Вы находитесь на странице: 1из 46

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN

SISTEM DIGESTIVE

APENDISITIS

KELOMPOK 2:

SITI NOVIA TALIBO


AMALIA RIZKY
MERIANTY ANTUKAY
GUSTIN HUNOU
SITI NURAIEN LAPALEO
HAIKAL Z. MOHAMAD
RATIH SUPRAPTI
MINARTY DANTUMA
DIESY AYU RACHMAN
SITI JUNIARTIKA ISHAK
NUR FATWA ISLAMININGTIA A. ILHAM

JURUSAN KEPERAWATAN

FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2015

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Apendisitis adalah suatu radang yang timbul secara mendadak pada apendiks
dan merupakan salah satu kasus akut abdomen yang paling sering ditemui.
Apendiks disebut juga umbai cacing. Apendisitis sering disalah artikan dengan
istilah usus buntu, karena usus buntu sebenarnya adalah caecum. Apendisitis akut
merupakan radang bakteri yang dicetuskan berbagai faktor. Diantaranya
hyperplasia jaringan limfe, fekalith, tumor apendiks dan cacing ascaris dapat juga
menimbulkan penyumbatan. (Corwin,E.J.2009 )

Penyakit ini dapat terjadi pada semua umur, tetapi umumnya terjadi pada
dewasa dan remaja muda, yaitu pada umur 10-30 tahun (Agrawal, 2008) dan
insiden tertinggi pada kelompok umur 20-30 tahun (Sjamsuhidajat, 2010).
Apendisitis akut sama-sama dapat terjadi pada laki-laki maupun perempuan,
tetapi insidensi pada laki-laki umumnya lebih banyak dari perempuan terutama
pada usia 20-30 tahun (Sjamsuhidajat, 2010).
Tujuh persen populasi di Amerika Serikat menderita apendisitis dengan
insidensi 1,1 kasus tiap 1000 orang per tahun. Angka kejadian apendisitis akut
mengalami kenaikan dari 7,62 menjadi 9,38 per 10.000 dari tahun 1993 sampai
2008 (Buckius.et.al , 2011). Menurut Departemen Kesehatan RI pada tahun 2006,
apendisitis menempati urutan keempat penyakit terbanyak di Indonesia setelah
dispepsia, gastritis dan duodenitis, dan penyakit sistem cerna lain dengan jumlah
pasien rawat inap sebanyak 28.040. Penyakit ini dapat dimulai saat lahir,
mengalami puncak di usia remaja akhir dan menurun di usia lanjut. Apendisitis
dapat ditemukan pada semua umur, jarang pada anak kurang dari satu tahun.
Insidensi tertinggi kelompok usia 20-30 dominasi pria, selain itu sebanding
(Hafid 2005).

4
Apendisitis akut merupakan salah satu kasus tersering dalam bidang
bedah abdomen. Rata-rata 7% populasi di dunia menderita apendisitis dalam
hidupnya (Agrawal,2008).
Selain itu, juga di laporkan hasil survey angka insidensi apendisitis,
dimana terdapat 11 kasus apendisitis pada setiap 1000 orang di Amerika
(Dahmardehei, 2013).
Perbandingan angka kejadian pada remaja : dewasa muda adalah 3 : 2 dan
didominasi pria. Pada orang dewasa, angka kejadian apendisitis 1,4 kali lebih
banyak pada pria dibanding wanita dan risiko terkena apendisitis sebanyak 8,6%
pada pria dan 6,7% pada wanita3,6. 6,7% pada wanita. Terdapat 12 % pria dan
25% wanita yang melakukan operasi apendektomi dan 7% diantaranya
mengalami apendisitis akut. Berdasarkan 10 tahun penelitian mulai tahun 1987 –
1997 didapatkan penurunan kasus operasi apendektomi yang sesuai dengan
penurunan insidensi apendektomi. Didapatkan pula rata- rata usia pasien yang
mengalami apendisitis adalah 31,3 tahun dengan usia tengah 22 (Bunicardi,
2010). (Dahmardehei, 2013)

Di dalam makalah ini kami akan membahas seputar gangguan pencernaan


pada apendiks atau biasa dikenal dengan apendisitis yang meliputi konsep medic
dan konsep keperawatan.

5
1.2 Tujuan

a. Tujuan Umum

Tujuan umum dari pembuatan makalah ini adalah untuk membahas secara
detail mengenai penyakit apendisitis

b. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari pembuatan makalah ini adalah:


1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian apendisitis
2. Mahasiswa dapat mengetahui etiologi apendisitis

3. Mahasiswa dapat mengetahui prognosis apendisitis

4. Mahasiswa dapat mengetahui manifestasi klinis apendisitis

5. Mahasiswa dapat mengetahui pemeriksaan diagnostik apendisitis

6. Mahasiswa dapat mengetahui penatalaksanaan apendisitis

7. Mahasiswa dapat mengetahui pengkajian pasien apendisitis

8. Mahasiswa dapat mengetahui diagnosa keperawatan apendisitis

9. Mahasiswa dapat mengetahui intervensi keperawatan apendisitis

6
BAB II

KONSEP MEDIK

2.1 Definisi

Apendisitis merupakan inflamasi di apendiks yang dapt terjadi tanpa


penyebab yang jelas, setelah obstruksi apendiks oleh feses atau akibat terpuntirnya
apendiks atau pembuluh darahya (Corwin, 2009).

Apendisitis adalah kondisi di mana infeksi terjad di umbai cacing. Dalam


kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan
laparotomi dengan penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi. Bila tidak terawat,
angka kematian cukup tinggi, dikarenakan oleh peritonitis dan shock ketika umbai
cacing yang terinfeksi hancur.

2.2 Etiologi

Appendicitis umumnya terjadi karena infeksi bakteri. Berbagai hal berperan


sebagai faktor pencetus. Diantaranya adalah obstruksi yang terjadi pada lumen
apendiks. Obstruksi ini biasanya disebabkan karena adanya timbunan tinja yang
keras (fekalit), hyperplasia jaringan limfoid, tumor apendiks, benda asing dalam
tubuh dan cacing askaris dapat pula menyebabkan terjadinya sumbatan. Namun,
diantara penyebab obstruksi lumen yang telah disebutkan di atas, fekalit dan
hyperplasia jaringan limfoid merupakan penyebab obstruksi yang paling sering
terjadi. Penyebab lain yang diduga menimbulkan apendisitis adalah ulserasi mukosa
apendiks oleh parasit E. histolytica. Adanya obstruksi mengakibatkan mucin atau
cairan mucosa yang diproduksi tidak dapat keluar dari apendiks, hal ini akan semakin
meningkatkan tekanan intraluminal sehingga menyebabkan tekanan intra mucosa

7
juga semakin tinggi. Tekanan yang tinggi akan menyebabkan infiltrasi kuman ke
dinding apendiks sehingga terjadi peradangan supuratif yang menghasilkan pus atau
nanah pada dinding apendiks. Selain infeksi, appendicitis juga dapat disebabkan oleh
penyebaran infeksi dari organ lain yang kemudian menyebar secara Hematogen ke
apendiks (Mansjoer et.al., 2005 )

2.3 Prognosis
Kebanyakan pasien setelah operasi appendektomi sembuh spontan tanpa
penyulit, namun komplikasi dapat terjadi apabila pengobatan tertunda atau telah
terjadi peritonitis/peradangan di dalam rongga perut. Cepat dan lambatnya
penyembuhan setelah operasi usus buntu tergantung dari usia pasien, kondisi,
keadaan umum pasien, penyakit penyerta misalnya diabetes mellitus, komplikasi dan
keadaan lainya yang biasanya sembuh antara 10 sampai 28 hari (Sanyoto, 2007).
Alasan adanya kemungkinan ancaman jiwa dikarenakan peritonitis di dalam rongga
perut ini menyebabkan operasi usus buntu akut/emergensi perlu dilakukan
secepatnya. Kematian pasien dan komplikasi hebat jarang terjadi karena usus buntu
akut. Namun hal ini bisa terjadi bila peritonitis dibiarkan dan tidak diobati secara
benar (Sanyoto, 2007).

