Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/260752395
CITATIONS READS
0 5,238
2 authors, including:
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by P. Tommy Y. Sumatera Suyasa on 13 March 2014.
The aim of this research is to find a relationship between organizational commitment and
Organizational Citizenship Behavior (OCB) on Call Centre employee. Organizational
commitment is degree which is the employee identify and internalize the organizational
values, which makes the employee wants to stay in organization. OCB is employee’s
voluntary behavior, beyond job’s description, and contribute toward organizational
efectivity. This research is using Spearman-rank order coefficients of correlations
formula. The finding reveals that there is a relationship between organizational
commitment and OCB rs (86) = 0,441, p < 0,01. This finding shows that there is positive
and significant relationship between organizational commitment and OCB.
154
KOMITMEN ORGANISASI DAN ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR
(OCB)
Podsakoff dan MacKenzie (dikutip tive commitment yang kuat dan menye-
oleh Riggio, 2000) mengemukakan alasan babkan OCB.
mengapa OCB berhubungan dengan efekti- Karyawan yang telah lama bekerja
vitas organisasi. Karyawan lama membantu pada suatu organisasi memiliki kelekatan
karyawan baru dalam masa orientasi dan hubungan dan ikatan yang kuat dengan
proses sosialisasi, sehingga lebih cepat organisasi (Dyne et al., 1994). Keterikatan
menjadi karyawan produktif. Karyawan karyawan terhadap organisasi tempatnya
yang saling membantu hanya membutuhkan bekerja dikenal dengan istilah komitmen
sedikit pengawasan, sehingga membuat organisasi (Greenberg, 1996). Mowday dkk
manajer dapat berkonsentrasi pada tugas (dikutip oleh Dyne et al., 1994) menge-
yang lebih penting. Karyawan yang bersi- mukakan apabila lama bekerja didasarkan
kap positif dapat saling bekerja sama dan pada pilihan karyawan itu sendiri, hal ini
menghindari konflik dengan karyawan lain akan meningkatkan ikatan afektif terhadap
(Riggio, 2000). organisasi. Ikatan afektif tersebut dinama-
Selain hal-hal di atas, karyawan secara kan affective commitment. Karyawan yang
bebas dan sukarela membina hubungan memiliki affective commitment yang tinggi
dengan rekan kerja dan meningkatkan dipastikan memiliki motivasi kerja yang
komunikasi organisasi. OCB mengarahkan tinggi dan berperilaku OCB (McShane &
ke lingkungan yang positif, sehingga mem- Glinow, 2003).
bantu proses perekrutan dan membuat kar- Pernyataan tersebut didukung pula
yawan dengan kualifikasi baik ingin tetap oleh Greenberg dan Baron (2000). Semakin
berada dalam organisasi. Karyawan akan tinggi komitmen karyawan terhadap organi-
membantu pekerjaan karyawan lain yang sasi, semakin karyawan tersebut ingin ber-
absen atau mendapat tambahan tugas. Kar- perilaku melebihi tuntutan tugas apabila
yawan juga bersedia mempelajari teknologi dibutuhkan. Hal ini mengarahkan karyawan
atau sistem kerja yang baru (Riggio, 2000). untuk terlibat dalam berbagai bentuk OCB.
OCB dipengaruhi oleh beberapa fak- Karyawan dengan komitmen organi-
tor, di antaranya sikap kerja positif, cyni- sasi yang tinggi memiliki perbedaan sikap
cism, nilai-nilai di tempat kerja, karakte- dibandingkan yang berkomitmen rendah.
ristik pekerjaan, jabatan pekerjaan, dan Komitmen organisasi yang tinggi mengha-
lama bekerja (Dyne, Graham, & Dienesch, silkan tingginya performa kerja, rendahnya
1994). Granovetter (dikutip oleh Dyne et tingkat absen, dan rendahnya tingkat ke-
al., 1994) menyatakan bahwa karyawan luar-masuk (turnover) karyawan. Karyawan
yang bekerja untuk jangka waktu yang yang berkomitmen tinggi akan memiliki
panjang lebih memiliki hubungan dekat dan produktivitas tinggi (Luthans, 2002). Ko-
ikatan kuat dengan organisasi. Karyawan mitmen organisasi mendorong karyawan
juga memiliki kepercayaan diri dan kompe- untuk mempertahankan pekerjaannya dan
tensi dalam kinerjanya, serta menunjukkan menunjukkan hasil yang seharusnya
perasaan dan perilaku positif terhadap orga- (Greenberg, 1996).
