Penyakit yang Diderita pada Berobat Jalan yang
Terakhir, 2016............................................................................................................................... 44
id
Tabel 2.14 Persentase Penduduk yang Memiliki Keluhan Kesehatan dan Berobat Jalan
o.
dalam Sebulan Terakhir di Perdesaan Menurut Provinsi dan Penjelasan
Pemeriksa Mengenai Penyakit yang Diderita pada Berobat Jalan yang
.g
Terakhir, 2016............................................................................................................................... 45
ps
Tabel 2.15 Persentase Penduduk yang Memiliki Keluhan Kesehatan dan Berobat Jalan
.b
Mengenai Penyakit yang Diderita pada Berobat Jalan yang Terakhir, 2016 ...... 46
w
Tabel 2.16 Persentase Penduduk yang Pernah Dirawat Inap dalam Setahun Terakhir
Menurut Provinsi dan Tempat Rawat Inap yang Terakhir, 2016.............................. 47
//w
Tabel 2.17 Persentase Penduduk yang Pernah Dirawat Inap dalam Setahun Terakhir
s:
Terakhir, 2016............................................................................................................................... 49
ht
Tabel 2.18 Persentase Penduduk yang Pernah Dirawat Inap dalam Setahun Terakhir
di Perdesaan Menurut Provinsi dan Kebersihan Tempat Rawat Inap yang
Terakhir, 2016............................................................................................................................... 50
Tabel 2.19 Persentase Penduduk yang Pernah Dirawat Inap dalam Setahun Terakhir
Menurut Provinsi dan Kebersihan Tempat Rawat Inap yang Terakhir, 2016 ...... 51
Tabel 2.20 Persentase Penduduk yang Pernah Dirawat Inap dalam Setahun Terakhir
di Perkotaan Menurut Provinsi dan Lama Waktu Menunggu untuk
Mendapat Pelayanan Rawat Inap yang Terakhir, 2016 ............................................... 52
Tabel 2.21 Persentase Penduduk yang Pernah Dirawat Inap dalam Setahun Terakhir
di Perdesaan Menurut Provinsi dan Lama Waktu Menunggu untuk
Mendapat Pelayanan Rawat Inap yang Terakhir, 2016 ............................................... 53
Tabel 2.22 Persentase Penduduk yang Pernah Dirawat Inap dalam Setahun Terakhir
Menurut Provinsi dan Lama Waktu Menunggu untuk Mendapat Pelayanan
Rawat Inap yang Terakhir, 2016 ........................................................................................... 54
Tabel 2.23 Persentase Penduduk yang Pernah Dirawat Inap dalam Setahun Terakhir
di Perkotaan Menurut Provinsi dan Penjelasan Pemeriksa Mengenai
Penyakit yang Diderita pada Rawat Inap yang Terakhir, 2016 ................................. 55
Tabel 2.24 Persentase Penduduk yang Pernah Dirawat Inap dalam Setahun Terakhir
di Perdesaan Menurut Provinsi dan Penjelasan Pemeriksa Mengenai
Penyakit yang Diderita pada Rawat Inap yang Terakhir, 2016 ................................. 56
Tabel 2.25 Persentase Penduduk yang Pernah Dirawat Inap dalam Setahun Terakhir
Menurut Provinsi dan Penjelasan Pemeriksa Mengenai Penyakit yang
id
Diderita pada Rawat Inap yang Terakhir, 2016 ............................................................... 57
o.
Tabel 2.26 Persentase Penduduk yang Pernah Dirawat Inap dalam Setahun Terakhir
.g
di Perkotaan Menurut Provinsi dan Lama Hari Rawat Inap yang Terakhir,
ps
2016 ................................................................................................................................................. 58
Tabel 2.27 Persentase Penduduk yang Pernah Dirawat Inap dalam Setahun Terakhir
.b
di Perdesaan Menurut Provinsi dan Lama Hari Rawat Inap yang Terakhir,
w
2016 ................................................................................................................................................. 59
w
Tabel 2.28 Persentase Penduduk yang Pernah Dirawat Inap dalam Setahun Terakhir
//w
Menurut Provinsi dan Lama Hari Rawat Inap yang Terakhir, 2016 ......................... 60
Tabel 2.29 Persentase Penduduk yang Mempunyai Keluhan Kesehatan dan Pernah
s:
Tabel 2.30 Rata-rata Biaya Transportasi Pulang Pergi dari Rumah ke Fasilitas Berobat
Jalan yang Terakhir Menurut Provinsi dan Tipe Daerah (dalam Rupiah),
2016 ................................................................................................................................................. 62
Tabel 2.31 Rata-rata Biaya Berobat Jalan Terakhir yang Dikeluarkan oleh Penduduk
yang Berobat Jalan di Perkotaan Menurut Provinsi dan Jenis Biaya (dalam
Rupiah), 2016 ............................................................................................................................... 63
Tabel 2.32 Rata-rata Biaya Berobat Jalan Terakhir yang Dikeluarkan oleh Penduduk
yang Berobat Jalan di Perdesaan Menurut Provinsi dan Jenis Biaya (dalam
Rupiah), 2016 ............................................................................................................................... 64
Tabel 2.33 Rata-rata Biaya Berobat Jalan Terakhir yang Dikeluarkan oleh Penduduk
yang Berobat Jalan Menurut Provinsi dan Jenis Biaya (dalam Rupiah), 2016 .... 65
Tabel 2.34 Persentase Penduduk yang Memiliki Keluhan Kesehatan dan Berobat Jalan
dalam Sebulan Terakhir Menurut Provinsi dan Sumber Biaya pada Berobat
Jalan yang Terakhir Selain Biaya Sendiri, 2016 ............................................................... 66
Tabel 2.35 Rata-rata Biaya Transportasi dari Rumah ke Tempat Rawat Inap yang
Terakhir untuk Satu Kali Jalan Menurut Provinsi dan Tipe Daerah (dalam
Rupiah), 2016 ............................................................................................................................... 69
Tabel 2.36 Rata-rata Biaya Rawat Inap Terakhir yang Dikeluarkan oleh Penduduk
yang Rawat Inap di Perkotaan Menurut Provinsi dan Jenis Biaya (dalam
Rupiah), 2016 ............................................................................................................................... 70
Tabel 2.37 Rata-rata Biaya Rawat Inap Terakhir yang Dikeluarkan oleh Penduduk
yang Rawat Inap di Perdesaan Menurut Provinsi dan Jenis Biaya (dalam
id
Rupiah), 2016 ............................................................................................................................... 71
o.
Tabel 2.38 Rata-rata Biaya Rawat Inap Terakhir yang Dikeluarkan oleh Penduduk
.g
yang Rawat Inap Menurut Provinsi dan Jenis Biaya (dalam Rupiah), 2016 ......... 72
ps
Tabel 2.39 Persentase Penduduk yang Pernah Dirawat Inap dalam Setahun Terakhir
Menurut Provinsi dan Sumber Biaya pada Rawat Inap yang Terakhir Selain
.b
Tabel 2.40 Rata-rata Biaya untuk Membeli Obat Terakhir yang Dikeluarkan oleh
w
Tabel 2.41 Rata-rata Biaya untuk Membeli Obat Terakhir yang Dikeluarkan oleh
s:
Tabel 2.42 Rata-rata Biaya untuk Membeli Obat Terakhir yang Dikeluarkan oleh
Penduduk yang Mengobati Sendiri Menurut Provinsi dan Jenis Obat
(dalam Rupiah), 2016 ................................................................................................................ 78
Tabel 2.43 Persentase Penduduk yang Pernah Mengalami Kecelakaan Lalu Lintas
pada Tahun 2015 Menurut Provinsi dan Tipe Daerah, 2016 ..................................... 79
Tabel 3.1 Rata-rata Batang Rokok yang Dihisap per Hari oleh Penduduk Berusia
Lima Tahun ke Atas di Perkotaan Menurut Provinsi dan Jenis Rokok, 2016 ... 106
Tabel 3.2 Rata-rata Batang Rokok yang Dihisap per Hari oleh Penduduk Berusia
Lima Tahun ke Atas di Perdesaan Menurut Provinsi dan Jenis Rokok, 2016 ... 107
Tabel 3.3 Rata-rata Batang Rokok yang Dihisap per Hari oleh Penduduk Berusia
Lima Tahun ke Atas Menurut Provinsi dan Jenis Rokok, 2016 .............................. 108
Tabel 3.4 Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas yang Pernah Merokok
Setiap Hari di Perkotaan Menurut Provinsi dan Kelompok Umur Pertama
Kali Mulai Merokok Setiap Hari, 2016 ............................................................................. 109
Tabel 3.5 Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas yang Pernah Merokok
Setiap Hari di Perdesaan Menurut Provinsi dan Kelompok Umur Pertama
Kali Mulai Merokok Setiap Hari, 2016 ............................................................................. 110
Tabel 3.6 Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas yang Pernah Merokok
Setiap Hari Menurut Provinsi dan Kelompok Umur Pertama Kali Mulai
Merokok Setiap Hari, 2016 .................................................................................................. 111
id
Tabel 3.7 Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas yang Pernah Merokok di
o.
Perkotaan Menurut Provinsi dan Kelompok Umur Pertama Kali Mulai
.g
Merokok, 2016 .......................................................................................................................... 112
ps
Tabel 3.8 Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas yang Pernah Merokok di
Perdesaan Menurut Provinsi dan Kelompok Umur Pertama Kali Mulai
.b
Tabel 3.9 Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas yang Pernah Merokok
w
Menurut Provinsi dan Kelompok Umur Pertama Kali Mulai Merokok, 2016 ... 114
//w
Tabel 3.10 Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas yang Merokok dalam
Sebulan Terakhir di Perkotaan Menurut Provinsi dan Kebiasaan Merokok
s:
Tabel 3.11 Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas yang Merokok dalam
ht
Tabel 3.12 Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas yang Merokok dalam
Sebulan Terakhir Menurut Provinsi dan Kebiasaan Merokok di dalam
Rumah dalam Sebulan Terakhir, 2016............................................................................. 117
Tabel 3.13 Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas yang Pernah Merokok di
Perkotaan Menurut Provinsi dan Usaha Berhenti Merokok dalam Setahun
Terakhir, 2016............................................................................................................................ 118
Tabel 3.14 Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas yang Pernah Merokok di
Perdesaan Menurut Provinsi dan Usaha Berhenti Merokok dalam Setahun
Terakhir, 2016............................................................................................................................ 119
Tabel 3.15 Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas yang Pernah Merokok
Menurut Provinsi dan Usaha Berhenti Merokok dalam Sebulan Terakhir,
2016 .............................................................................................................................................. 120
Tabel 3.16 Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas di Perkotaan yang Biasa
Mencuci Tangan Pakai Sabun Menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2016 ....... 121
Tabel 3.17 Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas di Perdesaan yang Biasa
Mencuci Tangan Pakai Sabun Menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2016 ....... 122
Tabel 3.18 Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas yang Biasa Mencuci
Tangan Pakai Sabun Menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2016 ......................... 123
Tabel 3.19 Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas di Perkotaan yang Biasa
Mencuci Tangan Pakai Sabun Menurut Provinsi dan Kapan Biasanya
id
Mencuci Tangan Pakai Sabun, 2016 ................................................................................ 124
o.
Tabel 3.20 Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas di Perdesaan yang Biasa
Mencuci Tangan Pakai Sabun Menurut Provinsi dan Kapan Biasanya
.g
ps
Mencuci Tangan Pakai Sabun, 2016 ................................................................................ 126
.b
Tabel 3.21 Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas yang Biasa Mencuci
Tangan Pakai Sabun Menurut Provinsi dan Kapan Biasanya Mencuci
w
Tabel 3.22 Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas di Perkotaan yang Biasa
//w
Tabel 3.23 Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas di Perdesaan yang Biasa
tp
Tabel 3.24 Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas yang Biasa Mencuci
Tangan Pakai Sabun Menurut Provinsi dan Tempat Biasanya Mencuci
Tangan, 2016 ............................................................................................................................. 132
Tabel 3.25 Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas di Perkotaan Menurut
Provinsi dan Jumlah Hari Mengonsumsi Buah-buahan dalam Seminggu
Terakhir, 2016............................................................................................................................ 133
Tabel 3.26 Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas di Perdesaan Menurut
Provinsi dan Jumlah Hari Mengonsumsi Buah-buahan dalam Seminggu
Terakhir, 2016............................................................................................................................ 134
Tabel 3.27 Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas Menurut Provinsi dan
Jumlah Hari Mengonsumsi Buah dalam Seminggu Terakhir, 2016 ..................... 135
Tabel 3.28 Rata-rata Jumlah Porsi Buah-buahan yang Dikonsumsi per Minggu oleh
Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas di Perkotaan Menurut Provinsi dan
Tipe Daerah, 2016 ................................................................................................................... 136
Tabel 3.29 Rata-rata Jumlah Porsi Buah-buahan yang Dikonsumsi per Minggu oleh
Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas di Perdesaan Menurut Provinsi dan
Tipe Daerah, 2016 ................................................................................................................... 137
Tabel 3.30 Rata-rata Jumlah Porsi Buah-buahan yang Dikonsumsi per Minggu oleh
Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas Menurut Provinsi dan Tipe Daerah,
2016 .............................................................................................................................................. 138
id
Tabel 3.31 Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas di Perkotaan Menurut
o.
Provinsi dan Jumlah Hari Mengonsumsi Sayuran dalam Seminggu
.g
Terakhir, 2016............................................................................................................................ 139
ps
Tabel 3.32 Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas di Perdesaan Menurut
Provinsi dan Jumlah Hari Mengonsumsi Sayuran dalam Seminggu
.b
Tabel 3.33 Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas Menurut Provinsi dan
w
Jumlah Hari Mengonsumsi Sayuran dalam Seminggu Terakhir, 2016 ............... 141
//w
Tabel 3.34 Rata-rata Jumlah Porsi Sayuran yang Dikonsumsi per Minggu oleh
Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas di Perkotaan Menurut Provinsi dan
s:
Tabel 3.35 Rata-rata Jumlah Porsi Sayuran yang Dikonsumsi per Minggu oleh
ht
Tabel 3.36 Rata-rata Jumlah Porsi Sayuran yang Dikonsumsi per Minggu oleh
Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas Menurut Provinsi dan Jenis
Kelamin, 2016 ............................................................................................................................ 144
Tabel 3.37 Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas yang Mengkonsumsi
Buah Setiap Hari Sebanyak ≥14 Porsi per Minggu di Perkotaan Menurut
Provinsi dan Jenis Kelamin, 2016 ...................................................................................... 145
Tabel 3.38 Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas yang Mengkonsumsi
Buah Setiap Hari Sebanyak ≥14 Porsi per Minggu di Perdesaan Menurut
Provinsi dan Jenis Kelamin, 2016 ...................................................................................... 146
Tabel 3.39 Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas yang Mengkonsumsi
Buah Setiap Hari Sebanyak ≥14 Porsi per Minggu Menurut Provinsi dan
Jenis Kelamin, 2016................................................................................................................. 147
Tabel 3.40 Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas yang Mengkonsumsi
Sayuran Setiap Hari Sebanyak ≥14 Porsi per Minggu di Perkotaan
Menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2016.................................................................... 148
Tabel 3.41 Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas yang Mengkonsumsi
Sayuran Setiap Hari Sebanyak ≥14 Porsi per Minggu di Perdesaan
Menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2016.................................................................... 149
Tabel 3.42 Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas yang Mengkonsumsi
Sayuran Setiap Hari Sebanyak ≥14 Porsi per Minggu Menurut Provinsi dan
id
Jenis Kelamin, 2016................................................................................................................. 150
o.
Tabel 3.43 Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas di Perkotaan Menurut
.g
Provinsi dan Jumlah Hari Melakukan Aktifitas Fisik Sedang dalam
ps
Seminggu Terakhir, 2016...................................................................................................... 151
Tabel 3.44 Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas di Perdesaan Menurut
.b
Tabel 3.45 Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas Menurut Provinsi dan
//w
Tabel 3.46 Rata-rata Lama Waktu Melakukan Aktivitas Fisik Sedang per Hari (Menit)
tp
Tabel 3.47 Rata-rata Lama Waktu Melakukan Aktivitas Fisik Sedang per Hari (Menit)
oleh Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas di Perdesaan Menurut Provinsi
dan Jenis Kelamin, 2016 ........................................................................................................ 155
Tabel 3.48 Rata-rata Lama Waktu Melakukan Aktivitas Fisik Sedang per Hari (Menit)
oleh Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas Menurut Provinsi dan Jenis
Kelamin, 2016 ............................................................................................................................ 156
Tabel 3.49 Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas di Perkotaan Menurut
Provinsi dan Jumlah Hari Melakukan Aktifitas Fisik Berat dalam Seminggu
Terakhir, 2016............................................................................................................................ 157
Tabel 3.50 Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas di Perdesaan Menurut
Provinsi dan Jumlah Hari Melakukan Aktifitas Fisik Berat Seminggu
Terakhir, 2016............................................................................................................................ 158
Tabel 3.51 Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas Menurut Provinsi dan
Jumlah Hari Melakukan Aktifitas Fisik Berat dalam Seminggu Terakhir,
2016 .............................................................................................................................................. 159
Tabel 3.52 Rata-rata Lama Waktu Melakukan Aktivitas Fisik Berat per Hari (Menit)
oleh Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas di Perkotaan Menurut Provinsi
dan Jenis Kelamin, 2016 ........................................................................................................ 160
Tabel 3.53 Rata-rata Lama Waktu Melakukan Aktivitas Fisik Berat per Hari (Menit)
oleh Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas di Perdesaan Menurut Provinsi
id
dan Jenis Kelamin, 2016 ........................................................................................................ 161
o.
Tabel 3.54 Rata-rata Lama Waktu Melakukan Aktivitas Fisik Berat per Hari (Menit)
.g
oleh Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas Menurut Provinsi dan Jenis
ps
Kelamin, 2016 ............................................................................................................................ 162
Tabel 3.55 Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas yang Melakukan
.b
Aktivitas Fisik Sedang Tujuh Hari dalam Seminggu dengan Waktu ≥30
w
Menit di Perkotaan Menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2016 ........................... 163
w
Tabel 3.56 Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas yang Melakukan
//w
Aktivitas Fisik Sedang Tujuh Hari dalam Seminggu dengan Waktu ≥30
Menit di Perdesaan Menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2016 ........................... 164
s:
Tabel 3.57 Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas yang Melakukan
tp
Aktivitas Fisik Sedang Tujuh Hari dalam Seminggu dengan Waktu ≥30
ht
Tabel 3.58 Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas yang Melakukan
Aktivitas Fisik Berat Tujuh Hari dalam Seminggu dengan Waktu ≥30 Menit
di Perkotaan Menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2016 ......................................... 166
Tabel 3.59 Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas yang Melakukan
Aktivitas Fisik Berat Tujuh Hari dalam Seminggu dengan Waktu ≥30 Menit
di Perdesaan Menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2016 ........................................ 167
Tabel 3.60 Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas yang Melakukan
Aktivitas Fisik Berat Tujuh Hari dalam Seminggu dengan Waktu ≥30 Menit
Menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2016.................................................................... 168
Tabel 4.1 Persentase Wanita Berusia 15-49 Tahun Berstatus Pernah Kawin yang
Sedang Menggunakan Alat KB Menurut Provinsi dan Pemberi Pelayanan/
Alat KB Terakhir Kali, 2016 ................................................................................................... 187
Tabel 4.2 Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir yang Diperiksa
Saat di Kandungan Menurut Tipe Daerah, 2016 ......................................................... 188
Tabel 4.3 Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir di Perkotaan
Menurut Provinsi dan Frekuensi Pemeriksaan oleh Tenaga Kesehatan pada
Saat di Kandungan Usia Trimester Pertama, 2016 ..................................................... 189
Tabel 4.4 Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir di Perdesaan
Menurut Provinsi dan Frekuensi Pemeriksaan oleh Tenaga Kesehatan pada
id
Saat di Kandungan Usia Trimester Pertama, 2016 ..................................................... 190
o.
Tabel 4.5 Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir Menurut Provinsi
dan Frekuensi Pemeriksaan oleh Tenaga Kesehatan pada Saat di
.g
ps
Kandungan Usia Trimester Pertama, 2016 .................................................................... 191
.b
Tabel 4.6 Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir di Perkotaan
Menurut Provinsi dan Frekuensi Pemeriksaan oleh Tenaga Kesehatan pada
w
Tabel 4.7 Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir di Perdesaan
//w
Tabel 4.8 Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir Menurut Provinsi
tp
Tabel 4.9 Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir di Perkotaan
Menurut Provinsi dan Frekuensi Pemeriksaan oleh Tenaga Kesehatan pada
Saat di Kandungan Usia Trimester Ketiga, 2016 ......................................................... 195
Tabel 4.10 Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir di Perdesaan
Menurut Provinsi dan Frekuensi Pemeriksaan oleh Tenaga Kesehatan pada
Saat di Kandungan Usia Trimester Ketiga, 2016 ......................................................... 196
Tabel 4.11 Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir Menurut Provinsi
dan Frekuensi Pemeriksaan oleh Tenaga Kesehatan pada Saat di
Kandungan Usia Trimester Ketiga, 2016 ........................................................................ 197
Tabel 4.12 Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir di Perkotaan
Menurut Provinsi dan Jenis Pemeriksaan oleh Tenaga Kesehatan Pada
Saat di Kandungan Usia Trimester Pertama, 2016 ..................................................... 198
Tabel 4.13 Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir di Perdesaan
Menurut Provinsi dan Jenis Pemeriksaan oleh Tenaga Kesehatan Pada Saat
di Kandungan Usia Trimester Pertama, 2016 ............................................................... 200
Tabel 4.14 Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir Menurut Provinsi
dan Jenis Pemeriksaan oleh Tenaga Kesehatan Pada Saat di Kandungan
Usia Trimester Pertama, 2016 ............................................................................................. 202
Tabel 4.15 Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir di Perkotaan
Menurut Provinsi dan Jenis Pemeriksaan oleh Tenaga Kesehatan Pada Saat
id
di Kandungan Usia Trimester Kedua, 2016 ................................................................... 204
o.
Tabel 4.16 Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir di Perdesaan
.g
Menurut Provinsi dan Jenis Pemeriksaan oleh Tenaga Kesehatan Pada Saat
ps
di Kandungan Usia Trimester Kedua, 2016 ................................................................... 206
Tabel 4.17 Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir Menurut Provinsi
.b
Tabel 4.18 Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir di Perkotaan
//w
Menurut Provinsi dan Jenis Pemeriksaan oleh Tenaga Kesehatan Pada Saat
di Kandungan Usia Trimester Ketiga, 2016 ................................................................... 210
s:
Tabel 4.19 Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir di Perdesaan
tp
Menurut Provinsi dan Jenis Pemeriksaan oleh Tenaga Kesehatan Pada Saat
ht
Tabel 4.20 Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir Menurut Provinsi
dan Jenis Pemeriksaan oleh Tenaga Kesehatan Pada Saat di Kandungan
Usia Trimester Ketiga, 2016 ................................................................................................. 214
Tabel 4.21 Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir Menurut Provinsi
dan Asupan Pil Zat Besi oleh Ibu Saat Mengandung, 2016.................................... 216
Tabel 4.22 Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir di Perkotaan
Menurut Provinsi dan Jumlah Pil Zat Besi yang Diminum oleh Ibu Saat
Mengandung, 2016 ................................................................................................................ 217
Tabel 4.23 Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir di Perdesaan
Menurut Provinsi dan Jumlah Pil Zat Besi yang Diminum oleh Ibu Saat
Mengandung, 2016 ................................................................................................................ 218
Tabel 4.24 Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir Menurut Provinsi
dan Jumlah Pil Zat Besi yang Diminum oleh Ibu Saat Mengandung, 2016 ..... 219
Tabel 4.25 Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir Menurut Provinsi
dan Tempat Dilahirkan, 2016 .............................................................................................. 220
Tabel 4.26 Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir di Perkotaan yang
Persalinannya Dilakukan di Fasilitas Kesehatan Menurut Provinsi dan Lama
Rawat di Fasilitas Kesehatan, 2016 ................................................................................... 222
Tabel 4.27 Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir di Perdesaan yang
id
Persalinannya Dilakukan di Fasilitas Kesehatan Menurut Provinsi dan Lama
o.
Rawat di Fasilitas Kesehatan, 2016 ................................................................................... 223
Tabel 4.28 Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir yang
.g
ps
Persalinannya Dilakukan di Fasilitas Kesehatan Menurut Provinsi dan Lama
Rawat di Fasilitas Kesehatan, 2016 ................................................................................... 224
.b
Tabel 4.29 Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir yang Melakukan
w
Tabel 4.30 Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir yang Ibunya
Melakukan Periksa atau Kontrol Kesehatan Pertama Kali Menurut Provinsi
s:
Tabel 4.31 Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir di Perkotaan
Menurut Provinsi dan Jenis Pemeriksaan Terhadap Ibu Saat Periksa atau
Kontrol Kesehatan Pertama Kali Setelah Melahirkan, 2016 .................................... 227
Tabel 4.32 Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir di Perdesaan
Menurut Provinsi dan Jenis Pemeriksaan Terhadap Ibu Saat Periksa atau
Kontrol Kesehatan Pertama Kali Setelah Melahirkan, 2016 .................................... 228
Tabel 4.33 Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir Menurut Provinsi
dan Jenis Pemeriksaan Terhadap Ibu Saat Periksa atau Kontrol Kesehatan
Pertama Kali Setelah Melahirkan, 2016 .......................................................................... 229
Tabel 4.34 Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir Menurut Provinsi
dan Pemeriksa Ibu Saat Periksa atau Kontrol Kesehatan Pertama Kali
Setelah Melahirkan, 2016 ..................................................................................................... 230
Tabel 5.1 Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir di Perkotaan
Menurut Kepemilikan Surat Keterangan Lahir, 2016................................................. 243
Tabel 5.2 Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir di Perdesaan
Menurut Kepemilikan Surat Keterangan Lahir, 2016................................................. 244
Tabel 5.3 Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir Menurut
Kepemilikan Surat Keterangan Lahir, 2016 ................................................................... 245
id
Tabel 5.4 Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir di Perkotaan
o.
Menurut Kepemilikan KMS/Buku KIA, 2016 ................................................................. 246
.g
Tabel 5.5 Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir di Perdesaan
Menurut Kepemilikan KMS/Buku KIA, 2016 ................................................................. 247
ps
Tabel 5.6 Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir Menurut
.b
Tabel 5.7 Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir di Perkotaan yang
w
Tabel 5.8 Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir di Perdesaan yang
s:
Tabel 5.9 Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir yang Memiliki
KMS/Buku KIA Tetapi Tidak Dapat Ditunjukkan Menurut Keberadaan
KMS/Buku KIA, 2016............................................................................................................... 251
Tabel 5.10 Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir di Perkotaan
Menurut Berat Lahir, 2016 ................................................................................................... 252
Tabel 5.11 Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir di Perdesaan
Menurut Berat Lahir, 2016 ................................................................................................... 253
Tabel 5.12 Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir Menurut Berat
Lahir, 2016 .................................................................................................................................. 254
Tabel 5.13 Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir di Perkotaan
Menurut Panjang Lahir, 2016.............................................................................................. 255
Tabel 5.14 Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir di Perdesaan
Menurut Panjang Lahir, 2016.............................................................................................. 256
Tabel 5.15 Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir Menurut Panjang
Lahir, 2016 .................................................................................................................................. 257
Tabel 5.16 Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir yang Diperiksa
atau Dikontrol Kesehatan Setelah Lahir Menurut Tipe Daerah, 2016 ................ 258
Tabel 5.17 Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir di Perkotaan
Menurut Waktu Pemeriksaan atau Kontrol Kesehatan Pertama Kali Setelah
Lahir, 2016 .................................................................................................................................. 259
id
o.
Tabel 5.18 Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir di Perdesaan
Menurut Waktu Pemeriksaan atau Kontrol Kesehatan Pertama Kali Setelah
.g
Lahir, 2016 .................................................................................................................................. 260
ps
Tabel 5.19 Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir Menurut Waktu
.b
Pemeriksaan atau Kontrol Kesehatan Pertama Kali Setelah Lahir, 2016 ........... 261
w
Tabel 5.20 Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir di Perkotaan
Menurut Pemeriksa Kesehatan Pertama Kali Setelah Lahir, 2016 ........................ 262
w
//w
Tabel 5.21 Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir di Perdesaan
Menurut Pemeriksa Kesehatan Pertama Kali Setelah Lahir, 2016 ........................ 263
s:
Tabel 5.22 Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir Menurut
tp
Tabel 5.23 Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir di Perkotaan
Menurut Tempat Periksa Kesehatan Pertama Kali Setelah Lahir, 2016 .............. 265
Tabel 5.24 Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir di Perdesaan
Menurut Tempat Periksa Kesehatan Pertama Kali Setelah Lahir, 2016 .............. 267
Tabel 5.25 Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir Menurut Tempat
Periksa Kesehatan Pertama Kali Setelah Lahir, 2016 ................................................. 269
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.2 Persentase Penduduk yang Memiliki Kartu Indonesia Sehat Menurut
Jenis Kelamin dan Tipe Daerah, 2016 ............................................................................. 19
Gambar 2.3 Persentase Penduduk yang Memiliki Keluhan Kesehatan dan Berobat
Jalan dalam Sebulan Terakhir Menurut Tempat, Pemeriksa, Kebersihan,
Penjelasan Penyakit, dan Lama Tunggu pada Berobat Jalan yang
id
Terakhir, 2016 ........................................................................................................................... 21
o.
Gambar 2.4 Persentase Penduduk yang Pernah Dirawat Inap dalam Setahun Terakhir
Menurut Tempat, Kebersihan, Lama Tunggu, Penjelasan Penyekit, dan
.g
ps
Lama Rawat Inap yang Terakhir, 2016 ........................................................................... 22
Gambar 2.5 Persentase Penduduk yang Mempunyai Keluhan Kesehatan dan Pernah
.b
Gambar 2.6 Sumber Biaya dan Rata-rata Biaya yang Dikeluarkan oleh Penduduk
//w
untuk Berobat Jalan yang terakhir Menurut Jenis Biaya dan Tipe Daerah,
2016 ............................................................................................................................................. 25
s:
Gambar 2.7 Sumber Biaya dan Rata-rata Biaya yang Dikeluarkan oleh Penduduk
tp
untuk Rawat Inap yang Terakhir Menurut Jenis Biaya dan Tipe Daerah,
ht
2016 ............................................................................................................................................. 26
Gambar 2.8 Rata-rata Biaya untuk Membeli Obat Terakhir yang Dikeluarkan oleh
Penduduk Menurut Jenis Obat dan Tipe Daerah, 2016 .......................................... 27
Gambar 2.9 Persentase Penduduk yang Pernah Mengalami Kecelakaan Lalu Lintas
pada Tahun 2015 Menurut Jenis Kelamin dan Tipe Daerah, 2016 ..................... 28
Gambar 3.1 Rata-rata Jumlah Batang Rokok yang Dihisap per Hari oleh Penduduk
Berusia Lima Tahun ke Atas yang Merokok Selama Satu Bulan Terakhir
Menurut Jenis Rokok, 2016 ................................................................................................ 84
Gambar 3.2 Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas yang Pernah Merokok
Menurut Kelompok Umur Pertama Kali Mulai Merokok dan Tipe Daerah,
2016 ............................................................................................................................................. 85
Gambar 3.3 Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas yang Pernah Merokok
Setiap Hari Menurut Kelompok Umur Pertama Kali Mulai Merokok
Setiap Hari dan Tipe Daerah, 2016 .................................................................................. 86
Gambar 3.4 Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas yang Merokok dalam
Sebulan Terakhir Menurut Kebiasaan Merokok di dalam Rumah dalam
Sebulan Terakhir dan Karakteristik, 2016 ...................................................................... 87
Gambar 3.5 Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas yang Pernah Merokok
Menurut Usaha untuk Berhenti Merokok dalam Setahun Terakhir dan
id
Karakteristik, 2016 .................................................................................................................. 88
o.
Gambar 3.6 Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas yang Mencuci Tangan
.g
Pakai Sabun Menurut Karakteristik, 2016 ..................................................................... 90
ps
Gambar 3.7 Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas yang Mencuci Tangan
Pakai Sabun Menurut Aktivitas Sehari-hari yang Mengharuskan Cuci
.b
Gambar 3.8 Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas yang Mencuci Tangan
w
Gambar 3.9 Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas Menurut Jumlah Hari
s:
Gambar 3.10 Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas yang Mengkonsumsi
Buah-buahan Selama Tujuh Hari dalam Seminggu Menurut Jenis
Kelamin, 2016 ........................................................................................................................... 93
Gambar 3.11 Rata-rata Jumlah Porsi Buah-buahan yang Dikonsumsi per Minggu oleh
Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas Menurut Provinsi dan Tipe
Daerah, 2016 ............................................................................................................................ 94
Gambar 3.12 Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas Menurut Jumlah Hari
Mengkonsumsi Sayur dalam Seminggu Terakhir dan Tipe Daerah, 2016 ....... 95
Gambar 3.13 Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas yang Mengkonsumsi
Sayuran Selama Tujuh Hari dalam Seminggu Menurut Jenis Kelamin,
2016 ............................................................................................................................................. 95
Gambar 3.14 Rata-rata Jumlah Porsi Sayuran yang Dikonsumsi per Minggu oleh
Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas Menurut Jenis Kelamin dan Tipe
Daerah, 2016 ............................................................................................................................ 96
Gambar 3.15 Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas yang Mengkonsumsi
Buah-buahan Setiap Hari Sebanyak ≥14 Porsi per Minggu Menurut
Karakteristik, 2016 .................................................................................................................. 97
Gambar 3.16 Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas yang Mengkonsumsi
Sayuran Setiap Hari Sebanyak ≥14 Porsi per Minggu Menurut
Karakteristik, 2016 .................................................................................................................. 99
Gambar 3.17 Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas yang Melakukan
Aktivitas Fisik Sedang Menurut Jumlah Hari Melakukan Aktivitas dan
id
Tipe Daerah, 2016................................................................................................................ 100
o.
Gambar 3.18 Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas yang Melakukan
.g
Aktivitas Fisik Sedang 7 Hari dalam Seminggu Menurut Jenis Kelamin,
ps
2016 .......................................................................................................................................... 100
Gambar 3.19 Rata-rata Lama Waktu Melakukan Aktivitas Fisik Sedang per Hari (Menit)
.b
oleh Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas Menurut Tipe Daerah dan
w
Gambar 3.20 Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke atas yang Melakukan
//w
Aktivitas Fisik Berat Menurut Jumlah Hari Melakukan Aktivitas dan Tipe
Daerah, 2016 ......................................................................................................................... 102
s:
Gambar 3.21 Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas yang Melakukan
tp
Aktivitas Fisik Berat 7 Hari dalam Seminggu Menurut Jenis Kelamin, 2016 102
ht
Gambar 3.22 Rata-rata Lama Waktu Melakukan Aktivitas Fisik Berat per Hari (Menit)
oleh Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas Menurut Tipe Daerah dan
Jenis Kelamin, 2016 ............................................................................................................. 103
Gambar 3.23 Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas yang Melakukan
Aktivitas Fisik Sedang Tujuh Hari dalam Seminggu Dengan Waktu ≥30
Menit Menurut Karakteristik, 2016 ............................................................................... 104
Gambar 3.24 Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas yang Melakukan
Aktivitas Fisik Berat Tujuh Hari dalam Seminggu Dengan Waktu ≥30
Menit Menurut Karakteristik, 2016 ............................................................................... 105
Gambar 4.1 Persentase Wanita Berusia 15-49 Tahun Berstatus Pernah Kawin dan
Sedang Menggunakan Alat KB Menurut Pemberi Pelayanan/Alat KB
Terakhir Kali, 2016 ............................................................................................................... 172
Gambar 4.2 Rata-rata Biaya yang Dikeluarkan Wanita Berusia 15-49 Tahun Berstatus
Pernah Kawin dan Sedang Menggunakan Alat KB ketika Memperoleh
Pelayanan Alat KB Modern Terakhir Kali Menurut Jenis Alat KB Modern
(dalam Rupiah), 2016 ......................................................................................................... 173
Gambar 4.3 Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir Menurut
Pemeriksaan Saat di Kandungan dan Tipe Daerah, 2016 .................................... 174
Gambar 4.4 Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir Menurut
id
Kebiasaan Tempat Pemeriksaan Saat di Kandungan, 2016 ................................ 175
o.
