Вы находитесь на странице: 1из 13

MATERI

KEPEMIMPINAN
(W.Mulati)

PENDAHULUAN

Seorang pemimpin adalah seseorang yang kemampuan mempengaruhi pendirian/pendapat orang


atau sekelompok orang tanpa menanyakan alasan-alasannya. Seorang pemimpin adalah
seseorang yang aktif membuat rencana-rencana, mengkoordinasi, melakukan percobaan dan
memimpin pekerjaan untuk mencapai tujuan bersama-sama (Panji Anogara, Page 23). Matrix
dibawah ini memberikan menggambarkan secara ringkas tentang konsep dan definisi tentang
kepemimpinan Pengembangan kepemimpinan yang signifikan khususnya dalam pelayanan
kesehatan diperlukan guna dapat menghadapi tantangan dan pengambilan keputusan yang tepat.

DEFINISI KEPEMIMPINAN
Apakah arti kepemimpinan? Menurut sejarah, masa “kepemimpinan” muncul pada abad 18. Ada
beberapa pengertian kepemimpinan, antara lain:

1. Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas kelompok yang diatur
untuk mencapai tujuan bersama (Rauch & Behling, 1984, 46).

2. Kepemimpinan adalah sikap pribadi yang memimpin pelaksanaan aktifitas untuk mencapai
tujuan bersama ( Rauch & Behling, 1984,46)

3. Kepemimpinan adalah suatu proses yang memberi arti (penuh arti kepemimpinan) pada
kerjasama dan dihasilkan dengan kemauan untuk memimpin dalam mencapai tujuan (Jacobs
& Jacques, 1990, 281).

Perbedaan Peran Pemimpin dan Manajer___________________________


Pada masa lampau tidak ada perbedaan antara istilah ”management” dengan ”Leadership”.
Keduanya diartikan sinonim (Trofino, 1993). Manager dibayangkan sebagai leader.Menurut
sejarah, masa “kepemimpinan” muncul pada abad 18. Banyak teori tentang pengertian
kepemimpinan (leadership) yang diuarakan oleh para pakar sejak beberapa abad dan banyak pula
yang menggambarkan asumsi bahwa kepemimpinan dihubungkan dengan proses
mempengaruhi orang baik individu, kelompok maupun masyarakat. John C. Maxwell
mengatakan bahwa inti kepemimpinan adalah mempengaruhi atau mendapatkan pengikut
(followers). Peran pemimpin dan kepemimpinannya sering rancu dengan peran manajer.
Pemimpin yang baik adalah membantu atau menolong orang lain untuk berubah serta
menemukan inovasi untuk menghadapi tantangan.. Kepemimpinan merupakan inti dari
manajemen. Ini berarti bahwa manajemen akan tercapai tujuannya jika ada pemimpin yang
efektif. Kepemimpinan hanya dapat dilaksanakan oleh seorang pemimpin yang memiliki jati diri
sebagai pemimpin.

_______________________________________________________________

Manajer direfleksikan melalui hirarkhi yang kuat dimana kekuasan dan kewenangan ditentukan
suatu posisi yang disandangnya dalam suatu organisasi. Kerancuan ini disebabkan kurangnya
kejelasan peran dan fungsi dari keduanya. Pengertian manajemen dan leadership secara konsep
terpisah dan kini menjadi lebih jelas, mendefinisikan kepemimpinan lebih sulit, tetapi bila
diteliti perbedaan antara manager dan leader dikatakan bahwa manajer mengarah kepada ”
kekuatan “legimitasi dan kontrol” sedangkan leadership concern terhadap pemberdayaan
”empowerment” (Sofarrely & Brown,1998). Peran manager menjalankan organisasi sementara
itu peran leader melakukan perubahan (Posner&Kouzes, 1998). Benis (1990) menyatakan bahwa
leader adalah orang yang mengerjakan sesuatu yang benar “do the right thing” sedangkan
manager adalah orang yang mengerjakan sesuatu dengan cara yang benar do thing right dan
point dari keduanya didasarkan atas perbedaan nilai (values). Bertolak dari pemikiran tersebut
definisi dari leadershp menjadi berubah tanpa batas (Lancaster 1999). Contoh: bila anda percaya
bahwa leadership adalah sifat bawaan sejak lahir, atau kontras dengan pendapat menyatakan
bahwa kepemimpinan dapat dipelajari dan dipikirkan, maka anda akan menjadi tenang untuk
mendefinisikan dan menghubungkanya dengan pengembangan aspek-aspek tentang kemimpinan.
Sofarelli & Brown (1998) mengidentifikasi perbedaan peran antara manager dan leader dalam
matrik dibawah ini:

