Вы находитесь на странице: 1из 22

LAPORAN PENDAHULUAN

SECTIO CAESARIA (SC)

A. Konsep Dasar
1. Definisi
Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin
dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding
rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas
500 gram (Sarwono, 2009)
Sectio caesaria adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan
membuka dinding perut dan dinding rahim (Mansjoer, 2002)

2. Jenis – Jenis
1) Sectio cesaria transperitonealis profunda
Sectio cesaria transperitonealis propunda dengan insisi di segmen
bawah uterus. insisi pada bawah rahim, bisa dengan teknik
melintang atau memanjang. Keunggulan pembedahan ini adalah:
a. Pendarahan luka insisi tidak seberapa banyak.
b. Bahaya peritonitis tidak besar.
c. Perut uterus umumnya kuat sehingga bahaya ruptur uteri
dikemudian hari tidak besar karena pada nifas segmen bawah
uterus tidak seberapa banyak mengalami kontraksi seperti korpus
uteri sehingga luka dapat sembuh lebih sempurna.
2) Sectio cacaria klasik atau section cecaria korporal
Pada cectio cacaria klasik ini di buat kepada korpus uteri,
pembedahan ini yang agak mudah dilakukan,hanya di
selenggarakan apabila ada halangan untuk melakukan section cacaria
transperitonealis profunda. Insisi memanjang pada segmen atas
uterus.
3) Sectio cacaria ekstra peritoneal
Section cacaria eksrta peritoneal dahulu di lakukan untuk
mengurangi bahaya injeksi perporal akan tetapi dengan kemajuan
pengobatan terhadap injeksi pembedahan ini sekarang tidak banyak
lagi di lakukan. Rongga peritoneum tak dibuka, dilakukan pada
pasien infeksi uterin berat.

4) Section cesaria Hysteroctomi


Setelah sectio cesaria, dilakukan hysteroktomy dengan indikasi:
- Atonia uteri
- Plasenta accrete
- Myoma uteri
- Infeksi intra uteri berat

3. Etiologi
Manuaba (2002) indikasi ibu dilakukan sectio caesarea adalah ruptur
uteri iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan
indikasi dari janin adalah fetal distres dan janin besar melebihi 4.000
gram. Dari beberapa faktor sectio caesarea diatas dapat diuraikan
beberapa penyebab sectio caesarea sebagai berikut:
1. CPD ( Chepalo Pelvik Disproportion )
Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar
panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat
menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan secara alami. Tulang-tulang
panggul merupakan susunan beberapa tulang yang membentuk rongga
panggul yang merupakan jalan yang harus dilalui oleh janin ketika akan
lahir secara alami. Bentuk panggul yang menunjukkan kelainan atau
panggul patologis juga dapat menyebabkan kesulitan dalam proses
persalinan alami sehingga harus dilakukan tindakan operasi. Keadaan
patologis tersebut menyebabkan bentuk rongga panggul menjadi
asimetris dan ukuran-ukuran bidang panggul menjadi abnormal.
2. PEB (Pre-Eklamsi Berat)
Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang
langsung disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum
jelas. Setelah perdarahan dan infeksi, pre-eklamsi dan eklamsi
merupakan penyebab kematian maternal dan perinatal paling penting
dalam ilmu kebidanan. Karena itu diagnosa dini amatlah penting, yaitu
mampu mengenali dan mengobati agar tidak berlanjut menjadi eklamsi.
3. KPD (Ketuban Pecah Dini)
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat
tanda persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian
besar ketuban pecah dini adalah hamil aterm di atas 37 minggu,
sedangkan di bawah 36 minggu.
4. Bayi Kembar
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini
karena kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih
tinggi daripada kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun
dapat mengalami sungsang atau salah letak lintang sehingga sulit
untuk dilahirkan secara normal.
5. Faktor Hambatan Jalan Lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak
memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan
pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas.