2.4 Manifestasi Klinis

Gejala awal yang khas, yang merupakan gejala klasik apendisitis adalah
nyeri samar (nyeri tumpul) didaerah epigastrium disekitar umbilikus atau
periumbilikus. Keluhan ini biasanya disertai dengan rasa mual, bahkan terkadang
muntah, dan pada umumnya nafsu makan menurun. Kemudian dalam beberapa jam,
nyeri akan beralih ke kuadran kanan bawah, ke titik Mc burney. Di titik ini nyeri
terasa lebih tajam dan jelas letaknya, sehingga merupakan nyeri somatik setempat.
Namun terkadang, tidak dirasakan adanya nyeri di daerah epigastrium, tetapi terdapat
konstipasi sehingga penderita merasa memerlukan obat pencahar. Tindakan ini
diaggap berbahaya karena bisa mempermudah terjadinya perforasi. (Nurarif, 2015)

8
Beberapa tanda dan gejala appendicitis:
a. Malaise Obstruksi
Obstruksi lumen
lumen (fekolit,
(fekolit, tumor,
tumor, dll)
dll)
b. Takikardi
c. Nyeri tekan/lepas
d. Penurunan atau tidak ada bising usus
Mukus mengalami bendungan

2.5 Klasifikasi
Peningkatan tekanan
Klasifikasi dari apendisitis yaitu :
intralumen dinding apendiks

a. Apendisitis akut, dibagi atas: Apendisitis akut fokalis atau segmentalis, yaitu
setelah sembuh akan timbulEdema
strikturdan ulserasi
lokal. mukosa purulenta difusi
Apendisitis Apendisitis
yaituakut fokal
sudah
bertumpuk nanah
b. Apendisitis kronis, dibagi atas: Apendisitis kronis fokalis atau parsial, setelah
Aliran darah terputus
sembuh akan timbul striktur lokal. Apendisitis kronis obliteritiva yaitu apendiks
miring, biasanya ditemukan pada usia tua.

Obstruksi vena meningkat, bakteri


menembus dinding usus

Peradangan peritonium
Apendisitis supuratif
akut

Aliran darah arteri


terganggu

Ganggren Apendisitis
gangrenosa

Dinding apendiks rapuh

2.6 Patofisiologi
Infiltrate Perforasi
9

Apendisitis infiltrasi
Apendisitis perforasi
Skema 1.

Sumber :

(De Jong 2005).

Pada dasarnya appendicitis akut adalah suatu proses penyumbatan yang


mengakibatkan mukus yang diproduksi mukosa mengalami bendungan. Makin lama

10
mucus tersebut makin banyak, namun elastisitas dinding apendiks mempunyai
keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intralumen. Tekanan yang
meningkat tersebut akan menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema,
diapedesis bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada saat inilah terjadi apendisitis akut fokal
yang ditandai oleh nyeri epigastrium. (De Jong 2005).
Peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga
menimbulkan nyeri di daerah kanan bawah. Keadaan ini disebut dengan apendisitis
supuratif akut. Kemudian setelah mukosa terkena juga terinvasi sehingga akan
merangsang peritoneum parietale timbul nyeri somatic yang khas yaitu di sisi kanan
bawah ( Titik Mc Burney ). Titik Burney terletak 1/3 lateral garis yang
menghubungkan SIAS dan umbilicus. (De Jong 2005).

Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang
diikuti dengan gangren. Stadium ini disebut dengan apendisitis gangrenosa. Bila
dinding yang telah rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis perforasi. (De Jong 2005).

Bila semua proses di atas berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan
bergerak ke yaitu denganarah apendiks sehingga melokalisasi daerah inflamasi
mengelompok dan membentuk suatu infiltrate apendiks dan disebut proses walling
off. Peradangan apendiks tersebut dapat menjadi abses atau menghilang. (De Jong
2005).

Pada orangtua kemungkinan terjadi perforasi lebih besar karena daya tahan tubuh
sudah lemah dan telah ada gangguan pembuluh darah. Pada anak-anak, karena
omentum lebih pendek dan apendiks lebih panjang, dinding apendiks lebih tipis.
Keadaan tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih kurang
memudahkanterjadinya perforasi.

2.7 Komplikasi

11
Komplikasi terjadi akibat keterlambatan penanganan Apendisitis. Faktor
keterlambatan dapat berasal dari penderita dan tenaga medis. Faktor penderita
meliputi pengetahuan dan biaya, sedangkan tenaga medis meliputi kesalahan
diagnosa, menunda diagnosa, terlambat merujuk ke rumah sakit, dan terlambat
melakukan penanggulangan. Kondisi ini menyebabkan peningkatan angka morbiditas
dan mortalitas. Proporsi komplikasi Apendisitis 10-32%, paling sering pada anak
kecil dan orang tua. Komplikasi 93% terjadi pada anak-anak di bawah 2 tahun dan
40-75% pada orang tua. CFR komplikasi 2-5%, 10-15% terjadi pada anak-anak dan
orang tua.43 Anak-anak memiliki dinding appendiks yang masih tipis, omentum lebih
pendek dan belum berkembang sempurna memudahkan terjadinya perforasi,
sedangkan pada orang tua terjadi gangguan pembuluh darah. Adapun jenis komplikasi
diantaranya:
1. Abses
Abses merupakan peradangan appendiks yang berisi pus. Teraba massa lunak di
kuadran kanan bawah atau daerah pelvis. Massa ini mula-mula berupa flegmon dan
berkembang menjadi rongga yang mengandung pus. Hal ini terjadi bila Apendisitis
gangren atau mikroperforasi ditutupi oleh omentum
2. Perforasi
Perforasi adalah pecahnya appendiks yang berisi pus sehingga bakteri menyebar ke
rongga perut. Perforasi jarang terjadi dalam 12 jam pertama sejak awal sakit, tetapi
meningkat tajam sesudah 24 jam. Perforasi dapat diketahui praoperatif pada 70%
kasus dengan gambaran klinis yang timbul lebih dari 36 jam sejak sakit, panas lebih
dari 38,50C, tampak toksik, nyeri tekan seluruh perut, dan leukositosis terutama
polymorphonuclear (PMN). Perforasi, baik berupa perforasi bebas maupun
mikroperforasi dapat menyebabkan peritonitis.
3. Peritononitis
Peritonitis adalah peradangan peritoneum, merupakan komplikasi berbahaya yang
dapat terjadi dalam bentuk akut maupun kronis. Bila infeksi tersebar luas pada
permukaan peritoneum menyebabkan timbulnya peritonitis umum. Aktivitas
peristaltik berkurang sampai timbul ileus paralitik, usus meregang, dan hilangnya
cairan elektrolit mengakibatkan dehidrasi, syok, gangguan sirkulasi, dan oligouria.
12
Peritonitis disertai rasa sakit perut yang semakin hebat, muntah, nyeri abdomen,
demam, dan leukositosis.

