Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PRAKTIKUM 8
Percobaan Darah II
Hitung Jenis-Jenis Leukosit (differential Leucocyt)
& Golongan Darah
Disusun oleh:
NI KADEK DWI ANJANI
NPM.163112620120104
FAKULTAS BIOLOGI
PROGRAM STUDI BIOMEDIK
UNIVERSITAS NASIONAL JAKARTA
2017
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI VIII
I. Acara Latihan
Latihan 9. Percobaan Darah II Hitung jenis-jenis leukosit (Differential
leucocyt).
II. Tujuan
Pada akhir latihan ini, mahasiswa harus dapat :
Membedakan macam-macam jenis leukosit
Menghitung masing-masing jenis leukosit
1. Golongan Darah
Karl Landsteiner, seorang ilmuwan asal Austria yang menemukan 3 dari
4 golongan darah dalam sistem ABO pada tahun 1900 dengan cara memeriksa
golongan darah beberapa teman sekerjanya. Percobaan sederhana ini pun
dilakukan dengan mereaksikan sel darah merah dengan serum dari para
donor. Hasilnya adalah dua macam reaksi (menjadi dasar antigen A dan B,
dikenal dengan golongan darah A dan B) dan satu macam tanpa reaksi (tidak
memiliki antigen, dikenal dengan golongan darah O). Kesimpulannya ada dua
macam antigen A dan B di sel darah merah yang disebut golongan A dan B,
atau sama sekali tidak ada reaksi yang disebut golongan O. Kemudian Alfred
Von Decastello dan Adriano Sturli yang masih kolega dari Landsteiner
menemukan golongan darah AB pada tahun 1901. Pada golongan darah AB,
kedua antigen A dan B ditemukan secara bersamaan pada sel darah merah
sedangkan pada serum tidak ditemukan antibodi. Penyebaran golongan darah
A, B, O dan AB bervariasi di dunia tergantung populasi atau ras. Salah satu
pembelajaran menunjukkan distribusi golongan darah terhadap populasi yang
berbeda-beda (Nurul, 2015).
Rhesus Faktor Rh atau Rhesus (juga biasa disebut Rhesus Faktor)
pertama sekali ditemukan pada tahun 1940 oleh Landsteiner dan Weiner.
Dinamakan rhesus karena dalam riset digunakan darah kera rhesus (Macaca
mulatta), salah satu spesies kera yang paling banyak dijumpai di India dan
Cina. Pada sistem ABO, yang menentukan golongan darah adalah antigen A
dan B, sedangkan pada Rh faktor, golongan darah ditentukan adalah antigen
Rh (dikenal juga sebagai antigen D). Jika hasil tes darah di laboratorium
seseorang dinyatakan tidak memiliki antigen Rh, maka ia memiliki darah
dengan Rh negatif (Rh), sebaliknya bila ditemukan antigen Rh pada
pemeriksaan, maka ia memiliki darah dengan Rh positif (Nurul, 2015).
Pada permukaan dinding eritrosit terdapat sifat antigen dan ditemukan
beberapa jenis sifat yang mengakibatkan darah dapat dibagi dalam beberapa
golongan. Antigen ini diturunkan secara genetic. Bila darah dan golongan yang
bertentangan ditransfusikan akan mengakibatkan material dalam plasma, yang
bernama agglutinin, menggumpal dan terjadi hemolisis atau pemecahan sel
darah merah. Aglutinogen adalah 2 jenis antigen berbeda tetapi berhubungan,
terdapat tipe A dan tipe B yang terdapat pada permukaan eritrosit berbagai
orang. Oleh karena antigen ini diturunkan, seseorang tidak mempunyai salah
satu dari antigen ini. Beberapa darah juga mengandung antibody kuat yang
secara spesifik bereaksi dengan antigen tipe A atau tipe Byang dalam sel
menyebabkan aglutinasi dan hemolisis karena antigen tipe A dan tipe B dalam
membuat sel peka terhadap aglutinasi. Antigen-antigen ini dinamakan aglutinasi
(Syaifuddin, 2011).
Aglutinin terjadi bila aglutinogen tipe A terdapat dalam sel darah merah
seseorang dan dalam plasma terbentuk antibodi yang dikenal sebagai aglutinin
anti-A. Bila tidak terdapat aglutinogen tipe B dalam sel darah merah, dalam
plasmanya akan terbentuk antibodi aglutinin anti-B. Golongan darah O tidak
mengandung aglutinogen, tetapi mengandung aglutinin anti-A dan aglutinin
anti-B. Sedangkan golongan darah AB mengandung aglutinogen A dan
aglutinogen B, tidak mengandung aglutinin anti-A dan aglutinin anti-B
(Syaifuddin, 2011).
