Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
SISTEM DIGESTIVE
APENDISITIS
KELOMPOK 2:
JURUSAN KEPERAWATAN
2015
3
BAB I
PENDAHULUAN
Apendisitis adalah suatu radang yang timbul secara mendadak pada apendiks
dan merupakan salah satu kasus akut abdomen yang paling sering ditemui.
Apendiks disebut juga umbai cacing. Apendisitis sering disalah artikan dengan
istilah usus buntu, karena usus buntu sebenarnya adalah caecum. Apendisitis akut
merupakan radang bakteri yang dicetuskan berbagai faktor. Diantaranya
hyperplasia jaringan limfe, fekalith, tumor apendiks dan cacing ascaris dapat juga
menimbulkan penyumbatan. (Corwin,E.J.2009 )
Penyakit ini dapat terjadi pada semua umur, tetapi umumnya terjadi pada
dewasa dan remaja muda, yaitu pada umur 10-30 tahun (Agrawal, 2008) dan
insiden tertinggi pada kelompok umur 20-30 tahun (Sjamsuhidajat, 2010).
Apendisitis akut sama-sama dapat terjadi pada laki-laki maupun perempuan,
tetapi insidensi pada laki-laki umumnya lebih banyak dari perempuan terutama
pada usia 20-30 tahun (Sjamsuhidajat, 2010).
Tujuh persen populasi di Amerika Serikat menderita apendisitis dengan
insidensi 1,1 kasus tiap 1000 orang per tahun. Angka kejadian apendisitis akut
mengalami kenaikan dari 7,62 menjadi 9,38 per 10.000 dari tahun 1993 sampai
2008 (Buckius.et.al , 2011). Menurut Departemen Kesehatan RI pada tahun 2006,
apendisitis menempati urutan keempat penyakit terbanyak di Indonesia setelah
dispepsia, gastritis dan duodenitis, dan penyakit sistem cerna lain dengan jumlah
pasien rawat inap sebanyak 28.040. Penyakit ini dapat dimulai saat lahir,
mengalami puncak di usia remaja akhir dan menurun di usia lanjut. Apendisitis
dapat ditemukan pada semua umur, jarang pada anak kurang dari satu tahun.
Insidensi tertinggi kelompok usia 20-30 dominasi pria, selain itu sebanding
(Hafid 2005).
4
Apendisitis akut merupakan salah satu kasus tersering dalam bidang
bedah abdomen. Rata-rata 7% populasi di dunia menderita apendisitis dalam
hidupnya (Agrawal,2008).
Selain itu, juga di laporkan hasil survey angka insidensi apendisitis,
dimana terdapat 11 kasus apendisitis pada setiap 1000 orang di Amerika
(Dahmardehei, 2013).
Perbandingan angka kejadian pada remaja : dewasa muda adalah 3 : 2 dan
didominasi pria. Pada orang dewasa, angka kejadian apendisitis 1,4 kali lebih
banyak pada pria dibanding wanita dan risiko terkena apendisitis sebanyak 8,6%
pada pria dan 6,7% pada wanita3,6. 6,7% pada wanita. Terdapat 12 % pria dan
25% wanita yang melakukan operasi apendektomi dan 7% diantaranya
mengalami apendisitis akut. Berdasarkan 10 tahun penelitian mulai tahun 1987 –
1997 didapatkan penurunan kasus operasi apendektomi yang sesuai dengan
penurunan insidensi apendektomi. Didapatkan pula rata- rata usia pasien yang
mengalami apendisitis adalah 31,3 tahun dengan usia tengah 22 (Bunicardi,
2010). (Dahmardehei, 2013)
5
1.2 Tujuan
a. Tujuan Umum
Tujuan umum dari pembuatan makalah ini adalah untuk membahas secara
detail mengenai penyakit apendisitis
b. Tujuan Khusus
6
BAB II
KONSEP MEDIK
2.1 Definisi
2.2 Etiologi
7
juga semakin tinggi. Tekanan yang tinggi akan menyebabkan infiltrasi kuman ke
dinding apendiks sehingga terjadi peradangan supuratif yang menghasilkan pus atau
nanah pada dinding apendiks. Selain infeksi, appendicitis juga dapat disebabkan oleh
penyebaran infeksi dari organ lain yang kemudian menyebar secara Hematogen ke
apendiks (Mansjoer et.al., 2005 )
2.3 Prognosis
Kebanyakan pasien setelah operasi appendektomi sembuh spontan tanpa
penyulit, namun komplikasi dapat terjadi apabila pengobatan tertunda atau telah
terjadi peritonitis/peradangan di dalam rongga perut. Cepat dan lambatnya
penyembuhan setelah operasi usus buntu tergantung dari usia pasien, kondisi,
keadaan umum pasien, penyakit penyerta misalnya diabetes mellitus, komplikasi dan
keadaan lainya yang biasanya sembuh antara 10 sampai 28 hari (Sanyoto, 2007).
Alasan adanya kemungkinan ancaman jiwa dikarenakan peritonitis di dalam rongga
perut ini menyebabkan operasi usus buntu akut/emergensi perlu dilakukan
secepatnya. Kematian pasien dan komplikasi hebat jarang terjadi karena usus buntu
akut. Namun hal ini bisa terjadi bila peritonitis dibiarkan dan tidak diobati secara
benar (Sanyoto, 2007).