PERBEDAAN PERAN ANTARA MANAGER DAN LEADER

MANAGER LEADER

Menciptakan stabilitas Bersikap proaktif


Melakukan kontrol Memiliki integritas
Menyelesaikan tugas Pendekatan dan kuat dengan prinsip.
Berpegang pada kewenangan sesuai dengan Mendorong perubahan dan menghadapi
posisinya tantangan status quo
Merencanakan, mengorganisir dan Menginspirasi pengikut
melakukan kontrol terhadap sumber daya
Menetukan kebijakan dan prosedure Memiliki visi ( visioner)
Mengikuti peraturan/hirarkhi Bersedia mengambil resiko
Mengutamakan organisasi dari pada staff Menghargai nilai-nilai
Mengembangkan hubungan baik
Berkomunikasi secara efektif
Tidak menggunakan kekuatan berdasarkan
posisi jabatan atau kewenangannya
Memberdayakan orang lain

Selain memahami perbedaan peran antara manager dan pemimpin, maka lebih jauh dapat
didentifikasi indikator-indikator dapat dipergunakan untuk mengenali kepemimpinannya.Bila
seorang leader telah dikenali, timbul pertanyaan ” apakah orang ini dilahirkan sebagai leader
atau berpikir seperti seorang leader? .atau pertanyaan diganti menjadi ” apakah orang ini
membuat saya mengetahui bahwa dia seorang leader?” Jawaban ini terletak pada indikator –
indikator seorang pemimpin. Bertolak dari pemikiran tersebut definisi dari leadershp menjadi
berubah tanpa batas (Lancaster 1999). Contoh: bila anda percaya bahwa leadership adalah sifat
bawaan sejak lahir, atau kontras dengan pendapat menyatakan bahwa kepemimpinan dapat
dipelajari dan dipikirkan, maka anda akan menjadi tenang untuk mendefinisikan dan
menghubungkanya dengan pengembangan aspek-aspek tentang kemimpinan. Sofarelli & Brown
(1998) mengidentifikasi indikator – indikator kepemimpinan antara lain:

 Leaders memiliki pengikut


 Leaders memiliki prinsip dan bekerja secara ethis
 Leaders memiliki visi yang besar dan kuat ( kepemimpinan visioner)
 Leaders mampu mengkomunikasikan visinya
 Leaders memiliki tanggung jawab dan akuntabilitas
 Leaders berhasil melakukan perubahan dan piawai dalam pengambilan keputusan
 Leaders menghargai orang dan memfasilitasi pengembangan orang lain

Pemimpin – mengkomunikasikan visinya, bekerja mencapai visi dengan cara-cara ethis, serta
menghargai nilai-nilai orang disekitarnya, menginspirasi dan memotivasi pengikutnya. Para
pengikutnya berespon serta dapat membangkitkan semangat menghadapi tantangan yang mereka
hadapi, karena pengikut mempercayainya dan yakin bahwa visi atau mimpi besar yang
digantungkan pemimpinnya akan dapat tercapai. .

