Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Proses ulang dializer setelah dipergunakan pads pasien, ada dua cara yaitu manual atau
menggunakan alat otomatis. United States Renal Data System (USRDS) tahun 1996
melaporkan bahwa pusat dialisis yang menjalani reuse, 61,4% memakai alat otomatis, 26%
manual dan 12,7% memakai kedua cara tersebut (Schram, 1996).
Prosedur dasar proses ulang dializer ada beberapa tahap, yaitu:
(a) Mengakhiri tindakan dialisis (Termination of hemodialysis)
(b) Pembilasan awal (Pre-rinsing)
(c) Pemeriksaan secara visual (Visual inspection)
(d) Pemberian label dan pengiriman ke tempat reuse
(e) Pembilasan (Rinsing)
(f) Pembersihan (Cleaning)
(g) Pemeriksaan alat (performance testing)
(h) Desinfeksi dan Penyimpanan
Pada saat mengakhiri hemodialisis, sebaiknya menggunakan heparin secara optimal untuk
menghindari kemungkinan terjadinya bekuan pads dializer. Di beberapa pusat dialisis (yang
menggunakan air reverse osmosis/RO) dilakukan pre-rinsing, yaitu kompartemen darah dialid
air RO selama 8-10 menit atau sampai terlihat bersih.
Pemeriksaan secara visual
Pemeriksaan secara visual untuk melihat adanya bekuan di dalam kapiler.
Bila ditemukan bekuan > 15 kapiler, dializer tidak bisa dipakai lagi / harus dibuang.
Diperiksa pula adakah keretakan / kebocoran pads tabung dializer. Setelah pemakaian
berulang sexing terjadi tabung berwarna kekuningan atau kecoklatan, bila hal ini terjadi dan
mengganggu estetika sebaiknya dializer tersebut dibuang.
Pemberian label dan pengiriman ke tempat reuse
Setelah diberi label, dializer dikirim ke ruang reuse idealnya tidak lebih dari 10 menit. Ruang
reuse sebaiknya: a) terpisah dari ruang dialisis. b) mempunyai ventilasi yang baik / dilengkapi
exhaust fan. c) bukan tempat lalu lalang pasien maupun petugas.
Pembilasan (Rinsing).
Fase ini dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain air, waktu / lamanya, tekanan air,
temperatur dan aliran air yang dipergunakan. Semua air yang masuk kedalam dan kontak
dengan kompartemen darah maupun dialisat, harus mempunyai kualitas yang baik yaitu
jumlah koloni bakteri < 200 per ml clan pads pemeriksaan Limulus amebocyte lysate (LAL)
assay konsentrasi lipopolisakarida bakteri < 1 ng/ml (5 endotoksin unit/ml) (Deane &
Beamis, 1981). Kompartemen darah dibilas menggunakan air RO dengan arch aliran arterial
ke vena pads tekanan 15-20 psi (atau 3 – 4Umenit). Kompartemen dialisat jugs diisi dengan
air RO dan saluran keluar ditutup selama 15 menit. Kemudian kompartemen darah diisi
kembali dengan air selama 2 menit dengan tekanan 20 psi, sambil saluran keluarnya diklem
sesaat sebanyak 3 kali. Fase ini dapat diulang beberapa kali (Deane & Beamis, 1981).
Pembersihan (cleaning).
Fase pembersihan ini sebagai tindakan tambahan bila pembilasan belum member hasil yang
balk. Bahan-bahan yang dipergunakan adalah sodium hypochlorite (bleach), hydrogen
peroxide atau Renaline. Bleach dipakai bila terdapat bekuan darah di dalam kapiler dan
dikatakan dapat meningkatkan fiber bundle volume dengan cars melarutkan endapan protein.
Penggunaan bleach jugs dapat meningkatkan permeabilitas membran (Meri,1999). Hydrogen
peroxide dapat menghilangkan warns yang terdapat pads kapiler. Kompartemen darah diisi
dengan sodium hypochlorite 1% atau hydrogen peroxide 3% selama 30 – 60 detik.
Pemakaian bleach dengan konsentrasi lebih dari 1% dan dalam waktu lebih dari 1 menit,
dapat melarutkan lapisan protein pads dinding kapiler sehingga mengurangi
biokompatibilitasnya. Konsentrasi bleach lebih dari 2% dan pemakaian lebih dari 10 menit,
akan merusak membran dializer dan terjadi kebocoran (Kuwahara, 1989).
Pads dializer yang dipakai ulang dapat terjadi penurunan transport solute melalui membran
akibat bekuan darah pads kapiler dan adanya endapan protein pads membran, pori-pori
membran tersumbat dan permeabilitas membran menurun. Sumbatan pads kapiler dializer ini
dapat diketahui dengan mengukur total cell volume (TCV), yaitu volume yang dibutuhkan
untuk memenuhi kompartemen darah (fiber bundle volume /FBV dan dialyzer header
volume). TCV memperlihatkan jumlah kapiler yang tidak tersumbat, kapiler dializer yang
masih berfungsi, dan secara tidak langsung memperlihatkan klirens dan kapasitas transfer
solute. Pengukuran TCV mudah dilaksanakan sehingga banyak dipakai untuk memeriksa
fungsi dializer reuse. Cara memeriksa TCV adalah kompartemen darah dibilas dengan udara
atau, gas nitrogen, cairan yang keluar kemudian diukur. Idealnya TCV diukur sebelum
pemakaian pertama sehingga hasilnya dipakai sebagai angka dasar/base line untuk
perbandingan pads pemakaian berikutnya. Penurunan TCV sebesar 20% akan menurunkan
klirens kreatinin sebesar 4 – 11 %. Bila TCV turun lebih dari 20% maka dializer tersebut
tidak dapat dipakai lagi / harus dibuang.
Desinfeksi'dan penyimpanan
Proses desinfeksi dializer reuse memakai bahan kimia germicide untuk mengurangi koloni
bakteri. Bila bahan desinfektan dengan konsentrasi yang tepat dan waktu pemakaian yang
memadai dapat menghasilkan hasil sterilitas cukup baik atau dapat mengurangi bakteri
berspora sampai jumlah yang aman. Desinfeksi tidak adekuat bisa disebabkan oleh karena
bahan desinfektan yang dipakai kurang baik, konsentrasi kurang, kontaminasi dari air yang
dipakai sebagai pelarut atau terlalu singkat proses desinfeksi. Air yang dipakai sebagai
pelarut harus mempunyai koloni bakteri < 200 per ml, dan/atau konsentrasi lipopolisakaride <
1 ng/ml (Miles & Friedman, 19..). Bahan-bahan yang dipakai antara lain: formaldehide,
glutaraldehide dan peracetic acid. Formaldehide yang biasa digunakan dengan konsentrasi 2-
4% dan disimpan 24 jam pads suhu kamar, jangan kurang dari 2% karena ada beberapa tipe
mikobakteria dapat bertahan pads konsentrasi ini dalam suhu kamar. Bila disimpan pads
`suhu 40° C selama 24 jam maka konsentrasi 1% dapat digunakan.