nisasi. Apabila lama bekerja berdasarkan Sebaliknya, komitmen karyawan yang
pilihan positif karyawan, maka hal ini akan rendah memiliki dampak negatif. Suatu
meningkatkan ikatan afektif dengan orga- organisasi tidak akan mampu melakukan
nisasi. Karyawan tersebut memiliki affec- perubahan dengan cepat dan menampilkan
155
TERESIA DAN SUYASA
kinerja yang superior jika tidak berhasil juga tidak diberi penghargaan oleh organi-
memenangkan komitmen karyawannya. sasi, walaupun berkontribusi terhadap efek-
Komitmen karyawan dapat dikembangkan tivitas fungsi organisasi”. Tidak adanya
dengan organisasi merekrut dan menyeleksi penghargaan dari organisasi juga didukung
calon karyawan yang memiliki kecocokan oleh definisi yang dikemukakan DuBrin.
nilai dengan nilai organisasi, organisasi DuBrin (2000) mengemukakan bahwa OCB
memperlakukan karyawannya secara adil adalah perilaku di mana karyawan bekerja
dan memberikan kepuasan bagi karyawan, untuk kebaikan organisasi, walaupun tanpa
job enrichment (Greenberg, 1996), mem- penghargaan khusus yang dijanjikan.
perjelas dan mensosialisasikan nilai-nilai Berdasarkan definisi para ahli tersebut,
dasar, sikap, maupun tujuan organisasi dapat disimpulkan bahwa OCB adalah peri-
(Sweeney & McFarlin, 2002), menciptakan laku karyawan yang dilakukan secara suka-
keselamatan dan keamanan kerja bagi rela dan melebihi tuntutan pekerjaannya.
karyawan (McShane & Glinow, 2003), dan Perilaku tersebut dilakukan tanpa mengha-
menciptakan pandangan sebagai suatu rapkan pamrih dari organisasi dan berkon-
komunitas (Luthans, 2002). tribusi terhadap efektivitas organisasi. Ber-
Setiap organisasi akan mengalami dasarkan pengertian tersebut, terdapat tiga
kesulitan jika komitmen karyawannya komponen utama pada OCB. Pertama, peri-
rendah. Karyawan dengan komitmen yang laku melebihi tuntutan formal atau des-
rendah tidak akan memberikan yang terbaik kripsi pekerjaan resmi. Kedua, perilaku
kepada organisasi dan dengan mudahnya dilakukan dengan sukarela (terjadi secara
keluar dari organisasi (Riady, 2003). Selain alami). Ketiga, perilaku tidak perlu men-
itu, karyawan dengan komitmen organisasi dapat penghargaan resmi dari organisasi
yang rendah dapat menciptakan suasana (Greenberg & Baron, 2000).
tegang dan memicu konflik (Smither,
1998).
Faktor-faktor yang Mempengaruhi OCB
156
KOMITMEN ORGANISASI DAN ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR
(OCB)
yawan yang merasa puas bekerja akan meningkatkan rasa tanggung-jawab dan
memberikan balasan kepada organisasi kelekatan dengan organisasi. Perilaku pro-
berupa kelekatan dengan organisasi dan aktif seperti OCB disebabkan karena
berperilaku sebagai anggota organisasi meningkatnya rasa tanggung-jawab dan
yang baik (Dyne et al., 1994). kelekatan yang disebabkan karakteristik
Faktor kedua adalah cynicism. Karya- pekerjaan tersebut.