Tugas Utama Pemimpin


Menurut James A.F Stonen, tugas utama seorang pemimpin adalah:

1. Pemimpin bekerja dengan orang lain


Pemimpin harus mampu bekerja dengan orang lain, salah satu dengan atasannya, staf,
teman sekerja atau atasan lain dalam organisasi termasuk orang diluar organisasi.
2. Pemimpin adalah tanggung jawab & mempertanggungjawabkan akontabilitas).
Seorang pemimpin bertanggungjawab untuk menyusun dan menjalankan tugas,
mengadakan evaluasi, untuk mencapai outcome yang terbaik. Pemimpin bertanggung
jawab untuk kesuksesan staffnya tanpa kegagalan.
3. Pemimpin menyeimbangkan pencapaian tujuan dan prioritas
Proses kepemimpinan dibatasi sumber, jadi pemimpin harus dapat menyusun tugas
dengan mendahulukan prioritas. Dalam upaya pencapaian tujuan pemimpin harus dapat
mendelegasikan tugas-tugasnya kepada staf. Kemudian pemimpin harus dapat mengatur
waktu secara efektif,dan menyelesaikan masalah secara efektif.
4. Pemimpin harus berpikir secara analitis dan konseptual
Seorang pemimpin harus menjadi seorang pemikir yang analitis dan konseptual.
Selanjutnya dapat mengidentifikasi masalah dengan akurat. Pemimpin harus dapat
menguraikan seluruh pekerjaan menjadi lebih jelas dan kaitannya dengan pekerjaan lain.
5. Pemimpin adalah seorang mediator
Konflik selalu terjadi pada setiap tim dan organisasi. Oleh karena itu, pemimpin harus
dapat menjadi seorang mediator (penengah).
6. Pemimpin adalah politisi dan diplomat
Seorang pemimpin harus mampu mengajak, melakukan kompromi dan melakukan
negosiasi. Sebagai seorang diplomat, seorang pemimpin harus dapat mewakili tim atau
organisasinya.
7. Pemimpin membuat keputusan yang sulit ( Decision Maker)
Seorang pemimpin harus dapat memecahkan masalah.

PRINSIP- PRINSIP DASAR KEPEMIMPINAN

Prinsip, sebagai paradigma terdiri dari beberapa ide utama berdasarkan motivasi pribadi dan
sikap serta mempunyai pengaruh yang kuat untuk membangun dirinya atau organisasi. Menurut
Stephen R. Covey (1997), prinsip adalah bagian dari suatu kondisi, realisasi dan konsekuensi.
Mungkin prinsip menciptakan kepercayaan dan berjalan sebagai sebuah kompas/petunjuk yang
tidak dapat dirubah. Prinsip merupakan suatu pusat atau sumber utama sistem pendukung
kehidupan yang ditampilkan dengan 4 dimensi seperti; keselamatan, bimbingan, sikap yang
bijaksana, dan kekuatan. Karakteristik seorang pemimpin didasarkan kepada prinsip-prinsip
(Stephen R. Coney) sebagai berikut:

1. Seorang yang belajar seumur hidup ( Long life learning)


Tidak hanya melalui pendidikan formal, tetapi juga informal. Contohnya, belajar melalui
membaca referensi dan perkembangan, menulis buku/, mengobobservasi, dan mau mendengar
(listening to). Mempunyai pengalaman yang baik maupun yang buruk sebagai sumber belajar.
2. Berorientasi pada pelayanan
Seorang pemimpin tidak dilayani tetapi melayani, sebab prinsip pemimpin dengan prinsip
melayani berdasarkan karir sebagai tujuan utama. Dalam memberi pelayanan, pemimpin
seharusnya lebih berprinsip pada pelayanan yang baik.
3. Membawa energi yang positif
Setiap orang mempunyai energi dan semangat. Menggunakan energi yang positif didasarkan
pada keikhlasan dan keinginan mendukung kesuksesan orang lain. Untuk itu dibutuhkan energi
positif untuk membangun hubungan baik (interpersonal relationship). Seorang pemimpin harus
dapat dan mau bekerja untuk jangka waktu yang lama dan kondisi tidak ditentukan. Oleh karena
itu, seorang pemimpin harus dapat menunjukkan energi yang positif, seperti ;

a. Percaya pada orang lain


Seorang pemimpin mempercayai orang lain termasuk staf bawahannya, sehingga mereka

mempunyai motivasi dan mempertahankan pekerjaan yang baik. Oleh karena itu, kepercayaan

harus diikuti dengan kepedulian.