Gambar 4.5 Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir Menurut
.g
Pemeriksa Saat di Kandungan dan Tipe Daerah, 2016 ......................................... 175
ps
Gambar 4.6 Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir Menurut
.b
Gambar 4.7 Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir Menurut Jenis
w
Gambar 4.8 Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir Menurut
Frekuensi Pemeriksaan oleh Tenaga Kesehatan Pada Saat di Kandungan
tp
Gambar 4.9 Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir Menurut Jenis
Pemeriksaan oleh Tenaga Kesehatan Pada Saat di Kandungan Usia
Trimester Kedua dan Tipe Daerah, 2016 .................................................................... 178
Gambar 4.10 Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir Menurut
Frekuensi Pemeriksaan oleh Tenaga Kesehatan Pada Saat di Kandungan
Usia Trimester Ketiga dan Tipe Daerah, 2016 .......................................................... 179
Gambar 4.11 Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir Menurut Jenis
Pemeriksaan oleh Tenaga Kesehatan Pada Saat di Kandungan Usia
Trimester Ketiga dan Tipe Daerah, 2016 .................................................................... 179
Gambar 4.12 Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir Menurut
Asupan Pil Zat Besi oleh Ibu Saat Mengandung dan Tipe Daerah, 2016 ...... 180
Gambar 4.13 Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir Menurut Jumlah
Pil Zat Besi yang Diminum oleh Ibu Saat Mengandung dan Tipe Daerah,
2016 .......................................................................................................................................... 181
Gambar 4.14 Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir Menurut
Tempat Dilahirkan, 2016 ................................................................................................... 182
Gambar 4.15 Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir yang
Persalinannya Dilakukan di Fasilitas Kesehatan Menurut Lama Rawat di
Fasilitas Kesehatan, 2016 .................................................................................................. 182
Gambar 4.16 Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir Menurut
id
Pemeriksaan atau Kontrol Kesehatan Pertama Kali Setelah Melahirkan
o.
dan Tipe Daerah, 2016....................................................................................................... 183
Gambar 4.17 Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir yang Ibunya
.g
ps
Melakukan Periksa atau Kontrol Kesehatan Pertama Kali Setelah
Melahirkan Menurut Waktu Periksa atau Kontrol, 2016 ...................................... 184
.b
Gambar 4.18 Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir Menurut Jenis
w
Pertama Kali Setelah Melahirkan dan Tipe Daerah, 2016 .................................... 185
//w
Gambar 4.19 Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir Menurut
Pemeriksa Ibu Saat Periksa atau Kontrol Kesehatan Pertama Kali Setelah
s:
Gambar 5.1 Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir Menurut
Kepemilikan Surat Keterangan Lahir dan Tipe Daerah, 2016 ............................. 234
Gambar 5.2 Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir Menurut
Kepemilikan KMS/Buku KIA dan Tipe Daerah, 2016 .............................................. 236
Gambar 5.3 Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir yang Memiliki
KMS/Buku KIA tetapi Tidak Dapat Ditunjukkan Menurut Keberadaan
KMS/Buku KIA dan Tipe Daerah, 2016 ........................................................................ 237
Gambar 5.4 Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir Menurut Berat
Badan Lahir dan Tipe Daerah, 2016 ............................................................................. 238
Gambar 5.5 Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir Menurut
Panjang Lahir dan Tipe Daerah, 2016 .......................................................................... 239
Gambar 5.6 Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir Menurut
Pemeriksaan atau Kontrol Kesehatan Setelah Lahir, 2016 .................................. 240
Gambar 5.7 Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir Menurut Waktu
Pemeriksaan atau Kontrol Kesehatan Pertama Kali Setelah Lahir, 2016........ 240
Gambar 5.8 Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir Menurut
Pemeriksa Kesehatan Pertama Kali Setelah Lahir, 2016 ....................................... 241
Gambar 5.9 Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir Menurut
Tempat Periksa Kesehatan Pertama Kali Setelah Lahir, 2016............................. 242
id
o.
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
id
o.
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
id
o.
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
BAB 1
PENDAHULUAN
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang
harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Untuk
mencapai tujuan nasional tersebut maka pemerintah perlu melakukan upaya
pembangunan kesehatan.
id
Pembangunan kesehatan merupakan investasi utama bagi pembangunan sumber
daya manusia Indonesia. Pembangunan kesehatan pada dasarnya adalah upaya untuk
o.
meningkatkan kesadaran, kemauan, serta kemampuan setiap orang untuk dapat
.g
berperilaku hidup yang sehat untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
ps
tingginya. Untuk mewujudkan hal tersebut, perlu perencanaan pembangunan kesehatan
yang sistematis, terarah, terpadu dan menyeluruh, serta dibutuhkan keterlibatan berbagai
.b
untuk Indonesia. Satu dari sembilan Nawacita yang menjadi acuan dalam pelaksanaan
//w
sehat. Keluarga Indonesia sehat dapat dicapai dengan tiga pilar utama yaitu mengubah
cara pandang tentang kesehatan/paradigma sehat, peningkatan pelayanan kesehatan,
tp
Sasaran pokok RPJMN 2015-2019 adalah meningkatnya status kesehatan dan gizi
ibu dan anak, meningkatnya pengendalian penyakit, meningkatnya akses dan mutu
pelayanan kesehatan dasar dan rujukan terutama di daerah terpencil, tertinggal dan
perbatasan, meningkatnya, terwujudnya cakupan pelayanan kesehatan universal melalui
Kartu Indonesia Sehat dan kualitas pengelolaan SJSN Kesehatan, terpenuhinya kebutuhan
tenaga kesehatan, obat dan vaksin, serta meningkatkan responsivitas sistem kesehatan.
id
National Review (VNR). VNR tujuan 3 diarahkan untuk membahas indikator penting SDGs
yaitu kematian ibu dan bayi, penyakit menular dan tidak menular, kesehatan reproduksi,
o.
cakupan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), tenaga kesehatan, obat dan vaksin.
.g
Data dan statistik kesehatan yang akurat merupakan faktor penunjang dalam
ps
memonitor dan mengevaluasi pencapaian target kebijakan pembangunan kesehatan.
Ketika dunia memasuki era SDGs, data revolution, big data, dan Nawacita, data dan
.b
statistik kesehatan yang akurat merupakan faktor penunjang dalam memonitor dan
w
yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dan dirancang untuk dapat menyajikan
//w
Publikasi ini menyajikan data hasil Susenas MKP 2016, yang pengumpulan datanya
dilakukan pada bulan September tahun 2016. Data yang dikumpulkan mencakup informasi
ht
1.2.1 Tujuan
1.2.3 Keterbatasan
Keterbatasan dari publikasi ini terdapat pada penyajian level data yang berbeda-
beda. Hal ini disebabkan karena ketidakcukupan sampel untuk menyajikan data pada level
tersebut. Sebagai contoh jika sampel merupakan rare cases yang tidak dapat ditampilkan
dalam level provinsi, maka data ditampilkan hanya dalam level nasional.
id
o.
1.3 Metodologi Susenas
.g
Data yang digunakan dalam publikasi Statistik Kesehatan 2016 diolah dari Susenas
ps
MKP 2016. Data Susenas MKP dikumpulkan menggunakan Daftar VSEN16.MKP. Sampel
Susenas MKP 2016 didesain untuk level penyajian sampai tingkat provinsi. Sampel untuk
.b
(Susenas Maret 2016) dan dipilih menggunakan metode two stage stratified sampling
sebagai berikut:
w
Tahap 1 : Memilih 7.500 blok sensus secara systematic sampling dari 30.000 blok sensus
//w
- Bab I Pendahuluan, menguraikan latar belakang, tujuan dan ruang lingkup Susenas,
metodologi Susenas, sistematika penyajian, dan definisi operasional.
- Bab II Jaminan Kesehatan, Upaya Kesehatan, dan Biaya Berobat, menguraikan tentang
kepemilikan jaminan kesehatan, upaya kesehatan seperti berobat jalan, rawat inap, dan
berobat sendiri, biaya berobat, serta kecelakaan lalu lintas.
- Bab III Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, menguraikan tentang perilaku merokok,
kebiasaan mencuci tangan, konsumsi buah dan sayur, serta aktifitas fisik.
id
berencana, pemeriksaan kandungan, konsumsi pil zat besi, dan persalinan.
o.
- Bab V Cakupan Neonatal, menguraikan tentang kepemilikan surat keterangan lahir dan
.g
KMS/Buku KIA, Berat dan panjang saat lahir, serta pemeriksaan neonatal.
ps
.b
Dalam sub bab ini disajikan beberapa konsep dan definisi operasional yang
w
1. Tipe Daerah
s:
Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 37 Tahun 2010 tentang
Klasifikasi Perkotaan dan Perdesaan di Indonesia, yang dimaksud dengan:
tp
Kriteria wilayah perkotaan adalah persyaratan tertentu dalam hal kepadatan penduduk,
persentase rumah tangga pertanian, dan keberadaan/akses pada fasilitas perkotaan
yang dimiliki suatu desa/kelurahan untuk menentukan status perkotaan suatu
desa/kelurahan. Penentuan nilai/skor untuk menetapkan sebagai wilayah perkotaan
dan perdesaan yaitu:
Rumah tangga dibedakan menjadi rumah tangga biasa dan rumah tangga khusus.
Dalam pelaksanaan Susenas MKP 2016 hanya mencakup rumah tangga biasa.
a. Kepala rumah tangga (KRT) adalah seorang dari sekelompok anggota rumah
tangga yang bertanggung jawab atas kebutuhan sehari-hari, atau orang yang
dianggap/ditunjuk sebagai KRT.
id
b. Anggota rumah tangga (ART) adalah semua orang yang biasanya bertempat
o.
tinggal di suatu rumah tangga, baik yang berada di rumah tangga pada waktu
pencacahan maupun sementara tidak ada. ART yang telah bepergian 6 bulan atau
.g
lebih, dan ART yang bepergian kurang dari 6 bulan tetapi dengan tujuan
ps
pindah/akan meninggalkan rumah 6 bulan atau lebih, tidak dianggap sebagai ART.
Orang yang telah tinggal di rumah tangga 6 bulan atau lebih atau yang telah
.b
tinggal di rumah tangga tersebut 6 bulan atau lebih dianggap sebagai ART.
w
3. Upaya Kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang dilakukan
//w
4. Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau
secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan
seseorang, keluarga, kelompok, ataupun masyarakat.
5. Berobat (rawat) jalan adalah kegiatan atau upaya ART yang mempunyai keluhan
kesehatan untuk memeriksakan diri dan mendapatkan pengobatan dengan mendatangi
tempat-tempat pelayanan kesehatan modern atau tradisional tanpa menginap,
termasuk mendatangkan petugas kesehatan ke rumah ART.
6. Rawat inap adalah upaya penyembuhan dengan menginap minimal satu malam atau
lebih di suatu unit pelayanan kesehatan modern atau tradisional. Responden yang
pernah rawat inap adalah responden yang telah selesai menjalani rawat inap, tidak
termasuk bila pada saat pencacahan sedang menjalani rawat inap.
7. Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif
maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau
masyarakat (Undang-Undang RI No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan).
b. RS Swasta adalah RS milik swasta, contoh Rumah Sakit Islam, Rumah Sakit Saint
Carolus.
id
c. Praktik dokter/bidan/perawat
o.
Praktik dokter adalah praktik dokter pribadi/perorangan, baik dokter umum,
.g
dokter gigi, maupun dokter spesialis. Tempat praktik bisa saja dilakukan di rumah
ps
sakit, puskesmas, puskesmas pembantu, atau klinik yang biasanya dilakukan diluar
jam kerja dokter tersebut.
.b
Praktik bidan adalah praktik pribadi/perorangan yang dilakukan oleh bidan; untuk
w
melayani pemeriksaan ibu hamil, ibu yang akan melahirkan, dan kesehatan anak
w
dibawah usia lima tahun; yang dilakukan tidak di rumah sakit, puskesmas,
//w
Tempat praktik dokter dimana terdapat lebih dari satu dokter praktik, seperti
tp
e. Puskemas/Pustu
Pondok Bersalin Desa (Polindes) adalah partisipasi atau peran serta masyarakat
id
dalam menyediakan tempat pertolongan persalinan dan pelayanan kesehatan ibu
o.
dan anak, termasuk KB yang tempat dan lokasinya berada di desa. Polindes hanya
dapat dirintis di desa yang telah mempunyai bidan yang tinggal di desa tersebut.
.g
ps
Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) adalah upaya Kesehatan Bersumberdaya
Masyarakat (UKBM) yang dilaksanakan oleh, dari, dan bersama masyarakat, untuk
.b
Pos Obat Desa (POD) adalah wujud peran serta masyarakat dalam hal pengobatan
sederhana. Kegiatan ini dapat dipandang sebagai perluasan kuratif sederhana,
//w
Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK) adalah wadah dari serangkaian upaya
tp
memiliki jenis kegiatan usaha yang sama dan bertujuan untuk meningkatkan
produktivitas kerja. Implementasi Pos UKK mencakup tiga pilar Pembangunan
Kesehatan Fungsi Masyarakat Desa (PKMD), yaitu adanya kerjasama lintas sektor,
adanya pelayanan dasar kesehatan kerja, dan adanya peran serta masyarakat.
Praktik pelayanan kesehatan alternatif, dimana terdapat fasilitas rawat inap yang
dilakukan oleh dukun/tabib/sinse, termasuk pelayanan akupuntur, pijat refleksi,
paranormal, radiestesi (biasanya menggunakan alat seperti bandul).
Pelayanan kesehatan tradisional dibina dan diawasi oleh pemerintah agar dapat
dipertanggungjawabkan manfaat dan keamanannya serta tidak bertentangan
dengan norma agama.
id
h. Di rumah sendiri yaitu anggota rumah tangga berobat jalan di rumah sendiri,
o.
dengan memanggil tenaga kesehatan medis atau non medis ke rumah.
.g
i. Lainnya, misalnya balai desa yang digunakan untuk tempat pengobatan, tenda
ps
yang digunakan untuk posko pengobatan.
8. Biaya kesehatan adalah biaya yang dikeluarkan sendiri oleh ART (out of pocket) untuk
.b
berobat di tenaga kesehatan (medis atau non medis) pada saat berobat jalan yang
w
terakhir. Tidak termasuk biaya yang dibayarkan oleh asuransi, perusahaan, jaminan
w
Total Biaya adalah jumlah seluruh biaya yang dikeluarkan (uang sendiri) untuk berobat
jalan pada saat berobat jalan yang terakhir. Dalam pengisian biaya kesehatan, biaya
s:
tenaga kesehatan, obat dan biaya lainnya dapat berisi “0” apabila responden hanya
tp
Biaya pemeriksa kesehatan (medis atau non medis) adalah biaya yang dikeluarkan
untuk membayar tenaga kesehatan baik medis (dokter, bidan, perawat, dll) atau non
medis (dukun, paraji, dll) pada saat berobat jalan yang terakhir.
Biaya obat adalah biaya yang dikeluarkan untuk pembelian obat pada saat berobat
jalan yang terakhir.
Biaya lainnya adalah biaya pemeriksaan laboratorium, tindakan medis, alat kesehatan,
dan administrasi pada saat berobat jalan yang terakhir.
9. Sumber dana yang digunakan untuk pembiayaan rawat jalan dan rawat inap biaya
sendiri:
kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah
membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah. Kepesertaan jaminan
kesehatan bersifat wajib dan dilakukan secara bertahap sehingga mencakup
seluruh penduduk (Perpres No. 12 Tahun 2013).
id
a) BPJS Kesehatan pekerja penerima upah adalah istilah bagi masyarakat
yang bekerja pada pemberi kerja dengan menerima gaji atau upah dan
o.
memiliki kartu BPJS yang iurannya dibayarkan melalui tempat bekerja.
.g
Yang termasuk pekerja penerima upah adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS),
ps
anggota TNI, anggota Polri, pejabat negara, pegawai pemerintah non
pegawai negeri, pegawai swasta dan pekerja lainnya yang menerima
.b
upah.
w
1. Investor,
ht
2. Pemberi kerja,
3. Penerima pensiun, yang terdiri dari pegawai negeri sipil yang
berhenti dengan hak pensiun, anggota TNI dan anggota Polri yang
berhenti dengan hak pensiun, pejabat negara yang berhenti dengan
hak pensiun, janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima
pensiun yang mendapat hak pensiun, penerima pensiun lain, serta
janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima pension lain yang
mendapat hak pensiun,
4. Veteran,
5. Perintis kemerdekaan,
6. Janda, duda, atau anak yatim piatu dari veteran atau perintis
kemerdekaan,
id
bagi masyarakat miskin dan tidak mampu yang bertujuan meningkatkan
akses dan mutu pelayanan kesehatan terhadap seluruh masyarakat
o.
miskin dan tidak mampu agar tercapai derajat kesehatan masyarakat
.g
yang optimal secara efektif dan efisien.
ps
d) Jamkesda adalah program jaminan bantuan pembayaran biaya pelayanan
kesehatan yang diberikan pemerintah daerah kepada masyarakatnya.
.b
g) Pinjaman adalah biaya yang berasal dari pinjaman di luar rumah tangga
yang berasal dari meminjam/menggadaikan barang, bantuan dari
anggota keluarga dan teman.
10. Mengobati sendiri adalah upaya ART yang mempunyai keluhan kesehatan untuk
melakukan pengobatan tanpa datang ke fasilitas kesehatan atau tanpa mendatangkan
dokter/petugas kesehatan ke rumahnya (misal minum obat modern, jamu, kerokan,
kompres, kop, pijat) agar sembuh atau menjadi lebih ringan keluhan kesehatannya.
12. Baduta adalah anak yang berusia di bawah dua tahun atau yang berusia 0-23 bulan.
13. Keluarga Berencana (disingkat KB) adalah program pemerintah untuk membentuk
keluarga yang sehat dan sejahtera dengan membatasi kelahiran. Hal ini bermakna
perencanaan jumlah keluarga dengan pembatasan yang bisa dilakukan dengan
penggunaan alat-alat kontrasepsi atau penanggulangan kelahiran seperti kondom,
spiral, IUD, dan sebagainya.
14. Pemeriksaan kandungan adalah pemeriksaan pada wanita yang positif dinyatakan
hamil untuk mendeteksi sejak dini kelainan dan mengetahui keadaan kesehatan dan
status gizi ibu dan janin. Pemeriksaan tersebut meliputi pengukuran tinggi/berat
badan, tekanan darah, lingkar lengan atas (LILA), pemeriksaan tinggi fundus uteri
(bagian atas punggung rahim), imunisasi Tetanus Toxoid (TT), pemberian tablet zat
besi (Fe), dan pemeriksaan urin atau darah. Pemeriksaan kehamilan disini baik yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan (dokter, bidan, perawat, dan nakes lainnya) maupun
id
bukan tenaga kesehatan (dukun/tabib/shinse atau lainnya).
o.
15. Pemeriksaan oleh tenaga kesehatan adalah kontak antara tenaga kesehatan dengan
.g
ibu dan bayi untuk mengetahui tumbuh kembang balita, pemberian imunisasi,
ps
penyuluhan orang tua, dan pemeriksaan kesehatan balita.
16. Perilaku hidup bersih dan sehat adalah cerminan pola hidup keluarga yang senantiasa
.b
perilaku dilakukan atas kesadaran diri sendiri sehingga anggota keluarga dapat
w
menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-
//w
b. Mencuci tangan pakai sabun adalah salah satu tindakan sanitasi dengan
membersihkan tangan dan jari jemari menggunakan air dan sabun oleh manusia
untuk menjadi bersih dan memutuskan mata rantai kuman. Mencuci tangan
dengan sabun juga dikenal sebagai salah satu upaya pencegahan penyakit.
d. Buah-buahan adalah semua jenis buah seperti pepaya, mangga, pisang, jambu,
belimbing, alpukat, jeruk, semangka, apel, melon, dll termasuk rujak, asinan,
manisan, buah yang diblender, dan buah dalam kaleng. Tidak termasuk buah yang
dikeringkan, buah yang diolah/dimasak, dan sirup buah-buahan. Untuk buah yang
diblender harus masih ada seratnya (tidak cair seperti air).
e. Sayuran adalah semua jenis sayuran yang berserat baik mentah maupun sudah
dimasak, seperti wortel, bayam, kangkung, buncis, jamur, sawi, kol, taoge, terung,
dan sayuran berserat lainnya termasuk lalapan, karedok, gado-gado, sayur asam,
sayur bayam, sayur sop, dll. Tidak termasuk sayuran yang sudah diawetkan
misalnya sayuran dalam kaleng, acar, dan sayuran yang sudah
diawetkan/diasinkan/dikeringkan.
id
17. Pemeriksaan neonatal adalah pemeriksaan pada masa neonatal yaitu masa sejak lahir
sampai dengan 4 minggu (28 hari) sesudah kelahiran.
o.
18. Neonatus adalah adalah bayi berumur 0 (baru lahir) sampai dengan usia 28 hari.
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
id
o.
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
id
o.
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
BAB 2
JAMINAN KESEHATAN, UPAYA KESEHATAN,
DAN BIAYA BEROBAT
Kepemilikan jaminan kesehatan, upaya kesehatan yang dilakukan, serta biaya yang
harus dikeluarkan untuk memperoleh pelayanan kesehatan merupakan tiga hal yang tidak
dapat dipisahkan. Apabila seseorang mengalami keluhan kesehatan, maka untuk dapat
meningkatkan kualitas kesehatannya, tidak jarang harus dilakukan upaya kesehatan, baik
dalam bentuk mengobati sendiri, berobat jalan, ataupun rawat jalan. Pada kondisi seperti
inilah kepemilikan jaminan kesehatan berperan penting untuk menjamin orang tersebut
id
dapat memperoleh pelayanan kesehatan. Dengan adanya jaminan kesehatan ini, minimal
penduduk tidak dirisaukan dengan biaya pelayanan kesehatan. Walaupun tidak dapat
o.
dipungkiri bahwa pada kenyataannya penduduk masih harus mengeluarkan biaya out of
.g
pocket seperti untuk biaya transportasi ataupun biaya lainnya yang tidak ditanggung oleh
ps
jaminan kesehatan.
.b
w
Saat ini terdapat beragam jenis jaminan kesehatan di Indonesia. Berbagai jaminan
//w
kesehatan yang disediakan oleh perusahaan/kantor. Dari berbagai jenis jaminan kesehatan
tp
tersebut, pada subbab ini hanya akan dibahas mengenai jaminan sosial yang dikelola oleh
BPJS Kesehatan. Adapun pembahasan mengenai jenis jaminan kesehatan lainnya terdapat
ht
hal ini tentu tidak mengherankan mengingat angka kemiskinan di perdesaan lebih tinggi
dibandingkan dengan di perkotaan. Pada bulan September 2016, angka kemiskinan di
perkotaan sebesar 7,73 persen, sedangkan di perdesaan angka ini mencapai 13,96 persen.
id
Gambar 2.1
Persentase Penduduk Menurut Tipe BPJS Kesehatan yang Dimiliki, Jenis Kelamin, dan Tipe Daerah, 2016
o.
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
Produktif Keluarga, dan Kartu Indonesia Pintar. Dengan pemberian berbagai bantuan non
tunai tersebut, pemerintah berharap dapat meningkatkan martabat keluarga kurang
mampu melalui kegiatan produktif.
Gambar 2.2
Persentase Penduduk yang Memiliki Kartu Indonesia Sehat Menurut Jenis Kelamin dan Tipe Daerah, 2016
id
o.
.g
ps
.b
w
w
//w
KIS adalah nama untuk Program Jaminan Kesehatan pada Sistem Jaminan Sosial
tp
Nasional (SJSN) bagi penduduk Indonesia, khususnya fakir miskin dan masyarakat tidak
ht
mampu yang iurannya dibayarkan oleh pemerintah. Pada prakteknya, KIS diselenggarakan
oleh BPJS Kesehatan. KIS menjamin dan memastikan masyarakat kurang mampu
memperoleh manfaat pelayanan kesehatan. Gambar 2.2 menunjukkan bahwa secara
nasional, satu diantara lima penduduk Indonesia memiliki KIS. Sedangkan dilihat menurut
tipe daerah, persentase penduduk yang memiliki KIS di perdesaan lebih tinggi
dibandingkan di perkotaan dengan selisih sebesar 8,55 persen. Gambar 2.2 juga
memperlihatkan bahwa Gorontalo merupakan provinsi dengan persentase tertinggi
penduduk yang memiliki KIS. Sebaliknya, Riau merupakan provinsi dengan persentase
terendah penduduk yang memiliki KIS.
id
Salah satu upaya yang dapat dilakukan penduduk dengan keluhan kesehatan untuk
o.
dapat meningkatkan kualitas kesehatannya adalah dengan memeriksakan diri dan
mendapatkan pengobatan dengan mendatangi tempat pelayanan kesehatan modern
.g
ataupun tradisional. Apabila penduduk tersebut tidak menginap pada fasilitas kesehatan
ps
tersebut ataupun karena satu maupun lain hal mereka mendatangkan petugas kesehatan
ke rumah, maka penduduk tersebut termasuk melakukan berobat jalan.
.b
Dilihat dari pemeriksa pada berobat jalan yang terakhir, lebih dari 50 persen
ht
penduduk diperiksa oleh dokter dan lebih dari 25 persen diperiksa oleh bidan. Sedangkan
sisanya diperiksa oleh perawat, tenaga kesehatan lainnya, dukun/tabib/sinse, dokter gigi,
dan lainnya. Dalam memberikan penjelasan mengenai penyakit yang diderita, lebih dari 80
persen penduduk menilai penjelasan tersebut jelas dan dapat dimengerti. Namun
demikian, masih ada sekitar 5 persen penduduk yang menyatakan pemeriksa tidak
memberikan penjelasan mengenai penyakit yang diderita (Gambar 2.3).
Gambar 2.3
Persentase Penduduk yang Memiliki Keluhan Kesehatan dan Berobat Jalan dalam Sebulan Terakhir
Menurut Tempat, Pemeriksa, Kebersihan, Penjelasan Penyakit, dan Lama Tunggu pada Berobat Jalan yang
Terakhir, 2016
id
o.
.g
ps
.b
w
w
Catatan:
UKBM : Poskesdes, Polindes, Posyandu, pos upaya kesehatan kerja, dll
s:
Menurut tempat rawat inap yang terakhir, rumah sakit baik yang dikelola oleh
ht
Gambar 2.4 menunjukkan lebih dari 80 persen penduduk yang melakukan rawat inap
menilai tempat rawat inap tergolong bersih dan hanya 2,34 persen dan 0,07 persen yang
menilai tempat mereka rawat inap kotor dan sangat kotor. Sementara itu, dilihat dari
waktu yang dibutuhkan setelah pemeriksaan dan dinyatakan harus rawat inap dimulai dari
pendaftaran sampai masuk ke dalam ruang perawatan/kamar, sebanyak 82,96 persen
menyatakan hanya memakan waktu kurang dari 30 menit. Tidak hanya itu, pemeriksa pada
fasilitas kesehatan rawat inap pun memberikan pelayanan yang baik. Lebih dari 90 persen
penduduk menyatakan pemeriksa memberikan penjelasan yang dapat dimengerti oleh
pasien rawat inap.
Dilihat dari lama hari rawat inap, mayoritas penduduk yang pernah rawat inap
melakukan rawat inap maksimal selama tiga hari. Persentase di perkotaan menunjukkan
angka 44,17 persen, di perdesaan 52,31 persen, dan secara keseluruhan menunjukkan
angka 47,58 persen (Gambar 2.4).
Gambar 2.4
Persentase Penduduk yang Pernah Dirawat Inap dalam Setahun Terakhir Menurut Tempat, Kebersihan, Lama
id
Tunggu, Penjelasan Penyekit, dan Lama Rawat Inap yang Terakhir, 2016
o.
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
Salah satu upaya mendasar yang dapat dilakukan oleh seseorang yang mengalami
keluhan kesehatan adalah melakukan pengobatan dengan menentukan jenis obat sendiri,
tanpa saran ataupun resep dari tenaga kesehatan. Upaya ini dikenal dengan istilah
mengobati sendiri. Beberapa upaya yang termasuk dalam mengobati sendiri adalah
meminum obat yang dibeli di warung atau apotek tanpa resep dari dokter, ataupun
kerokan saat masuk angin. Apabila penduduk yang mengalami keluhan kesehatan
mengkonsumsi obat yang diberi oleh orang lain, maka penduduk tersebut tidak termasuk
mengobati sendiri. Secara nasional, baik dilihat dari jenis kelamin maupun tipe wilayah,
persentase penduduk yang mengobati sendiri relatif sama (Gambar 2.5).
Gambar 2.5
Persentase Penduduk yang Mempunyai Keluhan Kesehatan dan Pernah Mengobati Sendiri dalam Sebulan
Terakhir Menurut Jenis Kelamin dan Tipe Daerah, 2016
id
o.
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
Dalam melakukan berbagai upaya kesehatan, seperti berobat jalan maupun rawat
inap, biaya menjadi suatu hal yang tak mungkin terelakkan. Mulai dari biaya transportasi,
biaya pemeriksaan kesehatan baik medis maupun non medis, biaya obat, maupun biaya
lainnya. Dengan tersedianya berbagai jaminan kesehatan, maka saat ini penduduk lebih
diringankan dalam untuk memenuhi biaya-biaya tersebut. Namun demikian, masih ada
biaya-biaya yang tetap harus dikeluarkan oleh penduduk atau dikenal dengan pengeluaran
out of pocket.
Untuk mencapai fasilitas kesehatan tempat berobat jalan, penduduk terkadang harus
mengeluarkan biaya transportasi. Gambar 2.6 menunjukkan rata-rata biaya transportasi
dari rumah ke fasilitas kesehatan (pulang pergi) yang dikeluarkan oleh penduduk sebesar
Rp15.020,62. Dari gambar ini juga terlihat bahwa rata-rata biaya transportasi di perdesaan
lebih tinggi dibandingkan di perkotaan dengan selisih sebesar Rp3.125,90. Hal ini perlu
menjadi perhatian karena dikhawatirkan tingginya biaya tersebut dikarenakan tidak
tersedianya fasilitas berobat jalan di perdesaan.
Hal yang patut menjadi perhatian adalah pada penghitungan ini, apabila perjalanan
dari rumah ke fasilitas kesehatan dilakukan dengan menumpang secara gratis pada orang
lain diluar anggota rumah tangga, maka penduduk dianggap tidak mengeluarkan biaya
id
transportasi. Sedangkan apabila perjalanan dilakukan dengan menggunakan kendaraan
o.
pribadi maka digunakan perkiraan biaya bahan bakar. Biaya transportasi ini juga tidak
termasuk biaya parkir serta biaya membeli makanan dan minuman.
.g
Gambar 2.6 juga memperlihatkan biaya kesehatan yang dikeluarkan sendiri oleh
ps
penduduk (out of pocket) untuk berobat di tenaga kesehatan (medis atau non medis) pada
.b
saat berobat jalan yang terakhir. Biaya kesehatan ini tidak termasuk biaya yang dibayarkan
oleh asuransi, perusahaan, jaminan sosial, dan bantuan perorangan/kelompok. Terlihat
w
bahwa rata-rata total biaya yang dikeluarkan oleh penduduk untuk berobat jalan yang
w
terakhir sebesar Rp97.487,07. Sedangkan jika dilihat dari tipe wilayah, rata-rata total biaya
//w
kesehatan, dan biaya lainnya. Rata-rata ketiga jenis biaya tersebut di perkotaan lebih tinggi
tp
dibandingkan di perdesaan. Hal ini kemungkinan terkait dengan lebih tingginya biaya
hidup, termasuk biaya untuk memperoleh pelayanan kesehatan di perkotaan dibandingkan
ht
dengan di perdesaan.
id
o.
.g
ps
.b
w
w
//w
Sama halnya dengan berobat jalan, untuk mencapai fasilitas kesehatan tempat rawat
ht
Gambar 2.7 juga memperlihatkan rata-rata total biaya out of pocket yang
dikeluarkan oleh penduduk untuk rawat inap yang terakhir cukup besar yaitu mencapai Rp
2.735.803,72. Rata-rata total biaya di perkotaan bahkan mencapai Rp 3.120.080,99.
Sedangkan di perdesaan, rata-rata total biaya tersebut lebih rendah yaitu sebesar Rp
2.203.772,38. Begitu juga dengan rata-rata pembelian obat, biaya pemeriksaan kesehatan,
dan biaya lainnya, dimana rata-rata ketiga jenis biaya tersebut di perkotaan lebih tinggi
Sama halnya dengan berobat jalan, terdapat beragam sumber pembiayaan untuk
memenuhi biaya untuk rawat inap. Sebesar 34,36 persen penduduk yang memiliki keluhan
kesehatan dan melakukan rawat inap menyatakan bahwa sumber biaya pada rawat inap
yang terakhir sepenuhnya berasal dari biaya sendiri. Bahkan 5,39 persen penduduk
menyatakan harus meminjam untuk memenuhi biaya tersebut (Gambar 2.7).
Gambar 2.7
Sumber Biaya dan Rata-rata Biaya yang Dikeluarkan oleh Penduduk untuk Rawat Inap yang Terakhir Menurut
id
Jenis Biaya dan Tipe Daerah, 2016
o.
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
Apabila keluhan kesehatan yang dialami dirasa tidak terlalu berat, terkadang
penduduk memilih untuk mengobati sendiri keluhan kesehatan yang dideritanya. Namun
hal tersebut bukan berarti tanpa biaya. Gambar 2.8 memperlihatkan rata-rata biaya yang
dikeluarkan untuk membeli obat terakhir. Hal yang perlu diperhatikan adalah biaya obat
yang tercatat adalah sejumlah uang yang dikeluarkan saat pembelian obat tersebut, tanpa
memperhatikan obat tersebut habis dikonsumsi/digunakan atau tidak. Pada Gambar 2.8
tersebut terlihat bahwa rata-rata biaya pembelian obat modern baik di perkotaan,
perdesaan, maupun secara keseluruhan lebih tinggi dibandingkan pembelian obat
tradisional/alternatif.
Gambar 2.8
Rata-rata Biaya untuk Membeli Obat Terakhir yang Dikeluarkan oleh Penduduk Menurut Jenis Obat dan Tipe
Daerah, 2016
id
o.
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
Adapun dibandingkan dengan provinsi lainnya, dua provinsi yang berada di wilayah
ht
Indonesia Timur, yaitu Papua dan Papua Barat merupakan provinsi dengan rata-rata biaya
mengobati sendiri tertinggi di Indonesia (Gambar 2.8). Hal ini kemungkinan terkait dengan
tingginya biaya hidup di kedua provinsi tersebut.
Menurut Undang–Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan (LLAJ), kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak diduga dan
tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan lain yang
mengakibatkan korban manusia dan/atau kerugian harta benda. Dilihat dari jenis kelamin,
persentase laki-laki yang pernah mengalami kecelakaan lalu lintas lebih tinggi daripada
perempuan sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 2.9. Hal ini kemungkinan terkait
dengan mobilitas berkendara laki-laki yang lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan.
Menurut hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) bulan Agustus 2016, jumlah
penduduk laki-laki yang bekerja sebanyak 72.943.627 orang sedangkan perempuan
berjumlah 45.468.346 orang. Untuk mencapai tempat kerja, berkendara menjadi suatu hal
yang tidak terelakkan. Lebih banyaknya jumlah penduduk laki-laki yang berkerja secara
tidak langsung memberikan sedikit gambaran lebih tingginya mobilitas berkendara
penduduk laki-laki dibandingkan perempuan.
Gambar 2.9
Persentase Penduduk yang Pernah Mengalami Kecelakaan Lalu Lintas pada Tahun 2015 Menurut Jenis Kelamin
dan Tipe Daerah, 2016
id
o.
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
Tabel 2.1
Persentase Penduduk di Perkotaan Menurut Provinsi dan Jaminan Pembiayaan Kesehatan yang Dimiliki, 2016
id
DKI Jakarta 20,52 15,14 22,44
o.
Jawa Barat 17,18 9,29 18,94
Jawa Tengah 15,59 8,68 25,39
.g
DI Yogyakarta 23,60 8,20 32,16
Jawa Timur 16,63 7,33 15,34
ps
Banten 20,57 12,18 8,54
.b
Tabel 2.2
Persentase Penduduk di Perdesaan Menurut Provinsi dan Jaminan Pembiayaan Kesehatan yang Dimiliki, 2016
id
DKI Jakarta - - -
o.
Jawa Barat 5,51 5,74 22,40
Jawa Tengah 4,98 3,51 31,92
.g
DI Yogyakarta 5,74 2,26 59,01
Jawa Timur 4,38 4,56 24,60
ps
Banten 6,73 3,40 26,02
.b
Tabel 2.3
Persentase Penduduk Menurut Provinsi dan Jaminan Pembiayaan Kesehatan yang Dimiliki, 2016
id
DKI Jakarta 20,52 15,14 22,44
o.
Jawa Barat 13,78 8,25 19,95
Jawa Tengah 10,12 6,01 28,76
.g
DI Yogyakarta 18,08 6,37 40,46
Jawa Timur 10,53 5,95 19,95
ps
Banten 16,29 9,46 13,94
.b
Tabel 2.4
Persentase Penduduk yang Memiliki Kartu Indonesia Sehat Menurut Provinsi dan Tipe Daerah, 2016
Perkotaan +
Provinsi Perkotaan Perdesaan
Perdesaan
(1) (2) (3) (4)
id
DKI Jakarta 11,44 - 11,44
Jawa Barat 19,37 23,02 20,43
o.
Jawa Tengah 25,04 30,48 27,84
DI Yogyakarta 25,70 46,53 32,13
.g
Jawa Timur 14,89 24,98 19,92
Banten 8,21 28,99 14,63
ps
Bali 7,11 22,64 12,85
.b
Tabel 2.5
Persentase Penduduk yang Memiliki Keluhan Kesehatan dan Berobat Jalan dalam Sebulan Terakhir
Menurut Provinsi dan Tempat Berobat Jalan yang Terakhir, 2016
Praktik Dokter/
Provinsi RS Pemerintah RS Swasta
Bidan/Perawat
(1) (2) (3) (4)
id
DKI Jakarta 12,34 11,66 17,83
o.
Jawa Barat 7,03 5,09 39,61
Jawa Tengah 7,08 5,10 53,71
.g
DI Yogyakarta 5,87 15,28 43,62
Jawa Timur 5,48 5,53 58,43
ps
Banten 2,98 7,44 41,52
.b
Klinik/Praktik Dokter
Provinsi Puskesmas/Pustu UKBM*
Bersama
(1) (5) (6) (7)
id
Jawa Barat 16,56 28,79 0,64
Jawa Tengah 4,53 23,56 3,31
o.
DI Yogyakarta 4,70 27,90 1,10
Jawa Timur 5,20 19,14 2,97
.g
Banten 24,06 20,40 1,33
ps
Bali 4,28 14,80 0,00
Nusa Tenggara Barat 4,99 34,53 4,91
.b
Catatan: * Termasuk UKBM yaitu Poskesdes, Polindes, Posyandu, pos upaya kesehatan kerja, dll
Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2016
Praktik Pengobatan
Provinsi Di Rumah Sendiri Lainnya
Tradisional/Alternatif
(1) (8) (9) (10)
id
Jawa Barat 0,76 1,21 0,32
Jawa Tengah 1,31 1,34 0,05
o.
DI Yogyakarta 1,05 0,09 0,40
Jawa Timur 1,04 1,94 0,27
.g
Banten 0,52 1,10 0,65
ps
Bali 0,93 1,41 0,20
Nusa Tenggara Barat 1,83 4,31 0,00
.b
Tabel 2.6
Persentase Penduduk yang Memiliki Keluhan Kesehatan dan Berobat Jalan dalam Sebulan Terakhir di Perkotaan
Menurut Provinsi dan Kebersihan Tempat Berobat pada Berobat Jalan yang Terakhir, 2016
id
DKI Jakarta 13,82 85,74 0,00 0,00 0,44
o.