2.8 Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan Fisik menurut (Sjamsuhidajat, 2005)


 Inspeksi : pada apendisitis akut sering ditemukan adanya abdominal
swelling, sehingga pada pemeriksaan jenis ini biasa ditemukan distensi
perut.
 Palpasi : pada daerah perut kanan bawah apabila ditekan akan terasa
nyeri dan bila tekanan dilepas juga akan terasa nyeri. Nyeri tekan perut
kanan bawah merupakan kunci diagnosis dari apendisitis. Pada
penekanan perut kiri bawah akan dirasakan nyeri pada perut kanan
bawah ini disebut tanda Rovsing (Rovsing Sign). Apabila tekanan di
perut kiri bawah dilepaskan juga akan terasa nyeri pada perut kanan
bawah.Ini disebut tanda Blumberg (Blumberg Sign).
 Pemeriksaan colok dubur : pemeriksaan ini dilakukan pada apendisitis,
untuk menentukan letak apendiks, apabila letaknya sulit diketahui.
Jika saat dilakukan pemeriksaan ini dan terasa nyeri, maka
kemungkinan apendiks yang meradang terletak didaerah pelvis.
Pemeriksaan ini merupakan kunci diagnosis pada apendisitis pelvika.
 Pemeriksaan uji psoas dan uji obturator : pemeriksaan ini juga
dilakukan untuk mengetahui letak apendiks yang meradang. Uji psoas
dilakukan dengan rangsangan otot psoas lewat hiperektensi sendi
panggul kanan atau fleksi aktif sendi panggul kanan, kemudian paha
kanan ditahan. Bila appendiks yang meradang menempel di m. psoas
mayor, maka tindakan tersebut akan menimbulkan nyeri. Sedangkan
pada uji obturator dilakukan gerakan fleksi dan endorotasi sendi
panggul pada posisi terlentang. Bila apendiks yang meradang kontak
dengan m.obturator internus yang merupakan dinding panggul kecil,

13
maka tindakan ini akan menimbulkan nyeri. Pemeriksaan ini dilakukan
pada apendisitis pelvika.
 Sign of Appendicitis

Rovsign’s sign Positif jika dilakukan palpasi


dengan tekanan pada kuadran kiri
bawah dan timbul nyeri pada sisi
kanan

Psoas sign atau Obraztsova’s sign Pasien dibaringkan pada sisi kiri,
kemudian dilakukan ekstensi dari
panggul kanan. Positif jika timbul
nyeri pada kanan

Obturator sign Pada pasien dilakukan fleksi


panggul dan dilakukan otasi
internal pada panggul. Positif jika
timbul nyeri pada hipogastrium
atau vagina

Dumphy’s sign Pertambahan nyeri pada tertis


kanan bawah dengan batuk

Ten Horn sign Nyeri yang timbul saat dilkukan


traksi lembut pada korda
spermatic kanan

Kocher (Kosher)’s sign Nyeri pada awalnya pada daerah


epigastrium atau sekitar pusat,
kemudia berpindah ke kuadaran
kanan bawah

Sitkovskiy (Rosentein)’s sign Nyeri yang semakin bertambah


pada perut kuadran kanan bawah

14
saat pasien dibaringkan pada sisi
kiri

Bartomier-Michelson’s sign Nyeri yang semakin bertambah


pada kuadran kanan bawah pada
pasien dibanringkan pada sisi kiri
dibandingkan dengan posisi
terlentang

Aure-Rozanova’s sign Bertambahnya nyeri dengan jari


pada petit triangle kanan (akan
positif Shchetkin-Bloomberg’s
sign)

Blumberg sign Disebut juga dengan nyeri lepas.


Palpasi pada kuadran kananbawah
kemudian dilepaskan tiba-tiba.

2. Pemeriksaan Penunjang menurut (Sjamsuhidajat, 2005)


 Laboratorium : terdiri dari pemeriksaan darah lengkap dan test protein
reaktif (CRP). Pada pemeriksaan darah lengkap ditemukan jumlah
leukosit antara10.000-20.000/ml (leukositosis) dan neutrofil diatas
75%, sedangkan pada CRP ditemukan jumlah serum yang meningkat.
(Mansjoer, 2005)
 Radiologi : terdiri dari pemeriksaan ultrasonografi dan CT-scan. Pada
pemeriksaan ultrasonografi ditemukan bagian memanjang pada tempat
yang terjadi inflamasi pada apendiks. Sedangkan pada pemeriksaan
CT-scan ditemukan bagian yang menyilang dengan apendikalit serta
perluasan dari apendiks yang mengalami inflamasi serta adanya
pelebaran sekum

15
2.9 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan apendisitis menurut (Saferi.dkk , 2013) :

a. Sebelum operasi
1. Observasi
Dalam 8-12 jam setelah timbulnya keluhan, tanda dan gejala apendisitis
seringkali belum jelas, dalam keadaan ini observasi ketat perlu dilakukan.
Pasien diminta melakukan tirah baring dan dipuasakan. Laksatif tidak
boleh diberikan bila dicurigai adanya apendisitis ataupun peritonitis
lainnya. Pemeriksaan abdomen dan rectal serta pemeriksaan darah
(leukosit dan hitung jenis) diulang secara periodic, foto abdomen dan
toraks tegak dilakukan untuk mencari kemungkinan adanya penyulit lain.
Pada kebanyakan kasus, diagnosis ditegakkan dengan lokalisasi nyeri di
daerah kanan bawah dalam 12 jam setelah timbulnya keluhan.
2. Antibiotic
Apendisitis tanpa komplikasi biasanya tidak perlu diberikan antibiotic,
kecuali apendisitis gangrenosa atau apendisitis perforasi. Penundaan
tindak bedah sambil memberikan antibiotic dapat mengakibatkan abses
atau perforasi.
b. Operasi
1. Apendiktomi
2. Apendiks dibuang jika apendiks mengalami perforasi bebas, maka
abdomen dicuci dengan garam fisiologis dan antibiotika.
3. Abses apendiks diobati dengan antibiotika IV, massanya mungkin
mengecil atau abses mungkin memerlukan drainase dalam jangka waktu
beberapa hari. Apendiktomi dilakukan bila abses dilakukan operasi efektif
sesudah 6 minggu sampai 3 bulan
4. Pasca operasi dilakukan observasi tanda-tanda vital untuk mengetahui
terjadinya perdarahan di dalam, syok, hipertermia, atau gangguan
pernapasan angkat sonde lambung bila pasien sudah sadar, sehingga
aspirasi cairan lambung dapat dicegah, baringkan pasien dalam posisi
fowler, pasien dikatakan baik bila dala 12 jam tidak terjadi gangguan,

16
selama itu pasien dipuasakan bila tindakan operasi lebih besar misalnya
pada operasi atau pada peritonitis umum, puasa diteruskan sampai fungsi
usus kembali normal. Satu hari pasca operasi pasien dianjurkan untuk
duduk tegak di tempat tidur selama 2x 30 menit.
Hari kedua dapat dianjurkan untuk duduk diluar kamar. Hari ketujuh jaitan
dapat diangkat dan pasien diperboleh pulang.

