Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Pengkajian
a. Biodata
Berat badan bayi biasanya kurang dari 2500 gram serta umur kehamilan biasanya antara 24
sampai 37 minggu (Pantiawati, 2010 : 28-29). Angka kejadian tertinggi BBLR adalah pada usia
ibu dibawah 20 tahun khususnya pada multigravida dengan jarak kehamilan yang terlalu dekat,
dan pada keluarga dengan ekonomi rendah (Masitoh et al., 2014 : 151).
b. Keluhan utama
Bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram (Mitayani, 2013 : 175).
c. Riwayat kesehatan
pada riwayat penyakit sekarang ditemukan umur kehamilan biasanya antara 24 sampai 37
minggu, rendahnya berat badan pada saat kelahiran, berat biasanya kurang dari 2500 gram,
kurus, lapisan lemak subkutan sedikit atau tidak ada, kepala relative lebih besar dibandingkan
badan, 3 cm lebih besar dibandingkan lebar dada, kelainan fisik mungkin terlihat, nilai APGAR
pada 1 sampai 5 menit, 0 sampai 3 menunjukkan kegawatan yang parah, 4 sampai 6 kegawatan
Ibu dengan riwayat melahirkan BBLR pada partus sebelumnya mempunyai kemungkinan untuk
1) Riwayat prenatal
Pada umumnya ibu hamil dengan pemeriksaan ANC < 4 kali berisiko bayi lahir dengan
2) Riwayat natal
Umur kehamilan biasanya antara 24 sampai 37 minggu, berat biasanya kurang dari 2500 gram,
nilai APGAR pada 1 sampai 5 menit, 0 sampai 3 menunnjukkan kegawatan yang parah, 4 sampai
Pada bayi BBLR, biasanya bayi pergerakannya lemah dan kurang, tangisan lemah, pernafasan
belum teratur dan sering mengalami serangan apnea, reflek tonus leher lemah, reflek menghisap
dan menelan serta reflek batuk belum sempurna, dan tali pusat berwarna kuning
e. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Bayi BBLR memiliki berat kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang dari 45 cm, pernafasan
belum teratur dan sering mengalami serangan apnea, dan bayi BBLR mudah mengalami
Keterangan :
Sumber
: (Ballard prominent prominent majora & majora majora
JL, clitoris
clitoris & clitoris & minora large, cover
Khoury prominent &
small labia enlarging equally minora clitoris &
JC, labia flat
minora minora prominent small minora
Wedig K,
1991)
Tabel 2.4 Penilaian Balard Score (Aspek Kematangan Neuromuskuler)
SCORE
SIGN
-1 0 1 2 3 4 5
Postur
e
Square
Windo
w
Arm
Recoil
Poplite
al
Angle
Scarf
Sign
Heel
To Ear
Sumber : (Ballard JL, Khoury JC, Wedig K, 1991)
daripada badan, dan tulang rawan dan daun telinga imatur (Maryanti et al., 2012 : 167-168),
batang hidung cekung, hidung pendek mencuat, bibir atas tipis, dan dagu maju, serta pelebaran
168). Adanya penonjolan tulang karena ketidakadekuatan pertumbuhan tulang, dan dahi
menonjol (Mitayani, 2013 : 176). Lingkar kepala kurang dari 33 cm (Maryunani & Puspita, 2013
: 317).
Dada
a) Paru-paru
diselingi dengan periode apnea, pernafasan tidak teratu, dengan flaring nasal melebar, adanya
retraksi (intercostal, suprasternal, substernal) (Pantiawati, 2010 : 31).
Palpasi : Lingkar dada kurang dari 30 cm (Maryunani &
b) Jantung
bagian apikal dengan ritme teratur pada saat kelahiran, kebisingan jantung terdengar pada
seperempat bagian interkostal (Pantiawati, 2010 : 29-30).
Abdomen
kelahiran.
Genetalia
dengan labia mayora yang belum berkembang, sedangkan pada bayi laki-laki skrotum belum
berkembang sempurna dengan ruga yang kecil, dan testis tidak turun ke dalam
Anus
Ektremitas
Kulit (intergumen)
kuningan, sedikit venik kaseosa dengan lanugo disekujur tubuh, kulit tampak transparan, halus
dan mengkilap, kuku pendek belum melewati ujung jari (Pantiawati, 2010 : 30).