b. Keseimbangan dalam kehidupan


Seorang pemimpin harus dapat menyeimbangkan tugasnya. Berorientasi kepada prinsip

kemanusiaan dan keseimbangan diri antara kerja dan olah raga, istirahat dan rekreasi.

Keseimbangan juga berarti seimbang antara kehidupan dunia dan akherat.

c. Melihat kehidupan sebagai tantangan


Kata ‘tantangan’ sering di interpretasikan negatif. Dalam hal ini tantangan berarti
kemampuan untuk menikmati hidup dan segala konsekuensinya. Sebab kehidupan adalah
suatu tantangan yang dibutuhkan, mempunyai rasa aman yang datang dari dalam diri sendiri.
Rasa aman tergantung pada inisiatif, ketrampilan, kreatifitas, kemauan, keberanian,
dinamisasi dan kebebasan.
d. Sinergis
Orang yang berprinsip senantiasa hidup dalam sinergi dan satu katalis perubahan. Mereka
selalu mengatasi kelemahannya sendiri dan lainnya. Sinergi adalah kerja kelompok dan
memberi keuntungan kedua belah pihak. Menurut The New Brolier Webster International
Dictionary, Sinergi adalah satu kerja kelompok, yang mana memberi hasil lebih efektif dari
pada bekerja secara perorangan. Seorang pemimpin harus dapat bersinergis dengan setiap
orang atasan, staf, teman sekerja.
e. Latihan mengembangkan diri sendiri
Seorang pemimpin harus dapat memperbaharui diri sendiri untuk mencapai keberhasilan yang
tinggi. Jadi dia tidak hanya berorientasi pada proses. Proses daalam mengembangkan diri
terdiri dari beberapa komponen yang berhubungan dengan: (1) pemahaman materi; (2)
memperluas materi melalui belajar dan pengalaman; (3) mengajar materi kepada orang lain; (4)
mengaplikasikan prinsip-prinsip; (5) memonitoring hasil; (6) merefleksikan kepada hasil; (7)
menambahkan pengetahuan baru yang diperlukan materi; (8) pemahaman baru; dan (9) kembali
menjadi diri sendiri lagi.

Mencapai kepemimpinan yang berprinsip tidaklah mudah, karena beberapa kendala dalam
bentuk kebiasaan buruk, misalnya: (1) kemauan dan keinginan sepihak; (2) kebanggaan dan
penolakan; dan (3) ambisi pribadi. Untuk mengatasi hal tersebut, memerlukan latihan dan
pengalaman yang terus-menerus. Latihan dan pengalaman sangat penting untuk mendapatkan
perspektif baru yang dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan.

Mengembangkan kekuatan pribadi akan lebih menguntungkan dari pada bergantung pada
kekuatan dari luar. Kekuatan dan kewenangan bertujuan untuk melegitimasi kepemimpinan dan
seharusnya tidak untuk menciptakan ketakutan. Peningkatan diri dalam pengetahuan,
ketrampilan dan sikap sangat dibutuhkan untuk menciptakan seorang pemimpin yang berpinsip
karena seorang pemimpin seharusnya tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga emosional
(IQ, EQ dan SQ).

Proses kepemimpinan adalah proses mempengaruhi orang lain, mengajak, berupaya


memberdayakan (empowerment). Proses ini diawali dengan perencanaan dan pencapaian suatu
tujuan yang jelas. Proses kepemimpinan menghargai dan memfasilitasi dan memperlancar
pengembangan orang lain dengan membangun hubungan interpersonal ( komunikasi efektif).
Untuk memfasilitasi mendorong terjadinya suatu perubahan seorang pemimpin berani
mengambil resiko atas keputusan-keputusan yang diambilnya.

