Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
DI RUANGAN MERPATI
RS JIWA PROF. HB SAANIN PADANG
OLEH :
KELOMPOK L
PUJI YASTUTI RAHMATIA, S.Kep
YULIANA, S.Kep
ARINI ELHUDA, S.Kep
WISFI DESRIYANTI, S.Kep
A. Tujuan
Tujuan umum
Klien mampu bercakap- cakap dengan anggota kelompok
Tujuan Khusus
1. Klien mampu menanyakan kehidupan pribadi (pengalaman masa lalu
yang menyenangkan) pada satu orang anggota kelompok
2. Klien mampu untuk menjawab pertanyaan tentang kehidupan pribadi
(pengalaman masa lalu yang menyenangkan)
3. Klien mampu berespon terhadap jawaban anggota kelompok tentang
pertanyaan kehidupan pribadi (pengalaman masa lalu) yang diceritakan oleh
salah seorang anggota kelompoknya.
B. Pendahuluan
Isolasi sosial dapat diartikan sebagai suatu kondisi dimana individu
mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan
orang lain maupun lingkungan sekitarnya. Hal ini bisa disebabkan karena pasien
merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan
yang berarti dengan orang lain (Purba dkk, 2008).
Adapun tanda dan gejala prilaku isolasi sosial yang ditunjukkan klien
adalah menghindari orang lain, tidak mau berkomunikasi dengan orang lain,
apatis, ekspresi wajah sedih, kontak mata tidak ada atau minimal, klien banyak
menunduk berdiam dikamar dan posisi tidur seperti janin, apatis, afek tumpul.
menolak berhubungan dengan orang lain, memutuskan percakapan atau pergi jika
diajak bercakap-cakap. tidak melakukan kegiatan sehari-hari dan posisi tidur
seperti posisi janin ( Keliat, 2009).
Akibat lanjut dari prilaku isolasi sosial ini adalah resiko terjadinya
gangguan persepsi sensori : halusinasi yang ditandai dengan klien mendengar dan
melihat sesuatu, bicara dan tertawa sendiri, serta pandangan tertuju kearah lain.
Selain itu, prilaku isolasi sosial ini juga berdampak pada risiko terjadinya prilaku
kekerasan yang diartikan sebagai tingkah laku individu yang ditujukan untuk
melukai atau mencelakai individu lain yang tidak menginginkan datangnya prilaku
tersebut (Purba dkk, 2008).
Salah satu cara untuk mengatasi prilaku isolasi sosial ini, selain dengan
melakukan terapi generalisasi individu melalui strategi pelaksanaan komunikasi
yang dikenal dengan SP individu, juga dapat dilakukan terapi aktivitas kelompok
pada sekelompok klien yang mempunyai masalah isolasi sosial. Adapun jenis
terapi aktivitas kelompoknya adalah Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi.
C. Landasan Teoritis
Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi (TAKS) adalah upaya memfasilitasi
kemampuan sosialisasi sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial (Kelliat,
2004). Terapi aktivitas kelompok sosialisasi adalah terapi modalitas yang berupaya
meningkat psikoterapi terhadap sejumlah klien pada waktu yang sama yang
mengalami gangguan jiwa khususnya yang mempunyai masalah gangguan
hubungan sosial sehingga memperluas hubungan dengan orang lain (DepKes RI,
1998).
Tujuan dilakukannya Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi (TAKS)
terbagi menjadi dua bagian :
a. Tujuan Umum
Klien dapat meningkatkan hubungan sosial dalam kelompok secara bertahap.