4. Patofisiologi
SC merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di atas
500 gr dengan sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Indikasi
dilakukan tindakan ini yaitu distorsi kepala panggul, disfungsi uterus,
distorsia jaringan lunak, placenta previa dll, untuk ibu. Sedangkan untuk
janin adalah gawat janin. Janin besar dan letak lintang setelah dilakukan
SC ibu akan mengalami adaptasi post partum baik dari aspek kognitif
berupa kurang pengetahuan. Akibat kurang informasi dan dari aspek
fisiologis yaitu produk oxsitosin yang tidak adekuat akan mengakibatkan
ASI yang keluar hanya sedikit, luka dari insisi akan menjadi post de entris
bagi kuman. Oleh karena itu perlu diberikan antibiotik dan perawatan luka
dengan prinsip steril. Nyeri adalah salah utama karena insisi yang
mengakibatkan gangguan rasa nyaman.
Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa
bersifat regional dan umum. Namun anestesi umum lebih banyak
pengaruhnya terhadap janin maupun ibu anestesi janin sehingga
kadang-kadang bayi lahir dalam keadaan upnoe yang tidak dapat diatasi
dengan mudah. Akibatnya janin bisa mati, sedangkan pengaruhnya
anestesi bagi ibu sendiri yaitu terhadap tonus uteri berupa atonia uteri
sehingga darah banyak yang keluar. Untuk pengaruh terhadap nafas yaitu
jalan nafas yang tidak efektif akibat sekret yan berlebihan karena kerja
otot nafas silia yang menutup. Anestesi ini juga mempengaruhi saluran
pencernaan dengan menurunkan mobilitas usus.
Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk lambung akan
terjadi proses penghancuran dengan bantuan peristaltik usus. Kemudian
diserap untuk metabolisme sehingga tubuh memperoleh energi. Akibat
dari mortilitas yang menurun maka peristaltik juga menurun. Makanan
yang ada di lambung akan menumpuk dan karena reflek untuk batuk juga
menurun. Maka pasien sangat beresiko terhadap aspirasi sehingga perlu
dipasang pipa endotracheal. Selain itu motilitas yang menurun juga
berakibat pada perubahan pola eliminasi yaitu konstipasi.

5. Pemeriksaan Penunjang
1. Elektroensefalogram ( EEG )
Untuk membantu menetapkan jenis dan fokus dari kejang.
2. Pemindaian CT
Untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.
3. Magneti resonance imaging (MRI)
Menghasilkan bayangan dengan menggunakan lapangan magnetik
dan gelombang radio, berguna untuk memperlihatkan daerah –
daerah otak yang itdak jelas terliht bila menggunakan pemindaian
CT.
4. Pemindaian positron emission tomography ( PET )
Untuk mengevaluasi kejang yang membandel dan membantu
menetapkan lokasi lesi, perubahan metabolik atau alirann darah dalam
otak.
5. Uji laboratorium
a. Fungsi lumbal : menganalisis cairan serebrovaskuler
b. Hitung darah lengkap : mengevaluasi trombosit dan hematokrit
c. Panel elektrolit
d. Skrining toksik dari serum dan urin
e. AGD
f. Kadar kalsium darah
g. Kadar natrium darah
h. Kadar magnesium darah

6. Penatalaksanaan Medis
1. Perawatan awal
- Letakan pasien dalam posisi pemulihan
- Periksa kondisi pasien, cek tanda vital tiap 15 menit selama 1 jam
pertama, kemudian tiap 30 menit jam berikutnya. Periksa tingkat
kesadaran tiap 15 menit sampai sadar
- Yakinkan jalan nafas bersih dan cukup ventilasi
- Transfusi jika diperlukan
- Jika tanda vital dan hematokrit turun walau diberikan transfusi,
segera kembalikan ke kamar bedah kemungkinan terjadi
perdarahan pasca bedah
2. Diet
Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita
flatus lalu dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral.
Pemberian minuman dengan jumlah yang sedikit sudah boleh
dilakukan pada 6 - 10 jam pasca operasi, berupa air putih dan air teh.
3. Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :
- Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 10 jam setelah
operasi
- Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur
telentang sedini mungkin setelah sadar
- Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5
menit dan diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya.
- Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi
setengah duduk (semifowler)
- Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien
dianjurkan belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan
kemudian berjalan sendiri pada hari ke-3 sampai hari ke5 pasca
operasi.

4. Fungsi gastrointestinal
- Jika tindakan tidak berat beri pasien diit cair
- Jika ada tanda infeksi , tunggu bising usus timbul
- Jika pasien bisa flatus mulai berikan makanan padat
- Pemberian infus diteruskan sampai pasien bisa minum dengan baik

5. Perawatan fungsi kandung kemih


- Jika urin jernih, kateter dilepas 8 jam setelah pembedahan atau
sesudah semalam
- Jika urin tidak jernih biarkan kateter terpasang sampai urin jernih
- Jika terjadi perlukaan pada kandung kemih biarkan kateter
terpasang sampai minimum 7 hari atau urin jernih.
- Jika sudah tidak memakai antibiotika berikan nirofurantoin 100
mg per oral per hari sampai kateter dilepas
- Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan
tidak enak pada penderita, menghalangi involusi uterus dan
menyebabkan perdarahan. Kateter biasanya terpasang 24 - 48 jam
/ lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan keadaan penderita.