GAYA KEPEMIMPINAN ( STYLE OF LEADERSHIP)


_______________________________________________________________________

Tantangan pemimpin dimasa depan meliputi semakin komplek sehingga gaya kepemimpina
perlu penyesuaian. Mengapa kepemimpinan saat ini difokuskan kepada pelayanan kesehatan?
Bila system kesehatan international maupun nasional mulai menyadari hal ini, maka
kepemimpinan efektif (effective leadersip) sangat diperlukan. Focus pertimbangan adalah
bagaimana pengertian kepemimpinan dapat dipahami dengan baik?. Indikator – indicator
kepemimpinan telah memberi petunjuk yang berguna dalam mengenali jati diri kepemimpinan
seseorang lebih mudah dari pada mendefinisikannya. Gaya kepemimpinan transaksional yang
lama berubah kearah gaya yang lebih baik yaitu transformasional leadership. guna mempercepat
perubahan lingkungan yang menjamin pelayanan kesehatan yang efektif dan implikasinya bagi
dunia keperawatn.. Transfomational leadership merupakan peluang yang baik bagi para
pemimpin perawat yang telah lama mengembangkan kemampuan berkomunikasi efektif. Hal ini
akan mempermudah dan mempercepat dalam mengantisipasi perubahan. Peran kepemimpinan
dalam keperawatan menjadi semakain penting untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan,
Bila seorang pemimpin mengembangkan kemampuan interpersonal relationship termasuk sikap
mau mendengar dan memperhatikan pasien dan staf, mereka merasa dihargai dan responnya
akan memberikan pelayanan yang lebih baik. Jadi, peran management dan pendidikan dalam
mengembangkan kepemimpinan dalam keperawatan, bahwa manajer memiliki tanggung jawab
untuk menciptakan dan mendukung organisasi pembelajar (learning organization). Dilain
pihak para pendidik memiliki kesempatan untuk mengembangkan perawat pemimpin (Nurse
leader). Drucker (1996) menyatakan pemimpin yang efektif akan bersikap dengan cara yang
sama, dan pertanyaan yang muncul adalah ”apa yang perlu dilakukan? dan ” apa yang bisa
kukerjakan untuk membuat sesuatu menjadi berbeda?” Maka kepemimpinan itu bukan
menyangkut tentang sifat-sifat atau ketrampilan semata tetapi lebih kepada ” sikap atau
attitude” yang ditunjukkan dalam perilakunya. (West-Burnhan, 1997). Hal tersebut juga
didasarkan atas atas pandangan interaksional tentang leadership (King & Cunninghan,1995)
dimana leader dan pengikutkanya bersepakat untuk terlibat sebagai kelompok yang berproses.
Leader membutuhkan pengikut hanya sebanyak atau sejumlah sesuai dengan kebutuhan pengikut
terhadap leader. Sebagaimana telah dibahas sebelumnya kepemimpinan digambarkan sebagai
interaksional terbaik yang melibatkan pemimpin dan pengikut. dalam suatu proses. King &
Cunningham (1995) menyatakan bahwa pendekatan interaksional ini dapat digambarkan dalam
dua type atau gaya.
KEPEMIMPINAN SITUASIONAL.