wan yang sinis tidak mempercayai motif Faktor kelima adalah jabatan karya-
orang lain dan tidak melibatkan diri dalam wan. Karyawan dengan jabatan tinggi
suatu hubungan yang terbuka. Karyawan umumnya memiliki komitmen organisasi
yang sinis akan menilai hubungan di tempat lebih tinggi dibandingkan dengan karyawan
kerja berdasarkan keuntungan pribadi yang dengan jabatan rendah. Hrebiniak (dikutip
didapatnya. Akibatnya, karyawan tersebut oleh Dyne et. al., 1994) mengemukakan
akan seminimal mungkin melakukan OCB bahwa jabatan yang tinggi diasosiasikan
(Dyne et al., 1994). dengan otonomi, peluang berinteraksi, dan
Faktor ketiga adalah nilai-nilai di tem- pengambilan keputusan, yang meningkat-
pat kerja. Nilai-nilai yang sesuai dengan kan kelekatan dengan organisasi. Karyawan
norma sosial dan tidak kontroversial akan dengan jabatan tinggi akan merasakan
mudah diserap dan mengarah pada hu- tekanan sosial untuk memiliki kelekatan
bungan dekat, afek positif, dan kelekatan. dengan organisasi. Rekan kerjanya akan
Argyris (dikutip oleh Dyne et al., 1994) berharap agar karyawan tersebut dapat
menjabarkan hubungan saling mengun- bersikap melebihi tuntutan pekerjaannya
tungkan antara karyawan dan organisasi (Dyne et al., 1994).
ketika nilai-nilai organisasi menghargai Faktor keenam adalah lama bekerja.
karyawan dan kebutuhannya. Anggota Granovetter (dikutip oleh Dyne et al., 1994)
organisasi yang mempersepsi nilai-nilai menyatakan bahwa karyawan yang bekerja
sosial merupakan bagian penting dari untuk jangka waktu yang panjang lebih
budaya organisasi akan merasa terikat memiliki hubungan dekat dan ikatan kuat
dengan organisasi dan berperilaku OCB. dengan organisasi. Karyawan juga memiliki
Bentuk OCB tersebut adalah civic virtue, kepercayaan diri dan kompetensi dalam
yaitu karyawan akan berpartisipasi terhadap kinerjanya, serta menunjukkan perasaan
kelangsungan kinerja organisasi. Misalnya, dan perilaku positif terhadap organisasi.
karyawan mengetahui bahwa organisasi Apabila lama bekerja berdasarkan pilihan
menghargai nilai kualitas produk dan pela- positif karyawan, maka hal ini akan
yanan, maka karyawan akan berkontribusi meningkatkan ikatan afektif dengan orga-
dalam upaya peningkatan kualitas tersebut. nisasi. Karyawan tersebut memiliki affec-
Faktor keempat adalah karakteristik tive commitment yang kuat dan menye-
pekerjaan. Karakteristik pekerjaan yang babkan OCB.
menimbulkan motivasi (seperti pekerjaan
yang bermakna, otonomi, & umpan balik)
memperbesar kemungkinan timbulnya mo- Lima Bentuk OCB
tivasi internal. Salancik (dikutip oleh Dyne
et al., 1994) mengemukakan bahwa karak- OCB memiliki bentuk perilaku berma-
teristik khusus pekerjaan tersebut dapat cam-macam, namun OCB digolongkan
157
TERESIA DAN SUYASA
dalam lima kategori dasar, yaitu: altruism, keadaan yang kurang ideal tanpa mengeluh,
conscientiousness, civic virtue, sportsman- menahan diri agar tidak mengeluh (Aldag,
ship, dan courtesy (Luthans, 2002). 1997). Bentuk perilakunya antara lain tidak
Bentuk yang pertama adalah altruism, menyalahkan organisasi, tidak mengeluh,
yaitu perilaku yang merefleksikan kepedu- tidak membesar-besarkan masalah (Aldag,
lian yang tidak egois terhadap kesejah- 1997).
teraan orang lain (Baron & Byrne, 2004). Bentuk OCB yang kelima adalah
Altruism adalah perilaku membantu rekan courtesy, yaitu perilaku bersikap sopan dan
kerja individual dalam tugasnya (Yen & sesuai aturan, sehingga mencegah timbul-
Niehoff, 2002). Perilaku altruism meliputi nya konflik interpersonal (Greenberg &
membantu rekan kerja yang mendapat tugas Baron, 2000). Karyawan mematuhi pera-
tambahan dan membantu karyawan baru turan dan prosedur organisasi (Kumar,
beradaptasi walaupun tidak disuruh (Aldag, 2005). Bentuk perilakunya antara lain men-
1997). jadi seseorang yang pengertian dan ber-
Bentuk OCB yang kedua adalah empati, bahkan ketika ia diprovokasi
conscientiousness. Conscientiousness ada- (Greenberg & Baron, 2000).
