Вы находитесь на странице: 1из 7

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah melaksanakan kegiatan On the Job Learning (OJL) maka
calon kepala sekolah dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Kemampuan guru dalam menyusun dan menggunakan media
pembelajaran berbasis TIK melalui pembuatan power point sangat
menunjang dalam meningkatkan standar proses pendidikan di sekolah.
2. Kemampuan guru dalam menggunakan media pembelajaran berbasis TIK
merupakan hal yang sangat penting bagi seorang guru dalam pelaksanaan
proses pembelajaran.
3. Observasi guru junior merupakan upaya untuk meningkatkan kompetensi
yang harus dimiliki seorang kepala sekolah.
4. Melakukan kajian manajerial merupakan sarana latihan mengasah
kemampuan calon kepala sekolah dalam menelaah permasalahan yang
ada di lapangan, dan mencari alternatif solusinya.
5. Meningkatkan kompetensi di sekolah lain merupakan kegiatan studi
banding dan pengamatan terhadap salah satu kompetensi kepala sekolah.

B. Saran-saran
Berdasarkan kesimpulan yang ditemukan di atas, maka terdapat
saran-saran yang perlu disampaikan sebagai berikut:
1. Guru hendaknya dapat menyusun sendiri media pembelajaran berbasis
TIK sehingga akan menarik dan memudahkan dalam proses
pembelajaran.
2. Kepala sekolah hendaknya melakukan pemantauan terhadap media
pembelajaran yang telah dibuat, dan melakukan monev terhadap proses
pembelajaran melalui supervisi akademik.

55
56

3. Supervisi akademik sebaiknya dilakukan berkesinambungan, sehingga


dapat meningkatkan proses pembelajaran.
4. Kepala sekolah juga harus selalu melakukan kajian manajerial, agar
dapat mengetahui kekuatan dan kelemahan yang ada di sekolahnya,
sehingga dapat membuat rencana program yang akan disesuaikan dengan
kondisi di lapangan.
57

DAFTAR PUSTAKA

Haryanto, Edy. (2008). Teknologi Informasi dan Komunikasi: Konsep dan


Perkembangannya. Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi
Sebagai Media Pembelajaran

Koesnandar. 2008. Pengembangan Bahan Ajar berbasis Web, (http://www.e-


dukasi.net/artikel/index.php?id=54, diakses 19 Februari 2008)

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional


Pendidikan

Permendiknas No. 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga


Administrasi Sekolah/Madrasah

Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga


Laboratorium Sekolah/Madrasah

Permendiknas No. 28 Tahun 2010 tentang Penugasan Guru Sebagai Kepala


Sekolah/Madrasah
58

Haryanto Edy
Kolaborasi antara komputer dan internet ini telah menghasilkan sesuatu yang
baru, yang mampu menggeser cara manual menuju tatanan komunikasi dengan
cara-cara digital

Persyaratan khusus guru yang diberi tugas tambahan sebagai kepala


sekolah/madrasah yaitu memiliki sertifikat kepala sekolah/madrasah pada jenis
dan jenjang yang sesuai dengan pengalamannya sebagai pendidik yang
diterbitkan oleh lembaga yang ditunjuk dan ditetapkan Direktur Jenderal. (Pasal
2 Ayat 3 point b).

Penyiapan calon kepala sekolah/madrasah meliputi rekrutmen serta pendidikan


dan pelatihan calon kepala sekolah/madrasah. (Pasal 3 Ayat 1)

Pendidikan dan pelatihan calon kepala sekolah/madrasah dilaksanakan dalam


kegiatan tatap muka dalam kurun waktu minimal 100 (seratus) jam dan praktik
pengalaman lapangan dalam kurun waktu minimal selama 3 (tiga) bulan. (Pasal 7
Ayat 2)

Dalam pandangan manajemen, sertifikat bisa dianggap sebagai bukti formal atas
kelayakan dan kewenangan seseorang untuk memangku jabatan tertentu.
Belakangan ini (terutama setelah diberlakukannya Otonomi Daerah), kerapkali
ditemukan kasus rekrutmen kepala sekolah tanpa disertai Sertifikat Kepala
Sekolah, dan kegiatan pendidikan dan pelatihan calon kepala sekolah.

Jika seorang guru direkrut menjadi kepala sekolah tanpa sertifikat dan diklat alias
melalui proses sim salabim seperti dalam atraksi sulap, barangkali tidak salah jika
ada sebagian orang yang mempertanyakan akan kewenangan dan kelayakan yang
bersangkutan. Dengan adanya ketentuan ini, maka ke depannya diharapkan tidak
terjadi lagi kasus-kasus seperti ini sehingga sekolah benar-benar dapat dipimpin
oleh orang yang layak dan teruji.
59

Catatan 2:

Calon kepala sekolah/madrasah direkrut melalui pengusulan oleh kepala


sekolah/madrasah dan/atau pengawas yang bersangkutan kepada dinas
propinsi/kabupaten/kota dan kantor wilayah kementerian agama/kantor
kementerian agama kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya. (Pasal 4 Ayat
2)

Pengangkatan kepala sekolah/madrasah dilakukan melalui penilaian


akseptabilitas oleh tim pertimbangan pengangkatan kepala sekolah/madrasah.
(Pasal 9 Ayat 1). Tim pertimbangan melibatkan unsur pengawas
sekolah/madrasah dan dewan pendidikan. (Pasal 9 Ayat 3)