3) Pemeriksaan neurologis
Respon bayi dalam menolehkan kepala ke arah stimulus lemah, membuka mulut membuka
mulut, dan mulai menhisap lemah (Sondakh, 2013 : 154).
b) Menelan
c) Ekstrusi
Ekstrusi lidah secara kontinue atau menjulurkan lidah yang berulang-ulang terjadi pada kelainan
d) Moro
Respon asimetris pada pemeriksaan reflek moro (Sondakh, 2013 : 154), fleksi ekstremitas bawah
f) Glabellar “blink”
g) Palmar grasp
Pada bayi normal jari bayi akan melekuk di sekeliling benda dan menggegamnya seketika bila
jari diletakkan di tangan bayi, namun pada bayi dengan BBLR respon ini berkurang (Sondakh,
2013 : 155).
h) Plantar grasp
Pada bayi normal jari bayi akan melekuk di sekeliling benda dan menggegamnya seketika bila
jari diletakkan ditelapak kaki bayi, namun pada bayi BBLR respon ini berkurang (Sondakh, 2013
: 155).
i) Tanda babinski
Jari-jari kaki akan hiperektensi dan terpisah seperti kipas dari dorsofleksi ibu jari kaki bila satu
sisi kaki di gosok dari tumit ke atas melintasi bantalan kaki pada respon normal bayi, namun
pada defisit SSP tidak ada respon yang terjadi pada pemeriksaan tanda babinski (Sondakh, 2013 :
155).
4) Pemeriksaan penunjang
a) Jumlah sel darah putih 18.000/mm3, neutrofil meningkat sampai 23.000-24.000/mm3, hari
b) Hematokrit (Ht) 43% - 61% (peningkatan lebih dari 65% atau lebih menandakan polisitemia,
d) Bilirubin total 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1-2 hari, dan 12 mg/dl pada 3-5
hari.
e) Destrosix tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran rata-rata 40-50 mg/dl
f) Pemantauan elektrolit (Na, K, Cl) biasanya dalam batas normal pada awalnya.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan termoregulasi : hipotermi b.d disproporsi berat badan dibandingkan dengan
panjang dan lingkar kepala, kulit kering pecah-pecah dan terkelupas serta tidak adanya jaringan
subkutan.
b. Ketidakefektifan pola nafas b.d belum sempurnanya pembentukan membran hialin surfaktan
paru.
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan simpanan nutrisi,
imaturitas simpanan enzim, reflek menelan dan menghisap lemah, otot abdominal lemah.
d. Diskontinuitas pemberian ASI b.d reflek menelan dan menghisap lemah, dan prematuritas.
g. Risiko kerusakan integritas kulit b.d kulit kering pecah-pecah dan terkelupas serta tidak adanya
jaringan subkutan.
3. Rencana Tindakan Keperawatan
a. Ketidakseimbangan termoregulasi : hipotermi b.d disproporsi berat badan dibandingkan dengan
panjang dan lingkar kepala, kulit kering pecah-pecah dan terkelupas serta tidak adanya jaringan
subkutan.
Kriteria hasil :
Intervensi :
1) Kaji suhu dengan memeriksa suhu rektal pada awalnya, selanjutnya periksa suhu aksila atau
karena dingin, penggunaan simpanan lemak tidak dapat diperbahasrui bila ada dan penurunan
berhubungan dengan penurunan perfusi ginjal selama periode sttres karena rasa dingin.
3) Observasi perkembangan takikardi, warna kemerahan, diaforesis, apnea, atau aktivitas kejang.
4) Tempatkan bayi pada inkubator atau dalam keadaan hangat dengan KMC.
glukosa dan osigen serta dapat mengakibatkan masalah asam basa bila bayi mengalami
metabolisme anaerobik bila kadar oksigen yang cukup tidak tersedia. Peningkatan bilirubin
indirek dapat terjadi karena pelepasan asam lemak dari metabolisme lemak coklat dengan asam
b. Ketidakefektifan pola nafas b.d belum sempurnanya pembentukan membran hialin surfaktan
paru.
Kriteria hasil :
1) Neonatus akan mempertahankan pola nafas
3) Tidak ada penggunaan oto bantu pernafasn, tidak ada pernafasan cuping hidung.