lah perilaku melebihi tuntutan tugas dan
dilakukan dengan baik. Hal ini meliputi taat
dengan kebijakan organisasi dan memper- Pengaruh OCB terhadap Efektivitas
tahankan jadwal kerja yang teratur. Bentuk Organisasi
perilakunya antara lain tiba lebih awal
sebelum pergantian shift, tepat waktu setiap OCB memberikan dampak yang
hari, datang lebih awal apabila dibutuhkan. menyenangkan bagi sikap karyawan. Kar-
Perilaku lainnya adalah tidak membuang yawan merasa organisasi sebagai tempat
waktu dengan pembicaraan pribadi di setiap karyawan diperlakukan dengan kera-
telepon dan tidak membicarakan hal-hal mahan dan saling menghargai. Hal tersebut
yang tidak berhubungan dengan pekerjaan membuat organisasi menjadi tempat yang
(Aldag, 1997). menyenangkan untuk bekerja dan mendo-
Civic virtue adalah bentuk OCB yang rong kesetiaan serta komitmen terhadap
ketiga. Civic virtue adalah perilaku berpar- organisasi (Tepper et al., 2004).
tisipasi dan menunjukkan kepedulian ter- OCB meningkatkan hubungan sosial
hadap kelangsungan hidup organisasi dan kerjasama dengan organisasi, tetapi
(Greenberg & Baron, 2000). Karyawan melebihi tuntutan tugas formal. Karyawan
menunjukkan keterlibatannya dalam orga- dapat bekerja sama dengan rekan kerja dan
nisasi (Aldag, 1997). Bentuk perilakunya berbagi sumber daya yang ada. Karyawan
meliputi berpartisipasi dalam pertemuan memaafkan kesalahan karyawan lain dan
atau rapat, mengemukakan ide-ide yang membantu rekan kerja mengatasi masa-
meningkatkan pelayanan kepada pelanggan lahnya (Greenberg, 1996).
(Yen & Niehoff, 2002), aktif dalam setiap Podsakoff dan MacKenzie (dikutip
acara organisasi (seperti klub & komite) oleh Riggio, 2000) mengemukakan sejum-
(Greenberg & Baron, 2000). lah alasan mengenai pengaruh OCB terha-
Bentuk OCB yang keempat adalah dap efektivitas organisasi. Karyawan senior
sportsmanship, yaitu perilaku mentolerir membantu karyawan baru lebih cepat
158
KOMITMEN ORGANISASI DAN ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR
(OCB)
159
TERESIA DAN SUYASA
Kedua, keinginan untuk berusaha keras tidak menjadikan karir sebagai prioritas
bagi organisasi. Dan ketiga, memiliki hasrat utama. Perempuan lebih ingin mengapli-
kuat untuk tetap berada dalam organisasi. kasikan ilmu yang didapat untuk menguji
O’Reilly dan Chatman (dikutip oleh dirinya sendiri. Perempuan mengetahui
Hulin, 1998) mengemukakan terdapat tiga bahwa dirinya tidak akan seumur hidup
hal yang mendasari komitmen seseorang berkarir. Hal ini membuat karyawan perem-
terhadap organisasi, yaitu: pertukaran, iden- puan memberikan segenap kemampuan
tifikasi, dan internalisasi. Komitmen berda- kepada organisasi pada saat karyawan
sarkan hubungan pertukaran muncul ketika perempuan mampu bekerja dan masih
karyawan berharap mendapatkan penghar- memiliki kesempatan untuk bekerja
gaan untuk perilaku tertentu yang dilaku- (Schultz & Schultz, 1998).
kannya. Komitmen berdasarkan identifikasi Karyawan berpendidikan rendah me-
muncul ketika seseorang merasakan ke- miliki komitmen yang lebih tinggi diban-
banggaan khusus menjadi anggota organi- dingkan dengan karyawan berpendidikan
sasi. Komitmen berdasarkan internalisasi tinggi. Tingkat pendidikan tinggi membuat
menunjukkan kesesuaian nilai-nilai organi- karyawan memiliki lebih banyak pilihan
sasi dengan nilai-nilai seseorang (Hulin, pekerjaan, sehingga kelekatan dengan orga-
1998). nisasi berkurang. Hal tersebut menyebab-
Berdasarkan beberapa definisi di atas, kan komitmen organisasi yang rendah pada
dapat diambil kesimpulan umum mengenai karyawan berpendidikan tinggi (Iverson &
komitmen organisasi. Komitmen organisasi Buttigieg, 1999).