Aglutinasi Golongan
Anti – A Anti – B Anti – AB Anti – Rh Darah
+ - + A
- + + B
+ + + AB
- - - O
+ Rh+
- Rh+
b. Agranulosit
1) Limfosit
Limfosit merupakan sel utama pada sistem getah bening yang
berbentuk sferis, berukuran yang relatif lebih kecil daripada makrofag
dan neutrofil. Selain itu, limfosit bergaris tengah 6-8 µm, 20-30% dari
leukosit darah, memiliki inti yang relatif besar, bulat sedikit cekung pada
satu sisi. Sitoplasmanya sedikit dan kandungan basofilik dan
azurofiliknya sedikit. Limfosit-limfosit dapat digolongkan berdasarkan
asal, struktur halus, surface markers yang berkaitan dengan sifat
imunologisnya, siklus hidup dan fungsi (Efendi, 2003).
Limfosit dibagi ke dalam 2 kelompok utama (Farieh, 2008):
1. Limfosit B berasal dari sel stem di dalam sumsum tulang dan tumbuh
menjadi sel plasma, yang menghasilkan antibodi
2. Limfosit T terbentuk jika sel stem dari sumsum tulang pindah ke
kelenjar thymus, dimana mereka mengalami pembelahan dan
pematangan.
Di dalam kelenjar thymus, limfosit T belajar membedakan mana
benda asing dan mana bukan benda asing. Limfosit T dewasa
meninggalkan kelenjar thymus dan masuk ke dalam pembuluh getah
bening dan berfungsi sebagai bagian dari sistem pengawasan
kekebalan.
2) Monosit
Monosit merupakan sel leukosit yang besar 3-8% dari jumlah
leukosit normal, diameter 9-10 um tapi pada sediaan darah kering
diameter mencapai 20 µm atau lebih. Inti biasanya eksentris, adanya
lekukan yang dalam berbentuk tapal kuda. Sitoplasma relatif banyak
dengan pulasan wrigh berupa bim abu-abu pada sajian kering. Granula
azurofil, merupakan lisosom primer, lebih banyak tapi lebih kecil (Efendi,
2003).
Ditemui retikulim endoplasma sedikit. Juga ribosom, pliribosom
sedikit, banyak mitokondria. Apa ratus Golgi berkembang dengan baik,
ditemukan mikrofilamen dan mikrotubulus pada daerah identasi inti.
Monosit terdapat dalam darah, jaringan ikat dan rongga tubuh. Monosit
tergolong fagositik mononuclear (system retikuloendotel) dan
mempunyai tempat-tempat reseptor pada permukaan membrannya.
Untuk imunoglobulin dan komplemen (Efendi, 2003).
c. Struktur Fungsi Sel Darah putih
Secara umum dapat dikatakan bahwa ada dua jenis sel darah putih -
granulosit, dan agranulocytes. Granulosit meliputi neutrofil, eosinofil dan
basofil. Sel-sel ini biasanya memiliki inti multi-lobed, bersama dengan
butiran dalam sitoplasma mereka. Agranulocytes, yaitu sel-sel yang tidak
memiliki butiran mereka termasuk sel seperti monosit, limfosit dan
makrofag. Diberikan di bawah ini adalah rincian mengenai fungsi tiap
jenis sel.
% dalam
Tipe Gambar Diagram Keterangan
tubuh
manusia
Kelainan Kuantitatif
Leukositosis
Neutofilia (infeksi bakteri akut)
Basofilia (gangguan mieloproliferatif)
Monositosis (infeksi kronis, malaria, riketsia, penyakit kolagen
vaskular, dan lain lain)
Limfositosis (gangguan imunologik berkepanjangan, infeksi virus)
Eosinofilia (hay fever, penyakit kulit alergi, infeksi parasit, reaksi
obat, dan lain lain)
Leukopenia
Neutropenia (obat kemoterapi kanker, toksin, respon imun,
hematologik, ,infeksi)
Limfopenia (destruksi, infeksi virus , HIV)
Eosinopenia (obat, stress).
Kelainan Leukosit Proliferative
Mieloproliferatif
Akut : Leukemia granulositik akut, Leukemia progranulositik akut,
Leukemia mielomonositik akut, Leukemia monositik akut,
Eritroleukemia, Leukemia megakarioblas akut
Kronis : Leukemia granulositik kronis, Polisitemia vera (peningkatan
jumlah SDM), Trombositemia essensial (proliferasi berlebihan sel
turunan megakariosit serta pembentukan , Trombosit dalam jumlah
yang sangat besar), Mielofibrosis dengan metaplasia mieloid
(proliferasi tidak terkendali sel hematopoietik dalam organ
ekstramedular dan fibrosis di sumsum tulang).
Limfoproliferatif
Pada sumsum tulang dibagi menjadi akut dan kronis
Pada kelenjar limfe dan organ dibagi menjadi penyakit hodgkin dan
non-hodgkin). Memperlihatkan sel Reed-Sternberg) Hampir selalu
berasal dari kelenjar limfe dan menyebar ke kelenjar limfe
didekatnya.