6. Pembalutan dan perawatan luka


- Jika pada pembalut luka terjadi perdarahan atau keluar cairan tidak
terlalu banyak jangan mengganti pembalut
- Jika pembalut agak kendor , jangan ganti pembalut, tapi beri plester
untuk mengencangkan
- Ganti pembalut dengan cara steril
- Luka harus dijaga agar tetap kering dan bersih
- Jahitan fasia adalah utama dalam bedah abdomen, angkat jahitan
kulit dilakukan pada hari kelima pasca SC
7. Jika masih terdapat perdarahan
- Lakukan masase uterus
- Beri oksitosin 10 unit dalam 500 ml cairan I.V. (garam fisiologik
atau RL) 60 tetes/menit, ergometrin 0,2 mg I.M. dan prostaglandin
8. Jika terdapat tanda infeksi, berikan antibiotika kombinasi sampai pasien
bebas demam selama 48 jam :
- Ampisilin 2 g I.V. setiap 6 jam
- Ditambah gentamisin 5 mg/kg berat badan I.V. setiap 8 jam
- Ditambah metronidazol 500 mg I.V. setiap 8 jam
9. Analgesik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan
- Pemberian analgesia sesudah bedah sangat penting
- Supositoria = ketopropen sup 2x/ 24 jam
- Oral = tramadol tiap 6 jam atau paracetamol
- Injeksi = penitidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam
bila perlu
10. Obat-obatan lain
- Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat
diberikan caboransia seperti neurobian I vit. C
11. Hal – Hal lain yang perlu diperhatikan
- Paska bedah penderita dirawat dan diobservasi kemungkinan
komplikasi berupa perdarahan dan hematoma pada daerah operasi
- Pasca operasi perlu dilakukan drainase untuk mencegah terjadinya
hematoma.
- Pasien dibaringkan dengan posisi semi fowler (berbaring dengan
lutut ditekuk) agar diding abdomen tidak tegang.
- Diusahakan agar penderita tidak batuk atau menangis.
- Lakukan perawatan luka untuk mencegah terjadiny infeksi
- Dalam waktu 1 bulan jangan mengangkut barang yang berat.
- Selama waktu 3 bulan tidak boleh melakukan kegiatan yang dapat
menaikkan tekanan intra abdomen
- Pengkajian difokuskan pada kelancaran saluran nafas, karena bila
terjadi obstruksi kemungkinan terjadi gangguan ventilasi yang
mungkin disebab-kan karena pengaruh obat-obatan, anestetik,
narkotik dan karena tekanan diafragma. Selain itu juga penting
untuk mempertahankan sirkulasi dengan mewaspadai terjadinya
hipotensi dan aritmia kardiak. Oleh karena itu perlu memantau
TTV setiap 10-15 menit dan kesadaran selama 2 jam dan 4 jam
sekali.
- Keseimbangan cairan dan elektrolit, kenyamanan fisik berupa nyeri
dan kenya-manan psikologis juga perlu dikaji sehingga perlu
adanya orientasi dan bimbingan kegi-atan post op seperti ambulasi
dan nafas dalam untuk mempercepat hilangnya pengaruh anestesi.
- Perawatan pasca operasi, Jadwal pemeriksaan ulang tekanan darah,
frekuensi nadi dan nafas. Jadwal pengukuran jumlah produksi urin
Berikan infus dengan jelas, singkat dan terinci bila dijumpai adanya
penyimpangan
- Penatalaksanaan medis, Cairan IV sesuai indikasi. Anestesia;
regional atau general Perjanjian dari orang terdekat untuk tujuan
sectio caesaria.
- Tes laboratorium/diagnostik sesuai indikasi. Pemberian oksitosin
sesuai indikasi. Tanda vital per protokol ruangan pemulihan,
Persiapan kulit pembedahan abdomen, Persetujuan ditandatangani,
Pemasangan kateter fole
7. Komplikasi

Yang sering terjadi pada ibu SC adalah :


1) Infeksi puerperial : kenaikan suhu selama beberapa hari dalam masa
nifas dibagi menjadi:
a. Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari
b. Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi
dan perut sedikit kembung
c. Berat, peritonealis, sepsis dan usus paralitik
2) Perdarahan : perdarahan banyak bisa terjadi jika pada saat pembedahan
cabang-cabang arteri uterine ikut terbuka atau karena atonia uteri.
3) Komplikasi-komplikasi lainnya antara lain luka kandung kencing,
embolisme paru yang sangat jarang terjadi.
4) Kurang kuatnya parut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan
berikutnya bisa terjadi ruptur uteri. Yang sering terjadi pada ibu bayi :
Kematian perinatal