adalah derajat di mana karyawan meng- Usia dan lama bekerja juga mem-
identifikasi dengan organisasi dan meng- pengaruhi komitmen organisasi (Luthans,
internalisasi nilai-nilai organisasi, sehingga 2002). Karyawan dengan usia tua lebih
karyawan ingin tetap bertahan dalam berkomitmen dibandingkan dengan karya-
organisasi. Karyawan memiliki keinginan wan usia muda. Tingkat usia membatasi
dan bersedia bekerja keras demi kesuksesan keinginan seseorang untuk berpindah-pin-
organisasi, serta mempedulikan kelang- dah pekerjaan. Lama bekerja mempenga-
sungan hidup organisasi. ruhi komitmen organisasi karena karyawan
yang telah lama bekerja akan merasa
investasi yang telah ada (berupa waktu,
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komit- usaha, & jabatan) tidak dapat tergantikan
men Organisasi apabila karyawan meninggalkan organisasi
(Martini & Rostiana, 2003).
Luthans (2002) mengemukakan bahwa Faktor organisasi yang mempengaruhi
komitmen organisasi dipengaruhi oleh fak- komitmen organisasi ada tiga. Pertama,
tor pribadi karyawan dan faktor organisasi. karakteristik kerja yang berkaitan dengan
Faktor pribadi karyawan meliputi jenis ke- peran karyawan dalam organisasi. Komit-
lamin dan tingkat pendidikan (Cherrington, men organisasi cenderung lebih tinggi pada
1994). karyawan dengan kejelasan peran. Ketidak-
Karyawan perempuan memiliki komit- jelasan peran yang diberikan oleh organi-
men yang lebih tinggi dibandingkan dengan sasi kepada karyawannya akan mengaki-
karyawan laki-laki. Biasanya perempuan batkan timbulnya konflik peran, yang pada
160
KOMITMEN ORGANISASI DAN ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR
(OCB)
161
TERESIA DAN SUYASA
Bentuk komitmen yang ketiga adalah men karyawan terhadap organisasi, khu-
normative commitment. Normative commit- susnya affective commitment. Karyawan
ment adalah kekuatan hasrat karyawan dengan affective commitment yang tinggi
untuk terus bekerja pada organisasi karena memiliki motivasi kerja yang lebih tinggi
merasa wajib untuk tetap tinggal dalam dan berperilaku OCB (McShane & Glinow,
organisasi. Hal ini karena tekanan dari 2003). Semakin karyawan berkomitmen
orang lain (Greenberg & Baron, 2000). (affective) terhadap organisasi, semakin
Normative commitment menyangkut merasa karyawan bersikap melebihi tuntutan tugas
berkewajiban untuk tetap bekerja pada apabila dibutuhkan. Hal ini membawa kar-
pemimpinnya. Perasaan ini timbul karena yawan terlibat dalam berbagai bentuk OCB
telah mendapat keuntungan dari pemimpin, (Greenberg & Baron, 2000).
seperti pembayaran kuliah atau pelatihan
keterampilan khusus (Schultz & Schultz,
1998). Metode
Karyawan dengan normative commit-
ment yang tinggi tetap berada dalam organi- Partisipan
sasi karena merasa sudah seharusnya mela-
kukan hal tersebut (Schultz & Schultz, Partisipan dalam penelitian ini adalah
1998). Karyawan dengan normative com- karyawan Call Centre PT. X, yang terletak
mitment yang tinggi sangat mempedulikan di Jakarta. Pemilihan karyawan Call Centre
apa yang dipikirkan oleh orang lain apabila karena Call Centre mengutamakan kualitas
meninggalkan organisasi. Karyawan tidak pelayanan kepada pelanggannya. Pelayanan
ingin mengecewakan pemimpinnya dan yang baik memberikan kepuasan pada
kuatir rekan kerja akan berpikir kurang baik pelanggan. Podsakoff dan MacKenzie
dengan pengunduran dirinya (Greenberg & (dikutip oleh Stockhult, 2005) mengemu-
Baron, 2000). kakan bahwa call centre membutuhkan
karyawan yang dapat melakukan hal-hal
melebihi tuntutan pekerjaan formalnya
OCB dan Komitmen Organisasi (OCB). Ziklik (2004) mengemukakan lima
hal yang dilakukan oleh karyawan Call
Organizational citizenship behavior Centre, yaitu: mengantisipasi permintaan
(OCB) adalah perilaku sukarela, perilaku pelanggan, memberikan penjelasan menge-
melebihi tuntutan tugas, yang berkontribusi nai prosedur, memberi pengetahuan kepada
terhadap kesuksesan organisasi (Sweeney pelanggan, memberikan dukungan emosi-
& McFarlin, 2002). OCB ditandai dengan onal, dan personalisasi informasi.
