Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
DISUSUN OLEH :
JURUSAN AKUNTANSI
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
LHOKSEUMAWE
2017
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puji syukur atas kehadiratNya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayahnya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah IFRS (International Financial Reporting Standard)
dengan baik. Dan juga kami berterima kasih kepada Bapak Dr. Hendra Raza, S. E
M. Si, Ak selaku dosen pembimbing Mata Kuliah Akuntansi Keuangan Lanjutan
I. Sehingga maka ini dapat terselesaikan tepat pada waktu yang telah ditentukan.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1. Apa itu IFRS ?
2. Siapa yang mengadopsi IFRS ?
3. Apakah tantangan dan solusi terhadap penerapan IFRS di Indonesia?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
mudharabah, yaitu kepercayaan dari pemilik dana kepada pengelola. Oleh karena
kepercayaan merupakan unsur terpenting maka mudharabah dalam istilah bahasa
inggris disebut trust financing. Pemilik dana yang merupakan investor disebut
beneficial ownership atau sleeping partner, dan pengelola dana disebut managing
trustee atau about partner.
Pembiayaan mudharabah merupakan salah satu produk perbankan syariah
dengan prinsip bagi hasil, bisa dimungkinkan pula telah mengalami perubahan
perlakuan akuntansi akibat diberlakukannya PSAK No. 59 Tahun 2003 tentang
Akuntansi Perbankan syariah tersebut. Penerapan mudharabah mutlaqah dapat
berupa tabungan dan deposito sehingga terdapat dua jenis penghimpunan dana
yaitu: tabungan mudharabah dan deposito mudharabah. Berdasarkan prinsip ini
tidak ada pembatasan bagi bank dalam menggunakan dana yang dihimpun.
Pembiayaan mudharabah membutuhkan kerangka akuntansi yang menyeluruh
yang dapat menghasilakan pengukuran akuntansi yang tepat dan sesuai sehingga
dapat mengkomunikasikan informasi akuntansi secara tepat waktu dengan kualitas
yang dapat diandalkan serta mengurangi adanya perbedaan perlakuan akuntansi
antara bank syariah yang satu dengan yang lain. Perbedaan perlakuan tersebut
akan mengakibatkan dampak terhadap hal keadilan dalam menentukan laba bagi
pemegang saham dan depositor.
Dalam fikih mu’amalah, mudharabah disamakan juga dengan Qiradh,
yaitu bentuk kerja sama antara pemilik modal (shohibul mal/rabbul mal) dengan
pengelola (mudharib) untuk melakukan usaha dimana keuntungan dari usaha
tersebut dibagi diantara kedua pihak tersebut, dengan rukun dan syarat tertentu.
Menurut pandangan ulama ahli fiqih (fuqaha), mudharabah adalah akad
antara kedua belah pihak lainnya untuk diperdagangkan dan laba dibagi sesuai
dengan kesepakatan Ulama mazhab Syafi’i Mudharabah adalah sebagai berikut:
“Mudharabah adalah akad (transaksi) antara dua orang atau lebih, diantara yang
satu menyerahkan harta atau modal kepada pihak kedua untuk dijalankan usaha,
dan masing-masing mendapatkan keuntungan dengan syarat-syarat tertentu”.
4
Sedangkan ulama Malikiyyah berpendapat bahwa mudharabah adalah
akad perwalian, dimana pemilik harta mengeluarkan hartanya kepada yang lain
untuk diperdagangkan dengan pembayaran yang ditentukan (emas dan perak).
Para ahli fikih menetapkan bahwa mudharabah merupakan bagian dari syariat
islam dengan berlandaskan pada Al-Quran dan Hadist.
‘...dan dari orang-orang yang berjalan dimuka bumi mencari sebahagian karunia
Allah SWT...” (Surat Al-Muzammil 20)
“Apabila telah ditunaikan sholat maka bertebaranlah kamu dimuka bumi dan
carilah karunia Allah SWT....” (Al-jumuah 10)
“Tidak ada dosa (halangan) bagi kamu untuk mencari karunia tuhanmu..” (Al-
baqarah: 198)
b. Al-Hadist
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Abbas Bin Abdul Muthalib jika
memberikan dana ke mitra usahanya secara mudharabah ia mensyaratkan agar
dananya tidak dibawa mengarungi lautan, menuruni lembah yang berbahay, atau
membeli ternak. Jika menyalahi aturan tersbut, yang bersangkutan bertanggung
jawab atas dana tersebut. (HR Thabrani) Dari Shalih bin Shuhaib r.a. bahwa
Rasulullah saw bersabda, Tiga hal yang didalamnya terdapat keberkatan: jual beli
secara tangguh, Qiradh (Mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung
untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual (HR. Ibnu Majah).
