Вы находитесь на странице: 1из 4

PROGRES, ANALISA DAN EVALUASI

METODE TRIANGULASI PADA PETA PORONG SIDOARJO

(Kelompok 4)
Oleh

Fahmi Zacki Mubarak

NPM:140710150046

Gambar 1. Peta Kontur Daerah Porong, Sidoarjo

Gambar diatas menerangkan bahwa pada koordinat porong tersebut dibagi kedalam
delapan zona yang akan ditentukan titik-titik triangulasinya masing-masing. Proses ini
dibagi-bagi kepada setiap kelompok menentukan titik triangulasi dari zona tertentu. Metode
Triangulasi pada pengolahan data kontur dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas dari
suatu data (dalam hal ini data porong). Metode penelitian dengan tehnik triangulasi
digunakan dengan adanya dua asumsi yaitu pertama, pada level pendekatan, tehnik
triangulasi digunakan karena adanya keinginan melakukan penelitian dengan menggunakan
dua metode sekaligus yakni, metode penelitian kualitatif dan metode penelitian kuantitatif.
Hal ini didasarkan karena, masing-masing metode memiliki kelemahan dan kelebihan
tertentu. Suatu masalah jika dilihat dengan menggunakan suatu metode akan berbeda jika
dilihat dengan menggunakan metode yang lain. Oleh karena itu akan sangat bermanfaat
apabila kedua sudut pandang yang berbeda tersebut digunakan secara bersama-samaa dalam
menanggapi suatu permasalahan sehingga diharapkan dapat memperoleh hasil yang lebih
lengkap dan sempurna.

Gambar 2. Data Koordinat Porong dan Triangulasi dari Kelompok 4

Gambar diatas menunjukkan nilai-nilai dari koordinat porong pada zona 4. Dari data
tersebut dibuat titik triangulasi yang berjumlah sepuluh titik yang selanjutnya akan dibuat
peta kontur baru seperti pada gambar dibawah.

Gambar 3. Peta Kontur Porong Kelompok 4 Gambar 4. Peta Porong Kelompok 4 Setelah Triangulasi
Gambar 5. Titik Triangulasi 7

Analisa:

Titik triangulasi ke tujuh (T7) dalam hal ini dibentuk oleh tiga titik diantaranya P-188, P-192
dan P-103. Dari ketiga titik tersebut dibuat masing-masing persamaan linier dalam Ax + By + C = Z.
A, B dan C adalah variable yang akan dihitung terlebih dahulu untuk menetukan nilai dari titik
triangulasi (dalam hal ini CBA). x dan y adalah variabel yang mengandung nilai koordinat longitude
dan latitude sedangkan Z adalah besar CBA (Complete Bouger Anomaly) pada titik tersebut. Maka
dapat dihasilkan persamaan:

112.72067633611A + -7.487825614B + C = -24.95831712


112.72743266111A + -7.497032194B + C = -24.94969127
112.72110133056A + -7.500187650B + C = -31.10841269

Maka dari persamaan tersebut didapat nilai A, B dan C sebagai berikut:

A = 712.5808181; B = 521.9964141; C = -76438.93196

Setelah itu maka dapat ditentukan nilai ZT (CBA hasil Triangulasi) dari nilai A, B dan C yaitu sebesar
-26.89692103.

Dari hasil tersebut dihitung nilai error pada perhitungan metode triangulasi ini dengan
membagi hasil ZT dengan Z pada setiap titik yang akhirnya didapat nilai masing-masing 0,99%; 1%;
1%. Nilai error (RMS) ini menunjukkan seberapa dekat atau bagusnya kesesuaian antara hasil metode
triangulasi terhadap data primer yang dimiliki. T7 ini adalah titik triangulasi yang tidak dapat berdiri
sendiri dan harus disesuaikan dengan titik triangulasi yang lainnya.

Evaluasi:

1. Titik-titik triangulasinya diperbanyak lagi agar kontur yang dihasilkan dan data akhirnya
semakin baik.
2. Jarak antar titik yang dibentuk triangulasinya diusahakan agar tidak terlalu jauh sebab
mempengaruhi nilai error yang dimiliki titik triangulasi tersebut.
3. Proyeksi titik triangulasi harus dilakukan seteliti mungkin agar data proyeksinya bagus.

Вам также может понравиться