b. Tujuan Khusus
Klien mampu memperkenalkan diri
Klien mampu berkenalan dengan anggota kelompok
Klien mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok
Klien mampu menyampaikan dan membicarakan topik percakapan
Klien mampu menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi pada orang
lain
Klien mampu bekerja sama dalam permainan sosialisasi kelompok
Klien mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan TAKS yang
telah dilakukan
D. Kriteria Klien
Klien yang mengikuti kegiatan ini adalah :
1. Klien dengan isolasi sosial yang telah pernah mendapatkan SP isolasi
sosial di Ruang Merpati dan yang telah mengikuti kegiatan TAK sesi 1 dan 2
2. Klien yang tidak mengalami gangguan sensori penglihatan dan
pendengaran
3. Klien yang telah menyepakati kontrak dengan terapis sebelumnya
E. Proses Seleksi
1. Identifikasi klien yang sesuai dengan kriteria
2. Membuat kontrak dengan klien
Menjelaskan tujuan kegiatan
Menjelaskan tempat dan waktu kegiatan
Membuat perjanjian mengikuti peraturan dalam terapi aktivitas
kelompok
Menjelaskan akan bergabung dengan klien lain dalam kelompok
G. Antisipasi Masalah
Jika terdapat peserta yang tidak mengikuti peraturan atau menunjukkan
gejala yang tidak kondusif lagi atau peserta ingin meninggalkan kegiatan untuk
bermain, maka permainan tetap dilanjutkan dengan peserta cadangan
I. Penggorganisasian Kelompok
Leader : Yuliana, S.Kep
Co – Leader : Arini Elhuda, S.Kep
Observer : Wisfi Desriyanti,, S.Kep
Fasilitator : Puji Yastuti Rahmatia, S.Kep
Peran Leader
Memimpin jalannya kegiatan
Menyampaikan tujuan dan waktu permainan
Menjelaskan cara dan peraturan kegiatan
Memberi respon yang sesuai dengan perilaku klien
Meminta tanggapan dari klien atas permainan yang telah dilakukan
Memberi reinforcement positif pada klien
Menyimpulkan kegiatan
Peran Co – Leader
Membantu tugas leader
Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader
Mengingatkan leader tentang kegiatan
Bersama leader menjadi contoh kegiatan
Peran Observer
Mengobservasi jalannya acara
Mencatat jumlah klien yang hadir
Mencatat perilaku verbal dan non verbal selama kegiatan berlangsung
Mencatat tanggapan-tanggapan yang dikemukakan klien
Mencatat penyimpangan acara terapi aktivitas bermain
Membuat laporan hasil kegiatan
Peran Fasilitator
Mamfasilitasi jalannya kegiatan
Memfasilitasi klien yang kurang aktif
Mampu memotivasi klien untuk kesuksesan acara
Dapat mengatasi hambatan-hambatan yang terjadi dari dalam /luar kelompok
K. Alokasi Waktu
Orientasi : 5 menit
Kerja : 20 menit
Terminasi : 5 menit
L. Setting Tempat
Keterangan :
= Leader
= Co – Leader
= Observer
F = Fasilitator
= Klien
= Papan tulis
M. Proses Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
Peserta hadir sesuai dengan kriteria
Setting tempat sesuai rencana
Peserta dapat mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir dengan tertib
b. Evaluasi Proses
Klien tidak meninggalkan tempat saat kegiatan berlangsung
Klien dapat mengikuti peraturan permainan yang telah ditetapkan
Klien berpartisipasi secara aktif dalam permainan
Pengorganisasian dapat terlaksana sesuai rencana
Klien dapat memerankan tokoh sesuai dengan permintaan dan adanya
tanggapan dari peserta lain tentang peran yang telah diperagakan
c. Evaluasi Hasil
75% mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok
75% peserta mampu menanyakan pengalaman yang menyenangkan di
masa lalu pada salah satu anggota kelompok
75% peserta mampu menjawab pertanyaan tentang pengalaman yang
menyenangkan di masa lalu pada salah satu anggota kelompok
75% peserta mampu berespon terhadap pengalaman masa lalu yang
diceritakan oleh salah seorang anggota kelompoknya
N. Penutup
Demikianlah proposal ini kami ajukan dalam rangka memenuhi tugas
praktek profesi keperawatan jiwa di RSJ HB SA’ANIN Padang. Atas perhatian dan
kesempatan yang diberikan kepada kami, kami ucapkan terima kasih.
(Yuliana, S.Kep)
Disetujui oleh
(Ns. Dewi Eka Putri, M.kep, SpKepJ) (Ns. Basmanelly, M.Kep, SpKepJ)
NIP. NIP.
REFERENSI
Keliat, Budi Anna dan Akemat. 2004. Keperawatan Jiwa: Terapi Aktivitas Kelompok.
Jakarta : EGC
Stuart, Gail Wascard. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa: alih bahasa, Achir Yani S.
Hamid; editor bahasa Indonesia, Yasmin Asih. Ed. 3. –Jakarta; EGC
EVALUASI DAN DOKUMENTASI
SESI 3 : TAKS
Kemampuan Bercakap-cakap