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Manajemen Keperawatan
1.1 Pengkajian
1. Identitas
Pada tahap ini perawat perlu mengetahui tentang nama, umur,
alamatrumah, agama atau kepercayaan, suku bangsa, bahasa yang
dipakai, status pendidikan dan pekerjaan pasien dan suaminya.
2. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama: Biasanya pada pasien dengan post operasi sectio
caesarea hari 1-3 adalah adanya rasa nyeri.
2) Riwayat kesehatan sekarang: mulai kapan klien merasakan adanya
keluhan, dan usaha apa saja yangtelah dilakukan untuk mengatasi
keadaan ini.
3) Riwayat kesehatan dahulu: riwayat kesehatan klien menarche pada
usia berapa, haid teratur atau tidak, siklus haid berapahari, lama
haid, warna darah haid, HPHT kapan, terdapat sakit waktu haidatau
tidak. Riwayat kehamilan, persalinan dan nipas yang lalu hamil dan
persalinan berapa kali, anak hidup atau mati, usia, sehatatau tidak,
penolong siapa, nifas normal atau tidak. Riwayat pemakaian alat
kontrasepsiuntuk mengetahui jenis KB yang digunakan oleh klien
apakahmenggunakan KB hormonal atau yang lainya. Riwayat
kesehatan keluarga meliputi pengkajian komposisi keluarga,
lingkungan rumah dankomunitas, pendidikan dan pekerjaan
anggota keluarga, fungsi dan hubunganangota keluarga, kultur dan
kepercayaan, perilaku yang dapat mempengaruhikesehatan,
persepsi keluarga tentang penyakit klien dan lain-lain.
3. Pemeriksaan fisik dan pengkajian fungsional.
1) Tingkat kesadaran: tingkat kesadaran dibuktikan melalui
pertanyaan
sederhana yang harus dijawab oleh klien atau di suruh untuk
melakukan perintah. Variasi tingkat kesadaran dimulai dari siuman
sampai ngantuk, harus di observasi dan penurunan tingkat
kesadaran merupakan gejala syok.
2) Sistem pernafasan: respirasi biasanya meningkat atau menurun .
Pernafasan yang ribut dapat terdengar tanpa
stetoskop. Bunyi pernafasan akibat lidah jatuh kebelakangatau
akibat terdapat secret. Suara paru yang kasar merupakan gejala
terdapat secret pada saluran nafas . Usaha batuk dan bernafas dalam
dilaksalanakan segera pada klien yang memakai anaestesi general.
3) Sistem perkemihan: Retensi Urine paling umum terjadi
setelah pembedahan ginekologi, klien yang hidrasinya baik
biasanya kencing setelah 6 sampai 8 jam setelah pembedahan.
Jumlah output urine yang sedikit akibat kehilangan cairan tubuh
saat operasi, muntah akibat anestesi.
4) Sistem pencernaan: fungsi gastrointestinal biasanya pulih pada 24-
74 jam
setelah pembedahan, tergantung pada kekuatan efek narkose pada
penekanan intestinal. Ambulatori perlu diberikan untuk
menghilangkan gas dalam usus.
5) Integritas ego: dapat menunjukkan labilitas emosional, dari
kegembiraan, sampai ketakutan, marah atau menarik diri.Klien/
pasangan dapat memiliki pertanyaan atau salah terima perandalam
pengalaman kelahiran, mungkin mengekspresikan ketidakmampuan
untuk menghadapi situasi baru.
6) Eliminasi: kateter urinaris indweiling mungkin terpasang: urine
jernih pucat. Bising usus tidak ada, samar atau jelas.
7) Nyeri/ ketidaknyamanan: mungkin mengeluh ketidaknyamanan dari
berbagai sumber. Misal: trauma bedah/ insisi, nyeri penyerta,
distensi kandung kemih/ abdomen,efek-efek anestesia, mulut
mungkin kering.
8) Keamanan: balutan abdomen dapat tampak sedikit noda kering dan
utuh. Jalur parental bila digunakan paten can sisi bebas eritema,
bengkok, nyeritekan.
9) Seksualitas: fundus kontraksi kuat dan terletak di umbilicus.Aliran
lokhia sedang dan bebas bekuan berlebihan/banyak.

1.2 Diagnosa Keperawatan


1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan efek anestesi
2. Nyeri berhubungan dengan trauma pembedahan, efekanestesi,
efekhormonal, distensi kandung kemih.
3. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan darah
dalam pembedahan.
4. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan intoleransi aktivitas
dan nyeri.
5. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik.
6. Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan
tubuhterhadap bakteri sekunder pembedahan.
7. Ansietas berhubungan dengan perubahan peran atau transmisi
interpersonal.
8. Tidak efektifnya laktasi berhubungan
dengan terhambatnya pengeluaran ASI perpisahan dengan bayi.
9. Kurang pengetahuan berhubungan dengan mengenai perubahan
fisiologis, periode pemulihan, perawatan diri dan kebutuhan perawatan
diri.