Jawa Barat 11,35 85,85 1,21 0,00 1,59
Jawa Tengah 14,51 83,37 0,50 0,07 1,55
.g
DI Yogyakarta 11,42 88,53 0,00 0,00 0,04
Jawa Timur 21,29 77,47 0,56 0,00 0,68
ps
Banten 15,50 83,15 1,22 0,00 0,13
Tabel 2.7
Persentase Penduduk yang Memiliki Keluhan Kesehatan dan Berobat Jalan dalam Sebulan Terakhir di Perdesaan
Menurut Provinsi dan Kebersihan Tempat Berobat pada Berobat Jalan yang Terakhir, 2016
id
DKI Jakarta - - - - -
o.
Jawa Barat 9,50 88,28 1,02 0,00 1,19
Jawa Tengah 14,70 83,80 0,35 0,00 1,15
.g
DI Yogyakarta 7,93 91,59 0,49 0,00 0,00
Jawa Timur 13,24 84,35 0,64 0,00 1,77
ps
Banten 4,34 92,83 1,94 0,00 0,89
Tabel 2.8
Persentase Penduduk yang Memiliki Keluhan Kesehatan dan Berobat Jalan dalam Sebulan Terakhir
Menurut Provinsi dan Kebersihan Tempat Berobat pada Berobat Jalan yang Terakhir, 2016
id
DKI Jakarta 13,82 85,74 0,00 0,00
o.
Jawa Barat 10,80 86,57 1,16 0,00
Jawa Tengah 14,60 83,58 0,42 0,03
.g
DI Yogyakarta 10,41 89,42 0,14 0,00
Jawa Timur 17,36 80,83 0,60 0,00
ps
Banten 12,12 86,08 1,44 0,00
Tabel 2.9
Persentase Penduduk yang Memiliki Keluhan Kesehatan dan Berobat Jalan dalam Sebulan Terakhir di Perkotaan
Menurut Provinsi dan Lama Waktu Menunggu untuk Mendapatkan Pelayanan Kesehatan
pada Berobat Jalan yang Terakhir, 2016
id
Kep. Riau 62,63 30,39 6,98
o.
DKI Jakarta 40,65 50,60 8,76
Jawa Barat 39,97 47,98 12,05
.g
Jawa Tengah 55,47 35,37 9,16
DI Yogyakarta 45,12 45,99 8,90
ps
Jawa Timur 55,60 35,30 9,10
Banten 55,08 37,16 7,76
.b
Tabel 2.10
Persentase Penduduk yang Memiliki Keluhan Kesehatan dan Berobat Jalan dalam Sebulan Terakhir di Perdesaan
Menurut Provinsi dan Lama Waktu Menunggu untuk Mendapatkan Pelayanan Kesehatan
pada Berobat Jalan yang Terakhir, 2016
id
Kep. Riau 76,99 17,43 5,57
o.
DKI Jakarta - - -
Jawa Barat 60,25 32,66 7,09
.g
Jawa Tengah 65,05 27,97 6,98
DI Yogyakarta 45,25 47,23 7,52
ps
Jawa Timur 71,72 24,44 3,84
Banten 76,70 19,44 3,85
.b
Tabel 2.11
Persentase Penduduk yang Memiliki Keluhan Kesehatan dan Berobat Jalan dalam Sebulan Terakhir
Menurut Provinsi dan Lama Waktu Menunggu untuk Mendapatkan Pelayanan Kesehatan
pada Berobat Jalan yang Terakhir, 2016
id
Kep. Riau 65,79 27,54 6,67
o.
DKI Jakarta 40,65 50,60 8,76
Jawa Barat 45,94 43,47 10,59
.g
Jawa Tengah 60,17 31,74 8,09
DI Yogyakarta 45,16 46,35 8,50
ps
Jawa Timur 63,42 30,03 6,55
Banten 61,51 31,89 6,60
.b
Tabel 2.12
Persentase Penduduk yang Memiliki Keluhan Kesehatan dan Berobat Jalan dalam Sebulan Terakhir Menurut
Provinsi dan Pemeriksa pada Berobat Jalan yang Terakhir, 2016
id
DKI Jakarta 88,62 0,69 5,51 2,55
o.
Jawa Barat 71,27 0,59 13,99 6,87
Jawa Tengah 55,38 0,93 27,32 10,37
.g
DI Yogyakarta 75,13 0,54 17,86 2,49
Jawa Timur 48,78 0,72 31,68 11,10
ps
Banten 59,57 0,96 24,79 4,94
id
Jawa Barat 5,95 0,67 0,66
Jawa Tengah 4,61 1,08 0,31
o.
DI Yogyakarta 2,93 1,05 0,00
Jawa Timur 5,95 1,18 0,59
.g
Banten 8,53 0,46 0,75
ps
Bali 1,33 0,93 0,03
Nusa Tenggara Barat 1,88 2,05 0,09
.b
Tabel 2.13
Persentase Penduduk yang Memiliki Keluhan Kesehatan dan Berobat Jalan dalam Sebulan Terakhir di Perkotaan
Menurut Provinsi dan Penjelasan Pemeriksa Mengenai Penyakit yang Diderita pada Berobat Jalan yang Terakhir,
2016
id
Kep. Riau 90,29 3,08 5,76 0,87
o.
DKI Jakarta 94,80 2,59 2,48 0,13
Jawa Barat 91,47 5,64 2,33 0,55
.g
Jawa Tengah 84,97 8,27 5,60 1,16
DI Yogyakarta 81,33 8,05 10,61 0,00
ps
Jawa Timur 90,42 4,78 4,10 0,70
Banten 86,47 7,15 5,19 1,18
.b
Tabel 2.14
Persentase Penduduk yang Memiliki Keluhan Kesehatan dan Berobat Jalan dalam Sebulan Terakhir di Perdesaan
Menurut Provinsi dan Penjelasan Pemeriksa Mengenai Penyakit yang Diderita pada Berobat Jalan yang Terakhir,
2016
id
Kep. Riau 96,68 2,17 0,49 0,65
o.
DKI Jakarta - - - -
Jawa Barat 86,14 10,44 3,15 0,26
.g
Jawa Tengah 79,53 9,75 9,75 0,96
DI Yogyakarta 81,27 12,52 5,80 0,41
ps
Jawa Timur 87,75 6,53 4,60 1,12
Banten 84,51 11,05 4,45 0,00
.b
Tabel 2.15
Persentase Penduduk yang Memiliki Keluhan Kesehatan dan Berobat Jalan dalam Sebulan Terakhir
Menurut Provinsi dan Penjelasan Pemeriksa Mengenai Penyakit yang Diderita pada Berobat Jalan yang Terakhir,
2016
id
Kep. Riau 91,74 2,88 4,57 0,82
o.
DKI Jakarta 94,80 2,59 2,48 0,13
Jawa Barat 89,90 7,06 2,58 0,47
.g
Jawa Tengah 82,31 8,99 7,63 1,06
DI Yogyakarta 81,31 9,35 9,22 0,12
ps
Jawa Timur 89,12 5,63 4,35 0,90
Banten 85,87 8,33 4,97 0,83
.b
Tabel 2.16
Persentase Penduduk yang Pernah Dirawat Inap dalam Setahun Terakhir Menurut Provinsi dan
Tempat Rawat Inap yang Terakhir, 2016
id
DKI Jakarta 37,46 50,69 6,92 2,44
o.
Jawa Barat 38,61 39,48 6,56 6,92
Jawa Tengah 34,02 42,77 4,14 4,12
.g
DI Yogyakarta 35,32 48,04 5,35 6,00
Jawa Timur 30,18 39,62 4,86 5,45
ps
Banten 26,38 47,46 7,44 7,10
.b
Praktik Pengobatan
Provinsi Puskesmas/Pustu Lainnya
Tradisional/Alternatif
(1) (6) (7) (8)
id
Jawa Barat 7,25 0,79 0,40
Jawa Tengah 14,65 0,30 0,00
o.
DI Yogyakarta 5,28 0,00 0,00
Jawa Timur 19,57 0,09 0,22
.g
Banten 11,53 0,00 0,09
ps
Bali 4,25 0,00 0,00
Nusa Tenggara Barat 36,49 0,60 0,70
.b
Tabel 2.17
Persentase Penduduk yang Pernah Dirawat Inap dalam Setahun Terakhir di Perkotaan Menurut Provinsi dan
Kebersihan Tempat Rawat Inap yang Terakhir, 2016
id
DKI Jakarta 16,19 81,46 2,35 0,00
o.
Jawa Barat 16,07 82,09 1,70 0,14
Jawa Tengah 15,00 83,52 1,48 0,00
.g
DI Yogyakarta 15,66 82,69 1,66 0,00
Jawa Timur 23,42 75,47 1,11 0,00
ps
Banten 16,31 81,52 2,17 0,00
Tabel 2.18
Persentase Penduduk yang Pernah Dirawat Inap dalam Setahun Terakhir di Perdesaan Menurut Provinsi dan
Kebersihan Tempat Rawat Inap yang Terakhir, 2016
id
DKI Jakarta - - - -
o.
Jawa Barat 15,15 83,42 1,43 0,00
Jawa Tengah 9,51 88,21 2,28 0,00
.g
DI Yogyakarta 15,05 84,95 0,00 0,00
Jawa Timur 15,18 83,96 0,86 0,00
ps
Banten 4,10 92,54 3,36 0,00
Tabel 2.19
Persentase Penduduk yang Pernah Dirawat Inap dalam Setahun Terakhir Menurut Provinsi dan Kebersihan
Tempat Rawat Inap yang Terakhir, 2016
id
DKI Jakarta 16,19 81,46 2,35 0,00
o.
Jawa Barat 15,84 82,43 1,63 0,10
Jawa Tengah 12,36 85,77 1,87 0,00
.g
DI Yogyakarta 15,51 83,24 1,25 0,00
Jawa Timur 19,41 79,60 0,99 0,00
ps
Banten 13,05 84,46 2,49 0,00
Tabel 2.20
Persentase Penduduk yang Pernah Dirawat Inap dalam Setahun Terakhir di Perkotaan Menurut Provinsi dan
Lama Waktu Menunggu untuk Mendapat Pelayanan Rawat Inap yang Terakhir, 2016
id
DKI Jakarta 35,58 47,62 16,80
o.
Jawa Barat 33,94 42,96 23,10
Jawa Tengah 50,64 40,31 9,05
.g
DI Yogyakarta 42,81 48,17 9,02
Jawa Timur 54,23 36,16 9,61
ps
Banten 34,83 48,35 16,83
Tabel 2.21
Persentase Penduduk yang Pernah Dirawat Inap dalam Setahun Terakhir di Perdesaan Menurut Provinsi dan
Lama Waktu Menunggu untuk Mendapat Pelayanan Rawat Inap yang Terakhir, 2016
id
DKI Jakarta - - -
o.
Jawa Barat 49,41 38,97 11,63
Jawa Tengah 55,21 37,92 6,87
.g
DI Yogyakarta 28,49 51,58 19,93
Jawa Timur 59,55 36,81 3,63
ps
Banten 65,17 24,35 10,47
Tabel 2.22
Persentase Penduduk yang Pernah Dirawat Inap dalam Setahun Terakhir Menurut Provinsi dan
Lama Waktu Menunggu untuk Mendapat Pelayanan Rawat Inap yang Terakhir, 2016
id
DKI Jakarta 35,58 47,62 16,80
o.
Jawa Barat 37,82 41,96 20,22
Jawa Tengah 52,83 39,16 8,00
.g
DI Yogyakarta 39,31 49,01 11,69
Jawa Timur 56,82 36,48 6,70
ps
Banten 42,92 41,95 15,13
Tabel 2.23
Persentase Penduduk yang Pernah Dirawat Inap dalam Setahun Terakhir di Perkotaan Menurut Provinsi dan
Penjelasan Pemeriksa Mengenai Penyakit yang Diderita pada Rawat Inap yang Terakhir, 2016
id
DKI Jakarta 97,09 2,91 0,00 0,00
o.
Jawa Barat 96,41 2,18 1,03 0,38
Jawa Tengah 93,46 4,10 1,60 0,84
.g
DI Yogyakarta 89,37 3,40 5,36 1,87
Jawa Timur 95,30 3,03 0,66 1,01
ps
Banten 89,96 6,85 1,67 1,53
Tabel 2.24
Persentase Penduduk yang Pernah Dirawat Inap dalam Setahun Terakhir di Perdesaan Menurut Provinsi dan
Penjelasan Pemeriksa Mengenai Penyakit yang Diderita pada Rawat Inap yang Terakhir, 2016
id
DKI Jakarta - - - -
o.
Jawa Barat 90,11 8,84 1,05 0,00
Jawa Tengah 91,78 4,22 3,29 0,71
.g
DI Yogyakarta 90,16 7,88 0,99 0,97
Jawa Timur 90,68 5,41 2,93 0,99
ps
Banten 83,21 16,79 0,00 0,00
Tabel 2.25
Persentase Penduduk yang Pernah Dirawat Inap dalam Setahun Terakhir Menurut Provinsi dan Penjelasan
Pemeriksa Mengenai Penyakit yang Diderita pada Rawat Inap yang Terakhir, 2016
id
DKI Jakarta 97,09 2,91 0,00 0,00
o.
Jawa Barat 94,83 3,85 1,03 0,29
Jawa Tengah 92,66 4,16 2,41 0,77
.g
DI Yogyakarta 89,56 4,50 4,29 1,65
Jawa Timur 93,05 4,19 1,76 1,00
ps
Banten 88,16 9,50 1,22 1,12
Tabel 2.26
Persentase Penduduk yang Pernah Dirawat Inap dalam Setahun Terakhir di Perkotaan Menurut Provinsi dan
Lama Hari Rawat Inap yang Terakhir, 2016
id
DKI Jakarta 45,48 30,65 22,19 1,69
o.
Jawa Barat 43,95 32,17 23,30 0,59
Jawa Tengah 38,96 33,41 27,51 0,12
.g
DI Yogyakarta 40,10 34,15 25,75 0,00
Jawa Timur 39,69 34,52 25,33 0,46
ps
Banten 45,10 37,15 17,75 0,00
Tabel 2.27
Persentase Penduduk yang Pernah Dirawat Inap dalam Setahun Terakhir di Perdesaan Menurut Provinsi dan
Lama Hari Rawat Inap yang Terakhir, 2016
id
DKI Jakarta - - - -
o.
Jawa Barat 52,95 30,93 15,01 1,11
Jawa Tengah 49,41 31,14 18,45 1,00
.g
DI Yogyakarta 48,32 46,96 4,72 0,00
Jawa Timur 51,65 29,66 18,58 0,12
ps
Banten 59,78 23,86 16,36 0,00
Tabel 2.28
Persentase Penduduk yang Pernah Dirawat Inap dalam Setahun Terakhir Menurut Provinsi dan
Lama Hari Rawat Inap yang Terakhir, 2016
id
DKI Jakarta 45,48 30,65 22,19 1,69
o.
Jawa Barat 46,21 31,86 21,22 0,72
Jawa Tengah 43,98 32,32 23,16 0,54
.g
DI Yogyakarta 42,11 37,29 20,60 0,00
Jawa Timur 45,50 32,15 22,05 0,30
ps
Banten 49,02 33,60 17,38 0,00
Tabel 2.29
Persentase Penduduk yang Mempunyai Keluhan Kesehatan dan Pernah Mengobati Sendiri dalam Sebulan
Terakhir Menurut Provinsi dan Tipe Daerah, 2016
Perkotaan +
Provinsi Perkotaan Perdesaan
Perdesaan
(1) (2) (3) (4)
id
DKI Jakarta 65,76 - 65,76
o.
Jawa Barat 60,23 67,87 62,72
Jawa Tengah 56,67 57,83 57,26
.g
DI Yogyakarta 67,65 55,55 64,39
Jawa Timur 61,90 62,68 62,28
ps
Banten 62,86 70,48 65,49
.b
Tabel 2.30
Rata-rata Biaya Transportasi Pulang Pergi dari Rumah ke Fasilitas Berobat Jalan yang Terakhir Menurut Provinsi
dan Tipe Daerah (dalam Rupiah), 2016
Perkotaan +
Provinsi Perkotaan Perdesaan
Perdesaan
(1) (2) (3) (4)
id
DKI Jakarta 16.983,54 - 16.983,54
o.
Jawa Barat 16.266,18 21.194,23 17.721,73
Jawa Tengah 8.168,38 16.227,10 12.110,43
.g
DI Yogyakarta 4.713,36 18.511,84 8.705,07
Jawa Timur 10.990,13 13.261,77 12.098,46
ps
Banten 14.377,57 15.195,47 14.624,95
.b
Tabel 2.31
Rata-rata Biaya Berobat Jalan Terakhir yang Dikeluarkan oleh Penduduk yang Berobat Jalan di Perkotaan
Menurut Provinsi dan Jenis Biaya (dalam Rupiah), 2016
Biaya Pemeriksaan
Provinsi Total Biaya Biaya Obat Biaya Lainnya*
Kesehatan
(1) (2) (3) (4) (5)
id
DKI Jakarta 178.726,60 41.099,70 63.087,75 39.875,77
o.
Jawa Barat 122.615,45 31.996,05 42.528,09 13.345,14
Jawa Tengah 66.601,26 11.607,84 16.984,60 6.369,47
.g
DI Yogyakarta 73.250,56 10.330,61 10.248,25 1.519,65
Jawa Timur 111.507,83 24.994,68 33.376,33 17.944,84
ps
Banten 127.061,23 22.201,13 44.067,72 7.857,97
.b
Catatan: * Termasuk biaya lainnya yaitu biaya uji laboratorium, administrasi, alat kesehatan, dll
Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2016
Tabel 2.32
Rata-rata Biaya Berobat Jalan Terakhir yang Dikeluarkan oleh Penduduk yang Berobat Jalan di Perdesaan
Menurut Provinsi dan Jenis Biaya (dalam Rupiah), 2016
Biaya Pemeriksaan
Provinsi Total Biaya Biaya Obat Biaya Lainnya*
Kesehatan
(1) (2) (3) (4) (5)
id
DKI Jakarta - - - -
o.
Jawa Barat 80.715,80 14.984,10 26.156,66 6.787,60
Jawa Tengah 71.441,98 11.108,96 16.627,84 2.804,61
.g
DI Yogyakarta 58.645,49 13.285,64 6.296,19 4.789,54
Jawa Timur 86.303,74 14.912,54 25.009,97 5.119,99
ps
Banten 59.755,97 15.374,67 21.546,65 2.561,42
.b
Catatan: * Termasuk biaya lainnya yaitu biaya uji laboratorium, administrasi, alat kesehatan, dll
Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2016
Tabel 2.33
Rata-rata Biaya Berobat Jalan Terakhir yang Dikeluarkan oleh Penduduk yang Berobat Jalan Menurut Provinsi
dan Jenis Biaya (dalam Rupiah), 2016
Biaya Pemeriksaan
Provinsi Total Biaya Biaya Obat Biaya Lainnya*
Kesehatan
(1) (2) (3) (4) (5)
id
DKI Jakarta 178.726,60 41.099,70 63.087,75 39.875,77
o.
Jawa Barat 110.239,94 26.971,39 37.692,61 11.408,30
Jawa Tengah 68.969,17 11.363,81 16.810,08 4.625,66
.g
DI Yogyakarta 69.025,51 11.185,46 9.104,97 2.465,58
Jawa Timur 99.210,82 20.075,63 29.294,40 11.687,63
ps
Banten 106.704,42 20.136,43 37.256,11 6.256,00
.b
Catatan: * Termasuk biaya lainnya yaitu biaya uji laboratorium, administrasi, alat kesehatan, dll
Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2016
Tabel 2.34
Persentase Penduduk yang Memiliki Keluhan Kesehatan dan Berobat Jalan dalam Sebulan Terakhir
Menurut Provinsi dan Sumber Biaya pada Berobat Jalan yang Terakhir Selain Biaya Sendiri, 2016
id
Kep. Riau 9,59 7,99 17,32
o.
DKI Jakarta 11,34 10,99 20,82
Jawa Barat 7,12 5,18 10,74
.g
Jawa Tengah 5,32 4,55 13,30
DI Yogyakarta 8,79 3,63 16,62
ps
Jawa Timur 5,92 4,02 6,84
Banten 7,25 6,22 5,35
.b
Perusahaan/
Provinsi Jamkesda Asuransi Swasta
Kantor
(1) (5) (6) (7)
id
Jawa Barat 3,09 0,80 1,56
Jawa Tengah 4,40 0,24 0,60
o.
DI Yogyakarta 5,97 0,95 1,39
Jawa Timur 3,31 0,22 1,22
.g
Banten 2,52 2,79 1,68
ps
Bali 10,90 0,33 0,54
Nusa Tenggara Barat 5,35 0,00 0,45
.b
Bantuan Perorangan/
Provinsi Pinjaman Tidak Ada
Kelompok
(1) (8) (9) (10)
id
Jawa Barat 5,08 1,38 65,73
Jawa Tengah 2,19 0,66 69,45
o.
DI Yogyakarta 2,11 0,50 60,27
Jawa Timur 3,24 0,93 74,50
.g
Banten 2,30 1,44 70,56
ps
Bali 2,11 0,79 68,49
Nusa Tenggara Barat 3,84 1,76 72,50
.b
Tabel 2.35
Rata-rata Biaya Transportasi dari Rumah ke Tempat Rawat Inap yang Terakhir untuk Satu Kali Jalan Menurut
Provinsi dan Tipe Daerah (dalam Rupiah), 2016
Perkotaan +
Provinsi Perkotaan Perdesaan
Perdesaan
(1) (2) (3) (4)
id
DKI Jakarta 31.479,99 - 31.479,99
o.
Jawa Barat 55.153,20 106.344,71 67.998,21
Jawa Tengah 30.411,67 77.191,16 52.873,07
.g
DI Yogyakarta 16.327,06 105.986,04 38.261,63
Jawa Timur 38.648,41 84.531,33 60.964,05
ps
Banten 30.553,21 63.536,86 39.350,97
.b
Tabel 2.36
Rata-rata Biaya Rawat Inap Terakhir yang Dikeluarkan oleh Penduduk yang Rawat Inap di Perkotaan Menurut
Provinsi dan Jenis Biaya (dalam Rupiah), 2016
Biaya Pemeriksaan
Provinsi Total Biaya Biaya Obat Biaya Lainnya*
Kesehatan
(1) (2) (3) (4) (5)
id
DKI Jakarta 4.216.613,42 596.828,42 986.586,12 1.509.567,00
o.
Jawa Barat 3.231.285,06 381.428,90 522.688,30 784.505,85
Jawa Tengah 2.929.352,87 247.551,09 254.020,40 297.674,78
.g
DI Yogyakarta 3.266.597,81 89.425,45 173.802,86 307.830,21
Jawa Timur 4.040.267,07 694.622,02 833.394,38 1.290.945,15
ps
Banten 4.078.854,72 708.733,39 379.988,85 490.122,22
.b
Catatan: * Termasuk biaya lainnya yaitu biaya uji laboratorium, kamar, administrasi, alat kesehatan, biaya tindakan,
dll
Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2016
Tabel 2.37
Rata-rata Biaya Rawat Inap Terakhir yang Dikeluarkan oleh Penduduk yang Rawat Inap di Perdesaan Menurut
Provinsi dan Jenis Biaya (dalam Rupiah), 2016
Biaya Pemeriksaan
Provinsi Total Biaya Biaya Obat Biaya Lainnya*
Kesehatan
(1) (2) (3) (4) (5)
id
DKI Jakarta - - - -
o.
Jawa Barat 2.839.611,01 454.990,23 914.736,91 415.907,01
Jawa Tengah 2.372.592,58 295.398,60 321.900,51 299.115,94
.g
DI Yogyakarta 2.095.029,85 159.121,78 93.548,87 410.426,69
Jawa Timur 2.884.024,62 424.360,24 347.038,83 356.281,78
ps
Banten 1.319.140,70 91.587,44 332.239,92 178.028,20
.b
Catatan: * Termasuk biaya lainnya yaitu biaya uji laboratorium, kamar, administrasi, alat kesehatan, biaya tindakan,
dll
Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2016
Tabel 2.38
Rata-rata Biaya Rawat Inap Terakhir yang Dikeluarkan oleh Penduduk yang Rawat Inap Menurut Provinsi dan
Jenis Biaya (dalam Rupiah), 2016
Biaya Pemeriksaan
Provinsi Total Biaya Biaya Obat Biaya Lainnya*
Kesehatan
(1) (2) (3) (4) (5)
id
DKI Jakarta 4.216.613,42 596.828,42 986.586,12 1.509.567,00
o.
Jawa Barat 3.133.005,95 399.886,96 621.061,40 692.016,78
Jawa Tengah 2.662.021,69 270.525,31 286.613,37 298.366,76
.g
DI Yogyakarta 2.979.980,20 106.476,27 154.169,17 332.929,87
Jawa Timur 3.477.916,36 563.177,36 596.850,23 836.361,76
ps
Banten 3.342.753,20 544.121,38 367.252,73 406.877,04
.b
Catatan: * Termasuk biaya lainnya yaitu biaya uji laboratorium, kamar, administrasi, alat kesehatan, biaya tindakan,
dll
Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2016
Tabel 2.39
Persentase Penduduk yang Pernah Dirawat Inap dalam Setahun Terakhir Menurut Provinsi dan Sumber Biaya
pada Rawat Inap yang Terakhir Selain Biaya Sendiri, 2016
id
Kep. Riau 25,79 16,22 7,24
o.
DKI Jakarta 16,87 12,47 12,84
Jawa Barat 15,61 13,69 13,15
.g
Jawa Tengah 10,77 8,56 22,14
DI Yogyakarta 13,49 6,56 28,45
ps
Jawa Timur 11,98 7,39 14,88
Banten 21,22 14,34 10,16
.b
Perusahaan/
Provinsi Jamkesda Asuransi Swasta
Kantor
(1) (5) (6) (7)
id
Jawa Barat 5,03 1,50 4,00
Jawa Tengah 4,94 1,48 2,90
o.
DI Yogyakarta 8,74 0,97 0,82
Jawa Timur 4,08 1,25 2,55
.g
Banten 4,88 8,59 6,06
ps
Bali 18,63 6,23 1,42
Nusa Tenggara Barat 6,82 0,00 1,06
.b
Bantuan Perorangan/
Provinsi Pinjaman Tidak Ada
Kelompok
(1) (8) (9) (10)
id
Jawa Barat 11,07 7,77 34,03
Jawa Tengah 11,84 5,04 36,45
o.
DI Yogyakarta 12,59 3,04 28,82
Jawa Timur 11,55 6,61 43,82
.g
Banten 11,03 10,25 24,63
ps
Bali 11,33 1,64 20,38
Nusa Tenggara Barat 12,13 4,79 40,42
.b
Tabel 2.40
Rata-rata Biaya untuk Membeli Obat Terakhir yang Dikeluarkan oleh Penduduk yang Mengobati Sendiri di
Perkotaan Menurut Provinsi dan Jenis Obat (dalam Rupiah), 2016
id
DKI Jakarta 25.359,93 17.144,48
o.
Jawa Barat 15.630,88 8.932,75
Jawa Tengah 12.729,59 7.203,29
.g
DI Yogyakarta 11.593,45 4.805,48
Jawa Timur 17.358,53 9.903,23
ps
Banten 15.814,63 8.128,83
.b
Tabel 2.41
Rata-rata Biaya untuk Membeli Obat Terakhir yang Dikeluarkan oleh Penduduk yang Mengobati Sendiri di
Perdesaan Menurut Provinsi dan Jenis Obat (dalam Rupiah), 2016
id
DKI Jakarta - -
o.
Jawa Barat 13.159,55 9.006,71
Jawa Tengah 9.636,17 4.552,72
.g
DI Yogyakarta 9.601,02 6.521,78
Jawa Timur 8.546,15 7.623,22
ps
Banten 6.026,62 2.983,34
.b
Tabel 2.42
Rata-rata Biaya untuk Membeli Obat Terakhir yang Dikeluarkan oleh Penduduk yang Mengobati Sendiri Menurut
Provinsi dan Jenis Obat (dalam Rupiah), 2016
id
DKI Jakarta 25.359,93 17.144,48
o.
Jawa Barat 14.758,71 8.958,85
Jawa Tengah 11.142,33 5.843,26
.g
DI Yogyakarta 11.129,35 5.205,26
Jawa Timur 13.033,13 8.784,12
ps
Banten 12.179,56 6.217,90
.b
Tabel 2.43
Persentase Penduduk yang Pernah Mengalami Kecelakaan Lalu Lintas pada Tahun 2015 Menurut Provinsi dan
Tipe Daerah, 2016
Perkotaan +
Provinsi Perkotaan Perdesaan
Perdesaan
(1) (2) (3) (4)
id
DKI Jakarta 0,72 - 0,72
o.
Jawa Barat 0,68 0,49 0,63
Jawa Tengah 1,20 0,86 1,03
.g
DI Yogyakarta 1,64 1,20 1,51
Jawa Timur 0,94 0,79 0,86
ps
Banten 0,79 1,17 0,91
.b
id
o.
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
id
o.
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
id
o.
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
BAB 3
PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT
id
definisi PHBS adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai
o.
hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat
.g
mampu menolong dirinya sendiri (mandiri) di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam
ps
mewujudkan kesehatan masyarakat. Berdasarkan Rapat Koordinasi Promosi Kesehatan
Tingkat Nasional tahun 2007, ditetapkan sepuluh indikator PHBS pada tatanan rumah
.b
tangga untuk menetapkan apakah rumah tangga telah mempraktikkan PHBS, indikator
w
tersebut adalah:
w
Dalam bab ini akan dibahas beberapa indikator PHBS yang terdapat dalam Susenas
Modul Kesehatan dan Perumahan (MKP) tahun 2016, indikator tersebut antara lain perilaku
merokok, kebiasaan mencuci tangan, kebiasaan makan buah dan sayur, dan kebiasaan
melakukan aktifitas fisik. Dalam Susenas MKP 2016, perilaku PHBS yang dibahas dalam bab
ini ditanyakan kepada seluruh anggota rumah tangga yang berusia lima tahun ke atas.
Rokok diibaratkan sebagai pabrik bahan kimia yang mengandung sekitar 4.000
bahan kimia. Zat di dalam rokok yang paling berbahaya di antaranya adalah nikotin, tar,
dan karbon monoksida. Nikotin dapat menyebabkan ketagihan, merusak jantung dan
pembuluh darah. Tar dapat menyebabkan kerusakan sel paru dan kanker, sedangkan
karbon monoksida dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan darah dalam
membawa oksigen sehingga sel tubuh akan mati. Belakangan ini potensi penyakit tidak
menular menjadi semakin tinggi di Indonesia. Penyakit tidak menular tersebut erat sekali
kaitannya dengan pola hidup masyarakat dan rokok merupakan salah satu faktor risiko
terbesar pada penyakit tidak menular seperti penyakit jantung, hipertensi, stroke, dll.
Data Susenas MKP 2016 menunjukkan dari enam jenis rokok, yaitu rokok putih,
id
rokok kretek, rokok lintingan/kawung, pipa/cangklong, dan carutu/lisong yang paling
o.
banyak dikonsumsi oleh orang Indonesia adalah rokok kretek, rokok putih, dan rokok
lintingan/kawung. Rata-rata jumlah batang rokok yang dihisap per hari oleh penduduk
.g
berusia lima tahun ke atas dalam sebulan terakhir untuk rokok kretek sebanyak 7,86
ps
batang, rokok putih sebanyak 2,59 batang, dan rokok lintingan/kawung sebanyak 0,55
batang. Rata-rata jumlah batang rokok yang dikonsumsi masyarakat di perkotaan relatif
.b
lebih banyak daripada di perdesaan. Namun, pola konsumsi per jenis rokok antara daerah
w
Gambar 3.1
//w
Rata-rata Jumlah Batang Rokok yang Dihisap per Hari oleh Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas
yang Merokok Selama Satu Bulan Terakhir Menurut Jenis Rokok, 2016
8,38 Perkotaan
s:
7,86
7,32 Perdesaan
tp
Perkotaan+Perdesaan
ht
3,09
2,59
2,11
0,89
0,55
0,20
Gambar 3.2 menunjukkan jika sekitar 62 persen penduduk berusia lima tahun ke atas
yang merokok dalam sebulan terakhir mulai merokok pada usia dibawah 20 tahun.
Umumnya orang yang merokok sejak muda tidak terlalu paham mengenai bahaya adiktif
dari merokok. Keputusan untuk membeli rokok tidak didasarkan pada informasi yang
cukup tentang risiko produk yang dibeli, efek ketagihan dan dampak pembelian yang
dibebankan pada orang lain (Kemenkes, 2013).
Persentase tertinggi penduduk berusia lima tahun ke atas yang pernah merokok
mulai merokok pada usia 15-19 tahun (52,15 persen). Pola tersebut terjadi baik di
perkotaan dan di perdesaan (52,22 persen di perkotaan dan 52,07 persen di perdesaan).
Sedangkan persentase penduduk berusia lima tahun ke atas yang merokok dalam sebulan
terakhir dan mulai merokok pada usia 10-14 tahun sebesar 9,41 persen. Persentase
tersebut sedikit lebih tinggi di perdesaan daripada di perkotaan (10,64 persen berbanding
dengan 8,17 persen) (Gambar 3.2).
Gambar 3.2
Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas yang Pernah Merokok
id
Menurut Kelompok Umur Pertama Kali Mulai Merokok dan Tipe Daerah, 2016
o.
Tidak Tahu
20,73 19,15 19,93
.g
1,46 1,53 1,50 >=30
2,65 2,80 2,72
13,56
ps
14,37 13,96
25-29
.b
20-24
15-19
w
10-14
<10
Perkotaan Perdesaan Perkotaan+perdesaan
s:
Gambar 3.3 menunjukkan persentase penduduk berusia lima tahun ke atas yang
pernah merokok setiap hari menurut kelompok umur pertama kali mulai merokok setiap
ht
hari. Penduduk yang pernah merokok setiap hari terdiri dari penduduk yang merokok
setiap hari dalam sebulan terakhir dan penduduk sebelum sebulan terakhir pernah
merokok setiap hari walaupun sebulan terakhir sudah tidak merokok lagi. Dari gambar
tersebut terlihat jika penduduk yang pernah merokok setiap hari mulai merokok setiap hari
tertinggi pada usia 15-19 tahun (40,86 persen) kemudian pada usia 20-24 tahun sebesar
27,20 persen. Baik di perkotaan maupun di perdesaan, kedua kelompok umur tersebut
merupakan kelompok umur dengan persentase tertinggi penduduk berusia lima tahun ke
atas yang pernah merokok setiap hari mulai merokok setiap hari.
Gambar 3.3
Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas yang Pernah Merokok Setiap Hari
Menurut Kelompok Umur Pertama Kali Mulai Merokok Setiap Hari dan Tipe Daerah, 2016
25-29
26,52 27,20
27,91
20-24
15-19
39,27 42,39 40,86
10-14
id
Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan
o.
Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2016
.g
Kualitas udara yang buruk di dalam rumah dapat menimbulkan berbagai gangguan
ps
kesehatan bagi penghuninya. Salah satu kebiasaan yang dapat menimbulkan pencemaran
.b
udara di rumah adalah kebiasaan merokok yang dilakukan di dalam rumah. Asap rokok
yang dihasilkan oleh seorang perokok aktif terbukti mengandung lebih banyak hasil
w
pembakaran tembakau dibandingkan asap utama (asap yang dihisap oleh perokok).
w
Data Susenas MKP 2016 menunjukkan persentase perokok berusia lima tahun ke
//w
atas yang merokok di dalam rumah setiap hari cukup tinggi. Sebesar 74,68 persen
penduduk berusia lima tahun ke atas yang merokok dalam sebulan terakhir merokok
s:
setiap hari di dalam rumah dalam sebulan terakhir. Sedangkan penduduk berusia lima
tp
tahun ke atas yang merokok dalam sebulan terakhir dan merokok tidak setiap hari di
dalam rumah dalam sebulan terakhir sebesar 20,14 persen. Persentase penduduk berusia
ht
lima tahun ke atas yang merokok dalam sebulan terakhir dan merokok di dalam rumah
dalam sebulan terakhir di perdesaan lebih tinggi daripada di perkotaan (81,55 persen
berbanding 67,62 persen). Hal tersebut memperlihatkan penduduk di perkotaan lebih
memperhatikan kebersihan udara di dalam rumah daripada di perdesaan (Gambar 3.4).
Menurut jenis kelamin, persentase penduduk berusia lima tahun ke atas yang
merokok dalam sebulan terakhir dan merokok setiap hari di dalam rumah dalam sebulan
terakhir tidak terlalu berbeda. Persentase perempuan perokok yang berusia lima tahun ke
atas dan merokok di dalam rumah dalam sebulan terakhir sebesar 74,93 persen sedangkan
laki-laki sebesar 74,67 persen (Gambar 3.4).
Gambar 3.4
Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas yang Merokok dalam Sebulan Terakhir
Menurut Kebiasaan Merokok di dalam Rumah dalam Sebulan Terakhir dan Karakteristik, 2016
id
o.
.g
ps
.b
w
Jika dilihat menurut provinsi, Tabel 3.12 memperlihatkan provinsi dengan persentase
tertinggi penduduk berusia lima tahun ke atas yang merokok setiap hari di dalam rumah
s:
adalah Jambi (87,65 persen), Sulawesi Barat (87,70 persen), dan Kalimantan Barat (91,47
tp
persen). Sementara yang terendah adalah Maluku (60,49 persen), Papua (59,20 persen),
dan Bali (54,64 persen).
ht
Gambar 3.5 memperlihatkan persentase penduduk berusia lima tahun ke atas yang
pernah merokok dan berusaha untuk berhenti merokok dalam setahun terakhir sebesar
28,18 persen. Persentase penduduk yang berusaha merokok relatif lebih tinggi di
perkotaan daripada di perdesaan (31,10 persen berbanding dengan 25,31 persen). Gambar
selanjutnya memperlihatkan jika persentase penduduk perempuan berusia lima tahun ke
atas yang pernah merokok dan berusaha untuk berhenti merokok dalam setahun terakhir
relatif lebih tinggi daripada penduduk laki-laki (32,08 persen berbanding dengan 28,10
persen). Namun, pola yang agak berbeda terjadi di perdesaan, tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara laki-laki dan perempuan yang merokok dalam sebulan terakhir dan
berusaha berhenti merokok dalam setahun terakhir.