Intervensi :
1) Kaji frekuensi dan pola pernafasan, perhatikan adanya apnea dan perubahan frekuensi jantung
pernafasan normal dari serangan apnetik sejati, terutama sering terjadi pada gestasi minggu ke-
30.
3) Posisikan bayi pada abdomen atau posisi terlentang dengan gulungan popok dibawah bahu untuk
menghasilkan hiperekstensi
episode apnea, khususunya bila ditemukan adanya hipoksia, asidosis metabolik, atau hiperapnea.
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan simpanan nutrisi,
imaturitas simpanan enzim, reflek menelan dan menghisap lemah, otot abdominal lemah.
Kriteria hasil :
1) Mempertahankan pertumbuhan dan peningkatan berat badan dalam kurva normal dengan
Intervensi :
1) Kaji maturitas reflek berkenaan dengan pemberian makan (misalnya menghisap, menelan, dan
batuk).
bayi.
4) Observasi masukan dan penegluaran. Hitung konsumsi kalori dan elektrolit setiap hari.
Rasional : Memberikan informasi tentang masukan aktual dalam
badan.
6) Berikan nutrisi (ASI) dalam jumlah sedikit tetapi sering dengan sendok.
7) Kolaborasi dengan dokter pemberian suplemen elektrolit sesuai indikasi misalnya kalsium
glukonat 10 %.
d. Diskontinuitas pemberian ASI b.d reflek menelan dan menghisap lemah, dan prematuritas.
Kriteria hasil :
Intervensi :
2) Kaji kesiapan bayi untuk transisi ke payudara (obserfasi reflek hisap, rooting dan menelan)
3) Observasi BB harian
Rasional : Melihat perkembangan BB bayi
pada keluarga
Kriteria hasil :
Intervensi :
Infeksi
diruang perawatan
4) Gunakan teknik aseptic (mencuci tangan dan menggunakan sarung tangan sebelum interaksi
dengan bayi)
silang
enterik
Kriteria hasil :
Intervensi :
tidakan selanjunya
3) Anjurkan pada ibu untuk menyusui dengan ASI tiap 2 jam sekali
Rasional : Pemberian ASI atau kolostrum merupakan laksatif alami yang membantu
4) Mobilisasi bayi setiap 2 jam sekali, seperti miring kanan-kiri, telungkup atau terlentang
Rasional : Mencegah terjadinya gangguan pada kulit
g. Risiko kerusakan integritas kulit b.d kulit kering pecah-pecah dan terkelupas serta tidak adanya
jaringan subkutan.
Intervensi :
4. Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sesuia dengan yang telah direncanakan, mencakup
tindakan mandiri dan kolaborasi. Tindakan mandiri adalah tindakan keperawatan berdasarkan
analisis dan kesimpulan perawat dan bukan atas petunjuk tenaga kesehatan yang lain.
Sedangkan tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang didasarkan oleh hasil
keputusan bersama dengan dokter atau petugas kesehatan yang lain (Mitayani, 2013 : 182).
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan hasil perkembangan ibu denagn berpedoman kepada hasil dan tujuan
yang hendak dicapai (Mitayani, 2013 : 182).
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, L. (2011). Faktor Risiko Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah BBLR di RSU Dr MM Dunda
Limboto Kabupaten Gorontalo. Jurnal Sainstek, 6(3), 249–260. Retrieved from
http://repository.ung.ac.id/get/simlit_res/1/399/Faktor-Risiko-KejadianBayi-Berat-Lahir-
Rendah-BBLR-di-RSU-Dr-MM-Dunda-Limboto-Kabupaten-Gorontalo-Risk-factors-in-the-
Incidence-of-Low-Birth-Weight-Birth-at-Dr-MM-Dunda-Limboto-Gorontalo-Regency.pdf.
Ambarwati, E. R., & Rismintari, Y. S. (2009). Asuhan Kebidanan Komunitas. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Amirudin, R., & Hasmi. (2014). Determinan Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: TIM.
Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan : Konsep dan AplikasiKebutuhan Dasar Klien.
Jakarta: Salemba Medika.
Atoilah, E. M., & Kusnadi, E. (2013). Askep pada Klien dengan Gangguan Kebutuhan Dasr Manusia.
Garut: In Media.