BAB III

KONSEP KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

Dalam melakukan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar utama dan hal
yang penting di lakukan baik saat pasien pertama kali masuk rumah sakit maupun
selama pasien dirawat di rumah sakit.

1. Biodata Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan,


agama, suku/ bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat dan nomor register.
2. Lingkungan Dengan adanya lingkungan yang bersih, maka daya tahan tubuh
penderita akan lebih baik daripada tinggal di lingkungan yang kotor.
3. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama Nyeri pada daerah kuadran kanan bawah, nyeri sekitar
umbilikus.
b. Riwayat kesehatan dahulu

c. Riwayat operasi sebelumnya pada kolon.

17
Sejak kapan keluhan dirasakan, berapa lama keluhan terjadi, bagaimana sifat
dan hebatnya keluhan, dimana keluhan timbul, keadaan apa yang
memperberat dan memperingan.

4. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi Pada apendisitis akut sering ditemukan adanya abdominal
swelling, sehingga pada pemeriksaan jenis ini biasa ditemukan distensi
abdomen.
b. Palpasi
Pada daerah perut kanan bawah apabila ditekan akan terasa nyeri. Dan bila
tekanan dilepas juga akan terasa nyeri. nyeri tekan perut kanan bawah
merupakan kunci diagnosis dari apendisitis. Pada penekanan perut kiri
bawah akan dirasakan nyeri pada perut kanan bawah, ini disebut tanda
Rovsing (Rovsing sign). Dan apabila tekanan pada perut kiri dilepas maka
juga akan terasa sakit di perut kanan bawah, ini disebut tanda Blumberg
(Blumberg sign).
c. Pemeriksaan colok dubur
Pemeriksaan ini dilakukan pada apendisitis untuk menentukkan letak
apendiks apabila letaknya sulit diketahui. Jika saat dilakukan pemeriksaan
ini terasa nyeri, maka kemungkinan apendiks yang meradang di daerah
pelvis. Pemeriksaan ini merupakan kunci diagnosis apendisitis pelvika.
d. Uji psoas dan uji obturator
Pemeriksaan ini dilakukan juga untuk mengetahui letak apendiks yang
meradang. Uji psoas dilakukan dengan rangsangan otot psoas mayor lewat
hiperekstensi sendi panggul kanan, kemudian paha kanan ditahan. Bila
apendiks yang meradang menempel pada m.psoas mayor, maka tindakan
tersebut akan menimbulkan nyeri. Sedangkan pada uji obturator dilakukan
gerakan fleksi dan andorotasi sendi panggul pada posisi terlentang. Bila
apendiks yang meradang kontak dengan m.obturator internus yang
merupakan dinding panggul kecil, maka tindakan ini akan menimbulkan
nyeri. Pemeriksaan ini dilakukan pada apendisitis pelvika.

18
5. Perubahan pola fungsi
Data yang diperoleh dalam kasus apendisitis menurut Doenges (2000) adalah
sebagai berikut :
a. Aktivitas/ Istirahat
Gejala : Malaise
b. Sirkulasi
Tanda : Takikardi
c. Eliminasi
Gejala : Konstipasi pada awitan awal. Diare (kadang-kadang).
Tanda : Distensi abdomen, nyeri tekan/ nyeri lepas, kekakuan.
: Penurunan atau tidak ada bising usus.
d. Makanan / cairan
Gejala : Anoreksia.
: Mual/muntah.
e. Nyeri / kenyamanan

Gejala : Nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilikus yang


meningkat berat dan terlokalisasi pada titik Mc.Burney (setengah jarak
antara umbilikus dan tulang ileum kanan), meningkat karena berjalan,
bersin, batuk, atau napas dalam (nyeri berhenti tiba-tiba diduga perforasi
atau infark pada apendiks).

Keluhan berbagai rasa nyeri/ gejala tak jelas (berhubungan dengan lokasi
apendiks, contoh : retrosekal atau sebelah ureter).

Tanda : Perilaku berhati-hati ; berbaring ke samping atau telentang dengan


lutut ditekuk. Meningkatnya nyeri pada kuadran kanan bawah karena
posisi ekstensi kaki kanan/ posisi duduk tegak. : Nyeri lepas pada sisi kiri
diduga inflamasi peritoneal.

f. Pernapasan
Tanda : Takipnea, pernapasan dangkal.
g. Keamanan
Tanda : Demam (biasanya rendah).
6. Pemeriksaan Diagnostik

19
Laboratorium : terdiri dari pemeriksaan darah lengkap dan test protein reaktif
(CRP). Pada pemeriksaan darah lengkap ditemukan jumlah leukosit antara
10.000-20.000/ml (leukositosis) dan neutrofil diatas 75%. Sedangkan pada
CRP ditemukan jumlah serum yang meningkat.

Radiologi : terdiri dari pemeriksaan ultrasonografi dan CT-scan. Pada


pemeriksaan ultrasonografi ditemukan bagian memanjang pada tempat yang
terjadi inflamasi pada apendiks. Sedangkan pada pemeriksaan CT-scan
ditemukan bagian mennyilang dengan apendikalit serta perluasan dari
apendiks yang mengalami inflamasi serta pelebaran sekum.

3.2 Diagnosa Keperawatan

a. Hipertermia (00006) Domain 11. Keamanan/ perlindungan Kelas 6.


Termoregulasi
b. Nyeri akut 00132) Domain 12. Kenyamanan Kelas 1. Kenyamanan
fisik.

c. Kekurangan volume cairan (00027) Domain 2 : nutrisi Kelas 5 :


hidrasi

d. Mual (00134) Domain 12 : kenyamanan Kelas 1 : kenyamanan fisik

e. Kerusakan integritas jaringan (00044) Domain 11 : keamanan /


perlindungan Kelas 2 : Cedera fisik

f. Gangguan rasa nyaman ( 00214) Domain 12 : kenyamanan Kelas 1 :


Kenyaman fisik

g. Resiko ketidakefektifan perfusi gastrointestinal(00202) Domain: 4


(Aktivitas/istirahat) Kelas: 4 (Respon kardiovaskular/pulmonal

20
h. Resiko infeksi (00004) Domain: 11 (Keamanan dan
perlndungan)Kelas: 1 (Infeksi)

i. Ansietas (00146) Domain 9 : Koping/Toleransi stress Kelas 2 :


Respons koping

21
Invasi dan multiplikasi bakteri, obstruksi apendisitis
lumen (fekolit, tumor, dll)

Dehidrasi Mual, muntah anestesi OPERASI ansietas

Luka incisi
↓ peristaltik
kekurangan
kekurangan Mual Kerusakan
usus
volume
volume cairan Kerusakan jaringanan integritas jaringan