Gambar 3.5
Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas yang Pernah Merokok Menurut Usaha untuk Berhenti Merokok
dalam Setahun Terakhir dan Karakteristik, 2016
id
o.
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
dalam setahun terakhir adalah Sulawesi Utara (36,35 persen), DKI Jakarta (37,44 persen),
dan Bali (44,50 persen). Sedangkan yang terendah adalah Sulawesi Tenggara (22,40
persen), Maluku (20,00 persen), dan Maluku Utara (17,09 persen).
Kemenkes menyebutkan bahwa mencuci tangan yang benar adalah bila seseorang
mencuci tangan dengan sabun sebelum makan, sebelum menyiapkan makanan, setelah
buang air besar, setelah menceboki anak, dan setelah memegang unggas/binatang.
Menurut hasil Susenas MKP 2016 menunjukkan persentase penduduk berusia lima
tahun ke atas yang mencuci tangan pakai sabun sebesar 84,87 persen. Menurut tipe
daerah, terlihat adanya ketimpangan dalam kebiasaan mencuci tangan. Penduduk di
id
perkotaan yang mencuci tangan pakai sabun sebesar 90,93 persen, sedangkan di
perdesaan hanya sebesar 78,21 persen (Gambar 3.6).
o.
Sedangkan menurut jenis kelamin, persentase penduduk berusia lima tahun ke atas
.g
yang mencuci tangan pakai sabun sedikit lebih tinggi pada penduduk perempuan
ps
dibandingkan dengan penduduk laki-laki (85,91 persen berbanding dengan 83,84 persen).
Pola yang sama terjadi baik di perkotaan dan di perdesaan. Di perkotaan, persentase
.b
penduduk perempuan berusia lima tahun ke atas yang mencuci tangan pakai sabun
w
sebesar 91,79 persen sedangkan laki-laki sebesar 90,07 persen. Sedangkan di perdesaan,
w
penduduk perempuan berusia lima tahun ke atas yang mencuci tangan pakai sabun
//w
sebesar 79,43 persen dan laki-laki sebesar 76,99 persen (Gambar 3.6).
Disagregasi persentase penduduk berusia lima tahun ke atas yang biasa mencuci
s:
dengan persentase tertinggi penduduk berusia lima tahun ke atas yang biasa mencuci
tangan pakai sabun adalah Gorontalo (96,31 persen), DKI Jakarta (97,88 persen), dan
ht
Kalimantan Utara (99,10 persen). Sedangkan yang terendah adalah Sumatera Utara (71,50
persen), Sumatera Barat (69,10 persen), dan Papua (60,04 persen) (Tabel 3.18).
Gambar 3.6
Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas yang Mencuci Tangan Pakai Sabun
Menurut Karakteristik, 2016
id
o.
.g
ps
.b
w
Jika dilihat menurut aktivitas sehari-hari yang mengharuskan untuk mencuci tangan,
tiga aktivitas dengan persentase tertinggi mencuci tangan pakai sabun adalah sebelum
s:
makan (70,37 persen), sesudah makan (72,62 persen), dan sesudah buang air besar/kecil
tp
sebesar (80,79 persen). Baik di perkotaan maupun di perdesaan ketiga aktivitas tersebut
memiliki persentase tertinggi dimana penduduk berusia lima tahun ke atas mencuci tangan
ht
Gambar 3.7
Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas yang Mencuci Tangan Pakai Sabun
Menurut Aktivitas Sehari-hari yang Mengharuskan Cuci Tangan dan Tipe Daerah, 2016
85,82
Sebelum buang air besar/kecil 74,36
80,79
80,49
Sesudah menceboki anak 62,54
72,62
76,31
Sebelum menyiapkan masakan 62,77
70,37
19,83
Sesudah memegang hewan 20,14
19,97
14,74
id
Lainnya 19,18
16,69
o.
17,55
Sebelum makan 11,91
.g
15,08
12,25
ps
Sesudah makan 11,86
12,08 Perkotaan
12,62
.b
Perkotaan+Perdesaan
w
Gambar 3.8
Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas yang Mencuci Tangan Pakai Sabun
s:
70,04
65,66 Perdesaan
60,05
ht
Perkotaan+Perdesaan
15,24 14,21
10,89 9,52 9,45
7,48 5,70 7,34
3,50
Pola makan yang buruk berkaitan dengan gizi di dalam tubuh yang tidak tercukupi.
Asupan gizi yang tidak optimal akan berpengaruh terhadap kesehatan yang buruk,
meningkatnya risiko penyakit infeksi, dan penyakit tidak menular. Upaya untuk
mengoptimalkan zat gizi yang masuk ke dalam tubuh adalah dengan mengkonsumsi
makanan dengan gizi seimbang. Yang dimaksud dengan gizi seimbang adalah konsumsi
makanan sehari-hari dengan kandungan zat gizi dalam jenis dan jumlah (porsi) yang sesuai
dengan kebutuhan setiap orang atau kelompok umur (Kemenkes, 2014).
Konsumsi sayuran dan buah-buahan merupakan salah satu bagian penting dalam
mewujudkan gizi yang seimbang. Konsumsi sayur dan buah yang cukup dapat
menurunkan risiko sembelit dan kegemukan. Akan tetapi data Riskesdas 2013
id
menunjukkan bahwa persentase penduduk Indonesia yang cukup mengkonsumsi sayuran
o.
dan buah baru sekitar 6,5 persen.
.g
Kemenkes (2014) dalam pedoman gizi seimbang menyebutkan bahwa konsumsi
ps
sayur dan buah yang dianjurkan bagi orang Indonesia adalah 300-400 g per orang per hari
bagi anak balita dan anak sekolah dan 400-600 g per orang per hari bagi remaja dan orang
.b
dewasa. Sekitar dua-pertiga dari jumlah anjuran konsumsi sayuran dan buah-buahan
w
tersebut adalah porsi sayur. Dari anjuran tersebut terlihat jika gizi seimbang akan terwujud
saat seseorang mengkonsumsi buah dan sayur dalam porsi tertentu setiap hari.
w
Gambar 3.9 memperlihatkan jika penduduk berusia lima tahun ke atas yang
//w
mengkonsumsi buah setiap hari dalam seminggu hanya sebesar 11,95 persen. Dari gambar
s:
tersebut juga terlihat kecenderungan konsumsi buah setiap hari di daerah perkotaan lebih
tinggi daripada di daerah perdesaan (16,77 persen berbanding 6,63 persen).
tp
terbanyak mengkonsumsi buah 1-3 hari dalam seminggu. Dan yang perlu menjadi
perhatian adalah persentase penduduk berusia lima tahun ke atas yang tidak
mengkonsumsi buah dalam seminggu cukup tinggi sebesar 19,39 persen (14,10 persen di
perkotaan dan 25,21 persen di perdesaan).
Gambar 3.9
Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas Menurut Jumlah Hari Mengkonsumsi Buah-buahan
dalam Seminggu Terakhir dan Tipe Daerah, 2016
id
Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan
o.
Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2016
.g
Menurut jenis kelamin, persentase penduduk berusia lima tahun ke atas yang
ps
mengkonsumsi buah selama tujuh hari dalam seminggu sedikit lebih tinggi pada
.b
sebesar 11,27 persen. Di daerah perkotaan, persentase perempuan berusia lima tahun ke
w
atas yang mengkonsumsi buah setiap hari dalam seminggu sebesar 17,85 sedikit lebih
//w
tinggi daripada di perdesaan sebesar 15,70 persen. Sedangkan di perdesaan, antar jenis
kelamin perbedaan persentase konsumsi buah setiap hari dalam seminggu tidak signifikan
s:
berbeda (6,37 persen untuk laki-laki dan 6,86 persen untuk perempuan) (Gambar 3.10).
tp
Gambar 3.10
Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas yang Mengkonsumsi Buah-buahan
ht
12,63
11,27
6,39 6,87
Pada Tabel 3.27 dapat terlihat jika provinsi dengan persentase tertinggi penduduk
berusia lima tahun ke atas yang sama sekali tidak mengkonsumsi buah-buahan dalam
seminggu terakhir adalah Kalimantan Barat (36,76 persen), Nusa Tenggara Timur (42,66
persen), dan Maluku (46,28 persen). Sebaliknya, provinsi dengan persentase tertinggi
penduduk berusia lima tahun ke atas yang setiap hari mengkonsumsi buah-buahan dalam
seminggu terakhir adalah DKI Jakarta (25,15 persen), DI Yogyakarta (25,52 persen), dan Bali
(38,45 persen).
Rata-rata jumlah porsi buah yang dikonsumsi oleh penduduk berusia lima tahun ke
atas per minggu sebanyak 4,56 porsi. Jumlah porsi buah yang dikonsumsi oleh penduduk
perempuan tidak terlalu berbeda dengan penduduk laki-laki (4,67 porsi dan 4,45 porsi).
Sedangkan Rata-rata jumlah porsi yang dikonsumsi oleh penduduk di perkotaan sedikit
lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk perdesaan. Di perkotaan, rata-rata konsumsi
id
buah oleh penduduk lima tahun ke atas sebanyak 5,01 persen sedangkan di perkotaan
o.
sebanyak 4 porsi (Gambar 3.11).
.g
Provinsi dengan rata-rata porsi buah tertinggi yang di konsumsi per minggu oleh
ps
penduduk berusia lima tahun ke atas adalah Jawa Timur (5,35 porsi/minggu), Kepulauan
Riau (5,55 porsi/minggu), dan Bali (7,56 porsi/minggu). Sedangkan provinsi dengan rata-
.b
rata porsi buah terendah yang di konsumsi per minggu oleh penduduk berusia lima tahun
w
ke atas adalah Sulawesi Utara (3,45 porsi/minggu), Jambi (3,35 porsi/minggu), dan
Gorontalo (3,07 porsi/minggu) (Tabel 3.30).
w
//w
Gambar 3.11
Rata-rata Jumlah Porsi Buah-buahan yang Dikonsumsi per Minggu oleh Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas
Menurut Provinsi dan Tipe Daerah, 2016
s:
5,15 5,01
4,86
tp
Terlihat jika persentaase penduduk yang mengkonsumsi sayuran selama tujuh hari dalam
seminggu sebesar 48,50 persen. Persentase ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan
persentase penduduk yang mengkonsumsi buah tujuh hari dalam seminggu.
Gambar 3.12
Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas Menurut Jumlah Hari Mengkonsumsi Sayur
dalam Seminggu Terakhir dan Tipe Daerah, 2016
7 Hari
6 Hari
49,97 46,89 48,50
5 Hari
4 Hari
5,80 6,71 6,23
9,88 9,04 9,48 3 Hari
id
11,04 11,45 11,23
7,96 1 Hari
o.
6,87 7,39
2,43 3,83 2,41 4,89 2,42 4,34
0 Hari
.g
Perkotaan Perdesaan Perkotaan+perdesaan
ps
Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2016
.b
Menurut tipe daerah, persentase penduduk berusia lima tahun ke atas yang
mengkonsumsi sayuran tujuh hari dalam seminggu sedikit lebih tinggi di perkotaan
w
daripada di perdesaan (49,97 persen berbanding dengan 46,89 persen). Gambar 3.12 juga
w
memperlihatkan jika penduduk berusia lima tahun ke atas yang tidak mengkonsumsi sayur
//w
Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas yang Mengkonsumsi Sayuran Selama Tujuh Hari
dalam Seminggu Menurut Jenis Kelamin, 2016
tp
50,99
ht
49,33
48,96
47,49 47,69
46,29
Sama halnya pada konsumsi buah, pada konsumsi sayuran terlihat jika persentase
perempuan berusia lima tahun ke atas yang mengkonsumsi sayuran selama tujuh hari
dalam seminggu sedikit lebih tinggi daripada laki-laki (49,33 persen berbanding dengan
47,69 persen). Pola tersebut terjadi baik di perkotaan maupun di perdesaan. Di perkotaan,
persentase perempuan berusia lima tahun ke atas yang mengkonsumsi sayuran setiap hari
dalam seminggu sekitar 51 persen sedangkan laki-laki sebesar 48,96 persen. Dan di
perdesaan, persentase perempuan berusia lima tahun ke atas yang mengkonsumsi sayuran
setiap hari dalam seminggu sebesar 47,49 persen sedangkan laki-laki sebesar 46,29 persen
(Gambar 3.13).
Tabel 3.33 menunjukkan jika provinsi dengan persentase tertinggi penduduk berusia
lima tahun ke atas yang sama sekali tidak mengkonsumsi sayuran dalam seminggu adalah
Gorontalo (4,79 persen), Sumatera Barat (6,24 persen), dan Maluku Utara (12,21 persen).
id
Sedangkan provinsi dengan persentase tertinggi penduduk berusia lima tahun ke atas
o.
yang mengkonsumsi sayuran setiap hari dalam seminggu adalah Nusa Tenggara Barat
.g
(67,24 persen), Bali (69,61 persen), dan Papua Barat (71,77 persen).
ps
Rata-rata jumlah konsumsi sayur per minggu yang dikonsumsi oleh penduduk
berusia lima tahun ke atas sebanyak 8,92 porsi. Jumlah porsi ini lebih banyak dari rata-rata
.b
konsumsi buah-buahan per minggu yang hanya sebesar 4,56 porsi. Gambar 3.14
w
menunjukkan jika menurut jenis kelamin, rata-rata jumlah porsi sayuran yang dikonsumsi
per minggu oleh penduduk perempuan sebesar 9,06 porsi dan laki-laki sebesar 8,77 porsi .
w
Gambar tersebut juga menunjukkan jika menurut tipe daerah, tidak terlihat perbedaan
//w
yang signifikan pada rata-rata jumlah porsi sayuran yang dikonsumsi oleh penduduk
berusia lima tahun ke atas per minggu (9,02 porsi di perkotaan dan 8,80 porsi di
s:
perdesaan).
tp
Gambar 3.14
ht
Rata-rata Jumlah Porsi Sayuran yang Dikonsumsi per Minggu oleh Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas Menurut
Jenis Kelamin dan Tipe Daerah, 2016
Perkotaan
Perdesaan 9,21
Perkotaan+Perdesaan 9,06
9,02
8,90 8,92
8,83 8,80
8,77
8,70
Provinsi dengan rata-rata jumlah porsi sayuran tertinggi yang dikonsumsi oleh
penduduk lima tahun ke atas adalah Jawa Timur (10,89 porsi/minggu), Nusa Tenggara
Barat (11,19 porsi/minggu), dan Nusa Tenggara Timur (11,95 porsi/minggu). Sedangkan
yang terendah adalah Gorontalo (5,54 porsi/minggu), Sumatera Barat (5,40 porsi/minggu),
dan Maluku Utara (5,33 porsi/minggu) (Tabel 3.36).
id
buahan dan sayuran setiap hari sebanyak 14 porsi per minggu.
o.
Gambar 3.15
.g
Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas yang Mengkonsumsi Buah-buahan
Setiap Hari Sebanyak ≥14 Porsi per Minggu Menurut Karakteristik, 2016
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
Gambar 3.15 memperlihatkan jika sebanyak 4,58 persen penduduk berusia lima
tahun ke atas makan buah setiap hari dengan porsi sebanyak ≥14 porsi per minggu (sesuai
promosi kesehatan makan buah dan sayur setiap hari dari Kemenkes). Persentase
penduduk perempuan berusia lima tahun ke atas yang mengkonsumsi buah setiap hari
dengan porsi ≥14 porsi per minggu sebesar 4,94 persen sedangkan laki-laki sebesar 4,21
persen. Baik di perkotaan dan di perdesaan menunjukkan pola yang serupa, dimana
persentase penduduk perempuan yang mengkonsumsi buah setiap hari dengan porsi ≥14
porsi per minggu relatif lebih tinggi daripada laki-laki. Sedangkan menurut tipe daerah
terlihat jika persentase penduduk berusia lima tahun ke atas di perkotaan yang
mengkonsumsi buah setiap hari dengan porsi ≥14 porsi per minggu labih tinggi di
perkotaan daripada di perdesaan (6,10 persen berbanding 2,64 persen).
id
dengan persentase terendah adalah Aceh (1,36 persen), Papua (1,35 persen), dan
o.
Gorontalo (1,21 persen) (Tabel 3.39).
.g
Gambar 3.16 memperlihatkan jika penduduk berusia lima tahun ke atas yang
ps
mengkonsumsi sayuran setiap hari sebanyak ≥14 porsi per minggu lebih banyak dari yang
mengkonsumsi buah-buahan (26,67 persen berbanding 4,58 persen). Serupa dengan
.b
sebanyak ≥14 porsi per minggu lebih banyak daripada laki-laki (27,50 persen berbanding
dengan 25,84 persen), pola tersebut terjadi baik di perkotaan dan di perdesaan. Sedangkan
w
menurut tipe daerah, penduduk berusia lima tahun ke atas yang mengkonsumsi sayuran
//w
setiap hari sebanyak ≥14 porsi per minggu relatif lebih tinggi di perkotaan daripada di
daerah perdesaan (27,03 persen dan 26,28 persen) (Gambar 3.18).
s:
penduduk berusia lima tahun ke atas yang mengkonsumsi sayuran setiap hari sebanyak
ht
≥14 porsi per minggu (sekitar 40 persen). Provinsi dengan persentase tertinggi adalah
Maluku (40,39 persen), Nusa Tenggara Barat (43,02 persen), dan Nusa Tenggara Timur
(49,66 persen). Sedangkan provinsi dengan persentase terendah adalah Gorontalo dan
Maluku Utara (9,62 persen) dan Aceh (10,12 persen) (Tabel 3.42).
Gambar 3.16
Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas yang Mengkonsumsi Sayuran Setiap Hari Sebanyak ≥14 Porsi
per Minggu Menurut Karakteristik, 2016
id
o.
.g
ps
.b
w
Aktivitas fisik meliputi segala macam kegitan tubuh, termasuk juga olahraga.
Melakukan aktivitas fisik merupakan upaya untuk menyeimbangkan pemasukan dan
ht
pengeluaran zat gizi, utamanya sumber energi dalam tubuh. Dengan melakukan aktivitas
fisik dengan teratur, maka akan memperlancar metabolisme tubuh.
Aktivitas fisik dapat dikelompokkan menjadi aktivitas fisik sedang dan aktivitas fisik
berat. Aktivitas fisik sedang adalah aktivitas yang membutuhkan kerja fisik sedang dan
sedikit meningkatkan nafas atau denyut nadi. Misalnya adalah menyapu, menyetrika,
jogging, bersepeda, dll. Sedangakan aktivitas fisik berat adalah aktivitas yang memerlukan
kerja fisik berat dan menyebabkan nafas atau denyut nadi meningkat cepat. Misalnya
mengangku kayu/beras, mencangkul, mendaki gunung, dll. Seseorang dikatakan
melakukan aktivitas fisik jika satu jenis aktivitas fisik dilakukan minimal 10 menit berturut-
turut dan keseluruhan aktivitas dilakukan minimal 30 menit dalam satu hari.
Gambar 3.17
Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas yang Melakukan Aktivitas Fisik Sedang
Menurut Jumlah Hari Melakukan Aktivitas dan Tipe Daerah, 2016
7 Hari
6 Hari
58,15 58,50 58,32 5 Hari
4 Hari
id
Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2016
o.
Dari Gambar 3.17 terlihat persentase penduduk berusia lima tahun ke atas tertinggi
.g
melakukan aktivitas fisik sedang setiap hari dalam seminggu (58,32 persen). Persentase
ps
penduduk di atas lima tahun yang melakukan aktivitas fisik sedang setiap hari tidak
berbeda signifikan antara perkotaan dan perdesaan (perkotaan sebesar 58,15 persen
.b
sedangkan perdesaan sebesar 58,50 persen). Dari gambar tersebut juga terlihat walaupun
w
separuh penduduk di atas lima tahun melakukan aktivitas fisik sedang setiap hari namun,
w
masih ada sekitar 15,82 persen penduduk yang sama sekali tidak melakukan aktivitas fisik
sedang dalam seminggu.
//w
Gambar 3.18
Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas yang Melakukan Aktivitas Fisik Sedang 7 Hari
s:
Menurut jenis kelamin, perempuan berusia lima tahun ke atas yang melakukan
aktivitas fisik sedang setiap hari dalam seminggu memiliki persentase yang lebih tinggi
daripada laki-laki (70,74 persen berbanding dengan 45,98 persen). Pola tersebut terjadi di
perkotaan dan di perdesaan, dimana perempuan yang melakukan aktivitas fisik sedang
setiap hari lebih tinggi daripada laki-laki (Gambar 3.18).
Gambar 3.19
Rata-rata Lama Waktu Melakukan Aktivitas Fisik Sedang per Hari (Menit) oleh Penduduk Berusia Lima Tahun ke
Atas Menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2016
id
o.
Laki-laki Perempuan Laki-laki+Perempuan
.g
Perkotaan Perdesaan ps Perkotaan+Perdesaan
Rata-rata lama melakukan aktivitas fisik sedang per hari oleh penduduk berusia lima
tahun ke atas adalah 118,11 menit. Penduduk wanita berusia lima tahun ke atas memiliki
w
rata-rata melakukan aktivitas fisik sedang per hari selama 126,66 menit, lebih tinggi dari
w
rata-rata lama aktivitas fisik laki-laki selama 107,67 menit. Rata-rata lama waktu melakukan
//w
aktivitas fisik sedang penduduk wanita lebih tinggi daripada laki-laki terjadi baik di
perkotaan dan di perdesaan. Selain itu, Rata-rata lama melakukan aktivitas fisik sedang per
s:
hari oleh penduduk berusia lima tahun ke atas di perdesaan sedikit lebih lama daripada di
tp
Gambar 3.20 memperlihatkan persentase penduduk berusia lima tahun ke atas yang
melakukan aktivitas fisik berat setiap hari sebesar 8,59 persen. Penduduk berusia lima
tahun ke atas yang melakukan aktivitas fisik berat setiap hari di perdesaan lebih tinggi
daripada di perkotaan (11,20 persen berbanding dengan 6,23 persen).
Gambar 3.20
Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke atas yang Melakukan Aktivitas Fisik Berat
Menurut Jumlah Hari Melakukan Aktivitas dan Tipe Daerah, 2016
id
Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2016
o.
Sedangkan jika dilihat menurut jenis kelamin, persentase laki-laki yang melakukan
.g
aktivitas fisik berat setiap hari dalam seminggu jauh lebih tinggi dibandingkan perempuan.
ps
Laki-laki berusia lima tahun ke atas yang melakukan aktivitas fisik berat setiap hari dalam
seminggu sebesar 12,25 persen sedangkan wanita sebesar 4,91 persen. Pola persentase
.b
laki-laki yang melakukan aktivitas fisik berat setiap hari lebih tinggi daripada perempuan
w
terjadi baik di perkotaan dan di perdesaan. Hanya saja di perkotaan kesenjangan antar
jenis kelamin di perkotaan lebih rendah daripada di perdesaan (Gambar 3.21).
w
Gambar 3.21
//w
Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas yang Melakukan Aktivitas Fisik Berat 7 Hari
dalam Seminggu Menurut Jenis Kelamin, 2016
s:
16,00
tp
12,25
ht
8,85
6,36
4,91
3,59
Gambar 3.22 menunjukkan rata-rata lama waktu melakukan aktivitas fisik berat per
hari oleh penduduk lima tahun ke atas sebesar 141,90 menit. Rata-rata waktu penduduk
laki-laki berusia lima tahun ke atas melakukan aktivitas fisik berat per hari lebih lama
180,55
159,35 163,48
134,21 141.90
125,70
117,44
105,74
85,14
id
o.
Laki-laki Perempuan
.g Laki-laki+Perempuan
ps
Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan
.b
berturut-turut dan keseluruhan aktivitas dilakukan minimal 30 menit dalam satu hari.
//w
Gambar 3.23 dan 3.24 menunjukkan persentase penduduk berusia lima tahun ke atas yang
melakukan aktivitas fisik sedang dan berat setiap hari dalam seminggu dengan waktu ≥30
s:
Sebesar 71,82 persen penduduk berusia lima tahun ke atas melakukan aktivitas fisik
ht
sedang setiap hari dalam seminggu dengan waktu ≥30 menit per hari. Persentase tersebut
lebih tinggi pada penduduk perempuan dibanding penduduk laki-laki (80,17 persen
berbanding dengan 61,64 persen). Di daerah perdesaan, persentase penduduk berusia lima
tahun ke atas yang melakukan aktivitas fisik sedang setiap hari dalam seminggu dengan
waktu ≥30 menit sebesar 72,26 persen sedangkan di perkotaan sebesar 71,43 persen. Baik
di perkotaan dan di perdesaan, persentase penduduk perempuan berusia lima tahun ke
atas yang melakukan aktivitas fisik sedang setiap hari dalam seminggu dengan waktu ≥30
menit lebih tinggi daripada penduduk laki-laki (Gambar 3.23).
Jika dilihat antar provinsi, terlihat jika kesenjangan penduduk berusia lima tahun ke
atas yang melakukan aktivitas fisik sedang setiap hari dengan waktu ≥30 menit sekitar 24,5
persen. Provinsi dengan persentase tertinggi penduduk berusia lima tahun ke atas yang
melakukan aktivitas fisik sedang setiap hari dengan waktu ≥30 menit adalah Jawa Timur
(78,96 persen), Kalimantan Selatan (79,45 persen), dan DI Yogyakarta (81,58 persen).
Sedangkan yang terendah adalah Kepulauan Bangka Belitung (64,85 persen), Aceh (64,37
persen), dan Papua (57,05 persen) (Tabel 3.57).
Gambar 3.23
Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas yang Melakukan Aktivitas Fisik Sedang Tujuh Hari
dalam Seminggu Dengan Waktu ≥30 Menit Menurut Karakteristik, 2016
id
o.
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
Gambar 3.23 memperlihatkan jika persentase penduduk berusia lima tahun ke atas
ht
yang melakukan aktivitas fisik berat setiap hari dengan waktu ≥30 menit per hari sebesar
27,93 persen, lebih rendah daripada persentase aktivitas fisik sedang. Menurut jenis
kelamin, berbeda dengan pola pada aktivitas fisik sedang, aktivitas fisik berat lebih banyak
dilakukan oleh penduduk laki-laki daripada perempuan (30,02 persen berbanding dengan
23,58 persen) hal ini berkaitan dengan aktivitas fisik berat yang membutuhkan tenaga lebih
banyak daripada aktivitas fisik sedang. Sedangkan menurut tipe daerah, persentase
penduduk berusia lima tahun ke atas di perdesaan yang melakukan aktivitas fisik berat
setiap hari dengan waktu ≥30 menit lebih tinggi daripada di perkotaan (32,81 persen
berbanding dengan 22,39 persen). Baik di perkotaan dan di perdesaan persentase
penduduk laki-laki berusia lima tahun ke atas yang melakukan aktivitas fisik berat setiap
hari dalam seminggu dengan waktu ≥30 menit lebih tinggi daripada penduduk perempuan
(Gambar 3.24).
Pada persentase penduduk berusia lima tahun ke atas yang melakukan aktivitas fisik
berat setiap hari dengan waktu ≥30 menit, kesenjangan antar provinsi sekitar 33 persen.
Provinsi dengan persentase tertinggi penduduk berusia lima tahun ke atas yang melakukan
aktivitas fisik berat setiap hari dengan waktu ≥30 menit adalah Gorontalo (38,75 persen),
Jawa Timur (39,59 persen), dan DI Yogyakarta (44,76 persen). Sedangkan yang terendah
adalah Sulawesi Utara (16,14 persen), DKI Jakarta (12,81 persen), dan Papua (11,54 persen)
(Tabel 3.60).
Gambar 3.24
Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas yang Melakukan Aktivitas Fisik Berat Tujuh Hari
dalam Seminggu Dengan Waktu ≥30 Menit Menurut Karakteristik, 2016
id
o.
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
Tabel 3.1
Rata-rata Batang Rokok yang Dihisap per Hari oleh Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas
di Perkotaan Menurut Provinsi dan Jenis Rokok, 2016
Jenis Rokok
Rokok
Provinsi Pipa/ Cerutu/
Rokok Putih Rokok Kretek Lintingan/
Cangklong Lisong
Kawung
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
id
Lampung 4,16 7,52 0,21 0,02 0,02
Kep. Bangka Belitung 4,48 11,48 0,16 0,00 0,00
o.
Kep. Riau 8,81 6,56 0,03 0,00 0,00
.g
Jawa Barat 2,99 6,92 0,13 0,00 0,00
Jawa Tengah 2,17 6,64 0,40 0,00 0,00
ps
DI Yogyakarta 3,91 4,85 0,71 0,00 0,00
Jawa Timur 1,96 7,09 0,40 0,00 0,00
.b
Tabel 3.2
Rata-rata Batang Rokok yang Dihisap per Hari oleh Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas
di Perdesaan Menurut Provinsi dan Jenis Rokok, 2016
Jenis Rokok
Rokok
Provinsi Pipa/ Cerutu/
Rokok Putih Rokok Kretek Lintingan/
Cangklong Lisong
Kawung
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
id
Lampung 1,60 8,71 1,08 0,00 0,00
Kep. Bangka Belitung 4,70 12,30 0,08 0,00 0,00
o.
Kep. Riau 7,05 7,10 0,09 0,00 0,00
DKI Jakarta - - - - -
.g
Jawa Barat 1,83 7,48 0,80 0,00 0,00
Jawa Tengah 1,47 6,11 1,54 0,01 0,00
ps
DI Yogyakarta 2,54 4,22 1,45 0,06 0,00
Jawa Timur 1,62 7,47 1,20 0,02 0,00
.b
Tabel 3.3
Rata-rata Batang Rokok yang Dihisap per Hari oleh Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas
Menurut Provinsi dan Jenis Rokok, 2016
Jenis Rokok
Rokok
Provinsi Pipa/ Cerutu/
Rokok Putih Rokok Kretek Lintingan/
Cangklong Lisong
Kawung
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
id
Lampung 2,24 8,42 0,87 0,01 0,00
Kep. Bangka Belitung 4,59 11,89 0,12 0,00 0,00
o.
Kep. Riau 8,45 6,67 0,04 0,00 0,00
.g
Jawa Barat 2,62 7,10 0,34 0,00 0,00
Jawa Tengah 1,78 6,34 1,04 0,00 0,00
ps
DI Yogyakarta 3,44 4,64 0,96 0,02 0,00
Jawa Timur 1,78 7,30 0,83 0,01 0,00
.b
Tabel 3.4
Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas yang Pernah Merokok Setiap Hari
di Perkotaan Menurut Provinsi dan Kelompok Umur Pertama Kali Mulai Merokok Setiap Hari, 2016
id
Kep. Bangka Belitung 0,00 3,53 46,83 23,39 5,16 1,56 19,53
Kep. Riau 0,20 1,65 37,81 29,73 8,59 1,99 20,02
o.
DKI Jakarta 0,00 2,26 39,76 29,70 8,09 2,59 17,60
Jawa Barat 0,00 3,35 42,24 26,25 6,29 2,95 18,91
.g
Jawa Tengah 0,00 3,25 39,56 27,40 7,64 2,94 19,20
DI Yogyakarta 0,00 3,65 40,36 33,08 5,49 4,78 12,65
ps
Jawa Timur 0,00 2,16 38,47 31,37 7,57 2,63 17,80
Banten 0,00 3,03 36,12 20,54 4,94 2,31 33,05
.b
Nusa Tenggara Barat 0,00 4,53 53,10 22,25 5,39 1,59 13,15
Nusa Tenggara Timur 0,00 2,58 24,74 37,83 15,89 4,01 14,96
w
Tabel 3.5
Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas yang Pernah Merokok Setiap Hari
di Perdesaan Menurut Provinsi dan Kelompok Umur Pertama Kali Mulai Merokok Setiap Hari, 2016
id
Kep. Bangka Belitung 0,00 7,78 36,59 20,35 5,80 1,57 27,91
Kep. Riau 0,00 2,53 41,46 32,15 3,18 5,76 14,92
o.
DKI Jakarta - - - - - - -
Jawa Barat 0,00 2,33 42,46 27,58 5,78 2,24 19,61
.g
Jawa Tengah 0,00 6,04 43,87 22,99 6,69 2,89 17,53
DI Yogyakarta 0,00 1,68 52,50 22,52 6,99 1,61 14,69
ps
Jawa Timur 0,00 3,22 42,97 28,27 6,59 2,58 16,36
Banten 0,00 2,97 42,52 22,62 2,88 1,54 27,48
.b
Nusa Tenggara Barat 0,00 3,82 50,67 23,18 4,73 2,38 15,22
Nusa Tenggara Timur 0,00 1,49 27,85 39,15 10,25 4,74 16,52
w
Tabel 3.6
Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas yang Pernah Merokok Setiap Hari Menurut Provinsi
dan Kelompok Umur Pertama Kali Mulai Merokok Setiap Hari, 2016
id
Kep. Bangka Belitung 0,00 5,66 41,70 21,87 5,48 1,56 23,73
Kep. Riau 0,16 1,83 38,57 30,23 7,47 2,77 18,96
o.
DKI Jakarta 0,00 2,26 39,76 29,70 8,09 2,59 17,60
Jawa Barat 0,00 3,02 42,31 26,68 6,13 2,72 19,13
.g
Jawa Tengah 0,00 4,81 41,97 24,93 7,11 2,91 18,27
DI Yogyakarta 0,00 2,99 44,41 29,55 5,99 3,73 13,33
ps
Jawa Timur 0,00 2,74 40,92 29,69 7,03 2,60 17,02
Banten 0,00 3,01 38,44 21,29 4,20 2,03 31,03
.b
Nusa Tenggara Barat 0,00 4,10 51,64 22,81 4,99 2,07 14,39
Nusa Tenggara Timur 0,00 1,71 27,21 38,88 11,41 4,59 16,20
w
Tabel 3.7
Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas yang Pernah Merokok di Perkotaan Menurut Provinsi
dan Kelompok Umur Pertama Kali Mulai Merokok, 2016
id
Kep. Bangka Belitung 0,00 10,08 55,68 12,91 2,53 0,96 17,85
Kep. Riau 1,03 9,50 48,48 17,19 3,14 0,58 20,09
o.
DKI Jakarta 0,13 5,85 56,71 14,96 2,54 1,37 18,44
Jawa Barat 0,19 8,60 55,61 12,90 2,10 1,43 19,17
.g
Jawa Tengah 0,44 8,57 51,77 15,29 2,70 1,63 19,60
DI Yogyakarta 1,26 12,53 54,92 17,32 1,78 1,22 10,98
ps
Jawa Timur 0,49 7,03 51,20 16,77 2,91 1,34 20,25
Banten 0,73 8,40 42,98 10,85 2,05 0,93 34,06
.b
Nusa Tenggara Barat 0,71 9,40 62,78 10,44 3,37 0,53 12,77
Nusa Tenggara Timur 0,52 11,71 49,91 17,85 3,42 0,82 15,77
w
Tabel 3.8
Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas yang Pernah Merokok di Perdesaan Menurut Provinsi dan
Kelompok Umur Pertama Kali Mulai Merokok, 2016
id
Kep. Bangka Belitung 0,21 15,24 40,30 12,42 3,37 0,89 27,56
Kep. Riau 0,00 10,82 62,02 6,66 5,73 0,52 14,25
o.
DKI Jakarta - - - - - - -
Jawa Barat 0,05 8,05 57,48 11,49 2,24 1,59 19,10
.g
Jawa Tengah 0,28 15,28 47,72 13,58 3,81 1,67 17,66
DI Yogyakarta 0,00 9,39 54,24 12,94 5,28 1,29 16,85
ps
Jawa Timur 0,25 9,71 52,85 15,24 3,26 1,44 17,26
Banten 0,44 10,55 50,27 8,29 1,35 1,08 28,02
.b
Nusa Tenggara Barat 0,00 10,33 55,91 14,39 1,45 1,27 16,66
Nusa Tenggara Timur 0,08 5,51 48,11 24,01 4,58 1,77 15,95
w
Tabel 3.9
Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas yang Pernah Merokok Menurut Provinsi dan Kelompok Umur
Pertama Kali Mulai Merokok, 2016
id
Kep. Bangka Belitung 0,11 12,71 47,84 12,66 2,96 0,92 22,80
Kep. Riau 0,82 9,76 51,19 15,08 3,66 0,57 18,92
o.
DKI Jakarta 0,13 5,85 56,71 14,96 2,54 1,37 18,44
Jawa Barat 0,14 8,43 56,21 12,45 2,15 1,48 19,15
.g
Jawa Tengah 0,35 12,25 49,54 14,35 3,31 1,65 18,54
DI Yogyakarta 0,84 11,48 54,69 15,86 2,94 1,24 12,94
ps
Jawa Timur 0,36 8,47 52,09 15,95 3,10 1,39 18,64
Banten 0,63 9,14 45,49 9,97 1,81 0,98 31,98
.b
Nusa Tenggara Barat 0,29 9,95 58,73 12,77 2,24 0,97 15,06
Nusa Tenggara Timur 0,16 6,70 48,46 22,83 4,36 1,58 15,92
w
Tabel 3.10
Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas yang Merokok dalam Sebulan Terakhir
di Perkotaan Menurut Provinsi dan Kebiasaan Merokok di dalam Rumah dalam Sebulan Terakhir, 2016
id
Kep. Bangka Belitung 81,54 15,03 2,95 0,48 100,00
Kep. Riau 68,03 24,70 6,97 0,30 100,00
o.
DKI Jakarta 62,75 26,60 10,30 0,35 100,00
Jawa Barat 63,43 27,87 8,26 0,44 100,00
.g
Jawa Tengah 72,74 21,23 5,93 0,10 100,00
DI Yogyakarta 71,07 17,67 10,40 0,86 100,00
ps
Jawa Timur 66,56 24,58 8,53 0,32 100,00
Banten 54,53 31,88 13,53 0,06 100,00
.b
Tabel 3.11
Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas yang Merokok dalam Sebulan Terakhir
di Perdesaan Menurut Provinsi dan Kebiasaan Merokok di dalam Rumah dalam Sebulan Terakhir, 2016
id
Kep. Bangka Belitung 91,11 7,83 1,06 0,00 100,00
Kep. Riau 93,23 5,18 1,59 0,00 100,00
o.
