Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
Komunikasi antar budaya terjadi bila pengirim pesan adalah anggota dari suatu
budaya dan penerima pesannya adalah anggota dari suatu budaya lain. (Richard
E.Porter dan Larry A.Samover : 1982). Dengan kata lain, komunikasi antar budaya
merupakan komunikasi antar dua atau lebih budaya baik dalam satu Negara maupun antar
negara lain. Budaya dan komunikasi tidak dapat dipisahkan karena bagaimanapun juga
budaya merupakan landasan dasar dari komunikasi. Budaya yang ada di dunia ini
beragam, oleh sebab itu akan menghasilkan komunikasi yang beragam pula. Untuk dapat
berkomunikasi dengan baik, kita harus dapat mempelajari budaya daerah atau negara lain.
Philipsen (dalam Griffin, 2003) mendeskripsikan budaya sebagai suatu
konstruksi sosial dan pola simbol, makna-makna, pendapat, dan aturan-aturan yang
dipancarkan secara mensejarah. Padadasarnya, budaya adalah suatu kode.Terdapat
empat dimensi krusial yang dapat untuk memperbandingkan budaya-budaya, yaitu:
e. Proses situasional
Sebuah peningkatan di dalam situasi informal di mana kita
sedang berkomunikasi dengan orang asing akan
menghasilkan sebuah penurunan kecemasan kita dan sebuah
peningkatan rasa percaya diri kita terhadap perilaku mereka.
Sebuah peningkatan dalam jaringan kerja yang kita berbagi
dengan orang asing akan menghasilkan penurunan
kecemasan kita dan menghasilkan peningkatan rasa percaya
diri kita untuk memprediksi perilaku orang lain.
2. Face-Negotiation Theory
Teori yang dipublikasikan Stella Ting-Toomey ini membantu
menjelaskan perbedaan-perbedaan budaya dalam merespon konflik.
Ting-Toomey berasumsi bahwa orang-orang dalam setiap budaya akan
selalu negotiating face. Istilah itu adalah metaphor citra diri publik kita,
cara kita menginginkan orang lain melihat dan memperlakukan diri kita.
Face work merujuk pada pesan verbal dan non verbal yang membantu
menjaga dan menyimpan rasa malu (face loss), dan menegakkan muka
terhormat.
Identitas kita dapat selalu dipertanyakan, dan kecemasan dan
ketidakpastian yang digerakkan oleh konflik yang membuat kita tidak
berdaya/harus terima.Postulat teori ini adalah face work orang-orang dari
budaya individu akan berbeda dengan budaya kolektivis. Ketika face
work adalah berbeda, gaya penangan konflik juga beragam.
Terdapat tiga perbedaan penting diantara budaya individulis dan
budaya kolektivis. Perbedaan- perbedaan itu adalah dalam cara
mendefinisikan: diri; tujuan-tujuan; dan kewajiban.konsep Budaya
individualis Budaya kolektivisDiri Sebagai dirinya sendiri Sebagai
bagian kelompok Tujuan Tujuan diperuntukan kepada pencapaian
kebutuhan diri. Tujuan diperuntukan kepada pencapaian kebutuhan
kelompok Kewajiban Melayani diri sendiri Melayani kelompok/orang
lain.Teori ini menawarkan model pengelolaan konflik sebagai berikut:
a. Avoiding (penghindaran) saya akan menghindari diskusi
perbedaan-perbedaan saya dengan anggota kelompok.
b. Obliging (keharusan) saya akan menyerahkan pada ke kebijakan
anggota kelompok.
c. Compromising saya akan menggunakan memberi dan menerima
sedemikian sehingga suatu kompromi bisa dibuat.
d. Dominating saya akan memastikan penanganan isu sesuai
kehendak-ku.
e. Integrating saya akan menukar informasi akurat dengan anggota
kelompok untuk memecahkan masalah bersama-sama.
2. Kronologis Pertemuan
Pada saat itu hari Minggu tanggal 17 Desember 2017 saya dan seorang
teman saya menjadi panitia dalam acara Gebyar Hari Disabilitas Internasional
(GHDI) berlokasi di gedung Sultan Selim II dan bertugas di meja operator.
Tiba-tiba cek Norfisah datang kepada kami untuk bersosialisasi tentang bahan
yang akan ia presentasikan pada seminar GHDI.
Agar mudah ketika kita berhadapan ataupun berinteraksi dengan orang asing,
kita harus bisa memahami ketiga teori ini dimana teori pengelolaan kecemasan dan
ketidakpastian merupakan suatu teori cara kita memperoleh informasi tentang orang
lain, mengapa kita melakukannya dan hasil akhir dari informasi tersebut. Teori
negosiasi wajah adalah teori ini menjelaskan mengenai seseorang dengan
kebudayaan yang berbeda, mengelola citra diri untuk mengatasi suatu konflik.
Sedangkan teori kode bicara adalah teori yang memandang budaya sebagai suatu
konstruksi sosial dan pola simbol, makna-makna, pendapat, dan aturan-aturan yang
dipancarkan secara berlanjut.