Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
KELOMPOK 2
PRODUK FERMENTASI MAKANAN
YOGHURT
Disusun oleh :
Eko Soekoarno 163112620120020
Sri Rahayu Kartini Dwi Putri 163112620120038
Nurjump sangadji 163112620120031
Kendly Saiful Anwar 163112620120048
Hermawan Wicaksono 163112620120068
Sariyati Soleman 163112620120075
Susu adalah produk primer pada hewan ternak seperti sapi, kambing, domba
dan lain lain. Susu merupakan produk dengan nilai gizi yang tinggi dan sangat berperan
dalam proses peningkatan gizi masyarakat, disamping efisien dalam pemanfaatan,
produk ini juga terkenal karena mudah dan banyak variasi dalam pengolahannya. Oleh
karena itu, seiring dengan berkembangnya ilmu, pengetahuan dan teknologi maka
muncul inovasi inovasi olahan susu misalnya mentega, keju, es krim, kefir, yogurt dan
produk olahan lainnya.
Yogurt adalah produk olahan berbahan dasar susu yang dirubah menjadi
produk dengan tingkat keasaman lebih dari produk asalnya akibat aktifitas metabolisme
dari bahan tambahannya yaitu Bakteri Asam Laktat (BAL). Produk ini memberikan
nilai tambah pada susu yaitu dengan meningkatkan daya cerna susu serta membentuk
ekologi dalam sistem pencernaan guna menunjang stabilitas sistem pencernaan.
Penurunan pH pada susu diakibatkan oleh hidrolisis gula susu (laktosa) menjadi asam
laktat oleh aktifitas dari bakteri asam laktat, sehingga terjadi koagulasi protein susu dan
membentuk curd (gumpalan pada susu) yang kompak.
Beberapa bakteri yang dapat membuat yoghurt salah satunya adalah
Lactobacilus. lactobacilus adalah jenis bakteri basil yang dapat memecah gula menjadi
komponen asam laktat dengan bantuan enzim laktat dehidrogenase. Bakteri ini memiliki
2 jenis berdasarkan sifat suhunya, ada yang dapat diinkubasi pada suhu 35 oC yaitu
golongan bakteri thermofilik dan beberapa diinkubas pada suhu 20-30 oC yaitu bakteri
mesofilik. Pada teknisnya yogurt dibentuk dengan bantuan Lactobacilus dengan jenis
thermofilik. Berbeda dengan pembentukan sup asin (Sour Soup) yang menggunakan
bakteri Lactococcus sp. dan Leuconostoc sp. dengan jenis mesofilik.
Pada pembuatan yoghurt yang banyak dilakukan masyarakat hingga menjadi usaha
mikro atau industri rumahan biasanya menggunakan jenis bakteri
BAB II
ISI
Yoghurt didefinisikan sebagai produk yang diperoleh dari susu yang telah
dipasteurisasi, kemudian difermentasi dengan bakteri sampai diperoleh keasaman, bau
dan rasa yang khas dengan atau tanpa penambahan bahan lain yang diizinkan. Yoghurt
sebagai sejenis produk susu terokoagulasi, yang diperoleh dari asam laktat tertentu
melalui aktivitas Streptococcus thermopphilus dan Lactobaccilus delbrueckii var.
bulgaricus dimana mikroorganisme dalam produk aktif harus hidup aktif dan berlimpah.
Streptococcus thermophilus merupakan bakteri gram-positif yang bersifat anaerob.
Streptococcus thermophilus banyak digunakan pada pembuatan keju, fermentasi
makanan. Streptococcus thermophilus memiliki peran sebagai probiotik, mengurangi
gejala intoleransi laktosa dan gangguan gastrointestinal lainnya.
Lactobacillus bulgaraicus adalah bakteri yang membantu proses fermentasi
yoghurt. Bakteri ini mengubah laktosa menjadi asam laktat. Asam ini sekaligus dapat
mengawetkan susu dan mendegradasi laktosa sehingga orang yang toleran terhadap susu
murni dapat mengkonsumsi yoghurt tanpa mendapat masalah kesehatan.
A. Bahan baku
Susu yang digunakan untuk pembuatan yoghurt umumnya susu murni, susu
skim, susu bubuk tanpa lemak, susu skim kondensat, susu yang sebagian lemaknya
telah dihilangkan ataupun kombinasi dari berbagai macam susu tersebut. Untuk
produksi dalam skala besar biasanya digunakan tambahan padatan susu tanpa lemak
atau susu bubuk tanpa lemak. Bahan-bahan 7 tambahan lain yang ditambahkan
dalam pembuatan yoghurt adalah pemanis, pewarna makanan, bahan penstabil dan
buah-buahan sebagai flavor.
B. Bibit (Starter)
Starter yoghurt biasanya dilakukan dalam bentuk kering, karena daya tahannya
lebih lama bila dibandingkan dengan starter dalam bentuk cair. Pada umumnya
pembuatan starter untuk yoghurt tidak sekaligus, tetapi bertahap.