spontanitas, dilakukan dengan sukarela, Pentingnya OCB pada karyawan Call
berdampak konstruktif, dan tidak mengha- Centre didukung oleh Stuart. Stuart (dikutip
rapkan pamrih (Newstrom & Davis, 2002). oleh Yen & Niehoff, 2002) mengemukakan
OCB menyebabkan organisasi berfungsi altruism pada karyawan Call Centre. Altru-
lebih efektif, seperti peningkatan jumlah ism mendorong karyawan untuk saling
dan kualitas produk (DuBrin, 2000). Salah membantu menambah pengetahuan, se-
satu cara untuk meningkatkan perilaku hingga dapat membantu pelanggan menye-
OCB adalah dengan meningkatkan komit- lesaikan masalah dengan lebih cepat.
162
KOMITMEN ORGANISASI DAN ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR
(OCB)
Penyelesaian masalah dengan lebih cepat butir pernyataan yang terdiri dari 28 butir
memberikan kepuasan bagi pelanggan. Hal pernyataan positif dan 28 butir pernyataan
ini meningkatkan kesuksesan organisasi. negatif. Alat ukur ke dua bertujuan untuk
Gambaran umum mengenai partisipan mengukur komitmen organisasi, berisi 36
penelitian ini dapat dilihat berdasarkan usia, butir pernyataan yang terdiri dari 22 butir
jenis kelamin, lama bekerja, bagian kerja, pernyataan positif dan 14 butir pernyataan
dan pendapatan. Peneliti membatasi pene- negatif.
litian hanya di PT. X untuk efisiensi dan Kedua alat ukur OCB dan komitmen
efektivitas penelitian. Teknik yang digu- disusun berdasarkan skala Likert yang
nakan untuk mengambil sampel dalam mengacu pada empat pilihan jawaban. Pada
penelitian ini adalah simple random samp- butir pernyataan positif, penilaiannya
ling, yang merupakan salah satu bagian dari adalah: Sangat Setuju (SS) bernilai 4,
probability sampling. Populasi dalam pene- Setuju (S) bernilai 3, Tidak Setuju (TS)
litian ini berjumlah 119 orang. Peneliti bernilai 2, Sangat Tidak Setuju (STS)
menentukan jumlah sampel berdasarkan bernilai 1. Sedangkan, pada butir pernya-
pada tabel Krejcie R. V. dan Morgan D. W. taan negatif cara penilaiannya adalah
(dikutip oleh Sarantakos, 1993). Berdasar- sebagai berikut: Sangat Setuju (SS) bernilai
kan tabel tersebut, maka jumlah sampel 1, Setuju (S) bernilai 2, Tidak Setuju (TS)
yang diperoleh sebesar 86 orang dari total bernilai 3, Sangat Tidak Setuju (STS)
populasi. bernilai 4.
Berdasarkan karakteristik, usia mini-
mum partisipan penelitian adalah 20 tahun
dan usia maksimumnya adalah 40 tahun (M Variabel Organizational Citizenship
= 26,65 tahun; SD = 2,781). Partisipan Behavior
penelitian laki-laki berjumlah 44 orang
(51,2%) dan partisipan penelitian perem- Variabel organizational citizenship
puan berjumlah 42 orang (48,8%). Partisi- behavior diukur dengan menggunakan alat
pan yang bekerja di bagian inbound ber- ukur organizational citizenship behavior.
