Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
KONSEP DASAR
A. PENGERTIAN
Empiema adalah pengumpulan cairan purulen (pus) dalam cavitas pleural. Pada awalnya cairan
pleura sedikit, dengan hitung leukosit rendah. Tetapi, sering kali cairan ini berkembang ke tahap
fibropurulen dan akhirnya ke tahap dimana cairan tersebut membungkus paru dalam membrane
eksudatif yang tebal. Kondisi ini dapat terjadi jika abses paru meluas sampai cavitas pleural.
Meskipun empiema bukan merupakan komplikasi lazim infeksi paru, empiema dapat terjadi jika
pengobatan terlambat.
B. ETIOLOGI
Empiema disebabkan oleh infeksi yang mennyebar dari paru-paru dan terus mengakumulasi nanah
di rongga pleura. Tempat yang terinfeksi bias membengkak dan memberikan tekanan pada paru-
paru, lalu bisa menyebabkan napas menjadi pendek dan sakit pada saat bernapas. Biasanya,
empiema tidak menyebabkan kerusakan yang permanent pada system pernapasan.
C. PATOFISIOLOGI
Empiema telah menjadi penyebab dari beberapa kasus penyakit, tapi ini akan berkomplikasi dan
dominant komplikasi dari pneumonia. Perkembangan empiema dapat dikelompokkan menjadi tiga
bagian; sebuah fase akut yang mengisi rongga tubuh dengan seseuatu cairan yang mengandung
nanah ; fase yang kedua, pada rongga tersebut cairannya akan mengental dan berserat, koagulasi
protein (fibrin) mulai bersatu dengan rongga; dan fase yang ketiga atau tingkat kronik dimana paru-
paru atau organ lain terbungkus tipis dengan benda yang berserat.
D. MANIFESTASI KLINIS
Pasien mengalami penurunan berat badan. Selain itu, pasien juga mengalami demam, berkeringat
malam, Dispnea, Anoreksia, dan Nyeri pleural. Auskultasi dada memperlihatkan tidak terdengarnya
bunyi napas dan terdapat bunyi datar saat perkusi dada, juga penurunan fremitus (fibrasi fokal
terdeteksi saat palpasi). Jika pasien telah mendapatkan terapi anti mikroba, manifestasi klinis dapat
berubah. Diagnosis ditegakkan dengan dasar hasil rontgen dada dan torasentesis.
E. KOMPLIKASI
Kemungkinan komplikasi yang terjadi adalah pengentalan pada pleura. Jika inflamasi telah
berlangsung lama, eksudat dapat terjadi di atas paru yang menganggu ekspansi normal paru. Dalam
keadaan ini diperlukan pembuangan eksudat melalui tindakan bedah (dekortasi). Selang drainase
dibiarkan ditempatnya sampai pus yang mengisi ruang pleural dipantau melalui roentgen dada dan
pasien harus diberitahu bahwa pengobatan ini dapat membutuhkan waktu lama.
F. INTERVENSI KEPERAWATAN
Kesembuhan empiema adalah proses yang panjang. Perawat menolong pasien untuk mengatasi
kondisi dan menginstruksikan latihan bernapas (pernapasan dengan bibir dirapatkan dan
difragmatik), yang membantu untuk memulihkan fungsi pernapasan normal. Perawat juga
memberikan asuhan spesifik terhadap metode drainase cairan pleura seperti aspirasi jarum,
drainase dada tertutup, atau seksi iga dan drainase.
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan kesehatan mungkin mencatat penemuan yang abnormal, seperti penurunan suara
pernapasan atau suara pergesekan pernapasan (friction rub), ketika didengarkan atau di auskultasi
dada menggunakan stetoskop.
H. PENATALAKSANAAN
Tujuan pengobatan adalah untuk mengalirkan cairan dalam kapasitass pleura dan untuk mencapai
ekspansi paru sempurna. Cairan dialirkan dan diresepkan antibiotic yang sesuai berdasarkan pada
organisme penyebab. Antibiotic pada dosis yang besar biasanya diberikan. Streptokinase dapat juga
dimasukkan ke dalam ruang untuk mencegah akumulasi cairan lebih lanjut.
Drainase cairan pleura tergantung pada tahap penyakit dan dilakukan dengan :
o Aspirasi jarum (torasentesis) dengan kateter perkutan yang kecil, jika cairan tidak terlalu banyak.
o Drainase dada tertutup menggunakan selang interkostal dengan diameter besar yang
disambungkan ke drainase water seal.
o Drainase terbuka dengan cara reseksi iga untuk mengangkat pleura yang mengalami penebalan,
pus, dan debris. Serta untuk mengangkat jaringan paru yang sakit di bawahnya.
Dilakukan drainase tertutup (WSD) dan dengan WSD dapat dicapai tujuan diagnostik terapi dan
prevensi, diharapkan dengan pengeluaran cairan tersebut dapat dicapai pengembangan paru yang
sempurna.
Pada fase ini penanggulangan harus lebih agresif lagi yaitu dilakukan drainase terbuka (reseksi iga/
"open window") . Dengan cara ini nanah yang ada dapat dikeluarkan dan perawatan luka dapat
dipertahankan. Drainase terbuka juga bertujuan untuk menunggu keadaan pasien lebih baik dan
proses infeksi lebih tenang sehingga intervensi bedah yang lebih besar dapat dilakukan.
Pada fase II ini VATS surgery sangat bermanfaat, dengan cara ini dapat dilakukan empiemektomi
dan/atau dekortikasi.
Dilakukan intervensi bedah berupa dekortikasi agar paru bebas mengembang atau dilakukan
obliterasi rongga empiema dengan cara dinding dada dikolapskan (Torakoplasti) dengan mengangkat
iga-iga sesuai dengan besarnya rongga empiema, dapat juga rongga empiema disumpel dengan
periosteum tulang iga bagian dalam dan otot interkostans (air plombage), dan disumpel dengan otot
atau omentum (muscle plombage atau omental plombage).
BAB II
A. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluruh
(Boedihartono, 1994 : 10).
Ø PPOM
Ø Perokok berat
2. Pemeriksaan Fisik
Ø Sinar X menunjukkan konsolidasi lobar pada pasien dengan pneumonia pneumokokus, legionella,
klebsiela, dan H.Influenza dan pada pneumonia
Ø Pewarnaan garam jika infeksi disebabkan oleh bakteri gram negatif atau gram posistif.
Ø Bronkoskopi
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata maupun potensial
berdasarkan data yang telah dikumpulkan (Boedihartono, 1994 : 17).
Berdasarkan pada semua data pengkajian, diagnosa keperawatan utama pasien dapat mencakup
yang berikut ini:
6. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, intoleransi makanan, hilangnya
nafsu makan, mual/ muntah.
B. PERENCANAAN KEPERAWATAN
DP.1 :
BATASAN KARAKTERISTIK :
Subjektif:
Dispnea
Objektif :
Sianosis.
Ortopnea.
Kegelisahan.
Sputum.
Mata terbelalak.
Status pernapasan : pertukaran gas : pertukaran CO2 atau O2 di alveolar untuk mempertahankan
konsentrasi gas darah arteri
Status pernapasan : ventilasi : perpindahan udara masuk dan keluar ari paru-paru.
Perilaku mengontrol gejala : tindakan seseorang untuk memminimalkan perubahan sampingan yang
didapatkan pada fungsi fisik dan emosi.
Perilaku perawatan : penyakit atau cedera : tindakan seseorang untuk mengurangi atau
menghilangkan patologi.
Tujuan :
Menunjukkan jalan napas paten dengan bunyi napas bersih, tidak ada dispnea, sianosis.
2. Auskultasi area paru, catat area Penurunan aliran darah terjadi pada
penurunan/tak ada aliran udara dan area konsolidasi dengan cairan. Bunyi
bunyi napas adventisius, missal krekels napas bronchial (normal pada
mengi. bronkus) dapat terjadi juga pada area
konsolidasi. Krekels, rongkhi, dan
mengi terdengar pada inspirasi dan
atau ekspirasi pada respon terhadap
pengumpulan cairan, secret kental,
dan spasme jalan napas/obstruksi
Kolaborasi
DP.2 :
BATASAN KARAKTERISTIK :
§ Subjektif :
Dispnea.
Napas pendek.
§ Objektif :
Napas dalam.
Ortopnea.
Pernapasan purset-lip.
Kecepatan respirasi.
Rasio waktu.
Penggunaan otot Bantu untuk bernapas.
Status respirasi :Ventilasi : pergerakan udara ke dalam dan keluar dari paru-paru
Status tanda vital : suhu, nadi, respirasi, dan tekanan darah dalam rentang yang diharapkan dari
individu.
Tujuan :
v Menunjukkan pola pernapasan efektif, dibuktikan dengan status pernapasan yang tidak berbahaya
: ventilasi dan status tanda vital
v Menunjukkan status pernapasan : ventilasi tidak terganggu, ditandai dengan indicator gangguan
sebagai berikut :
Mandiri
2. Auskultasi bunyi napas, catat area penurunan Bunyi napas mungkin redup
aliran udara dan atau bunyi tambahan karena penurunan aliran
udara atau area
konsolidasi. Adanya mengi
mengindikasikan spasme
bronkus / tertahannya
secret.
Kolaborasi
DP.3 :
BATASAN KARAKTERISTIK :
Subjektif :
Dispnea
Gangguan penglihatan.
Objektif :
Gelisah
Status pernapasan : pertukaran gas : pertukaran CO2 atau O2 di alveolar untuk mempertahankan
konsentrasi gas darah arteri
Status pernapasan : ventilasi : perpindahan udara masuk dan keluar ari paru-paru.
Tujuan :
DP. 4 :
BATASAN KARAKTERISTIK :
· Subyektif
· Obyektif
Nyeri : efek merusak : efek merusak dari nyeri terhadap emosi dan perilaku yang diamati atau
dilaporkan.
Tujuan :
· Penurunan konsentrasi.
· Terganggunya tidur.
DP. 5 :
BATASAN KARAKTERISTIK :
Subjektif :
Mual
Objektif :
Kulit memerah
Takikardi
Tujuan :
Pasien akan termoregulasi, dibuktikan dengan suhu kulit dalam rentang normal.
DP. 6 :
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, intoleransi makanan, hilangnya nafsu
makan, mual/ muntah.
BATASAN KARAKTERISTIK :
Subjektif :
Kram abdomen.
Objektif :
Diare.
Status gizi : tingkat zat gizi yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Status gizi : Asupan makanan dan cairan : jumlah makanan dan cairan yang dikonsumsi tubuh selama
waktu 24 jam.
Status gizi : Nilai gizi : keadekuatan zat gizi yang dikonsumsi tubuh.
Tujuan :
Menunjukkan perilaku/perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan atau mempertahankan berat
yang tepat.
INTERVENSI DAN RASIONALISASI
3. Berikan makanan dengan porsi sedikit tapi Makanan porsi sedikit tapisering
sering yg mudah dikunyah jika ada sesak napas memerlukan lebih sedikit energi.
berat.
Kolaborasi
4. Rujuk kepada ahli gizi untuk membantu Ahli gizi ialah spesialisasi dlm hal
memilih makanan yg dapat memenuhi nutrisi yg dpt membantu pasien
kebutuhan nutrisi selama sakit panas. memilih makanan yg memenuhi
kebutuhan kalori dan kebutuhan
nutrisi sesuai dgn keadaan
sakitnya, usia, TB &
BB. Kebanyakan pasien lebih suka
mengkonsumsi makanan yg
merupakan pilihan sendiri.
DP.7 :
BATASAN KARAKTERISTIK :
Subjektif :
Cemas,takut.
Mual.
Insomnia.
· Objektif :
Penurunan nadi.
Mulut kering.
Muka merah.
Berkeringat.
Kontrol agresi : kemamapuan untuk menahan perilaku kekerasan, kekacauan, atau perilaku
destruktif pada orang lain.
Kontrol ansietas : kemampuan untuk mneghilangkan atau mengurangi perasaan khawatir dan
tegang dari suatu sumber yang tidak dapat diidentifikasi.
Kontrol impuls : kemampuan untuk menahan diri dari perilaku kompulsif atau impulsif.
Penahanan mutilasi diri : kemampuan untuk berhenti dari tindakan yang mengakibatkan cedera diri
sendiri (non-letal) yang tidak diperhatikan.
Ketrampilan interaksi sosial : pengguanaan diri untuk melakukan interaksi yang efektif.
Tujuan :
DP. 8 :
BATASAN KARAKTERISTIK :
· Subjektif
· Objektif
Keefektifan pompa jantung : tingkat pemompaan darah dari ventrikel kiri permenit untuk
mendukung tekanan perfusi sistemik.
Status sirkuasi : tingkat pengaliran darah tidak terhambat, secara satu arah, dan pada tekanan yang
sesuai melaui vena-vena besar dari aliran sistemik dan pulmonal.
Penghematan Energi : tingkat pengolahan energi secara aktif untuk memulai dan mempertahankan
aktifitas.
Status pernapasan : pertukaran gas : pertukaran CO2 atau O2 di alveolar untuk mempertahankan
konsentrasi gas darah arteri
Status pernapasan : ventilasi : perpindahan udara masuk dan keluar ari paru-paru.
Tujuan :
§ Mengidentifikasi tingkat aktifitas yang dapat di capai atau di pertahankan secara realistis.
1. Jelaskan aktifitasdan faktor yang dapat Merokok, suhu ekstrim dan stres
meningkatkan kebutuhan oksigen. dan menyebabkan fasikonstriksi
pembuluh darah dan
meningkatkan beban jantung
BAB III
KESIMPULAN
Empiema adalah pengumpulan cairan purulen (pus) dalam cavitas pleural. Pada awalnya cairan
pleura sedikit, dengan hitung leukosit rendah. Tetapi, sering kali cairan ini berkembang ke tahap
fibropurulen dan akhirnya ke tahap dimana cairan tersebut membungkus paru dalam membrane
eksudatif yang tebal.
Empiema disebabkan oleh infeksi yang mennyebar dari paru-paru dan terus mengakumulasi nanah
di rongga pleura. Tempat yang terinfeksi bias membengkak dan memberikan tekanan pada paru-
paru, lalu bisa menyebabkan napas menjadi pendek dan sakit pada saat bernapas.
Kesembuhan empiema adalah proses yang panjang. Perawat menolong pasien untuk mengatasi
kondisi dan menginstruksikan latihan bernapas (pernapasan dengan bibir dirapatkan dan
difragmatik), yang membantu untuk memulihkan fungsi pernapasan normal.