Вы находитесь на странице: 1из 17

Analisis Ekonomi dan Pasar Modal adalah analisis yang bertujuan untuk membuat keputusan alo

kasi investasi dana di beberapa negara atau dalam negeri, dalam bentuk saham, obligasi, ataupu
n kas. Apakah analisis ini perlu dilakukan?, mengapa?. Ya, ini adalah analisis tahap awal dalam a
nalisis fundamental, sebelum melakukan analisis pada tahap berikutnya, Sebelum seorang pengus
aha memulai bisnisnya atau investor melakukan investasi pada suatu usaha, mereka terlebih dah
ulu harus melakukan analisis ekonomi dan pasar modal. Adalah karena adanya kecenderungan h
ubungan yang kuat antara: lingkungan ekonomi dan kinerja pasar modal. Selain itu, analisis taha
p awal ini juga perlu dilakukan karena pasar modal mencerminkan apa yang terjadi ada perekon
omian makro. Dalam bahasa sederhana, antara kondisi ekonomi dengan pasar modal memiliki ke
terkaitan dan saling mempengaruhi satu dengan yang lain.

Analisis fundamental merupakan analisis tahap pertama ketika investor hendak melakukan analisis
sekuritas, sebelum mereka membuat keputusan investasi. Analisis fundamental berhubungan den
gan “What” (apa): Apa yang akan dibeli?. Analisis ini terdiri dari 3 analisis, mulai dari analisis ek
onomi dan pasar modal, analisis industri, dan analisis perusahaan. Ketiga analisis ini dikenal deng
an Top-Down Approach.

Siegel (1991) mengungkapkan adanya hubungan yang kuat antara harga saham (price) dan kinerj
a ekonomi makro, dan perubahan pada harga saham selalu terjadi sebelum terjadinya perubaha
n ekonomi. Artinya, pasar modal menanggapi kemungkinan (isu) yang beredar tentang perubaha
n ekonomi yang akan terjadi meskipun hal itu belum benar-benar terjadi. Hal ini berbanding ter
balik dengan obligasi dan deposito yang bergerak setelah perubahan tingkat suku bunga baru d
itetapkan, dan itupun melalui serangkaian proses yang cukup panjang hingga perubahan itu tere
alisasikan secara merata.

Mengapa perubahan harga saham selalu terjadi sebelum terjadinya perubahan ekonomi?. Alasan
yang paling pasti adalah harga saham yang sudah terbentuk akan merefleksikan ekspektasi inves
tor terhadap kondisi ekonomi pada masa yang akan datang. Kemudian, kinerja pasar modal aka
n bereaksi lebih dahulu terhadap perubahan-perubahan ekonomi makro yang akan terjadi, sepert
i perubahan tingkat bunga, inflasi, ataupun jumlah uang yang beredar.
Dalam membuat keputusan investasi, investor perlu melakukan estimasi (meramal) perubahan pas
ar modal pada masa yang akan datang. Kemampuan untuk mengetahui perubahan apa yang se
dang terjadi di pasar modal belumlah cukup bagi investor. Investor memerlukan kemampuan unt
uk meramal apa yang mungkin terjadi di kemudian hari pada pasar modal, dan apa kira -kira da
mpaknya bagi keputusan investasi yang akan diambil. Meramal perubahan pasar modal bisa dila
kukan dengan mempelajari perubahan variabel-variabel (indikator-indikator) ekonomi makro dan j
uga bisa dengan menggunakan data-data perubahan siklis ekonomi.

Langkah pertama ketika hendak melakukan analisis ekonomi adalah dengan mengamati indikator-
indikator ekonomi makro, akan membantu investor dalam meramalkan perubahan apa yang akan
terjadi pada pasar modal. Misalnya, meramalkan tingkat suku bunga. Apabila suku bunga menin
gkat, maka investor perlu membuat keputusan menjual, karena harga saham dan obligasi cender
ung mengalami penurunan. Sehingga kemampuan seperti meramal perubahan variabel-variabel e
konomi makro juga sangat membantu investor dalam membuat keputusan investasi yang tepat.

Ekonomi makro memiliki beberapa variabel yang berpengaruh terhadap kinerja dan prospek peru
sahaan. Diantaranya, variabel-variabel paling umum adalah Produk Domestik Bruto (PDB), Inflasi,
Tingkat bunga, dan Investasi swasta.

1. Produk Domestik Bruto (PDB)

PDB yang meningkat akan menjadi sinyal yang baik (positif) bagi investasi di pasar modal. Begit
upula sebaliknya, apabila PDB menurun, makan akan menyebabkan penurunan investasi pada pa
sar modal. Itu berarti, PDB berhubungan searah (positif) terhadap Investasi Pasar Modal. Mengap
a demikian?. Peningkatan PDB mempunyai pengaruh positif terhadap daya beli konsumen, sehin
gga meningkatkan permintaan terhadap produk perusahaan.