5
c. Ijma
6
b. Tidak menginvestasikan dananya pada transaksi penjualan cicilan, tanpa
penjamin, atau tanpa jaminan; atau
c. Mengharuskan pengelola dana untuk melakukan investasi sendiri tanpa
melalui pihak ketiga. (PSAK No.59, paragraf 10)
6. Bank dapat bertindak baik sebagai pemilik dana maupun pengelola dana.
Apabila bank bertindak sebagai pemilik dana, maka dana yang disalurkan
disebut pembiayaan mudharab. Apabila bank sebagai pengelola dana, maka
dana yang diterima:
a. Dalam mudharabah muqayyadah disajikan dalam laporan perubahan
investasi terikat sebagai investasi terikat dari nasabah; atau
b. Dalam mudharabah muthlaqah disajikan dalam neraca sebagai investasi
tidak terikat. (PSAK No. 59, paragraf 11)
7. Pengembalian pembiayaan mudharabah dapat dilakukan bersamaan dengan
distribusi bagi hasil atau pada saat diakhirinya mudharabah. (PSAK No. 59,
paragraf 12).
8. Pada prinsipnya, dalam pembiayaan mudharabah tidak ada jaminan, namun
agar pengelola dana tidak melakukan penyimpangan, pemilik dana dapat
meminta jaminan dari pengelola dan atau pihak ketiga. Jaminan ini hanya
dapat dicairkan apabila pengelola dana terbukti melakukan pelanggaran
terhadap hal-hal yang telah disepakati bersama dalam akad. (PSAK No. 59.
Paragraf 13).
7
b. Pengungkapan
8
1. Meneliti apakah pemberian informasi secara lengkap telah disampaikan oleh
bank kepada nasabah, baik secara lisan maupun tertulis tentang persyaratan
infestasi mudharabah tlah dilakukan.
2. Menguji apakah perhitungan bagi hasil telah dilakukan sesuai prinsip syariah.
3. Memastikan adanya persetujuan para pihak dalam perjanjian infestasi
mudharabah.
4. Memastikan terpenuhinya rukun dan sayart mudharabah.
5. Memastikan bahwa kegiatan infestasi yang dibiayai tidak termasuk jenis
kegiatan usaha yang bertentangan dengan syariah.
9
Seseorang memperoleh kredit karena pihak bank mempunyai kepercayaan
kepada peminjam. Karena itu, pemberian kredit kepada seseorang karena ada
kepercayaan dari pihak bank. Kredit tanpa kepercayaan tidak mungkin terjadi,
karena dikhawatirkan dana yang diserahkan kepada pihak disalah gunakan oleh
pihak nasabah dan/ atau tidak dibayar/ dikembalikan kepada pihak bank pinjaman
yang dimaksud. Selain menggunakan sistem yang digunakan diatas, pihak
perbankan syari’ah berpedoman pada undang-undang no 10 tahun 1998 tentang
perubahan atas undang-undang no 7 1992 tentang perbankan. Undang-undang
dimaksud, menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan pembiayaan berdasarkan
prinsip syari’ah adalah penyediaan uang atau tagihan-tagihan yang dapat
dipersamakan dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayaiuntuk
mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan
imbalan atau bagi hasil. Oleh karena itu, sebelum pihak bank mengeluarkan
kredit terlebih dahulu calon peminjam memenuhi persyaratan sebagai prosedur
yang diatur o;eh perundang-udangan agar terjadi ketertiban dan mendapat kredit.
10
5. Penarikan pembiayaan atau pencairan pembiayaan /realisasi pembiayaan. Hal
ini berarti calon nasabah memperoleh kredit dengan sendirinya calon nasabh
menjadi nasabah.
Berdasarkan hal diatas, dapat dikatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi pihak bank dalam menilai si pemohon pembiayaan mengenai
kelayakan untuk memperoleh pinjaman adalah sebagai verikut:
1. Karakter (character) , yaitu sifat pribadi termasuk perilaku pemohonan
pembiayaan perlu dibahas dan diteliti secara hati-hati oleh pihak bank.
2. Kemampuan (capability), yaitu penilaian atas besarnya modal nasabah
yang akan diserahkan dalam perusahaan.
3. Modal (capital), yaitu penilaian atas besarnya modal nasabah yang
diserahkan dalam perusahaan.
4. Persyaratan (condition) , yaitu pada umunya adalah penilaian terhadap
kondisi ekonomi , regional, nasional, maupun internasional terutama
yang berhubungan terhadap sektor usaha nasabah dan keamanan kredit
itu sendiri.
5. Jaminan (collateral) , istilah ini berarti jaminan tambahan karena jaminan
utama adalah pribadi yang dinilai bonafiditas dan solidaritasnya.