1.3 Intervensi Keperawatan


1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan efek anestesi
Tujuan:Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ......x 24 jam,
bersihan jalannapas efektif.
Kriteria hasil : Tidak mengalami penumpukan sekret,bunyi nafas
bersih,dan dapat melakukan batuk efektif.
Intervensi :
1) Kaji faktor-faktor penyebab (sekret, penurunan kesadaran, reflek
batuk).
Rasional : Penumpukan sekret, penurunan kesadaran dan reflek batuk
menurun dapat menghalangi jalan nafas.
2) Pertahankan klien pada posisi miring, maka sekret dapat mengalir
ke bawah.
Rasional : dengan memberikan posisi miring, maka sekret dapat
mengalir ke bawah.
3) Kaji posisi lidah, yakinkan tidak jatuh ke belakang dan menghalangi
nafas.
Rasional : posisi lidah yang jatuh ke belakang dapat menghalangi jalan
nafas.
4) Tinggikan kepala tempat tidur.
Rasional : pengembangan paru lebih maksimal.
5) Ajarkan batuk efektif.
Rasional : untuk pengeluaran sekret dan jalan nafas

2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma pembedahan,


efek anastesi, efek hormonal dan distensi kandung kemih.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ........x 24 jam,
klien tidakmengalami nyeri.
Kriteria hasil : Mampu mengidentifikasikan cara mengurangi nyeri,
mengungkapkan keinginan untuk mengontrol nyerinya, dan mampu untuk
tidur/istirahat dengan tepat.
Intervensi:
1) Kaji nyeri, perhatikan lokasi, intensitas, dan lamanya.
Rasional : memberikan informasi untuk membantu memudahkan
tindakankeperawatan.
2) Ajarkan dan catat tipe nyeri serta tindakan untuk mengatasi nyeri.
Rasional: meningkatkan persepsi klien terhadap nyeri yang
dialaminya.
3) Ajarkan teknik relaksasi atau distraksi
Rasional : meningkatkan kenyamanan klien.
4) Pertahankan tirah baring bila diindikasikan.
Rasional : tirah baring diperlukan pada awal selama fase reteksi akut.
5) Anjurkan menggunakan kompres hangat.
Rasional : membantu mengurangi nyeri dan meningkatkan
kenyamanan klien.
6) Berikan obat sesuai indikasi
Rasional : mengurangi nyeri.
3. Defisit volume cairan berhubungan dengan pengeluaran integritas
pembuluh darah, perubahan dalam kemampuan pembekuan darah.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama .......x 24 jam,
deficit volume cairan dapat teratasi.
Kriteria hasil: Tanda-tanda vital yang stabil, palpasi
denyut nadi dengan kualitas baik, turgor kulit normal, membrane mukosa
lembab, dan pengeluaran urine yang sesuai.
Intervensi :
1) Ukur dan catat pemasukan dan pengeluaran. Tinjau ulang catatan
intraoperasi.
Rasional : membantu mengidentifikasi pengeluaran cairan atau
kebutuhan penggantian.
2) Kaji pengeluaran urinarius.
Rasional : mengindikasikan malfungsi atau obstruksi system
urinarius.
3) Awasi TD, nadi, dan tekanan hemodinamik.
Rasional : hipoteksi, takikardia penurunan tekanan hemodinamik
menunjukan kekurangan cairan.
4) Catat munculnya mual/muntah.
Rasional : mual yang terjadi 12-24 jam pascaoperasi dihubungkan
dengan anestesi, mual lebih dari tiga hari pascaoperasi dihubungkan
dengan narkotik untuk mengontrol rasa sakit atau terapi obat- obatan
lainnya.
5) Periksa pembalut atau drain pada interval reguler. Kaji lukauntuk
terjadinya pembengkakan.
Rasional : pendarahan yang berlebihan dapat mengacu kepada
hipovolemia/hemoragi. Pembengkakan lokal mengindikasikan
formasi hematoma/pendarahan.
6) Pantau suhu kulit, palpasi denyut perifer.
Rasional : kulit dingin/lembab, denyut lemah mengindikasikan
penurunan sirkulasi perifer.
7) Pasang kateter urinarius sesuai kebutuhan.
Rasional : memberikan mekanisme untuk memantau pengeluaran
urinarius yang adekuat.
8) Berikan cairan parental, produksi darah dan/ atau plasma ekspander
sesuai petunjuk.
Rasional : gantikan kehilangan cairan. Catat waktu penggunaan
volume sirkulasi yang potensial bagi penurunan komplikasi.
9) Berikan darah atau kemasan SDM bila diperlukan sesuai indikasi.
Rasional : kehilangan pendarahan, penurunan produksi SDM dapat
mengakibatkan anemia berat atau progresif
10) Catat hemoglobin dan hematokrit. Catat perkiraan kehilangan darah
selama prosedur pembedahan.
Rasional : risiko infeksi pasca melahirkan dan penyembuhan buruk
meningkat bila kadar hemoglobin rendah dan kehilangan
darah berlebihan.
11) Berikan antibiotik pada praoperasi
Rasional : mencegah terjadinya proses infeksi

4. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan intoleransi aktivitas dan


nyeri.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...... x 24 jam,
gangguanmobilitas fisik teratasi.
Kriteria hasil:Tidak adanya kontraktur, meningkatkan kekuatan bagian
tubuh yang sakit/kompensasi dan mendemonstrasikan teknik atau perilaku
yang memungkinkan melakukan kembali aktivitas.
Intervensi:
1) Kaji fungsi motorik dengan menginstruksikan pasien untuk melakukan
gerakan.
Rasional: mengevaluasi keadaan khusus. Pada beberapa lokasi trauma
mempengaruhi tipe dan pemilihan intervensi.
2) Catat tipe anestesi yang diberikan pada saat intra partus pada waktu
klien sadar.
Rasional: pengaruh anestesi dapat mempengaruhi aktifitas klien.
3) Berikan suatu alat agar pasien mampu untuk meminta pertolongan,
seperti bel atau lampu pemanggil.
Rasional: Membuat pasien memiliki rasa aman, dapat mengatur
diridan mengurangi ketakutan karena ditinggal sendiri.
4) Bantu / lakukan latihan ROM pada semua ekstremitas dan sendi,
pakailahgerakan perlahan dan lembut.
Rasional : meningkatkan sirkulasi, meningkatkan mobilisasi sendi dan
mencegah kontraktur dan atrofi otot.
5) Anjurkan klien istirahat.
Rasional : mencegah kelelahan.
6) Tingkatkan aktifitas secara bertahap.
Rasional : aktifitas sedikit demi sedikit dapat dilakukan oleh klien
sesuaiyang diinginkan, memberikan rasa tenang dan aman pada klien
emosional.

5. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik.


Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama .......x 24 jam,
defisit perawatan diri teratasi
Kriteria hasil: mampu mendemonstrasikan teknik-teknik untuk memenuhi
kebutuhan perawatan diri, dan mengidentifikasi/menggunakan sumber-
sumber yang tersedia.
Intervensi :
1) Pastikan berat / durasi ketidaknyamanan.
Rasional: nyeri dapat mempengaruhi respon emosi dan
perilaku,sehingga klien mungkin tidak mampu berfokus pada
perawatan diri sampai kebutuhan fisik.
2) Tentukan tipe-tipe anastesi.
Rasional: Klien yang telah menjalani anestesia spinal dapat diarah
kanuntuk berbaring datar.
3) Ubah posisi klien setiap 1-2 jam.
Rasional : membantu mencegah komplikasi bedah seperti flebitis.
4) Berikan bantuan sesuai kebutuhan (perawatan mulut, mandi,
gosokan punggung dan perawatan perineal).
Rasional: memperbaiki harga diri, meningkatkan perasaan
kesejahteraan bantuan profesional.
5) Kolaborasi pemberian analgesik sesuai indikasi.
Rasional: menurunkan ketidaknyamanan, yang dapat mempengaruhi
kemampuan untuk melaksanakan perawatan diri.

6. Resti infeksi berhubungan dengan prosedur invasif, kerusakan kulit,


pemajanan pada patogen.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...... x 24 jam,
klien tidak mengalami infeksi.
Kriteria hasil:Tidak ada tanda-tanda infeksi (rubor, kalor, dolor, tumor dan
fungsiolaesa), tanda-tanda vital normal terutama suhu (36-
37 C), dan pencapaian tepat waktu dalam pemulihan luka tanpa
komplikasi.
Intervensi:
1) Monitor tanda-tanda vital.
Rasional : suhu yang meningkat, dapat menunjukkan terjadinya
infeksi(color).
2) Kaji luka pada abdomen dan balutan.
Rasional : mengidentifikasi apakah ada tanda-
tanda infeksi adanya pus.
3) Menjaga kebersihan sekitar luka dan lingkungan klien, rawat luka
denganteknik aseptik.
Rasional : mencegah kontaminasi silang/penyebaran organism
infeksius.
4) Dapatkan kultur darah, vagina, dan plasenta sesuai indikasi.
Rasional : mengidentifikasi organism yang menginfeksi dan tingkat
keterlibatan.
5) Catat hemoglobin dan hematokrit. Catat perkiraan kehilangan darah
selama prosedur pembedahan.
Rasional : risiko infeksi pasca melahirkan dan penyembuhan buruk
meningkat bila kadar hemoglobin rendah dan kehilangan
darah berlebihan.
6) Berikan antibiotik pada praoperasi
Rasional : mencegah terjadinya proses infeksi

