Вы находитесь на странице: 1из 3

Aku Membutuhkan Sahabat

Sepertimu
Cerpen Karangan: Sakni Amatullah
Kategori: Cerpen Islami (Religi)
Lolos moderasi pada: 2 January 2018

Namaku Dinda, tepatnya Dinda Dwi Rahayu, Sekarang aku duduk di bangku kelas XI-IPA.
Aku mempunyai sahabat di sini, kami selalu bersama sejak SD, MTs, hingga sekarang. namanya
Aulia Rahma Yanti, aku biasa memanggilnya Rahma.

Bel berbunyi menandakan waktunya istirahat.


“Rahma kamu tahu gak, anak baru di sekolah kita?” Tanyaku sambil menghentikan buku novel
yang baru saja dibacanya.
“Yang mana?” Jawabnya dengan nada bingung.
“Ish, masa kamu gak tahu, cowoknya keren banget.. dia pindahan dari SMA favorit di Bandung.”
Jawabku sambil meyakinkan.
“Oh… iya tahu, tadi pagi aku melihatnya.. aku dengar namanya Rangga” jawabnya tenang.
“Oh.. namanya Rangga.” Jawabku sambil senyum-senyum.
“Iya… emang kenapa sih?” Jawab Rahma penasaran.
“Gak papa, ya udah ke kantin yuk.. laper nihh.” Ucapku sambil memegang perut.
“Enggak aku di sini aja lagi males, kamu deluan aja.” Jawabnya tenang.
“Ya udah aku ke kantin deluan yaa” ucapku pergi.
“Aku harus bisa dapetin Rangga.” Gumamku

Saat di perjalanan aku melihat Rangga menuju kantin.


“Eh, itu kan anak baru yang kata Rahma namanya Rangga. Ini kesempatan bagus!” Gumamku
sambil tersenyum.

Buru-buru aku melangkahkan kaki untuk melangkahkan kaki yang tidak jauh dari kantin.
“Adduhhh…” dengan sengaja aku menjatuhkan diriku untuk mengalihkan pandangan Rangga.
“Kamu gak papa kan, ada yang luka?” Tanya Rangga sambil membantuku untuk berdiri.
“Enggak, gak papa kok, makasih yah sudah nolongin.” Jawabku sambil senyum-senyum.
“Iya, Kamu mau ke mana?” Tanya Rangga.
“mau ke kantin” jawabku
“Ya udah bareng aja yuk!” Seru Rangga sambil memegang tanganku.
“Yuk!” Jawabku senang.
“Yess, rencanaku berhasil ini kesempatan bagus untuk mendekatin Rangga.” Batinku

“Oh iya kita belum kenalan, nama kamu siapa?”


“Namaku Dinda, nama kamu siapa? Kamu yang anak baru itu ya?” jawabku sambil basa-basi.
“Namaku Rangga, hehe iya” jawabnya dengan senyuman yang manis.

“Kamu makan apa biar kutraktir?” Tanya Rangga.


“Gak usah biar aku aja nanti yang bayar” jawabku
“Gak papa, biar aku aja yang bayar.” Seru Rangga dengan nada maksa.
“Ya udah deh kalo maksa” dalam hati senang banget.

Jam istirahat telah usai, saatnya kami memasuki kelas masing-masing.


“Btw, makasih yah sudah ditraktir makan tadi” seruku dengan senyuman.
“Iya sama-sama.” Jawabnya dengan membalas senyuman.

Di persimpangan kami berpisah karena aku sama Rangga beda kelas, dia kelas XI-Bahasa.
Sesampainya di kelas, aku menceritakan semua kepada Rahma, tentanga aku dan Rangga.

“Selalu saja Rahma hanya menasehatiku.. kesel deh, bukannya dia bahagia. Aku kan sahabatnya,
seharusnya dia bahagia juga dong.” gumamku
Bel pulang telah berbunyi.
Kali ini aku tidak pulang dengan Rahma, melainkan dengan Rangga, sesuai janjinya Rangga tadi
pagi untuk mengantarkanku pulang.

Dua minggu kejadian tersebut aku sama Rangga jadian.