Gejala awal yang khas, yang merupakan gejala klasik apendisitis adalah
nyeri samar (nyeri tumpul) didaerah epigastrium disekitar umbilikus atau
periumbilikus. Keluhan ini biasanya disertai dengan rasa mual, bahkan terkadang
muntah, dan pada umumnya nafsu makan menurun. Kemudian dalam beberapa jam,
nyeri akan beralih ke kuadran kanan bawah, ke titik Mc burney. Di titik ini nyeri
terasa lebih tajam dan jelas letaknya, sehingga merupakan nyeri somatik setempat.
Namun terkadang, tidak dirasakan adanya nyeri di daerah epigastrium, tetapi terdapat
konstipasi sehingga penderita merasa memerlukan obat pencahar. Tindakan ini
diaggap berbahaya karena bisa mempermudah terjadinya perforasi. (Nurarif, 2015)
8
Beberapa tanda dan gejala appendicitis:
a. Malaise Obstruksi
Obstruksi lumen
lumen (fekolit,
(fekolit, tumor,
tumor, dll)
dll)
b. Takikardi
c. Nyeri tekan/lepas
d. Penurunan atau tidak ada bising usus
Mukus mengalami bendungan
2.5 Klasifikasi
Peningkatan tekanan
Klasifikasi dari apendisitis yaitu :
intralumen dinding apendiks
a. Apendisitis akut, dibagi atas: Apendisitis akut fokalis atau segmentalis, yaitu
setelah sembuh akan timbulEdema
strikturdan ulserasi
lokal. mukosa purulenta difusi
Apendisitis Apendisitis
yaituakut fokal
sudah
bertumpuk nanah
b. Apendisitis kronis, dibagi atas: Apendisitis kronis fokalis atau parsial, setelah
Aliran darah terputus
sembuh akan timbul striktur lokal. Apendisitis kronis obliteritiva yaitu apendiks
miring, biasanya ditemukan pada usia tua.
Peradangan peritonium
Apendisitis supuratif
akut
Ganggren Apendisitis
gangrenosa
2.6 Patofisiologi
Infiltrate Perforasi
9
Apendisitis infiltrasi
Apendisitis perforasi
Skema 1.
Sumber :
10
mucus tersebut makin banyak, namun elastisitas dinding apendiks mempunyai
keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intralumen. Tekanan yang
meningkat tersebut akan menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema,
diapedesis bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada saat inilah terjadi apendisitis akut fokal
yang ditandai oleh nyeri epigastrium. (De Jong 2005).
Peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga
menimbulkan nyeri di daerah kanan bawah. Keadaan ini disebut dengan apendisitis
supuratif akut. Kemudian setelah mukosa terkena juga terinvasi sehingga akan
merangsang peritoneum parietale timbul nyeri somatic yang khas yaitu di sisi kanan
bawah ( Titik Mc Burney ). Titik Burney terletak 1/3 lateral garis yang
menghubungkan SIAS dan umbilicus. (De Jong 2005).
Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang
diikuti dengan gangren. Stadium ini disebut dengan apendisitis gangrenosa. Bila
dinding yang telah rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis perforasi. (De Jong 2005).
Bila semua proses di atas berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan
bergerak ke yaitu denganarah apendiks sehingga melokalisasi daerah inflamasi
mengelompok dan membentuk suatu infiltrate apendiks dan disebut proses walling
off. Peradangan apendiks tersebut dapat menjadi abses atau menghilang. (De Jong
2005).
Pada orangtua kemungkinan terjadi perforasi lebih besar karena daya tahan tubuh
sudah lemah dan telah ada gangguan pembuluh darah. Pada anak-anak, karena
omentum lebih pendek dan apendiks lebih panjang, dinding apendiks lebih tipis.
Keadaan tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih kurang
memudahkanterjadinya perforasi.
2.7 Komplikasi
11
Komplikasi terjadi akibat keterlambatan penanganan Apendisitis. Faktor
keterlambatan dapat berasal dari penderita dan tenaga medis. Faktor penderita
meliputi pengetahuan dan biaya, sedangkan tenaga medis meliputi kesalahan
diagnosa, menunda diagnosa, terlambat merujuk ke rumah sakit, dan terlambat
melakukan penanggulangan. Kondisi ini menyebabkan peningkatan angka morbiditas
dan mortalitas. Proporsi komplikasi Apendisitis 10-32%, paling sering pada anak
kecil dan orang tua. Komplikasi 93% terjadi pada anak-anak di bawah 2 tahun dan
40-75% pada orang tua. CFR komplikasi 2-5%, 10-15% terjadi pada anak-anak dan
orang tua.43 Anak-anak memiliki dinding appendiks yang masih tipis, omentum lebih
pendek dan belum berkembang sempurna memudahkan terjadinya perforasi,
sedangkan pada orang tua terjadi gangguan pembuluh darah. Adapun jenis komplikasi
diantaranya:
1. Abses
Abses merupakan peradangan appendiks yang berisi pus. Teraba massa lunak di
kuadran kanan bawah atau daerah pelvis. Massa ini mula-mula berupa flegmon dan
berkembang menjadi rongga yang mengandung pus. Hal ini terjadi bila Apendisitis
gangren atau mikroperforasi ditutupi oleh omentum
2. Perforasi
Perforasi adalah pecahnya appendiks yang berisi pus sehingga bakteri menyebar ke
rongga perut. Perforasi jarang terjadi dalam 12 jam pertama sejak awal sakit, tetapi
meningkat tajam sesudah 24 jam. Perforasi dapat diketahui praoperatif pada 70%
kasus dengan gambaran klinis yang timbul lebih dari 36 jam sejak sakit, panas lebih
dari 38,50C, tampak toksik, nyeri tekan seluruh perut, dan leukositosis terutama
polymorphonuclear (PMN). Perforasi, baik berupa perforasi bebas maupun
mikroperforasi dapat menyebabkan peritonitis.