jumlah 65 orang (75,6%), partisipan yang Alat ukur dibuat oleh peneliti dengan
bekerja di bagian outbound berjumlah 21 mengacu pada teori mengenai OCB yang
orang (24,4%). Pendapatan minimum parti- dikemukakan oleh Luthans (2002). Alat
sipan sebesar Rp 1.000.000,- dan penda- ukur OCB memiliki 5 dimensi, yaitu: altru-
patan maksimum sebesar Rp 3.000.000,- ism, conscientiousness, civic virtue, sports-
(M = Rp 1.627.419,40; SD = Rp manship, courtesy. Altruism adalah kesuka-
505.760,053). relaan membantu walaupun tidak diminta,
kemauan membantu karyawan baru ber-
adaptasi walaupun tidak disuruh. Concien-
Pengukuran tiousness adalah kecenderungan mematuhi
peraturan, mengefisiensikan waktu istira-
Peneliti menggunakan dua buah alat hat, tiba lebih awal sebelum waktu yang
ukur di dalam penelitian ini. Alat ukur ditentukan, tidak membuang-buang waktu
pertama bertujuan untuk mengukur organ- dengan pembicaraan pribadi di telepon,
izational citizenship behavior, berisi 56 tidak membicarakan hal-hal yang tidak
163
TERESIA DAN SUYASA
164
KOMITMEN ORGANISASI DAN ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR
(OCB)
tinggi skor komitmen organisasi, semakin karyawan dan dilakukan pada saat istirahat
individu menunjukkan keinginan untuk ber- karyawan. Saat pengambilan data, para
ada dalam organisasi dalam waktu yang karyawan sudah duduk rapi, sehingga
lebih lama, atau semakin memiliki loya- keadaan menjadi tenang dan teratur. Ruang
litas. kerja karyawan terletak di lantai 1 dan 2,
Alat ukur komitmen organisasi di- dibatasi oleh sekat-sekat. Pengambilan data
mensi continuance terdiri dari 7 butir dilakukan dengan bantuan staf PT. X.
pernyataan. Ketujuh butir tersebut memiliki Proses pengambilan data memerlukan
koefisien alpha cronbach sebesar 0,678. waktu yang cukup lama karena berbagai
Contoh butir pernyataan positif adalah: alasan sebagai berikut. Pertama, ada ken-
“Saat ini, saya sangat membutuhkan peker- dala dalam pendelegasian tugas pembagian
jaan di organisasi ini”. Contoh butir kuesioner. Kedua, terjadi perpindahan kan-
pernyataan negatif adalah: “Tanpa peker- tor ke kantor pusat, sehingga setiap orang
jaan ini, saya tetap dapat membiayai disibukkan dengan perpindahan tersebut.
kehidupan saya”. Alat ukur komitmen
organisasi dimensi affective terdiri dari 9
butir pernyataan. Kesembilan butir tersebut Hasil
memiliki koefisien alpha cronbach sebesar
0,770. Contoh butir pernyataan positif Gambaran Komitmen Organisasi
adalah: “Saya merasa ada kesamaan antara
nilai-nilai/tujuan hidup saya dengan nilai- Berdasarkan hasil penelitian, diketahui
nilai/tujuan organisasi”. Contoh butir per- bahwa skor minimum partisipan penelitian
nyataan negatif adalah: “Banyak nilai-nilai untuk variabel komitmen organisasi adalah
dan kebiasaan di dalam organisasi yang 1,77, sedangkan skor maksimum yang
kurang saya sukai”. Alat ukur komitmen diperoleh adalah 3,27 (M = 2,61; SD =
organisasi dimensi normative terdiri dari 11 0,26). Apabila dibandingkan dengan titik
butir pernyataan. Kesebelas butir tersebut tengah alat ukur yaitu 2,5 (rentang skala
memiliki koefisien alpha cronbach sebesar jawaban mulai dari 1 sampai 4), maka skor
0,749. Contoh butir pernyataan positif ada- rata-rata komitmen organisasi berada di
lah: “Saya merasa memiliki kewajiban atas titik tengah alat ukur atau cenderung
untuk terus berkarir di organisasi ini”. tinggi.