Ballard JL, Khoury JC, Wedig K, et al. (1991). New Ballard Score, expanded to include extremely
premature infants. Jurnal Pediatrics, (119), 417–423. Retrieved from
http://www.ballardscore.com/Pages/ScoreSheet.aspx
Cunningham FG, Leveno K, Bloom S, Hauth J, Rouse D, S. C. (2010). Obstetri Williams (Edisi ke 2).
Jakarta: EGC.
Deslidel, Hasan, Z., Hevrialni, R., & Sartika, Y. (2011). Buku Ajar Asuhan Neonatus, Bayi, dan
Balita. Jakarta: EGC.
Djaelani, A. R. (2013, March). Teknik Pengumpulan Data Dalam Penelitian Kualitatif. FPTK IKIP
Veteran Semarang, 82–92. Retrieved from http://www.e-journal.ikip-
veteran.ac.id/index.php/pawiyatan/article/download/55/64
Hapisah, Dasuki, D., & Prabandari, Y. S. (2010). Depressive Symptoms Pada Ibu Hamil dan Bayi
Berat Lahir Rendah. Berita Kedokteran MasyarakatMasyarakat, 26(2), 81–89. Retrieved from
http://jurnal.ugm.ac.id/bkm/article/view/3472/2999
Indrayani, & Djami, M. E. U. (2013). Asuhan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta: TIM.
Jatim, D. (2013). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun 2012, 38–40
Lalani, A. (2011). Kegawatdaruratan Pediatri. Jakarta: EGC.
Mahayana, S. A. S., Chundrayetti, E., & Yulistini. (2015). Artikel Penelitian Faktor Risiko yang
Berpengaruh terhadap Kejadian Berat. Jurnal Kesehatan Andalas, 4(3), 664–673. Retrieved from
http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/viewFile/345/300
Marcdante, K. J., Kliegman, R. M., Jenson, H. B., & Behrman, R. E. (2011). Nelson Ilmu Kesehatan
Anak Esensial (Edisi keen). Jakarta.
Maryanti, D., Sujianti, & Budiarti, T. (2012). Buku Ajar Neonatus, Bayi, dan Balita. Jakarta: Trans
Info Media.
Maryunani, A., & Puspita, E. (2013). Asuhan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatus. Jakarta:
TIM.
Masitoh, S., Syarifudin, & Delmaifanis. (2014). Hamil Ganda Penyebab Bermakna Berat Bayi Lahir
Rendah. Jurnal Ilmu Dan Teknologi Kesehatan, 1(2), 129–134. Retrieved from
http://ejurnal.poltekkesjakarta3.ac.id/index.php/JITEK/article/view/55/48
Mitayani. (2013). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika.
Muttaqin, A. (2012). Pengkajian Keperawatan : Aplikasi pada Praktik Klinik. Jakarta: sa.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
NANDA NIC-NOC (Jilid 3). Yogyakarta: Media Action Publishing.
Pantiawati, I. (2010). Bayi dengan BBLR. Yogyakarta: Nuha Medika.
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2010). Fundamental Keperawatan (Edisi 7). Jakarta: Salemba Medika.
Prawirohardjo, S. (2008). Ilmu kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Proverawati, A., & Sulistyorini, C. I. (2010). Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Yogyakarta: Nuha
Medika.
Putri, Y. R., Gusnila, E., & Silvia. (2015). Pengaruh Perawatan Metode Kanguru Terhadap Perubahan
Berat Badan Bayi Lahir Rendah. Jurnal IPTEK Terapan, 9(1), 1–10. Retrieved from
http://ejournal.stikesmukla.ac.id/index.php/involusi/article/download/62/58
Rahmat, P. S. (2009). Jurnal Penelitian Kualitatif. Equilibrium, 5(9), 1–8. Retrieved from
http://yusuf.staff.ub.ac.id/files/2012/11/Jurnal-Penelitian-Kualitatif.pdf
Sondakh, J. J. S. (2013). Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta: Erlangga.
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: ALFABETA.
Syafrudin, & Hamida. (2009). Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC.
Tazkiah, M., Wahyuni, C. U., Martini, S., & Timur, J. (2013). Determinan Epidemologi Kejadian
BBLR Pada Daerah Endemis Malaria Di Kabupaten Banjar. Jurnal Berkala Epidemologi, 1(2),
266–276. Retrieved from http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-jbe6e2decf148full.pdf