Penilaian kinerja kepala sekolah/madrasah dilakukan secara berkala setiap tahun


dan secara kumulatif setiap 4 (empat) tahun. (Pasal 12 Ayat 1). Penilaian kinerja
tahunan dilaksanakan oleh pengawas sekolah/madrasah. (Pasal 12 Ayat 2).
Penilaian kinerja 4 (empat) tahunan dilaksanakan oleh atasan langsung dengan
mempertimbangkan penilaian kinerja oleh tim penilai yang terdiri dari pengawas
sekolah/madrasah, pendidik, tenaga kependidikan, dan komite sekolah dimana
yang bersangkutan bertugas. (Pasal 12 Ayat 3)

Pasal-pasal di atas adalah pasal yang berkenaan dengan peran pengawas sekolah.
Pasal-pasal tersebut mengisyaratkan bahwa pengawas sekolah perlu dilibatkan
dalam proses rekrutmen dan pengangkatan kepala sekolah. Di beberapa tempat,
dalam urusan rekrutmen dan pengangkatan kepala sekolah, pengawas sekolah
kadang hanya diposisikan sebagai “penonton” belaka. Lebih parah lagi, malah
yang dilibatkan justru orang-orang yang sebenarnya tidak berkepentingan
langsung dengan pendidikan, biasanya hadir dalam bentuk “titipan sponsor”.

Hadirnya peraturan ini, juga membawa konsekuensi logis akan perlunya kebijakan
penilaian kinerja kepala sekolah di setiap daerah, yang di dalamnya perlu
melibatkan Pengawas Sekolah. Kendati demikian, di beberapa tempat kegiatan
penilaian kinerja kepala sekolah tampaknya belum bisa dikembangkan menjadi
kebijakan resmi Dinas Pendidikan setempat.

Dengan adanya niat baik pemerintah untuk meilibatkan dan memberdayakan


peran pengawas sekolah sebagaimana tercantum dalam pasal-pasal yang telah
disebutkan di atas, tentu harus diiringi dengan kesiapan dari para pengawas
sekolah itu sendiri.

Untuk mengimbangi kebijakan baru ini sekaligus mendapatkan kejelasan hukum


tentang pengawas dan kepengawasan sekolah. Secara pribadi, saya berharap
kiranya pemerintah pun dapat segera menerbitkan Peraturan tentang Penugasan
Guru sebagai Pengawas Sekolah, untuk melengkapi peraturan-peraturan
sebelumnya, khususnya yang tertuang dalam Permendiknas No. 12 Tahun 2007
tentang Standar Pengawas Sekolah.
60

Sedangkan kualifikasi khusus ditentukan menurut jenjang lembaga


pendidikannya, yang meliputi :
- Berstatus sebagai guru
- Mempunyai sertifikat sebagai guru
- Memiliki sertifikat kepala sekolah.

Selain kualifikasi umum dan khusus tersebut, untuk menduduki jabatan sebagai
kepala sekolah / madrasah dituntut harus memiliki kompetensi sebagai berikut :
KEPRIBADIAN, artinya :
- Berakhlak mulia, mengembangkan budaya dan tradisi akhlak mu lia dan menjadi
teladan akhlak mulia bagi komunitas disekolah.
- Memiliki integritas kepribadian sebagai pemimpin.
- Memiliki keinginan yang kuat di dalam pengembangan diri sebagai kepala
sekolah/madrasah.
- Bersifat terbuka dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya.
- Mengendalikan diri dalam menghadapi masalah dalam pekerjaan sebagai kepala
sekolah.
- Memiliki bakat dan minat jabatan sebagai pemimpin pendidikan.

MANAGERIAL, artinya :
- Menyusun perencanaan sekolah untuk berbagai tingkatan perencanaan.
- Mengembangkan sekolah sesuai dengan kebutuhan.
- Memimpin sekolah dalam rangka pendayagunaan sumber daya sekolah secara
optimal.
- Mengelola perubahan dan penge-mbangan sekolah menuju organi sasi
pembelajaran yang efektif.
- Menciptakan budaya dan iklim se kolah yang kondusif dan inovatif bagi
pembelajaran peserta didik.
- Mengelola guru dan staf dalam rangka pemberdayaan sumber da ya manusia
secara optimal.
- Mengelola sarana dan prasarana sekolah dalam rangka pendaya gunaan secara
optimal.
- Mengelola hubungan antara seko lah dan masyarakat dalam rangka mencari
dukungan ide, sumber belajar dan pembeayaan.
- Mengelola peserta didik dalam rangka penerimaan peserta didik baru dan
penempatan pengemba ngan kapasitas peserta didik.
- Mengelola pengembangan kuriku lum dan kegiatan pembelajaran sesuai dengan
arah dan tujuan pendidikan nasional.
- Mengelola keuangan sekolah se suai dengan prinsip pengelolaan yang akuntable,
transparan dan e fisien.
- Mengelola ketatausahaan seko-lah dalam mendukung pencapai-an tujuan
sekolah.
- Mengelola unit layanan khusus
dalam mendukung kegiatan pembelajaran dan kegiatan peser ta didik disekolah.
61

- Mengelola sistim informasi seko-lah dalam rangka penyusunan pro gram dan
pengambilan keputus-an.
- Memanfaatkan kemajuan teknolo gi informasi bagi peningkatan pembelajaran
dan manajemen sekolah.
- Melakukan monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan pro gram kegiatan
sekolah dengan prosedur yang tepat, serta meren canakan tindak lanjutnya.

Lampiran-Lampiran

Вам также может понравиться