Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
1. Antitusif Narkotik
Antitusif narkotik ialah antitusif yang mempunyai potensi
untuk mendatangkan adiksi atau ketergantungan dan mempunyai
potensi untuk disalahgunakan. Obat-obat opioid (narkotik) yang
mempunyai efek antitusif adalah kodein, morfin, dihidromorfinon,
dihidrokodeinon, morfolinil-etilmorfin (pholcodine), “purified opium
alkaloid”(Pantopon), meperidin,dan levorfanol. Keefektifan antitusif
narkotik ini sebagai obat batuk umumnya sebanding dengan
potensinya untuk disalahgunakan.Secara klinis yang digunakan
sebagai antitusif adalah kodein.Lain-lain narkotik di atas tidak lebih
baik dari kodein dalam efektivitas dan keamanannya sebagai penekan
batuk.
a. Kodein
Efek antitusifnya lebih kuat dari efek depresi pernafasan (morfin sebaliknya),
sehingga kodeni sering dipakai
b. Hidrokodon
Jarang dipakai karena menyebabkan adiksi dan habituasi
c. Metadon
Efek depresi nafasnya lemah
Adiksi lebih kuat dari kodein
Analgetik sama dengan morfin
d. Normetadon
Menimbulkan adiksi
Daya analgeti, antitusif lebih besar dari kodein
2. Antitusif Non-Narkotik
a. Dekstrometorfan
Tidak berefek analgetik atau bersifat adiktif
Kerja meningkatkan ambang rangsang refleks batuk secara sentral
Daya antitusifnya sama dengan kodein
Jarang menimbulkan rasa kantuk dan gangguan saluran cerna
Dosis besar menyebabkan depresi pernafasan
Dosis :
Dewasa 10-30 mg (3 kali sehari)
Anak-anak : 5-10 mg (3 kali sehari)
b. Noskapin
Adalah alkaloid alam yang didapat dari candu
Menghambat kontraksi jantung dan otot polos (tapi tidak timbul pada dosis
antitusif)
Pada dosis terapi tidak berefek terhadap SSP, kecuali sbg antitusif
Pada dosis besar menimbulkan bronkokonstriksi dan hipotensi, karena
kerjanya dapat melepaskan histamin
Tidak menimbulkan habituasi dan adiksi
Obat-obat ini bekerja langsung pada reseptor di saluran nafas bagian atas
dengan efek anestesi lokalnya (lidokain, lignokain) atau secara tidak langsung
mengurangi iritasi lokal melalui pengaruhnya pada mukosa saluran nafas bagian
atas. Mekanisme lain ialah dengan mengatur kelembaban udara dalam saluran
nafas dan relaksasi otot polos bronkus pada saat bronkospasme.
a. Lidokain, Lignokain
b. Demulcent
Dengan inhalasi uap air panas, benzoin tincture, menthol, eukaliptus atau
lignokain/lidokain nebulizer dapat mengurangi iritasi saluran nafas yang dapat
membebaskan penderita dari batuk yang berasal dari daerah di bawah faring. Bila
diinginkan inhalasi dengan bau yang enak, dapat digunakan Benzoin Tuncture
(Friar’s Balsam) dapat ditambahkan pada air panas.Inhalasi dengan Benzoin dapat
juga mengencerkan sekresi dan juga membantu melapisi membrane mukosa yang
meradang, tetapi efek-efek ini kemungkinan lebih bersifat psikologis. Mentol dan
eucalyptus juga mempunyai baud an efek terapeutik yang sama.
Ekspektoran
Ekspektoran ialah obat yang dapat merangsang pengeluaran dahak dari saluran
napas (ekspetorasi). Penggunaan ekspektoran didasarkan pengalaman empiris.
Mekanisme kerjanya diduga berdasarkan stimulasi mukosa lambung dan
selanjutnya secara reflex merangsang sekresi kelenjar saluran napas lewat
N.vagus, sehingga menurunkan viskositas dan mempermudah pengeluaran dahak.