Mula-mula inokulum L. bulgaricus maupun S. thermophilus masing-masing
dibiakkan dalam susu dan diinkubasi. Bila telah siap digunakan kedua
inokulum tersebut dicampur.
Pada umumnya kultur cair mengandung 109 mikroba/mL starter. Tetapi adanya
transfer yang berulang-ulang dapat menyebabkan hilangnya beberapa sifat khusus
kultur. Hal ini dapat diatasi dengan kultur dikering-bekukan dalam susu yang dapat
disimpan di suhu ruang selama beberapa tahun.
Starter merupakan bagian yang penting dalam pembuatan yoghurt. Kultur
harus bebas dari kontaminasi, pertumbuhan yang cepat, menghasilkan flavor yang
khas, tekstur dan bentuk yang bagus, tahan terhadap bakteriofage dan antibiotik.
Suhu dan waktu inkubasi harus diperhatikan agar diperoleh keasaman yoghurt
yang sesuai. Bila digunakan konsentrat kultur beku inkubasi dilakukan pada suhu
45O C selama 5 jam atau 32O C selama 11 jam. Bila inkubasi dilakukan pada suhu
ruang (sekitar 29O C) memerlukan 14-16 jam.
Selama penyimpanan, yoghurt mengalami penurunan pH secara terusmenerus,
sebagai contoh yoghurt yang disimpan pada suhu 4 OC selama 6 hari akan
mengalami penurunan pH dari 4,68 menjadi 4,15. Penyimpanan yoghurt pada suhu
yang lebih tinggi akan mempercepat penurunan pH.
Pada yoghurt kadang terbentuk gas yang disebabkan adanya kerusakan starter
atau kontaminasi oleh Bacillus, Coliform atau khamir yang memproduksi gas
hidrogen dan karbon dioksida.
C. Bahan tambahan
1. Pemanis
Pemanis yang umum digunakan untuk yoghurt yaitu sukrosa. Kadang
kadang digunakan sirup jagung atau madu. Jumlah sukrosa dalam yoghurt
menentukan jumlah asam laktat dan flavor yang diproduksi oleh kultur yoghurt.
Sukrosa ditambahkan dapat dalam bentuk padatan, bubuk, kristal ataupun sirup
yang mengandung 67 persen sukrosa dan bentuk sirup lebih disukai untuk
pembuatan yoghurt skala besar.
Pemanis dari jagung terutama glukosa biasanya digunakan bersama dengan
ekstra buah-buahan untuk memberi flavor pada yoghurt. Yoghurt komersial rata-
rata mengandung laktosa 4,04 persen, galaktosa 1,85 persen, glukosa 0,05 persen
dan pHnya 4,5.
2. Penstabil
Penggunaan bahan penstabil dalam yoghurt adalah untuk memperlembut
atau memperlunak tekstur, membuat struktur gel dan mencegah dan mengurangi
sinergis (keluarnya cairan) pada yoghurt sehingga yoghurt dapat lebih tahan
lama. Bahan penstabil yang sesuai untuk yoghurt adalah bila bahan tersebut
tidak mengeluarkan flavor lain, efektif pada pH rendah dan dapat terdispersi
dengan baik. Bahan penstabil yang biasanya digunakan adalah gelatin, carboxy
methyl celulosa (CMC), alginat dan karagenan dengan konsentrasi sekitar 0,5
sampai 0,7 persen.
3. Flavor
Jenis buah-buahan yang umumnya digunakan untuk flavor yoghurt
tergantung dari kesukaan konsumen yang biasanya sebanyak 15-20 persen dari
total produk.
D. Jenis Bakteri Asam Laktat yang dapat digunakan pada proses pembuatan
Yoghurt menurut FDA (Food and Drug Administration)
1. Umumnya
a. Sterptococcus thermophiles
b. Lactobacillus delbrueckii subsp. bulgaricus
2. Pilihan lainnya
a. Lactobacillus acidophilus
b. Lactobacillus casei
c. Lactobacillus casei subsp. Rhamnosus
d. Lactobacillus reuteri
e. Lactobacillus helveticus
f. Lactobacillus gasseri ADH
g. Lactobacillus plantarum
h. Lactobacillus lactis
i. Lactobacillus jhonsoni LA-1
j. Lactobacillus fermentum
k. Lactobacillus brevis
l. Bifidobacterium longum
m. Bifidobacterium breve
n. Bifidobacterium bifidum
o. Bifidobacterium adolescentis
p. Bifidobacterium adolenscentis
q. Bifidobacterium animalis
r. Bifidobacterium infantis(2)
F. Quality Control (QC) pada bahan pangan olahan susu menjadi yoghurt
Mutu merupakan gabungan karakteristik produk dari seluruh proses dalam
suatu rangkaian proses produksi. Oleh karena itu, selain merupakan produk yang
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan konsumen dan memberi kepuasan, mutu juga
harus terbebas dari cacat baik di dalam produk maupun di dalam proses. Proses
kegiatan pengendalian mutu pada berbagai jenjang kegiatan yang hubungannya
dengan mutu antara lain:
1. Pengawasan bahan-bahan di gudang meliputi penerimaan, penyimpanan dan
pengeluaran.