Pada diskrasia sel plasma dibagi menjadi mieloma multiple dan
makroglobunemia waldemstrom's, dll (Hamsah,2013)
V. Cara Kerja
Pemeriksaan Golongan Darah
1. Tuliskan terlebih dahulu identitas orang yang akan diperiksa golongan
darahnya pada kartu golongan darah yang tersedia.
2. Tambahkan pada masing-masing kotak yang tersedia dalam kartu
tersebut dengan 1 tetes darah
3. Tambahkan pada masing-masing tetesan darah tadi dengan setetes
serum yang mengandung antibodi Anti-A, antibodi Anti-B, antibodi Anti-
AB dan antibodi Anti-D (Anti-Rhesus).
4. Aduk pelan-pelan masing-masing campuran darah dan serum dengan
pengaduk yang berbeda.
5. Amati ada/tidaknya aglutinasi
6. Tentukan golongan darahnya
Pemeriksaan Leukosit
1. Sediakan 2 buah kaca objek yang bersih dan bebas dari lemak,
teteskan satu tetes darah perifer pada alah satu bagian dekat ujung
kaca objek.
2. Tempatkan ujung kaca lain pada pinggiran tetesan darah, tarik sedikit
demi sedikit ke belakang hingga tetesan darah menyebar.
3. Kemudian dorong ke depan tanpa menekan permukan kaca objek
terlalu keras. Sesuaikan besarnya tetesan darah dengan sudut kaca
objek. Jika terlalu besar tetesannya maka sudut antara dua objek
diperkecil dan sebaliknya.
4. Sediaan harus mempunyai bagian yang tebal dan bagian yang tipis
5. Keringkan di udara, fiksasi dengan cairan methanol selama 10 menit
lalu diwarnai dengan pewarnaan Giemsa.
Pewarnaan Giemsa
6. Sediaan yang telah difiksasi diberi larutan Giemsa 10 – 15 tetes yang
diencerkan dengan 10 ml buffer dengan pH 6,4 atau diwarnai dengan
larutan Giemsa yang sudah tersedia. Biarkan ±20 menit, lalu cuci
pelan-pelan dengan air mengalir, keringkan dan periksa dibawah
mikroskop dengan pembesaran lensa objektif 100x.
7. Identifikasi macam-macam leukosit terutama dengan memperhatikan
ciri-ciri leukosit, bentuk inti, ada/tidaknya granula, dan sebagainya.
Hasil yang baik, warna tidak terlalu merah dan tidak terlalu biru. Bila terlalu
merah maka buffer terlalu asam sebaliknya jika terlalu biru maka buffernya
terlalu alkali. Pada pemeriksaan objektif 10 kali, akan tampak bagian pangkal
tebal dan bagian ujung lainnya tipis. Distribusi sel merata. Tidak ada kotoran
dari sisa pengendapan zat warna. Pemeriksaan dengan objektif 45 kali,
digunakan untuk memilih daerah yang akan diperiksa dengan distribusi sel-
selnya merata, tidak terlalu padat dan tidak terlalu jarang. Pemeriksaan dengan
objektif 100 kali, akan tampak sel-sel eritrosit berwarna merah, granulosit
netrofil sitoplasmanya pucat, inti berwarna ungu dan granulanya pucat.
Granulosit eosinofil sitoplasmanya berwarna merah muda pucat, inti ungu dan
granula berwarna merah.
4 Limfosit
5 Monosit
6 Eosinofil
VIII. Kesimpulan
Berdasarkan pada praktikum yang telah dilakukan pada tanggal 15
Desember 2017, didapatkan hasil yaitu
a. Pemeriksaan Golongan darah terhadap OP Ni Kadek Dwi Anjani
(Wanita/22 tahun) diperoleh hasil bahwa golongan darah OP tersebut
adalah B dengan Rhesus positif (+)
b. Pemeriksaan Hitung jenis leukosit dengan mikroskop perbesaran 100x
(OP atas nama Bambang Ardyanto (Pria / 26 tahun)):
1. Granulosit Basofil = 0 % (normal)
2. Granulosit Eosinofil = 2 % (normal)
3. Granulosit neutrofil batang = 8 % (diatas normal)
4. Granulosit neutrofil segmen = 57 % (normal)
5. Limfosit = 25 % (normal)
6. Monosit = 8 % (diatas normal)
IX. Saran
1. Gunakanlah alat yang bersih dari residu dan alat yang tidak rusak untuk
mendapatkan hasil yang diharapkan.
2. Dalam memeriksa dan menghitung sel leukosit pada apusan darah
harus teliti dan mampu membedakan jenis sel sel-sel dari sel leukosit,
yang pada umumnya dapat dibedakan berdasarkan granula,yaitu
granulosit dan agranulosit.
3. Memiliki sumber buku atau penuntun yang dapat menentukan hasil
kerja yang sesuai pada prosedur kerja.
DAFTAR PUSTAKA