Paul Hersey & Kenneth H. Blanchard menyatakan kepemimpinan situasional dapat diterapkan
dalam berbagai jenis organisasi seperti usaha, industri, pemerintahan, militer, pendidikan
bahkan keluarga. Konsep kepemimpinan situasional dapat diterapkan dalam situasi apapun,
dimana terjadi orang-orang berusaha mempengaruhi perilaku orang lain. Konsep dasar
kepemimpinan situasional tidak ada satu cara terbaik untuk mempengaruhi perilaku orang lain,
faktor kunci dalam penerapannya terletak pada kemampuan penilaian tingkat kematangan
pengikut. Dalam kepemimpinan situasional tersirat adanya ” ide” bahwa seorang pemimpin
seyogyanya membantu bawahan untuk menumbuhkan kematangan sejauh yang dapat dan
mau dilakukan. David.C. McClelland melalui suatu peneliliannya, menemukan bahwa pertama,
orang -orang yang memiliki motivasi tinggi, memiliki karakteristik tertentu yang sama yaitu
termasuk memiliki kemampuan untuk menyusun tujuan tinggi tetapi masih terjangkau, lebih
menekankan prestasi pribadi dari pada imbalan atas keberhasilan dan keinginan untuk
memperoleh feedback atas tugas yang sudah dilakukan. Kedua dalam hubungannya dengan
pendidikan dan atau pengalaman dikatakan tidak ada perbedaan konseptual dari keduanya, orang
dapat memperoleh kematangan melalui tugas tertentu melalui pengalaman atau pendidikan atau
kombinasi keduanya. Ketiga pendidikan dan atau pengalaman mempengaruhi kemampuan dan
motivasi berprestasi dan selanjutnya akan mempengaruhi ”kemauan” Membahas konsep
kematangan dalam hubungannya dengan kemampuan dan kemauan harus dilihat sebagai konsep
dalam dua dimensi. yaitu:
 Kematangan pekerjaan diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan sesuatu yang
berkaitan dengan pengetahuan dan ketrampilan. Orang-orang yang memiliki kematangan
pekerjaan tinggi dalam bidangnya, memiliki pengetahuan, kemampuan dan pengalaman
untuk melaksanakan tugas-tugas yang diberikan tanpa arahan dari orang lain.
 Kematangan psikologis berhubungan dengan ”kemauan” atau motivasi untuk
melakukan sesuatu. Hal ini terkait dengan rasa yakin atau keikatan. Orang yang sangat
matang ”secara psikologis ” memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi dan keyakinan
terhadap diri sendiri serta merasa mampu mengerjakan pekerjaannya. Pada umumnya
orang-orang ini sangat menyenangi pekerjaannya dan menganggap pengawasan yang
ketat atau arahan/dorongan tidak perlu dilakukan terhadap dirinya karena telah yakin
dengan tugas/pekerjaannya.
Kadar kematangan pengikut tidak sama, dalam hal ini dapat dipilah Kepemimpinan situasional
didasarkan atas hubungan antara: (1) kadar bimbingan dan arahan disebut sebagai perilaku
tugas yang diberikan pemimpin. Prilaku tugas adalah kadar sejauh mana seorang pemimpin
menyediakan arahan kepada para pengikutnya, dengan cara memberitahukan kepada staf apa,
kapan dan bagaimana melakukannya, dalam hal ini pemimpin harus menyusun tujuan dan
menetapkan peranan mereka. (2) kadar dukungan sosioemosional disebut dengan perilaku
hubungan yang disediakan pemimpin; perilaku hubungan adalah kadar sejauhmana pemimpin
melakukan hubungan dua arah dengan para pengikutnya, menyediakan dukungan, dorongan dan
sambaran-sambaran psikologis seperti pujian yang bermakna yang memudahkan perilaku.
Terkait dengan itu, pemimpin seyogyanya aktif menyimak dan mendukung upaya pengikutnya
dalam pelaksanaan pekerjaan. dan (3) level kesiapan (kematangan) yang ditunjukkan oleh
pengikut (bawahan) dalam pelaksanaan tugas, fungsi dan tujuan tertentu. Untuk menentukan dan
menerapkan gaya kepemimpinan yang sesuai dapat dipilah kontinum kematangan kedalam
empat level: kematangan rendah (M1), rendah kesedang (M2), sedang ketinggi (M3) dan tinggi
(M4). Konsep ini dikembangkan bagi orang-orang yang sedang melakukan proses
kepemimpinan dan menjelaskan hubungan antara gaya kepemimpinan yang efektif dengan level
kematangan pengikut. Gaya kepemimpinan disesuaikan bagi masing-masing level kematangan
yang terkait dengan perilaku tugas dan perilaku hubungan. Untuk menentukan gaya
kepemimpinan yang akan diterapkan terhadap orang lain dalam situasi tertentu, maka harus
diperhatikan beberapa hal al:
 Mengidentifikasi bidang-bidang aktifitas yang berbeda-beda dalam organisasi..
 Mengidentifikasi dan menetukan level kematangan orang atau kelompok kerja tertentu (
mendiagnosis level kematangan)