Distensi Ujung saraf terputus


abdomen

Pelepasan prostaglandin
Gangguan rasa
nyaman Sensitivitas reseptor nyeri

3.3 WOC Stimulasi dihantarkan

Spinal chord

Cortex cerebri

Nyeri dipersepsikan

22
Nyeri akut
Pintu masuk Sekresi mucuk berlebih pada Bakteri melepas pirogen eksogen
kuman lumen apendik

Tekanan intraluminal lebih dari


tekanan vena Sel darah putih melepas IL-1, IL6
Resiko infeksi

Ulserasi daan edema


Menginduksi PGE2 di hipotalamus

Obstruksi vena, bakteri menembus


dinding
Suhu naik

Peradangan pada peritonium

Hipertermia
Aliran darah arteri tergangggu

gangren

perforasi

Resiko ketidakefektifan perfusi


jaringa gastrointestinal

23
3.4 Rencana Asuhan Keperawatan

1. Dx keperawatan NOC NIC Rasional

2. Hipertermia( 0000 NOC : NIC : Observasi


Observasi
6) - Thermolegul - Untuk
- Monitor suhu
ation melihat
Domain 11.
Setelah dilakukan sesering
kenaikan
Keamanan/
tindakan …..x24 jam mungkin
suhu yang
perlindungan - Monitor intake
suhu tubuh dalam
Kelas 6. terjadi
dan output
rentang normal
Termoregulasi - Monitor TD, - Meliahat
Kriteria
nadi , suhu, perubahan
Definisi :
Hasil :
Peningkatan suhu dan RR yang terjadi
- Suhu tubuh - Monitor
tubuh di atas saat demam
dalam frekuensi dan
rentang normal dengan
rentang irama
melihat
Batasan
normal pernapasan
tanda-tanda
karakteristik : - Nadi dan RR
vital
- Suhu tubuh dalam Mandiri
- Melihat
meningkat di atas rentang - Kompres
perubahan
rentang normal normal pasien pada
frekuensi
Faktor yang lipat paha dan
dan irama
berhubungan : aksila

24
- Ketidakmampuan - Selimuti pernapasan
atau penurunan pasien untuk yang terjadi
kemampuan untuk mencegah saat demam
berkeringat hilangnya Mandiri
- Malnutrisi kehangatan - Kompres
tubuh berguna
- Gunakan kipas
untuk
yang berputar
menurunkan
di rungan
suhu
pasien
- Untuk
- Anjurkan
mencegah
asupan cairan
hilangnya
oral,
kehangatan
sedikitnya 2
tubuh
liter sehari ,
- Agar pasien
dengan
tidak
tambahan
merasa
cairan selama
panas
aktivitas yang
- Demam
berlebihan atau
menyebabk
aktivitas
an cairan
sedang dalam
keluar dari
cuaca panas.
tubuh
HE
melalui
- Ajarkan
kulit, pasien
pasien/keluarg
harus
a dalam
meningkatk
mengukur
an asupan
suhu untuk

25
mencegah dan cairan agar
mengenali cairan
secara dini terpenuhi
hipertermia HE
(misalnya, - Keluarga
sengatan dapat
panas, dan mencegah
keletihan dan
akibat panas) mengenali
Kolaboratif hipertemi
- Berikan obat dengan
antipiretik , mengetahui
jika perlu cara
- Gunakan
mengukur
matras dingin
suhu tubuh
dan mandi air
Kolaboratif
hangat untuk
- Obat
mengatasi
antipiretik
gangguan suhu
berguna
tubuh, jika
untuk
perlu
menuunkan
panas
- Penggunaan
matras dan
mandi air
hangat
untuk
menyesuaik

26
an suhu
tubuh
dengan
lingkungan
2 Nyeri akut NOC NIC Observasi
Observasi
(00132)
Domain 12. - Tissue - Untuk
- Lakukan
Kenyamanan integrity : menentukan
pengkajian
Kelas 1. skin and diagnose
nyeri secara
Kenyamanan fisik. Mucous yang terjadi
Definisi : - Membranes komprehensif
juga untuk
Pengalaman - Hemodyalis termasuk
menentukan
sensori dan akses lokasi,
lokasi,
emosional yang Setelah karakteristik,
kualitas,
tidak dilakukan durasi,
frekuensi
menyenangkan tindakan frekuensi,
dan nyeri
yang muncl akibat …..x24 jam kualitas dan
yang
kerusakan tingkatan factor
dirasakan
jeringan yang nyeri presipitasi
- Melihat
actual atau berkurang/ny - Monitor
respon
potensial atau eri teratasi. penerimaan
Kriteria pasien
digambarkan pasien tentang
Hasil : setelah
dalam hal manajemen
diberikan
kerusakan - Integritas nyeri
manajemen
sedemikianr rupa kulit yang - Evaluasi
nyeri
(International baik bisa pengalaman
apakah
Association for dipertahanka nyeri masa
nyeri
the study of n (sensasi, lampau
- Control berkurang
Pain) : awitan elastisitas,
lingkungan atau tidak
yang tiba-tiba ata temperatur,

27
lambat dari hidrasi,pigme yang dapat - Menentukan
intensitas ringan ntasi) tidak mempengaruhi tindakan
hingga berat ada luka/lesi nyeri seperti melalui
dengan akhir yang pada kulit suhu ruangan, nyeri yang
- Perfusi
dapat diantisipasi penchayaan dirasakan
jaringan baik
atau diprediksi dan kebisingan dahulu
- Menunjukka
- Observasi
dan berlangsung - Keadaan
n
reaksi
<6 bulan lingkungan
pemahaman
nonverbal dari
Batasan dapat
dalam proses
ketidaknyaman
karakteristik: mempengar
perbaikan
an
uhi tingkat
kulit dan - Kaji tipe dan
- Perubahan selera nyeri
mencegah sumber nyeri
makan - Melihat
- Perubahan terjadinya untuk
reaksi
tekanan darah cedera menentukan
- Perubahan pasien
berulang intervensi
frekwensi secara
- Mampu
pernapasan Mandiri nonverbal
melindungi
- Mengekspresikan saat
kulit dan - Bantu pasien
perilaku (mis., mengalami
mempertahan mengidentifika
gelisah, merengek, nyeri dapat
kan si tindakan
mengangis) menentukan
- Sikap melindungi kelembaban kenyamanan
skala nyeri
area nyeri kulit dan yang efektif di
- Focus menyempit - Untuk
perawatan masa lalu
(mi.s gangguan memberikan
alami seperti,
persepsi nyeri, intervensi
distraksi,
hambatan proses agar nyeri
relaksasi, atau
berfikir, berkurang
kompres
penurunan Mandiri
hangat/dingin

28
interaksi dengan - Bantu pasien - Melakukan
orang dan untuk lebih distraksi,
lingkungan) berfokus pada relaksasi,
Faktor yang aktivitas bukan dan
berhubungan: pada nyeri dan kompres
Agen cedera (mis.,
rasa tidak agar nyeri
biologis, zat
nyaman berkurang
kimia, fisik,
dengan - Agar pasien
psikologis
melakukan tidak
pengalihan terfokus
melalui tv, merasakan
radio, tape dan nyeri yang
interaksi di alami
penunjang - Istirahat
- Tingkatkan
berguna
istirahat
agar daerah
HE :
sayatan dan
- Informasikan organ yang
kepada pasien dilakukan
tentang operasi
prosedur yang tetap
dapat mendapatka
meningkat n suplai
nyeri dan oksigen yg
tawarkan adekuat
strategi koping HE
yang
- Agar pasien
disarankan
secara
Kolaborasi

