Вы находитесь на странице: 1из 7

BAB XI

PEMASARAN

11.1 Perdagangan Batubara


 Pertumbuhan produksi batubara rata-rata 13,6% per tahun (2010 –
2017). Harga batubara dunia sangat mempengaruhi tingkat produksi
batubara dan penjualan ekspor.
 Kenaikan tingkat produksi saat harga cenderung turun disebabkan oleh
keinginan para pengusaha untuk mempertahankan revenue serta
perusahaan tahap pra-produksi yang naik ke tahap operasi produksi.
 Pertumbuhan kebutuhan batubara domestik sebesar 10% per tahun, lebih
rendah dibandingkan dengan ekspor sebesar 14% per tahun. 75 – 80%
batubara yang diproduksi dijual untuk pasar luar negeri.
 Kualitas batubara domestik berkisar 4000 – 6.500 kcal/kg (gar)

Tabel 11.1
Produksi Batubara Dari Tahun Ke Tahun
Sumber : Indonesian Coal Mining Association
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Produksi
(dalam juta 217 240 254 275 353 412 474 458 461 419
ton)
Ekspor
(dalam juta 163 191 198 210 287 345 402 382 366 333
ton)
Domestik
(dalam juta 61 49 56 65 66 67 72 76 87 86
ton)
Harga (HBA)
n.a n.a 70.7 91.7 118.4 95.5 82.9 72.6 60.1 61.8
(USD/ton)

11.2 Kebijakan Pemerintah


 UUD 1945 Pasal 33 ayat (3)
Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai
oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat
Undang-Undang No 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara

95
96

 Pasal 4 ayat (1): Mineral dan batubara sebagai sumber daya alam yang tak
terbarukan merupakan kekayaan nasional yang dikuasai oleh negara untuk
sebesar-besar kesejahteraan rakyat.
 Pasal 5: Untuk kepentingan nasional, Pemerintah setelah berkonsultasi
dengan DPR dapat menetapkan kebijakan pengutamaan mineral
dan/atau batubara untuk kepentingan dalam negeri. Kepentingan nasional
tersebut dapat dilakukan dengan pengendalian produksi dan ekspor
 Undang-Undang No 30 Tahun 2007 tentang Energi
 Pasal 21: “pemanfaatan energi dilakukan diantaranya dengan
mengoptimalkan seluruh potensi sumber daya energi, dan
memprioritaskan pemenuhan kebutuhan masyarakat”.
 Peraturan Pemerintah No 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan
Kegiatan Usaha
Pertambangan Mineral dan Batubara
 Pasal 2: “Pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan mineral dan
batubara ditujukan untuk melaksanakan kebijakan dalam mengutamakan
penggunaan mineral dan/atau batubara untuk kepentingan dalam negeri”

11.3 Harga Batubara


Batubara adalah kekuatan dominan di dalam pembangkitan listrik. Paling
sedikit 27 persen dari total output energi dunia dan lebih dari 39 persen dari seluruh
listrik dihasilkan oleh pembangkit listrik bertenaga batubara karena kelimpahan
jumlah batubara, proses ekstrasinya yang relatif mudah dan murah, dan
persyaratan-persyaratan infrastruktur yang lebih murah dibandingkan dengan
sumberdaya energi lainnya.
Indonesia memiliki cadangan batubara kualitas menengah dan rendah
yang melimpah. Jenis batubara ini dijual dengan harga kompetitif di pasar
internasional (ikut disebabkan karena upah tenaga kerja Indonesia yang rendah).
Indonesia memiliki posisi geografis strategis untuk pasar raksasa negara-negara
berkembang yaitu RTT dan India. Permintaan untuk batubara kualitas rendah dari
kedua negara ini telah naik tajam karena banyak pembangkit listrik bertenaga
batubara baru yang telah dibangun untuk mensuplai kebutuhan listrik
penduduknya yang besar.
97

Negara tujuan utama untuk ekspor batubara Indonesia adalah China, India,
Jepang dan Korea Selatan. Selama "tahun-tahun kejayaannya" batubara
menyumbang sekitar 85 persen terhadap total penerimaan negara dari sektor
pertambangan.
Tabel 11.2
Harga Batubara Berdasarkan Bulan Dan Tahun
Sumber : Indonesian Coal Mining Association
Bulan 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Januari 109.29 87.55 81.90 63.84 53.20 86.23
Februari 111.58 88.35 80.44 62.92 50.92 83.32
Maret 112.87 90.09 77.01 67.76 51.62 81.90
April 105.61 88.56 74.81 64.48 52.32 82.51
Mei 102.12 85.33 73.60 61.08 51.20 83.81
Juni 96.65 84.87 73.64 59.59 51.87 75.46
Juli 87.56 81.69 72.45 59.16 53.00
Augustus 84.65 76.70 70.29 59.14 58.37
September 86.21 76.89 69.69 58.21 63.93
Oktober 86.04 76.61 67.26 57.39 69.07
November 81.44 78.13 65.70 54.43 84.89
Desember 81.75 80.31 69.23 53.51 101.69