 Memutuskan gaya kepemimpinan yang sesuai bagi orang atau kelompok yang
bersangkutan dalam masing-masing bidang pekerjaannya.
Apabila tiga hal diatas telah ditentukan, maka penyesuaian gaya kepemimpinan yang diakukan
perlu dikaitkan dengan level kematangan masing-masing individu atau kelompok. Masing-
masing gaya kepemimpinan tersebut adalah sebagai berikut:
 Memberitahukan (Telling) adalah gaya direktive ( G1) yang dilakukan pada level
kematangan pengikut yang rendah, yitu orang-orang yang tidak mampu dan tidak mau
(M1) memikul tanggung jawab, dengan kata lain tidak kompeten atau tidak yakin
melakukan sesuatu (pekerjaan). Gaya ini menyediakan arahan yang spesifik, mendetail,
apa, kapan dan bagaimana pekerjaan dilakukan. Gaya ini disebut sebagai perilaku tinggi
tugas dan rendah hubungan.
 Menjajakan (Selling) adalah gaya menjajakan (G2) dilakukan bagi pengikut dengan
tingkat kematangan rendah kesedang (M2) yaitu orang yang tidak mampu tetapi mau
memikul tanggung jawab. Pemimpin melakukan komunikasi dua arah memberikan
penjelasan sehingga secara psikologis pengikut merasa memiliki andil dalam perilaku
yang diinginkan. Gaya ini disebut sebagai perilaku tinggi tugas dan tinggi hubungan.
 Mengikut sertakan (Participating) adalah gaya partisipatif (G3) disediakan bagi pengikut
yang mampu tetapi tidak mau memikul tanggung jawab (M3)Ketidak mauan mereka
seringkali disebabkan karena tidak yakin atau tidak merasa aman. Namun ketidak mauan
mereka bisa disebabkan oleh hal lain yaitu motivasi. Saluran komunikasi dua arah perlu
disediakan pada level kematangan ini unntuk mendukung upaya pengikut menggunakan
kemampuannya. Gaya partisipatf yang suportif tetapi tidak direktif kemungkinan
efektifitasnya akan lebih tinggi pada level kematangan ini, karena pemimpin dan
pengikut berbagi tanggung jawab dalam pengambilan keputusan. Gaya ini disebut
sebagai perilaku tinggi hubungan dan rendah tugas.
 Mendelegasikan (delegating) dilakukan bagi pengikut dengan tingkat kematangan tinggi
adalah pengikut yang mampu, mau, atau yakin untuk memikul tanggung jawab (M4).
Terhadap pengikut dengan level kematangan ini. Gaya kepemimpinan yang disediakan
berprofil rendah (G4), pemimpin menyediakan arahan dan dukungan rendah, dimana
pengikut diidentifikasi mampu melaksanakan sendiri pekerjaannya mulai perencanaan,
pelaksanaan pekerjaan dan menagambil keputusan hal mengapa, kapan dan dimana
dilaksanakan. Pengikut pada level ini secara psikologis matang oleh karena itu tidak
memerlukan kadar komunikasi dua arah terkait pekerjaannya. Gaya ini disebut perilaku
rendah tugas dan rendah hubungan. Namun dalam perjalanan kehidupan berbagai faktor
psikologis dapat berpengaruh dan sangat mungkin menurunkan level kematangan
pengikut, dalam hal ini pemimpin kembali menilai level kematangan yang telah dimiliki
dan penyesuaian gaya kepemimpinan relevan dengan level kematanangan saat ini perlu
dilakukan.
Secara ringkas dapat diuraikan perilaku keempat perilaku kepemimpinan sebagai brikut:
1. Memberitahukan (G1) adalah memberikan intruksi spesifik dan menyelia pelaksanaan
pekerjaan secara seksama.
2. Menjajakan (G2) adalah menjelaskan keputusan dan memberi kesempatan pengikut
memperoleh kejelasan
3. Mengikutsertakan (G3) melakukan tukar menukar ide dan memudahkan dalam
pengambilan keputusan.
4. Mendelegasikan (G4) mencakup mendelegasikan tanggung jawab pengambilan
keputusan dan pelaksanaan pekerjaan.
Dalam konsep kepemimpinan situasional ganjaran dengan penguatan positif (positive
reinforcement) serta dukungan sosioemosional perlu diberikan kepada pengikut pada level
rendah atau kurang matang dan mencapai level kematangan yang lebih tinggi. Apakah
kepemimpinan situasional dapat diterapkan secara berhasil? Suatu studi yang dilakukan A.
Gumpert`dan Ronald.K.Hambelton (1974) terhadap enam puluh lima manajer dalam bidang
penjualan, pelayanan administrasi dan staf fungsional menyimpulkan hasil studi mereka sbb:
 Pertama, para manajer yang sangat efektif menunjukkan bahwa mereka memiliki
pengetahuan lebih banyak dan lebih sering menerapkannya kepemimpinan situasional
dari pada manajer yang kurang efektif
 Kedua, semua manajer yang ikut serta dalam studi tersebut melaporkan bahwa
menerapkan kepemimpinan situasional meskipun tidak terlalu sering. Penemuan ini
menunjukkan bahwa pelatihan kepemimpinan situasional telah memiliki dampak
subtansial pada pekerjaan.

KESIMPULAN
 Kepemimpinan situasional dapat diterapkan dalam berbagai jenis organisasi, dalam
berbagai situasi dimana terjadi proses orang-orang mempengaruhi perilaku orang lain
Konsep dasar kepemimpinan situasional tidak ada satupun cara terbaik untuk
mempengaruhi perilaku orang lain. Faktor kunci dalam penerapan kepemimpinan
situasional terletak kepada kemampuan penilaian tingkat kematangan pengikut
(bawahan) dan pemimpin melakukan penyesuaian berdasarkan kontinum level
kematangan pengikut atau bawahan. Keberhasilan penerapannya telah dilakukan para
pakar bahwa para manajer yang sangat efektif menunjukkan bahwa mereka memiliki
pengetahuan lebih banyak dan lebih sering menerapkannya kepemimpinan situasional
dibandingkan dengan manajer yang kurang efektif.

REFFERENSI
1. Modul 2 “ Pengembangan Manajemen Kinerja Klinis “ WHO & Depkes, 2003
2. Elizabeth Howkins & Cynthia Thornton “ Managing and Leadiong Innovation in
Health Care “ Balliere Tindall, Royal College of Nursing,, UK (2002).
3. Swasburg.A.C,“Management and Leadership for Nurse Manager” Jones and Barlett
Publisher International London England (1996)
4. Ann Marine-Tomey, RN,Ph.D,FAAN” Guide To Nursing Management and Leadership”
Mosby Year Book.Inc, 1996
5. Paul Hersey, Kenneth H. Blancard, Penterjemah Agus Darma .Ph.D, “Manajemen
Perilaku Organisasi: Pendayagunaan Sumber Daya Manusia” Penerbit Erlangga,
(1995)
6. Rosemary McMahon, Elizabeth Barton & Maurice Piot “ On Being In Charge,
A Guide to Management in Primary Health Care “ WHO Geveva 1992
7. Ann Marine-Tomey RN,Ph.D,FAAN, “ A Guide to Nursing Management and
Leadership” Mosby Company, USA ( 1992)

MATERI DASAR II

Вам также может понравиться