7. Ansietas berhubungan dengan perubahan peran atau transmisi


interpersonal.
Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ......x 24 jam, rasa
cemasteratasi.
Kriteria hasil : mampu mengungkapkan perasaan takut, tampak rileks,
dan menggunakan sumber/sistem pendukung dengan efektif.
Intervensi :
1) Kaji respon psikologis pada kejadian dan ketersediaan system
pendukung.
Rasional : semakin klien merasakan ancaman, semakin besar tingkat
ansietas.
2) Tetap bersama klien dan tenang. Bicara perlahan. Tunjukkan empati.
Rasional : membantu membatasi transimisi ansietas
interpersonal, dan mendemonstrasikan perhatian terhadap
klien/pasangan.
3) Beri penguatan aspek positif dari ibu dan kondisi janin.
Rasional : memfokuskan pada kemungkinan keberhasilan hasil
akhirdan membantu membawa ancaman yang
dirasakan / aktual ke dalam perspektif.
4) Anjurkan klien/pasangan mengungkapkan dan/atau
mengekspresikan perasaan (menangis).
Rasional: membantu mengidentifikasi perasaan/masalah negatif dan
memberikan kesempatan untuk
mengatasi perasaan ambivalen atauteratasi/berduka. Kepercayaan diri
dan penerimaan serta menurunkan ansietas.
5) Berikan masa privasi. Kurangi rangsang lingkungan, seperti jumlah
orang yang ada, sesuai keinginan klien.
Rasional : untuk menginternalisasi informasi, menyusun sumber-
sumber, dan mengatasi dengan efektif.

8. Tidak efektifnya laktasi berhubungan dengan terhambatnya pengeluaran


ASI, perpisahan dengan bayi.
Tujuan:Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama .......x 24 jam,
laktasi efektif
Kriteria hasil : Dapat mengidentifikasi aktivitas yang menentukan atau
meningkatkan menyusui yang berhasil.
Intervensi:
1) Kaji isapan bayi, jika ada lecet pada puting.
Rasional : menentukan kermampuan untuk memberikan perawatan
yang tepat.
2) Anjurkan klien breast care dan menyusui yang efektif.
Rasional : mempelancar laktasi.
3) Anjurkan klien memberikan asi esklusif.
Rasional : ASI dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bagi
bayi sehingga pertumbuhan optimal.
4) Berikan informasi untuk rawat gabung.
Rasional : menjaga meminimalkan tidak efektifnya laktasie.
5) Anjurkan bagaimana cara memeras, menyimpan, dan mengirim atau
memberikan ASI dengan aman.
Rasional : menjaga agar ASI tetap bisa digunakan dan tetap higienis
bagi bayi.

9. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi


mengenai perubahan fisiologis, periode pemulihan, dan kebutuhan
perawatan diri.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama .......x 24 jam,
klien menunjukan pengetahuan mengenai perubahan fisiologis,
periode pemulihan, dan kebutuhan perawatan diri
Kriteria hasil : Mampu mengungkapkan pemahaman tentang perubahan
fisiologis, kebutuhan-kebutuhan individu, hasil yang diharapkan.
Intervensi :
1) Kaji kesiapan dan motivasi klien untuk belajar
Rasional : penyuluhan diberikan untuk membantu mengembangkan
pengetahuan ibu, maturasi dan kompetensi.
2) Kaji keadaan fisik klien.
Rasional : ketidaknyamanan dapat mempengaruhi konsentrasi dalam
menerima penyuluhan.
3) Berikan informasi tentang perubahan fisiologis dan psikologis yang
normal.
Rasional : membantu klien mengenali perubahan normal.
4) Diskusikan program latihan yang tepat, sesuai ketentuan.
Rasional : program latihan dapat membantu tonus otot-
otot, meningkatkan sirkulasi, menghasilkan gambaran keseimbangan
tubuh dan meningkatkan perasaan sejahtera.
5) Demonstrasikan teknik-teknik perawatan diri.
Rasional : Membantu orang tua dalam penguasaan tugas-tugas baru

1.4 Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang
dihadapi ke status kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil
yang diharapkan
Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada kebutuhan klien,
faktor – faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi
implementasi keperawatan, dan kegiatan komunikasi.
1.5 Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan terencana tentang
kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya.
Merupakan tahap air dari serangkaian proses keperawatan yang telah
dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain. Kriteria evaluasi pada pasien
dengan post sectia caesarea adalah:
1. Bersihan jalan napas efektif
2. Nyeri berkurang atau ditoleransi
3. Deficit volume cairan teratasi
4. Gangguan mobilitas fisik teratasi
5. Defisit perawatan diri teratasi
6. Klien tidak mengalami infeksi
7. Rasa cemas teratasi
8. Laktasi kembali efektif
9. Pengetahuan klien bertambah
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito. 2001. Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan, Diagnosa


keperawatan dan masalah kolaboratif. Jakarta: EGC Johnson, M., et all.
Mansjoer, A. 2002. Asuhan Keperawatn Maternitas. Jakarta : Salemba Medika

Manuaba, Ida Bagus Gede. 2002. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana, Jakarta : EGC

Muchtar. 2005. Obstetri patologi, Cetakan I. Jakarta : EGC

Nurjannah Intansari. 2010. Proses Keperawatan NANDA, NOC &NIC.


Yogyakarta : mocaMedia

Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.


