Вы находитесь на странице: 1из 3

Adam Prakasa / 14312064

PERKEMBANGAN PERBANKAN DI INDONESIA

Di Indonesia, praktek perbankan sudah tersebar sampai ke pelosok pedesaan. Lembaga


keuangan berbentuk bank di Indonesia berupa Bank Umum, Bank Perkreditan Rakyat (BPR),
Bank Umum Syari’ah, dan juga BPR Syari’ah (BPRS). Dari waktu ke waktu kondisi dunia
perbankan di Indonesia telah mengalami banyak perubahan. Selain disebabkan oleh
perkembangan internal dunia perbankan, juga tidak terlepas dari pengaruh perkembangan di
luar dunia perbankan, seperti sektor riil dalam perekonomian, politik, hukum, dan sosial.
Perkembangan faktor internal dan external tersebut menyebabkan kondisi perbankan di
Indonesia dapat dikelompokan dalam 4 periode. Masing-masing periode mempunyai ciri
khusus yang tidak dapat disamakan dengan periode lainnya. Deregulasi di sektor riil dan
moneter yang dimulai sejak tahun 1980-an serta terjadinya krisis ekonomi di Indonesia sejak
akhir tahun 1990-an adalah dua peristiwa utama yang telah menyebabkan munculnya empat
periode kondisi perbankan di Indonesia sampai dengan tahun 2000. Perubahan bank dari
periode 1988 – 2002:

1. Periode 1988-1966
Dalam periode ini banyak bank-bank yang bermunculan berskala kecil dan menengah
karena dikeluarkannya paket deregulasi 27 Oktober 1988.
2. Periode 1977-1989
Dalam periode ini berbanding terbalik dengan periode sebelumnya karena banyak bank
yang mengalami krisis keuangan dan perbankan. Bank Indonesia,Pemerintah,dan
lembaga-lembaga masyarakat melakukan rekapitalis perbankan hingga menelan dana
Rp 400 triliun.
3. Periode 1999-2002
Krisis pun semakin parah pada periode ini bank Indonesia dan pemerintah melakukan
pembenahan di sector perbankan dalam rangka melakukan stabilisasi system keuangan
dan mencegah terulang nya krisis.
4. Periode 2002-sekarang
Berbagai perkembangan positif pada sektor perbankan sejak dilaksanakannya program
stabilisasi antara lain tampak pada pemberian kredit yang mulai meningkat pada inovasi
produk yang mulai berjalan, seperti pengembangan produk derivatif (antara laincredit
linked notes), serta kerjasama produk dengan lembaga lain (reksadana dan
bancassurance).

Memasuki tahun 1990-an, BI mengeluarkan Paket Kebijakan Februari 1991 yang berisi
ketentuan yang mewajibkan bank berhati-hati dalam pengelolaannya. Pada 1992 dikeluarkan
UU Perbankan menggantikan UU No. 14/1967. Sejak saat itu, terjadi perubahan dalam
klasifikasi jenis bank, yaitu bank umum dan BPR.

Berdasarkan Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tersebut diatur kembali struktur


perbankan, ruang lingkup kegiatan, syarat pendirian, peningkatan perlindungan dana
masyarakat dengan jalan menerapkan prinsip kehati-hatian dan memenuhi persyaratan tingkat
kesehatan bank, serta peningkatan profesionalisme para pelakunya.

Dan kini perkembangan Perbankan di Indonesia sangat cepat sekali, dengan adanya
bank-bank yang berdiri di Indonesia membuat para masyarakat dengan mudah menyimpan
tabungannya di bank-bank yang sudah ada di Indonesia ini, dengan banyaknya simpatisan
masyarakat terhadap bank-bank yang berdiri, menjadi salah satunya yang membuat
perkembangan perbankan yang ada di Indonesia sangat pesat sekali perkembangannya.

Dizaman yang serba canggih ini semua kegiatan lebih tambah mudah. Contohnya
kegiatan yang ada di perbankan yang memakai perkembangan teknologi yang sudah mulai
banyak bermunculan, yang mempermudah menghubungkan antara nasabah dengan bank itu
sendiri. Perbankan saat ini sangat dibutuhkan sekali oleh para kalangan masyarakat untuk
melakukan transaksi-transaksi dengan mudah didalam negri dan antar negara sekali pun.

Dengan undang-undang tersebut juga ditetapkan penataan badan hukum bank-bank


pemerintah, landasan kegiatan usaha bank berdasarkan prinsip bagi hasil (syariah), serta sanksi
sanksi ancaman pidana terhadap yang melakukan pelanggaran ketentuan perbankan.

Untuk meningkatkan praktek kehati-hatian bagi perbankan, Bank Indonesia


mengeluarkan Paket Kebijakan tanggal 28 Februari 1991 (Pakfeb 1991) tentang
Penyempurnaan Pengawasan dan Pembinaan Bank, yang memulai penerapan rambu-rambu
kehati-hatian yang mengacu pada standar perbankan internasional yang antara lain meliputi
ketentuan mengenai Kewajiban Penyediaan Modal Minimum, Pembentukan Penyisihan Aktiva
Produktif.

Perkembangan perbankan di Indonesia mengalami pasang surut, dimulai dari adanya


ketentuan deregulasi di bidang perbankan tahun 1988. Pemerintah memberikan kemudahan
untuk mendirikan bank, cukup dengan setor modal sebesar Rp 10 milyar saja. Pada awal tahun
90an telah berdiri 243 bank dengan jumlah kantor sekitar 9.000 buah. Pada saat itu
pemilik/pengurus bank kurang memperhatikan faktor prudential banking dan pengelolaan bank
yang baik. Asas good corporate governance diabaikan sama sekali, bank dijadikan kasir untuk
memenuhi kepentingan pemilik, sehingga dengan seenaknya memerintahkan pengelola bank
untuk mengucurkan kredit kepada kroninya atau perusahaan yang terkait tanpa memperhatikan
keamanan dan kemampuan untuk mengembalikan kreditnya. Banyak ketentuan bank yang
dilanggar oleh pengurus maupun pengelola bank, sebagai contoh batasan maksimum pemberian
kredit (BMPK) kepada grup pemilik 10% diberikan sampai 90% dari total kredit, pembebanan
biaya pribadi dari pengelola kepada perusahaan. Definisi bank menurut UU No. 7 tahun 1992
yang telah disempurnakan dengan UU No. 10 tahun 1998 tentang perbankan yaitu badan usaha
yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan
taraf hidup rakyat banyak.

Perkembangan di Indonesia saat ini semakin membaik meski tekanan krisis keuangan
global semakin terasa. Hal tersebut terlihat dari berkurangnya keketatan likuiditas perbankan
dan tumbuhnya total kredit perbankan. Perekonomian Indonesia masih mengalami pasang-
surut, pemerintah melakukan kebijakan deregulasi dan debirokratisasi yang dijalankan secara
bertahap pada sektor keuangan dan perekonomian. Salah satu maksud dari kebijakan deregulasi
dan debirokratisasi adalah upaya untuk membangun suatu sistem perbankan yang sehat, efisien,
dan tangguh. Dampak dari over regulated terhadap perbankan adalah kondisi stagnan dan
hilangnya inisiatif perbankan. Hal tersebut mendorong BI melakukan deregulasi perbankan
untuk memodernisasi perbankan sesuai dengan tuntutan masyarakat, dunia usaha, dan
kehidupan ekonomi pada periode tersebut.

Вам также может понравиться