Obat yang termasuk golongan ini, ialah:
a. Ammonium klorida
Biasanya digunakan dalam bentuk campuran dengan ekspektoran lain atau
antitusif. Ammonium klorida dosis besar dapat menimbulkan asidosis metabolik,
dan harus digunakan dengan hati-hati pada pasien dengan insufisiensi hati, ginjal,
dan paru. Dosis ammonium klorida sebagai ekspektoran pada orang dewasa ialah
300 mg (5 mL) tiap 2-4 jam.
b. Gliseril guaiakolat
Penggunaan obat ini hanya didasarkan pada tradisi dan kesan subyektif pasien
dan dokter. Efek samping yang mungkin timbul dengan dosis besar, berupa
kantuk, mual, dan muntah. Obat ini tersedia dalam bentuk sirop 100mg/5mL.
Dosis dewasa yang dianjurkan 2-4 kali 200-400 mg sehari.
Mukolitik
Mukolitik adalah obat yang dapat mengencerkan sekret saluran napas dengan
jalan memecah benang-benang mukoprotein dan mukopolisakarida dari sputum.
Contoh mukolitik, ialah:
a. Bromheksin
Bromheksis ialah derivat sintetik dari vasicine, suatu zat aktif dari Adhatoda
vasica. Obat ini digunakan sebagai mukolitik pada bronkitis atau kelainan saluran
napas yang lain. Efek samping pemberian oral berupa mual dan peninggian
transaminasi serum. Bromheksin harus hati-hati digunakan pada pasien tukak
lambung. Dosis oral untuk dewasa yang dianjurkan 3 kali 4-8 mg sehari. Obat ini
rasanya pahit sekali.
b. Ambroksol
Ambroksol, suatu metabolit bromheksin diduga sama cara kerja dan
penggunaannya.
c. Asetilsistein
Asetilsistein adalah derivat H-asetil dari asam amino L-sistein, digunakan
dalam bentuk larutan atau aerosol. Pemberian langsung ke dalam saluran napas
melalui kateter atau bronksokop memberikan efek segera, yaitu meningkatkan
jumlah sekret bronkus secara nyata. Efek samping berupa stomatitis, mual,
muntah, pusing, demam dan menggigil jarang ditemukan. Efek toksis sistemik
tidak lazim oleh karena obat dimetabolisme dengan cepat.1
Dosis yang efektif ialah 200 mg, 2-3 kali per oral. Pemberian secara inhalasi
dosisnya adalah 1-10 ml larutan 20% atau 2-20 ml larutan 10% setiap 2-6 jam.
Pemberian langsung ke dalam saluran napas menggunakan larutan 10-20%
sebanyak 1-2 ml setiap jam. Obat ini selain diberikan secara inhalasi dan oral,
juga dapat diberikan secara intravena. Pemberian aerosol sangat efektif dalam
mengencerkan mukus. Bila diberikan secara oral dalam jangka waktu yang lama
obat ini ditoleransi dengan baik dan tidak mempunyai efek toksik.
Di samping bersifat mukolitik, N-asetilsistein juga mempunyai fungsi sebagai
antioksidan. N-asetilsistein merupakan sumber glutathion, yaitu zat yang bersifat
antioksidan. Pemberian N-asetilsistein dapat mencegah kerusakan saluran napas
yang disebabkan oleh oksidan. Penelitian pada penderita penyakit saluran napas
akut dan kronik menunjukkan bahwa N-asetilsistein efektif dalam mengatasi
batuk, sesak napas dan pengeluaran dahak. Perbaikan klinik pengobatan dengan
N-asetilsistein lebih baik bila dibandingkan dengan bromheksin.