Contoh butir pernyataan negatif adalah: Skor minimum yang diperoleh parti-
“Atasan/rekan saya bukan pihak yang sipan penelitian untuk variabel komitmen
membuat saya bertahan di perusahaan ini”. organisasi, dimensi continuance commit-
ment adalah 1,14. Skor maksimumnya
adalah 3,29 (M = 2,43; SD = 0,38). Skor
Prosedur rata-rata komitmen organisasi dimensi
continuance commitment berada di bawah
Peneliti melakukan proses pengam- titik tengah alat ukur atau cenderung ren-
bilan data mulai tanggal 9 April – 15 Juli dah. Hal ini menunjukkan bahwa partisipan
2006. Tempat pengambilan data adalah di cenderung loyal bukan karena membu-
PT. X di Jakarta. Pengambilan data dalam tuhkan pekerjaan atau karena takut kehi-
penelitian ini dilakukan di ruang kerja langan insentif/fasilitas dari organisasi.
165
TERESIA DAN SUYASA
166
KOMITMEN ORGANISASI DAN ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR
(OCB)
dapat dikatakan bahwa semakin tinggi afektif dan OCB dimensi sportsmanship
komitmen organisasi, maka semakin tinggi rxy(84) = 0,415, p < 0,01. Nilai ini menya-
pula perilaku OCB. takan terdapat hubungan yang positif antara
komitmen organisasi dimensi afektif dan
OCB dimensi sportsmanship. Hal ini berarti
Komitmen Organisasi (Dimensi Afektif) dan semakin tinggi affective commitment parti-
OCB (Per Dimensi) sipan, maka semakin tinggi pula perilaku
OCB dimensi sportsmanship partisipan.
Korelasi komitmen organisasi dimensi Korelasi komitmen organisasi dimensi
afektif dan OCB dimensi courtesy didapat afektif dan OCB dimensi civic virtue
dari perhitungan dengan menggunakan didapat dari perhitungan dengan menggu-
metode korelasi Pearson Product Moment nakan metode korelasi Spearman. Terdapat
Correlation. Terdapat korelasi antara nilai korelasi antara nilai komitmen organisasi
komitmen organisasi dimensi afektif dan dimensi afektif dan OCB dimensi civic
OCB dimensi courtesy, rxy(84) = 0,525, p < virtue rs(86) = 0,276, p < 0,05. Nilai ini
0,01. Nilai ini menyatakan terdapat hu- menyatakan terdapat hubungan yang positif
bungan yang positif antara komitmen antara komitmen organisasi dimensi afektif
organisasi dimensi afektif dan OCB dan OCB dimensi civic virtue. Semakin
dimensi courtesy. Semakin tinggi affective tinggi affective commitment partisipan,
commitment partisipan, maka semakin maka semakin tinggi pula perilaku OCB
tinggi pula perilaku OCB dimensi courtesy dimensi civic virtue partisipan.
partisipan. Korelasi komitmen organisasi dimensi
Korelasi komitmen organisasi dimensi afektif dan OCB dimensi altruism didapat
afektif dan OCB dimensi conscientiousness dari perhitungan dengan menggunakan
didapat dari perhitungan dengan meng- metode korelasi Spearman. Terdapat kore-
gunakan metode korelasi Pearson Product lasi antara nilai komitmen organisasi
Moment Correlation. Terdapat korelasi dimensi afektif dan OCB dimensi altruism
antara nilai komitmen organisasi dimensi rs(86) = 0,215, p < 0,05. Nilai ini menya-
afektif dan OCB dimensi conscientiousness takan terdapat hubungan yang positif antara
rxy(84) = 0,437, p < 0,01. Nilai ini menya- komitmen organisasi dimensi afektif dan
takan terdapat hubungan yang positif dan OCB dimensi altruism. Semakin tinggi
signifikan antara komitmen organisasi affective commitment partisipan, maka
dimensi afektif dan OCB dimensi conscien- semakin tinggi pula perilaku OCB dimensi
tiousness. Semakin tinggi affective commit- altruism partisipan.
ment partisipan, maka semakin tinggi pula
perilaku OCB dimensi conscientiousness
partisipan. Simpulan
Korelasi komitmen organisasi dimensi
afektif dan OCB dimensi sportsmanship Berdasarkan analisis data, diperoleh
didapat dari perhitungan dengan menggu- simpulan bahwa terdapat hubungan positif
nakan metode korelasi Pearson Product antara komitmen organisasi dan Organiza-
Moment Correlation. Terdapat korelasi tional Citizenship Behavior (OCB) pada
antara nilai komitmen organisasi dimensi karyawan call centre di PT. X. Semakin
167
TERESIA DAN SUYASA
168
KOMITMEN ORGANISASI DAN ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR
(OCB)
169