“Rahma, tadi pagi Rangga nembak aku!!” Cetusku sambil menghampiri Rahma di kelas.
“Jangan bilang kamu terima?” Tanya Rahma penasaran.
“Ya iyalah kuterima, dia itu baik banget, sudah tampan tajir lagi.” Jawabku dengan nada bahagia.
“Dinda, di dalam Islam itu tidak ada yang namanya pacaran, pacaran itu haram… sudah berapa
kali aku ingatkan… pacaran itu dosa…” jawab Rahma sambil menasehati.
“Rahma, kamu gak gaul banget sih. Kamu gak suka ya aku pacaran sama Rangga, jangan bilang
kamu suka juga sama Rangga? Seharusnya kamu bahagia ngelihat sahabatmu bahagia!” Cetusku
sambil menatap Rahma dengan pandangan yang tajam.
“Astagfirullah, Dinda…” sambil menggeleng- geleng kepala.
“Aku gak mungkin bahagia kalau ngelihat sahahatku bahagia dalam kemaksiatan. Kamu tahu kan
isi Surah Al-Isra ayat 32? Kamu tahu kan kira gak boleh mendekati zina? Kamu tahu kan pacaran
itu termaksud zina? Kamu tahu kan pacaran salah satu cara setan untuk mendekatkan diri kepada
neraka?” Tanya Rahma dengan nada sedih.
“Tapi aku gak mungkin mutusin dia… aku sudah sayang banget sama dia” jawabku bingung.
“Aku harap kamu bisa mutusin dia Nda!” Jawab Rahma dengan nada kecewa lalu pergi
meninggalkan Dinda.

Bel pulang telah berbunyi.


Akhir-akhir ini aku selalu pulang sama Rangga dibandingkan dengan Rahma… aku lebih sering
jalan sama Rangga di bandingkan pergi pengajian bersama Rahma.

Selama seminggu ini, aku tidak ada lagi ngobrol dengan Rahma, tidak ada lagi percakapan antara
aku dan sahabatku, semua terasa sepi…
Mungkinkah aku terlalu egois dengan keputusanku ini. Tapi aku ingin aku bisa bahagia bersama
Rangga.. aku gak mungkin putusin dia, dia sudah segalanya bagiku.” Batinku penuh penyesalan.

Hari ini adalah hari libur..


Aku memberanikan diri untuk keluar rumah untuk menrefresingkan fikiran untuk ke taman.
Seorang diri, tidak dengan Rangga atupun Rahma.. Karena Rangga lagi ada urusan ke luar kota.

Setibanya di taman, aku terkejut…


melihat seseoeang yang mirip sekali dengan Rangga bersama perempuan.
Aku mencoba mendekatinnya untuk bisa memastikan apakah benar orang tersebut adalah
Rangga.

“Rangga?!” Dengan raut wajah yang memerah.


“A… aku bisa jelasin semuanya…” dengan nada kaget dan kebingungan.
“Prakkk!” Suara tamparan yang sangat keras.
“Aku gak butuh penjelasan lagi! Kamu pembohong!” dengan nada yang tinggi beserta
kekecewaan.

Aku pulang dengan air mata yang berjatuhan..


Aku tidak percaya dengan semua ini..
Seseorang yang membuatku my everything, kini perasaanku seperti jatuh ke jurang yang paling
dalam hingga yang tersisa dalam hidupku hanya kata Nothing.

Dengan gesit aku menelepon Rahma, berharap dia mengangkat teleponku untuk bisa bertemu dia
dan menceritakan segalanya.

“Dinda, kamu kenapa nangis?” Tanya Rahma sambil menghapus air mataku.
“Aku menyesal Ma…” sambil memeluk Rahma.
“Menyesal kenapa?” Tanya Rahma
“Tadi aku ngelihat Rangga bersama perempuan lain di taman.. aku menyesal, aku ga
mendengarkan perkataanmu waktu itu… kalau aku mendengarkan perkaraanmu waktu itu,
semuanya gak akan kaya gini..” jawabku sambil terisak-isak.
“Udah udah.. jangan nangis lagi” jawabnya sambil mengelus ngelus bahuku.
“Alhamdulillah, semua seperti ini karena Allah cempuru padamu, karena kamu lebih
mengutamakan hambanya daripada yang menciptakannya.. ketahuilah, Allah menyayangimu…
Allah membebaskanmu dari jurang kemaksiatan… bukankah jodoh sudah diatur… jadi, kamu tidak
perlu mencari jodoh dengan cara berpacaran, seharusnya dengan Cara ta’aruf terus nikah.. hanya
itu jalan yang Allah Ridhoi dengan jalan yang halal bukan dengan jalan yang mengundang
murkanya..” jelas Rahma dengan senyuman dan suara yang lembut.
“Terima kasih nasehatnya Ma…aku gak akan melepaskan sahabat yang seperti kamu. Maafkan aku
selama ini ya Ma!” seruku berharap dimaafkan.
“Aku udah maafin kok, tapi janji yaa jangan diulangi lagi” jawab Rahma sambil tersenyum.
“Okey, janji!” Sambil tersenyum bahagia.

Cerpen Karangan: Sakni Amatullah


Facebook: Sakni Amatullah
Assalamu’alaikum wr.wb
Nama: Sakni Amatullah
Kelas: XI-Keperawatan
Sekolah: SMKIM 4 Samarinda
Hobby: membaca dan menulis

Cerpen Aku Membutuhkan Sahabat Sepertimu merupakan cerita pendek karangan Sakni
Amatullah, kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen
terbaru buatannya.

http://cerpenmu.com/cerpen-islami-religi/aku-membutuhkan-sahabat-sepertimu.html

Вам также может понравиться