11
lainnya. Mudharabah muqayyadah biasa disebutdengan mudharabah terikat
(restricted mudharabah). Dalam praktik perbank mudharabah muqayyadah
terdiri atas dua jenis, yaitu mudharabah muqayyadah executing dan mudharabah
muqayyadah canneling. Pada mudharrabah executing, bank syariah sebagai
pengelola penerima dana dari pemilik dana dengan pembatasan dalam hal tempat
cara, dan/ atau objek investasi. Akan tetapi, bank syariah memiliki kebebasan
dalam melakukan seleksi terhadap clon mudharip yang layak mengelola dana
tersebut. Sementara itu, pada mudharabah mukayyadah executing bank syariah
tidak memiliki kewenangan dalam menyeleksi calon mudharib yang akan
mengelola dana tersebut.
b. Mudharabah Muthlaqah
12
c. Mudharabah Musytarakah
13
2.6 Rukun Transaksi Mudharabah
1. Penyedia dana (sahibul maal) dan pengelola (mudharib) harus cukup hokum.
2. Pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakan oleh para pihak untuk
menunjukkan kehendak mereka dalam mengadakan kontrak (akad), dengan
memperhatikan hal-hal berikut :
a) Penawaran dan penerimaan harus secara eksplisit menunjukkan tujuan
kontrak (akad)
b) Penerimaan dari penawaran dilakukan pada saat kontrak.
c) Akad dituangkan secara tertulis, melalui korespondensi, atau dengan
menggunakan cara-cara komunikasi modern.
3. Modal ialah sejumlah uang atau aset yang diberikan oleh penyedia dana
kepada mudharabah untuk tujuan usaha dengan adanya syarat.
4. Keuntungam mudharabah adalah jumlah yang didapat sebagai kelebihan dari
modal dan keuntungan ini harus memenuhi syarat.
5. Kegiatan usaha oleh pengelola (mudharabah), sebagai perimbangan (muqabil)
modal yang disediakan oleh penyedia dana.
1. Transaktor
Dalam akad mudharabah, harus ada minimal dua pelaku. Pihak pertama
bertindak sebagai pemilik modal, dan pihak kedua bertindak sebagai pelaksana
usaha.
14
2. Objek mudharabah
3. Ijab Kabul
Ijab Kabul atau persetujuan kedua belah pihak dalam mudharabah yang
merupakan wujud dari prinsip sama-sama rela. Disini kedua belah pihak harus
secara rela bersepakat untuk mengikatkan diri dalam akad mudharabah.
1. Syarat aqidani : disyaratkan bagi orang yang akan melakukan akad, yakni
pemilik modal dan pengusaha.
2. Syarat modal : harus berupa uang, harus diketahui dengan jelas dan memiliki
ukuran, modal harus ada. Modal harus diberikan kepada pengusaha.
3. Syarat – syarat laba : laba harus memiliki ukuran dan laba harus berupa
bagian yang umum.
15
5. Bank menerima pengembalian modalnya dari nasabah. Jika nasabah telah
mengembalikan semua modal milik bank, usaha selanjudnya menjadi milik
nasabah sepenuhnya.
1. Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai shahibul mal atau pemilik
dana, dan bank bertindak sebagai pengelola dana.
2. Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan berbagai
macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip- prinsip syariah.
3. Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk tunai bukan
piutang.
4. Pembagian keuntungan harus inyatakan dalam bentuk nisbah dan ituangkan
dalam akad pembukaan rekening.
5. Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional tabungan dengan
menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya.
6. Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa
persetujuan yang bersangkutan.
16
Contoh Kasus 2:
1. Bank Syariah Air Banggis (BSAB) melakukan kerjasama bisnis dengan ibu
Burma Sari, seorang Pengusaha Pasaman Barat Yogyakarta menggunakan
akad mudharabah (BSAB sebagai pemilik dana dan Burma sari sebagai
pengelola dana). BSAB memberikan modal kepada Burma Sari sebesar Rp.
20.000.000 sebagai modal usaha pada tanggal 1 Januari 2015 dan berakhir 31
Februari 2015 dengan nisbah bagi hasil : Burma Sari : BSAB = 70% : 30%.
Buat jurnal setelah penyerahan dana.
a. Jurnal Pemilik Dana (BSAB) dalam Rupiah.
Investasi Mudharabah 20.000.000
Kas 20.000.000
b. Jurnal Pengelola Dana (Ibu Burma Sari, seorang Pengusaha) dalam
Rupiah.
Kas – Mudharabah 20.000.000
Dana Syirkah Temporer 20.000.000
2. Pada tanggal 31 Januari 2015, hasil usaha perdagangan
17
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
18
DAFTAR PUSTAKA
http://www.sai.ugm.ac.id/site/images/pdf/ifrs.pdf
http://www.scribd.com/doc/110909597/MAKALAH-Perbandingan-IFRS-dengan-
PSAK
http://staff.blog.ui.ac.id/martani/pendidikan/artikel-psak/dampak-implementasi-
ifrs/
http://syahrezamarasutanpohan.wordpress.com/2012/03/23/ifrs-international-
financial-accounting-standard/
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2012/06/sekilas-tentang-ifrs-international-
financial-reporting-standards/
19