29
- Menggunakan mandiri
agen-agen dapat
farmakologi mengatasi
untuk nyeri yang
mengurangi dirasakan
atau Kolaborasi
menghilangka
- Obat-obatan
n nyeri
seperti
analgesic
dapat
mengurangi
/menghilang
kan nyeri.
3 Kekurangan NOC : NIC : Observasi
volume cairan
- Keseimbanga Observasi - - untuk melihat
(00027) - Monitor
Domain 2 : nutrisi n elektrolit masukan
Kelas 5 : hidrasi masukan
dan asam makanan/cairan
Definisi : makanan/cairan
Penurunan cairan basa dan melihat
- Keseimbanga dan hitung
intravaskuler , jumlah kalori
n cairan kalori harian
interstisial, atau harian
- Hidrasi - Monitor status
- - untuk
intrasel. Ini - Status cairan termasuk
mengetahui status
mengacu pada nutrisi : intake dan
cairan umum
dehidrasi, asupan output cairan - - untuk mengetahui
kehilangan cairan makanan dan - Monitor tanda
keadaan umum
saat tanpa cairan vital
pasien
- Monitor respon
perubahan pada Setelah - - melihat respon
pasien terhadap
natrium. dilakukan pasien terhadap
penambahan
asuhan penambahan

30
keperawatan cairan cairan apakah ada
Batasan - Monitor berat
selama ... x24 perubahan
karakteristik : badan - - untuk
jam
Subjektif : haus - Monitor adanya
mengetahui berat
Objektif : kekurangan
tanda gagal
badan pasien
volume
- Perubahan status ginjal - - melihat adanya
cairan
mental tanda-tanda gagal
- Penurunan turgor teratasi Mandiri
ginjal
Kriteria hasil :
kulit dan lidah -
- Tentukan
- Kulit dan membran mandiri
- Mempertahanka
jumlah cairan
mukosa kering
n urine output
- Suhu tubuh meningkat yang masuk - - melihat jumlah
- Peningkatan frekuensi sesuai dengan dalam 24 jam, cairan yang
nadi, penurunan usia dan BB, BJ hitung asupan masuk dalam 24
tekanan darah, urine normal, yang jam dan
penurunan volume HT normal diinginkan mengetahui
dan tekanan nadi - Tekanan darah,
sepanjang sif asupan yang telah
- Penurunan berat nadi, suhu tubuh
siang, sore, diberikan selama
badan yang tiba-tiba dalam batas
- Kelemahan dan malam sift siang, sore
normal - Pastikan
- Tidak ada tanda dan malam
bahwa pasien - - untuk melihat
Faktor yang dehidrasi
- Elastisitas turgor terhidrasi apakah pasien
berhubungan :
kulit baik, dengan baik terhidrasi dengan
- Kehilangan membran sebelum baik sebelum
volume cairan mukosa lembab, pembedahan pembedahan
- Tingkatkan - - untuk menambah
aktif tidak ada rasa
- Kegagalan asupan oral cairan
haus yang
mekanisme HE
berlebihan HE
regulasi - Anjurkan
- agar pasien
pasien untuk
terhindar dari
menginformas

31
ikan perawat haus
- agar pasien bisa
bila haus
- Dorong makan
Kolaborasi
keluarga
- untuk memenuhi
untuk
cairan kebutuhan
membantu
tubuh
pasien makan

Kolaborasi
- Berikan IV
sesuai dengan
program

4 Mual (00134) NOC NIC Observasi


Domain 12 : Observasi
kenyamanan - Selera makan - untuk
Kelas 1 : - Tingkat - Pantau gejala
mengetahui
kenyamanan fisik kenyamanan subjektif mual pada
keluhan dari
- Hidrasi
pasien
Definisi : - Pengendalian pasien
- Kaji penyebab
Perasaan subjektif, - untuk
mual muntah
mual
seperti gelombang - Mual dan mengetahui
- Pantau
yang tidak muntah : efek penyebab dari
kecenderungan
menyenangkan gangguan mual
peningkatan atau
- Keparahan mual - untuk
dibelakang penurunan berat
dan muntah mengetahui
tenggorok, - Status nutrisi : badan
apakah terjadi
epigastrium, atau - pantau adanya
asupan makanan
peningkatan
abdomen yang pembengkakan,
dan cairan
dan penurunan
dapat mendorong pelunakan,
berat badan
keinginan untuk Setelah penyusutan, dan
- memantau
muntah dilakukan peningkatan

32
Batasan asuhan perdarahan pada apakah terjadi
karakteristik : keperawatan gusi pembengkakaa
- pantau tingkat
selama ... x24 n, pelunakan,
- Menghindari energi, malaise,
jam mual dan penyusutan,
makanan keletihan, dan
- Sensasi ingin muntah dan
kelemahan
muntah teratasi peningkatan
- pantau asupan
- Peningkatan Kriteria
perdarahan
kalori dan makanan
produksi saliva hasil :
gusi pada
- Peningkatan Mandiri
- Mual akan pasien
menelan - untuk
- pertahankan
- Rasa asam berkurang
kebersihan klien mengetahui
didalam mulut
dan tempat tidur tingkat energi,
saat terjadi muntah malaise,
Faktor yang
keletihan dan
berhubungan : - jangan
kelemahan
menjadwalkan
- Iritasi lambung pada pasien
- Distensi lambung tindakan yang - untuk
- Peningkatan menyebabkan nyeri mengetahi
tekanan atau mual sebelum asupan kalori
intrakranial atau sesudah dan makanan
- biofisik
makan Mandiri

- berikan perawatan - agar pasien


mulut setelah merasakan
terjadi muntah nyaman
- agar pasien
HE terhindar dari

- Jelaskan penyebab mual


- dengan
mual
- Apabila memberikan

33
memungkinkan, perawatan
beri tahu pasien mulut agar
seberapa lama pasien
kemungkinan mual merasakan
akan terjadi nyaman
- Ajarkan pasien
HE
menelan untuk
secara sadar atau - Agar pasien

napas dalam untuk mengetahui

menekan refleks penyebab

muntah mual
- Ajarkan untuk - Agar pasien

makan secara mengatahui

perlahan berapa lama


mual yang
akan terjadi
kolaborasi
- agar pasien
- berikan obat dapat
antiemetik sesuai menelan
dengan anjuran secara sadar
- konsultasikan atau napas
dengan dokter dalam
untuk memberikan secara
obat pengendali refleks
nyeri yang adekuat muntah
dan tidak - agar pasien
menyebabkan mual terhidar dari
pada pasien muntah
- berikan terapi IV, - dengan
sesuai dengan makan

34
anjuran secara
perlahan
dapat
mengurangi
rasa muntah

Kolaborasi

- untuk
mencegah
atau
mengurangi
mual dan
muntah
- mencegah
nyeri dan
dapat
mengatasi
mual
- untuk
memenuhi
kebutuhan
nutrisi
pasien
3. Kerusakan NOC : NOC :
Observasi :
integritas jaringan
- Tissue integrity :
(00044) - Kaji tanda- tanda
Domain 11 : skin and mucous
- Wound healing : vital
keamanan / - Kaji tanda-tanda
primary and
perlindungan infeksi lokal