DKI Jakarta - - - - -
Jawa Barat 74,59 22,93 2,48 0,00 100,00
.g
Jawa Tengah 83,09 14,48 2,32 0,11 100,00
DI Yogyakarta 79,55 15,63 4,82 0,00 100,00
ps
Jawa Timur 80,28 16,24 3,27 0,21 100,00
Banten 91,64 7,65 0,47 0,24 100,00
.b
Tabel 3.12
Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas yang Merokok dalam Sebulan Terakhir Menurut Provinsi dan
Kebiasaan Merokok di dalam Rumah dalam Sebulan Terakhir, 2016
id
Kep. Bangka Belitung 86,36 11,41 2,00 0,24 100,00
Kep. Riau 73,24 20,66 5,85 0,24 100,00
o.
DKI Jakarta 62,75 26,60 10,30 0,35 100,00
Jawa Barat 66,99 26,29 6,42 0,30 100,00
.g
Jawa Tengah 78,51 17,47 3,92 0,11 100,00
DI Yogyakarta 73,93 16,98 8,52 0,57 100,00
ps
Jawa Timur 73,94 20,09 5,70 0,26 100,00
Banten 67,67 23,30 8,91 0,12 100,00
.b
Tabel 3.13
Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas yang Pernah Merokok di Perkotaan Menurut Provinsi dan
Usaha Berhenti Merokok dalam Setahun Terakhir, 2016
id
Kep. Bangka Belitung 26,02 65,21 4,33 4,44 100,00
Kep. Riau 30,30 60,78 5,22 3,70 100,00
o.
DKI Jakarta 37,44 50,04 6,61 5,91 100,00
Jawa Barat 31,03 58,85 3,48 6,64 100,00
.g
Jawa Tengah 30,43 60,41 5,53 3,63 100,00
DI Yogyakarta 31,27 56,66 10,75 1,32 100,00
ps
Jawa Timur 25,56 66,47 2,93 5,04 100,00
Banten 32,98 57,19 3,33 6,50 100,00
.b
Tabel 3.14
Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas yang Pernah Merokok di Perdesaan Menurut Provinsi dan
Usaha Berhenti Merokok dalam Setahun Terakhir, 2016
id
Kep. Bangka Belitung 26,09 66,05 6,89 0,97 100,00
Kep. Riau 22,56 73,69 3,26 0,49 100,00
o.
DKI Jakarta - - - - -
Jawa Barat 28,26 62,34 4,89 4,51 100,00
.g
Jawa Tengah 23,17 69,06 4,88 2,89 100,00
DI Yogyakarta 31,06 61,18 6,86 0,91 100,00
ps
Jawa Timur 22,83 70,86 3,65 2,65 100,00
Banten 16,81 72,66 4,26 6,28 100,00
.b
Tabel 3.15
Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas yang Pernah Merokok Menurut Provinsi dan
Usaha Berhenti Merokok dalam Sebulan Terakhir, 2016
id
Kep. Bangka Belitung 26,06 65,64 5,63 2,67 100,00
Kep. Riau 28,75 63,36 4,83 3,06 100,00
o.
DKI Jakarta 37,44 50,04 6,61 5,91 100,00
Jawa Barat 30,15 59,96 3,93 5,96 100,00
.g
Jawa Tengah 26,45 65,16 5,17 3,22 100,00
DI Yogyakarta 31,20 58,17 9,45 1,18 100,00
ps
Jawa Timur 24,09 68,83 3,32 3,76 100,00
Banten 27,41 62,52 3,65 6,42 100,00
.b
Tabel 3.16
Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas di Perkotaan yang Biasa Mencuci Tangan Pakai Sabun Menurut
Provinsi dan Jenis Kelamin, 2016
id
DKI Jakarta 97,37 98,39 97,88
o.
Jawa Barat 91,30 92,77 92,03
Jawa Tengah 86,15 89,06 87,62
.g
DI Yogyakarta 93,12 94,11 93,62
Jawa Timur 89,22 90,68 89,96
ps
Banten 90,06 92,73 91,37
Tabel 3.17
Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas di Perdesaan yang Biasa Mencuci Tangan Pakai Sabun Menurut
Provinsi dan Jenis Kelamin, 2016
id
DKI Jakarta - - -
o.
Jawa Barat 83,97 84,52 84,25
Jawa Tengah 82,45 85,14 83,81
.g
DI Yogyakarta 89,46 91,23 90,38
Jawa Timur 76,51 79,52 78,04
ps
Banten 69,61 76,18 72,82
Tabel 3.18
Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas yang Biasa Mencuci Tangan Pakai Sabun Menurut Provinsi dan
Jenis Kelamin, 2016
id
DKI Jakarta 97,37 98,39 97,88
o.
Jawa Barat 89,16 90,36 89,75
Jawa Tengah 84,24 87,04 85,66
.g
DI Yogyakarta 92,01 93,20 92,61
Jawa Timur 82,90 85,09 84,01
ps
Banten 83,72 87,65 85,65
Tabel 3.19
Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas di Perkotaan yang Biasa Mencuci Tangan Pakai Sabun Menurut
Provinsi dan Kapan Biasanya Mencuci Tangan Pakai Sabun, 2016
id
DKI Jakarta 25,56 95,26 92,98 93,67
o.
Jawa Barat 12,99 85,98 77,49 90,78
Jawa Tengah 11,57 81,63 73,34 74,28
.g
DI Yogyakarta 9,72 84,11 83,25 63,77
Jawa Timur 10,75 86,57 75,47 82,79
ps
Banten 13,61 85,15 69,40 77,89
.b
Sebelum Sesudah
Sesudah
Provinsi Menyiapkan Memegang Lainnya
Menceboki Anak
Masakan Hewan
(1) (6) (7) (8) (9)
id
DKI Jakarta 24,47 10,72 11,42 17,26
Jawa Barat 16,26 12,21 18,45 21,51
o.
Jawa Tengah 17,20 11,30 9,26 20,63
DI Yogyakarta 16,34 9,17 12,11 31,77
.g
Jawa Timur 18,45 12,09 14,07 17,47
Banten 13,58 13,49 11,19 15,65
ps
Bali 22,84 15,72 21,23 15,88
.b
Tabel 3.20
Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas di Perdesaan yang Biasa Mencuci Tangan Pakai Sabun Menurut
Provinsi dan Kapan Biasanya Mencuci Tangan Pakai Sabun, 2016
id
DKI Jakarta - - - -
o.
Jawa Barat 6,52 71,05 70,77 81,39
Jawa Tengah 7,95 78,70 70,36 69,95
.g
DI Yogyakarta 4,51 71,52 79,43 70,91
Jawa Timur 4,62 78,30 53,93 67,33
ps
Banten 2,82 79,29 52,81 73,08
.b
Sebelum Sesudah
Sesudah
Provinsi Menyiapkan Memegang Lainnya
Menceboki Anak
Masakan Hewan
(1) (6) (7) (8) (9)
id
DKI Jakarta - - - -
Jawa Barat 11,77 9,33 17,27 18,00
o.
Jawa Tengah 13,10 10,92 17,10 22,39
DI Yogyakarta 20,68 10,27 25,64 22,55
.g
Jawa Timur 10,23 11,99 23,90 14,62
Banten 8,92 21,44 14,47 15,18
ps
Bali 11,52 12,16 12,93 29,67
.b
Tabel 3.21
Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas yang Biasa Mencuci Tangan Pakai Sabun Menurut Provinsi dan
Kapan Biasanya Mencuci Tangan Pakai Sabun, 2016
id
DKI Jakarta 25,56 95,26 92,98 93,67
o.
Jawa Barat 11,22 81,88 75,65 88,20
Jawa Tengah 9,74 80,15 71,83 72,09
.g
DI Yogyakarta 8,14 80,30 82,10 65,93
Jawa Timur 7,91 82,74 65,49 75,63
ps
Banten 10,78 83,62 65,04 76,63
.b
Sebelum Sesudah
Sesudah
Provinsi Menyiapkan Memegang Lainnya
Menceboki Anak
Masakan Hewan
(1) (6) (7) (8) (9)
id
DKI Jakarta 24,47 10,72 11,42 17,26
Jawa Barat 15,03 11,42 18,13 20,54
o.
Jawa Tengah 15,13 11,11 13,21 21,52
DI Yogyakarta 17,65 9,50 16,21 28,98
.g
Jawa Timur 14,64 12,04 18,62 16,15
Banten 12,36 15,58 12,05 15,53
ps
Bali 18,84 14,46 18,30 20,75
.b
Tabel 3.22
Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas di Perkotaan yang Biasa Mencuci Tangan Pakai Sabun Menurut
Provinsi dan Tempat Biasanya Mencuci Tangan, 2016
id
Kep. Bangka Belitung 8,66 73,15 0,93 54,48 1,61
Kep. Riau 19,14 76,00 6,74 58,47 5,28
o.
DKI Jakarta 23,58 73,38 2,08 22,75 3,26
Jawa Barat 13,28 73,92 6,97 28,58 6,55
.g
Jawa Tengah 13,07 66,61 12,18 41,02 6,52
DI Yogyakarta 17,15 64,72 13,35 40,06 6,38
ps
Jawa Timur 14,05 65,31 10,39 60,49 5,90
Banten 13,20 77,52 3,32 29,66 4,67
.b
Tabel 3.23
Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas di Perdesaan yang Biasa Mencuci Tangan Pakai Sabun Menurut
Provinsi dan Tempat Biasanya Mencuci Tangan, 2016
id
Kep. Bangka Belitung 4,27 63,28 5,75 50,68 9,76
Kep. Riau 2,87 66,00 4,96 69,47 2,58
o.
DKI Jakarta - - - - -
Jawa Barat 4,92 73,73 11,29 20,10 12,34
.g
Jawa Tengah 3,99 70,52 14,30 32,25 7,17
DI Yogyakarta 5,92 63,49 14,18 41,72 10,93
ps
Jawa Timur 4,41 67,55 13,48 53,27 4,50
Banten 0,81 66,16 14,49 25,68 11,51
.b
Tabel 3.24
Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas yang Biasa Mencuci Tangan Pakai Sabun Menurut Provinsi dan
Tempat Biasanya Mencuci Tangan, 2016
id
Kep. Bangka Belitung 6,56 68,44 3,23 52,67 5,50
Kep. Riau 16,61 74,45 6,46 60,18 4,86
o.
DKI Jakarta 23,58 73,38 2,08 22,75 3,26
Jawa Barat 10,98 73,86 8,16 26,25 8,14
.g
Jawa Tengah 8,49 68,58 13,25 36,60 6,85
DI Yogyakarta 13,76 64,35 13,60 40,56 7,75
ps
Jawa Timur 9,58 66,35 11,82 57,14 5,25
Banten 9,95 74,54 6,25 28,61 6,46
.b
Tabel 3.25
Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas di Perkotaan Menurut Provinsi dan
Jumlah Hari Mengonsumsi Buah-buahan dalam Seminggu Terakhir, 2016
Aceh 8,40 19,73 23,95 18,95 11,11 5,14 1,13 11,58 100,00
Sumatera Utara 8,40 14,55 23,14 19,95 11,34 5,52 2,33 14,78 100,00
Sumatera Barat 12,55 10,68 16,30 18,95 10,13 6,26 1,68 23,45 100,00
Riau 12,01 20,24 18,43 17,78 9,16 7,29 1,49 13,60 100,00
Jambi 10,58 25,91 20,63 16,28 10,31 6,01 1,50 8,77 100,00
Sumatera Selatan 13,26 20,81 13,72 22,33 8,08 2,53 0,88 18,39 100,00
Bengkulu 14,29 19,70 20,91 15,72 5,77 3,81 2,66 17,13 100,00
Lampung 12,52 10,60 18,26 20,14 13,78 4,99 2,25 17,46 100,00
Kep. Bangka Belitung 15,69 21,49 21,84 17,16 7,95 4,64 0,85 10,38 100,00
id
Kep. Riau 13,84 16,88 21,48 20,01 6,92 3,96 1,23 15,68 100,00
DKI Jakarta 7,91 10,10 19,57 20,59 8,18 6,54 1,95 25,15 100,00
o.
Jawa Barat 13,26 16,58 20,00 17,94 8,55 6,11 2,31 15,25 100,00
Jawa Tengah 17,44 14,94 19,18 16,27 9,51 5,38 1,97 15,31 100,00
.g
DI Yogyakarta 8,17 10,90 14,31 17,89 9,03 6,57 3,50 29,63 100,00
Jawa Timur 16,55 12,90 17,85 18,52 9,19 6,34 2,12 16,54 100,00
ps
Banten 11,90 20,44 20,51 18,15 7,22 4,86 1,66 15,25 100,00
.b
Bali 3,14 7,06 11,42 13,94 9,71 9,83 3,59 41,30 100,00
Nusa Tenggara Barat 15,15 20,00 21,06 14,47 7,83 3,99 1,28 16,22 100,00
w
Nusa Tenggara Timur 30,47 17,72 19,92 16,46 5,08 2,80 2,08 5,46 100,00
w
Kalimantan Barat 23,51 20,11 19,33 9,98 6,32 3,99 0,88 15,88 100,00
Kalimantan Tengah 18,58 17,93 22,56 16,38 6,97 4,69 0,88 12,00 100,00
//w
Kalimantan Selatan 10,21 17,23 17,12 17,78 9,10 3,73 2,17 22,66 100,00
Kalimantan Timur 19,14 16,52 21,14 13,54 8,18 5,26 3,55 12,67 100,00
Kalimantan Utara 33,73 16,72 24,49 10,62 3,23 2,04 1,77 7,39 100,00
s:
Sulawesi Utara 17,53 18,32 22,73 18,25 6,16 5,11 1,35 10,55 100,00
tp
Sulawesi Tengah 19,26 23,95 19,70 15,21 4,43 4,11 0,85 12,49 100,00
Sulawesi Selatan 18,24 20,26 20,60 15,32 6,88 4,61 1,71 12,36 100,00
ht
Sulawesi Tenggara 20,45 17,35 20,92 14,94 6,47 5,31 1,79 12,78 100,00
Gorontalo 27,06 30,68 15,24 10,55 4,01 1,32 0,20 10,95 100,00
Sulawesi Barat 26,03 18,82 10,37 9,12 9,59 10,25 0,00 15,83 100,00
Maluku 34,89 21,09 24,65 11,50 2,65 1,86 0,04 3,32 100,00
Maluku Utara 32,01 14,37 25,60 13,28 4,89 3,16 1,99 4,71 100,00
Papua Barat 28,01 15,57 15,89 11,30 5,47 1,69 0,00 22,06 100,00
Papua 21,70 14,89 18,93 16,69 10,98 3,36 2,88 10,57 100,00
Indonesia 14,10 15,62 19,34 17,75 8,72 5,66 2,04 16,77 100,00
Tabel 3.26
Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas di Perdesaan Menurut Provinsi dan
Jumlah Hari Mengonsumsi Buah-buahan dalam Seminggu Terakhir, 2016
Aceh 16,38 22,74 28,59 17,29 7,38 3,12 1,10 3,40 100,00
Sumatera Utara 21,64 23,12 21,00 14,00 6,84 3,57 1,74 8,10 100,00
Sumatera Barat 24,96 26,95 17,14 14,21 6,02 2,91 0,80 7,00 100,00
Riau 24,07 31,94 23,15 10,09 4,19 1,80 1,06 3,69 100,00
Jambi 29,86 32,75 19,09 9,52 3,66 1,96 0,39 2,77 100,00
Sumatera Selatan 23,41 28,18 21,09 14,39 6,35 2,37 0,91 3,30 100,00
Bengkulu 30,36 24,99 18,91 12,78 5,15 2,15 0,97 4,69 100,00
Lampung 24,77 22,78 23,22 13,15 5,04 3,18 0,78 7,07 100,00
Kep. Bangka Belitung 28,22 20,20 19,03 14,40 8,49 3,27 1,23 5,15 100,00
id
Kep. Riau 25,81 26,09 23,73 9,44 5,73 1,92 1,21 6,05 100,00
DKI Jakarta - - - - - - - - -
o.
Jawa Barat 17,85 19,35 26,16 17,03 8,92 4,37 1,90 4,43 100,00
Jawa Tengah 19,57 19,94 23,49 15,94 7,11 3,83 1,39 8,74 100,00
.g
DI Yogyakarta 18,82 16,45 19,88 18,90 4,04 4,69 0,86 16,36 100,00
Jawa Timur 26,91 17,35 21,42 14,40 6,51 3,78 1,07 8,55 100,00
ps
Banten 24,71 21,83 22,75 17,44 6,13 1,51 0,63 4,99 100,00
.b
Bali 3,67 3,66 10,58 22,52 14,14 8,97 2,82 33,63 100,00
Nusa Tenggara Barat 29,07 18,59 19,48 14,15 5,45 4,74 1,35 7,18 100,00
w
Nusa Tenggara Timur 45,99 22,47 16,57 6,13 3,52 1,28 0,81 3,23 100,00
w
Kalimantan Barat 42,84 20,84 15,47 11,21 3,30 1,32 0,67 4,35 100,00
Kalimantan Tengah 35,67 19,90 20,27 11,97 5,54 2,21 0,55 3,88 100,00
//w
Kalimantan Selatan 18,04 19,95 22,89 15,13 8,40 4,90 1,94 8,75 100,00
Kalimantan Timur 23,52 21,99 18,64 17,27 6,26 5,26 0,37 6,69 100,00
Kalimantan Utara 25,69 18,62 18,50 10,64 5,96 4,79 0,80 15,00 100,00
s:
Sulawesi Utara 19,63 24,72 21,65 12,83 5,09 4,21 4,25 7,62 100,00
tp
Sulawesi Tengah 41,01 23,22 15,27 11,28 3,64 1,87 0,05 3,67 100,00
Sulawesi Selatan 24,95 24,64 22,83 12,80 5,79 3,22 0,84 4,94 100,00
ht
Sulawesi Tenggara 26,50 23,48 20,73 13,74 6,68 3,33 0,40 5,14 100,00
Gorontalo 34,06 28,84 20,47 8,78 3,42 1,65 0,08 2,71 100,00
Sulawesi Barat 37,61 17,20 22,12 11,06 6,64 1,91 0,33 3,12 100,00
Maluku 54,03 15,63 10,90 8,91 5,31 1,16 0,75 3,31 100,00
Maluku Utara 27,92 17,25 21,27 17,17 4,49 2,36 2,51 7,03 100,00
Papua Barat 37,77 16,19 18,49 13,34 5,36 2,93 1,10 4,82 100,00
Papua 38,07 16,90 17,73 10,42 6,80 4,84 3,16 2,06 100,00
Indonesia 25,21 21,23 21,66 14,22 6,43 3,39 1,23 6,63 100,00
Tabel 3.27
Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas Menurut Provinsi dan
Jumlah Hari Mengonsumsi Buah dalam Seminggu Terakhir, 2016
Aceh 14,02 21,85 27,22 17,78 8,48 3,72 1,11 5,82 100,00
Sumatera Utara 14,91 18,76 22,09 17,02 9,13 4,56 2,04 11,49 100,00
Sumatera Barat 19,84 20,23 16,79 16,16 7,72 4,30 1,17 13,80 100,00
Riau 19,31 27,32 21,29 13,12 6,15 3,97 1,23 7,60 100,00
Jambi 23,82 30,61 19,57 11,64 5,74 3,23 0,74 4,65 100,00
Sumatera Selatan 19,72 25,49 18,41 17,28 6,98 2,42 0,90 8,80 100,00
Bengkulu 25,24 23,31 19,54 13,72 5,35 2,68 1,51 8,65 100,00
Lampung 21,43 19,46 21,87 15,06 7,43 3,67 1,19 9,91 100,00
Kep. Bangka Belitung 21,75 20,86 20,48 15,83 8,21 3,98 1,04 7,85 100,00
id
Kep. Riau 15,71 18,32 21,83 18,36 6,74 3,64 1,23 14,18 100,00
DKI Jakarta 7,91 10,10 19,57 20,59 8,18 6,54 1,95 25,15 100,00
o.
Jawa Barat 14,60 17,39 21,80 17,68 8,66 5,60 2,19 12,08 100,00
Jawa Tengah 18,54 17,52 21,40 16,10 8,27 4,58 1,67 11,93 100,00
.g
DI Yogyakarta 11,47 12,62 16,04 18,20 7,48 5,99 2,68 25,52 100,00
Jawa Timur 21,71 15,12 19,63 16,47 7,85 5,06 1,60 12,56 100,00
ps
Banten 15,85 20,87 21,20 17,93 6,88 3,83 1,34 12,09 100,00
.b
Bali 3,34 5,80 11,11 17,12 11,35 9,51 3,30 38,45 100,00
Nusa Tenggara Barat 22,94 19,21 20,18 14,29 6,50 4,41 1,32 11,16 100,00
w
Nusa Tenggara Timur 42,66 21,46 17,29 8,34 3,85 1,61 1,08 3,71 100,00
w
Kalimantan Barat 36,76 20,61 16,68 10,82 4,25 2,16 0,74 7,98 100,00
Kalimantan Tengah 29,64 19,21 21,08 13,53 6,04 3,09 0,67 6,75 100,00
//w
Kalimantan Selatan 14,62 18,76 20,37 16,29 8,71 4,39 2,04 14,82 100,00
Kalimantan Timur 20,63 18,38 20,29 14,81 7,53 5,26 2,47 10,64 100,00
Kalimantan Utara 30,27 17,54 21,91 10,63 4,41 3,22 1,35 10,67 100,00
s:
Sulawesi Utara 18,64 21,72 22,16 15,37 5,59 4,63 2,88 9,00 100,00
tp
Sulawesi Tengah 35,39 23,40 16,41 12,30 3,84 2,45 0,26 5,95 100,00
Sulawesi Selatan 22,32 22,93 21,96 13,79 6,21 3,76 1,18 7,85 100,00
ht
Sulawesi Tenggara 24,66 21,62 20,79 14,10 6,61 3,93 0,82 7,46 100,00
Gorontalo 31,53 29,51 18,58 9,42 3,63 1,53 0,12 5,69 100,00
Sulawesi Barat 34,99 17,56 19,46 10,62 7,31 3,80 0,26 6,00 100,00
Maluku 46,28 17,84 16,47 9,96 4,23 1,45 0,46 3,31 100,00
Maluku Utara 29,07 16,44 22,49 16,08 4,60 2,58 2,36 6,38 100,00
Papua Barat 33,92 15,95 17,46 12,53 5,41 2,44 0,67 11,62 100,00
Papua 33,77 16,38 18,05 12,07 7,90 4,45 3,09 4,30 100,00
Indonesia 19,39 18,29 20,44 16,07 7,63 4,58 1,66 11,95 100,00
Tabel 3.28
Rata-rata Jumlah Porsi Buah-buahan yang Dikonsumsi per Minggu oleh Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas di
Perkotaan Menurut Provinsi dan Tipe Daerah, 2016
id
DKI Jakarta 4,84 5,41 5,13
o.
Jawa Barat 4,76 4,89 4,83
Jawa Tengah 4,67 4,94 4,81
.g
DI Yogyakarta 5,51 5,90 5,70
Jawa Timur 5,60 6,05 5,83
ps
Banten 4,10 4,28 4,19
Tabel 3.29
Rata-rata Jumlah Porsi Buah-buahan yang Dikonsumsi per Minggu oleh Penduduk
Berusia Lima Tahun ke Atas di Perdesaan Menurut Provinsi dan Tipe Daerah, 2016
id
DKI Jakarta - - -
o.
Jawa Barat 3,87 3,91 3,89
Jawa Tengah 4,01 4,23 4,12
.g
DI Yogyakarta 4,02 4,30 4,17
Jawa Timur 4,71 4,87 4,79
ps
Banten 3,44 3,63 3,54
Tabel 3.30
Rata-rata Jumlah Porsi Buah-buahan yang Dikonsumsi per Minggu oleh
Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas Menurut Provinsi dan Tipe Daerah, 2016
id
DKI Jakarta 4,84 5,41 5,13
o.
Jawa Barat 4,51 4,62 4,56
Jawa Tengah 4,33 4,58 4,46
.g
DI Yogyakarta 5,10 5,43 5,27
Jawa Timur 5,19 5,50 5,35
ps
Banten 3,92 4,09 4,01
Tabel 3.31
Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas di Perkotaan Menurut Provinsi dan
Jumlah Hari Mengonsumsi Sayuran dalam Seminggu Terakhir, 2016
Aceh 4,32 5,25 10,47 16,41 12,93 10,36 3,25 37,01 100,00
Sumatera Utara 2,14 3,31 2,85 6,40 8,13 7,95 7,06 62,16 100,00
Sumatera Barat 6,81 4,68 10,82 12,81 8,34 6,49 5,44 44,61 100,00
Riau 2,02 7,68 5,66 11,66 9,44 5,16 3,14 55,23 100,00
Jambi 3,41 1,60 5,89 8,22 10,30 14,51 7,11 48,96 100,00
Sumatera Selatan 3,79 4,34 5,41 5,24 5,52 4,19 3,05 68,46 100,00
Bengkulu 1,33 2,22 2,60 11,60 8,18 5,73 7,20 61,12 100,00
Lampung 0,48 0,71 2,72 6,34 10,60 7,82 11,56 59,77 100,00
Kep. Bangka Belitung 2,40 3,46 6,90 18,70 19,59 11,07 4,13 33,76 100,00
id
Kep. Riau 3,25 4,75 5,28 9,52 7,27 9,93 3,64 56,36 100,00
DKI Jakarta 1,89 2,09 6,05 9,47 10,05 11,53 5,08 53,84 100,00
o.
Jawa Barat 2,67 4,46 12,13 17,48 13,09 11,62 5,78 32,76 100,00
Jawa Tengah 1,85 3,12 4,03 7,33 9,01 9,58 7,20 57,88 100,00
.g
DI Yogyakarta 1,11 3,69 3,69 7,86 4,97 8,16 4,88 65,65 100,00
Jawa Timur 2,39 3,19 4,76 9,75 10,36 12,70 6,71 50,14 100,00
ps
Banten 2,04 8,31 8,13 13,62 12,34 9,07 5,64 40,86 100,00
.b
Bali 2,91 2,43 3,40 6,08 5,03 4,75 2,87 72,54 100,00
Nusa Tenggara Barat 1,06 2,16 2,39 3,22 10,04 8,05 4,08 69,00 100,00
w
Nusa Tenggara Timur 0,49 1,32 1,22 2,57 4,74 4,81 4,93 79,92 100,00
w
Kalimantan Barat 1,02 2,42 3,68 3,34 3,17 5,22 3,61 77,54 100,00
Kalimantan Tengah 3,55 2,53 8,47 12,68 6,89 6,81 4,77 54,29 100,00
//w
Kalimantan Selatan 4,61 4,37 8,55 10,99 9,40 6,18 4,41 51,50 100,00
Kalimantan Timur 4,13 3,41 6,66 7,22 10,17 12,01 7,12 49,29 100,00
Kalimantan Utara 2,00 2,38 3,48 7,46 7,85 6,22 2,66 67,95 100,00
s:
Sulawesi Utara 3,60 4,18 5,32 10,05 9,36 8,31 5,32 53,86 100,00
tp
Sulawesi Tengah 2,40 3,56 5,68 11,26 7,46 6,06 4,42 59,16 100,00
Sulawesi Selatan 2,06 2,32 4,55 9,88 6,53 4,71 2,22 67,72 100,00
ht
Sulawesi Tenggara 2,56 2,95 2,95 4,51 9,70 6,86 3,91 66,55 100,00
Gorontalo 4,94 10,87 10,64 9,66 10,86 6,10 1,60 45,34 100,00
Sulawesi Barat 6,10 0,64 4,56 7,62 5,58 10,67 5,42 59,42 100,00
Maluku 0,32 1,50 3,05 3,11 10,17 7,98 8,53 65,34 100,00
Maluku Utara 7,00 1,80 14,95 20,85 14,61 12,72 5,23 22,84 100,00
Papua Barat 0,48 2,47 3,94 9,88 5,90 4,71 2,39 70,23 100,00
Papua 2,24 6,55 4,04 3,97 5,64 7,21 10,06 60,30 100,00
Indonesia 2,43 3,83 6,87 11,04 10,18 9,88 5,80 49,97 100,00
Tabel 3.32
Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas di Perdesaan Menurut Provinsi dan
Jumlah Hari Mengonsumsi Sayuran dalam Seminggu Terakhir, 2016
Aceh 2,16 8,80 15,10 23,07 15,50 10,74 5,26 19,38 100,00
Sumatera Utara 1,34 3,00 6,54 9,41 9,22 9,37 9,84 51,29 100,00
Sumatera Barat 5,85 8,41 13,46 17,69 9,87 6,82 4,86 33,04 100,00
Riau 3,31 8,76 10,42 10,18 9,57 10,89 6,76 40,10 100,00
Jambi 1,93 6,59 6,59 13,26 16,04 13,73 11,21 30,65 100,00
Sumatera Selatan 4,08 3,41 4,87 7,96 8,50 6,81 6,09 58,28 100,00
Bengkulu 1,71 4,42 4,80 8,50 8,54 11,53 7,81 52,70 100,00
Lampung 0,83 3,43 4,32 7,72 11,17 9,06 6,15 57,32 100,00
Kep. Bangka Belitung 3,12 7,78 15,13 21,34 15,33 6,57 4,40 26,32 100,00
id
Kep. Riau 5,45 8,53 21,28 20,65 15,67 12,06 1,67 14,69 100,00
DKI Jakarta - - - - - - - - -
o.
Jawa Barat 4,43 8,12 20,56 20,53 15,20 7,78 4,14 19,25 100,00
Jawa Tengah 0,92 3,79 2,66 6,87 8,13 9,03 8,04 60,56 100,00
.g
DI Yogyakarta 2,17 0,95 5,81 10,96 10,56 7,79 2,72 59,04 100,00
Jawa Timur 1,52 4,13 5,72 10,09 11,48 10,11 7,17 49,78 100,00
ps
Banten 3,32 7,74 16,05 17,90 11,57 7,93 7,15 28,35 100,00
.b
Bali 1,29 1,56 2,55 6,12 7,46 10,12 6,25 64,66 100,00
Nusa Tenggara Barat 0,80 2,42 3,98 6,94 8,24 8,54 3,24 65,85 100,00
w
Nusa Tenggara Timur 1,28 4,29 3,16 5,22 7,19 7,88 7,43 63,54 100,00
w
Kalimantan Barat 1,73 2,45 3,68 10,75 9,80 8,41 7,91 55,28 100,00
Kalimantan Tengah 2,06 3,38 8,59 12,95 9,86 8,78 8,79 45,60 100,00
//w
Kalimantan Selatan 3,65 4,34 8,64 13,64 12,68 9,55 6,31 41,19 100,00
Kalimantan Timur 2,54 6,93 3,50 9,65 7,34 8,45 8,46 53,14 100,00
Kalimantan Utara 1,05 1,66 6,80 16,21 10,20 10,60 3,29 50,18 100,00
s:
Sulawesi Utara 3,13 6,59 10,75 17,23 11,76 8,90 9,22 32,42 100,00
tp
Sulawesi Tengah 3,40 4,50 8,10 12,19 12,81 9,41 5,36 44,22 100,00
Sulawesi Selatan 3,06 3,99 6,06 9,93 7,71 8,43 4,40 56,41 100,00
ht
Sulawesi Tenggara 4,53 4,01 7,65 9,24 11,09 7,86 5,15 50,47 100,00
Gorontalo 4,70 11,16 16,83 18,28 9,28 4,92 2,51 32,31 100,00
Sulawesi Barat 2,87 2,23 3,90 8,74 11,66 9,70 4,10 56,79 100,00
Maluku 1,46 3,20 5,62 8,38 10,46 8,86 6,85 55,17 100,00
Maluku Utara 14,24 9,78 12,93 19,13 12,33 8,57 4,38 18,65 100,00
Papua Barat 1,66 2,69 2,87 4,89 5,98 6,62 2,52 72,77 100,00
Papua 1,71 2,23 4,07 6,90 7,73 11,78 13,53 52,06 100,00
Indonesia 2,41 4,89 7,96 11,45 10,65 9,04 6,71 46,89 100,00
Tabel 3.33
Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas Menurut Provinsi dan
Jumlah Hari Mengonsumsi Sayuran dalam Seminggu Terakhir, 2016
Aceh 2,80 7,75 13,73 21,10 14,74 10,62 4,66 24,59 100,00
Sumatera Utara 1,75 3,16 4,67 7,88 8,66 8,65 8,42 56,81 100,00
Sumatera Barat 6,24 6,87 12,37 15,68 9,24 6,68 5,10 37,82 100,00
Riau 2,80 8,34 8,54 10,76 9,52 8,63 5,33 46,07 100,00
Jambi 2,39 5,03 6,37 11,68 14,24 13,98 9,93 36,39 100,00
Sumatera Selatan 3,97 3,75 5,07 6,97 7,42 5,86 4,98 61,99 100,00
Bengkulu 1,59 3,72 4,10 9,49 8,43 9,68 7,62 55,38 100,00
Lampung 0,74 2,69 3,88 7,34 11,01 8,72 7,63 57,99 100,00
Kep. Bangka Belitung 2,75 5,55 10,88 19,98 17,53 8,90 4,26 30,16 100,00
id
Kep. Riau 3,59 5,34 7,79 11,26 8,59 10,26 3,34 49,84 100,00
DKI Jakarta 1,89 2,09 6,05 9,47 10,05 11,53 5,08 53,84 100,00
o.
Jawa Barat 3,18 5,53 14,60 18,37 13,70 10,50 5,30 28,81 100,00
Jawa Tengah 1,37 3,47 3,33 7,09 8,56 9,29 7,63 59,26 100,00
.g
DI Yogyakarta 1,44 2,84 4,34 8,82 6,70 8,04 4,21 63,60 100,00
Jawa Timur 1,95 3,66 5,24 9,92 10,92 11,41 6,94 49,96 100,00
ps
Banten 2,43 8,13 10,57 14,94 12,10 8,72 6,11 37,00 100,00
.b
Bali 2,31 2,11 3,09 6,09 5,93 6,74 4,12 69,61 100,00
Nusa Tenggara Barat 0,91 2,31 3,28 5,30 9,03 8,32 3,61 67,24 100,00
w
Nusa Tenggara Timur 1,11 3,66 2,74 4,66 6,66 7,22 6,90 67,05 100,00
w
Kalimantan Barat 1,50 2,44 3,68 8,42 7,71 7,41 6,56 62,28 100,00
Kalimantan Tengah 2,59 3,08 8,55 12,85 8,81 8,08 7,37 48,67 100,00
//w
Kalimantan Selatan 4,07 4,35 8,60 12,48 11,25 8,08 5,48 45,69 100,00
Kalimantan Timur 3,59 4,60 5,58 8,04 9,21 10,80 7,58 50,60 100,00
Kalimantan Utara 1,59 2,07 4,91 11,23 8,86 8,11 2,93 60,30 100,00
s:
Sulawesi Utara 3,35 5,46 8,20 13,86 10,63 8,62 7,39 42,48 100,00
tp
Sulawesi Tengah 3,14 4,26 7,48 11,95 11,43 8,54 5,12 48,08 100,00
Sulawesi Selatan 2,67 3,33 5,47 9,91 7,25 6,98 3,55 60,84 100,00
ht
Sulawesi Tenggara 3,93 3,69 6,22 7,80 10,67 7,56 4,78 55,35 100,00
Gorontalo 4,79 11,06 14,59 15,17 9,85 5,35 2,18 37,02 100,00
Sulawesi Barat 3,60 1,87 4,05 8,49 10,28 9,92 4,40 57,39 100,00
Maluku 1,00 2,51 4,58 6,25 10,34 8,50 7,53 59,29 100,00
Maluku Utara 12,21 7,55 13,50 19,62 12,97 9,73 4,62 19,82 100,00
Papua Barat 1,20 2,61 3,29 6,86 5,95 5,87 2,47 71,77 100,00
Papua 1,85 3,37 4,06 6,13 7,18 10,58 12,62 54,22 100,00
Indonesia 2,42 4,34 7,39 11,23 10,41 9,48 6,23 48,50 100,00
Tabel 3.34
Rata-rata Jumlah Porsi Sayuran yang Dikonsumsi per Minggu oleh
Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas di Perkotaan Menurut Provinsi dan Jenis Kelamin,2016
id
DKI Jakarta 8,84 9,35 9,09
o.
Jawa Barat 7,65 8,00 7,83
Jawa Tengah 10,03 10,35 10,19
.g
DI Yogyakarta 10,43 11,00 10,71
Jawa Timur 10,84 11,33 11,09
ps
Banten 7,79 8,37 8,08
Tabel 3.35
Rata-rata Jumlah Porsi Sayuran yang Dikonsumsi per Minggu oleh
Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas di Perdesaan Menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2016
id
DKI Jakarta - - -
o.
Jawa Barat 5,87 5,92 5,90
Jawa Tengah 10,76 11,17 10,97
.g
DI Yogyakarta 8,33 8,23 8,28
Jawa Timur 10,55 10,82 10,69
ps
Banten 6,70 6,87 6,78
Tabel 3.36
Rata-rata Jumlah Porsi Sayuran yang Dikonsumsi per Minggu oleh
Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas Menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2016
id
DKI Jakarta 8,84 9,35 9,09
o.
Jawa Barat 7,14 7,40 7,27
Jawa Tengah 10,41 10,77 10,59
.g
DI Yogyakarta 9,80 10,13 9,97
Jawa Timur 10,70 11,08 10,89
ps
Banten 7,46 7,91 7,68
Tabel 3.37
Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas yang Mengkonsumsi Buah Setiap Hari Sebanyak ≥14 Porsi per
Minggu di Perkotaan Menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2016
id
DKI Jakarta 5,91 7,99 6,97
o.
Jawa Barat 4,78 4,96 4,87
Jawa Tengah 5,33 6,22 5,79
.g
DI Yogyakarta 8,29 10,03 9,17
Jawa Timur 8,55 10,42 9,51
ps
Banten 3,59 4,49 4,04
Tabel 3.38
Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas yang Mengkonsumsi Buah Setiap Hari Sebanyak ≥14 Porsi per
Minggu di Perdesaan Menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2016
id
DKI Jakarta - - -
o.