Dekongestan
Kortikosteroid
STEROID
Steroid adalah senyawa organik lemak sterol tidak terhidrolisis yang dapat
dihasil reaksi penurunan dari terpena atau skualena. Steroid merupakan kelompok
senyawa yang penting dengan struktur dasar sterana jenuh (bahasa Inggris:
saturated tetracyclic hydrocarbon : 1,2-cyclopentanoperhydrophenanthrene)
dengan 17 atom karbon dan 4 cincin. Senyawa yang termasuk turunan steroid,
misalnya kolesterol, ergosterol, progesteron, dan estrogen. Pada umunya steroid
berfungsi sebagai hormon. Steroid mempunyai struktur dasar yang terdiri dari 17
atom karbon yang membentuk tiga cincin sikloheksana dan satu cincin
siklopentana. Perbedaan jenis steroid yang satu dengan steroid yang lain terletak
pada gugus fungsional yang diikat oleh ke-empat cincin ini dan tahap oksidasi
tiap-tiap cincin. Lemak sterol adalah bentuk khusus dari steroid dengan rumus
bangun diturunkan dari kolestana dilengkapi gugus hidroksil pada atom C-3,
banyak ditemukan pada tanaman, hewan dan fungsi. Semua steroid dibuat di
dalam sel dengan bahan bakuberupa lemak sterol, baik berupa lanosterol pada
hewan atau fungsi, maupun berupa sikloartenol pada tumbuhan. Kedua jenis
lemak sterol di atas terbuat dari siklisasi squalena dari triterpena. Kolesterol
adalah jenis lain lemak sterol yang umum dijumpai.
Beberapa steroid bersifat anabolik, antara lain testosteron, metandienon,
nandrolon dekanoat, 4-androstena-3 17-dion. Steroid anabolik dapat
mengakibatkan sejumlah efek samping yang berbahaya, seperti menurunkan rasio
lipoprotein densitas tinggi, yang berguna bagi jantung, menurunkan rasio
lipoprotein densitas rendah, stimulasi tumor prostat, kelainan koagulasi dan
gangguan hati, kebotakan, menebalnya rambut, tumbuhnya jerawat dan
timbulnyapayudara pada pria. Secara fisiologi, steroid anabolik dapat membuat
seseorang
menjadi agresif.
1. Golongan kortikosteroid.
Obat ini merupakan antiinflamasi yang poten (yang super duper kuat). Karena
apa? Obat2 ini menghambat enzim phospholipase A2 sehingga tidak terbentuk
asam arakidonat. Nah asam arakidonat g terbentuk brarti prostaglandin jg g
terbantuk kan?
Namun, obat anti inflamasi golongan satu ini g boleh digunakan seenaknya.
Kenapa? Karena efek sampingnya besar. Bisa bikin moon face, hipertensi,
osteoporosis dll. Selain itu penggunaan steroid jangka panjang juga bisa
mempengaruhi homeostasis tubuh karena ini pengaruh ke HPA (Hypothalamus –
Pituitary – Adrenal Axis). Jadi si steroid sendiri di tubuh dihasilkan oleh adrenal,
tapi saat make obat steroid dari luar jangka panjang maka si steroid di dalem
tubuh jadi berlebihan, ini bisa bikin yg namanya Cushing.
Well kalo obat yang satu ini pasti sering liat. Cara kerjanya juga beda ama yang
golongan steroid. Obat golongan AINS menghambat COX sehingga tidak
terbentuk prostaglandin dan tromboksan. Potensinya sih lebih kecil daripada yang
golongan steroid namun ada juga efek sampingnya:
Pendarahan
Tromboksan yang juga dibentuk COX kan dihambat sehingga darah lebih encer
dan g ada yg bertugas untuk membekukan darah. Tidak boleh diberikan pada
pasien yang misalnya kena demam berdarah.
Golongan NSAID menghambat kerja COX padahal COX sendiri ada 2 macam:
COX-1 dan COX-2. COX-1 merupakan enzim normal yang vital untuk proteksi
lambung dan ginjal. Sedangkan COX-2 lah yang menghasilkan prostaglandin.
Nah masalahnya obat yang beredar sekarang adalah obat non selektif yang
memblok semua COX. Jadi kalo pake NSAID non selektif prostaglandin yg
fungsinya melindungi lambung & ginjal juga dihambat sehingga bisa
menyebabkan gangguan di situ.