35
Kelas 2 : cedera secondary - Monitor aktivitas
fisik intention dan mobilisasi
Definisi :
Setelah dilakukan pasien
kerusakan pada - Monitor status
asuhan
membran mukosa, nutrisi pasien
keperawatan 2x24
jaringan Mandiri :
jam klien dapat
kornea,integumen,
teratasi kerusakan - Oleskan lation atau
atau subkutan.
integritas jaringan minyak/baby oil
Batasan
Kriteria Hasil :
karakteristik : pada daerah yang
- Perfusi jaringan tertekan
- Kerusakan atau - Memandikan
normal
kehancuran jaringan - Tidak ada tanda- pasien dengan
( misalnya, kornea, tanda infeksi sabun dan air
- Ketebalan dan
membran hangat
tekstur jarigan - Berikan posisi yang
mukosa,integumen,
normal mengurangi
atau subkutan)
- Penyembuhan
- Kerusakan Jaringan tekanan pada luka
terjadinya proses - Lakukan teknik
Faktor yang
penyembuhan perawatan luka
berhubungan :
luka dengan steril
- Perubahan sirkulasi H.E :
- Iritan kimia - Ajarkan keluarga
( misalnya, ekskresi tentang luka dan
atau sekresi tubuh, perawatan luka
obat)
- Kekurangan atau - Ajarkan pasien
kelebihan cairan bagaimana
- Defisit cairan
membuat catatan
- Hambatan mobilitas
makanan harian.
fisik
- Kurang pengetahuan
- Berikan informasi

36
- Faktor mekanik (mis, tentang kebutuhan
tekanan, koyakan nutrisi
/robekan, friksal ) Kolaborasi :

- Pemberian
analgesik:
menggunakan
agens-agens
farmakologik
untuk mengurangi
atau
menghilangkan
nyeri
- Kolaborasi ahli
gizi pemberian
diet TKTP
(tinggi kalori
tinggi protein).

6 NOC : NIC : Rasional


Gangguan rasa nyaman Observasi : Observasi
( 00214) - Ansiety
Domain 12 : kenyamanan - deteksi dini
- Comfort,readines - Observasi TTV
Kelas 1 : kenyaman Fisik terhadap
- Identifikasi tingkat
Definisi : merasa kuramg for enchanced
kecemasan perkembangan
rasa senang, lega, dan Setelah dilakukan
- Pahami prespektif kondisi pasien
sempurna dalam dimensi asuhan
pasien terhadap dan adanya
fisik, psikospritual, keperawatan
situasi sters tanda-tanda
lingkungan, dan social. 2x24 jam klien - Dengarkan dengan
Batasan karakteristik : infeksi.
dapat teratasi penuh perhatian - Agar tingkat
- Ansietas
gangguan rasa Mandiri :
- Menangis kecemasan pada
- Gunakan
- Gangguan pola

37
tidur nyaman pendekatan yang pasien menurun
- Takut Kriteria Hasil : - Dengan
menenangkan
- Ketidakmampuan
- Temani pasien memahami
untuk rileks - Mampu
untuk memberikan prespektif
- Iritabilitas mengontrol
- Merintih keamanan dan pasien akan
kecemasan
- mengurangi takut dapat teratasi
- Mengontrol nyeri
- Melaporkan - Dorong pasien
- Agresi takut dan
perasaan tidak untuk
pengendalian diri kecemasan
nyaman - Control gejala mengungkapkan - Agar dapat
- Melaporkan gejala - Status
perasaan, mengetahui
distress kenyamanan
ketakutan, persepsi keluhan yang
melaporkan rasa meningkat
H.E : dirasakan oleh
lapar
- Gelisah pasien
- Instruksikan pasien Mandiri
- Berkeluh kesah
Faktor yang menggunakan - Dapat

berhubungan : teknik relaksasi memahami


- Gejala terkait - Lakukan perasaan yang
penyakit pendekatan dengan dirasakan oleh
- Sumber yang tidak pasien dan pasien
adekuat keluarganya - Memberikan
- Kurang kontrol - Jelaskan tentang rasa nyman
situasional penyakit yang pada pasien agar
diderita pasien teratasi
Kolaborasi : gangguan rasa
nyaman pasien.
- Pemberian obat
- Agar teratasi
untuk mengurangi
rasa takut pada
atau
pasien
menghilangkan
H.E
rasa cemas
- Agar pasien

38
mengetahui
teknik yang
diberikan
- Agar pasien dan
keluarganya
memahami
penyakit yang
diderita pasien
- Agar pasien
mengetahui
penyakit yang
diderita
Kolaborasi
- Kebutuhan
penggantian
tergantung pada
tipe
anemiadan/atau
adanya masukan
oral yang buruk
dan defisiensi
yang
diidentifikasi.
7 Resiko NOC NIC Rasional
- Bowel Observasi: Observasi
ketidakefektifan
elimination
perfusi - Monitor TTV - Mengetahui
- Circulation
gastrointestinal - Monitor status
status adanya infeksi
(00202) cairan dan - Agar Dapat
- Electrolite
Domain: 4
and acid base elektrolit mengetahui
(Aktivitas/istirahat - Monitor bising

39
) balance usus adanya kelainan
Kelas: 4 (Respon - Fluid balance - Kaji tanda-tanda - Agar cairan
- Tissue
kardiovaskular/pul gangguan didalam tubuh
perfusion:
monal) keseimbangan terpenuhi
Definisi: Berisiko abdominal organs - Melihat diare
cairan dan
terhadap Kriteria hasil: yang dialami
elektrolit
penurunan pasien apakah
- Jumlah, (membran mukosa
gastrointestinal. sering terjadi
warna, kering,sianosis,
Faktor resiko:
atau tidak
konsistensi dan jaundice).
- Melihat status
- Penyakit - Monitor diare
bau fase dalam - Memantau status pemantauan
gastrointestinal batas normal cairan, termasuk apakah asupun
(misalnya, ulkus - Tidak ada
asupan dan output dan outpunya
duodenum, atau nyeri perut - Pantau tanda-tanda
- Bising usus sama
ulkus lambung, untuuk shock - Melihat adanya
normal
kolitis iskemik, hypovelomic tanda-tanda
- Tekanan
pankreatitis (misalnya, komplikasi yang
systole dan
iskemik) menurunkan akan terjadi
diastole dalam
- Melihat asupan
rentang normal tekanan darah,
- Na, K, CL, nutrisi yang
dennyut nadi cepat
Mg, dan Biknat diberiken pada
benang,
dalam batas pasien
meningkatkan
normal Mandiri
tingkat,diaforesis
- Intake output - Melihat cairan
pernapasan,
seimbang yang akan
- Tidak ada gelisah, kulit
dipasangkan
oedem perifer teraba dingin)
- Menilai status gizi pada pasien
dan asites - Melihat apakah
- Membran pasien
lingkaran perut
mukosa lembab Mandiri:
- Hematokrit - Kelola pemberian normal atau

40
dalam batas suplemen elektrolit tidak
normal sesuai instruksi H.E
dokter - Agar pasien dan
- Ukur lingkar perut
keluarga
Health education:
memahami
- Anjurkan pasien prosedur yang
dan/ atau keluarga akan diberikan
tentang prosedur - Melihat obat
(misalnya, anti inflamasi
endoskopi,sclerosis yang akan
, dan operasi) iberikan pada
- Anjurkan pasien pasien
dan/ atu keluarga - Agar pasien
untuk menghindari memahami
penggunaan obat adanya obat-
anti inflamasi obatan yang
(misalnya, aspirin, tidak bisa
dan ibuprofen) dikonsumsi
- Mengkoordinasika Kolaborasi
n konseling untuk - Melihat jenis
pasien/ dan/ atau obat yang akan
keluarga diberikan pada
(misalnya, pendeta, pasien
pecandu alkohol - Untuk
anonim) memenuhi
Kolabolasi: kebutuhan
nutrisi dan
- Memberi obat
cairan
(misalnya,
pasien
laktulosa, atau