2. Inflasi

Inflasi berhubungan terbaik (negatif) terhadap investasi pada pasar modal. Meningkatnya inflasi s
ecara relatif akan menjadi sinyal negatif bagi pemodal dalam pasar modal. Inflasi memang dapat
meningkatkan pendapatan dan biaya perusahaan, tetapi jika peningkatan biaya produksi lebih ti
nggi dari peningkatan harga yang dapat dinikmati oleh perusahaan, maka tetap saja profitabilitas
perusahaan akan turun.
3. Tingkat Bunga

Tingkat bunga berhubungan terbalik (negatif) terhadap harga saham. Tingkat suku bunga yang
meningkat akan menyebabkan peningkatan suku bunga yang diisyaratkan atas investasi pada sua
tu saham. Selain itu, tingkat suku bunga yang meningkat bisa juga menyebabkan investor menar
ik investasinya pada saham, lalu memindahkannya pada investasi berupa tabungan ataupun depo
sito.

4. Investasi Swasta

Investasi swasta berhubungan searah (positif) dengan Investasi pada pasar modal. Artinya, Menin
gkatnya investasi swasta menyebabkan meningkatnya investasi pada pasar modal. Alasannya, keti
ka investasi swasta meningkat, PDB juga akan meningkat, maka pendapatan konsumen (pendudu
k) juga ikut meningkat. Apabila pendapatan konsumen meningkat, umumnya permintaan akan pr
oduk perusahaan juga ikut meningkat.

5. Kurs Rupiah (Mata Uang)

Kurs Rupiah berhubungan searah (positif) terhadap pasar modal dalam negeri. Apabila Kurs Rupi
ah menguat terhadap mata uang asing, maka itu akan menjadi sinyal yang baik (positif) bagi pe
rekonomian yang sedang mengalami inflasi. Itu berarti, kenaikan kurs Rupiah dapat memberikan
efek yang bagus bagi pemodal dalam pasar modal. Hal ini terjadi karena menguatnya kurs Rupi
ah bisa menurunkan biaya impor bahan baku produksi, dan juga menurunkan tingkat suku bung
a yang berlaku.

6. Anggaran Defisit

Anggaran defisit cenderung menjadi sinyal positif bagi ekonomi yang sedang mengalami resesi.
Namun disisi lain, anggaran defisit hanya akan menjadi kabar buruk bagi ekonomi yang sedang
mengalami inflasi. Dalam hal ini, anggara defisit akan mendorong konsumsi dan investasi pemeri
ntah, sehingga dapat meningkatkan permintaan terhadap produk perusahaan. Tetapi dibalik semu
a itu, justru akan meningkatkan jumlah uang yang beredar dan akibatnya akan mendorong perk
embangan inflasi.

7. Neraca Perdagangan Dan Pembayaran


Neraca perdagangan dan pembayaran dapat menjadi sinyal negatif bagi dunia investasi. Defisit n
eraca perdagangan dan pembayaran harus dibiayai dengan menarik modal asing. Agar hal itu te
rjadi, pemerintah harus menaikan suku bunga. Apabila suku bunga naik, investor cenderung men
arik dana mereka di saham kemudian memindahkannya ke deposito atau tabungan.

Langkah Kedua adalah menganalisis perubahan siklis ekonomi yang akan terjadi. Sebab perubaha
n harga saham akan merefleksikan perubahan siklis ekonomi yang akan terjadi. Meski terdengar
mudah, untuk menentukan kapan investor harus bereaksi tetaplah sulit diputuskan. Investor perlu
menyadari perubahan pasar tersebut mustahil bisa di tebak secara sempurna. Investor hanya da
pat mempelajari pola perubahan-perubahan historis, dan apabila memungkinkan investor dapat
membuat keputusan menjual atau membeli.

Ketika ekonomi memasuki siklis resesi (keadaan dimana ekonomi cenderung menurun menuju titi
k terendah), umumnya harga saham juga mengalami penurunan. Semakin kuat resesi, harga sah
am juga akan turun secara drastis. Jika siklis ekonomi membaik, cenderung mendekati titik punca
k, harga saham cenderung stabil. Pada masa itu, investor akan sulit untuk mendapatkan keuntun
gan yang tidak normal (abnormal return). Oleh karena itu, investor dalam meramalkan perubaha
n perlu menggunakan estimasi perubahan siklis ekonomi, mengetahui kapan sekiranya siklis akan
mendapati titik balik (baik titik puncak ataupun titik terendah). Dengan demikian investor dapat
melakukan tindakan apa yang harus dilakukan pada saham tersebut, apakah menjual atau memb
eli?.
Analisa Fundamental Saham

Analisa fundamental saham merupakan salah satu metode pemilihan saham untuk menilai bagus
atau tidaknya suatu saham perusahaan. Mengapa perlu dilakukan analisa fundamental ? Jawaban
nya sederhana, yaitu supaya kita memenuhi kriteria standar yang menjadi dasar dalam investasi
dan terbebas dari pola-pola atau kaidah-kaidah yang bersifat spekulasi. Pada dasarnya analisa fu
ndamental saham adalah analisis terhadap faktor-faktor fundamental yang akan mempengaruhi ni
lai saham suatu perusahaan, dengan titik fokus pada kondisi makro ekonomi, kondisi industri
dan kondisi fundamental perusahaan (mikro).

Analisa Makro

Analisa Makro adalah analisa terhadap regulasi peraturan dan kebijakan-kebijakan pemerintah ya
ng berlaku maupun kondisi perekonomian secara makro, baik dalam skala nasional, regional mau
pun global. Hal-hal yang dianalisa antara lain pendapatan per kapita (GDP), money supply, tingk
at inflasi, tingkat suku bunga, fluktuasi pasar dunia, penanggulangan krisis ekonomi, bencana ala
m, perubahan sosial politik, dsb.

Analisa Industri
Analisa Industri adalah analisa untuk mengetahui kondisi dari suatu industri apakah berada pada
tahap awal, pertumbuhan, peningkatan (maturity) atau decline (penurunan) dan bagaimana damp
aknya bagi keuntungan perusahaan. Dengan begitu kita bisa mengetahui sektor industri mana ya
ng sedang tren sekarang dan bisa membuat prediksi mana yang bakal jadi tren di masa depan.
Analisa industri dilakukan melalui dua tahap pendekatan :

Industrial Life Cycle Model, yaitu siklus industri berupa rangkaian peristiwa yang dimulai dari tah
ap pertumbuhan, ekpansi, maturity (peningkatan) dan decline (penurunan).

Profit Life Cycle Model,adalah rangkaian siklus profit yang bermula dari pertumbuhan pendapata
n, profit margin negative (ekpansi), profit margin dan total pendapatan meningkat (maturity), ter
akhir penjualan dan profit margin cenderung datar sehingga pendapatan/ earning menurun (decl
ine).

Analisa Fundamental Perusahaan (Micro)

Merupakan analisa untuk mengetahui kondisi perusahaan secara keseluruhan, baik analisis terhad
ap produk perusahaan dan pemasarannya, pertumbuhan pendapatan, tingkat perolehan profit, efi
siensi dan efektifitas kinerja manajemen, dsb. Hal ini bisa dilakukan dengan mengkaji laporan ke
uangan terkini suatu perusahaan publik dan membandingkannya dengan laporan keuangan yang
telah diterbitkan pada tahun-tahun sebelumnya. Laporan keuangan ini mencakup : neraca (balan
ce sheet), laporan rugi laba (income statement), arus kas (cashflow) perusahaan dan beberapa ra
sio akuntansi yang dianggap penting, untuk dijadikan indikator sehat tidaknya suatu perusahaan.

Setidaknya, dalam laporan keuangan tersebut, ada beberapa elemen informasi finansial yang bisa
dijadikan indikator atau sinyalemen tentang bagus atau tidaknya saham suatu perusahaan publik
. Antara lain meliputi : komposisi struktur permodalan, besarnya utang piutang, tinggi rendahnya
tingkat profit atau kerugian, jumlah kapitalisasi pasarnya, tingkat efisiensi dan produktifitas perusa
haan, serta beberapa rasio akuntasi yang bisa dijadikan patokan relatif murah atau mahalnya har
ga suatu saham perusahaan publik, seperti : nilai buku saham (book value/BV), pendapatan per
saham (earning per share/EPS), price earning ratio (PER) makin rendah PER berarti makin murah
harga suatu saham (catatan: semua rasio tadi harus dibandingkan dengan saham lain dalam sekt
or/industri yang sejenis). Ada juga rasio-rasio yang bisa digunakan untuk mengukur sehat tidakn
ya suatu perusahaan, seperti : Debt to equity ratio (DER), gross profit margin (GPM), Net profit
margin (NPM), return on asset (ROA), return on equity (ROE), dan sebagainya.

Pendekatan Dalam Memilih Saham

Ada dua jenis pendekatan yang paling sering digunakan dalam memilih saham oleh para analis :

1. Top Down Approach

Pendekatan ini mengawali analisa pada kondisi ekonomi makro dan menganalisa sektor-sektor in
dustri mana saja yang terpengaruh atau tidak oleh kondisi makro ekonomi tersebut. Langkah sel
anjutnya melakukan analisa lanjutan terhadap sektor-sektor industri mana yang memiliki kinerja y
ang baik dan baru kemudian memilih saham perusahaan mana yang memiliki kinerja terbaik dal
am sektor tersebut.

2. Bottom Up Approach

Pendekatan ini memulai analisa dari saham-saham perusahaan mana yang memiliki kinerja yang
baik, kemudian mengelompokkan menurut sektor industrinya, lalu dianalisa sektor industri mana
yang berkinerja paling baik, dan kemudian memperbandingkan pengaruh kondisi makro terhadap
sektor industri tersebut, sehingga sektor industri yang dipilih akan benar-benar menjadi alternati
f terbaik dan merepresentasikan saham mana yang pantas kita pilih untuk investasi.

Analisis Investasi

Pengertian Investasi
Semua bisnis dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan nilai tambah atau keuntungan di kem
udian hari. Investasi meryupakan salah satu plihan langkah untuk memperoleh penghasilan yang
lebih besar di kemudian hari. Yang harus diperhatikan dalam melakukan investasi adalah: kita ha
rus memiliki ketersediaan dana maupun aset, serta komitmen mengikatkan aset tersebut pada sa
at sekarang. Banyak bisnis yang dapat dilakukan baik dalam jangka pendek maupun jangak panj
ang, tentu semuanya bertujuan untuk mendapatkan nilai tambah atau keuntungan di kemudian
hari. Orang membeli sebidang tanah dengan harapan nantinya harga tanah tersebut menjadi leb
ih mahal. Orang menyimpan uangnya di bank dengan harapan mendapatkan bunga dari simpan
annya itu.

Keputusan investasi merupakan keputusan yang dibuat pada masa sekarang namun manfaatnya
baru akan dirasakan pada masa yang akan datang, sehingga keputusan ini harus dilaksanakan se
cara hati-hati. Investasi adalah suatu istilah dengan beberapa pengertian yang berhubungan den
gan keuangan dan ekonomi. Istilah tersebut berkaitan dengan akumulasi suatu bentuk aktiva den
gan suatu harapan mendapatkan keuntungan dimasa depan. Terkadang, investasi disebut juga se
bagai penanaman modal (capital invesment). Menurut Mulyadi (1993:284), investasi adalah pening
katan sumber-sumber dalam jangka panjang untuk menghasilkan laba yang akan datang. Pendap
at yang lain mengatakan bahwa investasi merupakan penggunaan modal untuk menciptakan uan
g, baik melalui sarana yang menghasilkan pendapatan maupun melalui ventura yanglebih berorie
ntasi ke risiko, yang dirancang untuk mendapatkan perolehanmodal (Downes dan Goodman dala
m Warsono, 2001;1). Sedangkan menurut(Halim, 2005:4) investasi merupakan penempatan sejumla
h dana pada saat inidengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang.

Investasi adalah cara seseorang untuk mengelola uangnya baik itu dengan dibelikan property, dit
abung atau ditanam ke dalam suatu usaha dengan tujuan mendapat keuntungan setelah masa/p
eriode yang ditentukan sebelumnya.Secara umum, semua tindakan di atas dapat dikategorikan se
bagai tindakan investasi. Definisi yang lebih lengkap diberikan oleh Reilly dan Brown, yang meng
atakan bahwa investasi adalah komitmen mengikatkan aset saat ini untuk beberapa periode wakt
u ke masa depan guna mendapatkan penghasilan yang mampu mengkompensasi pengorıbanan
investor berupa:

(1) Keterikatan aset pada waktu tertentu,

(2) Tingkat inflasi, dan

(3) Ketidaktentuan penghasilan pada masa mendatang.

Tujuan Investasi
Ada beberapa alasan mengapa seseorang melakukan investasi, antara lain adalah:

a. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak dimasa datang. Seseorang yang bijak
sana akan berpikir bagaimana meningkatkan taraf hidupnya dari waktu ke waktu atau setidaknya
berusaha bagaimana mempertahankan tingkat pendapatannya yang ada saat ini agar tidak berku
rang dimasa yang akan datang.

b. Mengurangi tekanan inflasi Dengan melakukan investasi dalam kepemilikan perusahaan


atau obyek lain, seseorang dapat menghindarkan diri dari risiko penurunan nilai kekayaan atau
hak miliknya akibat adanya pengaruh inflasi.

c. Dorongan untuk menghemat pajak Beberapa negara di dunia banyak melakukan kebij
akan yang bersifat mendorong tumbuhnya investasi di masyarakat melalui pemberian fasilitas per
pajakan kepada masyarakat yang melakukan investasi pada

bidang-bidang usaha tersebut

Jenis-jenis Investasi

Secara garis besar, investasi secara umum dapat dibagi dua, yaitu:

1. Riil Investment

Riil Investment, yaitu menginvestasikan sejumlah dan tertentu pada aset berwujud. Real asset inv
estmen adalah komitmen mengikatkan aset pada sektor riel. Seperti diketahui, istilah sektor riel s
eperti perdagangan, industri, pertanian dan lain sebagainya. Dengan demikian, investasi pada sek
tor riel adalah komitmen meningkatkan aset di luar sektor keuangan. Sebagai contoh dari real a
sset investment, misalnya membeli ruko untuk berdagang tekstil atau barang lainnya, membangu
n pabrik, membeli apartemen kemudian disewakan, membeli lukisan untuk; dijual kembali dan m
asih banyak lagi.

2. Financial Investment, yaitu menginvestasikan sejumlah dana tertentu pada aset finansial, se
perti halnya deposito, saham, obligasi, dan lain-lain. Dalam hal ini surat berharga yang diperdag
angkan atau yang sering disebut dengan efek adalah berupa saham. Menurut Undang -Undang
No.8 Tahun 1995 tentang pasar modal, definisi dari bursa efek adalah pihak yang menyelenggar
akan penawaran jual dan beli efek pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek diant
aranya. Di Indonesia, perdagangan saham dilakukan di Bursa Efek Indonesia. Tidak semua perusa
haan dapat langsung mengeluarkan suatu efek (saham), oleh sebab itu perusahaan yang ingin m
enerbitkan efek harus memenuhi kriteria ataupun peraturan-peraturan yang ada sebelum menerbi
tkan suatu efek. Ciri-ciri investasi di sektor keuangan yang membedakannya, dengan investasi di
sektor riil- adalah dalam melakukan investasi perantara mutlak diperlukan, kemudian informasi ha
nya bisa didapat dari prospektus, laporan tahuhan atau proposal. Karena maınajemen investasi m
enyajikan teori-teori tentang Portofolio, maka konsentrasi kita akan kita curahkan pada investasi
di sektor keuangan ini.

Dasar Pengambilaan Keputusan Investasi

Untuk mencapai tujuan investasi, dibutuhkan suatu proses dalam pengambilan keputusan, sehing
ga keputusan tersebut sudah mempertimbangkan ekspektasi return yang didapatkan dan juga risi
ko yang akan dihadapi. Pada dasarnya terdapat beberapa tahapan dalam pengambilan keputusa
n investasi antara lain:

a. Menentukan kebijakan investasi

Pada tahapan ini, investor menentukaan tujuan investasi dan kemampuan atau kekayaannya yang
dapat diinvestasikan, dikarenakan ada hubungan positif antara risiko dan return, maka hal yang
tepat bagi para investor untuk menyatakan tujuan investasinya tidak hanya untuk memperoleh k
euntungan saja, tetapi juga memahami bahwa ada kemungkinan risiko yang berpotensi menyeba
bkan kerugian. Jadi, tujuan investasi harus dinyatakan baik dalam keuntungan maupun risiko.

b. Analisis sekuritas

Pada tahapan ini berarti melakukan analisis sekuritas yang meliputi penilaian terhadap sekuritas s
ecara individual atau beberapa kelompok sekuritas. Salah satu tujuan melakukan penilaian terseb
ut adalah untuk mengidentifikasi sekuritas yang salah harga (mispriced).

c. Pembentukan portofolio

Pada tahapan ketiga ini adalah membentuk portofolio yang melibatkan identifikasi aset khusus m
ana yang akan diinvestasikan dan juga menentukan seberapa besar investasi pada tiap aset terse
but, masalah selektifitas, penentuan waktu, dan diversifikasi perlu menjadi perhatian investor.

d. Melakukan revisi portofolio

Pada tahapan ini, berkenaan dengan pengulangan secara periodik dari tiga langkah sebelumnya.
Sejalan dengan waktu, investor mungkin mengubah tujuan investasinya yaitu membentuk portofol
io baru yang lebih optimal. Motivasi lainnya disesuaikan dengan preferensi investor tentang risiko
dan return itu sendiri.

e. Evaluasi kinerja portofolio


Pada tahapan terakhir ini, investor melakukan penilaian terhadap kinerja portofolio secara periodi
k dalam arti tidak hanya return yang diperhatikan tetapi juga risiko yang dihadapi. Jadi, diperluk
an ukuran yang tepat tentang return dan juga standar risiko yang relevan.

Adapun dasar keputusan investasi menurut Tandelilin (2005) terdiri dari:

a. Return.

Alasan utama orang berinvestasi adalah untuk memperoleh keuntungan. Dalam manajemen inves
tasi tingkat keuntungan investasi disebut sebagai return. Suatu hal yang sangat wajar jika investo
r menuntut tingkat return tertentu atas dana yang telah diinvestasikannya. Return yang diharapka
n investor dari investasi yang dilakukannya merupakan kompensasi atas biaya kesempatan (oppor
tunity cost) dan resiko penurunan daya beli akibat adanya pengaruh inflasi. Dalam berinvestasi p
erlu dibedakan antara return yang diharapkan (expected return) dan return yang terjadi (realized
return). Return yang diharapkan merupakan tingkat return yang diantisipasi investor dimasa data
ng. Sedangkan return yang terjadi atau return aktual merupakan return yang telah diperoleh inv
estor dimasa lalu.

Antara tingkat return yang diharapkan dan tingkat return aktual yang diperoleh investor dari inv
estasi yang dilakukan mungkin saja berbeda. Perbedaan antara return yang diharapkan resiko ya
ng harus selalu dipertimbangkan dalam proses investasi. Sehingga dalam berinvestasi, disamping
memperhatikan tingkat return, investasi harus selalu mempertimbangkan tingkat resiko suatu inve
stasi.

b. Risk

Korelasi langsung antara pengembalian dengan resiko, yaitu : semakin tinggi pengembalian, sem
akin tinggi resiko. Oleh karena itu, investor harus menjaga tingkat resiko dengan pengembalian
yang seimbang.

c. The Time Factor

Jangka waktu adalah hal penting dari definisi investasi. Investor dapat menanamkan modalnya pa
da jangka pendek, jangka menengah, atau jangka panjang. Pemilihan jangka waktu investasi seb
enarnya merupakan suatu hal penting yang menunjukkan ekspektasi atau harapan dari investor. I
nvestor selalu menyeleksi jangka waktu dan pengembalian yang bisa memenuhi ekspektasi dari p
ertimbangan pengembalian dan resiko.

Faktor-Faktor Penentu Investasi


Bagi seorang investor yang hendak melakukan suatu investasi, harus melakukan suatu analisis ter
lebih dahulu dalam menentukan keputusan investasinya. Untuk melakukan suatu analisis investasi,
setidaknya ada tiga faktor yang harus dianalisis, yaitu:

1. Analisis kondisi makroekonomi

Tahap pertama yang dilakukan oleh seorang investor dalam berinvestasi adalah melakukan analisi
s terhadap variabel-variabel makro, tahap analisis ini dilakukan untuk menganalisis kondisi pereko
nomian suatu negara secara makro dalam proses suatu investasi. Variabel-variabel ekonomi makr
o yang dianalisis diantaranya adalah tingkat inflasi, transaksi berjalan, kurs/exchange rate (nilai tu
kar suatu mata uang negara terhadap mata uang negara lain), suku bunga SBI (Sertifikat Bank I
ndonesia), dan lain-lain.

2. Analisis pada jenis industri

Pada tahap kedua, dilakukan analisis pada berbagai jenis industri. Pada tahapan ini, kita memilih
jenis industri yang paling memberikan prospek keuntungan jika dilakukan invstasi. Sektor mana y
ang akan dijadikan suatu investasi dapat dilihat dari pergerakan dalam indeks sektoral industri p
ada suatu pasar modal. Sektor yang mempunyai indeks yang bagus untuk investasi jangka panja
ng tentunya akan dipilih. Pada tahap analisis ketiga, dilakukan analisis fundamental pada perusah
aan, dengan menggunakan rasio-rasio keuangan suatu perusahaan.

3. Analisis fundamental suatu perusahaan

Dalam rasio-rasio keuangan, terbagi lagi menjadi lima rasio, yaitu :

a. Rasio Likuiditas, menyatakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka


pendek yang jatuh tempo.

b. Rasio Aktifitas, menunjukkan kemampuan serta efisiensi perusahaan dalam memanfaatkan


aktifa yang dimiliki atau perputaran (turnover) aktifa-aktifa suatu perusahaan.

c. Rasio Hutang, berfungsi untuk menunjukkan kemampun perusahaan untuk memenuhi ke


wajiban jangka panjangnya.

d. Rasio Profitabilitas, menunjukkan tingkat keberhasilan perusahaan di dalam menghasilkan


keuntungan.

e. Rasio Pasar, menggambarkan bagaimana pasar menghargai saham suatu perusahaan.

Proses investasi
Proses investasi adalah suatu rangkaian aktivitas yang menghasilkan di dalam pemb
elian aset nyata/surat berharga. Proses investasi berkisar tentang keputusan-keputusan investasi y
ang berhubungan untuk memaksimumkan kekayaan investor.

Langkah-langkah dalam proses investasi :

a. Pengetahuan tentang pengembalian dan resiko investasi.

b. Mengetahui sikap investor terhadap resiko. Setiap investor harus mau menerima resiko i nv
estasi yang terkadang di dalam aset riil maupun surat berharga, dan dapat mengidentifikasi kom
binasi pengembalian dan resiko yang dapat diterima. Dengan kata lain, sebelum menerima resik
o investasi, investor harus berada pada posisi finansial yang logis, dan harus siap menggunakan
alasan-alasan yang masuk akal untuk proses pembuatan keputusan.

c. Pengetahuan dari setiap tipe surat berharga/aset yang tersedia untuk investasi, termasuk
pengembalian yang diharapkan dan resiko yang berhubungan dengan tipe aset/surat berharga t
ersebut.

d. Memilih beberapa surat berharga/aset yang dapat memberi suatu pengembalian dan resik
o yang dapat diterima berdasarkan kebutuhan -kebutuhan dari investor tertentu.

Menurut Sharpe (2005 :10) proses investasi menunjukkan bagaimana seharusnya seorang investor
membuat keputusan investasi sekuritas yang bisa dipasarkan, seberapa ekstensif dan kapan sebai
knya dilakukan. Untuk mengambil keputusan tersebut diperlukan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Penentuan Kebijakan Investasi

Langkah pertama, menentukan kebijakan investasi, meliputi penentuan tujuan investor dan dan b
anyaknya kekayaan yang dapat diinvestasikan. Karena terdapat hubungan positif antara risiko dan
return untuk strategi investasi, bukan suatu hal yang tepat bagi seorang investor untuk berkata
bahwa tujuannya adalah “memperoleh banyak keuntungan”. Yang tepat bagi seorang investor da
lam kondisi seperti ini adalah menyatakan tujuannya untuk memperoleh banyak keuntungan den
gan memahami bahwa ada kemungkinan terjadinya kerugian. Tujuan investasi seharusnya dinyata
kan dalam risiko maupun return.

Langkah dalam proses investasi ini juga meliputi identifikasi potensi katagori aset keuangan yang
akan dimasukkan ke portofolio. Identiifkasi ini didasarkan pada beberapa hal: tujuan investasi,ju
mlah kekayaan yang akan diinvestasikan, dan status pajak dari investor. Contohnya, dapat dilihat
kemudian, biasanya tidak masuk akal bagi investor individu untuk membeli saham utama atau b
agi investor yang tidak kena pajak (seperti dana pensiun) untuk berinvestasi pada sekuritas yang
tidak kena pajak (seprti municipal bonds). Kebijakan investasi marupakan titik pijakan bagi proses
investasi. Akan tetapi, kebijakan tersebut merupakan langkah yang menerima perhatian paling s
edikit dari pada investor. Bagian Isu kel embagaan yang berjudul “Kebijakan Investasi” menggam
barkan lebih rinci unsure-unsur dasar kebijakan investasi.

2. Melakukan Analisis Sekuritas

Langkah kedua dalam proses investasi adalah melakukan analisis sekuritas, yang meliputi peneliti
an terhadap sekuritas secara individual (atau beberapa kelompok sekuritas) yang masuk ke dala
m katagori luas aset keuangan yang telah diidentifikasi sebelumnya. Salah satu tujuan melakukan
penilaian tersebut adalah untuk mengidentifikasi sekuritas yang salah harga (mispriced). Ada ba
nyak pendekatan terhadap analisis sekuritas, namun pendekatan tersebut dapat dikatagorikan ke
dalam dua klasifikasi. Klasifikasi pertama adalah analisis teknikal, analisis yang memakai pendekata
n ini untuk analisis sekuritas disebut analisis teknis atau analisis teknikal. Klasifikasi kedua disebut
analisis fundamental; mereka yang memakai pendekatan ini disebut fundamentalis atau ahli analis
is fundamental. Dalam membahas kedua pendekatan analisis sekuritas tersebut, pertama-tama ak
an difokuskan pada saham biasa dam kemudian aset keuangan lain.

Dalam bentuk yang paling sederhana, analisis teknikal meliputi studi harga pasar saham dalam u
paya meramalkan pergerakan harga masa depan untuk saham perusahaan tertentu. Mula -mula,
harga - harga masa lalu dianalisis untuk menentukan tren atau pola gerakan harga. Lalu harga s
aham sekarang dianalisis untuk mengidentifikasi tren/pola yang muncul yang mirip dengan pola
masa lalu. Pola sekarang yang cocok dengan masa lalu diharapkan akan terulang kembali. Jadi
dengan mengidentifikasi pola yang muncul, analisis itu berharap dapat meramalkan dengan tepat
gerakan harga pada masa depan untuk saham tersebut.

Dalam bentuk yang paling sederhana, analisis fundamental dimulai denagn menaksir bahwa nilai
“sebenarnya “ (atau “intrinsik”) aset keuangan itu sama dengan nilai sekarang (present value) dari
semua aliran tunai yang diharapkan diterima oleh pemilik aset itu.Sesuai dengan hal tersebut, a
nalis saham fundamental berupaya meramalkan saat dan besarnya aliran tunai dan kemudian me
ngkonversikannya menjadi nilai sekarang (present value) denagn menggunakan tingkat diskonto y
ang tepat.

Lebih spesifik lagi, analis tidak hanya harus memperkirakan tingkat diskonto saja tetapi juga alira
n dividen dari suatu saham pada masa depan, yang sama artinya dengan meramalkan pendapat
an per lembar saham dan pembayaran dan dividen tunai (pay out ratio). Lebih jauh lagi, tingkat
diskonto harus diestimasi. Setelah nilai sesungguhnya (tue value) dari saham biasa suatu perusa
han ditentukan, nilai tersebut di bandingkan dengan harga pasar dari saham tersebut dengan tuj
uan untuk melihat apakah saham dihargai dengan tepat. Saham yamg memiliki true value lebih
rendah dari harga pasar disebaut uvervalued atau overpriced. Saham yang true value-nya lebih r
endah dari harga pasar disebut undervalued atau underpriced.

Besarnya perbedaan antara tru value dengan harga pasar juga merupakan informasi yang pentin
g karena keyakinan pendapat seorang analisis bahwa harga saham tertentu tidak dapat sebagian
tergantung dari besaran tersebut. Analisis fundamental percaya bahwa kasus kesalahan dalam p
enentuan harga akan dikoreksi oleh pasar pada masa depan, artinya harga saham yang underval
ue akan mengalami kenaikan nilai (appreciation) yang luar biasa sedangkan harga saham yang o
vervalue akan mengalami penurunan nilai (depreciation) yang luar biasa.

3. Membentuk Portofolio

Langkah ketiga dalam proses investasi, pembentukkan (penyusunan) portofolio, melibatkan identifi
kasi aset – aset khusus mana yang akan dijadikan investasi, juga menentukan besarnya bagian k
ekayaan investor yang akan diinvestasikan ke tiap aset tersebut. Di sini masalah selektifitas, pene
ntuan waktu dan diversifikasi perlu menjadi perhatian bagi investor. Selektifitas, juga disebut micr
oforecasting, merujuk pada analisis sekuritas dan menfokuskan pada peramalan pergerakan harga
tiap – tiap sekuritas. Penentuan waktu (timing), yang juga disebut macroforecasting, meliputi pe
ramalan pergerakan harga saham biasa secara umum relative terhadap sekuritas dengan bunga t
etap, misalnya obligasi korporasi (PT Tbk.) dan Treasury bills. Diversifikasi meliputi pembentukan
portofolio investor sedemikian rupa sehingga meminimalkan risiko, dengan memperhatikan batasa
n – batasan tertentu.

4. Merevisi Portofolio. Langkah keempat dalam proses investasi, revisi portofolio, berkenaan d
engan pengulangan periodic dari tiga langkah sebelumnya. Yaitu, dari waktu ke waktu, investor
mungkin mengubah tujuan investasinya, yang pada gilirannya berarti portofolio yang dipegangny
a tida lagi optimal. Oleh karena itu, investor membentuk portofolio barudengan menjual portofol
io yang dimilikinya dan membeli portofolio lain yang belum dimiliki.

5. Motivasi lain dari langkah ini adalah dengan berjalannya waktu, terjadi perubahan sekuritas,
sehingga sekuritas yang tadinya tidak menarik sekarang menajdi menarik dan bisa juga kebalika
nnya. Jadi investor ingin menambah sekuritas yang menarik ke portofolionya dan menjual sekurit
as yang tidak lagi menarik. Keputusan semacam ini tergantung antara lain pada besarnya biaya t
ransaksi untuk melakukan perubahan tersebut dan juga besarnya peningkatan pendapatan invest
asi portofolio yang baru.

6. Mengevaluasi Kinerja Portofolio . Langkah kelima dalam proses investasi, evaluasi kinerja p
ortofolio, meliputi penentuan kinerja portofolio secara periodic, tidak hanya berdasarkan return y
ang dihasilkan tetapi juga risiko yang dihadapi investor. Jadi diperlukan ukuran yang tepat tenta
ng return dan risiko dan juga standar (benchmark) yang relevan
Metode-Metode Pemilihan Investasi

Dalam perjalanan investasi, nilai suatu asset bisa berubah dari waktu ke waktu akibat perubahan
kondisi pasar. Selain itu, sebagai bagian dari proses investasi, investor perlu memantau dan men
gevaluasi kinerja investasi portofolionya untuk melihat sejauh mana strategi yang dipilihnya beker
ja demi tercapainya tujuan investasi

Tiga alasan utama mengapa kita perlu mengukur kinerja investasi:

· Kinerja investasi merupakan tujuan dari proses investasi.

Dengan mengukur kinerja investasi, maka investor dapat mengukur seberapa besar pencapaian t
ujuan investasinya.

· Sebagai feedback atas pencapaian tujuan investasi.

Pengukuran kinerja memungkinkan investor melakukan evaluasi, di mana hasil evaluasi tersebut d
apat menjadi umpan balik (feedback) atas pencapaian tujuan investasi. Dengan berbekal umpan
balik ini maka investor dapat menentukan apakah strategi yang dipilihnya sudah tepat, ataukah i
a masih perlu melakukan langkah-langkah penyesuaian guna mencapai tujuan investasinya.

· Menghindari penyimpangan dari tujuan investasi.

Evaluasi kinerja investasi secara berkala dapat membantu menghindari kekeliruan yang berakibat
penyimpangan hasil investasi dari tujuan investasi. Jika memang terjadi kekeliruan maka investor
dapat segera meluruskannya dengan mengubah strategi investasi atau menyempurnakan proses i
nvestasinya.

Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan oleh investor dalam perhitungan kinerja investasi:

Jenis portofolio investasi

Pedoman dan batasan investasi

Tolok ukur (benchmark)

Jangka waktu dan interval pengukuran

Arus dana masuk/keluar (cash inflow/outflow) selama periode pengukuran

Faktor-faktor eksternal, misalnya perpajakan, kurs mata uang asing, regulasi pemerintah, dan sete
rusnya
Pemilihan tolok ukur penting karena investor perlu membandingkan kinerja portofolionya denga
n kinerja tolok ukur. Tolok ukur yang dipilih sebaiknya disesuaikan dengan asset class portofolio
sehingga perbandingannya pun menjadi setara (apple-to-apple comparison). Sebagai contoh, port
ofolio saham dengan batasan investasi 80-100% di saham dan 0-20% di instrumen pasar uang b
iasanya menggunakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebagai tolok ukurnya. Portofolio o
bligasi dengan batasan investasi 80-100% di obligasi pemerintah dan 0-20% di instrumen pasar
uang biasanya menggunakan HSBC Bond Index sebagai tolok ukurnya, sedangkan untuk portofol
io pasar uang bisa digunakan rata-rata bunga deposito atau Sertifikat Bank Indonesia (SBI) seba
gai tolok ukur. Untuk portofolio campuran, tolok ukurnya bisa berupa komposit dari beberapa in
deks atau variabel. Misalnya untuk portofolio campuran dengan batasan investasi 0-20% di instru
men pasar uang, 40-60% di obligasi pemerintah dan 40-60% di saham bisa digunakan tolok uk
ur berupa komposit 50% IHSG + 50% HSBC Bond Index.

Вам также может понравиться