2. Pengendalian kegiatan pada berbagai jenjang proses sesuai dengan Standart
Operasional Procedure (SOP).
a. Mengawasi pengepakan dan pengiriman produk ke konsumen atau
langganan. Pengawasan kualitas adalah suatu usaha untuk melindungi
masyarakat dari hal-hal yang merugikan dan membahayakan kesehatan,
praktek-praktek yang bersifat penipuan dan pemalsuan dari produsen yang
bertujuan kurang baik dan pengawasan kualitas dalam suatu industri sangat
penting karena dapat menyangkut masa depan dan reputasi suatu perusahaan
atau industri. Pengawasan kualitas pada pembuatan susu pasteurisasi dan
homogenisasi serta yoghurt meliputi pengawasan kualitas bahan baku,
pengawasan proses produksi, pengawasan produk akhir serta pengawasan
mutu pengemasan produk.(3)
3) Uji Masak
Uji ini digunakan untuk menentukan adanya penyimpangan dalam
susu. Pelaksanaannya sangat sederhana yaitu dengan memasak susu
dalam tabung reaksi. Susu yang berkualitas baik bila tidak terlihat
endapan-endapan. Bila terlihat endapan, susu tersebut kurang baik.
Endapan ini biasanya dapat diakibatkan karena derajat asam susu terlalu
tinggi.(3)
7) Rasa Susu
Pemeriksaan rasa susu dilakukan dengan menggunakan inderawi
manusia yaitu indera pencicip (lidah). Pemeriksaan rasa susu biasanya
dilakukan dengan menjilat susu yang diteteskan di telapak tangan
pemeriksa. Susu normal akan terasa sedikit manis (manis susu).
1. Sanitasi Ruangan, agar ruangan tetap bersih dan bebas dari sumber mikrobia
beserta sporanya, dinding ruangan harus terbuat dari bahan yang bisa dilap dan
dipel dengan desinfektan secara rutin dan harus dilakukan pembersihan ruangan
secara menyeluruh. Pada pengaturan lantai, pertemuan lantai dengan dinding
harus melengkung dan kedap air, sehingga kotoran yang berbentuk padat mudah
dibersihkan dan menghindari genangan air. Langit-langit harus dirancang untuk
mencegah akumulasi kotoran dan meminimalkan kondensasi agar mudah
dibersihkan. Ventilasi harus cukup untuk mencegah panas yang berlebih dan
dilengkapi dengan alat pelindung lain yang tidak korosif. Bangunan yang
didirikan harus berdasarkan persyaratan teknik dan higienis sesuai dengan jenis
produk yang dihasilkan.
3. Sanitasi Peralatan
Prosedur untuk melaksanakan sanitasi harus sesuai dengan jenis dan tipe
mesin atau alat pengolahan. Standar yang digunakan adalah:
a. Pre Rinse atau langkah awal yaitu menghilangkan kotoran dan sisa makanan
dengan mengerok, membilas dengan air, menyedot kotoran dan sebagainya.
b. Pembersihan yaitu menghilangkan kotoran dengan cara mekanis atau
mencuci dengan lebih efektif.
c. Pembilasan yaitu membilas kotoran dengan pembersih seperti sabun atau
detergen dari permukaan.
d. Pengecekan visual yaitu memastikan dengan indera penglihatan (mata)
bahwa permukaan alat-alat bersih.
e. Penggunaan desinfektan yaitu untuk membunuh mikroba.
f. Pembersihan dengan air bila diperlukan untuk membilas cairan desinfektan
yang padat.
g. Drain dry atau pembilasan kering dengan desinfektan atau final rinse
dikeringkan dari alat-alat tanpa diseka atau dilap. (3)
4. Sanitasi Karyawan
Kebersihan karyawan dapat mempengaruhi kualitas produk yang dihasilkan,
karena sumber cemaran terhadap produk dapat berasal dari karyawan. Karyawan
di suatu pabrik pengolahan yang terlibat langsung dalam proses pengolahan
merupakan kontaminasi bagi produk pangan maka kebersihan karyawana harus
selalu diterapkan. Faktor lingkungan yang tidak sesuai dengan kondisi karyawan
akan mengakibatkan gangguan yang akhirnya akan menghambat proses
produksi. Pengawasan higiene pekerja dapat dilakukan dengan pemeriksaan
kesehatan pekerja secara berkala, menjaga kebersihan pekerja (rambut, kulit,
tangan, kuku dan pakaian). (3)
DAFTAR PUSTAKA
Diastari, IGF dan Agustina, KK. 2013. Uji Organoleptik dan Tingkat Keasaman
Susu Sapi Kemasan yang Dijual di Pasar Tradisional Kota Denpasar ISSN :
2301-7848. Indonesia Medicus Veterinus : Denpasar, Bali
Wiley.J & Sons. 2014. Food Processing Principles and Applications 2 nd Edition.
Global Technologies, inc : Minnesota, USA