Jawa Barat 1,44 1,75 1,59
Jawa Tengah 2,66 3,00 2,83
.g
DI Yogyakarta 4,12 4,94 4,56
Jawa Timur 4,23 4,91 4,58
ps
Banten 1,36 1,78 1,58
Tabel 3.39
Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas yang Mengkonsumsi Buah Setiap Hari Sebanyak ≥14 Porsi per
Minggu Menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2016
id
DKI Jakarta 5,91 7,99 6,97
o.
Jawa Barat 3,84 4,07 3,95
Jawa Tengah 3,97 4,58 4,29
.g
DI Yogyakarta 7,15 8,53 7,86
Jawa Timur 6,54 7,84 7,21
ps
Banten 2,98 3,74 3,36
Tabel 3.40
Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas yang Mengkonsumsi Sayuran Setiap Hari Sebanyak ≥14 Porsi
per Minggu di Perkotaan Menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2016
id
DKI Jakarta 24,73 28,85 26,80
o.
Jawa Barat 16,95 18,79 17,86
Jawa Tengah 32,33 35,04 33,70
.g
DI Yogyakarta 36,85 39,94 38,41
Jawa Timur 33,15 36,45 34,82
ps
Banten 20,58 22,72 21,64
Tabel 3.41
Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas yang Mengkonsumsi Sayuran Setiap Hari Sebanyak ≥14 Porsi
per Minggu di Perdesaan Menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2016
id
DKI Jakarta - - -
o.
Jawa Barat 10,65 10,95 10,80
Jawa Tengah 36,62 38,41 37,52
.g
DI Yogyakarta 26,67 26,92 26,80
Jawa Timur 33,90 35,13 34,52
ps
Banten 14,60 16,14 15,35
Tabel 3.42
Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas yang Mengkonsumsi Sayuran Setiap Hari Sebanyak ≥14 Porsi
per Minggu Menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2016
id
DKI Jakarta 24,73 28,85 26,80
o.
Jawa Barat 15,14 16,53 15,83
Jawa Tengah 34,55 36,78 35,68
.g
DI Yogyakarta 33,79 35,84 34,84
Jawa Timur 33,52 35,78 34,67
ps
Banten 18,74 20,72 19,71
Tabel 3.43
Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas di Perkotaan Menurut Provinsi dan
Jumlah Hari Melakukan Aktifitas Fisik Sedang dalam Seminggu Terakhir, 2016
Aceh 17,16 8,63 5,36 3,78 2,92 3,83 4,61 53,70 100,00
Sumatera Utara 21,36 6,81 4,17 4,27 2,05 1,72 4,60 55,01 100,00
Sumatera Barat 19,11 9,18 4,03 3,49 1,66 2,13 2,46 57,94 100,00
Riau 17,36 11,14 3,33 3,93 1,79 1,07 0,91 60,48 100,00
Jambi 27,43 11,34 7,57 2,71 1,38 1,60 1,39 46,58 100,00
Sumatera Selatan 16,77 11,75 6,29 4,49 1,99 2,04 2,72 53,94 100,00
Bengkulu 14,51 8,66 4,83 2,74 0,93 2,98 4,97 60,37 100,00
Lampung 15,30 5,03 3,44 5,23 2,75 1,75 3,45 63,06 100,00
Kep. Bangka Belitung 23,85 6,84 7,17 5,70 4,13 2,14 2,14 48,03 100,00
id
Kep. Riau 8,77 10,26 4,66 2,10 1,10 3,77 2,60 66,74 100,00
DKI Jakarta 16,08 8,80 8,38 4,67 1,74 3,56 2,39 54,37 100,00
o.
Jawa Barat 12,63 9,48 5,72 3,82 2,46 3,32 5,56 57,01 100,00
Jawa Tengah 14,76 7,47 5,07 4,12 2,24 2,57 4,20 59,57 100,00
.g
DI Yogyakarta 10,85 7,37 3,49 4,02 2,45 2,04 2,25 67,55 100,00
Jawa Timur 15,22 6,91 3,68 3,30 2,44 1,78 3,15 63,51 100,00
ps
Banten 21,77 12,23 6,46 3,64 2,20 2,12 3,62 47,96 100,00
.b
Bali 10,44 5,40 4,26 3,64 2,04 2,66 2,31 69,26 100,00
Nusa Tenggara Barat 17,34 6,10 5,15 3,82 3,34 2,90 5,25 56,11 100,00
w
Nusa Tenggara Timur 9,49 5,36 3,34 2,48 3,08 1,45 3,61 71,19 100,00
w
Kalimantan Barat 19,31 7,43 4,68 2,75 1,93 1,04 2,00 60,87 100,00
Kalimantan Tengah 22,28 4,43 4,32 3,83 2,97 2,23 2,08 57,86 100,00
//w
Kalimantan Selatan 14,34 5,46 3,82 4,14 1,27 1,75 2,32 66,90 100,00
Kalimantan Timur 20,33 11,09 4,84 4,71 1,82 2,02 2,15 53,03 100,00
Kalimantan Utara 8,71 4,14 3,80 2,60 1,46 2,41 3,04 73,84 100,00
s:
Sulawesi Utara 18,74 7,53 5,83 5,64 1,67 2,48 5,12 52,99 100,00
tp
Sulawesi Tengah 18,46 5,95 8,64 3,38 1,80 1,69 3,38 56,71 100,00
Sulawesi Selatan 19,06 6,93 6,09 5,04 2,06 3,21 1,25 56,36 100,00
ht
Sulawesi Tenggara 11,43 8,91 5,30 4,18 2,41 3,58 1,87 62,31 100,00
Gorontalo 21,83 13,11 3,74 1,36 1,17 1,68 3,05 54,06 100,00
Sulawesi Barat 22,02 8,60 4,33 2,18 1,95 2,37 1,81 56,74 100,00
Maluku 19,16 4,28 4,77 4,19 2,41 3,06 4,89 57,24 100,00
Maluku Utara 15,77 3,81 7,14 3,77 2,62 4,46 4,27 58,18 100,00
Papua Barat 23,59 6,55 4,04 4,08 2,02 2,41 2,42 54,88 100,00
Papua 14,29 5,43 6,30 4,21 4,16 4,06 6,93 54,63 100,00
Indonesia 15,68 8,37 5,26 3,90 2,25 2,58 3,81 58,15 100,00
Tabel 3.44
Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas di Perdesaan Menurut Provinsi dan
Jumlah Hari Melakukan Aktifitas Fisik Sedang Seminggu Terakhir, 2016
Aceh 21,13 6,95 5,72 5,97 4,21 3,78 5,73 46,52 100,00
Sumatera Utara 17,06 4,69 4,60 3,99 2,91 2,85 7,19 56,71 100,00
Sumatera Barat 20,71 8,57 3,84 3,28 2,24 2,64 5,04 53,69 100,00
Riau 21,01 10,14 6,04 4,94 2,34 2,34 2,38 50,80 100,00
Jambi 18,66 6,38 6,31 4,81 4,06 3,79 5,56 50,43 100,00
Sumatera Selatan 16,95 6,52 4,26 4,68 2,86 2,71 4,99 57,04 100,00
Bengkulu 16,67 4,06 3,12 3,36 2,52 2,84 9,04 58,38 100,00
Lampung 17,21 6,70 4,14 2,79 2,10 3,01 3,82 60,25 100,00
Kep. Bangka Belitung 24,37 3,70 6,69 5,25 2,75 2,46 4,56 50,21 100,00
id
Kep. Riau 13,41 3,21 0,71 3,94 1,01 1,74 1,10 74,89 100,00
DKI Jakarta - - - - - - - - -
o.
Jawa Barat 15,81 8,66 6,68 4,11 2,81 2,50 5,13 54,30 100,00
Jawa Tengah 14,85 8,27 3,85 3,64 2,42 1,92 4,24 60,82 100,00
.g
DI Yogyakarta 9,75 1,88 3,58 3,30 1,84 1,63 0,87 77,14 100,00
Jawa Timur 13,68 5,86 3,45 3,60 2,21 2,45 2,81 65,94 100,00
ps
Banten 14,28 5,27 6,55 3,29 2,60 2,03 6,83 59,16 100,00
.b
Bali 12,09 2,71 3,59 5,29 4,27 3,62 1,95 66,47 100,00
Nusa Tenggara Barat 15,77 6,44 4,98 4,51 2,21 2,81 3,47 59,79 100,00
w
Nusa Tenggara Timur 11,89 4,89 3,80 3,66 3,14 2,30 8,44 61,88 100,00
w
Kalimantan Barat 18,09 6,61 4,66 3,53 2,13 3,32 6,19 55,46 100,00
Kalimantan Tengah 14,28 5,55 5,94 5,02 3,79 2,80 5,07 57,55 100,00
//w
Kalimantan Selatan 16,11 4,47 4,99 3,75 2,05 2,24 3,46 62,94 100,00
Kalimantan Timur 25,76 8,85 5,34 3,42 3,27 3,34 2,09 47,94 100,00
Kalimantan Utara 22,34 10,52 5,01 4,06 2,20 3,00 6,49 46,39 100,00
s:
Sulawesi Utara 14,53 4,44 3,96 3,90 2,00 4,70 9,71 56,76 100,00
tp
Sulawesi Tengah 15,31 5,02 5,25 3,98 3,27 3,50 6,05 57,64 100,00
Sulawesi Selatan 17,89 7,02 4,68 4,68 2,96 2,84 3,13 56,79 100,00
ht
Sulawesi Tenggara 9,35 4,48 4,22 5,06 3,14 4,35 4,27 65,13 100,00
Gorontalo 17,37 7,51 3,14 2,23 1,84 2,56 4,63 60,72 100,00
Sulawesi Barat 21,33 3,57 4,43 2,89 3,47 3,48 4,74 56,08 100,00
Maluku 16,76 3,47 3,57 4,03 2,06 2,33 11,02 56,75 100,00
Maluku Utara 21,66 9,22 5,58 5,17 3,66 3,99 4,63 46,11 100,00
Papua Barat 18,02 4,26 4,60 3,33 2,03 2,53 6,44 58,79 100,00
Papua 13,34 4,13 6,74 7,11 4,89 6,42 14,69 42,69 100,00
Indonesia 15,97 6,60 4,67 4,02 2,69 2,72 4,84 58,50 100,00
Tabel 3.45
Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas Menurut Provinsi dan Jumlah Hari Melakukan Aktifitas Fisik
Sedang dalam Seminggu Terakhir, 2016
Aceh 19,96 7,45 5,61 5,32 3,83 3,79 5,40 48,64 100,00
Sumatera Utara 19,25 5,77 4,38 4,13 2,48 2,28 5,87 55,85 100,00
Sumatera Barat 20,05 8,82 3,92 3,36 2,00 2,43 3,97 55,45 100,00
Riau 19,57 10,54 4,97 4,54 2,12 1,84 1,80 54,62 100,00
Jambi 21,41 7,94 6,71 4,15 3,22 3,10 4,25 49,22 100,00
Sumatera Selatan 16,88 8,43 5,00 4,61 2,54 2,46 4,16 55,91 100,00
Bengkulu 15,98 5,53 3,66 3,17 2,01 2,88 7,75 59,02 100,00
Lampung 16,69 6,24 3,95 3,46 2,28 2,66 3,72 61,02 100,00
Kep. Bangka Belitung 24,10 5,32 6,94 5,48 3,46 2,29 3,31 49,09 100,00
id
Kep. Riau 9,49 9,15 4,04 2,39 1,09 3,45 2,37 68,01 100,00
DKI Jakarta 16,08 8,80 8,38 4,67 1,74 3,56 2,39 54,37 100,00
o.
Jawa Barat 13,56 9,24 6,00 3,90 2,56 3,08 5,43 56,22 100,00
Jawa Tengah 14,80 7,88 4,44 3,87 2,33 2,24 4,22 60,22 100,00
.g
DI Yogyakarta 10,51 5,67 3,52 3,80 2,26 1,91 1,82 70,52 100,00
Jawa Timur 14,45 6,39 3,57 3,45 2,33 2,12 2,98 64,72 100,00
ps
Banten 19,46 10,08 6,49 3,53 2,32 2,09 4,61 51,42 100,00
.b
Bali 11,05 4,40 4,01 4,25 2,87 3,01 2,18 68,22 100,00
Nusa Tenggara Barat 16,46 6,29 5,05 4,21 2,71 2,85 4,26 58,17 100,00
w
Nusa Tenggara Timur 11,38 4,99 3,70 3,41 3,13 2,12 7,41 63,87 100,00
w
Kalimantan Barat 18,48 6,87 4,67 3,28 2,07 2,60 4,87 57,16 100,00
Kalimantan Tengah 17,10 5,15 5,37 4,60 3,50 2,60 4,01 57,66 100,00
//w
Kalimantan Selatan 15,34 4,90 4,48 3,92 1,71 2,03 2,96 64,67 100,00
Kalimantan Timur 22,18 10,33 5,01 4,28 2,31 2,47 2,13 51,30 100,00
Kalimantan Utara 14,59 6,89 4,32 3,23 1,78 2,66 4,52 62,01 100,00
s:
Sulawesi Utara 16,50 5,89 4,84 4,71 1,85 3,66 7,56 54,99 100,00
tp
Sulawesi Tengah 16,12 5,26 6,12 3,82 2,89 3,03 5,36 57,40 100,00
Sulawesi Selatan 18,35 6,98 5,23 4,82 2,61 2,99 2,39 56,62 100,00
ht
Sulawesi Tenggara 9,98 5,82 4,55 4,80 2,92 4,12 3,54 64,27 100,00
Gorontalo 18,98 9,53 3,36 1,92 1,60 2,24 4,06 58,32 100,00
Sulawesi Barat 21,49 4,71 4,41 2,73 3,13 3,23 4,08 56,23 100,00
Maluku 17,73 3,80 4,06 4,10 2,20 2,63 8,54 56,95 100,00
Maluku Utara 20,01 7,70 6,02 4,77 3,37 4,12 4,53 49,49 100,00
Papua Barat 20,22 5,16 4,38 3,62 2,03 2,48 4,85 57,25 100,00
Papua 13,59 4,47 6,62 6,35 4,70 5,80 12,65 45,82 100,00
Indonesia 15,82 7,53 4,98 3,95 2,46 2,65 4,30 58,32 100,00
Tabel 3.46
Rata-rata Lama Waktu Melakukan Aktivitas Fisik Sedang per Hari (Menit) oleh Penduduk Berusia Lima Tahun ke
Atas di Perkotaan Menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2016
id
DKI Jakarta 84,87 128,24 108,83
o.
Jawa Barat 102,41 127,05 115,27
Jawa Tengah 100,24 114,82 108,39
.g
DI Yogyakarta 108,76 132,52 121,55
Jawa Timur 107,50 132,11 121,40
ps
Banten 83,50 110,69 98,87
Tabel 3.47
Rata-rata Lama Waktu Melakukan Aktivitas Fisik Sedang per Hari (Menit) oleh Penduduk Berusia Lima Tahun ke
Atas di Perdesaan Menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2016
id
DKI Jakarta - - -
o.
Jawa Barat 107,67 126,53 117,82
Jawa Tengah 110,04 125,49 118,72
.g
DI Yogyakarta 115,88 134,29 126,37
Jawa Timur 117,83 131,94 125,71
ps
Banten 118,46 138,51 129,23
Tabel 3.48
Rata-rata Lama Waktu Melakukan Aktivitas Fisik Sedang per Hari (Menit) oleh Penduduk
Berusia Lima Tahun ke Atas Menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2016
id
DKI Jakarta 84,87 128,24 108,83
o.
Jawa Barat 103,87 126,90 116,00
Jawa Tengah 105,24 120,29 113,68
.g
DI Yogyakarta 110,83 133,09 123,02
Jawa Timur 112,77 132,02 123,58
ps
Banten 96,25 120,12 109,51
Tabel 3.49
Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas di Perkotaan Menurut Provinsi dan
Jumlah Hari Melakukan Aktifitas Fisik Berat dalam Seminggu Terakhir, 2016
Aceh 77,48 6,99 3,94 1,77 1,05 1,05 1,03 6,69 100,00
Sumatera Utara 75,26 5,81 2,35 2,48 0,96 1,63 4,08 7,44 100,00
Sumatera Barat 80,90 6,27 2,43 2,28 0,89 1,29 1,66 4,27 100,00
Riau 78,84 5,70 2,69 2,23 0,87 1,89 1,13 6,64 100,00
Jambi 79,77 6,31 5,14 2,17 0,83 0,81 2,88 2,09 100,00
Sumatera Selatan 72,89 11,86 3,50 1,70 1,43 0,86 3,87 3,89 100,00
Bengkulu 68,56 9,91 4,68 1,73 0,83 1,01 1,68 11,61 100,00
Lampung 75,50 8,27 4,12 2,42 1,55 0,86 1,48 5,79 100,00
Kep. Bangka Belitung 68,86 9,41 5,19 3,54 1,24 1,60 3,77 6,38 100,00
id
Kep. Riau 57,62 11,74 9,90 4,44 1,91 2,23 1,67 10,49 100,00
DKI Jakarta 62,65 14,59 9,59 4,15 1,58 1,66 0,84 4,95 100,00
o.
Jawa Barat 67,62 12,48 5,52 2,81 1,56 1,67 2,83 5,50 100,00
Jawa Tengah 75,41 6,54 3,52 1,95 1,15 1,37 3,41 6,65 100,00
.g
DI Yogyakarta 74,06 10,23 3,34 1,73 0,96 0,66 3,56 5,46 100,00
Jawa Timur 70,12 7,31 4,83 2,56 1,59 1,66 3,73 8,20 100,00
ps
Banten 73,91 13,32 4,25 2,33 0,82 1,25 1,24 2,89 100,00
.b
Bali 76,37 6,64 5,22 2,69 2,06 0,87 0,67 5,48 100,00
Nusa Tenggara Barat 76,13 8,98 2,86 2,61 1,80 1,46 2,24 3,94 100,00
w
Nusa Tenggara Timur 65,10 12,76 6,93 3,82 1,91 1,61 1,27 6,59 100,00
w
Kalimantan Barat 70,45 8,27 2,89 1,85 1,25 0,99 1,38 12,92 100,00
Kalimantan Tengah 73,26 5,15 3,59 3,11 1,63 0,92 1,49 10,86 100,00
//w
Kalimantan Selatan 62,56 11,58 5,31 2,14 1,23 0,46 2,99 13,74 100,00
Kalimantan Timur 78,32 8,43 2,64 1,74 1,01 1,27 1,26 5,32 100,00
Kalimantan Utara 66,26 8,92 5,69 2,45 2,10 0,66 2,84 11,08 100,00
s:
Sulawesi Utara 78,65 6,08 2,93 2,25 1,21 1,73 2,49 4,65 100,00
tp
Sulawesi Tengah 72,54 7,59 3,82 1,74 1,63 1,48 3,22 7,98 100,00
Sulawesi Selatan 74,90 8,66 3,88 1,97 0,71 0,70 2,32 6,86 100,00
ht
Sulawesi Tenggara 79,21 5,63 3,84 1,80 1,43 0,63 3,04 4,41 100,00
Gorontalo 83,15 5,95 4,18 0,54 0,16 0,48 1,33 4,21 100,00
Sulawesi Barat 80,99 4,43 5,07 2,46 1,19 1,82 1,66 2,37 100,00
Maluku 81,36 3,56 2,07 2,41 1,23 0,64 2,46 6,26 100,00
Maluku Utara 84,16 4,41 3,61 1,23 1,56 0,62 1,56 2,86 100,00
Papua Barat 69,59 4,27 6,71 3,09 0,92 3,14 2,42 9,86 100,00
Papua 72,85 6,48 4,22 3,79 0,83 2,43 5,40 4,00 100,00
Indonesia 71,29 9,63 4,81 2,58 1,35 1,45 2,66 6,23 100,00
Tabel 3.50
Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas di Perdesaan Menurut Provinsi
dan Jumlah Hari Melakukan Aktifitas Fisik Berat Seminggu Terakhir, 2016
Aceh 71,13 4,80 4,87 3,97 2,72 2,33 4,10 6,08 100,00
Sumatera Utara 65,61 4,60 4,60 3,40 3,29 3,66 7,97 6,86 100,00
Sumatera Barat 73,15 6,24 3,23 3,03 1,98 2,84 3,36 6,16 100,00
Riau 65,97 7,28 3,93 3,36 2,89 3,21 4,82 8,54 100,00
Jambi 73,03 6,68 3,50 2,86 2,04 2,86 4,15 4,87 100,00
Sumatera Selatan 67,11 6,88 4,45 2,86 2,10 3,47 4,41 8,72 100,00
Bengkulu 66,22 6,11 4,25 3,34 3,24 3,04 4,94 8,87 100,00
Lampung 63,95 6,39 3,90 3,51 2,93 2,52 3,35 13,45 100,00
Kep. Bangka Belitung 68,31 3,26 4,29 2,68 2,64 3,13 8,07 7,60 100,00
id
Kep. Riau 67,85 3,80 4,46 6,07 2,28 2,34 2,82 10,38 100,00
DKI Jakarta - - - - - - - - -
o.
Jawa Barat 63,92 7,61 5,52 3,98 2,36 2,39 5,11 9,10 100,00
Jawa Tengah 63,76 6,55 3,81 2,98 2,18 1,97 5,69 13,07 100,00
.g
DI Yogyakarta 45,61 1,56 3,33 4,09 0,88 3,06 3,08 38,37 100,00
Jawa Timur 63,15 5,71 4,14 3,13 2,19 1,95 3,09 16,64 100,00
ps
Banten 60,97 8,77 4,98 3,12 2,58 3,45 5,84 10,28 100,00
.b
Bali 59,31 4,72 3,82 5,54 3,14 4,92 2,05 16,51 100,00
Nusa Tenggara Barat 70,83 7,02 4,20 3,02 2,09 2,14 2,51 8,20 100,00
w
Nusa Tenggara Timur 65,01 5,68 5,13 3,97 3,00 2,14 5,84 9,22 100,00
w
Kalimantan Barat 66,85 4,02 4,13 3,46 2,56 2,79 4,88 11,31 100,00
Kalimantan Tengah 59,61 4,95 3,17 3,44 4,00 4,87 7,33 12,62 100,00
//w
Kalimantan Selatan 63,38 7,19 5,15 2,55 2,26 2,28 5,00 12,19 100,00
Kalimantan Timur 61,12 13,14 5,70 3,77 1,64 2,58 2,21 9,84 100,00
Kalimantan Utara 69,99 4,23 4,23 3,14 1,66 5,05 4,90 6,80 100,00
s:
Sulawesi Utara 66,26 7,94 4,59 3,75 2,62 3,62 6,73 4,48 100,00
tp
Sulawesi Tengah 64,88 5,35 4,32 3,41 3,15 3,50 4,55 10,84 100,00
Sulawesi Selatan 72,15 4,92 4,34 3,62 2,16 1,87 2,06 8,87 100,00
ht
Sulawesi Tenggara 67,06 3,12 4,86 4,18 2,90 3,05 2,92 11,91 100,00
Gorontalo 69,90 6,77 2,43 1,96 1,52 2,53 2,53 12,36 100,00
Sulawesi Barat 73,73 5,16 4,55 2,13 2,85 1,51 2,22 7,84 100,00
Maluku 66,66 3,99 4,66 4,78 3,49 2,39 5,22 8,80 100,00
Maluku Utara 64,98 7,55 5,38 4,00 4,60 2,53 3,06 7,89 100,00
Papua Barat 70,44 5,78 4,86 5,30 3,18 2,51 2,20 5,72 100,00
Papua 39,93 7,66 9,95 7,12 4,38 7,17 17,43 6,35 100,00
Indonesia 64,75 6,20 4,47 3,47 2,51 2,65 4,76 11,20 100,00
Tabel 3.51
Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas Menurut Provinsi dan Jumlah Hari
Melakukan Aktifitas Fisik Berat dalam Seminggu Terakhir, 2016
Aceh 73,00 5,45 4,59 3,32 2,23 1,95 3,19 6,26 100,00
Sumatera Utara 70,52 5,22 3,46 2,93 2,11 2,63 5,99 7,15 100,00
Sumatera Barat 76,35 6,25 2,90 2,72 1,53 2,20 2,66 5,38 100,00
Riau 71,05 6,66 3,44 2,92 2,09 2,69 3,37 7,79 100,00
Jambi 75,14 6,57 4,02 2,65 1,66 2,21 3,75 4,00 100,00
Sumatera Selatan 69,21 8,69 4,10 2,44 1,86 2,52 4,22 6,96 100,00
Bengkulu 66,97 7,32 4,39 2,82 2,47 2,39 3,90 9,74 100,00
Lampung 67,10 6,90 3,96 3,21 2,55 2,07 2,84 11,36 100,00
Kep. Bangka Belitung 68,59 6,44 4,76 3,12 1,92 2,34 5,85 6,97 100,00
id
Kep. Riau 59,22 10,50 9,05 4,70 1,97 2,24 1,85 10,47 100,00
DKI Jakarta 62,65 14,59 9,59 4,15 1,58 1,66 0,84 4,95 100,00
o.
Jawa Barat 66,54 11,05 5,52 3,15 1,79 1,88 3,50 6,55 100,00
Jawa Tengah 69,40 6,54 3,67 2,48 1,68 1,68 4,59 9,96 100,00
.g
DI Yogyakarta 65,24 7,54 3,34 2,46 0,94 1,40 3,41 15,66 100,00
Jawa Timur 66,65 6,51 4,48 2,84 1,89 1,81 3,41 12,41 100,00
ps
Banten 69,91 11,92 4,47 2,57 1,37 1,93 2,66 5,17 100,00
.b
Bali 70,04 5,93 4,70 3,75 2,46 2,37 1,18 9,57 100,00
Nusa Tenggara Barat 73,16 7,88 3,61 2,84 1,96 1,84 2,39 6,32 100,00
w
Nusa Tenggara Timur 65,03 7,20 5,52 3,94 2,77 2,03 4,86 8,66 100,00
w
Kalimantan Barat 67,99 5,36 3,74 2,95 2,15 2,22 3,78 11,82 100,00
Kalimantan Tengah 64,43 5,02 3,32 3,32 3,16 3,48 5,27 12,00 100,00
//w
Kalimantan Selatan 63,02 9,11 5,22 2,37 1,81 1,49 4,12 12,86 100,00
Kalimantan Timur 72,48 10,03 3,68 2,43 1,23 1,72 1,59 6,85 100,00
Kalimantan Utara 67,86 6,90 5,06 2,75 1,91 2,55 3,73 9,24 100,00
s:
Sulawesi Utara 72,07 7,07 3,81 3,05 1,96 2,73 4,74 4,56 100,00
tp
Sulawesi Tengah 66,86 5,93 4,19 2,97 2,76 2,98 4,21 10,10 100,00
Sulawesi Selatan 73,23 6,39 4,16 2,98 1,60 1,41 2,16 8,08 100,00
ht
Sulawesi Tenggara 70,74 3,88 4,55 3,46 2,45 2,32 2,95 9,64 100,00
Gorontalo 74,68 6,47 3,06 1,45 1,03 1,79 2,10 9,41 100,00
Sulawesi Barat 75,38 5,00 4,67 2,20 2,48 1,58 2,09 6,60 100,00
Maluku 72,61 3,82 3,61 3,82 2,58 1,69 4,10 7,77 100,00
Maluku Utara 70,35 6,67 4,89 3,22 3,75 2,00 2,64 6,48 100,00
Papua Barat 70,11 5,19 5,59 4,43 2,29 2,75 2,29 7,35 100,00
Papua 48,58 7,35 8,45 6,25 3,45 5,93 14,27 5,73 100,00
Indonesia 68,17 8,00 4,65 3,00 1,90 2,02 3,66 8,59 100,00
Tabel 3.52
Rata-rata Lama Waktu Melakukan Aktivitas Fisik Berat per Hari (Menit) oleh Penduduk
Berusia Lima Tahun ke Atas di Perkotaan Menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2016
id
DKI Jakarta 87,15 66,59 78,35
o.
Jawa Barat 126,39 76,16 108,84
Jawa Tengah 150,67 96,27 133,25
.g
DI Yogyakarta 126,97 78,44 109,78
Jawa Timur 158,73 99,43 140,05
ps
Banten 87,43 71,97 81,99
Tabel 3.53
Rata-rata Lama Waktu Melakukan Aktivitas Fisik Berat per Hari (Menit) oleh Penduduk
Berusia Lima Tahun ke Atas di Perdesaan Menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2016
id
DKI Jakarta - - -
o.
Jawa Barat 186,75 106,83 161,90
Jawa Tengah 196,98 143,34 180,90
.g
DI Yogyakarta 204,30 130,71 174,38
Jawa Timur 179,62 128,20 163,53
ps
Banten 159,41 113,50 145,57
Tabel 3.54
Rata-rata Lama Waktu Melakukan Aktivitas Fisik Berat per Hari (Menit) oleh Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas
Menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2016
id
DKI Jakarta 87,15 66,59 78,35
o.
Jawa Barat 146,54 85,25 125,88
Jawa Tengah 179,40 124,40 162,47
.g
DI Yogyakarta 163,36 105,94 141,55
Jawa Timur 170,10 115,01 152,81
ps
Banten 118,79 87,76 108,52
Tabel 3.55
Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas yang Melakukan Aktivitas Fisik Sedang Tujuh Hari dalam
Seminggu dengan Waktu ≥30 Menit di Perkotaan Menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2016
id
DKI Jakarta 59,67 76,92 69,20
o.
Jawa Barat 54,36 75,53 65,41
Jawa Tengah 65,07 80,43 73,66
.g
DI Yogyakarta 73,34 83,23 78,66
Jawa Timur 70,23 84,39 78,23
ps
Banten 53,58 74,10 65,17
Tabel 3.56
Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas yang Melakukan Aktivitas Fisik Sedang Tujuh Hari dalam
Seminggu dengan Waktu ≥30 Menit di Perdesaan Menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2016
id
DKI Jakarta - - -
o.
Jawa Barat 53,73 74,51 64,91
Jawa Tengah 65,58 83,08 75,41
.g
DI Yogyakarta 82,03 92,80 88,17
Jawa Timur 71,66 86,02 79,67
ps
Banten 59,55 82,71 72,00
Tabel 3.57
Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas yang Melakukan Aktivitas Fisik Sedang Tujuh Hari dalam
Seminggu dengan Waktu ≥30 Menit Menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2016
id
DKI Jakarta 59,67 76,92 69,20
o.
Jawa Barat 54,18 75,23 65,27
Jawa Tengah 65,33 81,79 74,56
.g
DI Yogyakarta 75,87 86,28 81,58
Jawa Timur 70,96 85,21 78,96
ps
Banten 55,76 77,02 67,57
Tabel 3.58
Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas yang Melakukan Aktivitas Fisik Berat Tujuh Hari dalam
Seminggu dengan Waktu ≥30 Menit di Perkotaan Menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2016
id
DKI Jakarta 13,68 11,64 12,81
o.
Jawa Barat 19,42 13,18 17,24
Jawa Tengah 29,28 23,97 27,58
.g
DI Yogyakarta 25,34 10,44 20,06
Jawa Timur 31,21 22,67 28,52
ps
Banten 12,58 11,40 12,16
Tabel 3.59
Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas yang Melakukan Aktivitas Fisik Berat Tujuh Hari dalam
Seminggu dengan Waktu ≥30 Menit di Perdesaan Menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2016
id
DKI Jakarta - - -
o.
Jawa Barat 28,52 18,15 25,30
Jawa Tengah 37,88 35,62 37,20
.g
DI Yogyakarta 73,35 65,79 70,28
Jawa Timur 51,30 43,58 48,89
ps
Banten 28,51 24,83 27,40
Tabel 3.60
Persentase Penduduk Berusia Lima Tahun ke Atas yang Melakukan Aktivitas Fisik Berat Tujuh Hari dalam
Seminggu dengan Waktu ≥30 Menit Menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2016
id
DKI Jakarta 13,68 11,64 12,81
o.
Jawa Barat 22,46 14,65 19,83
Jawa Tengah 34,61 30,93 33,48
.g
DI Yogyakarta 47,94 39,57 44,76
Jawa Timur 42,14 34,00 39,59
ps
Banten 19,52 16,50 18,52
id
o.
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
id
o.
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
BAB 4
KELUARGA BERENCANA DAN PELAYANAN MATERNAL
Peran penting seorang ibu untuk melahirkan generasi penerus bangsa yang sehat
dan berkualitas sangat ditentukan oleh derajat kesehatannya. Berbagai program
pemerintah telah dicanangkan untuk menjamin ketersediaan sarana pelayanan dan sarana
informasi terkait kesehatan ibu. Selanjutnya tentu dibutuhkan segala upaya seluruh pihak
dan peran serta masyarakat untuk mewujudkan menyukseskan program peningkatan
derajat kesehatan ibu.
id
antaranya adalah pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil yang terkait dengan kesehatan
o.
janin dalam kandungan, pelayanan kesehatan saat lahir, dan saat tumbuh kembang balita
hingga dewasa. Berbagai faktor tersebut telah diatur dalam regulasi pemerintah salah
.g
satunya adalah Peraturan Menteri Kesehatan No. 97 tahun 2014 tentang Pelayanan
ps
Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, dan Masa Sesudah Melahirkan,
Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi, serta Pelayanan Kesehatan Seksual.
.b
Investasi pada kesehatan ibu dan anak akan menghasilkan manfaat yang signifikan
w
dalam bidang ekonomi dan sosial. Di lingkup nasional, kesehatan ibu dan anak menjadi isu
w
(RPJMN). Di tingkat internasional, kesehatan ibu dan anak menempati beberapa tujuan
yang dituangkan dalam target-target pada Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) atau
s:
Sustainable Development Goals (SDGs). Untuk itulah diperlukan berbagai indikator guna
tp
Keluarga Berencana (KB) adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal
melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai
dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas. Definisi tersebut
tercantum pada Lampiran II Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 97 Tahun
2014. Selanjutnya, peraturan tersebut mengamanatkan penyelenggaraan pelayanan
kontrasepsi harus dilakukan dengan cara yang dapat dipertanggungjawabkan dari segi
agama, norma budaya, etika, serta segi kesehatan. Pemberian kontrasepsi harus
memperhatikan hal-hal seperti persetujuan, pencegahan infeksi, persyaratan medis dalam
Hasil Susenas MKP 2016 yang disajikan pada Gambar 4.1 mengungkap sekitar 92,84
persen wanita pernah kawin berusia 15-49 tahun yang sedang menggunakan alat KB
memperoleh pelayanan KB dari tenaga kesehatan, dan sebagian besar oleh bidan (77,43
persen). Jika dipilah menurut tipe daerah, persentase pelayanan KB yang diberikan oleh
bidan lebih tinggi di daerah perdesaan (83,59 persen) dibanding di daerah perkotaan
(70,88 persen).
Gambar 4.1
Persentase Wanita Berusia 15-49 Tahun Berstatus Pernah Kawin dan Sedang Menggunakan Alat KB
Menurut Pemberi Pelayanan/Alat KB Terakhir Kali, 2016
id
o.
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
Gambar 4.2
Rata-rata Biaya yang Dikeluarkan Wanita Berusia 15-49 Tahun Berstatus Pernah Kawin dan Sedang Menggunakan
Alat KB ketika Memperoleh Pelayanan Alat KB Modern Terakhir Kali Menurut Jenis Alat KB Modern (dalam
Rupiah), 2016
Pil Rp16.162
Suntikan Rp27.977
IUD/AKDR/Spiral Rp229.474
id
o.
Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2016
.g
ps
4.2 Pelayanan Maternal
.b
untuk setiap anak lahir hidup yang dilahirkannya dalam dua tahun terakhir. Kriteria Ibu
//w
yang menjadi responden tentang pelayanan maternal dalam Susenas adalah perempuan
pernah kawin berusia 15-49 tahun yang pernah melahirkan hidup dalam dua tahun
s:
terakhir.
tp
Pelayanan kesehatan selama masa kehamilan bertujuan untuk memenuhi hak setiap
ibu hamil memperoleh pelayanan kesehatan yang berkualitas. Hasil Susenas MKP 2016
menunjukkan pada hampir seluruh anak (98,03 persen) yang lahir hidup dalam dua tahun
terakhir ketika masih di kandungan, ibunya memeriksakan kehamilannya. Kesadaran ibu
untuk memeriksakan kandungan tersebut tampak telah merata baik di daerah perkotaan
maupun perdesaan. Hal ini dapat dilihat dari kesenjangan persentase tersebut di
perdesaan dan perkotaan cukup kecil yaitu 2,81 persen.
Gambar 4.3
Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir Menurut Pemeriksaan Saat di Kandungan
dan Tipe Daerah, 2016
Perkotaan
57,27 Perdesaan
53,30
49,62
Perkotaan+Perdesaan
39,40
32,59
25,24
17,49
14,11
10,99
id
Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2016
o.
Tempat pemeriksaan kehamilan yang biasa didatangi ibu adalah bidan praktik
.g
mandiri (40,43 persen). Pilihan tempat pemeriksan terbesar selanjutnya adalah Puskesmas
ps
(19,05 persen) dan Polindes/Poskesdes (9,37 persen). Perbedaan persentase ibu yang
memeriksakan kandungan di bidan praktik mandiri dan Puskesmas antara daerah
.b
perkotaan dan perdesaan relatif kecil, namun cukup bervariasi untuk jenis fasilitas
w
kandungan adalah bidan bidan (81,23 persen). Persentase di daerah perdesaan bahkan
mencapai 88,25 persen, lebih tinggi 13,52 poin dibanding daerah perkotaan. Persentase
ht
pemeriksa kandungan terbesar kedua adalah dokter kandungan yaitu sekitar 25,19 persen.
Perbedaan yang cukup menonjol terlihat karena besaran persentase tersebut di daerah
perkotaan dua kali lipat dari persentase di daerah perdesaan.
Gambar 4.4
Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir Menurut Kebiasaan Tempat Pemeriksaan
Saat di Kandungan, 2016
id
o.