11.4 Prospek Pemasaran


11.4.1 Prospek Pemasaran Domestik
Boom komoditas pada era 2000-an menghasilkan keuntungan yang
signifikan untuk perusahaan-perusahaan yang bergerak di dalam ekspor batubara.
Kenaikan harga komoditas ini - sebagian besar - dipicu oleh pertumbuhan ekonomi
di negara-negara berkembang. Kendati begitu, situasi yang menguntungkan ini
berubah pada saat terjadi krisis keuangan global pada tahun 2008 ketika harga-
harga komoditas menurun begitu cepat. Indonesia terkena pengaruh faktor-faktor
eksternal ini karena ekspor komoditas (terutama untuk batubara dan minyak sawit)
berkontribusi untuk sekitar 50% dari total ekspor Indonesia, sehingga membatasi
pertumbuhan PDB tahun 2009 sampai 4,6% (yang boleh dikatakan masih cukup
baik, terutama didukung oleh konsumsi domestik). Pada semester 2 tahun 2009
sampai awal tahun 2011, harga batubara global mengalami rebound tajam.
Kendati begitun, penurunan aktivitas ekonomi global telah menurunkan
permintaan batubara, sehingga menyebabkan penurunan tajam harga batubara
dari awal tahun 2011 sampai tengah 2016. Selain dari lambatnya pertumbuhan
98

ekonomi global (dan pelemahan tajam perekonomian RRT), penurunan


permintaan komoditas, ada pula faktor lain yang berperan. Pada era boom
komoditi 2000-an yang menguntungkan, banyak perusahaan pertambangan baru
yang didirikan di Indonesia sementara perusahaan-perusahaan tambang yang
sudah ada meningkatkan investasi untuk memperluas kapasitas produksi mereka.
Hal ini menyebabkan kelebihan suplai yang sangat besar dan diperburuk oleh
antusiasme para penambang batubara di tahun 2010-2013 untuk memproduksi
dan menjual batubara sebanyak mungkin - karena rendahnya harga batubara
global - dalam rangka menghasilkan pendapatan dan keuntungan.
Pada paruh kedua 2016 harga batubara melonjak ke level yang kita lihat
awal 2014, sehingga memberikan angin segar ke industri pertambangan.
Kenaikan harga ini dipicu oleh pulihnya harga minyak mentah, meningkatnya
permintaan batubara domestik di Indonesia seiring dengan kembalinya
pembangkit listrik tenaga batu bara baru, namun yang lebih penting lagi yaitu
kebijakan penambangan batubara China. China, produsen dan konsumen
batubara terbesar di dunia, memutuskan untuk memangkas hari produksi batubara
domestiknya. Alasan utama mengapa China ingin mendorong harga batu bara ke
level yang lebih tinggi pada paruh kedua tahun 2016 adalah tingginya rasio kredit
bermasalah (non-performing loans, atau NPLs) di sektor perbankan China. Rasio
NPLnya meningkat menjadi 2,3 persen pada tahun 2015. Alasan utama yang
menjelaskan kenaikan rasio NPL ini adalah perusahaan pertambangan batubara
China yang mengalami kesulitan untuk membayar hutangnya kepada bank.
Namun, mengingat aktivitas ekonomi global masih agak suram, arah harga
batubara dalam jangka pendek hingga menengah sangat bergantung pada
kebijakan batubara China.
Walaupun kesadaran global telah dibangun untuk mengurangi
ketergantungan pada bahan bakar fosil, perkembangan sumber energi terbarukan
tidak menunjukkan indikasi bahwa ketergantungan pada bahan bakar fosil
(terutama batubara) akan menurun secara signifikan dalam waktu dekat, sehingga
batubara terus menjadi sumber energi vital. Kendati begitu, teknologi batubara
bersih dalam pertambangan batubara akan sangat diperlukan di masa mendatang
(sebagian karena faktor komersil) dan Indonesia diharapkan akan terlibat secara
aktif di dalam proses tersebut sebagai salah satu pelaku utama di sektor
pertambangan batubara. Teknologi batubara bersih ini difokuskan untuk
99

mengurangi emisi yang dihasilkan oleh pembangkit listrik bertenaga batubara


namun teknologi ini belum berkembang cukup baik. Kegiatan-kegiatan hulu yang
terkait dengan pertambangan batubara, seperti pengembangan waduk-waduk
coalbed methane (CBM) yang potensinya banyak dimiliki oleh Indonesia, telah
mulai mendapatkan perhatian belakangan ini.
Kebijakan Pemerintah Indonesia mempengaruhi industri pertambangan
batubara nasional. Untuk memperoleh suplai dalam negeri, Kementerian Energi
dan Sumberdaya Mineral Indonesia meminta para produsen batubara untuk
mencadangkan jumlah produksi tertentu untuk konsumsi dalam negeri (domestic
market obligation). Selain itu, Pemerintah dapat menyetel pajak ekspornya untuk
mengurangi ekspor batubara. Selama beberapa tahun terakhir Pemerintah
menyatakan keinginan untuk meningkatkan konsumsi domestik batubara
sehingga batubara mensuplai sekitar 30% dari pencampuran energi nasional pada
tahun 2025:

11.4.2 Prospek Pemasaran Ekspor


Indonesia memiliki peran yang penting sebagai pemasok batubara dunia.
Menurut World Coal Institute, sejak 2004 Indonesia telah menjadi eksportir
batubara kedua terbesar setelah Australia dengan kontribusi 26% terhadap total
ekspor pada 2007, dan merupakan eksportir batubara thermal (ketel uap) terbesar
dunia dengan total ekspor 171 juta ton pada 2007. Ekspor batubara Indonesia
ditujukan ke berbagai negara khususnya negara-negara di Asia seperti Jepang,
China, Taiwan, India, Korea Selatan, Hongkong, Malaysia, Thailand dan Filipina.
Negara tujuan ekspor lainnya adalah Eropa seperti Belanda, Jerman dan Inggris,
serta negara-negara di Amerika. Importir terbesar batubara Indonesia adalah
Jepang (22,8%), dan Taiwan (13,7%). Berikutnya adalah India dan Korea Selatan
yang diperkirakan mencapai 28%.
Produksi batubara nasional terus mengalami perkembangan yang sangat
signifikan. Pada tahun 1992 tercatat sebesar 22,951 juta ton, naik menjadi 151,594
juta ton pada tahun 2005, atau naik ratarata 15,68 % per tahun. Jika diasumsikan
proyeksi untuk tahun-tahun mendatang mengikuti kecenderungan (trend) tersebut
di atas, maka kondisi pada tahun 2025, produksi akan meningkat menjadi sekitar
628 juta ton. Dari sisi konsumsi, hingga saat ini segmen pasar batubara di dalam
negeri meliputi PLTU, industri semen, industri menengah hingga industri kecil dan
100

rumahtangga. Dalam kurun waktu 1998-2005, konsumsi batubara di dalam negeri


berkembang 13,29%. Kondisi saat ini (2005) konsumsi batubara tercatat 35,342
juta ton, di antaranya, 71,11% dikonsumsi PLTU, 16,84% dikonsumsi industri
semen, dan 6,43% dikonsimsi industri kertas. Dari karakteristik tersebut dan
adanya rencana pemanfaatan batubara melalui pengembangan teknologi UBC,
gasifikasi, dan pencairan, maka diproyeksikan pada tahun 2025 kebutuhan
batubara dalam negeri akan mencapai sekitar 191,130 juta ton. Sedangkan dari
trend ekspor batubara yang peningkatannya sangat signifikan sekitar 16,00%
pertahun, maka pada tahun 2025 diproyeksikan akan mencapai 438 juta ton.
Peluang Indonesia untuk meningkatkan perannya sebagai eksportir
batubara sangat terbuka. Ini mengingat hal-hal sebagai berikut.
 Pertama, masih relatif besarnya potensi cadangan batubara di Indonesia,
semantara tingkat eksploitasi masih relatif rendah. Direktorat Energi dan
Sumberdaya Mineral memperkirakan potensi batubara Indonesia
mencapai 90 miliar ton lebih. Sedangkan cadangan terbukti mencapai 5,3
miliar ton (World Coal Institute mencatat cadangan terbukti batubara
Indonesia sedikit lebih rendah yakni 4,3 miliar ton pada 2007). Sementara
tingkat produksi batubara Indonesia baru mencapai rata-rata sekitar 200
juta ton per tahun.
 Kedua, Indonesia merupakan eksportir batubara thermal/ketel uap
(Thermal coal atau steam coal banyak digunakan untuk bahan baker
pembangkit listrik, pembakaran umum seperti pada industri bata atau
genteng dan industri semen) terbesar dunia dengan total ekspor 171 juta
ton pada 2007. Dengan demikian Indonesia telah memiliki pangsa pasar
yang cukup luas di pasar global khususnya untuk batubara thermal. Saat
ini pasar utama batubara Indonesia adalah Jepang dengan total ekspor 3,3
juta ton pada 2006. Adanya kerjasama Economic Partnership Agreement
dengan Jepang akan semakin memperkokoh posisi Indonesia sebagai
pemasok batubara Jepang.
 Ketiga, Semakin menurunnya peran China, Australia dan Afrika Selatan
sebagai pemasok batubara akan semakin memperbesar peluang
Indonesia untuk meningkatkan penetrasi pasarnya di pasar internasional.
 Keempat, meningkatnya permintaan China dan India dalam beberapa
tahun kedepan memberi peluang yang lebih besar bagi Indonesia untuk
101

meningkatkan pangsa pasarnya di kedua negara tersebut yang saat ini


merupakan buyer baru bagi Indonesia. Apalagi dengan bergesernya posisi
China sebagai net importir batubara dengan volume permintaan (impor)
yang cenderung meningkat akan memberi peluang semakin besar bagi
Indonesia untuk mengambil alih pangsa pasar ekspor China sekaligus
meningkatkan pangsa pasar Indonesia ke China.

Вам также может понравиться