Jakarta: Prima Medika

Saifuddin, AB. 2002. Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal. Jakarta : penerbit yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo

Sarwono Prawiroharjo. 2009. Ilmu Kebidanan, Edisi 4 Cetakan II. Jakarta :


Yayasan Bina Pustaka

Вам также может понравиться

  • Leaflet PJK
    Leaflet PJK
    Документ2 страницы
    Leaflet PJK
    Tonny Mohammad Prihantono
    77% (13)
  • SKENARIO Komunitas 3
    SKENARIO Komunitas 3
    Документ4 страницы
    SKENARIO Komunitas 3
    aprilia raya dewina
    Оценок пока нет
  • PHBS 1
    PHBS 1
    Документ22 страницы
    PHBS 1
    aprilia raya dewina
    Оценок пока нет
  • Faktor risiko dan tahapan perkembangan tumor abdomen
    Faktor risiko dan tahapan perkembangan tumor abdomen
    Документ1 страница
    Faktor risiko dan tahapan perkembangan tumor abdomen
    aprilia raya dewina
    Оценок пока нет
  • Kel7
    Kel7
    Документ10 страниц
    Kel7
    aprilia raya dewina
    Оценок пока нет
  • Woc KPD
    Woc KPD
    Документ1 страница
    Woc KPD
    aprilia raya dewina
    Оценок пока нет
  • Definisi TB
    Definisi TB
    Документ7 страниц
    Definisi TB
    aprilia raya dewina
    Оценок пока нет
  • LP CKD Fix
    LP CKD Fix
    Документ24 страницы
    LP CKD Fix
    aprilia raya dewina
    Оценок пока нет
  • Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan Dengan Penerapan
    Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan Dengan Penerapan
    Документ17 страниц
    Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan Dengan Penerapan
    aprilia raya dewina
    Оценок пока нет
  • BBLR
    BBLR
    Документ17 страниц
    BBLR
    aprilia raya dewina
    Оценок пока нет
  • Satuan Acara Penyuluhan
    Satuan Acara Penyuluhan
    Документ11 страниц
    Satuan Acara Penyuluhan
    aprilia raya dewina
    Оценок пока нет
  • Seorang Laki La
    Seorang Laki La
    Документ3 страницы
    Seorang Laki La
    aprilia raya dewina
    Оценок пока нет
  • Laporan Pendahuluan Tumor Abdomen
    Laporan Pendahuluan Tumor Abdomen
    Документ14 страниц
    Laporan Pendahuluan Tumor Abdomen
    aprilia raya dewina
    Оценок пока нет
  • Poster
    Poster
    Документ9 страниц
    Poster
    aprilia raya dewina
    Оценок пока нет
  • Faktor risiko dan tahapan perkembangan tumor abdomen
    Faktor risiko dan tahapan perkembangan tumor abdomen
    Документ1 страница
    Faktor risiko dan tahapan perkembangan tumor abdomen
    aprilia raya dewina
    Оценок пока нет
  • LP Hte
    LP Hte
    Документ25 страниц
    LP Hte
    Deni Hetranando
    Оценок пока нет
  • Stemi
    Stemi
    Документ19 страниц
    Stemi
    aprilia raya dewina
    Оценок пока нет
  • PJK
    PJK
    Документ9 страниц
    PJK
    aprilia raya dewina
    Оценок пока нет
  • PJK
    PJK
    Документ9 страниц
    PJK
    aprilia raya dewina
    Оценок пока нет
  • MAKALAH1
    MAKALAH1
    Документ3 страницы
    MAKALAH1
    aprilia raya dewina
    Оценок пока нет
  • Kel 3
    Kel 3
    Документ8 страниц
    Kel 3
    aprilia raya dewina
    Оценок пока нет
  • Angina Pectoris Nstemi
    Angina Pectoris Nstemi
    Документ21 страница
    Angina Pectoris Nstemi
    aprilia raya dewina
    Оценок пока нет
  • Populasi Dan Sampel Penelitian
    Populasi Dan Sampel Penelitian
    Документ16 страниц
    Populasi Dan Sampel Penelitian
    aprilia raya dewina
    Оценок пока нет
  • Kel 3
    Kel 3
    Документ8 страниц
    Kel 3
    aprilia raya dewina
    Оценок пока нет
  • Populasi Dan Sampel Penelitian
    Populasi Dan Sampel Penelitian
    Документ16 страниц
    Populasi Dan Sampel Penelitian
    aprilia raya dewina
    Оценок пока нет
  • Kelompok 1
    Kelompok 1
    Документ8 страниц
    Kelompok 1
    aprilia raya dewina
    Оценок пока нет
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Документ2 страницы
    Bab Iii
    aprilia raya dewina
    Оценок пока нет
  • Sampling
    Sampling
    Документ15 страниц
    Sampling
    aprilia raya dewina
    Оценок пока нет
  • Bahan Makalah Kelompok 1
    Bahan Makalah Kelompok 1
    Документ14 страниц
    Bahan Makalah Kelompok 1
    aprilia raya dewina
    Оценок пока нет