.g
ps
.b
Gambar 4.5
w
Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir Menurut Pemeriksa Saat di Kandungan dan Tipe Daerah, 2016
//w
74,73
Bidan 88,25
81,23
s:
33,63
Dokter Kandungan 16,08
tp
25,19
1,63
Perawat 2,57
ht
2,08
1,87
Dokter Umum 2,06
1,96
0,84
Dukun Beranak/Paraji 2,00
1,39
0,34
Tenaga Kesehatan Lainnya 0,48
0,41
0,00
Lainnya 0,02
0,01 Perkotaan
Perdesaan
Kunjungan pertama ibu hamil pada tenaga kesehatan sebaiknya dilakukan sedini
mungkin sebelum minggu ke 8 usia kehamilan. Kunjungan pada tenaga kesehatan tersebut
bertujuan agar ibu hamil segera mendapatkan pelayanan antenatal terpadu dan
komprehensif sesuai standar. Pelayanan kesehatan pada usia kehamilan trimester pertama
(kurang dari 3 bulan) sekurang-kurangnya dilakukan 1 (satu) kali.
id
Gambar 4.6
Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir Menurut Frekuensi Pemeriksaan oleh Tenaga Kesehatan
o.
Pada Saat di Kandungan Usia Trimester Pertama dan Tipe Daerah, 2016
64,68 Perkotaan
.g
59,70
54,48 Perdesaan
ps
Perkotaan+Perdesaan
.b
30,12 28,36
w
26,69
w
13,08
9,21
//w
5,52
3,10 2,32 2,72
s:
Pelayanan kesehatan pada masa hamil trimester ke dua (3-6 bulan) sekurang-
kurangnya dilakukan 1 (satu) kali. Sebagaimana ditampilkan pada Gambar 4.8, sekitar 92,68
persen anak lahir hidup dalam dua tahun terakhir yang diperiksa saat berada dalam
kandungan trimester kedua. Sebagian besar (70,83 persen) diperiksa sebanyak 2-3 kali.
Gambar 4.7
Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir Menurut Jenis Pemeriksaan oleh Tenaga Kesehatan
Pada Saat di Kandungan Usia Trimester Pertama dan Tipe Daerah, 2016
98,65
Diukur tekanan darah 96,48
97,64
Ditimbang berat badan atau diukur 97,48
94,40
tinggi 96,04
Diperiksa kandungan (tinggi rahim, letak 80,30
id
81,25
dan denyut jantung janin) 80,74
o.
79,57
Diberi tablet zat besi sebanyak 90 butir 72,61
76,32
57,97
Diperiksa urin atau darah 51,52 Perdesaan
w
54,96
Perkotaan+Perdesaan
//w
Gambar 4.8
Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir Menurut Frekuensi Pemeriksaan oleh Tenaga Kesehatan
tp
Pada Saat di Kandungan Usia Trimester Kedua dan Tipe Daerah, 2016
Perkotaan
ht
76,36
70,83 Perdesaan
65,03
Perkotaan+Perdesaan
18,55 16,49
14,53
10,94
7,32 5,24 5,48 5,36
3,87
98,53
Diukur tekanan darah 96,66
97,65
id
Ditimbang berat badan atau diukur 94,39
92,02
o.
tinggi 93,28
91,29
.g
Diperiksa kandungan (tinggi rahim, letak
89,68
dan denyut jantung janin) 90,54
ps
80,63
Diberi tablet zat besi sebanyak 90 butir 74,53
77,77
.b
66,86
Diukur lingkar lengan atas (LILA)
w
66,29
66,59
w
57,95
Ditanya status imunisasi TT 55,58
//w
56,69
Perkotaan
33,93
Diperiksa urin atau darah 32,89 Perdesaan
s:
33,44
Perkotaan+Perdesaan
tp
Usia kehamilan lebih dari 24 minggu (trimester ke tiga) merupakan masa yang
sangat penting menjelang kelahiran bayi. Pada usia kehamilan menjelang persalinan ini,
selain kondisi kesehatan ibu dan janin dilakukan pula pemeriksaan presentasi janin di
rahim ibu. Pada trimester ini perlu dilakukan pemeriksaan sekurang-kurangnya dua kali.
Pada trimester ketiga akhir, presentasi janin yang diharapkan adalah posisi kepala di
bagian bawah atau kepala janin sudah masuk ke panggul. Hal tersebut sangat penting
diperhatikan karena presentasi janin yang tidak sesuai menandakan adanya kelainan letak,
panggul sempit atau ada masalah lain yang dapat menghambat proses persalinan.
Sebagaimana ditampilkan pada Gambar 4.10, sekitar 81,13 persen anak lahir hidup
dalam dua tahun terakhir di daerah perkotaan dan perdesaan diperiksa sebanyak lebih dari
2 (dua) kali saat di kandungan pada usia kandungan trimester ketiga. Besarnya persentase
Perkotaan+Perdesaan
37.22
28.89
20.16
16.89
13.84
id
10.92
7.64
5.03
o.
2.54
.g
Tidak Diperiksa 1 Kali 2-3 Kali >3 Kali
ps
Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2016
.b
Gambar 4.11
Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir Menurut Jenis Pemeriksaan oleh Tenaga Kesehatan
w
Pada Saat di Kandungan Usia Trimester Ketiga dan Tipe Daerah, 2016
w
98,23
Diukur tekanan darah 97,40
//w
97,84
Ditimbang berat badan atau diukur 96,52
93,48
s:
tinggi 95,08
tp
80,11
Diberi tablet zat besi sebanyak 90 butir 74,61
77,50
69,89
Diukur lingkar lengan atas (LILA) 68,12
69,05
57,80
Ditanya status imunisasi TT 53,84
55,72
Perkotaan
43,73
Diperiksa urin atau darah 40,00 Perdesaan
41,96
Perkotaan+Perdesaan
Salah satu komponen pelayanan kesehatan ibu hamil adalah pemberian zat besi
sebanyak 90 tablet (Fe3). Zat besi memiliki peran vital terhadap kesehatan ibu hamil dan
tumbuh kembang janin. Kekurangan zat besi dapat mengakibatkan ibu hamil menderita
anemia yang merupakan salah satu risiko kematian ibu, kejadian bayi dengan berat badan
lahir rendah (BBLR), infeksi terhadap janin dan ibu, keguguran, dan kelahiran prematur.
id
Gambar 4.12
o.
Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir Menurut Asupan Pil Zat Besi oleh Ibu Saat Mengandung
dan Tipe Daerah, 2016
90,36
.g Perkotaan
ps
87,16
83,80 Perdesaan
Perkotaan+Perdesaan
.b
w
w
//w
12,55 9,77
7,12
2,52 3,65 3,07
s:
Minum Pil Zat Besi Tidak Minum Pil Zat Besi Tidak Tahu
tp
Sebagaimana dapat disimpulkan dari Gambar 4.12, anak lahir hidup dalam dua
tahun terakhir di daerah perkotaan yang ibunya minum pil zat besi saat mengandung
memiliki persentase lebih tinggi (90,36 persen) dibandingkan di daerah perdesaan (83,80).
Namun demikian pemberian pil zat besi masih harus menjadi perhatian penting,
mengingat secara total masih terdapat sekitar 9,77 persen anak lahir hidup dalam dua
tahun terakhir yang ibunya tidak minum pil zat besi saat mengandung.
Gambar 4.13
Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir Menurut Jumlah Pil Zat Besi yang Diminum oleh Ibu
Saat Mengandung dan Tipe Daerah, 2016
Perkotaan
52,67 52,10 52,39
Perdesaan
Perkotaan+Perdesaan
id
Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2016
o.
Sebagaimana informasi yang disajikan pada Gambar 4.13. Dari seluruh anak lahir
.g
hidup dalam dua tahun terakhir yang ibunya minum pil zat besi saat mengandung,
ps
sebagian kecil (15,23 persen) dari anak lahir hidup dalam dua tahun terakhir yang ibunya
meminum pil zat besi kurang dari 90 butir saat mengandung. Namun demikian terdapat
.b
sekitar separuh dari anak lahir hidup dalam dua tahun terakhir yang ibunya meminum pil
w
zat besi saat mengandung, tetapi lupa jumlah butir pil dengan kandungan zat besi yang
w
diminumnya. Hal ini mengakibatkan hilangnya informasi apakah ibu tersebut dapat
//w
jam sesudah melahirkan. Persalinan yang sehat dan aman harus dilakukan di fasilitas
kesehatan. Dengan melakukan persalinan di fasilitas kesehatan, seorang ibu diharapkan
dapat melakukan persalinan yang normal sesuai dengan standar asuhan persalinan normal.
Sebagian besar tempat persalinan anak lahir hidup dalam dua tahun terakhir
dilakukan di fasilitas kesehatan, tempat bersalin bidan praktik mandiri merupakan tempat
bersalin yang paling banyak dipilih yaitu sekitar 28,85 persen. Selanjutnya terdapat sekitar
17,81 persen anak lahir hidup dalam dua tahun terakhir dengan tempat persalinan di selain
fasilitas kesehatan yaitu 17,69 persen di rumah dan 0,45 persen di tempat lainnya.
Persentase anak lahir hidup dalam dua tahun terakhir menurut tempat dilahirkan
selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 4.14.
Gambar 4.14
Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir Menurut Tempat Dilahirkan, 2016
id
o.
.g
ps
Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2016
.b
w
Gambar 4.15
Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir yang Persalinannya Dilakukan di Fasilitas Kesehatan
w
id
pulang ke rumah dan kembali lagi ke fasilitas kesehatan untuk memeriksakan kesehatan
o.
(kontrol) setelah melahirkan.
.g
Gambar 4.16
Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir Menurut Pemeriksaan atau Kontrol Kesehatan Pertama
ps
Kali Setelah Melahirkan dan Tipe Daerah, 2016
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
Sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 4.16 masih terdapat sekitar 16,09 persen
anak lahir hidup dalam dua tahun terakhir yang ibunya tidak melakukan periksa atau
kontrol kesehatan pertama kali setelah melahirkan. Selanjutnya, Gambar 4.17 menyajikan
persentase anak lahir hidup dalam dua tahun terakhir yang ibunya melakukan pemeriksaan
atau kontrol kesehatan pertama kali setelah melahirkan menurut waktu periksa atau
kontrol. Terdapat sebanyak 64,12 persen anak lahir hidup dalam dua tahun terakhir,
dimana ibunya melakukan periksa atau kontrol kesehatan pertama kali dalam waktu
kurang dari 3 (tiga) hari setelah setelah pulang ke rumah pasca melahirkan.
Gambar 4.17
Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir yang Ibunya Melakukan Periksa atau Kontrol Kesehatan
Pertama Kali Setelah Melahirkan Menurut Waktu Periksa atau Kontrol, 2016
36.31
29.15
27.81
id
o.
6.73
.g
ps
Kontrol Dalam <1 Hari Kontrol Dalam 1-3 Hari Kontrol Dalam 4-6 Hari Kontrol Dalam ≥7 Hari
Berbagai pelayanan kesehatan diberikan terhadap ibu saat periksa atau kontrol
kesehatan pertama kali setelah melahirkan. Dari berbagai pelayanan tersebut, Susenas
w
berdasarkan jenis pelayanan yang menggunakan istilah umum yang dapat dipahami oleh
masyarakat luas. Tiga jenis pelayanan tersebut adalah periksa payudara dan anjuran ASI
s:
Gambar 4.18 menginformasikan persentase anak lahir hidup dalam dua tahun
ht
terakhir yang ibunya melakukan periksa atau kontrol kesehatan pertama kali setelah
melahirkan menurut jenis pemeriksaan terhadap ibu. Berdasarkan informasi tersebut
sebagian besar pelayanan yang diberikan adalah periksa payudara dan dianjurkan ASI
eksklusif (89,29 persen) serta pemberian kapsul vitamin A (82,24 persen). Sedangkan
Pelayanan kontrasepsi pasca persalinan diberikan pada sekitar 50.39 persen ibu pada saat
melakukan periksa atau kontrol kesehatan pertama kali setelah setelah pulang ke rumah
pasca melahirkan.
Gambar 4.18
Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir Menurut Jenis Pemeriksaan Terhadap Ibu
Pada Saat Periksa atau Kontrol Kesehatan Pertama Kali Setelah Melahirkan dan Tipe Daerah, 2016
Perkotaan
88,01 86,54 89,29
83,87 85,73 82,24 Perdesaan
Perkotaan+Perdesaan
47,82 50,39
44,90
Diperiksa Payudara dan dianjurkan Diberi Kapsul Vitamin A Diberi Pelayanan Kontrasepsi Pasca
ASI Eksklusif Persalinan
id
Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2016
o.
Gambar 4.19
.g
Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir Menurut Pemeriksa Ibu Saat Periksa atau Kontrol Kesehatan
ps
Pertama Kali Setelah Melahirkan dan Tipe Daerah, 2016
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
Gambar 4.19 menampilkan persentase anak lahir hidup dalam dua tahun terakhir
yang ibunya melakukan periksa atau kontrol kesehatan pertama kali setelah melahirkan
menurut pemeriksa ibu. Berdasarkan informasi pada Gambar 4.20 sebagian besar (70,09
persen) ibu memilih periksa atau kontrol kesehatan pertama kali setelah melahirkan ke
Bidan, kemudian pilhan terbesar kedua adalah dokter kandungan sebesar 25,71 persen. Di
daerah perdesaan lebih banyak ibu yang memilih bidan untuk periksa atau kontrol
kesehatan pertama kali setelah melahirkan, dengan kesenjangan sekitar 19,67 persen lebih
tinggi dibanding di daerah perkotaan. Sementara di daerah perkotaan, ibu yang memilih
periksa atau kontrol kesehatan pertama kali pada dokter kandungan setelah melahirkan
lebih banyak sekitar 19,95 persen dibanding di daerah perdesaan.
id
o.
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
Tabel 4.1
Persentase Wanita Berusia 15-49 Tahun Berstatus Pernah Kawin yang Sedang Menggunakan Alat KB
Menurut Provinsi dan Pemberi Pelayanan/Alat KB Terakhir Kali, 2016
Tenaga Bukan
Dokter Dokter
Provinsi Bidan Perawat Kesehatan Tenaga
Kandungan Umum
Lainnya Kesehatan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
id
Kepulauan Riau 18,10 2,57 61,59 4,71 6,06 6,96
o.
DKI Jakarta 19,39 4,80 59,96 0,78 3,91 11,17
Jawa Barat 6,99 2,42 76,98 0,97 4,78 7,87
.g
Jawa Tengah 8,23 2,69 80,51 1,60 2,46 4,49
DI Yogyakarta 16,21 2,09 70,85 0,79 2,18 7,88
ps
Jawa Timur 7,53 2,11 77,07 2,08 2,28 8,93
Banten 6,62 1,84 81,27 1,70 3,72 4,84
.b
Tabel 4.2
Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir yang Diperiksa Saat di Kandungan Menurut Tipe Daerah,
2016
Perkotaan +
Provinsi Perkotaan Perdesaan
Perdesaan
(1) (2) (3) (4)
id
DKI Jakarta 100,00 - 100,00
o.
Jawa Barat 100,00 97,65 99,37
Jawa Tengah 99,64 100,00 99,83
.g
DI Yogyakarta 100,00 100,00 100,00
Jawa Timur 99,07 99,16 99,12
ps
Banten 99,77 97,14 98,93
.b
Tabel 4.3
Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir di Perkotaan Menurut Provinsi dan Frekuensi Pemeriksaan
oleh Tenaga Kesehatan pada Saat di Kandungan Usia Trimester Pertama, 2016
id
DKI Jakarta 24,54 74,45 1,01
o.
Jawa Barat 30,47 63,58 5,95
Jawa Tengah 18,31 73,37 8,32
.g
DI Yogyakarta 19,39 75,35 5,26
Jawa Timur 20,30 69,01 10,69
ps
Banten 26,53 60,41 13,07
Tabel 4.4
Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir di Perdesaan Menurut Provinsi dan Frekuensi
Pemeriksaan oleh Tenaga Kesehatan pada Saat di Kandungan Usia Trimester Pertama, 2016
id
DKI Jakarta - - -
o.
Jawa Barat 35,24 55,54 9,23
Jawa Tengah 21,36 71,76 6,87
.g
DI Yogyakarta 3,69 89,70 6,61
Jawa Timur 20,73 62,93 16,34
ps
Banten 41,43 52,86 5,71
Tabel 4.5
Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir Menurut Provinsi dan Frekuensi Pemeriksaan
oleh Tenaga Kesehatan pada Saat di Kandungan Usia Trimester Pertama, 2016
id
DKI Jakarta 24,54 74,45 1,01
o.
Jawa Barat 31,73 61,45 6,81
Jawa Tengah 19,96 72,51 7,54
.g
DI Yogyakarta 15,74 78,68 5,58
Jawa Timur 20,53 65,84 13,64
ps
Banten 31,19 58,05 10,77
Tabel 4.6
Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir di Perkotaan Menurut Provinsi dan
Frekuensi Pemeriksaan oleh Tenaga Kesehatan pada Saat di Kandungan Usia Trimester Kedua, 2016
id
DKI Jakarta 14,41 79,84 5,75
o.
Jawa Barat 15,18 75,71 9,11
Jawa Tengah 7,78 85,47 6,75
.g
DI Yogyakarta 11,01 71,70 17,29
Jawa Timur 8,45 80,65 10,90
ps
Banten 15,42 74,62 9,96
Tabel 4.7
Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir di Perdesaan Menurut Provinsi dan
Frekuensi Pemeriksaan oleh Tenaga Kesehatan pada Saat di Kandungan Usia Trimester Kedua, 2016
id
DKI Jakarta - - -
o.
Jawa Barat 18,22 64,29 17,50
Jawa Tengah 11,15 78,19 10,65
.g
DI Yogyakarta 0,00 82,01 17,99
Jawa Timur 7,68 77,59 14,73
ps
Banten 28,94 58,22 12,84
Tabel 4.8
Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir Menurut Provinsi dan Frekuensi Pemeriksaan oleh Tenaga
Kesehatan pada Saat di Kandungan Usia Trimester Kedua, 2016
id
DKI Jakarta 14,41 79,84 5,75
o.
Jawa Barat 15,99 72,68 11,33
Jawa Tengah 9,60 81,55 8,85
.g
DI Yogyakarta 8,45 74,09 17,45
Jawa Timur 8,05 79,06 12,90
ps
Banten 19,65 69,50 10,86
Tabel 4.9
Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir di Perkotaan Menurut Provinsi dan Frekuensi Pemeriksaan
oleh Tenaga Kesehatan pada Saat di Kandungan Usia Trimester Ketiga, 2016
id
DKI Jakarta 9,11 28,80 62,09
o.
Jawa Barat 10,39 46,04 43,57
Jawa Tengah 5,84 43,50 50,66
.g
DI Yogyakarta 5,99 20,36 73,65
Jawa Timur 4,38 41,20 54,42
ps
Banten 15,32 55,14 29,53
Tabel 4.10
Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir di Perdesaan Menurut Provinsi dan Frekuensi
Pemeriksaan oleh Tenaga Kesehatan pada Saat di Kandungan Usia Trimester Ketiga, 2016
id
DKI Jakarta - - -
o.
Jawa Barat 14,98 54,69 30,33
Jawa Tengah 9,26 54,01 36,73
.g
DI Yogyakarta 0,00 45,47 54,53
Jawa Timur 8,71 47,86 43,44
ps
Banten 25,74 57,31 16,95
Tabel 4.11
Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir Menurut Provinsi dan Frekuensi Pemeriksaan
oleh Tenaga Kesehatan pada Saat di Kandungan Usia Trimester Ketiga, 2016
id
DKI Jakarta 9,11 28,80 62,09
o.
Jawa Barat 11,61 48,33 40,06
Jawa Tengah 7,69 49,17 43,14
.g
DI Yogyakarta 4,60 26,19 69,21
Jawa Timur 6,63 44,67 48,70
ps
Banten 18,58 55,82 25,60
Tabel 4.12
Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir di Perkotaan Menurut Provinsi dan Jenis Pemeriksaan
oleh Tenaga Kesehatan Pada Saat di Kandungan Usia Trimester Pertama, 2016
Diperiksa
Ditimbang Berat
Kandungan
atau Diukur Tekanan Diukur Lingkar
Provinsi (Tinggi Rahim,
Diukur Tinggi Darah Lengan Atas (LILA)
Letak dan Denyut
Badan
Jantung Janin)
(1) (2) (3) (4) (5)
id
Lampung 100,00 100,00 58,30 76,19
o.
Kep. Bangka Belitung 98,15 98,15 74,11 92,23
Kepulauan Riau 97,16 100,00 67,07 74,72
.g
DKI Jakarta 97,68 98,61 73,03 78,62
Jawa Barat 98,28 99,29 71,59 72,72
ps
Jawa Tengah 98,27 98,66 72,92 87,80
DI Yogyakarta 100,00 100,00 78,91 81,76
.b
Diberi Tablet
Ditanya Status Imunisasi Diperiksa Urin
Provinsi Zat Besi Sebanyak 90
TT Atau Darah
Butir
(1) (6) (7) (8)
id
DKI Jakarta 74,28 89,18 84,49
Jawa Barat 67,38 77,18 60,69
o.
Jawa Tengah 69,31 85,61 57,28
DI Yogyakarta 71,34 89,15 74,79
.g
Jawa Timur 71,97 85,21 61,40
Banten 51,67 77,81 42,70
ps
Bali 67,74 97,45 60,99
.b
Tabel 4.13
Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir di Perdesaan Menurut Provinsi dan Jenis Pemeriksaan
oleh Tenaga Kesehatan Pada Saat di Kandungan Usia Trimester Pertama, 2016
Diperiksa
Ditimbang Berat
Kandungan
atau Diukur Tekanan Diukur Lingkar
Provinsi (Tinggi Rahim,
Diukur Tinggi Darah Lengan Atas (LILA)
Letak dan Denyut
Badan
Jantung Janin)
(1) (2) (3) (4) (5)
id
Lampung 94,98 95,97 60,52 83,51
o.
Kep. Bangka Belitung 95,99 100,00 77,65 86,48
Kepulauan Riau 100,00 100,00 85,34 99,94
.g
DKI Jakarta - - - -
Jawa Barat 97,68 98,97 74,98 75,81
ps
Jawa Tengah 98,15 96,86 75,27 84,15
DI Yogyakarta 100,00 100,00 89,81 91,77
.b
Diberi Tablet
Ditanya Status Imunisasi Diperiksa Urin
Provinsi Zat Besi Sebanyak
TT Atau Darah
90 Butir
(1) (6) (7) (8)
id
DKI Jakarta - - -
Jawa Barat 81,30 71,37 70,19
o.
Jawa Tengah 67,94 74,10 59,37
DI Yogyakarta 78,92 94,90 66,80
.g
Jawa Timur 69,57 77,71 52,96
Banten 63,84 77,15 43,20
ps
Bali 76,97 92,66 85,99
.b
Tabel 4.14
Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir Menurut Provinsi dan Jenis Pemeriksaan
oleh Tenaga Kesehatan Pada Saat di Kandungan Usia Trimester Pertama, 2016
Diperiksa
Ditimbang Berat
Kandungan
atau Diukur Tekanan Diukur Lingkar
Provinsi (Tinggi Rahim,
Diukur Tinggi Darah Lengan Atas (LILA)
Letak dan Denyut
Badan
Jantung Janin)
(1) (2) (3) (4) (5)
id
Lampung 96,08 96,86 60,04 81,90
o.
Kep. Bangka Belitung 97,18 98,98 75,70 89,66
Kepulauan Riau 97,50 100,00 69,31 77,81
.g
DKI Jakarta 97,68 98,61 73,03 78,62
Jawa Barat 98,12 99,21 72,46 73,51
ps
Jawa Tengah 98,20 97,70 74,17 85,86
DI Yogyakarta 100,00 100,00 81,42 84,06
.b
Diberi Tablet
Ditanya Status Imunisasi Diperiksa Urin
Provinsi Zat Besi Sebanyak
TT Atau Darah
90 Butir
(1) (6) (7) (8)
id
DKI Jakarta 74,28 89,18 84,49
Jawa Barat 70,93 75,70 63,11
o.
Jawa Tengah 68,58 79,48 58,39
DI Yogyakarta 73,08 90,47 72,95
.g
Jawa Timur 70,74 81,36 57,08
Banten 55,56 77,60 42,86
ps
Bali 70,45 96,04 68,35
.b
Tabel 4.15
Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir di Perkotaan Menurut Provinsi dan Jenis Pemeriksaan
oleh Tenaga Kesehatan Pada Saat di Kandungan Usia Trimester Kedua, 2016
Diperiksa
Ditimbang Berat
Kandungan
atau Diukur Tekanan Diukur Lingkar
Provinsi (Tinggi Rahim,
Diukur Tinggi Darah Lengan Atas (LILA)
Letak dan Denyut
Badan
Jantung Janin)
(1) (2) (3) (4) (5)
id
Bengkulu 100,00 100,00 54,71 98,30
Lampung 95,89 95,89 51,44 89,53
o.
Kep. Bangka Belitung 97,54 97,54 57,58 96,40
Kepulauan Riau 98,78 100,00 62,54 93,74
Diberi Tablet
Ditanya Status Imunisasi Diperiksa Urin
Provinsi Zat Besi Sebanyak
TT Atau Darah
90 Butir
(1) (6) (7) (8)
id
DKI Jakarta 65,77 88,01 45,13
Jawa Barat 59,37 81,13 40,23
o.
Jawa Tengah 53,55 81,89 31,62
DI Yogyakarta 20,23 94,51 25,64
.g
Jawa Timur 41,43 89,49 31,68
Banten 55,28 78,13 28,32
ps
Bali 56,61 95,49 31,15
.b
Tabel 4.16
Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir di Perdesaan Menurut Provinsi dan Jenis Pemeriksaan
oleh Tenaga Kesehatan Pada Saat di Kandungan Usia Trimester Kedua, 2016
Diperiksa
Ditimbang Berat
Kandungan
atau Diukur Tekanan Diukur Lingkar
Provinsi (Tinggi Rahim,
Diukur Tinggi Darah Lengan Atas (LILA)
Letak dan Denyut
Badan
Jantung Janin)
(1) (2) (3) (4) (5)
id
Lampung 88,97 97,30 58,43 92,33
o.
Kep. Bangka Belitung 100,00 100,00 77,19 86,20
Kepulauan Riau 100,00 84,82 100,00 100,00
.g
DKI Jakarta - - - -
Jawa Barat 90,67 98,96 74,48 89,82
ps
Jawa Tengah 94,87 97,11 65,72 94,24
DI Yogyakarta 100,00 94,31 48,94 100,00
.b
Diberi Tablet
Ditanya Status Imunisasi Diperiksa Urin
Provinsi Zat Besi Sebanyak
TT Atau Darah
90 Butir
(1) (6) (7) (8)
id
DKI Jakarta - - -
Jawa Barat 73,95 76,42 34,25
o.
Jawa Tengah 55,97 74,80 41,48
DI Yogyakarta 35,22 100,00 42,90
.g
Jawa Timur 45,44 81,27 30,44
Banten 46,09 82,75 25,87
ps
Bali 78,49 94,72 53,31
.b
Tabel 4.17
Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir Menurut Provinsi dan Jenis Pemeriksaan
oleh Tenaga Kesehatan Pada Saat di Kandungan Usia Trimester Kedua, 2016
Diperiksa
Ditimbang Berat
Kandungan
atau Diukur Tekanan Diukur Lingkar
Provinsi (Tinggi Rahim,
Diukur Tinggi Darah Lengan Atas (LILA)
Letak dan Denyut
Badan
Jantung Janin)
(1) (2) (3) (4) (5)
id
Lampung 90,57 96,97 56,82 91,68
o.
Kep. Bangka Belitung 98,71 98,71 66,86 91,57
Kepulauan Riau 98,93 98,23 66,91 94,47
.g
DKI Jakarta 86,26 99,59 65,66 86,83
Jawa Barat 93,62 99,25 71,91 88,47
ps
Jawa Tengah 95,68 97,86 66,73 95,27
DI Yogyakarta 98,81 98,69 47,38 92,98
.b
Diberi Tablet
Ditanya Status Imunisasi Diperiksa Urin
Provinsi Zat Besi Sebanyak
TT Atau Darah
90 Butir
(1) (6) (7) (8)
id
DKI Jakarta 65,77 88,01 45,13
Jawa Barat 63,04 79,94 38,72
o.
Jawa Tengah 54,85 78,08 36,92
DI Yogyakarta 23,67 95,77 29,61
.g
Jawa Timur 43,51 85,23 31,04
Banten 52,59 79,48 27,60
ps
Bali 63,28 95,26 37,90
.b
Tabel 4.18
Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir di Perkotaan Menurut Provinsi dan Jenis Pemeriksaan
oleh Tenaga Kesehatan Pada Saat di Kandungan Usia Trimester Ketiga, 2016
Diperiksa
Ditimbang Berat
Kandungan
atau Diukur Tekanan Diukur Lingkar
Provinsi (Tinggi Rahim,
Diukur Tinggi Darah Lengan Atas (LILA)
Letak dan Denyut
Badan
Jantung Janin)
(1) (2) (3) (4) (5)
id
Lampung 100,00 100,00 51,06 95,55
o.
Kep. Bangka Belitung 97,62 97,62 65,80 96,15
Kepulauan Riau 99,08 99,90 67,71 94,31
.g
DKI Jakarta 86,91 97,98 74,47 93,33
Jawa Barat 93,71 99,21 75,80 99,06
ps
Jawa Tengah 97,22 98,41 68,11 97,34
DI Yogyakarta 100,00 100,00 58,03 94,80
.b
Diberi Tablet
Ditanya Status Imunisasi Diperiksa Urin
Provinsi Zat Besi Sebanyak
TT Atau Darah
90 Butir
(1) (6) (7) (8)
id
DKI Jakarta 63,01 88,43 68,88
Jawa Barat 59,36 79,10 49,37
o.
Jawa Tengah 49,01 83,03 40,53
DI Yogyakarta 20,51 96,82 50,53
.g
Jawa Timur 39,50 87,48 38,49
Banten 45,86 74,59 40,58
ps
Bali 62,04 91,32 42,69
.b
Tabel 4.19
Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir di Perdesaan Menurut Provinsi dan Jenis Pemeriksaan
oleh Tenaga Kesehatan Pada Saat di Kandungan Usia Trimester Ketiga, 2016
Diperiksa
Ditimbang Berat
Kandungan (Tinggi
atau Diukur Tekanan Diukur Lingkar
Provinsi Rahim,
Diukur Tinggi Darah Lengan Atas (LILA)
Letak dan Denyut
Badan
Jantung Janin)
(1) (2) (3) (4) (5)
id
Lampung 89,13 96,87 56,27 95,96
o.
Kep. Bangka Belitung 100,00 100,00 78,64 96,76
Kepulauan Riau 100,00 86,02 95,57 100,00
.g
DKI Jakarta - - - -
Jawa Barat 90,51 100,00 77,99 95,52
ps
Jawa Tengah 95,09 97,69 69,21 97,48
DI Yogyakarta 95,51 100,00 50,15 100,00
.b
Diberi Tablet
Diperiksa Urin
Provinsi Ditanya Status Imunisasi TT Zat Besi Sebanyak
Atau Darah
90 Butir
(1) (6) (7) (8)
id
DKI Jakarta - - -
Jawa Barat 71,57 79,07 45,51
o.
Jawa Tengah 53,76 78,17 51,15
DI Yogyakarta 49,14 100,00 36,33
.g
Jawa Timur 47,30 79,54 36,80
Banten 47,98 78,01 32,01
ps
Bali 67,13 94,83 60,22
.b
Tabel 4.20
Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir Menurut Provinsi dan Jenis Pemeriksaan
oleh Tenaga Kesehatan Pada Saat di Kandungan Usia Trimester Ketiga, 2016
Diperiksa
Ditimbang Berat
Kandungan (Tinggi
atau Diukur Tekanan Diukur Lingkar
Provinsi Rahim,
Diukur Tinggi Darah Lengan Atas (LILA)
Letak dan Denyut
Badan
Jantung Janin)
(1) (2) (3) (4) (5)
id
Lampung 91,62 97,59 55,08 95,87
o.
Kep. Bangka Belitung 98,73 98,73 71,79 96,44
Kepulauan Riau 99,20 98,17 71,19 95,02
.g
DKI Jakarta 86,91 97,98 74,47 93,33
Jawa Barat 92,88 99,41 76,37 98,14
ps
Jawa Tengah 96,07 98,02 68,71 97,41
DI Yogyakarta 98,97 100,00 56,22 96,00
.b
Diberi Tablet
Diperiksa Urin
Provinsi Ditanya Status Imunisasi TT Zat Besi Sebanyak
Atau Darah
90 Butir
(1) (6) (7) (8)
id
DKI Jakarta 63,01 88,43 68,88
Jawa Barat 62,53 79,09 48,37
o.
Jawa Tengah 51,58 80,41 46,26
DI Yogyakarta 27,08 97,55 47,27
.g
Jawa Timur 43,61 83,30 37,60
Banten 46,50 75,62 37,99
ps
Bali 63,59 92,39 48,03
.b
Tabel 4.21
Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir
Menurut Provinsi dan Asupan Pil Zat Besi oleh Ibu Saat Mengandung, 2016
Tidak Minum
Provinsi Minum Pil Zat Besi Tidak Tahu
Pil Zat Besi
(1) (2) (3) (4)
id
DKI Jakarta 93,84 4,09 2,07
o.
Jawa Barat 89,60 8,02 2,37
Jawa Tengah 91,55 5,17 3,27
.g
DI Yogyakarta 100,00 0,00 0,00
Jawa Timur 90,94 7,19 1,87
ps
Banten 88,09 6,71 5,19
.b
Tabel 4.22
Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir di Perkotaan
Menurut Provinsi dan Jumlah Pil Zat Besi yang Diminum oleh Ibu Saat Mengandung, 2016
id
DKI Jakarta 23,59 32,98 43,43
o.
Jawa Barat 14,65 31,12 54,23
Jawa Tengah 14,27 27,80 57,94
.g
DI Yogyakarta 7,02 47,35 45,63
Jawa Timur 14,13 35,82 50,05
ps
Banten 11,30 33,59 55,11
Tabel 4.23
Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir di Perdesaan
Menurut Provinsi dan Jumlah Pil Zat Besi yang Diminum oleh Ibu Saat Mengandung, 2016
id
DKI Jakarta - - -
o.
Jawa Barat 15,17 31,41 53,42
Jawa Tengah 13,13 23,58 63,29
.g
DI Yogyakarta 5,63 14,43 79,95
Jawa Timur 16,70 36,12 47,18
ps
Banten 36,44 21,83 41,72
Tabel 4.24
Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir
Menurut Provinsi dan Jumlah Pil Zat Besi yang Diminum oleh Ibu Saat Mengandung, 2016
id
DKI Jakarta 23,59 32,98 43,43
o.
Jawa Barat 14,79 31,20 54,01
Jawa Tengah 13,65 25,53 60,82
.g
DI Yogyakarta 6,70 39,71 53,59
Jawa Timur 15,47 35,98 48,55
ps
Banten 19,30 29,85 50,85
Tabel 4.25
Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir Menurut Provinsi
dan Tempat Dilahirkan, 2016
Klinik/ Praktik
RS
Provinsi RS Swasta Rumah Dokter Puskesmas Pustu
Pemerintah
Bersalin Bersama
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
id
Kepulauan Riau 24,75 22,31 0,23 2,33 8,63 0,50
o.
DKI Jakarta 19,03 29,33 11,45 0,00 16,24 0,00
Jawa Barat 11,14 14,60 5,64 1,39 8,81 0,43
.g
Jawa Tengah 14,86 18,52 8,89 1,11 14,25 0,36
DI Yogyakarta 36,81 23,31 8,65 0,00 3,26 0,00
ps
Jawa Timur 12,42 22,40 5,71 0,90 5,33 0,83
Banten 14,36 12,95 7,92 0,00 6,42 0,30
.b
id
Jawa Barat 1,05 41,46 0,13 15,14 0,21
Jawa Tengah 1,80 34,53 0,00 5,68 0,00
o.
DI Yogyakarta 0,00 27,98 0,00 0,00 0,00
Jawa Timur 6,36 41,73 0,16 3,36 0,81
.g
Banten 0,82 33,54 1,19 22,36 0,14
ps
Bali 0,00 25,10 0,00 0,63 0,00
Nusa Tenggara Barat 37,05 5,64 0,36 7,60 0,00
.b
Tabel 4.26
Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir di Perkotaan yang Persalinannya Dilakukan
di Fasilitas Kesehatan Menurut Provinsi dan Lama Rawat di Fasilitas Kesehatan, 2016
id
DKI Jakarta 7,81 17,53 23,42 51,24
o.
Jawa Barat 19,87 30,56 18,33 31,24
Jawa Tengah 23,68 33,16 16,79 26,36
.g
DI Yogyakarta 8,80 19,22 23,63 48,35
Jawa Timur 29,75 22,49 18,61 29,15
ps
Banten 24,56 15,60 19,05 40,79
.b
Tabel 4.27
Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir di Perdesaan yang Persalinannya Dilakukan
di Fasilitas Kesehatan Menurut Provinsi dan Lama Rawat di Fasilitas Kesehatan, 2016
id
DKI Jakarta - - - -
o.
Jawa Barat 46,92 26,83 11,00 15,25
Jawa Tengah 31,87 28,92 17,18 22,03
.g
DI Yogyakarta 20,13 42,98 0,00 36,90
Jawa Timur 37,00 22,54 15,77 24,69
ps
Banten 66,23 26,43 2,56 4,77
.b
Tabel 4.28
Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir yang Persalinannya Dilakukan di Fasilitas Kesehatan
Menurut Provinsi dan Lama Rawat di Fasilitas Kesehatan, 2016
id
DKI Jakarta 7,81 17,53 23,42 51,24
o.
