Вы находитесь на странице: 1из 4

Sumber daya alam (SDA) baik yang ada didalam tanah, air, permukaan

tanah, udara dan lain sebagainya dapat dimanfaatkan untuk kehidupan manusia.
Kemajuan zaman juga membuat pemanfaatan sumber daya alam menjadi semakin
tinggi mengingat kebutuhan akan barang tersebut juga semakin besar. Salah satu
sumber daya alam adalah batubara, yang telah digunakan berabad-abad tahun
yang lalu. Batubara memiliki manfaat salah satunya sebagai bahan bakar, yang
dimulai sejak dimulainya revolusi industri yang terjadi di Inggris.

Sebagai salah satu negara pemasok batubara dunia, Indonesia dapat


dikatakan sangat bergantung dengan batubara karena batubara memiliki peranan
yang penting dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Puncaknya terjadi ketika
meningkatnya produksi dan ekspor batu bara sebesar lima kali lipat antara tahun 2000
dan 2012. Meskipun pertumbuhannya meningkat sangat pesat, sektor
Pertambangan batubara mengguncang perekonomian Indonesia,
menyebabkan fluktuasi besar dalam neraca pembayaran dan nilai tukar. Dampak
dari fluktuasi ini juga menghambat pembangunan jangka panjang dari industri
dengan nilai tambah yang lebih tinggi karena mengalihkan dan menghalau
investasi modal awal. Saat ini, Indonesia menderita karena pasar batubara
internasional lemah. Alasan sistemik, termasuk yang paling penting, upaya agresif
Cina untuk mengurangi konsumsi batubara, yang berarti harga batubara tidak
mungkin akan pulih dalam waktu dekat
Sektor pertambangan batubara di Kalimantan diidentifikasi sebagai salah
satu kegiatan ekonomi utama yang dapat menopang perekonomian Koridor
Ekonomi Indonesia khususnya di Kalimantan di saat produktivitas sektor migas
menurun. Pada tahun 2010, jumlah batubara yang digunakan untuk kebutuhan
dalam negeri adalah sebesar 60 juta ton (18 persen dari total produksi). Sektor
kelistrikan merupakan pengguna batubara terbesar di dalam negeri. Sementara
sisanya sebesar 265 juta ton telah diekspor ke beberapa negara. Adapun, negara
tujuan utama ekspor batubara Indonesia adalah Jepang, Cina, India, Korea
Selatan, dan beberapa negara ASEAN.
Sejak tahun 1996 hingga 2010, produksi batubara Indonesia mengalami
pertumbuhan rata-rata sebesar 14,8 persen per tahun, dan pertumbuhan rata-rata
ekspor batubara Indonesia adalah 15,1 persen per tahun. Sementara, angka
konsumsi batubara dalam negeri mengalami rata-rata pertumbuhan sebesar 13,8
persen per tahun dalam periode 1996 – 2010. Di tahun 2010 jumlah produksi
batubara mencapai 325 juta ton dengan jumlah ekspor 265 juta ton dan
penggunaan domestik sebesar 60 juta ton.
Menurut hasil analisis yang dilakukan dengan menggunakan data eksisting jumlah
produksi batubara di Kalimantan Tengah tahun 2009, jumlah produksi batubara
akan meningkat 6,7 kali jika dilakukan perbaikan infrastruktur di Kalimantan
Tengah. Dari pernyataan tersebut dapat dipahami secara jelas bahwa perbaikan
infrastruktur dapat memberikan nilai tambah bagi produksi batubara, khususnya di
wilayah pedalaman.
Permasalahan umum yang dihadapi oleh sektor pertambangan di Kalimantan
adalah tumpang tindih antara wilayah pertambangan dengan wilayah hutan dan
perkebunan. Tantangan pengembangan sektor batubara juga muncul dari lemahnya
birokrasi perizinan berupa ketidakjelasan time frame atau SOP.
Strategi umum pengembangan kegiatan ekonomi utama pertambangan
batubara adalah mendorong kegiatan ekstraksi cadangan besar batubara yang
terletak di wilayah pedalaman Kalimantan, disertai penyiapan infrastruktur dan
regulasi yang mendukung dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan.
Terkait dengan upaya peningkatan nilai tambah bahan mineral
sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 4 tahun 2009 tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara, maka investasi yang dapat memberikan nilai
tambah bagi produk batubara perlu dikembangkan, antara lain investasi untuk
konversi batubara seperti gasifikasi batubara yang dapat menghasilkan Bahan
Bakar Gas (BBG) dan investasi untuk batubara cair. Selain mendapatkan
keuntungan dari perbedaan harga, multiplier effect yang diciptakan juga akan
sangat besar, antara lain dari peningkatan kesempatan kerja, peningkatan
pendapatan, dan juga dari penghematan substitusi impor.
Upaya peningkatan nilai tambah batubara ini memerlukan suatu insentif
dari Pemerintah, mengingat tingkat kesulitan yang dihadapi cukup tinggi. Salah
satu insentif yang dapat diberikan oleh pemerintah antara lain adalah insentif
pajak dan mendorong pengembangan teknologi pengolahan batubara (eksplorasi
dan produksi) yang ramah lingkungan.
Suksesnya pelaksanaan dalam menarik investor untuk memajukan pasar
pertambangan perlu dibarengi dengan upaya-upaya tertentu. Upaya tersebut
diantaranya adalah dalam hal regulasi dan kebijakan yang dapat dilakukan dengan
penataan regulasi dan kebijakan yang lebih baik seperti penataan RTRW,
perbaikan administrasi dan penyelesaian konflik dari pemanfaatan lahan,
pemberian jaminan keuntungan dan keamanan bagi investor dan sebagainya.
Selain itu, aspek yang tidak kalah penting adalah infrastruktur. Infrastruktur
tersebut diantaranya adalah pengembangan sarana transportasi batubara seperti rel
kereta api dan pelabuhan yang memadai, peningkatan kapasitas listrik untuk
operasi penambangan batubara, dan lain sebagainya. Aspek terakhir ialah sumber
daya manusia dan teknologi. Untuk itu diperlukan upaya pengembangan
teknologi dengan berbagai pelatihan yang dilakukan sumber daya manusia yang
ada agar pemanfaatan sumberdaya batubara dapat optimal. Selain itu, dapat
dilakukan pelatihan dalam penambangan serta pemanfaatan batubara yang antara
lain meliputi teknologi batubara bersih, keselamatan penambangan, studi
kelayakan, dan pelatihan manajerial penting untuk dilakukan oleh setiap pelaku
usaha.

Вам также может понравиться