3. Peritononitis
Peritonitis adalah peradangan peritoneum, merupakan komplikasi berbahaya yang
dapat terjadi dalam bentuk akut maupun kronis. Bila infeksi tersebar luas pada
permukaan peritoneum menyebabkan timbulnya peritonitis umum. Aktivitas
peristaltik berkurang sampai timbul ileus paralitik, usus meregang, dan hilangnya
cairan elektrolit mengakibatkan dehidrasi, syok, gangguan sirkulasi, dan oligouria.
12
Peritonitis disertai rasa sakit perut yang semakin hebat, muntah, nyeri abdomen,
demam, dan leukositosis.
13
maka tindakan ini akan menimbulkan nyeri. Pemeriksaan ini dilakukan
pada apendisitis pelvika.
Sign of Appendicitis
Psoas sign atau Obraztsova’s sign Pasien dibaringkan pada sisi kiri,
kemudian dilakukan ekstensi dari
panggul kanan. Positif jika timbul
nyeri pada kanan
14
saat pasien dibaringkan pada sisi
kiri
15
2.9 Penatalaksanaan
a. Sebelum operasi
1. Observasi
Dalam 8-12 jam setelah timbulnya keluhan, tanda dan gejala apendisitis
seringkali belum jelas, dalam keadaan ini observasi ketat perlu dilakukan.
Pasien diminta melakukan tirah baring dan dipuasakan. Laksatif tidak
boleh diberikan bila dicurigai adanya apendisitis ataupun peritonitis
lainnya. Pemeriksaan abdomen dan rectal serta pemeriksaan darah
(leukosit dan hitung jenis) diulang secara periodic, foto abdomen dan
toraks tegak dilakukan untuk mencari kemungkinan adanya penyulit lain.
Pada kebanyakan kasus, diagnosis ditegakkan dengan lokalisasi nyeri di
daerah kanan bawah dalam 12 jam setelah timbulnya keluhan.
2. Antibiotic
Apendisitis tanpa komplikasi biasanya tidak perlu diberikan antibiotic,
kecuali apendisitis gangrenosa atau apendisitis perforasi. Penundaan
tindak bedah sambil memberikan antibiotic dapat mengakibatkan abses
atau perforasi.
b. Operasi
1. Apendiktomi
2. Apendiks dibuang jika apendiks mengalami perforasi bebas, maka
abdomen dicuci dengan garam fisiologis dan antibiotika.
3. Abses apendiks diobati dengan antibiotika IV, massanya mungkin
mengecil atau abses mungkin memerlukan drainase dalam jangka waktu
beberapa hari. Apendiktomi dilakukan bila abses dilakukan operasi efektif
sesudah 6 minggu sampai 3 bulan
4. Pasca operasi dilakukan observasi tanda-tanda vital untuk mengetahui
terjadinya perdarahan di dalam, syok, hipertermia, atau gangguan
pernapasan angkat sonde lambung bila pasien sudah sadar, sehingga
aspirasi cairan lambung dapat dicegah, baringkan pasien dalam posisi
fowler, pasien dikatakan baik bila dala 12 jam tidak terjadi gangguan,
16
selama itu pasien dipuasakan bila tindakan operasi lebih besar misalnya
pada operasi atau pada peritonitis umum, puasa diteruskan sampai fungsi
usus kembali normal. Satu hari pasca operasi pasien dianjurkan untuk
duduk tegak di tempat tidur selama 2x 30 menit.
Hari kedua dapat dianjurkan untuk duduk diluar kamar. Hari ketujuh jaitan
dapat diangkat dan pasien diperboleh pulang.
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Dalam melakukan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar utama dan hal
yang penting di lakukan baik saat pasien pertama kali masuk rumah sakit maupun
selama pasien dirawat di rumah sakit.
17
Sejak kapan keluhan dirasakan, berapa lama keluhan terjadi, bagaimana sifat
dan hebatnya keluhan, dimana keluhan timbul, keadaan apa yang
memperberat dan memperingan.
4. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi Pada apendisitis akut sering ditemukan adanya abdominal
swelling, sehingga pada pemeriksaan jenis ini biasa ditemukan distensi
abdomen.
b. Palpasi
Pada daerah perut kanan bawah apabila ditekan akan terasa nyeri. Dan bila
tekanan dilepas juga akan terasa nyeri. nyeri tekan perut kanan bawah
merupakan kunci diagnosis dari apendisitis. Pada penekanan perut kiri
bawah akan dirasakan nyeri pada perut kanan bawah, ini disebut tanda
Rovsing (Rovsing sign). Dan apabila tekanan pada perut kiri dilepas maka
juga akan terasa sakit di perut kanan bawah, ini disebut tanda Blumberg
(Blumberg sign).
c. Pemeriksaan colok dubur
Pemeriksaan ini dilakukan pada apendisitis untuk menentukkan letak
apendiks apabila letaknya sulit diketahui. Jika saat dilakukan pemeriksaan
ini terasa nyeri, maka kemungkinan apendiks yang meradang di daerah
pelvis. Pemeriksaan ini merupakan kunci diagnosis apendisitis pelvika.
d. Uji psoas dan uji obturator
Pemeriksaan ini dilakukan juga untuk mengetahui letak apendiks yang
meradang. Uji psoas dilakukan dengan rangsangan otot psoas mayor lewat
hiperekstensi sendi panggul kanan, kemudian paha kanan ditahan. Bila
apendiks yang meradang menempel pada m.psoas mayor, maka tindakan
tersebut akan menimbulkan nyeri. Sedangkan pada uji obturator dilakukan
gerakan fleksi dan andorotasi sendi panggul pada posisi terlentang. Bila
apendiks yang meradang kontak dengan m.obturator internus yang
merupakan dinding panggul kecil, maka tindakan ini akan menimbulkan
nyeri. Pemeriksaan ini dilakukan pada apendisitis pelvika.
18
5. Perubahan pola fungsi
Data yang diperoleh dalam kasus apendisitis menurut Doenges (2000) adalah
sebagai berikut :
a. Aktivitas/ Istirahat
Gejala : Malaise
b. Sirkulasi
Tanda : Takikardi
c. Eliminasi
Gejala : Konstipasi pada awitan awal. Diare (kadang-kadang).
Tanda : Distensi abdomen, nyeri tekan/ nyeri lepas, kekakuan.
: Penurunan atau tidak ada bising usus.
d. Makanan / cairan
Gejala : Anoreksia.
: Mual/muntah.
e. Nyeri / kenyamanan
Keluhan berbagai rasa nyeri/ gejala tak jelas (berhubungan dengan lokasi
apendiks, contoh : retrosekal atau sebelah ureter).
f. Pernapasan
Tanda : Takipnea, pernapasan dangkal.
g. Keamanan
Tanda : Demam (biasanya rendah).
6. Pemeriksaan Diagnostik
19
Laboratorium : terdiri dari pemeriksaan darah lengkap dan test protein reaktif
(CRP). Pada pemeriksaan darah lengkap ditemukan jumlah leukosit antara
10.000-20.000/ml (leukositosis) dan neutrofil diatas 75%. Sedangkan pada
CRP ditemukan jumlah serum yang meningkat.
20
h. Resiko infeksi (00004) Domain: 11 (Keamanan dan
perlndungan)Kelas: 1 (Infeksi)
21
Invasi dan multiplikasi bakteri, obstruksi apendisitis
lumen (fekolit, tumor, dll)
Luka incisi
↓ peristaltik
kekurangan
kekurangan Mual Kerusakan
usus
volume
volume cairan Kerusakan jaringanan integritas jaringan
Pelepasan prostaglandin
Gangguan rasa
nyaman Sensitivitas reseptor nyeri
Spinal chord
Cortex cerebri
Nyeri dipersepsikan
22
Nyeri akut
Pintu masuk Sekresi mucuk berlebih pada Bakteri melepas pirogen eksogen
kuman lumen apendik
Hipertermia
Aliran darah arteri tergangggu
gangren
perforasi
23
3.4 Rencana Asuhan Keperawatan
24
- Ketidakmampuan - Selimuti pernapasan
atau penurunan pasien untuk yang terjadi
kemampuan untuk mencegah saat demam
berkeringat hilangnya Mandiri
- Malnutrisi kehangatan - Kompres
tubuh berguna
- Gunakan kipas
untuk
yang berputar
menurunkan
di rungan
suhu
pasien
- Untuk
- Anjurkan
mencegah
asupan cairan
hilangnya
oral,
kehangatan
sedikitnya 2
tubuh
liter sehari ,
- Agar pasien
dengan
tidak
tambahan
merasa
cairan selama
panas
aktivitas yang
- Demam
berlebihan atau
menyebabk
aktivitas
an cairan
sedang dalam
keluar dari
cuaca panas.
tubuh
HE
melalui
- Ajarkan
kulit, pasien
pasien/keluarg
harus
a dalam
meningkatk
mengukur
an asupan
suhu untuk
25
mencegah dan cairan agar
mengenali cairan
secara dini terpenuhi
hipertermia HE
(misalnya, - Keluarga
sengatan dapat
panas, dan mencegah
keletihan dan
akibat panas) mengenali
Kolaboratif hipertemi
- Berikan obat dengan
antipiretik , mengetahui
jika perlu cara
- Gunakan
mengukur
matras dingin
suhu tubuh
dan mandi air
Kolaboratif
hangat untuk
- Obat
mengatasi
antipiretik
gangguan suhu
berguna
tubuh, jika
untuk
perlu
menuunkan
panas
- Penggunaan
matras dan
mandi air
hangat
untuk
menyesuaik
26
an suhu
tubuh
dengan
lingkungan
2 Nyeri akut NOC NIC Observasi
Observasi
(00132)
Domain 12. - Tissue - Untuk
- Lakukan
Kenyamanan integrity : menentukan
pengkajian
Kelas 1. skin and diagnose
nyeri secara
Kenyamanan fisik. Mucous yang terjadi
Definisi : - Membranes komprehensif
juga untuk
Pengalaman - Hemodyalis termasuk
menentukan
sensori dan akses lokasi,
lokasi,
emosional yang Setelah karakteristik,
kualitas,
tidak dilakukan durasi,
frekuensi
menyenangkan tindakan frekuensi,
dan nyeri
yang muncl akibat …..x24 jam kualitas dan
yang
kerusakan tingkatan factor
dirasakan
jeringan yang nyeri presipitasi
- Melihat
actual atau berkurang/ny - Monitor
respon
potensial atau eri teratasi. penerimaan
Kriteria pasien
digambarkan pasien tentang
Hasil : setelah
dalam hal manajemen
diberikan
kerusakan - Integritas nyeri
manajemen
sedemikianr rupa kulit yang - Evaluasi
nyeri
(International baik bisa pengalaman
apakah
Association for dipertahanka nyeri masa
nyeri
the study of n (sensasi, lampau
- Control berkurang
Pain) : awitan elastisitas,
lingkungan atau tidak
yang tiba-tiba ata temperatur,
27
lambat dari hidrasi,pigme yang dapat - Menentukan
intensitas ringan ntasi) tidak mempengaruhi tindakan
hingga berat ada luka/lesi nyeri seperti melalui
dengan akhir yang pada kulit suhu ruangan, nyeri yang
- Perfusi
dapat diantisipasi penchayaan dirasakan
jaringan baik
atau diprediksi dan kebisingan dahulu
- Menunjukka
- Observasi
dan berlangsung - Keadaan
n
reaksi
<6 bulan lingkungan
pemahaman
nonverbal dari
Batasan dapat
dalam proses
ketidaknyaman
karakteristik: mempengar
perbaikan
an
uhi tingkat
kulit dan - Kaji tipe dan
- Perubahan selera nyeri
mencegah sumber nyeri
makan - Melihat
- Perubahan terjadinya untuk
reaksi
tekanan darah cedera menentukan
- Perubahan pasien
berulang intervensi
frekwensi secara
- Mampu
pernapasan Mandiri nonverbal
melindungi
- Mengekspresikan saat
kulit dan - Bantu pasien
perilaku (mis., mengalami
mempertahan mengidentifika
gelisah, merengek, nyeri dapat
kan si tindakan
mengangis) menentukan
- Sikap melindungi kelembaban kenyamanan
skala nyeri
area nyeri kulit dan yang efektif di
- Focus menyempit - Untuk
perawatan masa lalu
(mi.s gangguan memberikan
alami seperti,
persepsi nyeri, intervensi
distraksi,
hambatan proses agar nyeri
relaksasi, atau
berfikir, berkurang
kompres
penurunan Mandiri
hangat/dingin
28
interaksi dengan - Bantu pasien - Melakukan
orang dan untuk lebih distraksi,
lingkungan) berfokus pada relaksasi,
Faktor yang aktivitas bukan dan
berhubungan: pada nyeri dan kompres
Agen cedera (mis.,
rasa tidak agar nyeri
biologis, zat
nyaman berkurang
kimia, fisik,
dengan - Agar pasien
psikologis
melakukan tidak
pengalihan terfokus
melalui tv, merasakan
radio, tape dan nyeri yang
interaksi di alami
penunjang - Istirahat
- Tingkatkan
berguna
istirahat
agar daerah
HE :
sayatan dan
- Informasikan organ yang
kepada pasien dilakukan
tentang operasi
prosedur yang tetap
dapat mendapatka
meningkat n suplai
nyeri dan oksigen yg
tawarkan adekuat
strategi koping HE
yang
- Agar pasien
disarankan
secara
Kolaborasi
29
- Menggunakan mandiri
agen-agen dapat
farmakologi mengatasi
untuk nyeri yang
mengurangi dirasakan
atau Kolaborasi
menghilangka
- Obat-obatan
n nyeri
seperti
analgesic
dapat
mengurangi
/menghilang
kan nyeri.
3 Kekurangan NOC : NIC : Observasi
volume cairan
- Keseimbanga Observasi - - untuk melihat
(00027) - Monitor
Domain 2 : nutrisi n elektrolit masukan
Kelas 5 : hidrasi masukan
dan asam makanan/cairan
Definisi : makanan/cairan
Penurunan cairan basa dan melihat
- Keseimbanga dan hitung
intravaskuler , jumlah kalori
n cairan kalori harian
interstisial, atau harian
- Hidrasi - Monitor status
- - untuk
intrasel. Ini - Status cairan termasuk
mengetahui status
mengacu pada nutrisi : intake dan
cairan umum
dehidrasi, asupan output cairan - - untuk mengetahui
kehilangan cairan makanan dan - Monitor tanda
keadaan umum
saat tanpa cairan vital
pasien
- Monitor respon
perubahan pada Setelah - - melihat respon
pasien terhadap
natrium. dilakukan pasien terhadap
penambahan
asuhan penambahan
30
keperawatan cairan cairan apakah ada
Batasan - Monitor berat
selama ... x24 perubahan
karakteristik : badan - - untuk
jam
Subjektif : haus - Monitor adanya
mengetahui berat
Objektif : kekurangan
tanda gagal
badan pasien
volume
- Perubahan status ginjal - - melihat adanya
cairan
mental tanda-tanda gagal
- Penurunan turgor teratasi Mandiri
ginjal
Kriteria hasil :
kulit dan lidah -
- Tentukan
- Kulit dan membran mandiri
- Mempertahanka
jumlah cairan
mukosa kering
n urine output
- Suhu tubuh meningkat yang masuk - - melihat jumlah
- Peningkatan frekuensi sesuai dengan dalam 24 jam, cairan yang
nadi, penurunan usia dan BB, BJ hitung asupan masuk dalam 24
tekanan darah, urine normal, yang jam dan
penurunan volume HT normal diinginkan mengetahui
dan tekanan nadi - Tekanan darah,
sepanjang sif asupan yang telah
- Penurunan berat nadi, suhu tubuh
siang, sore, diberikan selama
badan yang tiba-tiba dalam batas
- Kelemahan dan malam sift siang, sore
normal - Pastikan
- Tidak ada tanda dan malam
bahwa pasien - - untuk melihat
Faktor yang dehidrasi
- Elastisitas turgor terhidrasi apakah pasien
berhubungan :
kulit baik, dengan baik terhidrasi dengan
- Kehilangan membran sebelum baik sebelum
volume cairan mukosa lembab, pembedahan pembedahan
- Tingkatkan - - untuk menambah
aktif tidak ada rasa
- Kegagalan asupan oral cairan
haus yang
mekanisme HE
berlebihan HE
regulasi - Anjurkan
- agar pasien
pasien untuk
terhindar dari
menginformas
31
ikan perawat haus
- agar pasien bisa
bila haus
- Dorong makan
Kolaborasi
keluarga
- untuk memenuhi
untuk
cairan kebutuhan
membantu
tubuh
pasien makan
Kolaborasi
- Berikan IV
sesuai dengan
program
32
Batasan asuhan perdarahan pada apakah terjadi
karakteristik : keperawatan gusi pembengkakaa
- pantau tingkat
selama ... x24 n, pelunakan,
- Menghindari energi, malaise,
jam mual dan penyusutan,
makanan keletihan, dan
- Sensasi ingin muntah dan
kelemahan
muntah teratasi peningkatan
- pantau asupan
- Peningkatan Kriteria
perdarahan
kalori dan makanan
produksi saliva hasil :
gusi pada
- Peningkatan Mandiri
- Mual akan pasien
menelan - untuk
- pertahankan
- Rasa asam berkurang
kebersihan klien mengetahui
didalam mulut
dan tempat tidur tingkat energi,
saat terjadi muntah malaise,
Faktor yang
keletihan dan
berhubungan : - jangan
kelemahan
menjadwalkan
- Iritasi lambung pada pasien
- Distensi lambung tindakan yang - untuk
- Peningkatan menyebabkan nyeri mengetahi
tekanan atau mual sebelum asupan kalori
intrakranial atau sesudah dan makanan
- biofisik
makan Mandiri
33
memungkinkan, perawatan
beri tahu pasien mulut agar
seberapa lama pasien
kemungkinan mual merasakan
akan terjadi nyaman
- Ajarkan pasien
HE
menelan untuk
secara sadar atau - Agar pasien
muntah mual
- Ajarkan untuk - Agar pasien
34
anjuran secara
perlahan
dapat
mengurangi
rasa muntah
Kolaborasi
- untuk
mencegah
atau
mengurangi
mual dan
muntah
- mencegah
nyeri dan
dapat
mengatasi
mual
- untuk
memenuhi
kebutuhan
nutrisi
pasien
3. Kerusakan NOC : NOC :
Observasi :
integritas jaringan
- Tissue integrity :
(00044) - Kaji tanda- tanda
Domain 11 : skin and mucous
- Wound healing : vital
keamanan / - Kaji tanda-tanda
primary and
perlindungan infeksi lokal
35
Kelas 2 : cedera secondary - Monitor aktivitas
fisik intention dan mobilisasi
Definisi :
Setelah dilakukan pasien
kerusakan pada - Monitor status
asuhan
membran mukosa, nutrisi pasien
keperawatan 2x24
jaringan Mandiri :
jam klien dapat
kornea,integumen,
teratasi kerusakan - Oleskan lation atau
atau subkutan.
integritas jaringan minyak/baby oil
Batasan
Kriteria Hasil :
karakteristik : pada daerah yang
- Perfusi jaringan tertekan
- Kerusakan atau - Memandikan
normal
kehancuran jaringan - Tidak ada tanda- pasien dengan
( misalnya, kornea, tanda infeksi sabun dan air
- Ketebalan dan
membran hangat
tekstur jarigan - Berikan posisi yang
mukosa,integumen,
normal mengurangi
atau subkutan)
- Penyembuhan
- Kerusakan Jaringan tekanan pada luka
terjadinya proses - Lakukan teknik
Faktor yang
penyembuhan perawatan luka
berhubungan :
luka dengan steril
- Perubahan sirkulasi H.E :
- Iritan kimia - Ajarkan keluarga
( misalnya, ekskresi tentang luka dan
atau sekresi tubuh, perawatan luka
obat)
- Kekurangan atau - Ajarkan pasien
kelebihan cairan bagaimana
- Defisit cairan
membuat catatan
- Hambatan mobilitas
makanan harian.
fisik
- Kurang pengetahuan
- Berikan informasi
36
- Faktor mekanik (mis, tentang kebutuhan
tekanan, koyakan nutrisi
/robekan, friksal ) Kolaborasi :
- Pemberian
analgesik:
menggunakan
agens-agens
farmakologik
untuk mengurangi
atau
menghilangkan
nyeri
- Kolaborasi ahli
gizi pemberian
diet TKTP
(tinggi kalori
tinggi protein).
37
tidur nyaman pendekatan yang pasien menurun
- Takut Kriteria Hasil : - Dengan
menenangkan
- Ketidakmampuan
- Temani pasien memahami
untuk rileks - Mampu
untuk memberikan prespektif
- Iritabilitas mengontrol
- Merintih keamanan dan pasien akan
kecemasan
- mengurangi takut dapat teratasi
- Mengontrol nyeri
- Melaporkan - Dorong pasien
- Agresi takut dan
perasaan tidak untuk
pengendalian diri kecemasan
nyaman - Control gejala mengungkapkan - Agar dapat
- Melaporkan gejala - Status
perasaan, mengetahui
distress kenyamanan
ketakutan, persepsi keluhan yang
melaporkan rasa meningkat
H.E : dirasakan oleh
lapar
- Gelisah pasien
- Instruksikan pasien Mandiri
- Berkeluh kesah
Faktor yang menggunakan - Dapat
38
mengetahui
teknik yang
diberikan
- Agar pasien dan
keluarganya
memahami
penyakit yang
diderita pasien
- Agar pasien
mengetahui
penyakit yang
diderita
Kolaborasi
- Kebutuhan
penggantian
tergantung pada
tipe
anemiadan/atau
adanya masukan
oral yang buruk
dan defisiensi
yang
diidentifikasi.
7 Resiko NOC NIC Rasional
- Bowel Observasi: Observasi
ketidakefektifan
elimination
perfusi - Monitor TTV - Mengetahui
- Circulation
gastrointestinal - Monitor status
status adanya infeksi
(00202) cairan dan - Agar Dapat
- Electrolite
Domain: 4
and acid base elektrolit mengetahui
(Aktivitas/istirahat - Monitor bising
39
) balance usus adanya kelainan
Kelas: 4 (Respon - Fluid balance - Kaji tanda-tanda - Agar cairan
- Tissue
kardiovaskular/pul gangguan didalam tubuh
perfusion:
monal) keseimbangan terpenuhi
Definisi: Berisiko abdominal organs - Melihat diare
cairan dan
terhadap Kriteria hasil: yang dialami
elektrolit
penurunan pasien apakah
- Jumlah, (membran mukosa
gastrointestinal. sering terjadi
warna, kering,sianosis,
Faktor resiko:
atau tidak
konsistensi dan jaundice).
- Melihat status
- Penyakit - Monitor diare
bau fase dalam - Memantau status pemantauan
gastrointestinal batas normal cairan, termasuk apakah asupun
(misalnya, ulkus - Tidak ada
asupan dan output dan outpunya
duodenum, atau nyeri perut - Pantau tanda-tanda
- Bising usus sama
ulkus lambung, untuuk shock - Melihat adanya
normal
kolitis iskemik, hypovelomic tanda-tanda
- Tekanan
pankreatitis (misalnya, komplikasi yang
systole dan
iskemik) menurunkan akan terjadi
diastole dalam
- Melihat asupan
rentang normal tekanan darah,
- Na, K, CL, nutrisi yang
dennyut nadi cepat
Mg, dan Biknat diberiken pada
benang,
dalam batas pasien
meningkatkan
normal Mandiri
tingkat,diaforesis
- Intake output - Melihat cairan
pernapasan,
seimbang yang akan
- Tidak ada gelisah, kulit
dipasangkan
oedem perifer teraba dingin)
- Menilai status gizi pada pasien
dan asites - Melihat apakah
- Membran pasien
lingkaran perut
mukosa lembab Mandiri:
- Hematokrit - Kelola pemberian normal atau
40
dalam batas suplemen elektrolit tidak
normal sesuai instruksi H.E
dokter - Agar pasien dan
- Ukur lingkar perut
keluarga
Health education:
memahami
- Anjurkan pasien prosedur yang
dan/ atau keluarga akan diberikan
tentang prosedur - Melihat obat
(misalnya, anti inflamasi
endoskopi,sclerosis yang akan
, dan operasi) iberikan pada
- Anjurkan pasien pasien
dan/ atu keluarga - Agar pasien
untuk menghindari memahami
penggunaan obat adanya obat-
anti inflamasi obatan yang
(misalnya, aspirin, tidak bisa
dan ibuprofen) dikonsumsi
- Mengkoordinasika Kolaborasi
n konseling untuk - Melihat jenis
pasien/ dan/ atau obat yang akan
keluarga diberikan pada
(misalnya, pendeta, pasien
pecandu alkohol - Untuk
anonim) memenuhi
Kolabolasi: kebutuhan
nutrisi dan
- Memberi obat
cairan
(misalnya,
pasien
laktulosa, atau
41
vasopresin)
- Berikan terapi IV
sesuai program
8 Resiko infeksi NOC NIC Observasi
- Knowledge: Observasi:
(00004)
Domian: 11 infection - Agar
- Monitor tanda
(Keamanan dan control mengetahui
- Risk control dan gejala
perlndungan) tanda dan
Kelas: 1 (Infeksi) Kriteria infeksi
gejala
Definisi: Berisiko sistemik lokal
hasil: infeksi yang
terhadap invasi - Monitor
mempengau
organisme patogen - Klien bebas kerentanan
Faktor resiko: hi tubuh
dari tanda terhadap
secara
dan gejala infeksi
- Penyakit kronis
umum
- Pertahanan primer infeksi Mandiri:
- Agar
- Mendeskripsi
tidak adekuat
- Bersihkan mengetahui
- Prosedur invasif kan proses
- Malnutrisi lingkungan apakah
penularan
- Kerusakan
setelah dipakai terjadi
penyakit
jaringan
pasien lain infeksi pada
faktor yang
- Cuci tangan pasien
mempengaru
setiap sebelum
hi penularan
dan sesudah Mandiri
serta
tindakan
penatalaksaa - Agar pasien
keperawatan
nnya terhindar
- Tingkatkan
- Menunjukka dari infeksi
intake nutrisi
n - Agar
- Inspeksi kulit
kemampuan pasien
dan membran
untuk terhindari
mukosa
mencegah dari infeksi
terhadap
timbulnya bakteri
42
infeksi kemerahan, mauapun
panas, infeksi virus
- Agar
drainase.
- Inspeksi pasien dapat
kondisi memenuhi
luka/insisi kebutuhan
bedah nutrisi
- Pertahankan - Untuk
teknik isolasi melihat
Health kulit dan
education: membran
mukosa
- Instruksikan
terhadap
pada keluarga/
kemerahan,
pengunjung
panas,
untuk mencuci
drainase.
tangan saat - Untuk
berkunjung melihat
meninggalkan kondisi
pasien. luka/insisi
- Instruksikan
bedah
pasien untuk - Dengan
minum menggunak
antibiotik an tehnik
sesuai resep isolasi dapat
- Ajakan pasien
terhindar
dan keluarga
dari infeksi
tanda dan
gejala infeksi HE
Kolaborasi:
- Memberi
43
- Berikan terapi tahu kepada
antibiotik keluarga/
pengunjung
untuk
mencuci
tangan saat
berkunjung
dan
meninggalk
an pasien
agar
terhindar
dari infeksi
- Instruksikan
pasien
untuk
minum
antibiotik
sesuai resep
agar
menghentik
an atau
memperlam
bat
pertumbuha
n bakteri
- Agar pasien
pasien dan
keluarga
44
mengetahui
tentang
tanda dan
gejala
infeksi
kolaborasi
- Agar dapat
menghentik
an atau
memperlam
bat
pertumbuha
n bakteri
BAB IV
PENUTUP
45
4.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
46
Agrawal, C.S. et.al. 2008. Role of Serum C-Reactive Protein and Leukocyte Count in
the Diagnosis of Acute Appendicitis in Nepalese Population. Nepal Med Coll J,
January, 11
Buckius, M. T., McGrath, B., Monk, J., Bell, T., & Ahuja, V. 2011. Changing
Epidemiology of
Acute Appendicitis in The United States: Study Period 1993-2008. J Surg Res , 185-
190.
Bunicardi, F. C., Andersen, D. K., Billiar, T. R., Dunn, D. L., Hunter, J. G., Matthews,
J. B., et al. (2010).
Schwartz's Principle of Surgery (9th ed.). United States of America: The McGraw-
Hill Companies, Inc.
Hafid, A., & Syukur, A. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. (R. Sjamsuhidayat, & W. d.
Jong, Penyunt.) Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Mansjoer, A., Suprohaita., Wardani, W.I., Setiowulan, W., editor., “Bedah Digestif”,
dalam Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga, Jilid 2, Cetakan Kelima. Media
Aesculapius, Jakarta, 2005, hlm. 307-313.
47
Nasution Anggi Patranita.2011. “Hubungan Antara Jumlah Leukosit Dengan
Apendisitis Akut Dan Apendisitis PerforasiDi Rsu Dokter Soedarso Pontianak”.
Pontianak : Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura (jurnal)
Sanyoto, D., 2007. Masa Remaja dan Dewasa. Dalam: Utama, Hendra, ed. Bunga
Rampai Masalah Kesehatan dari dalam Kandungan sampai Lanjut Usia. Jakarta:
Balai Penerbit FK UI, 297-300.
Sirma, Fitriana. 2013. Faktor Risiko Kejadian Apendisitis Di Rumah Sakit Umum
Daerah Kab. Pangkep . Makassar. STIKES Nani Hasanuddin Makassar (jurnal)
Sjamsuhidajat, R & Wim de Jong. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 3. Jakarta :
EGC
Sjamsuhidajat, R., Jong, W.D., editor., “Usus Halus, Apendiks, Kolon, Dan
Anorektum”, dalam Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2. EGC, Jakarta, 2005,hlm.639-
645.
Wim de Jong et al. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC : Jakarta
48