41
vasopresin)
- Berikan terapi IV
sesuai program
8 Resiko infeksi NOC NIC Observasi
- Knowledge: Observasi:
(00004)
Domian: 11 infection - Agar
- Monitor tanda
(Keamanan dan control mengetahui
- Risk control dan gejala
perlndungan) tanda dan
Kelas: 1 (Infeksi) Kriteria infeksi
gejala
Definisi: Berisiko sistemik lokal
hasil: infeksi yang
terhadap invasi - Monitor
mempengau
organisme patogen - Klien bebas kerentanan
Faktor resiko: hi tubuh
dari tanda terhadap
secara
dan gejala infeksi
- Penyakit kronis
umum
- Pertahanan primer infeksi Mandiri:
- Agar
- Mendeskripsi
tidak adekuat
- Bersihkan mengetahui
- Prosedur invasif kan proses
- Malnutrisi lingkungan apakah
penularan
- Kerusakan
setelah dipakai terjadi
penyakit
jaringan
pasien lain infeksi pada
faktor yang
- Cuci tangan pasien
mempengaru
setiap sebelum
hi penularan
dan sesudah Mandiri
serta
tindakan
penatalaksaa - Agar pasien
keperawatan
nnya terhindar
- Tingkatkan
- Menunjukka dari infeksi
intake nutrisi
n - Agar
- Inspeksi kulit
kemampuan pasien
dan membran
untuk terhindari
mukosa
mencegah dari infeksi
terhadap
timbulnya bakteri

42
infeksi kemerahan, mauapun
panas, infeksi virus
- Agar
drainase.
- Inspeksi pasien dapat
kondisi memenuhi
luka/insisi kebutuhan
bedah nutrisi
- Pertahankan - Untuk
teknik isolasi melihat
Health kulit dan
education: membran
mukosa
- Instruksikan
terhadap
pada keluarga/
kemerahan,
pengunjung
panas,
untuk mencuci
drainase.
tangan saat - Untuk
berkunjung melihat
meninggalkan kondisi
pasien. luka/insisi
- Instruksikan
bedah
pasien untuk - Dengan
minum menggunak
antibiotik an tehnik
sesuai resep isolasi dapat
- Ajakan pasien
terhindar
dan keluarga
dari infeksi
tanda dan
gejala infeksi HE
Kolaborasi:
- Memberi

43
- Berikan terapi tahu kepada
antibiotik keluarga/
pengunjung
untuk
mencuci
tangan saat
berkunjung
dan
meninggalk
an pasien
agar
terhindar
dari infeksi
- Instruksikan
pasien
untuk
minum
antibiotik
sesuai resep
agar
menghentik
an atau
memperlam
bat
pertumbuha
n bakteri
- Agar pasien
pasien dan
keluarga

44
mengetahui
tentang
tanda dan
gejala
infeksi
kolaborasi

- Agar dapat
menghentik
an atau
memperlam
bat
pertumbuha
n bakteri

BAB IV

PENUTUP

45
4.1 Kesimpulan

Dari pengertian diatas dapat simpulkan bahwa apendiks adalah termasuk ke


dalam salah satu organ sistem pencernaan yang terletak tepat dibawah dan melekat
pada sekum yang berfungsi sebagai imun. Apendisistis merupakan inflamasi akut
pada apendiks yang disebabkan oleh fekalit (massa keras dari feces), tumor atau
benda asing di dalam tubuh, namun ulserasi mukosa oleh parasit E. Penyebab
penyakit apendisitis adalah faktor sumbatan, faktor bakteri, kecenderungan familiar,
faktor diet dan ras serta faktor infeksi saluran pernafasan.
Histolytica juga dapat menyebabkan apendisitis. Gaya hidup individu pun
dapat menyebabkan terjadinya apendisitis, kebiasaan individu mengkonsumsi
makanan rendah serat dapat menyebabkan konstipasi yang akan menyebabkan
meningkatnya tekanan intraluminal yang berakibat timbulnya sumbatan fungsional
apendiks dan meningkatnya pertumbuhan kuman flora kolon biasa dan terjadilah
apendisitis.
Penyakit apendisitis diklasifikasikan menjadi dua,yaitu: apendisitis akut dan
apendisitis akut.
4.2 Saran

Bagi mahasiswa keperawatan diharapkan dapat memahami konsep dasar dan


konsep keperawatan penyakit apendisitis yang berguna bagi profesi dan orang sekitar
kita.
Bagi masyarakat diharapkan dapat memanfaatkan makalah ini untuk
menambah pengetahuan tentang penyakit apendisitis.
.

DAFTAR PUSTAKA

46
Agrawal, C.S. et.al. 2008. Role of Serum C-Reactive Protein and Leukocyte Count in
the Diagnosis of Acute Appendicitis in Nepalese Population. Nepal Med Coll J,
January, 11

Buckius, M. T., McGrath, B., Monk, J., Bell, T., & Ahuja, V. 2011. Changing
Epidemiology of
Acute Appendicitis in The United States: Study Period 1993-2008. J Surg Res , 185-
190.

Bunicardi, F. C., Andersen, D. K., Billiar, T. R., Dunn, D. L., Hunter, J. G., Matthews,
J. B., et al. (2010).
Schwartz's Principle of Surgery (9th ed.). United States of America: The McGraw-
Hill Companies, Inc.

Calista, Pauline. 2013. Karakterisitik Penderita Apendisitis Akut di Rumah Sakit


Immanuel Bandung. Bandung : Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha
(jurnal)

Dahmardehei, M. et.al. 2013. Diagnostic Value of Leukocytosis, ESR, CRP in Patiens


with Suspected Acute Appendicitis. Zahedan Journal of Research in Medical Science,
May, 59

Elizabeth, J, Corwin. (2009). Biku saku Fatofisiologi, EGC, Jakart

Hafid, A., & Syukur, A. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. (R. Sjamsuhidayat, & W. d.
Jong, Penyunt.) Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Mansjoer, A., Suprohaita., Wardani, W.I., Setiowulan, W., editor., “Bedah Digestif”,
dalam Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga, Jilid 2, Cetakan Kelima. Media
Aesculapius, Jakarta, 2005, hlm. 307-313.

47
Nasution Anggi Patranita.2011. “Hubungan Antara Jumlah Leukosit Dengan
Apendisitis Akut Dan Apendisitis PerforasiDi Rsu Dokter Soedarso Pontianak”.
Pontianak : Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura (jurnal)

Nurarif, dkk. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan NANDA. Bandung : Mediaction

Saferi, dkk. 2013. Keperawawatan Medikal Bedah 1. Bengkulu : NuMED

Sanyoto, D., 2007. Masa Remaja dan Dewasa. Dalam: Utama, Hendra, ed. Bunga
Rampai Masalah Kesehatan dari dalam Kandungan sampai Lanjut Usia. Jakarta:
Balai Penerbit FK UI, 297-300.

Sirma, Fitriana. 2013. Faktor Risiko Kejadian Apendisitis Di Rumah Sakit Umum
Daerah Kab. Pangkep . Makassar. STIKES Nani Hasanuddin Makassar (jurnal)

Sjamsuhidajat, R & Wim de Jong. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 3. Jakarta :
EGC

Sjamsuhidajat, R., Jong, W.D., editor., “Usus Halus, Apendiks, Kolon, Dan
Anorektum”, dalam Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2. EGC, Jakarta, 2005,hlm.639-
645.

Wim de Jong et al. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC : Jakarta

48

Вам также может понравиться