Jawa Barat 25,59 29,77 16,78 27,86
Jawa Tengah 28,04 30,90 17,00 24,06
.g
DI Yogyakarta 11,43 24,74 18,14 45,69
Jawa Timur 33,49 22,51 17,14 26,85
ps
Banten 33,03 17,80 15,70 33,47
.b
Tabel 4.29
Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir yang Melakukan Periksa atau Kontrol Kesehatan Pertama
Setelah Melahirkan Menurut Provinsi dan Tipe Daerah, 2016
Perkotaan +
Provinsi Perkotaan Perdesaan
Perdesaan
(1) (2) (3) (4)
id
DKI Jakarta 91,08 - 91,08
o.
Jawa Barat 91,58 88,98 90,88
Jawa Tengah 90,21 87,55 88,77
.g
DI Yogyakarta 100,00 100,00 100,00
Jawa Timur 91,92 89,16 90,48
ps
Banten 91,58 77,57 87,12
.b
Tabel 4.30
Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir yang Ibunya Melakukan Periksa atau Kontrol Kesehatan
Pertama Kali Menurut Provinsi dan Waktu Periksa atau Kontrol Kesehatan Pertama Kali Setelah Melahirkan, 2016
id
DKI Jakarta 10,32 28,41 8,51 52,77
o.
Jawa Barat 25,89 36,20 6,83 31,08
Jawa Tengah 28,43 32,68 9,51 29,38
.g
DI Yogyakarta 8,31 29,78 10,97 50,94
Jawa Timur 21,14 36,70 11,77 30,39
ps
Banten 19,68 34,61 4,92 40,79
.b
Tabel 4.31
Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir di Perkotaan Menurut Provinsi dan Jenis Pemeriksaan
Terhadap Ibu Saat Periksa atau Kontrol Kesehatan Pertama Kali Setelah Melahirkan, 2016
Diberi Diperiksa
Diberi
Provinsi Pelayanan Kontrasepsi Payudara dan Dianjurkan
Kapsul Vitamin A
Pasca Persalinan ASI Ekslusif
(1) (2) (3) (4)
id
Kepulauan Riau 92,69 85,41 34,01
o.
DKI Jakarta 91,61 86,94 66,29
Jawa Barat 92,57 81,21 60,54
.g
Jawa Tengah 89,19 84,93 44,57
DI Yogyakarta 85,19 92,10 42,17
ps
Jawa Timur 91,45 84,52 46,63
Banten 87,40 81,88 56,00
.b
Tabel 4.32
Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir di Perdesaan Menurut Provinsi dan Jenis Pemeriksaan
Terhadap Ibu Saat Periksa atau Kontrol Kesehatan Pertama Kali Setelah Melahirkan, 2016
Diberi Diperiksa
Diberi
Provinsi Pelayanan Kontrasepsi Payudara dan Dianjurkan
Kapsul Vitamin A
Pasca Persalinan ASI Ekslusif
(1) (2) (3) (4)
id
Kepulauan Riau 70,62 94,96 76,92
o.
DKI Jakarta - - -
Jawa Barat 93,56 95,18 47,94
.g
Jawa Tengah 89,28 87,07 41,83
DI Yogyakarta 95,52 73,75 26,57
ps
Jawa Timur 88,04 88,58 44,61
Banten 92,53 91,13 48,97
.b
Tabel 4.33
Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir Menurut Provinsi
dan Jenis Pemeriksaan Terhadap Ibu Saat Periksa atau Kontrol Kesehatan Pertama Kali
Setelah Melahirkan, 2016
Diberi Diperiksa
Diberi
Provinsi Pelayanan Kontrasepsi Payudara dan Dianjurkan
Kapsul Vitamin A
Pasca Persalinan ASI Ekslusif
(1) (2) (3) (4)
id
Kep. Bangka Belitung 82,31 80,65 48,60
o.
Kepulauan Riau 89,93 86,61 39,38
.g
Jawa Barat 92,83 84,90 57,22
Jawa Tengah 89,24 86,07 43,11
ps
DI Yogyakarta 87,59 87,84 38,55
Jawa Timur 89,70 86,61 45,59
.b
Tabel 4.34
Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir Menurut Provinsi dan Pemeriksa Ibu Saat Periksa atau
Kontrol Kesehatan Pertama Kali Setelah Melahirkan, 2016
Tenaga Dukun
Dokter Dokter
Provinsi Bidan Perawat Kesehatan Beranak/ Lainnya
Kandungan Umum
Lainnya Paraji
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
id
Kepulauan Riau 35,93 2,61 59,62 0,01 1,83 0,00 0,00
o.
DKI Jakarta 46,35 0,00 50,63 1,45 1,57 0,00 0,00
Jawa Barat 24,49 1,33 72,25 1,33 0,48 0,12 0,00
.g
Jawa Tengah 27,35 2,14 69,44 0,50 0,57 0,00 0,00
DI Yogyakarta 51,52 2,44 46,05 0,00 0,00 0,00 0,00
ps
Jawa Timur 26,91 1,02 70,25 1,58 0,18 0,00 0,06
Banten 26,86 0,37 70,99 1,33 0,14 0,32 0,00
.b
Nusa Tenggara Barat 10,83 3,06 83,08 1,98 1,05 0,00 0,00
Nusa Tenggara Timur 16,42 5,60 74,45 2,96 0,12 0,44 0,00
w
id
o.
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
id
o.
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
BAB 5
CAKUPAN NEONATAL
Sejak seorang anak dilahirkan, telah melekat berbagai hak pada dirinya. Salah satu
hak tersebut diatur dalam pasal 28 Undang-Undang Dasar 1945. Pasal 28D ayat 1
menyebutkan setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian
hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum. Berbagai hak yang
melekat pada diri seorang anak sebagai warga negara hanya dapat diklaim dengan bukti
yang memiliki kekuatan hukum seperti akte kelahiran. Kepengurusan akte kelahiran
membutuhkan beberapa syarat diantaranya menyertakan surat keterangan lahir. Dengan
memiliki surat keterangan lahir, seseorang dapat mengurus akte kelahiran yang berisi
id
identitas diri seorang anak sebagai wujud pengakuan negara mengenai status individu,
o.
status perdata, dan status kewarganegaraan.
.g
Pasal 28 H ayat 1 mengamanatkan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir
ps
dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik, sehat serta
berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan yang berkualitas dan
.b
berkesinambungan sangat diperlukan sejak bayi dalam kandungan, saat lahir juga masa
w
neonatal. Hal tersebut berkaitan dengan perlunya deteksi sedini mungkin, terutama dalam
w
24 jam pertama kehidupan, terhadap berbagai kelainan yang terjadi pada bayi sehingga
dapat dihindari penyebab kematian, kesakitan dan kecacatan.
//w
Angka kematian neonatal dan peningkatan kesehatan bayi, anak dan remaja menjadi
s:
isu strategis yang dituangkan dalam rencana pembangunan jangka menengah nasional
tp
kesehatan saat bayi baru lahir. Kontrol kesehatan bagi bayi baru lahir mencakup waktu,
pemeriksa dan tempat yang diterima oleh setiap anak yang dilahirkan hidup oleh wanita
usia subur tersebut dalam dua tahun terakhir.
Bab cakupan neonatal ini berisi berbagai informasi terkait dengan neonatal.
Informasi tersebut antara lain kepemilikan surat keterangan lahir, kepemilikan kms/buku
kia, berat lahir, panjang lahir, dan kontrol kesehatan setelah lahir. Penyajian data terkait
informasi tersebut beberapa diantaranya disajikan berdasarkan tipe daerah tempat tinggal.
Kepemilikan surat keterangan lahir merupakan salah satu syarat untuk memiliki akta
id
kelahiran sebagai wujud pengakuan negara mengenai status individu, status perdata, dan
status kewarganegaraan seseorang. Akta kelahiran adalah daftar yang memuat data
o.
outentik mengenai peristiwa kelahiran, yang diterbitkan dan ditanda tangani oleh pejabat
.g
berwenang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dengan memiliki akta
ps
kelahiran, seorang anak memiliki legalitas anak yang sah dan mempermudah akses
terhadap hak-haknya sebagai warga negara.
.b
Gambar 5.1
w
Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir Menurut Kepemilikan Surat Keterangan Lahir
dan Tipe Daerah, 2016
w
//w
s:
tp
ht
Gambar 5.1 menampilkan persentase anak lahir hidup dalam dua tahun terakhir
menurut kepemilikan surat keterangan lahir. Gambar tersebut menunjukkan sebagian
besar anak lahir hidup dalam dua tahun terakhir (79,83 persen) memiliki surat keterangan
lahir, baik yang dapat ditunjukkan kepada petugas survei maupun tidak dapat ditunjukkan.
Ditinjau berdasarkan tipe daerah, ternyata anak yang tidak memiliki surat keterangan lahir
lebih banyak di daerah perdesaan (28,68 persen) dibandingkan di daerah perkotaan (12,05
persen).
id
balita merupakan kartu yang memuat kurva pertumbuhan normal anak berdasarkan indeks
o.
antropometri berat badan yang dibedakan berdasarkan jenis kelamin. KMS digunakan
.g
untuk mencatat berat badan, memantau pertumbuhan balita setiap bulan dan sebagai
media penyuluhan gizi dan kesehatan. Kepemilikan KMS sebagai instrumen utama
ps
pemantauan pertumbuhan biasanya terintegrasi dengan kepesertaan balita pada kegiatan
.b
Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan alat untuk mendeteksi secara dini
w
adanya gangguan atau masalah kesehatan ibu dan anak, alat komunikasi dan penyuluhan
dengan informasi yang penting bagi ibu, keluarga dan masyarakat mengenai pelayanan,
//w
kesehatan ibu dan anak termasuk rujukannya dan paket (standar) pelayanan KIA, gizi,
imunisasi, dan tumbuh kembang balita. Peraturan yang menjelaskan tentang buku KIA
s:
Gambar 5.2
Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir Menurut Kepemilikan KMS/Buku KIA dan Tipe Daerah,
2016
id
o.
.g
ps
.b
Gambar 5.2 menginformasikan persentase anak lahir hidup dalam dua tahun terakhir
w
menurut kepemilikan KMS/Buku KIA. Berdasarkan informasi tersebut hampir semua anak
//w
lahir hidup dalam dua tahun terakhir (90,43 persen) memiliki KMS/Buku KIA, baik yang
dapat ditunjukkan kepada petugas survei maupun tidak dapat ditunjukkan. Anak lahir
s:
hidup dalam dua tahun terakhir yang tidak memiliki KMS/Buku KIA lebih banyak terdapat
tp
Sekitar 28,44 persen anak lahir hidup dalam dua tahun terakhir mengaku memiliki
KMS/Buku KIA namun tidak dapat ditunjukkan pada petugas survei. Keberadaan KMS/Buku
KIA tersebut, sekitar 48,61 persen disimpan di Posyandu/bidan. Rincian keberadaan kartu
selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 5.3.
Gambar 5.3
Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir yang Memiliki KMS/Buku KIA tetapi Tidak Dapat Ditunjukkan
Menurut Keberadaan KMS/Buku KIA dan Tipe Daerah, 2016
id
o.
.g
ps
.b
Salah satu ukuran untuk menilai kualitas bayi adalah dengan menimbang bayi pada
s:
saat lahir. Salah satu tanda bayi lahir sehat adalah memiliki berat lahir cukup. Sesuai
tp
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 53 Tahun 2014 Tentang Pelayanan
Kesehatan Neonatal Esensial, berat badan bayi lahir normal adalah 2500-4000 gram. Berat
ht
bayi lahir dikatakan rendah apabila kurang dari 2500 gram. Bayi dengan berat lahir rendah
tentu memerlukan perawatan intensif sehingga meningkatkan kemampuan adaptasi
dengan lingkungan yang baru.
Terdapat sekitar 18,72 persen anak lahir hidup dalam dua tahun terakhir yang
tergolong berat bayi lahir rendah (Gambar 5.4). Dari persentase tersebut, jika dipilah antar
tipe daerah, kesenjangan yang terjadi tidak terlalu besar hanya sekitar 0,32 persen lebih
tinggi di daerah perkotaan dibanding di daerah perdesaan.
Gambar 5.4
Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir Menurut Berat Badan Lahir dan Tipe Daerah, 2016
Perkotaan
78,76
74,10 76,49
Perdesaan
Perkotaan+Perdesaan
id
Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2016
o.
5.4 Panjang Lahir
.g
ps
Ukuran panjang bayi sebagai tanda bayi lahir normal, sebagaimana tercantum pada
.b
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 53 Tahun 2014 tentang Pelayanan
w
Kesehatan Neonatal Esensial adalah berkisar 48-52 centimeter. Bayi yang lahir dengan
panjang kurang dari panjang normal tentunya membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut
w
untuk mengetahui kondisi kesehatan secara keseluruhan dan menentukan jenis perawatan
//w
Gambar 5.5 menunjukkan bahwa pada level nasional terdapat sekitar 46,06 persen
anak lahir hidup dalam dua tahun terakhir yang memiliki panjang lahir normal yaitu sekitar
tp
48-52 cm. Disagregasi berdasarkan tipe daerah menunjukkan terdapat kesenjangan antara
ht
perkotaan dan perdesaan dimana persentase daerah perkotaan lebih tinggi 22,99 persen
dibanding dengan daerah perdesaan.
Hal yang perlu mendapat perhatian lebih dari hasil survei ini adalah masih
rendahnya pencatatan panjang bayi lahir terutama di daerah perdesaan. Hal tersebut
dibuktikan dengan masih banyaknya (15,85 persen) anak lahir hidup dalam dua tahun
terakhir di perdesaan yang tidak diukur panjang waktu lahir, serta masih banyaknya (31,68
persen) responden di perdesaan yaitu wanita usia subur 15-49 tahun yang tidak ingat
panjang lahir anak yang dilahirkan hidup dalam dua tahun terakhir.
Gambar 5.5
Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir Menurut Panjang Lahir dan Tipe Daerah, 2016
Perkotaan
57,29 Perdesaan
46,06 Perkotaan+Perdesaan
34,29
31,68
25,42
19,45
16,61 15,22 15,93 15,85
9,50
3,20 2,96 3,09 3,45
id
Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2016
o.
5.5 Kontrol Kesehatan Setelah Lahir
.g
ps
Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi yang disebabkan oleh paparan atau
.b
saat setelah lahir. Kontrol kesehatan pada bayi setelah lahir dilakukan untuk menilai kondisi
bayi baru lahir. Hal tersebut penting karena sehingga penanganan lebih lanjut terhadap
w
Susenas MKP 2016 mengumpulkan data terkait periksa atau kontrol kondisi bayi saat
s:
baru lahir baik oleh petugas kesehatan atau dukun. Berdasarkan Gambar 5.6, sebagian
besar (80,69 persen) anak lahir hidup dalam dua tahun terakhir diperiksa atau dikontrol
tp
kondisinya setelah proses kelahiran. Persentase tersebut lebih tinggi sekitar 7,39 persen di
ht
Periksa pertama kali bagi bayi baru lahir/neonatus untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan idealnya dilakukan pada 6-48 jam setelah lahir. Berdasarkan informasi yang
disajikan pada Gambar 5.7 terdapat sekitar 28,29 persen anak lahir hidup dalam dua tahun
terakhir diperiksa atau dikontrol kondisinya pertama kali dalam jangka waktu 0-2 hari
setelah proses kelahiran. Namun demikian persentase terbesar mencapai hampir separuh
yaitu 49,32 persen adalah periksa atau kontrol dalam jangka waktu 3-7 hari setelah proses
kelahiran.
Gambar 5.6
Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir Menurut Pemeriksaan
atau Kontrol Kesehatan Setelah Lahir, 2016
id
o.
.g
ps
.b
Gambar 5.7
w
Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir Menurut Waktu Pemeriksaan atau
Kontrol Kesehatan Pertama Kali Setelah Lahir, 2016
//w
Perkotaan
52,75
49,32 Perdesaan
s:
45,38
Perkotaan+Perdesaan
tp
32,39
28,29
ht
24,73
Pemeriksaan pertama kali bagi bayi baru lahir yang bertujuan mengetahui sedini
mungkin kelainan pada bayi serta memberikan pelayanan kesehatan yang komprehensif,
sudah seharusnya dilakukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten. Sebagaimana dapat
dilihat pada Gambar 5.8, dari seluruh anak lahir hidup dalam dua tahun terakhir yang
melakukan pemeriksaan atau kontrol kesehatan pertama kali setelah lahir, hampir
seluruhnya (98,35 persen) dilakukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten (dokter anak,
dokter umum, bidan, perawat dan tenaga kesehatan lainnya).
Gambar 5.8
Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir
Menurut Pemeriksa Kesehatan Pertama Kali Setelah Lahir, 2016
id
o.
.g
ps
.b
w
w
//w
Gambar 5.9 menggambarkan persentase anak lahir hidup dalam dua tahun terakhir
s:
yang melakukan pemeriksaan atau kontrol kesehatan pertama kali setelah lahir menurut
tp
tempat periksa. Secara total tempat periksa terbesar adalah di tempat bidan praktik
ht
mandiri (30,77 persen), hal tersebut sejalan dengan tempat periksa di daerah perkotaan di
mana persentase tertinggi (34,16 persen) adalah bidan praktik mandiri. Namun berbeda
dengan kondisi di daerah perdesaan, tempat periksa yang paling banyak dipilih (32,29
persen) adalah rumah.
Gambar 5.9
Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir
Menurut Tempat Periksa Kesehatan Pertama Kali Setelah Lahir, 2016
id
o.
.g
ps
.b
Tabel 5.1
Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir di Perkotaan
Menurut Kepemilikan Surat Keterangan Lahir, 2016
id
Kepulauan Riau 56,50 33,26 10,24
o.
Jawa Barat 51,52 33,51 14,98
Jawa Tengah 66,15
.g
26,43 7,42
DI Yogyakarta 49,85 46,22 3,92
ps
Jawa Timur 59,46 32,27 8,27
Banten 41,21 42,44 16,36
.b
Tabel 5.2
Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir di Perdesaan
Menurut Kepemilikan Surat Keterangan Lahir, 2016
id
Kep. Bangka Belitung 50,54 27,35 22,11
Kepulauan Riau 76,78 9,59 13,63
o.
DKI Jakarta - - -
Jawa Barat 53,89 26,84 19,27
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
65,92
57,25 .g 24,74
27,54
9,34
15,21
ps
Jawa Timur 55,67 23,69 20,64
Banten 44,04 15,81 40,15
.b
Tabel 5.3
Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir
Menurut Kepemilikan Surat Keterangan Lahir, 2016
id
Kep. Bangka Belitung 60,68 21,85 17,47
Kepulauan Riau 59,03 30,31 10,66
o.
DKI Jakarta 57,59 41,50 0,91
Jawa Barat 52,16 31,71 16,13
Jawa Tengah 66,03
.g 25,52 8,45
ps
DI Yogyakarta 51,57 41,89 6,54
Jawa Timur 57,49 27,80 14,71
Banten 42,11 33,96 23,93
.b
Tabel 5.4
Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir di Perkotaan
Menurut Kepemilikan KMS/Buku KIA, 2016
id
Kep. Bangka Belitung 63,23 20,55 16,22
Kepulauan Riau 59,01 36,35 4,63
o.
DKI Jakarta 65,61 32,46 1,93
Jawa Barat 62,03 30,13 7,84
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
76,67
81,87 .g 18,34
18,13
5,00
0,00
ps
Jawa Timur 66,00 30,31 3,68
Banten 51,44 41,28 7,28
.b
Tabel 5.5
Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir di Perdesaan
Menurut Kepemilikan KMS/Buku KIA, 2016
id
Kep. Bangka Belitung 77,39 17,28 5,32
Kepulauan Riau 73,71 26,29 0,00
o.
DKI Jakarta - - -
Jawa Barat 65,99 26,43 7,58
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
81,06
69,88 .g 15,45
30,12
3,50
0,00
ps
Jawa Timur 70,97 24,42 4,61
Banten 58,83 25,50 15,67
.b
Tabel 5.6
Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir
Menurut Kepemilikan KMS/Buku KIA, 2016
id
Kep. Bangka Belitung 70,31 18,92 10,77
Kepulauan Riau 60,85 35,10 4,06
o.
DKI Jakarta 65,61 32,46 1,93
Jawa Barat 63,10 29,13 7,77
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
79,03
79,09 .g 16,78
20,91
4,19
0,00
ps
Jawa Timur 68,59 27,24 4,17
Banten 53,79 36,26 9,95
.b
Tabel 5.7
Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir di Perkotaan
yang Memiliki KMS/Buku KIA Tetapi Tidak Dapat Ditunjukkan
Menurut Keberadaan KMS/Buku KIA, 2016
id
Lampung 80,22 0,00 0,00 19,78
Kep. Bangka Belitung 15,77 0,00 46,58 37,66
o.
Kepulauan Riau 20,40 4,05 66,13 9,43
.g
Jawa Barat 53,78 2,39 28,80 15,03
Jawa Tengah 31,57 13,73 28,61 26,09
ps
DI Yogyakarta 24,28 0,00 45,32 30,40
Jawa Timur 56,91 2,78 14,42 25,89
.b
Tabel 5.8
Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir di Perdesaan
yang Memiliki KMS/Buku KIA Tetapi Tidak Dapat Ditunjukkan
Menurut Keberadaan KMS/Buku KIA, 2016
id
Lampung 57,11 7,86 29,03 6,00
Kep. Bangka Belitung 49,78 0,00 50,22 0,00
o.
Kepulauan Riau 45,77 2,36 0,00 51,87
DKI Jakarta - - - -
.g
Jawa Barat 76,19 0,88 13,03 9,90
Jawa Tengah 44,65 3,32 36,69 15,34
ps
DI Yogyakarta 45,62 0,00 0,00 54,38
Jawa Timur 68,91 11,44 10,67 8,97
.b
Tabel 5.9
Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir
yang Memiliki KMS/Buku KIA Tetapi Tidak Dapat Ditunjukkan
Menurut Keberadaan KMS/Buku KIA, 2016
id
Lampung 65,03 5,17 19,09 10,72
Kep. Bangka Belitung 31,31 0,00 48,24 20,45
o.
Kepulauan Riau 22,77 3,89 59,95 13,40
.g
Jawa Barat 59,26 2,02 24,94 13,78
Jawa Tengah 38,06 8,57 32,61 20,76
ps
DI Yogyakarta 31,41 0,00 30,17 38,42
Jawa Timur 62,51 6,82 12,67 17,99
.b
Tabel 5.10
Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir di Perkotaan
Menurut Berat Lahir, 2016
Tidak
Provinsi <2 Kg 2-2,49 Kg ≥2,5 Kg Tidak Ingat
Ditimbang
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
id
Kep. Bangka Belitung 5,74 8,90 85,37 0,00 0,00
Kepulauan Riau 0,95 12,78 85,72 0,00 0,54
o.
DKI Jakarta 0,69 18,61 80,15 0,00 0,54
Jawa Barat 4,55 22,17 70,74 2,01 0,52
.g
Jawa Tengah 1,25 12,28 86,09 0,21 0,18
DI Yogyakarta 2,40 9,54 88,06 0,00 0,00
ps
Jawa Timur 1,81 13,29 82,44 1,50 0,96
Banten 9,17 15,21 72,08 3,54 0,00
.b
Tabel 5.11
Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir di Perdesaan
Menurut Berat Lahir, 2016
Tidak
Provinsi <2 Kg 2-2,49 Kg ≥2,5 Kg Tidak Ingat
Ditimbang
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
id
Kep. Bangka Belitung 1,37 19,95 77,64 0,00 1,04
Kepulauan Riau 0,00 38,10 61,90 0,00 0,00
o.
DKI Jakarta - - - - -
Jawa Barat 0,78 24,72 69,07 1,88 3,54
.g
Jawa Tengah 1,91 15,83 81,76 0,23 0,26
DI Yogyakarta 0,00 30,94 69,06 0,00 0,00
ps
Jawa Timur 0,55 15,30 81,05 1,85 1,25
Banten 10,53 12,54 66,31 5,75 4,87
.b
Tabel 5.12
Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir Menurut Berat Lahir, 2016
Tidak
Provinsi <2 Kg 2-2,49 Kg ≥2,5 Kg Tidak Ingat
Ditimbang
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
id
DKI Jakarta 0,69 18,61 80,15 0,00 0,54
o.
Jawa Barat 3,54 22,86 70,29 1,97 1,34
Jawa Tengah 1,61 14,19 83,76 0,22 0,22
.g
DI Yogyakarta 1,85 14,51 83,65 0,00 0,00
Jawa Timur 1,16 14,34 81,72 1,68 1,11
ps
Banten 9,60 14,36 70,25 4,24 1,55
Tabel 5.13
Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir di Perkotaan
Menurut Panjang Lahir, 2016
id
Kepulauan Riau 18,56 60,94 1,31 0,70 18,49
o.
DKI Jakarta 26,40 63,74 2,39 0,00 7,47
Jawa Barat 17,44 58,37 3,98 2,31 17,91
.g
Jawa Tengah 21,53 56,05 3,80 1,74 16,88
DI Yogyakarta 16,90 70,70 0,00 0,00 12,40
ps
Jawa Timur 11,25 67,96 2,71 2,32 15,76
Banten 16,97 49,16 2,05 5,20 26,62
.b
Tabel 5.14
Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir di Perdesaan
Menurut Panjang Lahir, 2016
id
Kepulauan Riau 24,92 29,21 0,00 6,57 39,31
DKI Jakarta - - - - -
o.
Jawa Barat 21,33 36,93 4,41 14,23 23,10
Jawa Tengah 25,64 48,46 2,06 4,81 19,03
DI Yogyakarta 48,81 49,23
.g 1,96 0,00 0,00
ps
Jawa Timur 14,83 54,15 5,08 4,65 21,29
Banten 7,35 23,31 2,46 20,37 46,52
.b
Tabel 5.15
Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir Menurut Panjang Lahir, 2016
id
DKI Jakarta 26,40 63,74 2,39 0,00 7,47
o.
Jawa Barat 18,49 52,59 4,09 5,52 19,31
Jawa Tengah 23,74 51,96 2,86 3,39 18,04
.g
DI Yogyakarta 24,31 65,72 0,46 0,00 9,52
Jawa Timur 13,11 60,76 3,95 3,54 18,64
ps
Banten 13,91 40,93 2,18 10,03 32,96
Tabel 5.16
Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir yang Diperiksa
atau Dikontrol Kesehatan Setelah Lahir Menurut Tipe Daerah, 2016
Perkotaan +
Provinsi Perkotaan Perdesaan
Perdesaan
(1) (2) (3) (4)
id
Kep. Bangka Belitung 86,85 77,48 82,16
Kepulauan Riau 85,94 65,90 83,44
o.
DKI Jakarta 89,70 - 89,70
Jawa Barat 87,01 85,28 86,54
.g
Jawa Tengah 85,37 84,82 85,08
DI Yogyakarta 98,19 95,56 97,58
ps
Jawa Timur 89,71 83,81 86,64
Banten 88,03 78,92 85,13
.b
Tabel 5.17
Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir di Perkotaan
Menurut Waktu Pemeriksaan atau Kontrol Kesehatan Pertama Kali
Setelah Lahir, 2016
id
Kep. Bangka Belitung 23,30 44,62 21,86 10,22
Kepulauan Riau 29,71 49,59 16,96 3,73
o.
DKI Jakarta 19,30 58,86 15,33 6,51
.g
Jawa Barat 23,39 61,39 9,01 6,21
Jawa Tengah 19,75 58,23 15,45 6,56
ps
DI Yogyakarta 12,96 74,51 9,97 2,57
Jawa Timur 24,16 59,16 10,73 5,96
.b
Tabel 5.18
Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir di Perdesaan
Menurut Waktu Pemeriksaan atau Kontrol Kesehatan Pertama Kali
Setelah Lahir, 2016
id
Kep. Bangka Belitung 39,58 43,63 2,90 13,88
Kepulauan Riau 47,42 12,58 29,29 10,71
o.
DKI Jakarta - - - -
.g
Jawa Barat 30,00 57,30 9,35 3,36
Jawa Tengah 24,46 57,79 9,09 8,66
ps
DI Yogyakarta 3,38 88,17 8,46 0,00
Jawa Timur 23,73 57,28 11,93 7,06
.b
Tabel 5.19
Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir
Menurut Waktu Pemeriksaan atau Kontrol Kesehatan Pertama Kali
Setelah Lahir, 2016
id
Kep. Bangka Belitung 30,98 44,15 12,92 11,94
Kepulauan Riau 31,46 45,95 18,18 4,42
o.
DKI Jakarta 19,30 58,86 15,33 6,51
.g
Jawa Barat 25,14 60,31 9,10 5,45
Jawa Tengah 22,28 58,00 12,04 7,69
ps
DI Yogyakarta 10,78 77,61 9,62 1,98
Jawa Timur 23,94 58,21 11,33 6,51
.b
Tabel 5.20
Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir di Perkotaan
Menurut Pemeriksa Kesehatan Pertama Kali Setelah Lahir, 2016
Tenaga
Dokter Dokter Dukun/
Provinsi Bidan Perawat Kesehatan Lainnya
Anak Umum Paraji
Lainnya
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
id
Lampung 24,03 0,00 73,31 2,66 0,00 0,00 0,00
Kep. Bangka Belitung 16,48 2,88 73,30 6,95 0,00 0,39 0,00
o.
Kepulauan Riau 29,80 9,79 56,33 4,09 0,00 0,00 0,00
.g
Jawa Barat 23,14 1,54 72,40 0,42 0,78 1,71 0,00
Jawa Tengah 22,21 1,78 73,46 1,42 0,00 1,14 0,00
ps
DI Yogyakarta 55,93 0,00 41,72 2,35 0,00 0,00 0,00
Jawa Timur 26,24 2,82 68,34 1,96 0,37 0,26 0,00
.b
Nusa Tenggara Timur 31,76 8,32 59,19 0,73 0,00 0,00 0,00
//w
Tabel 5.21
Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir di Perdesaan
Menurut Pemeriksa Kesehatan Pertama Kali Setelah Lahir, 2016
Tenaga
Dokter Dokter Dukun/
Provinsi Bidan Perawat Kesehatan Lainnya
Anak Umum Paraji
Lainnya
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
id
Lampung 4,68 0,73 93,09 0,35 0,00 0,51 0,65
Kep. Bangka Belitung 7,97 0,00 92,03 0,00 0,00 0,00 0,00
o.
Kepulauan Riau 8,84 0,00 91,07 0,09 0,00 0,00 0,00
DKI Jakarta - - - - - - -
.g
Jawa Barat 7,26 0,00 89,36 0,00 0,00 3,39 0,00
Jawa Tengah 8,57 1,25 86,87 1,37 0,00 1,93 0,00
ps
DI Yogyakarta 24,09 0,00 75,91 0,00 0,00 0,00 0,00
Jawa Timur 13,64 0,48 84,79 0,56 0,00 0,54 0,00
.b
Nusa Tenggara Timur 7,20 3,51 84,26 3,76 0,45 0,39 0,43
//w
Tabel 5.22
Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir
Menurut Pemeriksa Kesehatan Pertama Kali Setelah Lahir, 2016
Tenaga
Dokter Dokter Dukun/
Provinsi Bidan Perawat Kesehatan Lainnya
Anak Umum Paraji
Lainnya
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
id
Lampung 9,41 0,55 88,26 0,92 0,00 0,38 0,49
Kep. Bangka Belitung 12,47 1,52 82,13 3,67 0,00 0,21 0,00
o.
Kepulauan Riau 27,73 8,82 59,75 3,69 0,00 0,00 0,00
.g
Jawa Barat 18,92 1,13 76,90 0,31 0,57 2,15 0,00
Jawa Tengah 14,88 1,50 80,66 1,39 0,00 1,56 0,00
ps
DI Yogyakarta 48,69 0,00 49,49 1,82 0,00 0,00 0,00
Jawa Timur 19,89 1,64 76,63 1,25 0,19 0,40 0,00
.b
Nusa Tenggara Timur 13,54 4,75 77,79 2,98 0,34 0,29 0,32
//w
Tabel 5.23
Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir di Perkotaan
Menurut Tempat Periksa Kesehatan Pertama Kali Setelah Lahir, 2016
id
Kep. Bangka Belitung 11,86 5,27 8,72 3,07 12,19
Kepulauan Riau 6,67 24,08 2,87 3,03 5,23
o.
DKI Jakarta 14,24 24,82 13,81 0,00 22,15
Jawa Barat 10,04 12,87 7,74 1,38 9,75
.g
Jawa Tengah 8,07 15,83 5,97 1,40 8,32
DI Yogyakarta 23,49 23,78 8,33 0,00 13,44
ps
Jawa Timur 9,01 15,14 6,98 1,69 5,03
Banten 10,32 14,51 11,04 0,00 4,56
.b
Bidan Praktik
Polindes/
Provinsi Pustu Praktik Nakes Rumah Lainnya
Poskesdes
Mandiri Lainnya
(1) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
id
DKI Jakarta 0,00 0,00 23,39 0,00 1,59 0,00
Jawa Barat 1,92 3,22 43,42 0,13 8,19 1,34
o.
Jawa Tengah 0,13 2,21 43,70 0,13 14,02 0,24
DI Yogyakarta 0,00 0,00 29,38 0,00 1,58 0,00
.g
Jawa Timur 0,53 4,54 43,76 0,99 11,91 0,42
Banten 0,44 0,95 46,91 1,43 9,85 0,00
ps
Bali 0,00 0,00 27,77 0,00 0,00 0,00
.b
Tabel 5.24
Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir di Perdesaan
Menurut Tempat Periksa Kesehatan Pertama Kali Setelah Lahir, 2016
id
Kep. Bangka Belitung 9,56 4,22 0,00 0,00 7,02
Kepulauan Riau 21,96 0,00 0,00 0,00 3,41
o.
DKI Jakarta - - - - -
Jawa Barat 1,49 5,08 3,20 0,31 5,94
.g
Jawa Tengah 5,82 4,39 2,98 0,12 10,48
DI Yogyakarta 22,94 2,48 10,67 0,00 11,77
ps
Jawa Timur 5,02 9,92 1,93 1,51 5,36
Banten 0,49 2,60 1,82 0,00 18,77
.b
Bidan Praktik
Polindes/
Provinsi Pustu Praktik Nakes Rumah Lainnya
Poskesdes
Mandiri Lainnya
(1) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
id
DKI Jakarta - - - - - -
Jawa Barat 3,29 4,53 38,90 0,00 36,07 1,20
o.
Jawa Tengah 0,91 6,83 38,65 0,63 28,05 1,14
DI Yogyakarta 0,00 0,00 40,04 0,00 12,11 0,00
.g
Jawa Timur 3,62 11,94 40,65 0,51 18,92 0,63
Banten 4,49 4,69 39,82 0,00 25,08 2,25
ps
Bali 3,75 8,48 32,30 0,00 0,00 0,00
.b
Tabel 5.25
Persentase Anak Lahir Hidup dalam Dua Tahun Terakhir
Menurut Tempat Periksa Kesehatan Pertama Kali Setelah Lahir, 2016
id
Kep. Bangka Belitung 10,78 4,78 4,61 1,62 9,75
Kepulauan Riau 8,18 21,70 2,59 2,73 5,05
o.
DKI Jakarta 14,24 24,82 13,81 0,00 22,15
Jawa Barat 7,77 10,80 6,54 1,10 8,74
.g
Jawa Tengah 6,86 9,69 4,37 0,71 9,48
DI Yogyakarta 23,37 18,94 8,86 0,00 13,06
ps
Jawa Timur 7,00 12,51 4,44 1,59 5,20
Banten 7,42 11,00 8,32 0,00 8,75
.b
Bidan Praktik
Polindes/
Provinsi Pustu Praktik Nakes Rumah Lainnya
Poskesdes
Mandiri Lainnya
(1) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
id
DKI Jakarta 0,00 0,00 23,39 0,00 1,59 0,00
Jawa Barat 2,28 3,57 42,22 0,10 15,59 1,31
o.
Jawa Tengah 0,55 4,69 40,98 0,40 21,56 0,72
DI Yogyakarta 0,00 0,00 31,80 0,00 3,97 0,00
.g
Jawa Timur 2,09 8,27 42,19 0,75 15,44 0,53
Banten 1,64 2,05 44,82 1,00 14,34 0,66
ps
Bali 1,05 2,38 29,04 0,00 0,00 0,00
.b
DAFTAR PUSTAKA
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. 2013. Riset
Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Badan Pusat Statistik. 2016. Konsep dan Definisi Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)
September 2016. Jakarta: BPS.
Direktorat Jendral Bina Gizi dan KIA Kementerian Kesehatan RI. 2014. Pedoman Gizi
Seimbang. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan RI. 2004. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
284/MENKES/SK/III/2004 tentang Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Jakarta:
id
Kementerian Kesehatan RI.
o.
_______. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2014
.g
tentang Pedoman Gizi Seimbang. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
ps
_______. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 97 Tahun 2014
.b
tentang Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, dan
Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi, serta Pelayanan
w
_______. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2014
//w
_______. 2016. Pedoman Umum Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
tp
Nasional. 2014. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 Buku I
Agenda Pembangunan Nasional. Jakarta: Kementerian Perencanaan Pembangunan
Nasional.
_______. 2017. Terjemahan Tujuan & Target Global Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
(TPB)/Sustainable Development Goals (SDGs). Jakarta: Kementerian Perencanaan
Pembangunan Nasional.
Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. 2013. Infodatin: Perilaku Merokok
Masyarakat Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Pusat Promosi Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. 2011. Pedoman Pembinaan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
_______. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan. Jakarta: Sekretariat Negara.
_______. 2011. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial. Jakarta: Sekretariat Negara.
id
_______. 2013. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2013 tentang
o.
Jaminan Kesehatan. Jakarta: Sekretariat Negara.
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
id
o.
.g
ps
LAMPIRAN
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
id
o.
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
id
o.
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
id
o.
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
id
o.
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
id
o.
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
id
o.
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
id
o.
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
id
o.
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
id
o.
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
id
o.
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
id
o.
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
id
o.
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
id
o.
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
id
o.
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
id
o.
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
id
o.
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
id
o.
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
id
o.
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
id
o.
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
id
o.
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
id
o.
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
id
o.
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
id
o.
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
id
o.
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
id
o.
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
id
o.
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
id
o.
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
id
o.
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
id
o.
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
id
o.
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
id
o.
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht
id
o.
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht